BAB IV STUDI KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV STUDI KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN"

Transkripsi

1 BAB IV STUDI KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN Analisa keterjaminan aliran daya dan biaya produksi listrik di PLN Sub Region Bali tahun dilakukan dari hasil simulasi studi aliran daya dan simulasi biaya produksi. Studi aliran daya dilakukan dengan program PSS/E (Power System Simulator for Engineering) versi buatan Siemens sedangkan studi biaya produksi dengan program ProSym versi buatan HESI (Henwood Energy Services Inc.) yang sudah digunakan oleh PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali. Simulasi biaya produksi hanya memperhitungkan biaya variabel bahan bakar karena studi dalam tesis ini lebih ditekankan pada prioritas pengoperasian pembangkit atau transfer dari Jawa yang telah direncanakan PLN Sub Region Bali tahun 28 sampai tahun 217. Studi dan analisa diperlukan untuk mendapatkan gambaran biaya produksi energi yang optimal pada sistem tenaga listrik dengan kondisi-kondisi sistem yang ada DATA DATA YANG DIPERLUKAN Studi aliran daya dilakukan dengan memasukkan data data antara lain: 1. Data generator. 2. Data beban. 3. Data bus 4. Data percabangan (transmisi, reaktor dan transformator). Keluaran dari studi aliran daya yang selanjutnya digunakan untuk studi biaya produksi adalah batas pembebanan pembangkit dan pembebanan saluran transmisi sehingga kualitas tegangan memenuhi persyaratan yang ditentukan. 26 Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

2 Asumsi yang digunakan dalam studi aliran daya adalah: 1. Tegangan di sisi pembangkit ditetapkan 1.2 per unit untuk menghindari tegangan yang terlalu tinggi pada saat beban rendah. 2. Perbandingan daya aktif dan daya reaktif beban pada setiap tingkat pembebanan sama (constant P/Q). 3. Nilai tegangan pada sistem 15 kv antara kv kv. Mengacu pada negara dengan standar tegangan ± 5% tegangan nominal seperti Philipina [12], Inggris [13], Australia [14] Sedangkan untuk melakukan simulasi produksi, data data yang diperlukan sebagai masukan adalah: 1. Data beban setiap jam Sub Region Bali tahun Data sistem. 3. Kendala kendala seperti unit must run, pembatasan transfer daya, pembatasan sumber energi dan sebagainya. 4. Data variabel pembangkit listrik antara lain: - Utility - MinDown - TransArea - RampRate - CapacityMin - HeatRate - CapacityMax - Fuel - MinUp - Commit Dan sebagainya Sedangkan asumsi-asumsi yang digunakan dalam studi biaya produksi adalah: 1. Biaya produksi energi listrik yang ditransfer dari Jawa adalah biaya produksi dari Pembangkit Paiton. 2. Kenaikan beban setiap tahun di setiap gardu induk proporsional terhadap kenaikan beban Sub Region Bali. 3. Jadwal pemeliharaan sama untuk setiap tahun. 4. Tidak ada kendala pembangkit. 5. Bahan bakar yang digunakan HSD 91 kkal/liter harga Rp.7645.,-/liter dan batubara 51 kkal/kgdengan harga Rp.32.,-/kg sesuai harga bulan Maret 28 [15][16]. 27 Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

3 4.2. PROSES SIMULASI Algoritma analisa keterjaminan aliran daya dan biaya produksi PLN Sub Region Bali tahun seperti pada gambar 4.1 Start - Masukkan data beban. - Masukkan data pembangkit yg telah operasi. - Masukkan data penyaluran yg telah opeasi Rencana PLN dan skenario modifikasi Studi Aliran Daya V>142.5 kv? Ya Tidak Atur tegangan Perubahan sbg faktor kendala. Studi biaya produksi Tidak s/d tahun 217? Ya Cetak tegangan dan biaya produksi Tidak Semua sudah distudi? Ya Urutkan skenario berdasar kualitas tegangan Nominasi Termurah? Tidak Ya Selesai Gambar 4.1 Algoritma Analisa Keterjaminan Aliran Daya dan Biaya Produksi 28 Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

4 4.3. HASIL SIMULASI RENCANA PLN TAHUN Hasil simulasi keterjaminan aliran daya dan biaya produksi di PLN Sub Region Bali tahun adalah sebagai berikut: Kondisi tegangan. Sesuai dengan aturan jaringan PLN P3B Jawa Bali, pengoperasian sistem tenaga listrik Jawa Bali harus memenuhi persyaratan tegangan pada kisaran 135 kv sampai kv. Dalam perencanaan sistem yang ideal, nilai tegangan sedapat mungkin mendekati nominalnya atau 15 kv. Hasil studi aliran daya yang dilakukan terhadap perencanaan PLN dengan tidak mengoperasikan pembangkit bahan bakar minyak diperoleh kondisi tegangan di SRB tahun seperti pada tabel 4.1 dan gambar 4.2 Tabel 4.1 Kondisi tegangan di SRB tanpa pembangkit BBM tahun Beban (MW) Tegangan kv Batas atas Batas baw ah Gambar 4.2 Kondisi Tegangan di SRB tanpa pembangkit BBM tahun Pada tahun 28 dan 29 di SRB belum memungkinkan untuk tidak mengoperasikan pembangkit dengan bahan bakar minyak karena kapasitas kabel 29 Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

5 laut belum mencukupi kebutuan daya di Bali. 21, 213 sampai 215 pembangkit dengan bahan bakar minyak di Pesanggaran harus diopersikan karena tanpa pembangkit di pusat beban (GI. Pesanggaran, GI. Nusa Dua dan GI. Padang Sembian) tegangan terlalu rendah dibawah nilai yang ditetapkan kv. Untuk memenuhi persyaratan tegangan diatas kv maka priode beban puncak pada tahun 28, 29 dan 21 harus dioperasikan pembangkit di Pesanggaran berturut turut sebesar 31.47%, 15.7% dan 14.6%. Sedangkan pada tahun 213, 214 dan 215 untuk memenuhi kualitas tegangan di SRB harus dioperasikan pembangkit Pesanggaran dengan kapasitas berturut turut 5.1%, 6.9% dan 1.6%. sehingga dihasilkan kualitas tegangan seperti pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Tegangan di Pesanggaran sesuai perencanaan PLN tahun Beban (MW) Tegangan (kv) Pembangkit di Pesanggaran (MW) kv 16 Batas atas Batas baw ah Series1 Kit BBM Gambar 4.3 Tegangan di Pesanggaran sesuai perencanaan PLN tahun Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

6 Biaya Produksi. Perkiraan beban Bali puncak dan kebutuhan energi listrik akan naik dari 483 MW pada tahun 28 dan pada tahun 217 beban puncak diperkirakan 984 MW. Pengiriman energi dari setiap pembangkit dari tahun ditunjukkan pada tabel 4.3 sedangkan besar biaya dan harga satuan energi di Bali ditunjukkan pada tabel 4.4 Tabel 4.3 Produksi Energi dari setiap Pembangkit tahun Rencana PLN Psran Diesel Psran Gas Glmnk Pmron Transfer Blutr Bltmr BDGUL Tabel 4.4 Biaya Produksi Energi SRB tahun Energi (GWh) Biaya (juta Rp) Rp/kWh Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

