ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH AKHMAD MUSLIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH AKHMAD MUSLIK"

Transkripsi

1 ANSIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH AKHMAD MUSLIK SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Analisis Pembentukan Word Graph Kata Kerja Menggunakan Metode Knowledge Graph adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian tesis ini. Bogor, Agustus 2009 Akhmad Muslik NRP G

3 ABSTRACT AKHMAD MUSLIK. An Analysis On Word Graph Formation Of Verb Using Knowledge Graph Method. Under supervision of SRI NURDIATI and FARIDA HANUM. Knowledge graph is a method which used to understand a natural language. Knowledge graph method systematically represents relations of words that explain many objects to be constructed in a graph pattern. In knowledge graph every word has a corresponding word graph, expressing the meaning of the word. The aim of this research is to analyze the structure of Indonesian verbs, to construct the formation rule of word graph of verb, and to test its rule. In this research, verbs had been analyzed using Indonesian grammar. The result of this project shows that every Indonesian verb has different systematic pattern, which represented in word graph. Finally, the systematic pattern that had been tested was used to produce a kind of a word graph for any Indonesian verb. Keywords : knowledge graph, word graph, and verb

4 RINGKASAN AKHMAD MUSLIK. Analisis Pembentukan Word Graph Kata Kerja Menggunakan Metode Knowledge Graph. Dibimbing oleh SRI NURDIATI dan FARIDA HANUM. Pada saat ini telah berkembang cabang ilmu bahasa komputasi berupa teknologi Natural Language Processing (NLP). Teknologi NLP adalah teknologi yang memungkinkan untuk melakukan transaksi bahasa alami, yaitu bahasa yang biasa disampaikan oleh manusia. Salah satu metode baru dalam NLP yang sedang diteliti adalah knowledge graph (KG). Metode ini mencoba melakukan tinjauan dalam menggambarkan atau menjelaskan bahasa dengan cara menganalisis teks secara harfiah dan diperkaya dengan latar belakang pengetahuannya sehingga menghasilkan sebuah pengetahuan baru (Zhang 2002). Pada penelitian selanjutnya, metode knowledge graph menjadi objek pembahasan yang penting, karena cara menganalisisnya memperhatikan teks berdasarkan semantik (arti kata). Beberapa penelitian tentang KG terutama yang berkaitan dengan bahasa Indonesia sudah pernah dilakukan tetapi belum sepenuhnya menyentuh secara spesifik aturan bagaimana kata benda, kata kerja, kata sifat, maupun preposisi dirumuskan word graphnya. Perancangan aturan untuk semua jenis kata agar terbangun word graph bukanlah sesuatu yang mudah dan cepat, melainkan perlu waktu yang relatif lama dan kerja keras. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian tentang KG dan membatasinya pada aturan pembentukan word graph kata kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, menganalisis struktur kata kerja dalam bahasa Indonesia, kedua merancang aturan pembentukan word graph kata kerja, dan ketiga menguji aturan pembentukan word graph kata kerja Kelas kata dalam bahasa Indonesia yang dikaji dalam tulisan ini adalah kata kerja (verba). Kata kerja (bahasa Latin: verbum, "kata") atau verba adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Menurut Keraf (1984), kata kerja adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat. Jenis kata ini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat. Berdasarkan objeknya, kata kerja dapat dibagi menjadi dua: kata kerja transitif yang membutuhkan pelengkap atau objek seperti memukul (bola), serta kata kerja intransitif yang tidak membutuhkan pelengkap seperti lari. Dalam graf, konsep diinterpretasikan dengan node. Menurut van den Berg (1993), konsep dapat dinyatakan dalam bentuk token (simbol, tanda, karakteristik, dsb), type, dan name. Token adalah konsep yang dipahami oleh seseorang menurut cara pandangnya masing-masing, hal ini berakibat adanya unsur subjektivitas. Misalnya ketika berhadapan dengan kata rambutan maka akan muncul dalam pikiran masing-masing orang bisa rasa, bentuk, warna, dan sebagainya. Token dalam KG dilambangkan dengan, yang menandakan adanya sebuah konsep dan dapat disejajarkan dengan fungsi argumen dalam logika. Adapun type dan name memiliki kondisi yang hampir sama, keduanya dapat dibedakan dari relasi yang menghubungkannya dengan token. Type merupakan konsep yang berupa

5 informasi umum dan bersifat objektif karena ada kesepakatan sebelumnya, sedangkan name adalah sesuatu yang bersifat individual. Dalam teori KG terdapat aspek ontologi sebagai gambaran beberapa konsep dan relasi antarkonsep yang dimaksudkan untuk mendefinisikan ide-ide yang merepresentasikan konsep, relasi, dan logikanya. Dengan cara seperti ini sebuah model dapat dibangun untuk memahami bahasa alami. Teori KG memperkenalkan ontologi word graph berupa token yang dinyatakan dengan node, 9 binary relationships, dan 4 frame relationships. Sembilan relasi itu adalah relasi kesamaan (KENESS/), relasi kausalitas (STY/), relasi kesederajatan (EQUTY/EQU), relasi yang bertautan (SUBSET/SUB), relasi perbedaan (DISPARATENESS/DIS), relasi yang berurutan (ORDERING/ORD), relasi atribut (ATTRIBUTE/PAR), relasi ketergantungan informasi (SKOLEM/SKO), dan ontologi FOCUS (F). Kemudian 4 frame relationshipnya yaitu: FPAR, NEGPAR, POSPAR, dan NECPAR. Pada penelitian ini awalnya penulis melakukan kajian literatur bahasa Indonesia, yakni mengumpulkan teks-teks yang menitikberatkan pada tema pertanian, kemudian melakukan kodifikasi kata kerja yang digunakan dalam penulisan teks tersebut. Tahap selanjutnya penulis menganalisis struktur kata kerja tersebut dengan melakukan tinjauan menggunakan kamus dan tata bahasa Indonesia. Dari hasil analisis itu, ada beberapa aturan struktur kata kerja yang masing-masing memiliki perbedaan pola. Dari sini, dimulai membuat aturan pembentukan word graph kata kerja. Pembentukan word graph kata kerja ini berdasarkan pada pola-pola yang sudah dianalisis di atas. Hasil pembentukan word graph ini diakhiri dengan melakukan pengujian atas word graph yang sudah dibentuk agar didapat aturan word graph yang umum. Langkah ini sebagai langkah terakhir pada penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap kata kerja mempunyai aturan tersendiri dalam merumuskan pembentukan word graph meskipun tidak menutup kemungkinan hasilnya ada yang sama, pembentukan word graph kata kerja bertolak pada aturan afiksasi yang melingkupinya, pada proses pembentukan word graph kata kerja dapat dibuat pola umum pembentukan word graph kata kerja tersebut berdasarkan kelompok afiksasinya yang berjumlah 10 pola. Dari hasil pengujian didapat pola umum pembentukan word graph kata kerja yang menjadi dasar pembentukan word graph kata kerja lain yang strukturnya sama. Kata Kunci: natural language processing, knowledge graph, word graph, kata kerja

6 ANSIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH AKHMAD MUSLIK Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Matematika SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

7 PRAKATA Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juni 2009 ini adalah masalah Pembentukan Word Graph Kata Kerja dengan Menggunakan Metode Knowledge Graph. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Sri Nurdati, M.Sc dan Ibu Dra. Farida Hanum, M.Si, atas bimbingannya dalam penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Prapto Tri Supriyo, M.Kom yang telah memberikan banyak saran selaku penguji luar komisi. Tidak lupa pula penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa. Akhirnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada ibu tercinta atas doa yang tak letih, keluarga, serta pihak lain yang telah membantu baik moril maupun materil sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2009 Akhmad Muslik

8 Judul Tesis Nama NRM : Analisis Pembentukan Word Graph Kata Kerja Menggunakan Metode Knowledge Graph : Akhmad Muslik : G Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc. Ketua Dra. Farida Hanum, M.Si. Anggota Diketahui Ketua Program Studi Matematika Terapan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S. Tanggal Ujian: 28 Agustus 2009 Tanggal Lulus:

9 RIWAYAT HIDUP Akhmad Muslik, lahir di Brebes 27 tahun lalu, tepatnya 16 Mei 1981, adalah putra bungsu dari pasangan Bapak Murdi (alm) dan Ibu Hasanah. Menyelesaikan studinya pada tingkat dasar (SD) di SDN 01 Kaligangsa Kulon Brebes tahun 1994, kemudian MTs RU Tegal lulus 1998, dan melanjutkan MA (SMA) di Kaliwungu Semarang tamat tahun Rampung dari MA, hijrah ke Jakarta untuk kuliah di jurusan pendidikan matematika Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Selesai dari UIN Jakarta (2004), mengajar di MTs Nurul Hidayah Cilandak Timur Jakarta Selatan hingga sekarang. Pada tahun 2006, melanjutkan studi Magister Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Program Pascasarjana UHAMKA, lulus Selain itu, di tahun 2007 mendapatkan beasiswa Departemen Agama melanjutkan studi S2 di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada departemen Matematika, FMIPA, lulus Saat ini, aktivitas sehari-hari mengajar di MTs Nurul Hidayah Jakarta serta memegang jabatan wakil kepala sekolah bidang kurikulum di sekolah yang sama.

