ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA
|
|
- Surya Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA Fitri Megawati, Tri Mahajani, Sandi Budiana ABSTRAK Fitri Megawati, Analisis Makna Afiks pada Tajuk Rencana Kompas dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Skripsi. Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan, Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna afiks ber- dan mendan mengetahui implikasi makna afiks ber- dan men- yang terdapat pada Tajuk Rencana koran Kompas terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Sumber data utama penelitian ini yaitu Tajuk Rencana koran Kompas sebanyak 15 judul, sedangkan sumber data penunjang berupa buku-buku yang berkaitan dengan makna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif, penelitian yang tidak menggunakan angka statistik dalam menyimpulkan data dan memberikan penafsiran terhadap hasilnya. Langkah yang dilakukan untuk melakukan penelitian ini yaitu membaca Tajuk Rencana yang ada pada koran Kompas, mencatat kata yang mengandung makna afiks ber- dan mendan memasukkan hasil temuan data ke dalam tabel analisis data. Dari hasil penelitian bahwa dalam 15 Tajuk Rencana koran Kompas terdapat 50 kata yang berafiks ber dan 120 kata yang berafiks men-. Kata berafiks ber- yang mengandung makan suatu perbuatan berjumlah 11 kutipan atau 22%; bermakna dalam keadaan berjumlah 13 kutipan atau 26%; bermakna kumpulan berjumlah 5 kutipan atau 10%; bermakna mengeluarkan berjumlah 1 kutipan atau 2%; dan bermakna memiliki berjumlah 20 kutipan atau 40%, sedangkan kata berafiks men- mengandung makna suatu perbuatan aktif berjumlah 68 kutipan atau 57%; bermakna proses berjumlah 25 kutipan atau 21%; bermakna memakai berjumlah 1 kutipan atau 1%; bermakna menuju berjumlah 1 kutipan atau 1%; bermakna membuat berjumlah 10 kutipan atau 8%; bermakna dalam keadaan berjumlah 15 kutipan atau 13%. Hasil penelitian ini memberikan implikasi yang positif terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA, Tajuk Rencana cocok dijadikan sebagai bahan ajar di SMA karena pada Tajuk Rencana koran Kompas terdapat macam-macam afiks khususnya afiks berdan men- yang memiliki berbagai makna, sehingga mampu menambah pengetahuan siswa tentang makna afiks ber- dan men-, dan memperoleh kosa kata dalam bidang morfologi khususnya makna afiks ber- dan men-. Kata Kunci : Analisis Makna Afiks, Tajuk Rencana Kompas. 1 Mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pakuan 2 Staf pengajar program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pakuan 3 Staf pengajar program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pakuan 1
2 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu milik manusia yang selalu berperan dalam segala kegiatan. Dalam gerak manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat, untuk menjalankan kegiatannya selalu menggunakan bahasa. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh manusia yaitu berkomunikasi. Dalam berkomunikasi bahasa memiliki peranan penting untuk menyampaikan berita, untuk menyampaikan berita dibutuhkan bahasa yang singkat, jelas, dan padat. Dalam bahasa Indonesia ada yang disebut dengan ilmu linguistik, salah satunya yaitu morfologi, morfologi memiliki beberapa pembahasan salah satunya afiks, afiks terdiri dari prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks. Jika afiks dibubuhkan pada kata dasar, maka kata tersebut akan mengalami perubahan makna. Makna adalah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama-sama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti Bolinger (dalam S. Cahyawiguna dan Y. Heryanto, 2003:76). Afiksasi atau pengimbuhan sangat produktif untuk pembentukan kata dalam bahasa Indonesia dan pembubuhan afiks akan membentuk kata dengan tepat. Pembubuhan afiks men-, ber-, di-, ter-, per-, pe-, se-, ke-, kan-, i-, an-, ke-an-, pen-an, per-an, ber-an, se-nya, seperti pada contoh kata : menari, berjalan, dijual, terbawa, penjelas, sekamar, berdua, berikan, lukai, pakaian, ketahuan, pembawaan, perolehan, berlarian, sebaiknya. Pada afiks tersebut mengandung makna yang berbeda-beda. 2 Dalam Tajuk Rencana terdapat unsur-unsur afiks ber- dan men-. Afiks ber- merupakan bagian dari prefiks yang memiliki alomof ber-, be-, bel- dan memiliki makna suatu perbuatan yang aktif, dalam keadaan atau aktif, kumpulan, memakai, mengendarai, mengeluarkan, dan memiliki. Afiks men- memiliki alomof mem-, men-, meny-, meng-, me-, menge-, dan memiliki makna, suatu perbuatan yang aktif, makna proses, memakai, berlaku, menuju, membuat, dan dalam keadaan. Salah satu materi tentang afiksasi terdapat dalam kurikulum SMA (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 989). Untuk itu, betapa pentingnya penguasaan materi tentang afiksasi bagi peserta didik, karena peserta didik perlu mengetahui lebih dalam tentang seluk beluk bentuk kata. Berdasarkan hal tersebut penulis ingin meneliti makna afiks ber- dan men- yang ada pada Tajuk Rencana koran Kompas serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan siswa mengenai makna dari setiap kata yang dibubuhi dengan afiks ber- dan men Fokus Permasalahan 1. Apa saja makna afiks berdan men- yang terdapat pada 15 Tajuk Rencana koran Kompas Edisi Juli Oktober 2012? 2. Bagaimana implikasi makna afiks ber- dan men- dalam Tajuk Rencana koran Kompas terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA?