7 GWh HSD Transfer Blutr Bltmr Bdgul Gambar 4.4 Produksi Energi untuk memenuhhi beban SRB tahun Dengan masuknya pembangkit baru PLTU Bali Utara 2x13 MW tahun 21, PLTU Bali Utara 1x13 MW dan PLTU Bali Timur 1x1 MW serta PLTP Bedugul 1x1 MW tahun 211, PLTU Bali Timur 1x1 MW tahun 212 dan IBT Kapal 1x5 MVA tahun 216 akan mempengaruhi biaya produksi (Rp/kWh) PLN SRB tahun seperti pada gambar 4.5 dan gambar 4.6 Trilyun Rp Gambar 4.5 Prakiraan Biaya Produksi PLN SRB tahun Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

8 Rp/kWh Gambar 4.6 Biaya per satuan energi PLN SRB tahun ANALISA HASIL SIMULASI RENCANA PLN Berdasarkan hasil simulasi terhadap rencana PLN tahun , kondisi tegangan dan besarnya biaya energi diperlihatkan pada gambar 4.7. Tegangan (kv) Biaya Energi Tegangan Tegangan Biaya Energi Biaya (Rp/kWh Gambar 4.7 Kurva Biaya dan kualitas tegangan dari rencana PLN Dari kurva diatas diketahui tahun 28 dan 29 kualitas tegangan SRB semakin menurun karena pada tahun tahun tersebut belum ada pembangkit baru 33 Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

9 yang masuk di SRB sementara beban terus meningkat. Ditinjau dari aliran daya, penambahan kabel laut Jawa Bali 1x15 MW tidak berpengaruh terhadap kualitas tegangan pada saat beban puncak. Pada periode beban rendah, penambahan kapasitas kabel laut sangat berpengaruh terhadap biaya produksi, sehingga biaya produksi rata rata tahunan akan turun dari Rp ,-/kWh menjadi Rp.943,6,-/kWh atau turun Rp ,-/kWh. Ditinjau dari keandalan, meningkatnya transfer daya dari Jawa akan menyebabkan ketergantungan yang tinggi SRB terhadap pasokan dari Jawa, sehingga gangguan penyaluran dari Jawa ke Bali dapat menyebabkan sistem Bali tidak stabil. Pada tahun 21, PLTU Bali Utara 2x13 MW masuk ke sistem Bali. Tetapi karena posisinya di sebelah utara sedangkan pusat beban ada di selatan, rugi rugi penyaluran menyebabkan tegangan pada periode beban puncak masih terlalu rendah, sehingga untuk memperoleh tegangan kv pada tahun 21 masih diperlukan pengoperasian PLTG Pesanggaran. Menyusul masuknya pembangkit baru PLTU batubara Bali Timur 1x1 MW dan PLTP Bedugul 1x1 MW pada tahun 211, tegangan di daerah Pesanggaran mulai naik dari tahun sebelumnya 143 kv dengan mengopersikan PLTG Pesanggaran menjadi kv tanpa harus mengoperasikan PLTG Pesanggaran. Pada tahun 212, diopersaikan kembali PLTU Bali Timur 1x1 MW yang berdampak pada kenaikan tegangan menjadi kv di Pesanggaran. Kenaikan ini disebabkan turunnya transfer daya dari Gilimanuk ke Kapal dan dari Bali Utara ke Kapal sehingga penurunan tegangan dapat ditekan. Secara keseluruhan pengoperasian PLTU Bali Utara 3x13 MW, PLTU Bali Timur 2x1 MW dan PLTP bedugul 1x1 MW akan menaikkan tegangan sehingga tegangan di Pesanggaran pada kisaran 143 kv kv sehingga PLTG Pesanggaran tidak perlu dioperasikan, sementara biaya energi jauh menurun dari Rp ,-/kWH pada tahun 28 ke Rp ,-/kWH pada tahun 211. Pada tahun , seiring naiknya beban dan tidak ada tambahan pembangkit baru yang masuk di SRB kondisi tegangan di daerah pusat beban kembali turun dibawah level kv sehingga PLTG Pesanggaran harus 34 Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

10 dioperasikan agar tegangan bisa baik. Akibat dioperasikannya PLTG Pesanggaran tersebut biaya energi kembali naik dari Rp /kWh pada tahun 212 menjadi Rp /kWh tahun 213, Rp ,-/kWh pada tahun 214 dan Rp ,- /kwh pada tahun 215. Masuknya SUTET dan beroperasinya IBT Kapal pada tahun 216 akan menaikkan tegangan secara signifikan. Kenaikan tegangan disebabkan adanya sumbangan daya reaktif dari SUTET ke Sub Region Bali. Tegangan di GI. Pesanggaran mencapai kv. Dari sisi biaya produksi, pengoperasian SUTET Paiton Kapal akan menurunkan biaya produksi pada kisaran Rp.179.1,-/kWh. Pada tahun 217 kualitas tegangan kembali turun seiring naiknya beban di SRB, biaya produksi (Rp/kWh) relatif tidak berubah. Pengoperasian SUTET Paiton Kapal dan pengoperasian IBT 1x5 MVA pada tahun 216 membuat pasokan daya ke SRB menjadi sangat besar dibandingkan dengan perkiraan beban tahun 216 sebesar 96 MW. Dengan beroperasinya IBT tersebut, sesuai tabel 4.3 pembangkit dengan bahan bakar minyak mulai tahun 216 tidak diperlu dioperasikan atau bisa di non-operasionalkan. Dari gambar 4.4 mulai tahun 211 sampai tahun 217, jumlah energi dari PLTU Bali Utara dan PLTU Bali Timur tidak naik. Kondisi tersebut disebabkan biaya produksi dari Jawa lebih murah sehingga biaya produksi SRB akan lebih efisien jika ditransfer dari Jawa. Komposisi pasokan energi dari Jawa dan dari pembangkit di Bali seperti pada tabel 4.5 Tabel 4.5 Komposisi Pasokan Energi ke SRB tahun Kit Jawa Kit Bali Energi GWh % GWh % total Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

11 Dari tabel 4.5, penambahan kapasitas kabel laut tahun 29 akan meningkatkan transfer energi mencapai % dari rencana energi total. Dengan beroperasinya PLTU di Bali tahun 21 sampai tahun 212, transfer energi dari Jawa menurun karena batasan minimum operasi PLTU di Bali. Tetapi kenaikan beban pada tahun tahun berikutnya akan meningkatkan transfer dari Jawa, sementara energi dari pembangkit di Bali tidak banyak berubah, sehingga prosentase energi yang dipasok dari Jawa semakin besar. Kondisi ini akan menyebabkan keandalan menurun. Gangguan pada transmisi Jawa Bali, baik melalui kabel laut maupun SUTET akan menyebabkan ketidak-stabilan sistem pada Sub Region Bali SKENARIO PENGUATAN SISTEM SRB Pusat beban SRB berada di daerah selatan disekitar Denpasar. Total beban di GI. Kapal, Pesanggaran, Sanur, Padangsembian dan Nusa dua mencapai 67% dari total beban SRB. Dari gambar 4.2 diketahui kenaikan tegangan yang cukup besar terjadi setelah beroperasinya pembangkit PLTU Bali Timur 1x1 MW tahun 211 dan 1x1 MW tahun 212. Beroperasinya PLTU Bali Timur akan menurunkan transfer dari Jawa sehingga rugi tegangan lebih kecil, sehingga tegangan di daerah pusat beban naik. Peningkatan tegangan tersebut tidak terjadi pada saat pengoperasian PLTU Bali Utara 2x13 MW tahun 21. Selanjutnya dengan beroperasinya SUTET Paiton Kapal dan IBT Kapal tahun 216 yang langsung menyalurkan daya ke pusat beban, tegangan di SRB juga naik signifikan dari kv menjadi kv. Hal ini disebabkan sumbangan daya raktif dari SUTET yang cukup besar.. Dari tabel 4.4 diketahui biaya produksi turun dari Rp ,-/kWh pada tahun 28 menjadi Rp.943.6,-/kWh pada tahun 29. Penurunan biaya produksi tersebut terjadi setelah beroperasinya kabel laut Jawa Bali sirkit ketiga 1x15 MW tahun 29, sehingga transfer daya dari Jawa naik. Selanjutnya biaya 36 Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