10 Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.

11 Kupersembahkan tesis ini untuk Ayahku (alm), Ibuku terkasih dan kakak-kakakku sekalian yang memberikan dorongan penuh.

12 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Drs. Prapto Tri Supriyo, M.Kom.

13 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiii ix DAFTAR GAMBAR xiv x I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian. 33 II TINJAUAN PUSTAKA Kata Kerja Batasan dan Ciri Kata Kerja Kata Kerja dari Segi Perilaku Semantisnya Kata Kerja dari Segi Perilaku Sintaksisnya Kata Kerja dari Segi Bentuknya Kata Kerja Asal Kata Kerja Turunan Morfologi dan Semantik Kata Kerja Transitif Morfologi dan Semantik Kata Kerja Intransitif Kata Kerja Majemuk Hubungan Ketransitifan dengan Afiksasi Graf, Subgraf, dan Graf Berarah Pengertian Graf Graf Berarah Knowledge Graph Konsep Word Graph Relasi dan Aspek-Aspek Ontologi Kata Kerja dan Relasinya dalam KG III METODE PENELITIAN Studi Literatur Awal Kodifikasi Kata Kerja Analisis Kata Kerja Membuat Aturan Word Graph Kata Kerja Pengujian Hasil Aturan Word Graph Kata Kerja IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Struktur Kata Kerja Pembentukan Word Graph Kata Kerja Kata Kerja Dasar Kata Kerja Turunan Kata Kerja Transitif Kata Kerja Intransitif 55 55

14 4.3 Rancangan Aturan Pembentukan Word Graph Kata Kerja Pengujian Hasil Aturan Pembentukan Word Graph Kata Kerja 76 V SIMPULAN DAN SARAN 779 DAFTAR PUSTAKA

15 DAFTAR TABEL Halaman 1 Contoh word graph kata kerja dasar Contoh kata kerja dasar 35 3 Contoh kata kerja prefiks meng Contoh kata kerja afiks meng--kan dengan dasar kata kerja Contoh kata kerja afiks memper--kan/i dengan dasar kata sifat Contoh kata kerja prefiks di Contoh kata kerja prefiks ter Contoh kata kerja prefiks ber- KB Contoh kata kerja konfiks ber--an Contoh kata kerja konfiks ber--an (dasar ber -an) Contoh kata kerja prefiks meng- (dasar kata benda) Contoh kata kerja prefiks meng- (dasar kata sifat) Ringkasan pola aturan word graph kata kerja Hasil pengujian aturan pembentukan word graph kata kerja.. 77 xiii

16 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Penggabungan prefiks dan sufiks Pembentukan text graph Contoh penggunaan relasi Contoh penggunaan relasi Contoh penggunaan relasi EQU Contoh penggunaan relasi SUB Contoh penggunaan relasi DIS Contoh penggunaan relasi ORD Contoh penggunaan relasi PAR Contoh penggunaan relasi SKO Contoh penggunaan ontologi F Contoh penggunaan 4 frame relationships Contoh word graph kata mencangkul Contoh word graph kata dicangkul Contoh word graph kata berangkat Flowchart metode penelitian Bentuk umum word graph kata kerja dasar Word graph kata kerja mengambil Word graph kata kerja membawa Word graph kata kerja menanam Bentuk umum word graph kata kerja meng Word graph kata kerja membelikan Word graph lain kata kerja membelikan Word graph kata kerja membinasakan Word graph kata kerja mengisyaratkan. 40 xiv

17 26 Word graph kata kerja mengakibatkan Word graph kata kerja meminggirkan Word graph kata kerja melupakan Word graph kata kerja menghancurkan Word graph kata kerja menguningkan Word graph kata kerja mengemukakan Word graph kata kerja meng--kan Word graph kata kerja menduduki Word graph kata kerja mendatangi Word graph kata kerja memasuki Word graph kata kerja meng--i dengan KKD Word graph kata kerja menggulai Word graph kata kerja menggarami Word graph kata kerja meng--i dasar KB Word graph kata kerja memanasi Word graph kata kerja mengotori Word graph kata kerja meng--i dasar KS Word graph kata kerja mempertemukan Word graph kata kerja mempersatukan Word graph kata kerja memper--kan/-i dasar berkkd Word graph kata kerja memperalat Word graph kata kerja memperbudak Word graph kata kerja memper--kan/-i dasar KB Word graph kata kerja memperkecil Word graph kata kerja mempersulit Word graph kata kerja memper--kan/-i dasar KS Word graph kata kerja dipakai Word graph kata kerja ditinggalkan xv

18 54 Word graph kata kerja terbawa Word graph kata kerja tidak terjangkau Word graph kata kerja di- dan ter Word graph kata kerja menyobek-nyobek Word graph kata kerja reduplikasi Word graph kata kerja prefiks ber- dari kata kerja Word raph kata kerja berjalan Sentence graph kata kerja berjalan Word graph kata kerja bekerja Sentence graph kata kerja bekerja Word graph kata kerja bergerak Word graph kata kerja bermalam Word graph kata kerja berbunga Word graph kata kerja beranak Word graph kata kerja ber- KB Word graph kata kerja bergembira Word graph kata kerja bersedih Word graph kata kerja ber-ks Word graph kata kerja berdasarkan Word graph kata kerja beratapkan Word graph kata kerja berdua Word graph kata kerja ber-kb-kan Word graph kata kerja bepergian Word graph kata kerja berjauhan Word graph kata kerja ber-kkd-an Word graph kata kerja berpukulan Word graph kata kerja resiprokal Word graph kata kerja berhalangan xvi

19 82 Word graph kata kerja membatu Word graph kata kerja membukit Word graph kata kerja mendarat Word graph kata kerja meng-kb Word graph kata kerja menguning Word graph kata kerja membisu Word graph kata kerja meng-ks Word graph kata kerja mengalir Word graph kata kerja membaur Word graph kata kerja meng-dt Word graph kata kerja terduduk Word graph kata kerja terbenam Word graph kata kerja ter-kd Word graph kata kerja kelaparan Word graph kata kerja kedinginan Word graph kata kerja kejatuhan Word graph kata kerja kebanjiran Word graph kata kerja intransitif reduplikasi Word graph kata kerja makan-makan Word graph kata kerja pukul-memukul Word graph kata kerja intransitif reduplikasi Word graph kata kerja berjalan-jalan Word graph kata kerja intransitif reduplikasi Word graph kata membeli Word graph pola Word graph kata membeli pola xvii

20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini telah berkembang cabang ilmu bahasa komputasi berupa teknologi Natural Language Processing (NLP). Teknologi NLP adalah teknologi yang memungkinkan untuk melakukan transaksi bahasa alami, yaitu bahasa yang biasa disampaikan oleh manusia. Beberapa di antara kategori aplikasi NLP adalah natural language translator, translator, dan text summarization (Arman 2004). Kategori terakhir telah menghasilkan suatu sistem yang melakukan ringkasan dari puluhan bahkan ratusan teks dengan tema yang sama untuk kemudian menjadi rangkuman sehingga dihasilkan pengetahuan baru. Salah satu metode baru NLP yang sedang diteliti adalah knowledge graph (KG). Metode ini mencoba melakukan tinjauan dalam menggambarkan atau menjelaskan bahasa dengan cara menganalisis teks secara harfiah dan diperkaya dengan latar belakang pengetahuannya sehingga menghasilkan sebuah pengetahuan baru (Zhang 2002). Setiap orang dalam menganalisis teks pasti berbeda-beda dan bersifat subjektif. Perbedaan inilah yang menyebabkan ambiguitas dalam memahami sebuah naskah, oleh karenanya diperlukan kejelasan dalam penggunaan bahasa. Menurut Zhang, sudut pandang suatu masalah bagi setiap orang sangat subjektif, orang yang berbeda akan menggambarkan pengalaman yang ditemui ke dalam konsep secara berbeda; artinya, satu konsep dengan bahasa yang sama belum tentu diinterpretasikan dengan pemahaman yang sama pula. Beberapa penelitian sebelumnya telah membahas proses ekstraksi teks, di antaranya bagaimana meringkas teks dari dokumen yang panjang menjadi beberapa paragraf sehingga didapat pengetahuan baru yang lebih sederhana tanpa mengurangi informasi yang terkandung dalam teks tersebut. Tentunya, hal ini sangat menguntungkan dan memudahkan bagi pengguna dalam memahami teks

