BAB 6 PERKEMBANGAN CRANIUM DAN WAJAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 6 PERKEMBANGAN CRANIUM DAN WAJAH"

Transkripsi

1 BAB 6 PERKEMBANGAN CRANIUM DAN WAJAH PENDAHULUAN DESKRIPSI SINGKAT: Bab ini menjelaskan tentang bagaimana proses terjadinya pembentukan cranium dan wajah. Penekanan pembahasan terutama pada perkembangan mandibula mulai sejak cartilago Meckel sampai menjadi mandibula utuh. Juga pola pertumbuhan mandibula mulai sejak lahir hingga dewasa. Perkembangan tulang maxilla dibahas seperlunya disertai perbandingannya dengan pola perkembangan mandibula. Perkembangan tulang-tulang pembentuk wajah yang lain dibahas dengan porsi yang lebih sedikit. MANFAAT DAN RELEVANSINYA: Mahasiswa akan lebih memahami bagaimana proses pembentukan cranium dan wajah yang sangat berguna terutama untuk mempelajari mata kuliah ortodorisi di semester yang lebih lanjut. TIK: Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mampu menjelaskan dasar-dasar erkembangan cranium dan wajah Universitas Gadjah Mada 1

2 PERKEMBANGAN CRANIUM DAN RANGKA WAJAH Drg. Suhendriyah S.,M.Kes. Ada tiga komponen yang berbentuk chondrocranium, yang nantinya akan membentuk basis cranii; tulang calvarium yang datar, dan tulang-tulang wajah. Os neurocranium adalah tulang yang melindungi otak; os viscecerocranium yang mengelilingi regio oropharyngeal dan basis cranii yang terletak di antara keduanya. PERKEMBANGAN TULANG-TULANG CRANIUM Setelah terbentuknya elemen cartilaginus yang akan membentuk chondrocranium, tulang-tulang cranium akan mulai terlihat sebagai suatu pusat penulangan yang terisolisasi dan terpisah satu terhadap yang lain. Beberapa tulang seperti os parietale dan os palatinum terbentuk dari satu pusat penulangan. sedangkan tulang-tulang lainnya seperti os temporale dan os sphenoidale terbentuk dari pusat penulangan yang nantinya akan saling bergabung satu terhadap yang lainnya. Tulang-tulang cranium dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Tulang yang terbentuk sebagai pusat penulangan endochondral dan tulang yang terbentuk di bagian dalam dan menggantikan bagian-bagian chondrocranium. Tulangtulang ini mencakup basioccipitale, pars petrosa ossis temporalis, ala minor dan ala major ossis sphenoidalis, lamina prependicularis ossis ethmoidalis (mesethmoidale), massa leteral dan os ethmoidale (ethmoidale facialis) dan concha nasalis. 2. Tulang-tulang calvarium yang terbentuk di dalam capsula mesenchymale, mengelilingi otak yang sedang berkembang dan melekat pada basis cranil menuju chondrocranium. Tulangtulang ini terdiri dari os parietale, os temporale dan pars squamosa ossis occipitaks, ala major ossis sphenoidahs di bawah foramen ovale dan foramen rotundum serta os frontale. Tulang-tulang ini kadang-kadang disebut juga sebagai membrana atau tulang intramembranosus karena terbentuk di dalam membrana jaringan ikat embryonicum, bukan terbentuk di dalam matrik cartilago. Istilah tulang dermal lebih disukai karena dapat mencerminkan riwayat evolusi suatu lamina tulang yang berfungsi sebagai pelindung pada cutis vertebrata primit 3. Tulang-tulang yang terbentuk di sekitar dan berhubungan erat terhadap cartilago seperti nasi dan cartilago Meckel. Tulang-tulang ini terdiri dari mandibula dan maxilla, os palatmnum, Os lacrimale, os zygomaticum, os nasale dan vomer. 4. Tulang-tulang yang berositifikasi dalam bentuk cartilago dan sebagian lagi dalam bentuk membrana, misalnya os occipitale dan os sphenoidale. Universitas Gadjah Mada 2