12 produksi kembali turun pada level Rp ,-/kWh setelah beroperasinya PLTU Bali Utara 3x13 MW, PLTU Bali Timur 2x1 MW dan SUTET SUTET Paiton- Kapal tahun 216. Mengacu pada kurva gambar 4.2 dan 4.3, alternatif untuk memperbaiki kualitas tegangan di SRB adalah dengan mengoperasikan PLTU Bali Timur, PLTP Bedugul dan PLTG Pesanggaran. Selain pengoperasian pembangkit di tiga lokasi tersebut, perbaikan tegangan juga dapat dilakukan mengoperasikan SUTET 5 kv pada batasan transfer daya dibawah 9 MW. Pada transfer diatas 9 MW, tegangan terima di Kapal mulai menurun sehingga tegangan di GI. Pesanggaran berada dibawah nilai yang ditetapkan. Gambar 4.8 menunjukkan karakteristik pembebanan SUTET Paiton-Kapal. kv kv Kapal Kapal 15 kv Psran 15 kv Kapal 5 Kapal 15 Psran Beban (MW) 14 Gambar 4.8 Karakteristik Pembebanan SUTET 5 kv Paiton-Kapal Dari studi dan analisa terhadap rencana PLN tahun dapat diambil kesimpulan bahwa yang sangat berperan dalam kenaikan tegangan di daerah Pesanggaran adalah pengoperasian PLTU Bali Timur dan pengoperasian SUTET 5 kv antara Paiton-Kapal. Sedangkan yang berperan dalam penurunan biaya produksi adalah pengoperasian PLTU batubara, terutama transfer dari Jawa 37 Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

13 karena kapasitas pembangkit di Jawa lebih besar, efisiensi lebih tinggi sehingga biaya produksi lebih rendah. Mengacu pada kondisi tersebut, maka akan dilakukan beberapa skenario penguatan Sub Region Bali, yaitu: Skenario 1 Pada skenario 1, tahun 29 dioperasikan kabel laut Jawa Bali 2x15 MW dengan tujuan untuk meningkatkan transfer dari Jawa karena untuk mengoperasikan pembangkit tidak memungkinkan karena keterbatasan waktu. Pada tahun 21, dioperasikan PLTU Bali Timur 2x1 MW, karena lokasinya yang lebih dekat dengan pusat beban untuk memperbaiki tegangan di SRB. Sementara pengoperasian PLTU Bali Utara diundur, 2x13 MW tahun 211 MW dan 1x13 MW tahun 212. Sedangkan pengoperasian IBT Kapal sesuai dengan rencana PLN tahun 216. Dari simulasi terhadap skenario 1 dan dibandingkan dengan rencana PLN diperoleh kondisi tegangan seperti ditunjukkan pada tabel 4.6 dan gambar 4.9. Dari tabel 4.6, tahun 21 terjadi peningkatan tegangan 1.3 kv karena masuknya PLTU Bali Timur 2x1 MW, selebihnya kualitas tegangan sama dengan rencana PLN. Tabel 4.6 Tegangan di Pesanggaran setelah ditambah pembangkit BBM Beban (MW) Rencana PLN (kv) Kit BBM(MW) Skenario 1 (kv) Kit BBM(MW) Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

14 Teg. (kv) 145 Skenario Renc. PLN Renc. PLN Skenario 1 Gambar 4.9 Kondisi Tegangan di SRB sesuai rencana PLN dan Skenario 1 Simulasi produksi pada skenario 1 ditampilkan pada tabel 4.7. Penambahan kapasitas kabel laut 2x15 MW dibanding rencana PLN 1x15 MW akan akan meningkatkan transfer dari Jawa ke Bali tahun 29. Dengan tambahan kapasitas kabel tersebut, 78.95% kebutuhan energi tahun 29 Bali dipenuhi dari Jawa. Tabel 4.7 Produksi Energi dari setiap Pembangkit tahun Skenario 1 Psran Diesel Psran Gas Glmnk Pmron Transfer Blutr Bltmr BDGUL Pada tahun , PLTG Pesanggaran harus dioperasikan meskipun secara sistem kebutuhan energi tercukupi tanpa harus mengoperasikannya, tetapi karena kondisi tegangan, maka pembangkit tersebut harus dioperasikan sampai tahun 216 saat mulai beroperasinya GITET Kapal. 39 Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

15 Tabel 4.8 Prakiraan Biaya Produksi Rata-rata Rencana PLN dan Skenario 1. Renc. PLN Skenario I Selisih Biaya Biaya (Milyar Rp.) Rp/kWh (Milyar Rp.) Rp/kWh Rp/kWh % Rata rata selisih Hasil simulasi biaya produksi pada skenario 1 ditampilkan pada tabel 4.8. Penambahan kapasitas kabel laut Jawa Bali pada skenario 1 terlihat menguntungkan pada tahun 29. Dengan menambah kapasitas kabel laut Jawa Bali, biaya produksi rata rata tahun 29 turun Rp.73.73,-/kWh atau 7.81% dibanding rencana PLN. Percepatan pengoperasian PLTU Bali Timur dari rencana tahun 211 dan tahun 212 menjadi 2x1 MW tahun 21 terlihat menguntungkan karena akan menurunkan biaya produksi Rp.44.36,- atau 7.49% lebih rendah dari rencana PLN. Trilyun Rp Renc. PLN Skenario Renc. PLN Skenario 1 Gambar 4.1 Prakiraan Biaya Produksi Rencana PLN dan Skenario 1 4 Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

16 Rp/kWh Rencana PLN Skenario I Rencana PLN Skenario I Gambar 4.11 Prakiraan Biaya per kwh rencana PLN dan skenario Skenario 2 Skenario 2, pada tahun 29 dioperasikan kabel laut Jawa Bali 2x15 MW dengan tujuan untuk meningkatkan transfer dari Jawa karena untuk mengoperasikan pembangkit tidak memungkinkan karena keterbatasan waktu. Pada tahun 21 dioperasikan PLTU Bali Timur 2x13 MW, karena lokasinya yang lebih dekat dengan pusat beban penambahan kapasitas dan percepatan jadwal pengoperasian akan memperbaiki tegangan di SRB. Skenario kapasitas PLTU Bali Utara diubah dari rencana 3x13 MW menjadi 3x1 MW dengan jadwal 1x1 MW tahun 211, 1x1 MW tahun 215 dan 1x1 MW tahun 216 dan kapasitasnya diturunkan menjadi masing masing 1 MW. Pada skenario 2 ini pengoperasian IBT Kapal dimajukan menjadi tahun 212 karena dari analisa terhadap rencana PLN pengoperasian IBT sangat berpengaruh terhadap tegangan dan peningkatan transfer sangat berpengaruh terhadap biaya produksi. Dari simulasi terhadap skenario 2 dan dibandingkan dengan rencana PLN diperoleh kondisi tegangan seperti ditunjukkan pada tabel 4.9 dan gambar Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