21 2 yang banyak. Salah satu metode yang digunakan pada proses pemangkasan teks tersebut adalah text summarization yang lebih dulu diteliti. Pada penelitian selanjutnya, metode knowledge graph menjadi objek pembahasan yang penting, karena cara menganalisisnya memperhatikan teks berdasarkan semantik (arti kata). Meskipun pada prinsipnya metode knowledge graph hampir sama dengan text summarization, namun sudut pandang dan dasar analisisnya berbeda. Penelitian tentang KG telah dilakukan oleh beberapa orang, di antaranya: Hulliyah (2007) yang menganalisis teks dengan tema pendidikan nasional, Ikhwati (2007) menganalisis teks dengan tema kemiskinan, Berri (2008) memodifikasi kalimat sembarang menjadi kalimat efektif kemudian menransformasi menjadi text graph dan merancang algoritme dari text graph tersebut, Wulandari (2008) meneliti perancangan algoritme dari combined graph dan simplified graph, serta Rusiyamti (2008) yang membangun prosedur chunk indicator kemudian membuat chunk graph dan menggabungkan beberapa chunk graph menjadi sentence graph. Masing-masing penelitian di atas, belum sepenuhnya menyentuh secara spesifik aturan bagaimana merumuskan word graph kata benda, kata kerja, kata sifat, maupun preposisi. Perancangan aturan untuk semua jenis kata agar terbangun word graph bukanlah sesuatu yang mudah dan cepat, melainkan perlu waktu yang relatif lama dan kerja keras. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian tentang KG dan membatasinya pada aturan pembentukan word graph kata kerja. 1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian ini bertujuan: menganalisis struktur kata kerja dalam bahasa Indonesia, merancang aturan pembentukan word graph kata kerja, menguji aturan pembentukan word graph kata kerja,

22 3 Manfaat Penelitian ini bermanfaat bagi penelitian-penelitian berikutnya sebagai salah satu pelengkap untuk penelitian yang panjang yaitu terciptanya satu software yang berfungsi sebagai pembaca sembarang dokumen berbahasa Indonesia serta menghasilkan informasi dalam bentuk graf. 1.3 Ruang Lingkup Pada penelitian ini, penulis melakukan analisis terhadap kata kerja yang sering digunakan dalam bidang pertanian meskipun tidak menutup kemungkinan katakata tersebut ditemukan dan digunakan dalam bidang lain.

23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini dijelaskan beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya. 2.1 Kata Kerja Kelas kata dalam bahasa Indonesia yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah kata kerja (verba). Kata kerja (bahasa Latin: verbum, "kata") atau verba adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya (Anonim 1990). Menurut Keraf (1984), kata kerja adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat. Jenis kata ini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat. Berdasarkan objeknya, kata kerja dapat dibagi menjadi dua: kata kerja transitif yang membutuhkan pelengkap atau objek seperti memukul (bola), serta kata kerja intransitif yang tidak membutuhkan pelengkap seperti lari. Kata kerja lebih lanjut dapat dijelaskan melalui beberapa bagian berikut ini Batasan dan Ciri Kata Kerja Ada beberapa ciri kata kerja yang dapat diketahui, di antaranya dengan mengamati perilaku semantis, perilaku sintaksis, dan bentuk morfologinya. Namun demikian, secara umum kata kerja dapat diidentifikasi dan dibedakan terutama melalui bentuk kata sifat, karena beberapa hal berikut (Alwi et al. 2003). 1) Kata kerja memiliki fungsi utama sebagai predikat atau inti predikat. Contoh: pencuri itu lari, mereka sedang belajar di kamar, dan bom itu seharusnya tidak meledak. Kata lari merupakan predikat sedangkan sedang belajar dan tidak meledak merupakan inti predikat. 2) Ada makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas. 3) Kata kerja yang bermakna keadaan tidak dapat diberi prefiks ter yang artinya paling. Contoh kata kerja mati atau suka, keduanya tidak dapat menjadi termati atau tersuka.

24 5 4) Secara umum, kata kerja tidak dapat bersatu dengan kata-kata yang maknanya kesangatan, seperti agak belajar, sangat pergi, dan bekerja sekali Kata Kerja dari Segi Perilaku Semantisnya Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti menandai atau melambangkan. Yang dimaksud tanda atau lambang di sini adalah tanda-tanda linguistik (Perancis: signé linguistique). Menurut Ferdinan de Saussure (1966), tanda lingustik terdiri atas: 1) komponen yang menggantikan, yang berwujud bunyi bahasa. 2) komponen yang diartikan atau makna dari komponen pertama. Kedua komponen ini adalah tanda atau lambang sedangkan yang ditandai atau dilambangkan adalah sesuatu yang berada di luar bahasa, atau yang lazim disebut sebagai acuan/ hal yang ditunjuk. Dalam konteks ini, setiap kata kerja mengandung makna inheren. Kata lari dan belajar memiliki makna inheren perbuatan. Kata-kata tersebut dapat menjadi jawaban untuk pertanyaan Apa yang dilakukan subjek? Misalnya Apa yang dilakukan siswa itu?, jawabannya belajar. Selain kata lari dan belajar, juga termasuk dalam kata kerja perbuatan adalah mendekat, mencuri, membelikan, memukuli, mandi, memberhentikan, menakut-nakuti, naik haji, dan sebagainya. Selain makna inheren perbuatan, kata kerja juga mengandung makna inheren proses. Kata kerja ini biasanya untuk menjawab pertanyaan Apa yang terjadi pada subjek? Pertanyaan Apa yang terjadi pada bom itu?, dapat dijawab dengan meledak. Kata membesar juga merupakan inheren proses perubahan dari kecil ke keadaan yang tidak kecil lagi. Contoh lain dari makna ini adalah mati, jatuh, mengering, mengecil, kebanjiran, terbakar, terdampar, dan sebagainya. Kata kerja suka dalam kalimat Orang asing itu tidak akan suka masakan Indonesia, memiliki makna inheren keadaan. Kata kerja yang memiliki makna ini umumnya tidak dapat menjawab pertanyaan makna inheren perbuatan dan inheren proses. Kata kerja keadaan juga memiki banyak kesamaan dengan kata sifat, bahkan dalam kasus-kasus tertentu sulit dibedakan dan kata kerja keadaan yang

25 6 kontras makna dengan kata sifat jumlahnya juga sedikit. Ada satu ciri yang umumnya dapat membedakan kata kerja keadaan dan kata sifat yaitu prefiks teryang berarti paling, prefiks ini hanya untuk kata sifat. Misalnya kata sulit dan dingin, dapat berubah menjadi tersulit dan terdingin (paling sulit dan paling dingin), tapi tidak dapat mengubah suka menjadi tersuka. Makna inheren yang disebutkan di atas tidak terpengaruhi dan tidak terikat dengan wujud kata kerjanya, baik itu berwujud kata dasar maupun berafiks. Makna inheren juga tidak selalu terikat dengan ketransitifan suatu kata kerja, sebagai contoh kata kerja pergi (intransitif) memiliki makna inheren perbuatan. Adapun kata kerja transitif umumnya memiliki makna inheren perbuatan meskipun ada juga yang tidak demikian misalnya mendengar dan melihat. Kata mendengar dan melihat dinamakan kata kerja pengalaman. Mendengar dan mendengarkan memiliki perbedaan arti, kata pertama merujuk pada peristiwa begitu saja tanpa ada unsur kesengajaan sementara kata kedua terkandung pengertian kesengajaan. Afiksasi juga dapat memunculkan makna yang berbeda bagi kata kerja. Penambahan afiks me- dalam kata beli menjadi membeli mempunyai makna kata kerja perbuatan, tetapi ketika diberikan sufiks kan pada kata kerja ini sehingga menjadi membelikan memiliki arti perbuatan itu dilakukan untuk orang lain. Tambahan i menjadi membeli bermakna tambahan perbuatan itu dilakukan lebih dari satu kali, kemudian awalan ter- pada kata terbawa juga memiliki arti tidak sengaja, dan seterusnya Kata kerja dari Segi Perilaku Sintaktis Sintaksis adalah studi mengenai hubungan kata dengan kata dalam membentuk satuan yang lebih besar, yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Sintaksis memiliki satuan yaitu kata, frasa, klausa, dan kalimat. Contoh kata kerja mendekat mengharuskan adanya subjek sebagai pelaku namun tidak membolehkan nomina setelahnya. Berbeda dengan kata kerja mendekati yang mengharuskan adanya subjek sebagai pelaku dan adanya nomina sesudahnya. Perilaku sintaksis berkaitan dengan makna dan sifat ketransitifan kata kerja.