3 Deviasa ini sudah ditetapkan dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan pada burung dan hewan percobaan lainnya, bahwa sebagian besar rangka kraniofasial berasal terutama dari mesenchyma, terbentuk dari crista neuralis dan bermigrasi ke regio kepala, terutama ke proccecus maxillaris dan mandibularis. Jelas terlihat di sini bahwa osteogenesis intramembranosus seperti bentuk corpus mandibulae dan maxillae, dapat terjadi setelah mesenchyma proccecus-proccecus ini berpartisipasi dalam merangsang terjadinya interaksi pitel mesenchyma dengan epitel yang membungkus bagian luar proceccus mandibularis dan Imaxillanis. Hasil penelitian yang lebih mutakhir menunjukkan bahwa lamina basalls dan epithelium embryonicum merupakan suatu struktur morfologi spesifik yang mengontrol dengan cara-cara tertentu, diferensiasi sel-sel yang berasal dari crista neuralis sehingga selsel dapat ikut berperan membentuk matriks tulang misalnya fungsi osteoblastik. lnteraksi jaringan seperti ini tidak bersifat unik pada tahap perkembangan aval karena terbukti bahiaja jaringan mi berperan penting pada tahap perkembangan awal dan tahap diferensiasi beberapa organ misalnya cutis, gigi geligi, glandula salivariae dan glandula thyroidea. PERKEMBANGAN SUTURA Ketika elemen-elemen tulang terbentuk dalam hubungan yang stabil terhadap chondrocranium yang sedang berkembang, otak dan bola mata akan mencapai hubungan topografi yang stabil satu terhadap yang lainnya pada berbagai sutura cranialis dan sutura facialis. Struktur-struktur ini berada pada posisi yang konstan pada spesies manusia dan diantara spesies primata dan anggota-anggota spesies mammalia pada umumnya. Setiap sutura berfungsi sebaqai daerah pertemuan tidak hanya antara dua atau beberapa tulang, tetapi juga antara capsula periosteal fibrocellular yang menyelubungi tulang-tulang sedang berkembang. Oleh karena itulah, selama pertumbuhan, setiap sutura akan menujukkan adanya hma lapisan jaringan diantara setiap elemen tulang. Lapisan jaringan tersebut adalah jaringan cellular osteogenetik (lapisan cambial) pada ujung setiap tulang yang sedang bertumbuh, lapisan capsula fibrosa dan zone intermidiat (tengah) diantara lapisanlapisan capsula yang merupakan daerah penggabungan antara elemen-elemen sutura, juga mengandung sejumlah besar pembuluh darah. Oleh karena itulah, pada sutura biasanya terdapat dua pusat pertumbuhan satu untuk setiap elemen tulang, di mana kecepatan dan luas pertumbuhan cenderung bervariasi pada setiap pusat pertumbuhan tersebut. Setelah pertumbuhan pada sutura berhenti, pengelompokan menjadi kelima lapisan tersebut akan menjadi lebih samar dan bundel serabut akan berjalan langsung dari sebuah tulang ke tulang yang lainnya. Jadi, sutura ini akan menjadi daerah penggabungan antara tulangtulang yang biasanya lebih dominan daripada pusat pertumbuhan primer. Sebagian besar sifat pertumbuhan tulang pada sutura ini umumnya kompensatoris, yaitu menyediakan tempat bagi otak yang sedang membesar. Universitas Gadjah Mada 3

4 PERKEMBANGAN AWAL DARI BEBERAPA TULANG WAJAH PERKEMBANGAN MANDIBULA Mandibula terbentuk dari ossificatio intramembranosis pada bagian bawah atau bagian dalam arcus pharyngeus primus atau arcus viscera us (mandibularis). Pertumbuhan mandibula biasanya didahului dengan pertumbuhan cartilago Meckel yang mewakili rahang bawah hewan-hewan vertebrata primitif. Pada embrio manusia cartilago Meckel akan berkembang ke bentuk sempurnanya pada tahap pengukuran C.R. 15 mm (minggu keenam) dan kemudian akan meregang ke bawah dan ke depan sebagai suatu batangan yang terlepas dari cartilago capsula otica ke garis median. Di sini ujung ventralnya akan meluas ke atas, berkontak dengan cartilago dari sisi yang berlawanan, melalui mesenchyma. Seluruh panjang cartilago ini biasanya terbungkus oleh jaringan fibrocellulanis yang tebal. Ujung dorsal cartilago akan membentuk malleus dari telinga tengah; sedangkan bagian cartilago lainnya umumnya berhubungan dengan perkembangan tulang membranosis, yang nantinya akan membentuk struktur skeletal pengganti, dikenal sebagai mandibula. Cartilago Meckel pada tahap perkembangan ini berhubungan erat terhadap n. mandibularis, saraf arcus pharyngeus primus, cabang-cabangnya akan berfungsi sebagai pendukung skeletal. Truncus nervus keluar dan bagian medial cranium dan bagian ventral ujung dorsal cartilago, saling berhubungan langsung pada daerah pertemuan dan sepertiga dorsal dan sepertiga tengah (Gambar 6.34). Di sini, setelah mengeluarkan percabangan lainnya, akan terbagi menjadi n. lingualis dan n. alveolaris. N.lingualis meluas ke depan pada sisi medial cartilago, sedangkan n. alveolaris inferior terletak di sebelah lateral ujung atasnya, dan berjalan ke depan sejajar terhadap cartilago untuk berakhir dengan membelah menjadi rami mentales dan rami incisivus akan terus melanjutkan perjalanannya sejajar terhadap cartilago. Gambar 1. Skema asal mandibula. Pusat osifikasi terletak disamping tulang rawan Meckel pads bifurkasi saraf alveolar inferior. Universitas Gadjah Mada 4