17 Tabel 4.9 Tegangan di Pesanggaran pada rencana PLN dan Skenario Beban (MW) Rencana PLN (kv) Kit BBM(MW) Skenario Pertama kv Kit BBM Teg. (kv) Renc. PLN Skenario Renc. PLN Skenario 2 Gambar 4.12 Kondisi Tegangan di Pesanggaran sesuai rencana PLN dan Skenario 2. Dari gambar 4.12 terlihat bahwa dengan mengoperasikan PLTU Bali Timur 2x13 MW pada tahun 21 akan menaikkan tegangan di Pesanggaran rata rata 2 kv pada tahun 21 dan 211. Selanjutnya pengoperasian IBT Kapal pada tahun 212 akan berpengaruh banyak terhadap kualitas tegangan sehingga mendekati 15 kv. Tegangan rata rata saat beban puncak dari tahun naik 5.5 kv atau lebih tinggi 3.83% dibanding rencana PLN, kondisi tersebut disebabkan sumbangan daya reaktif dari SUTET. Simulasi produksi ditampilkan dalam tabel 4.9 dan 4.1. Penambahan kapasitas kabel laut 2x15 MW tahun 29 akan meningkatkan transfer daya dari 42 Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

18 Jawa dan mengurangi pembangkit BBM di Bali sebesar 79 MW. 21, pengoperasian PLTU Bali Timur 2x13 MW mampu mengangkat tegangan di Pesanggaran dan mengurangi pembangkit BBM sebesar 89 MW. Secara keseluruhan, mulai tahun 21 semua pembangkit BBM di Bali tidak perlu dioperasikan. Tabel 4.1 Produksi Energi dari setiap Pembangkit tahun Skenario 2 Psran Diesel Psran Gas Glmnk Pmron Transfer Blutr Bltmr BDGUL Tabel 4.11 Prakiraan Biaya Produksi Rencana PLN dan Skenario 2 Renc. PLN Skenario 2 Selisih % Biaya Biaya Rp/kWh (Milyar Rp/kWh Rp.kWh % (Milyar Rp.) Rp.) Selisih rata rata Studi biaya produksi ditampilkan pada tabel Dari kurva diatas terlihat biaya produksi skenario 2 lebih rendah dibandingkan dengan rencana PLN pada tahun 29, 21 dan Penurunan pada tahun 29 sebesar 7.81% 43 Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

19 karena penambahan kapasitas kabel laut Jawa Bali menjadi 4x15 MW. Penurunan pada tahun 21 sebesar 7.51% diperoleh dari percepatan pengoperasian PLTU Bali Timur 2x13 MW. Penurunan pada tahun sebesar rata rata 32.67% lebih rendah dari rencana PLN karena percepatan pengoperasian GITET Kapal. Trilyun Rp Renc. PLN Skenario Renc. PLN Skenario 2 Gambar 4.13 Prakiraan Biaya Produksi rencana PLN dan Skenario 2 Rp/kWh Renc. PLN 3. Skenario Renc. PLN Skenario 2 Gambar 4.14 Prakiraan Biaya Produksi per kwh rencana PLN dan Skenario 2 44 Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

20 Skenario 3 Pada skenario 3, pada tahun 29 dioperasikan kabel laut Jawa Bali 2x15 MW dengan tujuan untuk meningkatkan transfer dari Jawa karena untuk mengoperasikan pembangkit tidak memungkinkan karena keterbatasan waktu. Pada tahun 21 dioperasikan PLTU Bali Timur 2x13 MW, karena lokasinya yang lebih dekat dengan pusat beban sehingga tegangan di SRB segera terangkat. Sementara pengoperasian PLTU Bali Utara diundur tahun 216 dan kapasitasnya diturunkan menjadi 2x1 MW. PLTP Bedugul dioperasikan lebih cepat pada tahun 21 dan 211 dan kapasitasnya ditingkatkan menjadi 2x6 MW. Pada skenario ketiga ini pengoperasian IBT Kapal dimajukan menjadi tahun 212. Dari simulasi skenario 3 dan dibandingkan dengan rencana PLN, diperoleh kondisi tegangan seperti pada tabel 4.12 dan gambar 4.15 Tabel 4.12 Tegangan di Pesanggaran pada rencana PLN dan Skenario Beban (MW) Rencana PLN (kv) Kit BBM(MW) Skenario 3 (kv) Kit BBM(MW) Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

21 Teg. (kv) Renc. PLN Skenario Renc. PLN Skenario 1 Gambar 4.15 Prakiraan Kondisi tegangan di Pesanggaran sesuai rencana PLN dan Skenario 3 Dari gambar , penambahan kapasitas kable laut Jawa- Bali menjadi 4x15 MW tidak berpengaruh terhadap tegangan di Bali. 21 mengoperasikan PLTU Bali Timur 2x13 MW dan PLTP Bedugul 1x6 MW pada tersebut akan menaikkan tegangan di Pesanggaran rata rata 2.2 kv pada tahun 21 dan 211. Selanjutnya pengoperasian IBT Kapal pada tahun 212 akan berpengaruh banyak terhadap tegangan sehingga sekitar 15 kv. Tegangan rata rata saat beban puncak dari tahun naik 5.5 kv atau lebih tinggi 3.83% dibanding rencana PLN, kondisi tersebut disebabkan sumbangan daya reaktif dari SUTET. Simulasi produksi energi ditunjukkan pada tabel 4.13 dan Dari tabel 4.13, penambahan kapasitas kabel akan meningkatkan transfer daya dari Jawa sebesar 2.85%. Mulai tahun 21, dengan mulai beroperasinya PLTU Bali Timur 2x13 MW dan PLTP Bedugul 1x6 MW maka pembangkit BBM di Bali tidak perlu dioperasikan. Mulai tahun 21, energi yang diproduksi dari PLTU Bali Timur 2x13 MW dan PLTP Bedugul 1x6 MW tidak pernah naik, kondisi ini disebabkan biaya pembangkit tersebut lebih mahal dibanding PLTU Paiton sehingga kenaikan beban hanya dimbangi dengan kenaikan transfer daya dari Jawa. 46 Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

22 Tabel 4.13 Produksi Energi dari setiap Pembangkit tahun Skenario 3 Psran Diesel Psran Gas Glmnk Pmron Transfer Blutr Bltmr BDGUL Simulasi biaya produksi ditampilkan pada tabel , penambahan kapasitas kabel laut menjadi 4x15 MW akan meningkatkan transfer daya dari Jawa sebesar 2.8% dan menurunkan biaya produksi tahunan sebesar 7.81% dibanding rencana PLN tahun 29. Tabel 4.14 Prakiraan Biaya Produksi Rencana PLN dan Skenario 3 Renc. PLN Skenario 3 Selisih Biaya Biaya Rp/kWh (Milyar (Milyar Rp.) Rp.) Rp/kWh Rp/kWh % , pengoperasian PLTU Bali Timur 2x13 MW dan PLTP Bedugul 1x6 MW akan menurunkan biaya produksi 63.11% dibanding rencana PLN. Dengan percepatan pengoperasian PLTU Bali Timur dan PLTP Bedugul 1x6 MW tahun 21 menjadikan biaya produksi Rp ,-/kWh masih jauh 47 Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

23 lebih rendah dibanding rencana PLN yang masih mengoperasikan pembangkit Pesanggaran dengan biaya produksi Rp ,-/kWh. 211 dan 212, secara sistem pengoperasian PLTP Bedugul 2x6 MW membuat biaya produksi menjadi lebih tingggi dari rencana PLN, penyebabnya adalah biaya produksi PLTP masih lebih tinggi dari biaya produksi dari PLTU batubara. Biaya produksi tahun 213 sebanding antara rencana PLN dengan skenario 3, dimana biaya produksi skenario 3 Rp ,-/kWh dan skenario 3 Rp ,-/kWh 214 dan 215, pada rencana PLN dioperasikan pembangkit Pesanggaran masing masing 56 MW dan 89 MW pada periode beban puncak. Dengan pengoperasian pembangkit BBM tersebut, biaya produksi pada skenario 3 dengan PLTP Bedugul 2x6 MW lebih murah dibanding rencana PLN. Trilyun Rp Renc. PLN Skenario Renc. PLN Skenario 3 Gambar 4.16 Prakiraan Biaya Produksi rencana PLN dan Skenario 3 48 Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