26 7 Ketransitifan Ketransitifan kata kerja dapat ditentukan oleh adanya nomina yang terletak di belakang kata kerja sebagai objek dalam kalimat aktif dan objek itu kemungkinannya menjadi subjek dalam kalimat pasif. a) Kata kerja Transitif Kata kerja transitif adalah kata kerja yang memerlukan nomina sebagai objek dalam kalimat aktif, dan dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Contoh: (1) Ibu sedang membersihkan kamar itu. (2) Rakyat pasti mencintai pemimpin yang jujur. (3) Pemerintah akan memberlakukan peraturan itu segera. Contoh di atas dapat dibentuk menjadi kalimat pasif yaitu (1) Kamar itu sedang dibersihkan oleh ibu. (2) Pemimpin yang jujur pasti dicintai oleh rakyatnya. (3) Peraturan itu akan segera diberlakukan oleh pemerintah segera. Kata kerja transitif terbagi menjadi tiga sebagai berikut. (a) Kata kerja ekatransitif adalah kata kerja transitif yang diikuti oleh satu objek. Sebagai contoh: saya sedang mencari pekerjaan, ibu akan membeli baju baru, dan sebagainya. Pada contoh tersebut kata kerja mencari dan membeli hanya membutuhkan satu objek. (b) Kata kerja dwitransitif adalah kata kerja yang dalam kalimat aktif dapat diikuti oleh nomina, satu sebagai objek dan satunya lagi sebagai pelengkap. Contoh: saya sedang mencarikan adik saya pekerjaan, ibu akan membelikan kakak baju baru, dan sebagainya. (c) Kata kerja semitransitif adalah kata kerja yang objeknya boleh ada dan boleh juga tidak ada. Contoh kata kerja membaca dalam kalimat ayah sedang membaca koran, boleh juga ayah sedang membaca. b) Kata Kerja Intransitif Kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak mempunyai nomina di belakangnya yang dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Contoh: (1) Maaf, Pak, Ayah sedang mandi. (2) Kita harus bekerja keras untuk membangun Negara.

27 8 (3) Petani itu sedang bertanam jagung. Kata kerja mandi dan bekerja tidak dapat diikuti nomina, sedangkan kata kerja bertanam memang diikuti nomina tetapi tidak berfungsi sebagai objek melainkan pelengkap. Dalam kata kerja intransitif terdapat tiga kemungkinan yaitu kata kerja intransitif berpelengkap wajib, kata kerja intransitif berpelengkap manasuka, dan kata kerja intransitif tidak berpelengkap. Perhatikan contoh berikut. (1) Rumah orang itu berjumlah dua puluh buah. (2) Yang dikemukakannya adalah suatu dugaan. (3) Dia sudah mulai bekerja. (4) Anak itu kedapatan merokok. (5) Dia berpendapat bahwa kondisi ekonomi kita akan membaik. (6) Nasi telah menjadi bubur. (7) Kekayaannya bernilai seratus miliar rupiah. (8) Bajunya berwarna kuning. (9) Gadis itu tersipu-sipu. (10) Bibit kelapa itu sudah tumbuh. Kata kerja berjumlah, adalah, mulai, berpendapat, dan kedapatan merupakan kata kerja intransitif berpelengkap wajib. Kata kerja menjadi, bernilai, dan berwarna merupakan kata kerja intransitif berpelengkap manasuka, karena bisa saja dibuat kalimat makin tua makin menjadi, ide-idenya sangat bernilai, dan film itu berwarna. Kata kerja tersipu-sipu dan tumbuh adalah kata kerja intransitif tidak berpelengkap. Contoh Bibit itu tumbuh subur; kata subur tersebut bukanlah pelengkap melainkan keterangan. c) Kata Kerja Berpreposisi Kata kerja ini merupakan kata kerja intransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu, misalnya beberapa kalimat berikut. (1) Kami belum tahu akan hal itu. (2) Saya sering berbicara tentang hal ini. (3) Hasil ini bergantung pada pelaksanaannya. Selain itu juga beberapa kata lain, misalnya: cinta pada, suka akan, terbagi atas, terdiri atas, sesuai dengan, teringat akan, tergolong dalam, dan sebagainya.

28 9 Ada beberapa kata kerja berpreposisi yang dapat berubah menjadi kata kerja transitif sehingga preposisinya harus dihilangkan. Contoh: berbicara tentang = membicarakan cinta akan/ pada = mencintai suka akan = menyukai tahu akan/ tentang = mengetahui bertemu dengan = menemui Kata Kerja dari Segi Bentuknya Pada tataran ini, kata kerja terdiri atas kata kerja dasar dan kata kerja turunan Kata Kerja Dasar Kata kerja dasar merupakan kata kerja yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks. Kata kerja ini dapat mengetahui makna leksikal, artinya makna yang melekat pada kata. Contoh kata kerja asal sebagai berikut: ada jatuh naik tamat bangun kalah paham tenggelam cinta lahir pecah terbit datang lari pergi tiba duduk makan pulang tidur gugur mandi rasa tinggal hancur mati sadar tumbang hidup menang suka tumbuh hilang minum tahan turun ikut muak tahu yakin Kata Kerja Turunan Kata kerja ini dibentuk dari transposisi, pengafiksan, pengulangan (reduplikasi), atau pemaduan. Transposisi merupakan suatu proses penurunan kata yang memperlihatkan peralihan suatu kata dari kategori sintaksis yang satu ke kategori sintaksis yang lain tanpa mengubah bentuknya (Alwi et al. 2003). Contoh transposisi dari nomina ke kata kerja: telepon telepon

29 10 cangkul cangkul sikat sikat Pengafiksan adalah penambahan afiks pada kata dasar. Kata dasar dapat berupa kata kerja, kata benda, maupun kata sifat. Selanjutnya kata dasar cukup ditulis dengan dasar. Adapun reduplikasi adalah pengulangan suatu kata dasar. Contoh pengafiksan: beli membeli darat mendarat temu bertemu restu merestui besar memperbesar Pada reduplikasi, kata-kata yang mengalami proses ini dinamakan kata berulang, artinya kata kerja yang telah direduplikasi juga disebut kata kerja berulang. Contoh reduplikasi: lari lari-lari makan makan-makan tembak tembak-menembak (pengafiksan pada reduplikasi) terka menerka-nerka (pengafiksan pada reduplikasi) Berbeda dengan reduplikasi, pemaduan merupakan penggabungan dua kata dasar atau lebih sehingga menjadi satu kata yang memiliki satu makna. Contoh pemaduan: jual, beli jual beli jatuh, bangun jatuh bangun salah, sangka salah sangka Pengafiksan dapat juga terjadi pada kata kerja pemaduan, contoh memperjualbelikan, menghancurleburkan, dan sebagainya. (a) Proses Penurunan Kata kerja Proses penurunan kata kerja melibatkan empat macam afiks, yaitu prefiks atau awalan, sufiks atau akhiran, konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks, dan infiks atau sisipan yang diletakkan di tengah kata dasar.