3 2. Landasan Teoretis 2.1. Afiks Afiks adalah suatu bentuk yang di dalam suatu kata merupakan unsur langsung yang bukan bentuk bebas, yang mempunyai kesanggupan melekat pada bentuk lain untuk membentuk kata baru (Wirjosoedarmo 1981: 123). Jenisjenis afiks yaitu prefiks atau awalan adalah imbuhan yang diletakan di depan kata (mungkin kata dasar mungkin pula kata jadian). Dalam bahasa Indonesia terdapat delapan awalan, yaitu ber-, per-, meng-, peng-, di-, ter- ke-, se-., infiks atau sisipan, adalah imbuhan yang terletak di tengah dasar, jenis sisipan yaitu el-, em-, er-, dan in-, sufiks atau akhiran, adalah imbuhan yang diletakan pada akhir dasar. bahasa Indonesia memiliki akhiran i-, kan-, an-, man-, wan-, wati-, wi-, (wiah), dan nya, konfiks atau imbuhan terbelah, adalah imbuhan yang diletakan sekaligus pada awal dan akhir dasar. Bahasa Indonesia memiliki beberapa jenis konfiks yaitu ke-an, ber-an, peng-an, per-an. Makna Afiks ber- menurut Ramlan (2001: ) memiliki makna suatu perbuatan yang aktif, ialah perbuatan yang dilakukan oleh pelaku yang menduduki fungsi subjek, makna ini pada umumnya terdapat pada kata ber- afiks yang bentuk dasarnya berupa kata dan kata kerja, menyatakan makna dalam keadaan atau statif, menyatakan makna kumpulan yang terdiri dari jumlah yang tersebut pada bentuk dasar, memakai apa yang tersebut pada bentuk dasar, mengendarai apa yang tersebut pada bentuk dasar, mengeluarkan apa yang tersebut pada bentuk dasar, dan menuju ke tempat yang tersebut pada bentuk dasar. 3 Makna afiks men- menyatakan makna, suatu perbuatan yang aktif lagi transitif, menyatakan makna proses, menyatakan berbagai makna seperti memakai apa yang tersebut pada bentuk dasar, berlaku atau menjadi apa yang tersebut pada bentuk dasar, menuju ke tempat yang tersebut pada bentuk dasar, membuat apa yang tersebut pada bentuk dasar, menyatakan makna dalam keadaan atau boleh juga dikatakan makna statif. 2.2 Tajuk Rencana Tajuk Rencana menurut Suhandang (2004: 151) adalah bentuk karangan atau tuturan yang mengungkapkan ide, pemikiran atau opini, bahkan biasanya dikembangkan dengan mengajukan saran-saran atas jalan pemecahan permasalahannya. Fungsi tajuk adalah membentuk dan mengarahkan opini publik, menerjemahkan berita mutakhir kepada pembaca dan menjelaskan maknanya. 3. Metode Penelitian 3.1 Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan makna afiks ber- dan men- yang terdapat pada Tajuk Rencana koran Kompas. 2. Mengetahui implikasi makna afiks ber- dan men- yang ada pada Tajuk Rencana koran Kompas terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. 3.2 Metode Penelitian Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu, penelitian yang berusaha untuk
4 memberikan suatu fenomena atau keadaan seperti apa adanya tanpa ada manipulasi terhadap salah satu variabelnya. (Darsono, 1999: 10). Metode ini dipergunakan untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis makna afiks yang ada pada Tajik Rencana dengan apa adanya dan mendeskripsikan hasil penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kata-kata yang menggunakan afiks ber- dan men- yang terdapat dalam Tajuk Rencana koran Kompas dan sumber data yaitu 15 Tajuk Rencana koran Kompas, Edisi Juli -Oktober Temuan Penelitian Dari hasil analisis makna afiks ber- dan men- dalam Tajuk Rencana koran Kompas, terdapat 50 kata yang berafiks ber- yang terdiri dari makna suatu perbuatan berjumlah 11 kutipan atau 22%, makna dalam keadaan berjumlah 13 kutipan atau 26%, makna kumpulan berjumlah 5 kutipan atau 10%, makna mengeluarkan berjumlah 1 kutipan atau 2%, dan makna memiliki berjumlah 20, kutipan atau 40%. Terdapat 120 kutipan afiks men- yang terdiri dari, makna suatu perbuatan aktif berjumlah 68 kutipan atau 57%, makna proses berjumlah 25 kutipan atau 21%, makna memakai berjumlah 1 kutipan atau 1%, makna menuju berjumlah 1 kutipan atau 1%, makna membuat berjumlah 10 kutipan atau 8%, makna dalam keadaan berjumlah 15. kutipan atau 13%. 5. Pembahasan Temuan Dari hasil penemuan makna afiks ber dan men akan dibahas lebih rinci seperti dibawah ini: 1. Makna afiks ber- 4 1). Makana suatu perbuatan Inspirasi bagi kita dalam berpuasa agar kita peka terhadap nasib sesama yang kurang beruntung. Kata puasa bermakna. menghindari makan, minum, dan sebagainya dengansengaja, kata puasa mendapat afiks ber- menjadi berpuasa yang bermakna melakukan puasa. Pada kata berpuasa, afiks bertidak berubah bentuk, karena afiks ber- diikuti oleh kata puasa yang bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /p/. Pada kalimat Inspirasi bagi kita dalam berpuasa agar kita peka terhadap nasib sesama yang kurang beruntung, afiks ber- pada kata berpuasa membentuk makna suatu perbuatan yaitu inspirasi bagi kita dalam melakukan atau menunaikan ibadah puasa agar kita peka terhadap nasib sesama yang kurang beruntung. 