24 Rp/kWh Renc. PLN Skenario Renc. PLN Skenario 3 Gambar 4.17 Prakiraan Biaya per kwh rencana PLN dan Skenario Perbandingan Rencana PLN dengan Tiga Skenario Perbandingan kualitas tegangan dari rencana PLN dan tiga skanario yang telah disimulasikan ditampilkan dalam tabel 4.12 dan gambar 4.17 Tabel 4.15 Perbandingan kualitas tegangan antara rencana PLN 3 skenario Beban (MW) Rencana PLN (kv) Kit BBM (MW) Skenario 1 (kv) Kit BBM (MW) Skenario 2 (kv) Kit BBM (MW) Skenario 3 (kv) Kit BBM (MW) Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

25 Dari tabel diatas terlihat bahwa semakin tinggi beban Bali, kualitas tegangan makin menurun sehingga perlu pengoperasian pembangkit yang langsung mensuplai ke pusat beban Teg. (kv) Renc. PLN Renc. PLN Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Gambar 4.18 Perbandingan Kualitas Tegangan di Pesanggaran dari Rencana PLN dengan tiga Skenario. Dari gambar 4.18 terlihat bahwa dari skenario 3 akan diperoleh kualitas tegangan yang paling baik disusul skenario 2 namun perbedaannya sangat kecil. Perbedaan paling tinggi terjadi pada tahun 21 dimana pada tahun tersebut dioperasikan PLTU Bali Timur 2x13 MW dan PLTP Bedugul 1x6 MW, tetapi pada tahun 211 dan seterusnya tegangan hampir sama. 5 Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

26 4.5 4 Trilyun Rp Renc. PLN Skenario 3 Skenario 1.5 Skenario Renc. PLN Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Gambar 4.19 Perbandingan Biaya Produksi PLN dengan tiga Skenario Rp/kWh Renc. PLN Skenario 3 Skenario 1 Skenario PLN Case1 Case 2 Case 3 Gambar 4.2 Perbandingan biaya per kwh Rencana PLN dengan tiga Skenario Sedangkan dari sisi biaya produksi, dari gambar 4.19 dan 4.2 terlihat bahwa pada skenario kedua menghasilkan biaya produksi yang paling kecil. 51 Analisis perencanaan..., Adi Purwanto, FT UI, 28

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Energi listrik dalam era sekarang ini sudah merupakan kebutuhan primer, dengan perkembangan teknologi, cara hidup, nilai kebutuhan dan pendapatan perkapita serta

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN TESIS

ANALISIS PERENCANAAN KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN TESIS ANALISIS PERENCANAAN KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN 2008-2017 TESIS Oleh: ADI PURWANTO 06 06 00 30 64 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PASCASARJANA BIDANG ILMU

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI Sistem tenaga listrik modern merupakan sistem yang komplek yang terdiri dari pusat pembangkit, saluran transmisi dan jaringan distribusi yang berfungsi untuk menyalurkan daya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Permintaan energi listrik di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup pesat dan berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk keperluan penyediaan tenaga listrik bagi pelanggan, diperlukan berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu sama lain mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv

ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv I N Juniastra Gina, W G Ariastina 1, I W Sukerayasa 1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana 1 Staff

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI ANALISIS PROGRAM PERCEPATAN MW TAHAP I PADA OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA BALI TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI ANALISIS PROGRAM PERCEPATAN MW TAHAP I PADA OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA BALI TESIS UNIVERSITAS INDONESIA STUDI ANALISIS PROGRAM PERCEPATAN 10.000 MW TAHAP I PADA OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA BALI TESIS MOHAMAD TRESNA WIKARSA 08 06 42 45 54 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM MAGISTER TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi

BAB 1 PENDAHULUAN. Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi yang mengungkapkan kinerja dan aliran daya (nyata dan reaktif) untuk keadaan tertentu ketika

Lebih terperinci

OPTIMASI PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA UNTUK MEMINIMALISASI BIAYA PRODUKSI LISTRIK DI SISTEM JAWA BALI ABSTRAK

OPTIMASI PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA UNTUK MEMINIMALISASI BIAYA PRODUKSI LISTRIK DI SISTEM JAWA BALI ABSTRAK OPTIMASI PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA UNTUK MEMINIMALISASI BIAYA PRODUKSI LISTRIK DI SISTEM JAWA BALI *Retno Handayani dan **Suparno Program Pascasarjana Magister Manajemen

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI LISTRIK DI BALI

KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI LISTRIK DI BALI KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI LISTRIK DI BALI DISAMPAIKAN DALAM ACARA SEMINAR NASIONAL tentang Sumber Daya Panas Bumi di Indonesia BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI BALI Denpasar,

Lebih terperinci

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG 2007-2016 Dari keterangan pada bab sebelumnya, dapat dilihat keterkaitan antara kapasitas terpasang sistem pembangkit dengan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK INTERKONEKSI JAWA-BALI

BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK INTERKONEKSI JAWA-BALI BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK INTERKONEKSI JAWA-BALI 3.1 SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA-BALI Sistem tenaga listrik Jawa-Bali dihubungkan oleh Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (S.U.T.E.T.) 500 kv dan Saluran

Lebih terperinci

ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI

ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI E D Meilandari 1, R S Hartati 2, I W Sukerayasa 2 1 Alumni Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana 2 Staff Pengajar Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Sistem Tenaga Listrik. 4 sks

Sistem Tenaga Listrik. 4 sks Sistem Tenaga Listrik 4 sks TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta dalam pengembangan berbagai sektor ekonomi. Dalam kenyataan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. serta dalam pengembangan berbagai sektor ekonomi. Dalam kenyataan ekonomi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Daya listrik memberikan peran sangat penting dalam kehidupan masyarakat serta dalam pengembangan berbagai sektor ekonomi. Dalam kenyataan ekonomi modren sangat tergantung

Lebih terperinci

Data yang disajikan merupakan gabungan antara data PLN Holding dan Anak Perusahaan,

Data yang disajikan merupakan gabungan antara data PLN Holding dan Anak Perusahaan, Kata Pengantar Buku Statistik PLN 2015 diterbitkan dengan maksud memberikan informasi kepada publik mengenai pencapaian kinerja perusahaan selama tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya. Data yang disajikan

Lebih terperinci

ANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN

ANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN ANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN 2008-2017 Massus Subekti 1), Uno Bintang Sudibyo 2), I Made Ardit 3) Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Lebih terperinci

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN TARIF LISTRIK REGIONAL DI DAERAH PROVINSI BALI GUNA MEMENUHI PASOKAN ENERGI LISTRIK 10 TAHUN MENDATANG I Putu Surya Atmaja 2205 100 107 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern seperti saat ini, energi listrik menjadi salah satu kebutuhan dasar dalam kehidupan masyarakat. Berbagai peralatan rumah tangga maupun industri saat ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik dikatakan sebagai kumpulan/gabungan yang terdiri dari komponen-komponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator,