30 11 Dalam bahasa Indonesia terdapat prefiks untuk kata kerja meng-, per-, ber-, di-, dan ter-. Kemudian ada sufiks -kan, -i, dan -an, serta konfiks ke--an dan ber-- an. Ada dua syarat yang harus dipenuhi agar prefiks dan sufiks dapat terbentuk menjadi konfiks. Pertama, perpaduan itu bersifat mutlak, artinya antara prefiks dan sufiks langsung diapitkan ke dasar. Contoh: berdatangan, kejatuhan. Kedua, pemisahan dari salah satu afiks itu tidak meninggalkan bentuk kata dan hubungan maknanya masih dapat ditelusuri. Contoh: kata kerja kecurian dan berhalangan, meskipun seolah nampak bahwa kata kerja kecurian berasal dari prefiks ke- dan dasar curian, karena ada dalam bahasa Indonesia dasar curian, namun maknanya tidak dibenarkan dalam bahasa. Oleh karena itu, kecurian adalah konfiks dari kedan -an. Kata kerja berhalangan bukan berasal dari konfiks ber- dan -an tetapi dari prefiks ber- dengan dasar yang sudah bersufiks. (b) Penggabungan Prefiks dan sufiks Dalam kenyataannya tidak setiap prefiks dapat bergabung dengan sufiks. Berikut ini adalah bagan kemungkinan penggabungan prefiks dan sufiks. Prefiks Sufiks mengperberterdike- -kan Gambar 1 Penggabungan prefiks dan sufiks. -i -an Contoh: meng-kan: menidurkan membelikan mendekatkan meng-i: merestui membohongi mendekati ter-kan: terselesaikan terabaikan terlemparkan ter-i: terpenuhi teratasi tersaingi

31 12 per-kan: di-kan: permainkan ditentukan peristrikan dihabiskan peringatkan dituliskan per-i: di-i: perbaiki didatangi perlengkapi dibatasi peringati diulangi ber-kan: ke-an: berdasarkan kelaparan berisikan kejatuhan berpedomankan kecurian ber-an: ke-i berjatuhan ketahui bepergian berdatangan (c) Morfofonemik Morfofonemik adalah proses perubahan suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem yang mendahuluinya. Morfofonemik Prefiks meng- (1) Bentuk meng- akan tetap jika setelahnya berupa kata dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ə/, /k/, /g/, /h/, atau /x/. Contoh: ambil mengambil ikat mengikat ukur mengukur elak mengelak olah mengolah erat mengerat kalah mengalah garap menggarap hitung menghitung

32 13 (2) Bentuk meng- berubah menjadi me- jika setelahnya berupa dasar yang diawali dengan fonem /l/, /m/, /n/, /ny/, /ng/, /r/, /y/, atau /w/. Contoh: latih melatih makan memakan namai menamai nyatakan menyatakan nganga menganga ramaikan meramaikan yakinkan meyakinkan wajibkan mewajibkan (3) Bentuk meng- menjadi men- jika setelahnya berupa dasar yang dimulai dengan fonem /d/ atau /t/. Contoh: tanam menanam tuduh menuduh duga menduga Jika diperhatikan fonem /t/ pada contoh di atas luluh ke dalam fonem /n/. Tetapi ada juga fonem /t/ yang bisa luluh juga bisa tidak ke dalam /n/ seperti contoh: tertawa menertawakan terjemah menerjemahkan (4) Jika dasar itu bermula dengan fonem /b/, /p/, atau /f/, bentuk meng- menjadi mem-. Contoh: babat membabat patuhi mematuhi fokuskan memfokuskan Fonem /p/ pada contoh di atas juga mengalami peluluhan menjadi /m/. Tetapi peluluhan itu tidak terjadi jika fonem /p/ merupakan bentuk yang mengawali prefiks per- atau dasarnya berawal dengan per- atau pe- tertentu. Contoh: pertinggi mempertinggi perdalam memperdalam

33 14 pedulikan mempedulikan (5) Jika dasarnya bermula dengan fonem /c/, /j/, /s/, dan /sy/, bentuk mengberubah menjadi meny-. Dalam ejaan baku bentuk meny- yang bergabung dengan fonem /c/, /j/, /sy/ dimodifikasi menjadi men-. Contoh: satukan menyatukan sucikan menyucikan syaratkan mensyaratkan jatuhkan menjatuhkan cari mencari (6) Jika dasarnya bersuku satu, bentuk meng- berubah menjadi menge-, meskipun ada bentuk tidak baku seperti beberapa contoh di atas, yaitu tanpa adanya peluluhan. Contoh: tik mengetik bom mengebom cek mengecek (7) Jika kata itu berasal dari bahasa asing maka perlakuannya berbeda-beda, bergantung pada seberapa lama kata itu terpakai. Jika relatif masih baru, maka peluluhan tidak berlaku. Di sini ada perubahan dari meng- menjadi men- jika dasar itu diawali dengan /s/. Kalau kata asing itu sudah melekat maka perubahan morfofonemiknya mengikuti kaidah umum. Contoh: produksi memproduksi klasifikasi menglasifikasi survei mensurvei (8) Jika kata kerja tunggal direduplikasi, dasarnya diulangi dengan mempertahankan peluluhan konsonan pertamanya. Dasar yang bersuku satu unsur nge- yang di depan dasar dipertahankan. Contoh: tulis menulis menulis-nulis cek mengecek mengecek-ngecek ulangi mengulangi mengulang-ulangi

34 15 Morfofonemik Prefiks per- (1) Prefiks per- berubah menjadi pe- jika bertemu dengan dasar yang berawal dengan fonem /r/ atau akhir suku pertama dari dasar itu berupa /er/. Contoh: rendah perendah runcing peruncing kerjakan pekerjakan (2) Prefiks per- berubah menjadi pel- jika bertemu dengan bentuk dasar ajar. Contoh: ajari pelajari (3) Selain kaidah di atas maka bentuk per- tidak berubah jika bertemu dengan dasar apapun. Contoh: lebar perlebar luas perluas Morfofonemik Prefiks ber- (1) Jika dasar berawal dengan fonem /r/ dan akhir suku pertama dari dasar berupa /er/ maka prefiks ber- berubah menjadi be-. Contoh: rantai berantai runding berunding kerja bekerja pergian bepergian Ber- pada kata berkarya tidak berubah menjadi bekarya karena akhir suku pertamanya berupa ar. (2) Bentuk ber- berubah menjadi bel- jika bertemu dengan dasar-dasar tertentu. Contoh: ajar belajar unjur belunjur (3) Di luar kaidah di atas bentuk ber- tidak berubah jika bertemu dengan dasar apapun. Contoh: layar berlayar main bermain

35 16 Morfofonemik Prefiks ter- (1) Prefiks ter- berubah menjadi te- jika bertemu dengan dasar yang berawal dengan fonem /r/. Contoh: rasa terasa raba teraba (2) Jika ter- bertemu dengan dasar yang akhir suku pertamanya berupa /er/, maka fonem /r/ nya ada yang muncul dan ada juga yang tidak. Contoh: percaya terpercaya percik tepercik (3) Di luar kaidah di atas, ter- tidak berubah bentuknya. Contoh: pilih terpilih bawa terbawa Morfofonemik Prefiks di- Prefiks di- tidak berubah jika bertemu dengan dasar apapun. Tetapi perlu dibedakan penulisannya antara di- sebagai kata depan dan di- sebagai prefiks. Contoh: ambil diambil pukul dipukul Morfofonemik Sufiks -kan Sufiks kan tidak berubah jika bertemu dengan dasar apapun. Tetapi perlu dibedakan antara kan dan an apabila bertemu dengan dasar yang fonem akhirnya /k/, keduanya memiliki fungsi yang berbeda. Jika sebagai kata kerja maka k-nya dobel sementara jika berupa nomina maka k-nya satu. Contoh: letak letakkan tarik tarikkan tembak tembakkan (kata kerja) tembak tembakan (nomina) Morfofonemik Sufiks i Sufiks -i tidak mengalami perubahan apabila bertemu dengan dasar apapun. Namun perlu diperhatikan bahwa dasar yang berakhir dengan fonem /i/ tidak dapat diberi sufiks -i.