2). Makna dalam keadaan Nelayan Indonesia masih berada pada setara ekonomi terendah. Kata ada bermakna hadir atau telah sedia, kata ada mendapat afiks ber- menjadi berada yang bermakna ada atau punya. Pada kata berada, afiks ber- tidak berubah bentuk, karena afiks ber- diikuti oleh kata ada yang bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /a/. Pada kalimat Nelayan Indonesia masih berada pada setara ekonomi terendah, afiks ber- pada kata berada membentuk makna dalam keadaan yaitu nelayan Indonesia masih ada dalam keadaan ekonomi yang paling rendah. 3). Makna kumpulan Berbagai lembaga swadaya masyarakat sudah berkali-kali menyuarakan tentang nasib yang di hadapi TKI.
5 Kata bagai bermakna jenis atau macam, kata bagai mendapat afiks ber- menjadi berbagai yang bermakna macam-macam. Pada kata berbagai, afiks ber- tidak berubah bentuk, karena afiks ber- diikuti oleh kata bagai yang bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /b/. Pada kalimat Berbagai lembaga swadaya masyarakat sudah berkali-kali menyuarakan tentang nasib yang di hadapi TKI, afiks ber- pada kata berbagai membentuk makna kumpulan yaitu kumpulan dari macam-macam lembaga swadaya masyarakat sudah berkali-kali menyuarakan tentang nasib yang dihadapi TKI. 4). Makana mengeluarkan Kekerasan berdarah tidak hanya dilakukan aparat keamanan pemerintahan Assad. Kata darah bermakna cairan terdiri atas plasma, kata darah mendapat afiks ber- menjadi berdarah yang bermakna mengeluarkan darah. Pada kata berdarah, afiks ber- tidak berubah bentuk, karena afiks ber- diikuti oleh kata darah yang bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /d/. Pada kalimat Kekerasan berdarah tidak hanya dilakukan aparat keamanan pemerintahan Assad, afiks ber- pada kata berdarah membentuk makna mengeluarkan yaitu kekerasan yang dapat mengeluarkan darah dan merenggut nyawa tidak hanya dilakukan aparat keamanan pemerintahan Assad. 2. Makna Afiks men- 1). Makna suatu perbuatan Momentum untuk meraih hakikat sejati dalam menjalankan ibadah puasa. 5 Kata jalan bermakna melakukan atau mengerjakan sesuatu, kata jalan mendapat afiks men- + kan- menjadi menjalankan yang bermakna melakukan tugas atau kewajiban. Pada kata menjalankan afiks men- berubah bentuk menjadi men-, karena afiks men- diikuti oleh kata jalankan yang bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /j /. Pada kalimat Momentum untuk meraih hakikat sejati dalam menjalankan ibadah puasa, afiks men- pada kata menjalankan membentuk makna suatu perbuatan yaitu melakukan tugas atau kewajiban ibadah puasa untuk mencapai hakikat sejati. 2). Makna proses Kekerasan berdarah dikhawatirkan akan memburuk jika tidak dihentikan. Kata buruk bermakna rusak atau busuk, kata buruk mendapat afiks men- menjadi memburuk yang bermakna menjadi buruk. Pada kata memburuk, afiks men- berubah bentuk menjadi mem-, karena afiks men- diikuti oleh kata buruk, yang bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /b/. Pada kalimat Kekerasan berdarah dikhawatirkan akan memburuk jika tidak dihentikan, afiks mem- pada kata memburuk membentuk makna proses yaitu kekerasan berdarah dikhawatirkan akan membuat keadaan semakin rusak jika tidak dihentikan. 3). Makna memakai Holmes menggunakan senjata untuk mencederai orang. Kata guna bermakna manfaat, kata guna mendapat afiks men- + kan- menjadi menggunakan yang bermakna memakai. Pada kata menggunakan, afiks men- berubah bentuk menjadi meng-, karena afiks
6 men- diikuti oleh kata gunakan, yang bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /g/. Pada kalimat Holmes menggunakan senjata untuk mencederai orang, afiks mengpada kata menggunakan membentuk makna memekai yaitu Holmes memakai senjata untuk mencederai orang mencederai orang. 4). Makna menuju Mereka melaut hingga ke ZEE Indonesia. Kata laut bermakna kumpulan air asin yang mengenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau, kata laut mendapat afiks men- menjadi melaut yang bermakna pergi ke laut atau berlayar. Pada kata melaut,afiks men- berubah bentuk menjadi me- karena afiks mendiikuti oleh kata laut, yang bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /l/. Pada kalimat Mereka melaut hingga ke ZEE Indonesia, afiks me- pada kata melaut membentuk makna menuju yaitu mereka pergi ke laut atau berlayar sampai ke ZEE Indonesia. 