Lebih terperinci

STUDI RUGI DAYA SISTEM KELISTRIKAN BALI AKIBAT PERUBAHAN KAPASITAS PEMBANGKITAN DI PESANGGARAN

STUDI RUGI DAYA SISTEM KELISTRIKAN BALI AKIBAT PERUBAHAN KAPASITAS PEMBANGKITAN DI PESANGGARAN Teknologi Elektro, Vol.,., Juli Desember 0 9 STUDI RUGI DAYA SISTEM KELISTRIKAN BALI AKIBAT PERUBAHAN KAPASITAS PEMBANGKITAN DI PESANGGARAN I P. A. Edi Pramana, W. G. Ariastina, I W. Sukerayasa Abstract

Lebih terperinci

ISSN : NO

ISSN : NO ISSN : 0852-8179 NO. 02701-150430 02701-150430 Statistik PLN 2014 Kata Pengantar Buku Statistik PLN 2014 diterbitkan dengan maksud memberikan informasi kepada publik mengenai pencapaian kinerja perusahaan

Lebih terperinci

Rencana Operasi Bulanan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Juni 2017

Rencana Operasi Bulanan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Juni 2017 Rencana Operasi Bulanan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Juni 2017 PT. PLN (PERSERO) WILAYAH KALIMANTAN BARAT Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : 1 45 KATA PENGANTAR Buku Rencana Operasi Bulanan Sistem

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali

Gambar 3.1 Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA BALI 3.1 Gambaran Umum Operasi Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali (STLJB) untuk sisi tegangan ekstra tinggi dan tegangan tinggi dikelola oleh PT PLN (Persero) Penyaluran

Lebih terperinci

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017 Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 Pengembangan Energi Nasional Prioritas pengembangan Energi nasional

Lebih terperinci

OPTIMASI UNIT PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA DI SISTEM JAWA BALI

OPTIMASI UNIT PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA DI SISTEM JAWA BALI OPTIMASI UNIT PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA DI SISTEM JAWA BALI RETNO HANDAYANI 9107201614 SLAYA CLGON BLRJA KMBNG TMBUN CWANG MRTW R DEPOK BKASI

Lebih terperinci

MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI

MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI 1. Kondisi Kelistrikan Saat Ini Sistem Jawa-Bali merupakan sistem interkoneksi dengan jaringan tegangan ekstra tinggi 500 kv yang membentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tegangan pengirim akibat suatu keadaan pembebanan. Hal ini terjadi diakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tegangan pengirim akibat suatu keadaan pembebanan. Hal ini terjadi diakibatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat terjadi pelepasan beban dari suatu sistem tenaga listrik dapat menimbulkan tegangan lebih transien. Apabila suatu sistem tenaga listrik tidak mampu menyuplai

Lebih terperinci

PERENCANAAN SMARTGRID JARINGAN LISTRIK SUMBAGUT 150 KV MENGGUNAKAN SIMULINK MATLAB

PERENCANAAN SMARTGRID JARINGAN LISTRIK SUMBAGUT 150 KV MENGGUNAKAN SIMULINK MATLAB PERENCANAAN SMARTGRID JARINGAN LISTRIK SUMBAGUT 150 KV MENGGUNAKAN SIMULINK MATLAB Fransisco Wiartone Simbolon, Yulianta Siregar Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO)

DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO) DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO) 1. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga

Lebih terperinci

Rencana Operasi Bulanan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa September 2017

Rencana Operasi Bulanan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa September 2017 Rencana Operasi Bulanan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa September 2017 PT. PLN (PERSERO) WILAYAH KALIMANTAN BARAT Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : 1 45 KATA PENGANTAR Buku Rencana Operasi Bulanan Sistem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berdasarkan data PLN APB Jawa Barat tahun 2014, subsistem Cirata 150 kv disuplai oleh dua unit IBT 500 MVA pada tegangan 500/150 kv di Gardu Induk Tegangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Flow Chart Flow chart diagram alir digunakan untuk menggambarkan alur proses atau langkah-langkah secara berurutan.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Flow Chart Flow chart diagram alir digunakan untuk menggambarkan alur proses atau langkah-langkah secara berurutan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart Flow chart diagram alir digunakan untuk menggambarkan alur proses atau langkah-langkah secara berurutan. 3.1.1 Flow Chart Optimisasi Pembagian Beban Mulai Mengumpulkan

Lebih terperinci

SISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020

SISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020 SISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020 Moh. Sidik Boedoyo ABSTRACT Jamali or Jawa, Madura and Bali is a populated region, in which about 60% of Indonesia population lives in the region,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS Dalam merencanakan membangun pembangkit untuk mendapatkan tingkat keandalan yang diinginkan, maka kita perlu tahu berapa besar kapasitas yang perlu dipasang dan kapan pemasangannya

Lebih terperinci

NOTULEN RAPAT RENCANA ALOKASI ENERGI FEBRUARI No HASIL RAPAT Ditindak lanjuti oleh 1 Informasi pengantar

NOTULEN RAPAT RENCANA ALOKASI ENERGI FEBRUARI No HASIL RAPAT Ditindak lanjuti oleh 1 Informasi pengantar RENCANA ALOKASI ENERGI FEBRUARI 2011 Tanggal : 24 Januari 2011 Pukul : 09:00 WIB sd selesai Tempat : Jogyakarta Peserta : Terlampir 1 Informasi pengantar 2 P3B JB Direksi menjadikan program penghematan

Lebih terperinci

PLN Dari 1973 Sampai 2005

PLN Dari 1973 Sampai 2005 PLN Dari 1973 Sampai 25 Sudaryatno Sudirham Tulisan ini dibuat pada waktu penulis masih aktif sebagai Tenaga Ahli Teknik Dewan Komisaris PT PLN (Persero) 1. Pendahuluan Berikut ini disajikan rangkuman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia dengan cepat dan membawa dampak pada perekonomian, lapangan kerja dan peningkatan devisa Negara. Industri yang berkembang kebanyakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS MASUKNYA PLTN KE SISTEM JAWA- BALI

BAB IV HASIL DAN ANALISIS MASUKNYA PLTN KE SISTEM JAWA- BALI 36 BAB IV HASIL DAN ANALISIS MASUKNYA PLTN KE SISTEM JAWA- BALI 4.1 Sistem Kelistrikan Jawa Bali Sistem kelistrikan Jawa-Bali merupakan sistem tenaga listrik yang terbesar di Indonesia. Sistem ini mengkonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman, teknologi pun juga ikut berkembang. Perkembangan teknologi ini mengakibatkan hampir semua peralatan bekerja dengan bersumber dari listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kv, yang membentang sepanjang Pulau Jawa-Bali. Sistem ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kv, yang membentang sepanjang Pulau Jawa-Bali. Sistem ini merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik untuk Kabupaten Kulon Progo disuplai melalui sistem distribusi energi listrik Provinsi DIY. Di mana sistem ketenagalistrikan di DIY merupakan bagian

Lebih terperinci

SISTEM TENAGA LISTRIK

SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK Sistem Tenaga Listrik : Sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah

Lebih terperinci

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH Abstrak Dalam meningkatkan rasio elektrifikasi nasional, PLN telah melakukan banyak upaya untuk mencapai target yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) mempunyai sistem transmisi listrik di Pulau Jawa yang terhubung dengan Pulau Bali dan Pulau Madura yang disebut dengan sistem interkoneksi

Lebih terperinci

PENENTUAN KAPASITAS TRANSFORMATOR DAYA PADA PERENCANAAN GARDU INDUK (GI) SISTEM 70 KV (STUDI KASUS PEMBANGUNAN GARDU INDUK ENDE - ROPA MAUMERE)