36 17 Morfofonemik Sufiks an Sufiks -an juga tidak berubah jika bertemu dengan dasar apapun. Jika akhir dasar berupa fonem /a/, maka penulisannya dijejerkan. Contoh: dua berduaan mesra bermesraan Morfologi dan Semantik Kata Kerja Transitif Kata kerja transitif juga ada yang terbentuk dengan proses penurunan kata. Penurunan ini dapat pula mengubah bentuk asal kata kerja serta arti dari kata kerja itu Penurunan Kata Kerja Transitif Kata kerja transitif dapat diturunkan melalui transposisi, afiksasi, dan reduplikasi. Berikut penjelasan masing-masing; Transposisi Dalam bahasa Indonesia ada kelompok kata yang memiliki kelas kata nomina sekaligus kata kerja, seperti jalan, telepon, dan cangkul. Untuk membedakan penggunaan keduanya, dalam bahasa formal, harus ditambah afiks jika kata itu menjadi kata kerja. Contoh: jalan berjalan cangkul mencangkul sendok menyendok Afiksasi a. Penurunan dengan meng- Penambahan prefiks meng- hanya bisa dilakukan pada kata kerja dasar, bukan dari nomina maupun adjektif. Penambahan ini tidak merusak kelas kata dan maknanya, melainkan hanya membedakan formal dan tidak formal. Contoh: beli membeli lihat melihat ambil mengambil Dalam kalimat pasif prefiks meng- diganti dengan di- atau ter-.

37 18 b. Penurunan dengan -kan Bentuk aktif dari kata kerja dasar yang bersufiks -kan dapat bergabung dengan prefiks meng- sehingga menjadi afiks meng-kan. Dasar yang dipakai dapat berupa kata kerja asal, kata kerja ber-, nomina, kata sifat, kata tugas, atau frasa preposisional. Contoh: bicara membicarakan mandi memandikan ke muka mengemukakan kuning menguningkan kecil mengecilkan satu menyatukan ke depan mengedepankan bangkit membangkitkan Indonesia mengindonesiakan hancur menghancurkan anak tiri menganaktirikan akibat mengakibatkan cita-cita mencita-citakan rumah merumahkan pojok memojokkan peti es memetieskan c. Penurunan dengan -i Bentuk turunan dengan sufiks -i dapat bergabung dengan prefiks meng-, bahkan ada dasar yang diharuskan menjadi berafiks meng-i seperti merestui, mengadili, menangani, dan sebagainya. Pada bentuk lain, status sufiks -i dapat memengaruhi ketransitifan suatu kata kerja seperti mengalir-mengaliri. Mengalir merupakan kata kerja transitif sedangkan mengaliri kata kerja intransitif. Ada pula dasar dengan meng-i tetapi memiliki status yang sama dengan meng- seperti mencium-menciumi, keduanya berstatus sama yakni kata kerja transitif. d. Penurunan dengan per- dan -kan/-i Bentuk aktif turunan per- dan -kan/i dengan menambahkan meng- dan persaja meskipun ada juga yang mengharuskan menambah sufiks -kan. Contoh: memperbanyak memperbudak mempermudah mempersulit memperbincangkan mempersembahkan mempertimbangkan mempermasalahkan Selain contoh di atas, ada juga bentuk sufiks -kan yang bersifat manasuka, ada yang bersufiks wajib -i, serta ada juga yang bisa -kan juga bisa -i. Contoh: memperistri(kan) mempersunting(kan) memperbaiki memperbarui

38 19 memperingati memperingatkan e. Penurunan dengan di- dan ter- Kata kerja aktif transitif yang diberi prefiks meng- dapat diubah ke dalam bentuk pasif dengan cara mengganti prefiks meng- menjadi di-. Jika ada sufiks lain dalam kata kerja aktif maka sufiks itu tidak memengaruhi bentuk pasifnya (sufiksnya dibiarkan). Contoh: memakai dipakai memandikan dimandikan meninggalkan ditinggalkan Prefiks di- juga dapat diganti dengan ter-, meskipun sifatnya ada yang tanpa sufiks, wajib sufiks, maupun sufiksnya manasuka. Contoh: membawa dibawa terbawa Contoh di atas menunjukkan perubahan pergantian prefiks di- menjadi ter-. termasuk terselesaikan terlempar(kan) termakan terabaikan terpikir(kan) terjual teratasi ternoda(i) Pada umumnya makna dari prefiks ter- menyatakan ketidaksengajaan dan dapat di. f. Penurunan melalui reduplikasi Kata kerja transitif juga dapat diturunkan melalui pengulangan kata dasar, umumnya dengan afiksasi dan bahkan perubahan vokal. Contoh: menyobek-nyobek menerka-nerka mengutak-atik Makna umum dari kata kerja ini adalah bahwa perbuatan itu dilakukan lebih dari satu kali dan tanpa tujuan khusus Morfologi dan Semantik Kata Kerja Intransitif Makna kata kerja intransitif dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu (1) dasar kata yang dipakai, (2) wajib-tidaknya afiks, dan (3) ciri khusus semantik dari dasar kata (Alwi et al. 2003). Bentuk kata kerja intransitif dapat berupa kata asal yang monomorfemis, polimorfemis, dan turunannya. Selain itu juga dasar kata kerja

39 20 dapat dibentuk menjadi majemuk. Misalnya, naik banding, naik haji, masuk angin, dan sebagainya Penurunan Kata Kerja Intransitif dengan Afiksasi Penurunan dengan afiksasi meliputi prefiks meng-, prefiks ber-, afiks ber-- kan, afiks ber--an, prefiks ter-, afiks ke--an. a. Penurunan dengan meng- Pada umumnya kata kerja intransitif dan berprefiks meng- diturunkan dari nomina dan kata sifat. Contoh: darat mendarat batu membatu kecil mengecil Ada juga yang diturunkan dari dasar yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata tanpa ada afiksasi. Contoh: alir mengalir inap menginap baur membaur gigil menggigil Demikian juga untuk kata kerja intransitif yang diturunkan dari kelas kata yang lain. Contoh: satu (numeralia) menyatu dua (numeralia) mendua jadi (kata tugas) menjadi Ada beberapa hubungan semantis yang umum dari kata kerja intransitif, yaitu: menjadi, misalnya membatu, berfungsi sebagai/menyerupai, misalnya membukit, makan/minum, misalnya mengopi, mencari/mengumpulkan, misalnya merumput, menuju, misalnya menepi, dan mengeluarkan bunyi misalnya meraung. b. Penurunan dengan ber- Kata kerja yang dibentuk oleh ber- hanya ada tiga macam, yaitu; berdengan kata dasar, ber- yang diikuti -kan (manasuka), dan ber- yang harus diikuti oleh -an. Prefiks ber- tidak dapat bergandengan dengan sufiks -i. Contoh: beragama berdasar(kan) berjatuhan berkawan berisi(kan) bepergian

40 21 bergegas bermandi(kan) berdatangan Beberapa makna dari prefiks ber- adalah sebagai berikut; i. mempunyai Contoh : beratap, beristri, beranak ii. menggunakan Contoh : bersepeda, berladang, berlayar iii. menghasilkan Contoh : bertelur, berbunyi, bersuara iv. dalam jumlah Contoh : berdua, bertiga, berpuluh-puluh c. Penurunan dengan ber-kan Perilaku sintaksis pada kata kerja ber- dengan kata kerja ber-kan umumnya berbeda. Contoh: bersenjata bersenjatakan berdasar berdasarkan berasas berasaskan Dalam sebuah kalimat, jika sufiks -kan pada kata kerja digunakan maka harus ada nomina di belakangnya. Meskipun ada beberapa contoh yang menyimpang, misalnya bermandi - bermandikan tetap memerlukan nomina setelahnya. d. Penurunan dengan ber-an Kata kerja dengan turunan dari konfiks ber-an kurang banyak digunakan dan jumlahnya terbatas, misalnya bepergian, berjatuhan, berguguran, berdatangan, bermunculan, berlarian, dan sebagainya. Tetapi kata kerja yang diturunkan dari ber- dengan dasar yang sudah bersufiks -an jauh lebih banyak. Contohnya berhalangan, bercucuran, berhubungan, bersentuhan, bergandengan, berpacaran, bermusuhan, berbatasan, dan sebagainya. Beberapa makna dari prefiks ber-an adalah sebagai berikut. i. Melakukan kegiatan, mengalami peristiwa, dan menyatakan pengalaman lebih dari satu (jika dasarnya intransitif) Contoh: bepergian, berjatuhan, berguguran, berdatangan