5). Makna membuat Untuk menghasilkan pemain yang berkualitas tidak bisa instan. Kata hasil bermakna sesuatu yg diadakan, kata hasil mendapat afiks men- + kan- menjadi menghasilkan yang bermakna membuat hasil. Pada kata menghasilkan, afiks menberubah bentuk menjadi meng-, karena afiks men- diikuti oleh kata hasilkan, yang bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /h/. Pada kalimat Untuk menghasilkan pemain yang berkualitas tidak bisa instan, afiks meng- pada kata menghasilkan membentuk makna memiliki yaitu untuk memiliki 6 pemain yang berkualitas tidak bisa instan. 6). Makna dalam keadaan Thein Sain diberitakan menderita penyakit jantung. Kata derita bermakna sesuatu yang menyusahkan, kata derita mendapat afiks men- menjadi menderita yang bermakna menanggung sesuatu yang tidak menyenangkan. Pada kata menderita, afiks men- berubah bentuk menjadi men-, karena afiks men- diikuti oleh kata derita, yang bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /d/. Pada kalimat Thein Sain diberikan menderita penyakit jantung, afiks men- pada kata menderita membentuk makna dalam keadaan yaitu Thein Sain diberitakan dalam keadaan menanggung sesuatu yang tidak menyenangkan yaitu sakit jantung. 6. Simpulan 1. Pada Tajuk Rencana koran Kompas penggunaan makna afiks ber- sebanyak 50 kata dan penggunaan makna afiks mensebanyak 120 kata. Makna afiks ber- yang terdiri dari makna suatu perbuatan berjumlah 11 kutipan atau 22%, makna dalam keadaan berjumlah 13 kutipan atau 26%,makna kumpulan berjumlah 5 kutipan atau 10%, makna mengeluarkan berjumlah 1 kutipan atau 2%, dan makna memiliki berjumlah 20, kutipan atau 40%. Makna afiks menterdapat 120 kata afiks menyang terdiri dari, makna suatu perbuatan aktif berjumlah 68 kutipan atau 57%, makna proses berjumlah 25 kutipan
7 atau 21%, makna memakai berjumlah 1 kutipan atau 1%, makna menuju berjumlah 1 kutipan atau 1%, makna membuat berjumlah 10 kutipan atau 8%, makna dalam keadaan berjumlah 15 kutipan atau 13%. 2. Tajuk Rencana cocok dijadikan sebagai bahan ajar di SMA karena pada Tajuk Rencana koran Kompas terdapat macammacam afiks khususnya afiks ber- dan men- yang memiliki berbagai makna, sehingga dapat menambah pengetahuan siswa tentang makna afiks ber- dan men- DAFTAR PUSTAKA S. Cahyawiguna dan Y. Heryanto Materi Perkuliahan Pengantar Linguistik. Jakarta : Pustaka. Badan Standar Nasional Pendidikan Panduan Penyusunan Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Ramlan Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Cetakan 12. Yogyakarta. CV. Karyono. Suhandang, Kustadi Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi Produk dan Kode Etik. Bandung: Nuansa. 7
8 Riwayat Hidup Fitri Megawati dilahirkan di Bekasi, 19 April Putri kedua dari tiga bersaudara keluarga Bapak Acim dan Ibu Darsah. Penulis dibesarkan di Bogor, Kp Panggulaan Desa Sukaraja. Penulis memulai sekolah formal di Sekolah Dasar Karang Sari, kemudian melanjutkan di MTS Daarunidda Bekasi, setelah itu melanjutkan sekolah di SMK Tirta Kencana Bekasi. Penulis melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi dan mengambil Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan Bogor. Penulis memilih jurusan pendidikan karena ingin menjadi seorang guru profesional. 8
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Kajian tentang morfologi bahasa khususnya bahasa Melayu Tamiang masih sedikit sekali dilakukan oleh para ahli bahasa. Penulis menggunakan beberapa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan penelitian deskriptif
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media cetak tergolong jenis media massa yang paling populer. Yeri & Handayani (2013:79), menyatakan bahwa media cetak merupakan media komunikasi yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar
Lebih terperinciTATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA
TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik
Lebih terperinciANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013
ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013 ARTIKEL PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi sesama manusia. Dengan bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa meliputi mendengar, berbicara, membaca, menulis. Keempat kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial
Lebih terperinciANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010
ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan mediator utama dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, visi, misi, maupun pemikiran seseorang. Bagai sepasang dua mata koin yang selalu beriringan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia mampu melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran
Lebih terperinciPEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI
PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI Disusun Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh LISDA OKTAVIANTINA
Lebih terperinciBAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah
BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah suatu bahasa. Sesuai dengan sifat bahasa yang dinamis, ketika pengetahuan pengguna bahasa meningkat,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs,
Lebih terperinciANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS EDISI OKTOBER 2014
ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS EDISI OKTOBER 2014 ARTIKEL PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah bahasa yang terpenting di kawasan republik kita. Pentingnya peranan bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang
Lebih terperinciHEADLINE RIAU PREFIXES IN THE POS ISSUE 10 JUNE TO 30 JUNE 2016
1 HEADLINE RIAU PREFIXES IN THE POS ISSUE 10 JUNE TO 30 JUNE 2016 Riestha Arisandy 1, Hasnah Faizah 2, Mangatur Sinaga 3 nani_supriatni@yahoo.com, hasnahfaizahar@yahoo.com, Sinaga.mangatur83162@gmail.com.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Proses pembentukan kata
Lebih terperinciPROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA. (Analisis Bahasa Karya Samsuri) Oleh: Tatang Suparman
PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA (Analisis Bahasa Karya Samsuri) Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : KOSAKATA BAHASA
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang berjudul Bentuk Fungsi Makna Afiks men- dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar disusun oleh Rois Sunanto NIM 9811650054 (2001)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Morfologis Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain (Samsuri, 1983:25). Proses morfologis juga
Lebih terperinciANALISIS FUNGSI DAN NOSI PREFIKS PADA KARANGAN SISWA KELAS Vlll E SMP NEGERI 1 PLAOSAN, MAGETAN, JAWA TIMUR
ANALISIS FUNGSI DAN NOSI PREFIKS PADA KARANGAN SISWA KELAS Vlll E SMP NEGERI 1 PLAOSAN, MAGETAN, JAWA TIMUR NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gambar. Dengan kata lain, komik adalah sebuah cerita bergambar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komik merupakan sebuah cerita yang disampaikan dengan ilustrasi gambar. Dengan kata lain, komik adalah sebuah cerita bergambar. Gambar-gambar tersebut berfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini. Kemampuan ini hendaknya dilatih sejak usia dini karena berkomunikasi merupakan cara untuk
Lebih terperinciKESALAHAN AFIKS DALAM CERPEN DI TABLOID GAUL
DEIKSIS Vol. 09 No.02, Mei 2017 p-issn: 2085-2274, e-issn 2502-227X hal. 273-282 KESALAHAN AFIKS DALAM CERPEN DI TABLOID GAUL Yulian Dinihari Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Teknik, Matematika
Lebih terperinciANALISIS AFIKSASI DALAM ALBUM RAYA LAGU IWAN FALS ARTIKEL E-JOURNAL. Muhammad Riza Saputra NIM
ANALISIS AFIKSASI DALAM ALBUM RAYA LAGU IWAN FALS ARTIKEL E-JOURNAL Muhammad Riza Saputra NIM 100388201040 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 5 TATARAN LINGUISTIK
Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak
Lebih terperinciBENTUK DAN MAKNA VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA DALAM SARIWARTA PADA PANJEBAR SEMANGAT EDISI TAHUN 2011
BENTUK DAN MAKNA VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA DALAM SARIWARTA PADA PANJEBAR SEMANGAT EDISI TAHUN 2011 Oleh: Dwi Cahyaningsih program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa cuwy_cahyu79@yahoo.co.id Abstrak:
Lebih terperinciKEMAMPUAN MEMAHAMI PREFIKS BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 WIDODAREN NGAWI JAWA TIMUR
KEMAMPUAN MEMAHAMI PREFIKS BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 WIDODAREN NGAWI JAWA TIMUR SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciKATA BERSUFIKS PADA TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN
KATA BERSUFIKS PADA TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN Naskah Publikasi Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciSATUAN GRAMATIK. Oleh Rika Widawati, S.S., M.Pd. Disampaikan dalam mata kuliah Morfologi.