PENENTUAN KAPASITAS TRANSFORMATOR DAYA PADA PERENCANAAN GARDU INDUK (GI) SISTEM 70 KV (STUDI KASUS PEMBANGUNAN GARDU INDUK ENDE - ROPA MAUMERE) ABSTRAK PENENTUAN KAPASITAS TRANSFORMATOR DAYA PADA PERENCANAAN GARDU INDUK (GI) SISTEM 70 KV (STUDI KASUS PEMBANGUNAN GARDU INDUK ENDE - ROPA MAUMERE) Agusthinus S. Sampeallo Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat, baik pada sektor rumah tangga, penerangan,

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat, baik pada sektor rumah tangga, penerangan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik semakin meningkat seiring perkembangan kemajuan teknologi dan pembangunan. Penggunaan listrik merupakan faktor yang penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PEMBANGKIT SISTEM 150 KV JAWA TIMUR MENGGUNAKAN METODE MERIT ORDER

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PEMBANGKIT SISTEM 150 KV JAWA TIMUR MENGGUNAKAN METODE MERIT ORDER 1/6 OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PEMBANGKIT SISTEM 150 KV JAWA TIMUR MENGGUNAKAN METODE MERIT ORDER SURIYAN ARIF WIBOWO 07100044 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan berkembangnya zaman, teknologi pun berkembang maka dari itu kebutuhan energy pun meningkat, terutama energy listrik yang menjadi kebutuhan sehari-hari untuk memenuhi

Lebih terperinci

Rencana Operasi Tahunan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa 2015

Rencana Operasi Tahunan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa 2015 Rencana Operasi Tahunan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa 2015 Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : 1 110 KATA PENGANTAR Buku Rencana Operasi Tahunan Sistem Khatulistiwa disiapkan oleh unit operasional PT

Lebih terperinci

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Abstrak Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. energi yang memproduksi minyak bumi dan produksi sampingan berupa gas alam

1 BAB I PENDAHULUAN. energi yang memproduksi minyak bumi dan produksi sampingan berupa gas alam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem tenaga listrik merupakan faktor utama yang mendukung sistem produksi dari perusahaan industri, terutama pada industri besar di Indonesia. Khususnya pada perusahaan

Lebih terperinci

Studi Koordinasi Proteksi PT. PJB UP Gresik (PLTGU Blok 3)

Studi Koordinasi Proteksi PT. PJB UP Gresik (PLTGU Blok 3) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Studi Koordinasi Proteksi PT. PJB UP Gresik (PLTGU Blok 3) Ahmad Yusuf Kurniawan, Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. 1), Ir. Arif Musthofa, MT 2). Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Kata kunci Kabel Laut; Aliran Daya; Susut Energi; Tingkat Keamanan Suplai. ISBN: Universitas Udayana

Kata kunci Kabel Laut; Aliran Daya; Susut Energi; Tingkat Keamanan Suplai. ISBN: Universitas Udayana Efek Beroperasinya Kabel Laut Bali Nusa Lembongan Terhadap Sistem Kelistrikan Tiga Nusa Yohanes Made Arie Prawira, Ida Ayu Dwi Giriantari, I Wayan Sukerayasa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta di

Lebih terperinci

RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT MW. Arief Sugiyanto

RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT MW. Arief Sugiyanto RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) 2015-2024 DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT 35.000 MW Arief Sugiyanto Divisi Perencanaan Sistem, PT PLN (Persero) arief.sugiyanto@pln.co.id S A R I Pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ALIRAN DAYA

BAB IV STUDI ALIRAN DAYA BAB IV STUDI ALIRAN DAYA 4.1. STUDI ALIRAN DAYA DENGAN PROGRAM E.T.A.P. Perubahan listrik menggunakan program yang dibuat dengan teliti untuk melakukan studi aliran daya dan stabiliti. Suatu program yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan energi yang dihasilkan dari sumber energi lain

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan energi yang dihasilkan dari sumber energi lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan energi yang dihasilkan dari sumber energi lain seperti bahan bakar fosil (minyak, gas alam dan batu bara), hidro, panas bumi dan nuklir. Dibangkitkan

Lebih terperinci

Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-21 Periode Mei 2017

Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-21 Periode Mei 2017 Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-21 Periode 19-25 Mei 2017 PT PLN (PERSERO) WILAYAH KALIMANTAN BARAT KATA PENGANTAR Buku Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Khatulistiwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang, kelistrikan sudah menjadi salah satu hal terpenting dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya tergantung pada

Lebih terperinci

STUDI KEAMANAN SUPLAI ENERGI LISTRIK BALI SAMPAI DENGAN TAHUN 2025

STUDI KEAMANAN SUPLAI ENERGI LISTRIK BALI SAMPAI DENGAN TAHUN 2025 STUDI KEAMANAN SUPLAI ENERGI LISTRIK BALI SAMPAI DENGAN TAHUN 2025 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan studi Program Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Elektro IGUSTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan strategi bisnisnya. Strategi bisnis sebelumnya mungkin sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini kita banyak mendengar banyak berita bahwa Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengalami kerugian yang sangat besar setiap tahunnya yang disebabkan faktor-faktor

Lebih terperinci

Analisis Unjuk Kerja Tiga Unit Inter Bus Transformers 500 MVA 500/150/66 kv di GITET Kediri

Analisis Unjuk Kerja Tiga Unit Inter Bus Transformers 500 MVA 500/150/66 kv di GITET Kediri ELPOSYS Jurnal Sistem Kelistrikan Vol. 03 No.1, ISSN: 2355 9195, E-ISSN: 2356-0533 Analisis Unjuk Kerja Tiga Unit Inter Bus Transformers 500 MVA 500/150/66 kv di GITET Kediri Aan M. Ilham *a), Rachmat

Lebih terperinci

KOKO SURYONO D

KOKO SURYONO D ANALISIS DROP TEGANGAN SALURAN DISTRIBUSI 20 KV PADA PENYULANG WONOGIRI 8 TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2006, tentang penugasan kepada PT. PLN (Persero) untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2006, tentang penugasan kepada PT. PLN (Persero) untuk melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Proyek Percepatan Pembangkit Tenaga Listrik berbahan bakar Batubara berdasarkan pada Peraturan Presiden RI (Perpres) Nomor 71 Tahun 2006, tentang penugasan

Lebih terperinci

BAB 4 SIMULASI DAN ANALISIS

BAB 4 SIMULASI DAN ANALISIS BAB 4 SIMULASI DAN ANALISIS 4.1 Hasil Simulasi Simulasi dan optimasi dengan menggunakan HOMER menghasilkan beberapa konfigurasi yang berbeda sesuai dengan batasan sensitifitas yang diterapkan. Beban puncak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu kebutuhan utama bagi penunjang dan pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu kebutuhan utama bagi penunjang dan pemenuhan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin pesat memicu kebutuhan akan energi, terutama energi listrik. Masalah listrik menjadi polemik yang berkepanjangan dan memunculkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tegangan tiap bus, perubahan rugi-rugi daya pada masing-masing saluran dan indeks kestabilan tegangan yang terjadi dari suatu

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah oleh: Alvin Andituahta Singarimbun 2206 100 040 DosenPembimbing 1: Ir. Syarifuddin M, M.Eng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tegangan tiap bus, perubahan rugi-rugi daya pada masing-masing saluran dan indeks kestabilan tegangan yang terjadi dari suatu

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern ini tidak dapat dipungkiri bahwa seluruh umat manusia saat ini memiliki ketergantungan yang sangat besar dengan energi listrik. Listrik sudah menjadi

Lebih terperinci

Rencana Operasi Bulanan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Februari 2017