41 22 ii. Resiprokal, peristiwa yang terjadi secara timbal balik (jika dasarnya transitif) Contoh: bersentuhan, bersahutan, berpukulan iii. Berelasi (jika dasarnya kata sifat) Contoh: berdekatan, berjauhan, berseberangan iv. Posesif (jika dasarnya nomina) Contoh: beralasan, berbatasan, berlumuran e. Penurunan dengan ter- Makna kata kerja intransitif ter- umumnya adalah menjadi dalam keadaan dan ada pula makna yang menyatakan bahwa perbuatan itu dilakukan karena ketidaksengajaan. Misalnya terduduk, terbangun, terjatuh. f. Penurunan dengan ke-an Makna umum dari bentukan ini adalah malafektif atau adversatif, yakni keadaan yang menyatakan segi-segi negatif, hal-hal yang tidak menyenangkan. Misalnya, kelaparan, kedinginan, ketiduran, kemalaman, dan sebagainya. Ada juga beberapa contoh yang mengandung makna dapat di, misalnya, kelihatan, kedengaran, dan sebagainya Penurunan Kata Kerja Intransitif dengan Reduplikasi Dalam penurunan kata kerja ini ada beberapa makna yang terkandung; a. Perulangan itu menunjukkan perbuatan yang dilakukan tanpa tujuan khusus. Contoh: duduk-duduk, mandi-mandi, makan-makan, dan lain-lain. b. Perbuatan dilakukan secara terus-menerus dengan variasi. Contoh: bersalam-salaman, tersendat-sendat, berputar-putar, dan lain-lain. c. Resiprokal atau kesalingan, perbuatan yang berbalasan. Contoh: berpeluk-pelukan, tembak-menembak, tolong-menolong, dan lainlain. d. Adanya intensitas yang tinggi sehingga diperoleh hasil perbuatan yang superlatif. Contoh: cerai-berai, pontang-panting, porak-poranda, dan lain-lain. e. Posesif, menyatakan milik. Contoh: bercita-cita, berangan-angan, dan lain-lain.

42 Kata Kerja Majemuk Kata kerja majemuk adalah kata kerja yang terbentuk melalui proses penggabungan satu kata dengan kata yang lain (Alwi et al. 2003). Berbeda dengan idiom, kata kerja majemuk tidak mengubah makna setelah digabungkan meskipun melalui penelusuran dari setiap kata yang digabungkan. Uraian berikut, menyangkut kata kerja majemuk dari segi bentuknya Kata Kerja Majemuk Dasar Kata kerja majemuk ini tidak berafiks dan tidak berulang, serta dapat berdiri sendiri dalam frasa, klausa, dan kalimat. Contoh; temu wicara, jumpa pers, tatap muka, salah hitung, hancur lebur, jual beli, dan sebagainya Kata Kerja Majemuk Berafiks Merupakan kata kerja majemuk yang mengandung afiks tertentu. Contoh: menyebarluaskan, berdiam diri, mengikutsertakan, mengambil alih, dan sebagainya. Kata kerja ini terbagi menjadi tiga, yaitu kata kerja majemuk terikat (pangkalnya berupa bentuk majemuk yang tidak dapat berdiri sendiri), misalnya beriba hati, berkembang biak, kata kerja majemuk bebas (pangkalnya berupa bentuk jamak yang dapat berdiri sendiri), misalnya melipatgandakan, menaikturunkan, dan kata kerja majemuk yang komponennya sudah berafiks, misalnya haus kekuasaan, hilang ingatan Kata Kerja Majemuk Berulang Kata kerja ini berlaku jika kemajemukannya bertingkat dan intinya adalah yang dapat direduplikasi. Contoh: naik-naik pangkat, pulang-pulang kampung, goyang-goyang kaki, dan sebagainya Hubungan Ketransitifan dengan Afiksasi Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada keterkaitan antara ketransitifan dengan afiksasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut; 1. Kata kerja yang dapat berdiri sendiri tanpa afiksasi dapat bersifat transitif dapat pula intransitif. Contoh: makan, minum, mandi, tidur. 2. Kata kerja yang berprefiks ber- bersifat intransitif. Contoh: berjalan, berjemur, berdasarkan, bermandikan.

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH AKHMAD MUSLIK

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH AKHMAD MUSLIK ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH AKHMAD MUSLIK SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH AKHMAD MUSLIK

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH AKHMAD MUSLIK ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH AKHMAD MUSLIK SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini dijelaskan beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini dijelaskan beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini dijelaskan beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya. 2.1 Kata Kerja Kelas kata dalam bahasa Indonesia yang akan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH RUSIANA SAMBA

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH RUSIANA SAMBA ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH RUSIANA SAMBA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH RUSIANA SAMBA

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH RUSIANA SAMBA ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH RUSIANA SAMBA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kata Benda Batasan dan Ciri Kata Benda yang + kata sifat Kata Benda Dasar

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kata Benda Batasan dan Ciri Kata Benda yang + kata sifat Kata Benda Dasar 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Ada dua masalah yang menjadi tinjauan dalam menganalisis pembentukan kata benda pada bahasa Indonesia menggunakan teori knowledge graph. Pertama, masalah aturan pembentukan kata benda

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Kata Keterangan Batasan dan Ciri Kata Keterangan Kata Keterangan dari Segi Bentuknya

II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Kata Keterangan Batasan dan Ciri Kata Keterangan Kata Keterangan dari Segi Bentuknya II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diberikan beberapa penjelasan yang akan digunakan pada babbab selanjutnya. 2. 1 Kata Keterangan 2.1.1 Batasan dan Ciri Kata Keterangan Menurut tatarannya kata keterangan

Lebih terperinci

2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Concept Relations

2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Concept Relations 2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Knowledge graph adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis teks dan merepresentasikannya ke dalam bentuk graf (Zhang dan Hoede 2000). Menurut Zhang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk., 1985:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Berkembangnya teknologi komputer semakin menarik minat para insan ilmiah untuk berkreasi dan berkarya. Berbagai penelitian yang dilakukan telah melahirkan metode atau teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH ANSIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN II TINJAUAN PUSTAKA I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cara termudah untuk mendapatkan informasi dari sebuah teks adalah dengan meringkasnya, karena membaca sebuah ringkasan tidak memerlukan waktu lama, dibandingkan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI ATURAN PENGGABUNGAN DUA GRAF KALIMAT (The Construction of a Rule to Combine Two Sentence Graphs)

KONSTRUKSI ATURAN PENGGABUNGAN DUA GRAF KALIMAT (The Construction of a Rule to Combine Two Sentence Graphs) SNGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 11 Nomor 1 Edisi Juni 2014 (16 25) KONSTRUKSI ATURAN PENGGABUNGAN DUA GRAF KMAT (The Construction of a Rule to Combine Two Sentence Graphs) Ayu Amanah, Sri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia pada dasarnya mempunyai dua macam bentuk verba, (i) verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diberikan beberapa penjelasan yang akan digunakan pada bab-bab selanjutnya. 1. Kelas Kata Semantik (Yunani : semanein = berarti, bermaksud; semanticos = makna) adalah

Lebih terperinci

Perhatikan kalimat di bawah ini!

Perhatikan kalimat di bawah ini! KLAUSA Perhatikan kalimat di bawah ini! 1) Kamu harus menjadi orang pintar, harus tetap bersemangat, rajin belajar supaya disayang keluarga. 2) Akan belajar. (Jawaban atas pertanyaan Kamu akan apa?) 3)

Lebih terperinci

KONSTRUKSI POLA WORD GRAPH FRASA KATA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH MAHMUDA

KONSTRUKSI POLA WORD GRAPH FRASA KATA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH MAHMUDA KONSTRUKSI POLA WORD GRAPH FRASA KATA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH MAHMUDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

3. Menambah referensi dalam penelitian lainnya yang sejenis.

3. Menambah referensi dalam penelitian lainnya yang sejenis. 1.4.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan kategori verba yang terdapat pada kolom Singkat Ekonomi harian Analisa edisi Maret 2013. 2. Mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orasi ilmiah DR. Arry Akhmad Arman, Fakultas Teknologi Industri, ITB, 23 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. Orasi ilmiah DR. Arry Akhmad Arman, Fakultas Teknologi Industri, ITB, 23 Agustus BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH llmu komputer memiliki dua komponen utama; pertama, model dan gagasan mendasar mengenai komputasi, kzdua, teknik rekayasa untuk perancangan sistem komputasi

Lebih terperinci

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588). BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT ANSIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau yang sudah ada dengan menyebutkan dan membahas seperlunya hasil penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS TEKS BERBAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH RUSIYAMTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

ANALISIS TEKS BERBAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH RUSIYAMTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 i ANSIS TEKS BERBAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH RUSIYAMTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah suatu bahasa. Sesuai dengan sifat bahasa yang dinamis, ketika pengetahuan pengguna bahasa meningkat,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN WORD GRAPH PREPOSISI BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH

PEMBENTUKAN WORD GRAPH PREPOSISI BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH PEMBENTUKAN W GRAPH PREPOSISI BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH Wulan Anggraeni Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Teknik, Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indraprasta

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini. Kemampuan ini hendaknya dilatih sejak usia dini karena berkomunikasi merupakan cara untuk

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya akan dijelaskan pada bagian ini.