SATUAN GRAMATIK Oleh Rika Widawati, S.S., M.Pd. Disampaikan dalam mata kuliah Morfologi. Pengertian Satuan Gramatik Bentuk Tunggal dan Bentuk Kompleks Satuan Gramatik Bebas dan Terikat Morfem, Morf, Alomorf,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan
191 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap verba berafiks bahasa Jawa dalam rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat pemakainya dalam berkomunikasi. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan sistem, yaitu seperangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Afiks dan Afiksasi Ramlan (1983 : 48) menyatakan bahwa afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan
Lebih terperinciPROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA
Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Wahyu Dwi Putra Krisanjaya Lilianan Muliastuti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembentukan
Lebih terperinciJurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Januari 2014 KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKERIN SISWA SMK NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013
KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKERIN SISWA SMK NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Oleh Rian Andri Prasetya 1 Mulyanto Widodo 2 Nurlaksana Eko R. 3 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
Lebih terperinciYAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A
YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS
Lebih terperinciAFIKSASI BAHASA JAWA-BANTEN PADA LAGU DAERAH BANTEN SEBAGAI PESONA IDENTITAS LOKAL. Sundawati Tisnasari 1 Agustia Afriyani 2
AFIKSASI BAHASA JAWA-BANTEN PADA LAGU DAERAH BANTEN SEBAGAI PESONA IDENTITAS LOKAL Sundawati Tisnasari 1 Agustia Afriyani 2 Abstrak. Penelitian ini mengupas afiksasi pada bahasa Jawa- Banten yang dianalisis
Lebih terperinciAFIKSASI BAHASA MELAYU DIALEK NGABANG
AFIKSASI BAHASA MELAYU DIALEK NGABANG Rinni Juliati simanungkalit, Amriani Amir, Agus Syahrani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak Email: rinnijuliati12@gmail.com
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK Mardianti, Tuti. 2014. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa Kelas X AK 3
Lebih terperinciAnalisis Pemakaian Afiks pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail
Analisis Pemakaian Afiks pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail Ni Wayan Kencanawati 1*, I Nyoman Suparwa 2, Made Sri Satyawati 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN AFIKS PADA KARANGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SAMBI
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN AFIKS PADA KARANGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SAMBI Naskah Publikasi Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Chaer (2008:25) mengemukakan bahwa proses morfologi pada dasarnya adalah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Morfologis Chaer (2008:25) mengemukakan bahwa proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses
Lebih terperinciJurnal Sasindo Unpam, Volume 2, Nomor 2, Juli Afiksasi Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Studi Kontrastif)
Afiksasi Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Studi Kontrastif) Muhamad Romli, S.S. 1 M. Wildan, S.S., M.A. 2 ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian tentang persamaan dan perbedaan afikasasi yang
Lebih terperinciURUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA
URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA. PENDAHULUAN bahasa adalah salah satu cara manusia untuk dapat menguasai dan menggunakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia pada dasarnya mempunyai dua macam bentuk verba, (i) verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Setiap bahasa di dunia memiliki sistem kebahasaan yang berbeda. Perbedaan sistem bahasa itulah yang menyebabkan setiap bahasa memiliki ciri khas dan keunikan, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan perkembangan zaman, cara berpikir manusia serta cara menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini, bahasa juga terlibat
Lebih terperinciPERBANDINGAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA DENGAN MORFEM TERIKAT BAHASA MELAYU SUBDIALEK KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL
PERBANDINGAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA DENGAN MORFEM TERIKAT BAHASA MELAYU SUBDIALEK KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL NURATMAN NIM 100388201104 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
Lebih terperinciBAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).
BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, karena dengan bahasa kita bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Keraf (2001:1) mengatakan
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP. saran-saran. Berikut ini diuraikan secara berturut-turut (1) simpulan dan (2) saran.
BAB 4 PENUTUP Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya dan sebagai langkah akhir pada Bab 4 ini, dikemukakan simpulan hasil penelitian dan saran-saran. Berikut ini diuraikan secara
Lebih terperinciDRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI
DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Pertemuanke-3 ISTILAH-ISTILAH TEKNIS DALAM MORFOLOGI SATUAN GRAMATIK wacana kalimat sintaksis frasa klausa kata morfem morfologi MORFEM DAN ALOMORF A. MORFEM Morfem
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana
Lebih terperinciBUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum
i BUKU AJAR Bahasa Indonesia Azwardi, S.Pd., M.Hum i ii Buku Ajar Morfologi Bahasa Indonesia Penulis: Azwardi ISBN: 978-602-72028-0-1 Editor: Azwardi Layouter Rahmad Nuthihar, S.Pd. Desain Sampul: Decky
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul
Lebih terperinciAFIKS DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR LAMPUNG POST. Oleh
AFIKS DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR LAMPUNG POST Oleh Tika Yuni Arsita Nurlaksana Eko Rusminto Muhammad Fuad Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail : tikayuniarsita@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia sangat erat hubungannya dengan berkomunikasi. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat indera yaitu mulut. Tanpa adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. Beberapa studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Beberapa studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kata-kata Bahasa Indonesia kaya akan imbuhan. Kurang lebih ada sekitar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kata-kata Bahasa Indonesia kaya akan imbuhan. Kurang lebih ada sekitar 35 imbuhan resmi yang disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Imbuhan-imbuhan ini dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Sebuah kata dalam suatu bahasa dapat berupa simple word seperti table, good,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa baik lisan maupun tulisan merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan suatu ide, gagasan, pikiran, perasaan, pengalaman dan pendapat. Oleh karena itu bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya sangat membutuhkan bahasa dalam bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di lingkungan formal. Bahasa
Lebih terperinciVERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008
VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 Zuly Qurniawati, Santi Ratna Dewi S. Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Majalah merupakan bagian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu, rangkaian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu, rangkaian bunyi yang kita kenal sebagai kata, melambangkan suatu konsep. Bahasa juga alat untuk
Lebih terperinciSiti Zumrotul Maulida: Merubah, Mengobah atau...,
MERUBAH, MEROBAH ATAU MENGUBAH? Analisa terhadap Variasi Bentuk Awalan dalam Proses Morfologis Pembentukan Kata Bahasa Indonesia Siti Zumrotul Maulida IAIN Tulungagung, Jl. Mayor Soejadi No. 46 Tulungagung
Lebih terperinciNama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI
Nama : Irine Linawati NIM : 1402408306 BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Fonem adalah satuan bunyi terkecil dari arus ujaran. Satuanfonem yang fungsional itu ada satuan yang lebih tinggi yang disebut
Lebih terperinciVERBA YANG BERKAITAN DENGAN AKTIVITAS MULUT: KAJIAN MORFOSEMANTIK
VERBA YANG BERKAITAN DENGAN AKTIVITAS MULUT: KAJIAN MORFOSEMANTIK Cut Poetri Keumala Sari Abstrak Skripsi ini berjudul Verba yang Berkaitan dengan Aktivitas Mulut: Kajian Morfosemantik. Metode yang digunakan
Lebih terperinciANALISIS NOSI AFIKS DAN PREPOSISI PADA KARANGAN NARASI PENGALAMAN PRIBADI SISWA X-7 SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS NOSI AFIKS DAN PREPOSISI PADA KARANGAN NARASI PENGALAMAN PRIBADI SISWA X-7 SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan
Lebih terperinciPROSES MORFOLOGIS PADA TERJEMAHAN AYAT-AYAT AL QUR AN YANG MENGGAMBARKAN KEPRIBADIAN NABI MUHAMMAD SAW NASKAH PUBLIKASI
PROSES MORFOLOGIS PADA TERJEMAHAN AYAT-AYAT AL QUR AN YANG MENGGAMBARKAN KEPRIBADIAN NABI MUHAMMAD SAW NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajad Sarjana S-1 Progdi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Sarana paling utama. utama adalah sebagai sarana komunikasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena dengan bahasalah manusia berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Di dalam komunikasi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk mengungkapkan pesan kepada orang lain. Dengan bahasa itu, kita dapat menyampaikan dan menerima informasi
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk., 1985:
Lebih terperinciSelain metode deskriptif, penelitian ini juga menggunakan metode
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam sebuah penelitian diperlukan langkah-langkah yang tepat agar tujuan penelitian yang telah ditetapkan dapat tercapai. Metode merupakan cara yang disiapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini
Lebih terperinciANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENULIS DI KELAS X
ANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENULIS DI KELAS X Oleh: Isnani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo
Lebih terperinciANALISIS AFIKSASI DAN PENGHILANGAN BUNYI PADA LIRIK LAGU GEISHA DALAM ALBUM MERAIH BINTANG
1 ANALISIS AFIKSASI DAN PENGHILANGAN BUNYI PADA LIRIK LAGU GEISHA DALAM ALBUM MERAIH BINTANG Jurnal Ilmiah Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN
Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 24431109 KEGIATAN LESSON STUDY DALAM PEMBELAJARAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA MAHASISWA SEMESTER IVA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 3 METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Bab ini merupakan penjabaran lebih lanjut tentang metode penelitian yang
49 BAB 3 METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Pengantar Bab ini merupakan penjabaran lebih lanjut tentang metode penelitian yang digunakan. Pada bab ini akan dibahas langkah-langkah penelitian yang merupakan
Lebih terperinciKATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL
KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL Rahmi Harahap Program Studi S-1 Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Research on the structural
Lebih terperinciPROSES MORFOLOGIS KARANGAN SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN JURNAL ILMIAH
PROSES MORFOLOGIS KARANGAN SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011-2012 JURNAL ILMIAH CLAUDI DOMINICO PANGGONING SALARASATI A310 080 057 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciARTIKEL JURNAL LINA NOVITA SARI NPM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)
PENGGUNAAN AFIKSASI PADA SKRIPSI PERIODE WISUDA KE-52 MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT ARTIKEL JURNAL Diajukan Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur kata dan cara pembentukan kata (Harimurti Kridalaksana, 2007:59). Pembentukan kata
Lebih terperinciMASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI
MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI Problem in Preparing Sentence Morphological Class of 10 High School Students Wahidiyah Kediri Oleh: FITRIANA HARIYANTI
Lebih terperinciKesalahan Menulis Karangan Pengalaman Pribadi Berbahasa Jawa Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Purworejo
Kesalahan Menulis Karangan Pengalaman Pribadi Berbahasa Jawa Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Purworejo Oleh : Febry Puspita Sari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Febrypuspita08@gmail.com Abstrak:
Lebih terperinciPENYIMPANGAN GRAMATIKAL PADA BERITA UTAMA KORAN KENDARI POS EDISI FEBRUARI
PENYIMPANGAN GRAMATIKAL PADA BERITA UTAMA KORAN KENDARI POS EDISI FEBRUARI 2016 Netti.endrawati026@gmail.com Abstrak Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penyimpangan gramatikal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk suku Jawa di antaranya Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sebagian wilayah Indonesia lainnya.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan dipaparkan landasan-landasan teori yang telah ada dan menjadi pijakan dalam pelaksanaan penelitian ini.
BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dipaparkan landasan-landasan teori yang telah ada dan menjadi pijakan dalam pelaksanaan penelitian ini. 2.1 Morfologi Sebelum melihat lebih jauh tentang pengurai
Lebih terperinci3. Menambah referensi dalam penelitian lainnya yang sejenis.
1.4.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan kategori verba yang terdapat pada kolom Singkat Ekonomi harian Analisa edisi Maret 2013. 2. Mendeskripsikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan kata-kata yang mubajir dan terlalu berbelit-belit.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Isma, (2013: 29) menyatakan Bahasa tulis adalah bahasa yang digunakan secara tertulis. Bahasa tulis merupakan hasil pengungkapan pikiran atau perasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi antar anggota masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi antar anggota masyarakat. Bahasa juga merupakan sebuah alat untuk komunikasi, yang berupa rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh
Lebih terperinciBENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN
BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN 2010-2011 Vania Maherani Universitas Negeri Malang E-mail: maldemoi@yahoo.com Pembimbing:
Lebih terperinci