Rencana Operasi Bulanan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Februari 2017 Rencana Operasi Bulanan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Februari 2017 Edisi : 01 Revisi : 00 Halaman : 1 27 KATA PENGANTAR Buku Rencana Operasi Bulanan Sistem Khatulistiwa disiapkan oleh unit operasional

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Listrik Negara Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI INTISARI Oleh: Ir. Agus Sugiyono *) PLN sebagai penyedia tenaga listrik yang terbesar mempunyai kapasitas terpasang sebesar

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi listrik di masyarakat kian meningkat seiring dengan meningkatnya pemanfaatan energi listrik pada seluruh aspek kehidupan manusia. Energi listrik merupakan

Lebih terperinci

METODE PENGATURAN PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK DALAM UPAYA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR PEMBANGKIT DAN ENERGI. Oleh : Widodo *)

METODE PENGATURAN PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK DALAM UPAYA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR PEMBANGKIT DAN ENERGI. Oleh : Widodo *) METODE PENGATURAN PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK DALAM UPAYA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR PEMBANGKIT DAN ENERGI Oleh : Widodo *) Abstrak Dalam pengoperasian sisitem tenaga listrik harus selalu diusahakan agar daya

Lebih terperinci

SISTEM KELISTRIKAN LUAR JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020

SISTEM KELISTRIKAN LUAR JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020 SISTEM KELISTRIKAN LUAR JAMALI TAHUN 23 S.D. TAHUN 22 Agus Nurrohim dan Erwin Siregar ABSTRACT In national electricity plan, there are Jawa-Madura-Bali (Jamali) and Non Jamali systems. Those two systems

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat terpenuhi secara terus menerus. mengakibatkan kegagalan operasi pada transformator.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat terpenuhi secara terus menerus. mengakibatkan kegagalan operasi pada transformator. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi utama sistem tenaga listrik adalah untuk memenuhi kebutuhan energi listrik setiap konsumen secara terus menerus. Sebelum tenaga listrik disalurkan ke konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zenny Jaelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zenny Jaelani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik adalah sumber energi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga dalam penyaluran energi tersebut harus benar-benar handal, listrik merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gardu Induk 500 kv atau disebut dengan GITET ini mempunyai fungsi untuk mentransformasikan tegangan listrik 500 kv yang dikirim dari beberapa pembangkit di Jawa menjadi

Lebih terperinci

Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-20 Periode Mei 2017

Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-20 Periode Mei 2017 Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-20 Periode 12-18 Mei 2017 PT PLN (PERSERO) WILAYAH KALIMANTAN BARAT KATA PENGANTAR Buku Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Khatulistiwa

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYALURAN DAYA PLTM SALIDO KE JARINGAN DISTRIBUSI PLN

OPTIMASI PENYALURAN DAYA PLTM SALIDO KE JARINGAN DISTRIBUSI PLN OPTIMASI PENYALURAN DAYA PLTM SALIDO KE JARINGAN DISTRIBUSI PLN Adrianti 1) Refdinal Nazir 1) Fajri Hakim 2) 1) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang email: adrianti@ft.unand.ac.id

Lebih terperinci

Strategi Interkoneksi Suplai Daya 2 Pembangkit di PT Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory

Strategi Interkoneksi Suplai Daya 2 Pembangkit di PT Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory 1 Strategi Interkoneksi Suplai Daya 2 di PT Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory Surya Adi Purwanto, Hadi Suyono, dan Rini Nur Hasanah Abstrak PT. Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory adalah perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai peran penting karena berhubungan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai peran penting karena berhubungan langsung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem distribusi merupakan salah satu sistem dalam tenaga listrik yang mempunyai peran penting karena berhubungan langsung dengan pemakai energi listrik, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, pemenuhan pelayanan berkualitas bagi perusahaan kemudian tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. ini, pemenuhan pelayanan berkualitas bagi perusahaan kemudian tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan kondisi perekonomian, maka dunia industri semakin mendapat tuntutan yang tinggi dari masyarakat. Tuntutan yang dimaksud salah satunya

Lebih terperinci

ANALISIS KEANDALAN SISTEM 150 KV DI WILAYAH JAWA TIMUR

ANALISIS KEANDALAN SISTEM 150 KV DI WILAYAH JAWA TIMUR ANALISIS KEANDALAN SISTEM 150 KV DI WILAYAH JAWA TIMUR Ridwan Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111, Email : ridwan_elect@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan permintaan energi dalam kurun waktu menurut

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan permintaan energi dalam kurun waktu menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan permintaan energi dalam kurun waktu 2011-2030 menurut skenario BAU (Business As Usual) meningkat seperti pada gambar 1.1. Dalam gambar tersebut diperlihatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ketersediaan yang semakin menipis dan semakin mahal, membuat biaya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ketersediaan yang semakin menipis dan semakin mahal, membuat biaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangkit Listrik di Indonesia pada umumnya merupakan pembangkit listrik thermal. Kebutuhan pembangkit thermal terhadap bahan bakar fosil dengan jumlah ketersediaan

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, 2010, 2014, dan Jumlah Penduduk (ribu)

Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, 2010, 2014, dan Jumlah Penduduk (ribu) Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, 2010, 2014, dan 2015 Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (ribu) Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun (%) 2010 2014

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan berbagai kegiatan dapat dilakukan dengan adanya peralatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral Dalam kaitan dengan pentanahan netral sistem tenaga, beberapa penelitian terdahulu telah diidentifikasi, misalnya dalam pemilihan

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015

Tanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015 Tanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015 Mengacu Permen ESDM No. 09 Tahun 2015, Permen ESDM No: 31 Tahun 2014 & Permen ESDM No. 33 Tahun 2014 P T P L N ( P e r s e r o ) J l. T r u n o j o y o B l

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan tenaga listrik dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan ekonomi dan penduduk di Indonesia. Kebutuhan tenaga listrik meningkat setiap tahun. Berdasarkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK KELISTRIKAN NASIONAL

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK KELISTRIKAN NASIONAL KEBIJAKAN PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK KELISTRIKAN NASIONAL Oleh : Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Disampaikan pada: Seminar Nasional Promosi Sumberdaya Panas Bumi Denpasar,, 3-43 4 April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk kebutuhan energi listrik semakin meningkat, maka dibutuhkan penambahan pasokan listrik hingga tercukupi. Selain penambahan energi

Lebih terperinci

Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-6 Periode 3-9 Februari 2017

Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-6 Periode 3-9 Februari 2017 Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-6 Periode 3-9 Februari 2017 PT PLN (PERSERO) WILAYAH KALIMANTAN BARAT KATA PENGANTAR Buku Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. daya listrik dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya adalah kualitas daya

BAB I. PENDAHULUAN. daya listrik dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya adalah kualitas daya BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan semakin tingginya tarif listrik, maka tuntutan efisiensi dalam pemakaian daya listrik adalah menjadi pertimbangan utama. Efisiensi penggunaan daya listrik

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN I Putu Dimas Darma Laksana 1, I Gede Dyana Arjana 2, Cok Gede Indra Partha 3 1,2,3

Lebih terperinci

STUDI ALIRAN DAYA PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERINTERKONEKSI DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG PM.6 GI PEMATANG SIANTAR)

STUDI ALIRAN DAYA PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERINTERKONEKSI DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG PM.6 GI PEMATANG SIANTAR) STUDI ALIRAN DAYA PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERINTERKONEKSI DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG PM.6 GI PEMATANG SIANTAR) Rimbo Gano (1), Zulkarnaen Pane (2) Konsentrasi Teknik

Lebih terperinci