2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya akan dijelaskan pada bagian ini. 4 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya akan dijelaskan pada bagian ini. 2.1 Klausa Subordinatif 2.1.1 Klausa Satuan sintaksis dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang berjudul Bentuk Fungsi Makna Afiks men- dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar disusun oleh Rois Sunanto NIM 9811650054 (2001)

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH FRASA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH ZIKRI SULISTIAWAN

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH FRASA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH ZIKRI SULISTIAWAN ANSIS PEMBENTUKAN W GRAPH FRASA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH ZIKRI SULISTIAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN POLA GRAF PADA KALIMAT BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH YASIN YUSUF

ANALISIS PEMBENTUKAN POLA GRAF PADA KALIMAT BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH YASIN YUSUF i ANSIS PEMBENTUKAN POLA GRAF PADA KMAT BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH YASIN YUSUF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Setiap bahasa di dunia memiliki sistem kebahasaan yang berbeda. Perbedaan sistem bahasa itulah yang menyebabkan setiap bahasa memiliki ciri khas dan keunikan, baik

Lebih terperinci

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

NILAI WAJAR ASURANSI ENDOWMEN MURNI DENGAN PARTISIPASI UNTUK TIGA SKEMA PEMBERIAN BONUS YUSUF

NILAI WAJAR ASURANSI ENDOWMEN MURNI DENGAN PARTISIPASI UNTUK TIGA SKEMA PEMBERIAN BONUS YUSUF NILAI WAJAR ASURANSI ENDOWMEN MURNI DENGAN PARTISIPASI UNTUK TIGA SKEMA PEMBERIAN BONUS YUSUF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Chaer (2008:25) mengemukakan bahwa proses morfologi pada dasarnya adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Chaer (2008:25) mengemukakan bahwa proses morfologi pada dasarnya adalah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Morfologis Chaer (2008:25) mengemukakan bahwa proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. pembentukan pola word graph, pengujian pola word graph, analisis hasil pengujian.

HASIL DAN PEMBAHASAN. pembentukan pola word graph, pengujian pola word graph, analisis hasil pengujian. yang sesuai dengan pola tersebut. Di lain pihak, jika hasil dari stemming berupa pola kata dasar dan imbuhan yang tidak ada dalam pola kata kerja menurut Ahmad Muslik (2009) dan gagal dalam proses pengenalan,

Lebih terperinci

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK MODUL 4 Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 4 memuat materi kalimat efektif. Kalimat efektif adalah materi lanjutan dari modul sebelumnya, yaitu tata kalimat

Lebih terperinci

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA Fitri Megawati, Tri Mahajani, Sandi Budiana ABSTRAK Fitri Megawati, Analisis Makna Afiks pada

Lebih terperinci

BUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum

BUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum i BUKU AJAR Bahasa Indonesia Azwardi, S.Pd., M.Hum i ii Buku Ajar Morfologi Bahasa Indonesia Penulis: Azwardi ISBN: 978-602-72028-0-1 Editor: Azwardi Layouter Rahmad Nuthihar, S.Pd. Desain Sampul: Decky

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013 ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013 ARTIKEL PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

PEMODELAN PENENTUAN KOMPOSISI PRODUK UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN JENANG KUDUS ROSMA MULYANI

PEMODELAN PENENTUAN KOMPOSISI PRODUK UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN JENANG KUDUS ROSMA MULYANI PEMODELAN PENENTUAN KOMPOSISI PRODUK UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN JENANG KUDUS ROSMA MULYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 Zuly Qurniawati, Santi Ratna Dewi S. Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Majalah merupakan bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada karya sastra berbentuk puisi yang dikenal sebagai těmbang macapat atau disebut juga těmbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan mediator utama dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, visi, misi, maupun pemikiran seseorang. Bagai sepasang dua mata koin yang selalu beriringan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Kajian tentang morfologi bahasa khususnya bahasa Melayu Tamiang masih sedikit sekali dilakukan oleh para ahli bahasa. Penulis menggunakan beberapa

Lebih terperinci

Siti Zumrotul Maulida: Merubah, Mengobah atau...,

Siti Zumrotul Maulida: Merubah, Mengobah atau..., MERUBAH, MEROBAH ATAU MENGUBAH? Analisa terhadap Variasi Bentuk Awalan dalam Proses Morfologis Pembentukan Kata Bahasa Indonesia Siti Zumrotul Maulida IAIN Tulungagung, Jl. Mayor Soejadi No. 46 Tulungagung

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan

BAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Morfologis Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain (Samsuri, 1983:25). Proses morfologis juga

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE PERBANDINGANN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE DAN APLIKASINYA PADA DATAA KEMATIAN INDONESIA VANI RIALITA SUPONO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Nama : Irine Linawati NIM : 1402408306 BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Fonem adalah satuan bunyi terkecil dari arus ujaran. Satuanfonem yang fungsional itu ada satuan yang lebih tinggi yang disebut

Lebih terperinci

INTEGRASI DATA SEMITERSTRUKTUR SECARA SKEMATIK BERBASIS XML (EXTENSIBLE MARKUP LANGUAGE) TITIN PRAMIYATI K.

INTEGRASI DATA SEMITERSTRUKTUR SECARA SKEMATIK BERBASIS XML (EXTENSIBLE MARKUP LANGUAGE) TITIN PRAMIYATI K. INTEGRASI DATA SEMITERSTRUKTUR SECARA SKEMATIK BERBASIS XML (EXTENSIBLE MARKUP LANGUAGE) TITIN PRAMIYATI K. SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

PENAMBAHAN MODUL PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA PADA APLIKASI BOGORDELFTCONSTRUCT CHRISTIAN HENRY

PENAMBAHAN MODUL PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA PADA APLIKASI BOGORDELFTCONSTRUCT CHRISTIAN HENRY PENAMBAHAN MODUL PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KERJA PADA APLIKASI BOGORDELFTCONSTRUCT CHRISTIAN HENRY DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul

Lebih terperinci

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Bahasa surat kabar harus lancar agar

BAB I PENDAHULUAN. dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Bahasa surat kabar harus lancar agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang kita dapat dengan mudah memperoleh informasi mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam atau luar negeri melalui media elektronik atau cetak. Setiap

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

INTEGRASI DATA SEMITERSTRUKTUR SECARA SKEMATIK BERBASIS XML (EXTENSIBLE MARKUP LANGUAGE) TITIN PRAMIYATI K.

INTEGRASI DATA SEMITERSTRUKTUR SECARA SKEMATIK BERBASIS XML (EXTENSIBLE MARKUP LANGUAGE) TITIN PRAMIYATI K. INTEGRASI DATA SEMITERSTRUKTUR SECARA SKEMATIK BERBASIS XML (EXTENSIBLE MARKUP LANGUAGE) TITIN PRAMIYATI K. SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs,

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominalisasi sebagai salah satu fenomena kebahasaan, mesti mendapatkan perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai peran yang

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS

KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk dapat berinteraksi dengan manusia lainnya, di samping itu bahasa dapat menjadi identitas bagi penuturnya.

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH

MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS ENERGI DAN EKSERGI PADA PRODUKSI BIODIESEL BERBAHAN BAKU CPO (Crude Palm oil) RISWANTI SIGALINGGING

ANALISIS ENERGI DAN EKSERGI PADA PRODUKSI BIODIESEL BERBAHAN BAKU CPO (Crude Palm oil) RISWANTI SIGALINGGING ANALISIS ENERGI DAN EKSERGI PADA PRODUKSI BIODIESEL BERBAHAN BAKU CPO (Crude Palm oil) RISWANTI SIGALINGGING SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 i PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PERANAN KELEMBAGAAN DAN TINDAKAN KOMUNIKASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ETIK SULISTIOWATI NINGSIH

PERANAN KELEMBAGAAN DAN TINDAKAN KOMUNIKASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ETIK SULISTIOWATI NINGSIH PERANAN KELEMBAGAAN DAN TINDAKAN KOMUNIKASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ETIK SULISTIOWATI NINGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci