BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Menurut badan statistik PLN, kapastitas terpasang tenaga listrik oleh PLN pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013 dengan total terpasang sebesar 198,601 GWh MW dengan energi yang dibeli dari luar PLN sebesar Gwh (23.30%). Pembelian tersebut meningkat 1.035Gwh atau1,98% dibandingkan dengan tahun Jumlah energi listrik terjual pada tahun 2014 sebesar Gwh, meningkat 5,90% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kelompok pelanggan Industri mengkonsumsi GWh (33,19%), Rumah Tangga GWh (42,34%), Bisnis GWh (18,27%), dan lainnya (sosial, gedung pemerintah dan penerangan jalan umum) GWh (6,21%). Pendapatan energi listrik untuk semua jenis kelompok pelanggan yaitu industri, rumah tangga, bisnis dan lainnya mengalami peningkatan masing-masing sebesar 2,37%, 8,90%, 5,17% dan 7,63%. Jumlah pelanggan pada akhir tahun 2014 sebesar pelanggan meningkat 6,48% dari akhir tahun 2013.Harga jual listrik rata-rata per kwh selama tahun 2014 sebesar Rp 939,74 lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar Rp 818,41. 1

2 Elektrifikasi di Sumatera Utara pada tahun 2013 sebesar 93,2% meningkat jauh dari tahun 2008 yang sebesar 69,8% dengan elektrifikasi nasional tahun 2013 sebesar 75%. Tingginya elektrifikasi juga berdampak pada pertumbuhan konsumsi energi listrik di Sumatera Utara yang terlihat pada kenaikan konsumsi energi per sektoral di Sumatera Utara dari 2010 sampai dengan 2013 dengan pertumbuhan beban puncak rata-rata 10% pertahun, namun dengan penurunan kapasitas yang signifikan dari 28,3 MW pada tahun 2010 menjadi 12,59 MW pada tahun Pada tahun 2013, daerah Sumatera Utara merupakan peringkat pertama (4,16%) sumber penerimaan dari total pendapatan yang diterima oleh PLN yang berasal dari luar pulau Jawa sebesar 26.18% dari total penerimaan. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2013 pertumbuhan penduduk menurun sekitar 0,3% - 1,5%, namun untuk PDB Indonesia meningkat sebesar 5,78% dan untuk Sumatera Utara mencapai 6%. PLN dihadapi dengan tantangan dalam memenuhi kebutuhan listrik seiring dengan meningkatnya PDB nasional maupun sektoral. Kapasitas terpasang PLN pada tahun 2010 sebesar MW dan pada tahun 2013 sebesar MW dengan peningkatan rata-rata setahun 9%. Sampai dengan tahun 2013, proporsi PLTA hanya sebesar MW atau 10,29 %. Wilayah Sumatera pada tahun 2013 mempunyai kapasitas terpasang 12,59 MW dengan daya mampu 8,18MW memiliki beban puncak lebih dari dua kali 2

3 kapastitasnya yaitu 26,03MW. Hal ini menandakan masih butuhnya pasokan daya listrik untuk memenuhi kebutuhan didaerah Sumatera Utara.Minimnya cadangan minyak bumi di Indonesia, maka pemanfaatan energi alternatif non migas harus ditingkatkan agar dapat mengurangi pengerukan sumber daya alam yang mulai menipis. Sumber daya yang dapat mereduksi kerusakan lingkungan, terutama pencemaran udara akibat pembakaran sumber daya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pemanfaatan energi primer yang dapat diperbaharui layak didorong dan hal ini tertuang dalam KEN (Kebijakan Energi Nasional). Pemerintah mempunyai target sumber energi yang dapat diperbaharukan pada tahun 2020 sebesar 5%. Sebagai wujud realisasi, maka pemanfaatan energi terbarukan mulai digalakan.sebagai contoh adalah pembangunan PLTM Simare yang diharapkan mampu mereposisi fungsi PLTD yang memiliki biaya operasional yang sangat tinggi dan mengurangi laju pengurangan bahan bakar minyak.sampai dengan tahun 2014, di Sumatera Utara hanya ada yang berjenis PLTD yang mengkonsumsi ,82 kilo liter dengan harga rata-rata per liter sebesar Rp ,85. Biaya operasional (per KWh) PLN per pembangkit 2014 untuk PLTA sebesar Rp. 166,66, PLTD sebesar Rp ,13, PLTU sebesar Rp.719,52, dan PLTG sebesar Rp

4 1.1 Latar Belakang Masalah Menyikapi masih terbukanya peluang untuk menjadi pemasok energi listrik untuk daerah Sumatera Utara, PT XYZ berencana akan membangun PLTM (Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro) dengan berkapasitas terpasang 2 x 1.500kW. PLTM Simare terletak di aliran sungai Aek Simare, yang masih berada di wilayah Desa Simare, Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utama. Jika telah beroperasi PLTM ini akan beroperasi di bawah PT PLN Ranting Balige. 1.2 Rumusan Masalah Identifikasi dalam penelitian dilakukan untuk menjawab permasalahan yang ada sebagai berikut: 1. Mengetahui kelayakan proyek pembangunan PLTM Simare dalam aspek keuangan. 2. Meniliti faktor-faktor yang mempengaruhi sensitivitas proyek PLTM. 1.3 Pertanyaan Penelitian Peneliti menguraikan permasalahan diatas kedalam pertanyaan yang akan dijawab dalam kesimpulan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah proyek pembangunan PLTM Simare ini layak dalam aspek keuangan? 4

5 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sensitivitas proyek tersebut? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penilitian ini adalah sebagai berikut 1. Menentukan kelayakan proyek dari sudut pandang keuangan. 2. Menentukan sensitivitas proyek PLTM Simare. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan keputusan yang terbaik bagi perusahaan dalam mengambil keputusan atas kelayakan proyek PLTM Simare, dan juga dapat bermanfaat bagi pemerintah Indonesia. 1. Manajemen Perusahaan. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tinjauan yang lebih baik dalam menentukan kelayakan usaha pembangunan PLTM. 2. Pemerintah Indonesia Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menjalin kerjasama pendanaan dalam pembangunan Infrastruktur PLTM. 1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah Penulisan tesis hanya membatasi masalah pada aspek keuangan dan sensitivitas untuk dijadikan panduan pembahasan kelayakan proyek ini. Adapun ruang lingkup dan batasan dalam pembahasan proyek ini adalah: 5

6 1. Proyek yang dibahas dalam tesis ini adalah proyek yang akan dilaksanakan di Simare Sumatera Utara dengan jangka waktu kontrak 20 tahun dengan pembangunan investasi selama 2 tahun. 2. Perhitungan dan analisis hanya dibatasi proyek ini saja, sehingga perhitungan ekonomis dimasa depan diluar jangka waktu proyek tidak diperhitungkan. 3. Dasar pendapatan dan biaya dalam asumsi yang dijadikan acuan dalam perhitungan adalah berdasarkan pra appraisal dansesuai dengan UU Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 22 tahun 2014 mengenai pembelian tenaga listrik dan pembangkit tenaga air. 4. Periode pengambilan data adalah dalam rentang waktu Juli sampai dengan September