5 CORPUS MANDIBULAE Riwayat perkembangan selanjutnya dari cartilago Meckel umumnya berhubungan dengan perkembangan corpus mandibulae, yang sedikit peranannya. Mandibulae terlihat mula-mula sebagai pita jaringan fibrocellular mesenchyma yang padat pada sisi lateral n. alveolaris inferior dan n. incisivus. Sebelum terbentuknya pusat penulangan, hasil-hasil penelitian mutakhir menujukkan bahwa pertukaran informasi molekular harus berlangsung antara epitel dan esenchyma dan arcus mandibulae. Pengaruh interaksi mesenchyma-epitel terhadap pembentukan tulang lebih bersifat permisif daripada intrusif. Lamina basalis dan epitel tampknya berperan penting pada proses perkembangan tersebut. Mesenchyma dimana terjadi penulangan umumnya berasal dari bahan crista neuralis cranialis. Penulangan berlangsung pada tahap ngukuran C.R mm (minggu perkembangan ketujuh) pada sudut yang terbentuk dari incisivus dan n. mentalis yaitu pada regio bakal foramen mentale, dan daerah ini pusat pembentukan tulang tunggal akan meluas dengan cepat ke belakang bawah n. mentalis kemudian akan terletak pada incisura tulang dan pada sisi lateral n. alveolaris inferior. Pada tahap pengukuran C.R. 19 mm tulang di regio incisura yang berhubungan dengan n. mentalis umumnya sudah bertumbuh ke medial ke bawah n. incisivus dan akan segera meluas ke atas diantara n. incisivus dan cartilago Meckel; dengan cara ini n. incisivus akan terselubung di dalam tulang yang dibentuk oleh lamina lateralis dan lamina medialis, bergabung di balik saraf tersebut. Pada tahap tersebut incisura yang mengandung n. mentalis juga akan berubah menjadi foramen mentale melalui perluasan tulang ke atas daerah saraf dan ujung anterior menuju ujung posterior incisura. Saluran tulang tersebut akan bertumbuh dengan cepat ke depan menuju garis median, di daerah ini tulang akan berhubungan erat dengan pembentukan tulang serupa pada sisi berlawanan tetapi kedua tulang tersebut tidak saling bergabung dan dipisahkan oleh jaringan ikat. Penggabungan antara kedua bagian os mandibula akan berlangsung sebelum akhir tahun pertama. Pertumbuhan tulang ke atas n. incisivus dan lamina lateralis dan lamina medialis akan merubah saluran tulang menjadi canalis incisivus. Perluasan serupa dari penulangan ke arah belakang mula-mula akan menghasilkan sebuah lamina tulang dalam hubungannya dengan seluruh permukaan lateral n. alveolaris inferior, kemudian membentuk saluran tulang tempat terletaknya saraf dan bahkan nantinya akan membentuk canalis saraf. Jadi, melalui proses pertumbuhan ini pusat penulangan primer akan dapat membentuk corpus mandibulae sejauh mungkin ke belakang sampai ke daerah foramen mandibulae dan sejauh mungkin ke depan sampai ke daerah symphisis; ini adalah bagian dari mandibulae yang mengelilingi n. alveolanis inferior dan n. incisivus - elemen neuralis. Pada tahap ini benih gigi yang sedang berkembang biasanya terletak agak superficial dari mandibula dan tidak terkandung di dalam mandibula itu sendiri. Universitas Gadjah Mada 5

6 Pada saat organ-organ benih gigi susu mulai berdeferensiasi, mandibula akan mulai membentuk hubungan dengan benih gigi tersebut. Keadaan ini dapat berlangsung melalui perluasan ke atas pada kedua sisi benih gigi, dari lamina lateralis dan lammna medialis mandibula setinggi n. incisivus dan n. alveolanis inferior, untuk membentuk lamina alveolaris aterai dan medial. Melalui proses pertumbuhan ini gigi-gigi yang sedang berkembang akan tenletak di dalam saluran tulang. Saluran ini nantinya akan terbagi menjadi bagian-bagian kecil yang saling terpisah atau disebut alveolus untuk tempat gigi geligi melalui pembentukan septum tulang antara dinding medial dan lateral. +++ Deposisi tulang --- Resorpsi tulang Gambar 2. Skema pertumbuhan mandibula dengan mandibula fetus yang dibandingkan dengan mandibula dewuhan mandibula dengan mandibula fetus yang dibandingkan dengan mandibula dewasa Universitas Gadjah Mada 6

7 Gambar 3. Sisi lateral dan mandibula pada masa bayi, dewasa dan tua menunjukkan pengaruh tulang alveolar pada kontur tubuh mandibula. Perhatikan perubahan obliksitas sudut mandibula. Perhatikan juga letak foramen mentalis yang bervariasi dalam hubungannya dengan tepi atas tubuh mandibula. Perkembangan Cartilago Mackel Kecuali bagian ventral terminal cartilago Meckel pada daerah garis median, substansi bàgian anterior mandibula pada regio incisivus kaninus biasanya mengandung cartilago. Bagian cartilago ini mula-mula dikelilingi oleh perluasan tulang dan lamina medialis dan lambat laun akan teresorbsi, digantikan dengan perluasan pusat penulangan dan tulang membranosis yang terletak di sekitarnya. Selama periode akhir perkembangan fetus, sekurang-kurangnya sampai saat bayi dilahirkan dapat dijumpai adanya satu atau dua nodula cartilago di dalam jaringan fibrosa symphysis; nodula- nodula ini merupakan sisa-sisa dan ujung ventral cartilago Meckel. Sisa cartilago Meckel akan menghilang seluruhnya kecuali sebagian kecil dan selubung fibrosanya, akan tetap tinggal dan membentuk ligamentum sphenomandibularis serta ligamentum sphenomalleolaris. Bagian paling dorsal dan cartilago ini akan berosifikasi untuk membentuk malleus dan akan melekat pada spina ossis sphenoidalis dengan bantuan ligamentum sphenomalleolaris yang meluas melalui fissura tympanosquaittosa ossis temporalis. Organ ini akan membentuk ligamentum anterior dan malleus pada individu manusia dewasa. Ramus Perluasan ke belakang dari mandibula untuk membentuk ramous mandibulae berlangsung melalui perluasan corpus mandibulae di belakang dan di atas foramen mandibulae. Dari regio ini mandibula akan menjadi divergen ke lateral dari garis cartilage Meckel. Tepat pada daerah dimana corpus mandibulae pertama kali terbentuk melalui kondensasi fibrocellular, akan terbentuk ramus mandibulae dan processus-processusnya melalui perluasan ke belakang dan kondensasi tersebut. Pembentukan tulang pada jaringan ini berlangsung sangat cepat sehingga processus coronoideus dan processus condylaris mandibulae serta Universitas Gadjah Mada 7

8 regio angulus mandibulae sebagian besar sudah berosifikasi pada tahap pengukuran C.R. 40 mm (minggu perkembangan kesepuluh). Tahap pertumbuhan selanjutnya dari processus primer dan processus sekunder ini umumnya termodifikasi oleh munculnya cartilago sekunder. Cartilago ini yang terbentuk pada berbagai daerah di regio pembentukan tulang membranosus disebut sebagai cartilago sekunder atau cartilago accessonius, karena bukan merupakan bagian dan tidak mempunyai hubungan dengan rangka cantilago primer (tempat asal cantilago Meckel). Sifat dan gambaran histologisnya juga berbeda dengan cartilago hyalina tipikal yang membentuk rangka cartilago primer. Cartilage sekunder akan bertambah besar melalui proliferasi dan perubahan sel-sel dan lapisan jaringan fibrosellular yang tebal, yang menyelubunginya. Cartilage ini umumnya mempunyai sel-sel yang lebih besar dan matriks intraselular yang Iebih sedikit daripada cartilago hyalina, berhubungan dengan perkembangan tumor-tumor cartilago pada tahap perkembangan dewasa. Pembentukan processus coronoideus dan processus angularis dan ramus mandibuale dimulai dengan terbentuknya otot-otot pengunyahan utama M. temporalis akan melekat pada daerah bakal processus coronoideus sedangkan serabut diferensiasi dan m. masseter dan m. pterygoideus medialis berhubungan dengan regio matriks tulang sedang berkembang yang nantinya akan membentuk angulus mandibulae. Primordia m. temporalis dan m. masseter mulai terbentuk. Processus coronoideus akan berdiferensiasi sebagai terpisah di dalam m. temporalis embryonicus pada minggu perkembangan ketujuh. Kira-kira satu minggu kemudian processus ini akan bergabung dengan ramus mandibuale. Cartilago condylaris Pada mandibula terdapat tiga daerah pembentukan cartilago sekunder yang utama. Yang pertama dan terbesar adalah cartilage condylaris, berperan penting pada pertumbuhan mandibula. Cartilage ini muncul pertama kali pada tahap pengukuran C.R. 50 mm (minggu keduabelas). Pada tahap ini terlihat berupa potongan cartilago pada aspek superior dan lateral tulang pada processus condylanis, akan bersatu membentuk tulang dan bergabung ke lapisan fibrocellular yang akan membatasi regio condylus. Melalui proses adisi dan sel-sel jaringan fibroselullar, cartilago akan segera membentuk massa berbentuk konus yang tidak hanya menduduki seluruh processus condylaris tetapi juga meluas ke depan dan ke bawah menuju ramus sampai foramen mandibulae. Pada bulan kelima masa kehidupan fetus, semua konus cartilago sudah digantikan (sebagian besar) oleh trabekula tulang, meluas melalui ramus, benkontraksi bersama dengan membrana tulang dan ramus. Zona cartilage yang terletak dibalik pars articularis processus condylaris di balik selubung fibrosanya. Universitas Gadjah Mada 8

9 Mandibula pada saat lahir Pada saat lahir mandibula walaupun terdeteksi dengan jelas, sangat berbeda pada berbagai aspek dari tulang dewasa. Perbedaan utamanya terletak pada sudut mandibula yang tumpul, ramus yang lebih kecil bila dibandingkan dengan corpus, dan tidak adanya lapisan compacta dan tulang pada daerah permukaan. Corpus mandibulae terdiri dan elemen neural dan alveolar sedangkan ramus terdiri dan processus coronoieus, angularis dan musculanis yang terbentuk di sekitar intl ramus sentral, berkembang dan cartilago condylaris sekunder. Gambar 4. Mandibula neonatal (atas) anak umur 4 th (tengah) dan orang dewasa (bawah), yang menunjukkan lebar bagian depan tubuh mandibula yang konstan, tapi dengan peeluasan ke arah Perkembangan Maxilla Maxilla propium (kecuali premaxilla) terbentuk berupa processus maxillaris dan arcus mandibularis. Seperti mandibula, maxilla muncul pertama kal; melalul penulangan membranosus, tetapi berbeda dengan mandibula proses perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya kurang dipengaruhi oleh terbentuknya cartilago sekunder. Penulangan pada maxilla berlangsung sedikit terlambat dibanding mandibula yaitu pada tahap pengukuran Universitas Gadjah Mada 9

10 C.R. 18 mm. Pusat penulangan muncul pertama kali berupa pita jaringan fibrosellular pada bagian luar cartilago capsula nasalis dan tepat di lateral dan sedikit di bavah n. infraorbitahs, mengeluarkan percabangan rami alveolares superiores anteriores. Pusat penulangan akan terletak pada sudut yang terbentuk oleh dua saraf dan terletak di atas lamina dentalis yang akan membentuk organa enamelaria dan benih kaninus. Dan sini pusat penulangan mi akan meluas ke belakang ke arah os zygomaticum yang sedang berkembang di bavah orbita dan ke depan n. alveolanis superior anterior di bavah ujung terminal n. infraorbalis menuju arah maxilta sedang berkembang. Pada tahap ml tulang yang berkembang akan berbentuk lembarani melengkung, tersusun vertikal dengan sisi yang konveks mengarah ke medial. Dan perluasan anterior akan terbentuk processus froritalis yang mengarah ke atas bersama dengan processus premaxillaris sedang berkembang, akan membentuk processus premaxillaris sedang berkembang, akan membenituk processus frontalis dan tulang devasa. Processus frontalls thin faclalls premaxiliac yang sedang berkembang akan bergabung dengan cepat satu terhadap lainnya pada tahap dini sehingga tidak ada sutura yang terbentuk di antara kedua tulang tersebut pada viajah. Pada aual perkembangan, maxilla akan membentuk saluran tulang tempat n. infraorbitalis dan melalui pertumbuhan ke bawah, lamina alveolaris yang meluas ke luar akan berhubungan dengan benih gigi kaninus dan molar susu. Maxilla akan terus bertumbuh terutama ke atas, ke bavjah, dan ke belakang bersama dengan perkembangan dan processus palatinus yang juga meluas ke arah garis median pada substansi bagian anterior dan plica palatinus yang saling bergabung. Pada tahap pengukuran C.R. 27 mm akan terbentuk massa cartilage sekunder pada processus zygomaticus (malar) dan melalul proliferasinya akan menambah ketebalan bagian maxilla ini. Daerah cartilago ini masih tetap ada pada 40 mm. Selama periode ini processus palatinus akan meluas ke belakang; pada daerah penggabungan processus palatinus dan pada bagian utama maxilla sedang benkembang akan terbentuk massa tulang yang besar. Dan regio ini pada bagian dalam lammna dentalis dan benih gigi, akan terbentuk lamina alveolaris medial, lebmh tambat daripada lamina alveolaris lateral, Jadi akan terbentuk saluran tulang yang nantinya dipisahkan oleh septum menjadi alveoli, seperti yang berlangsung pada mandibula. Daerah - daerah kecil dan cartilago sekunder juga dapat terbentuk di sepanjang tepi lamina alveolaris yang sedang bertumbuh dan pada garis median dan palatum durum yang sedang berkembang, di antara kedua processus palatinus. Universitas Gadjah Mada 10

11 Maxilla pada saat lahir Maxilla, terbentuk pada pertengahan masa akan menunjukkan semua elemen devasa, berbeda dalam aspek dengan tulang deitasa. Perbedaan utama terletak pada ukuran processus alveolaris yang kecil, kurangnya kedalaman (yang berhuburigan dengan ukuran sinus maxillaris yang kecil) dan sifat tulang yang kanselus. Pada saat bayi lahir, umumnya sinus maxillaris berbentuk depresi kecil (seukuran kacang polong kecil) pada aspek medial tulang. Maxilla dapat dideskripsikan sebagai twang yang terbentuk dan elemen neural, alveolar dan palatal dan processus zygomaticus. Perbandirigan perkembangan mandibula dan maxilla Kedua tulang mi berkembang sebagai pusat penulanigan yang berhubungan erat terhadap saraf pada daerah bifurkasi, kedua tulang tersebut mempunyai elemen neural dan alveolaris keduanya membentuk cartilago sekunder pada saat penluasan ke belakang. Meskipun demikian, cantilago condylaris akan tetap aktif sebagai pusat pertumbuhan untuk vaktu yang cukup lama dalam hubungannya dengan articulatio temporomandibula, cartilago zygomaticus (malar) maxillae mempunyai bentulc dan aktivitas yang terbatas pada masa kehidupan fetus dan berhubungan dengan sutura yang terletak di antaranya dan di antara os zygomaticum. Maxilla tidak mempunyai processus muscularis dan mandibula tidak mempunyai processus palatinus. Pada saat bertumbuh maxilta umumnya tergantung pada deposisi permukaan dan akan bertumbuh pada daerah sutura yang berartikulasi dengan tulang-tulang di dekatnya; pertumbuhan mandibula tergantung pada deposisi permukaan selelah tahun pertama kehidupan dan penggantian cartilago oleh tulang. PERKEMBANGAN OS PALATINUM Os palatinum berkembang pada membrana di sisi medial (bagian dalam) cartilago capsula nasi. Penulangan dimulai pada minggu ketujuh sampal kedelapan masa kehidupan fetus pada regio tuberositas dalam hubungan yang erat terhadap n. palatinus descendens. Penulangan akan meluas ke atas sebagai suatu lamina venticabs dan horizontal sebagai processus palatinus. Pada akhir bulan semua processus tulang sudah dapat dilihat. Pada mulanya Os palatinum terpisah dan maxilla dengan adanya bagman belakang dinding lateral capsula nasalis. Namun bersama denigan atrofinya bagian cartilago mi, larnina verticalis dan os palatinum yang sedang bertumbuh akan bertumpang tindih dengan bagian dalam fades nasaks maxillae dan ikut membantu membentuk dinding medial sinus maxiflaris. Daerah mi nantinya juga akan ikut mambentuk batas posterior dan onifisum ke daerah sinus maxillaris. Universitas Gadjah Mada 11

12 PERKEMBANGAN TULANG-TULANG WAJAH LAINNYA Vomer terbentuk dan dua pusat penulangan terletak pada chondrium yang menutupi tepi inferior cartilago septum selama minggu kesembilan masa kehidupan fetus. Vomer akan segera bergabung di balik cartilago dan meluas ke belakang dan ke depan membentuk saluran tulang yang mengarah mendekati tepi bebas baiah dan cartilago. Saluran akan mencapai permukaan inferior corpus ossis sphenoidalis selarna bulan keempat masa kehidupan fetus. Pada proses perkembangan selanjutnya, bentuknya akan berubah pada bidang koronal dan suatu struktur berbentuk U yang meluas mendekati cartilago septum menjadi struktur berbentuk Y dengan batang menurun ke arah palatum durum. Os lacrimale terbentuk sebagai satu pusat penulangan pada membrana di sisi lateral capsula nasalis sekitar akhir bulan ketiga masa kehidupan fetus. Tiap Os nasale umumnya muncul sebagai suatu pusat penulangan tunggal pada membrana di permukaan bagian anterior atap capsula nasalis sekitar akhir bulari kedua masa kehidupan fetus. Cartilago akan menetap setelah bayl dilahirkan di balik kedua daerah os nasale. Os zygomaticum muncul sebagai pusat penulangan tunggal pada membrana tepat di baiah dan di lateral bola mata pada akhir bulan kedua masa kehidupan fetus. Tulang-tulang yang bertumbuh akan denigan cepat berkontak ke os temporale dan maxilla tetapi baru akan mendekati os frontale setelah beberapa iiaktu kernudian. Pusat bagi setiap elernen facial os ethmoidale akan muncul pada bagian atas cartilago membentuk dinding lateral capsula nasalis selarna bulan kelima masa kehidupan fetus. Penulangan akan meluas ke semua bagian cartilago pada regio ethmoidalis pada saat bayi dilahirkan. Pusat yang terpisah terbentuk pada bagian atas cartilago septalis selama tahun pertama kehidupan, meluas ke atas cnista galli dan ke bavah ke arah vomer. Ketiga bagian tulang ini, elemen facialis bilateral dan elemen cranium garis median (mesethmoidalis) akan bergabung melalui regio lamina cribosa pada tahun kehidupan ketiga. Concha nasalis inferior terbentuk dan pusat penulangan yang terpisah di dalam ujung batah, melingkar dan dinding samping capsula nasalis di sekitar bulan kelima masa kehidupan fetus. Cartilago capsula di antara os ethmoidale dan concha nasalis inferior akan atrofi dan pada regio ini sinus maxillaris yang sedang berkembang akan meluas mengarah ke maxilla. Universitas Gadjah Mada 12

13 TES FORMATIF: 1. Sebutkan kiasifikasi tulang-tulang cranium! 2. Ceritakan secara ringkas tentang perkembangan mandibua! 3. Sebutkan perbedaan mandibula bayi dan dewasa! 4. Ceritakan secara ringkas tentang perkembangan maxilla! 5. Ceritakan secara ringkas tentang perkembangan tuang-tuiang pembentuk wajah yang Iainnya! PENILAIAN DAN UMPAN BALIK: Apabila anda dapat menjawab semua soal di atas maka anda dapat melanjutkan ke bab selanjutnya. Apabila anda hanya dapat menjawab 3 soal dan 5 soal yang ada, maka anda dapat mengulangi membaca bab mi. TINDAK LANJUT: Apabila anda masih kurang jeas, maka anda dapat membaca buku pedoman yang tercantum pada daftar pustaka. Universitas Gadjah Mada 13

OSTEOLOGI AXIALE I D R H. H E R L INA P R AT IWI

OSTEOLOGI AXIALE I D R H. H E R L INA P R AT IWI OSTEOLOGI AXIALE I D R H. H E R L INA P R AT IWI SKELETON AXIALIS SKELETON AXIALIS Ossa Craniofascialis Columna Vertebrae Ossa Cranii Ossa Fasciei OSSA CRANII (NEUROCRANII) Os. Occipitale Os. Sphenoidale

Lebih terperinci

PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA

PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA MUSCULUS /OTOT Otot terdiri atas jaringan otot. Sifat istimewa otot adalah dapat berkerut/kontraksi sehingga mengakibatkan gerakan organ di sekitarnya. Jaringan

Lebih terperinci

Cranium (tengkorak) dibentuk oleh tulang-tulang pipih yang jumlahnya ada 22

Cranium (tengkorak) dibentuk oleh tulang-tulang pipih yang jumlahnya ada 22 REGIO FACEI DAN COLLI dr. Ulfa Elfiah, Mkes. PSIK CRANIUM Cranium (tengkorak) dibentuk oleh tulang-tulang pipih yang jumlahnya ada 22 Cranium dapat dibagi menjadi: - neuro-cranium a. calvarium ( Atap tengkorak)

Lebih terperinci

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA Sendi adalah hubungan antara dua tulang. Sendi temporomandibula merupakan artikulasi antara tulang temporal dan mandibula, dimana sendi TMJ didukung oleh 3 : 1. Prosesus

Lebih terperinci

A B C. 2 cm 2 cm 2 cm

A B C. 2 cm 2 cm 2 cm BAB HASIL Tengkorak orangutan Kalimantan jantan dewasa erukuran relatif esar dengan permukaan tulang yang terlihat kasar. Tengkorak mempunyai panjang ±, cm, lear ± 9, cm dan tinggi ± 9 cm, serta oot, kg.

Lebih terperinci

menghubungkan os maxilla dengan os palatinum pada tengkorak koleksi Laboratorium FKH IPB tidak terlihat jelas, sedangkan pada tengkorak orangutan

menghubungkan os maxilla dengan os palatinum pada tengkorak koleksi Laboratorium FKH IPB tidak terlihat jelas, sedangkan pada tengkorak orangutan BAB 5 PEMBAHASAN Tengkorak orangutan berukuran relatif besar jika dibandingkan dengan tengkorak manusia. Tengkorak orangutan mempunyai panjang ± 24,5 cm, lebar ± 19,5 cm dan tinggi ± 19 cm, serta bobot

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Orangutan Ordo primata terdiri atas tiga subordo, yaitu prosimii, tarsiidea, dan anthropoidea. Orangutan termasuk ke dalam subordo anthropoidea dengan superfamili

Lebih terperinci

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat melakukan gerakan meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Sendi ini dibentuk oleh kondilus mandibula

Lebih terperinci

BAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH. berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7

BAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH. berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7 BAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH Sepertiga tengah wajah dibentuk oleh sepuluh tulang, dimana tulang ini saling berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7 2.1 Tulang-tulang yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanalis Mandibularis Kanalis mandibularis adalah saluran yang memanjang dari foramen mandibularis yang terletak pada permukaan medial ramus. Kanalis ini dialiri oleh inferior

Lebih terperinci

CAVUM ORIS 2.1 Batas-Batas Cavum Oris 2.2 Pembagian Cavum Oris

CAVUM ORIS 2.1 Batas-Batas Cavum Oris 2.2 Pembagian Cavum Oris CAVUM ORIS Cavum oris (rongga oral) adalah jalan asuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. Rongga vestibulum (buccal) terletak diantara gigi dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Melalui foramen mentale dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena

Lebih terperinci

ALAT PERNAFASAN DIBAGI MENJADI 2, YAITU:

ALAT PERNAFASAN DIBAGI MENJADI 2, YAITU: RESPIRATORY SYSTEM histology ALAT PERNAFASAN DIBAGI MENJADI 2, YAITU: Pars Conductoria: Memasukkan udara dari luar menuju komponen yang dapat meneruskan O 2 menuju aliran darah, dan juga sebaliknya. Pars

Lebih terperinci

CARNIVOR-1 (Osteology) Anatomi Veteriner Makro-3 Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya 2017

CARNIVOR-1 (Osteology) Anatomi Veteriner Makro-3 Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya 2017 CARNIVOR-1 (Osteology) Anatomi Veteriner Makro-3 Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya 2017 SKELETON AXIALIS Ossa Craniofascialis Ossa Cranii Ossa Fasciei V. Cervicalis V. Thoracalis Columna

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM ANATOMI

PETUNJUK PRAKTIKUM ANATOMI PETUNJUK PRAKTIKUM ANATOMI TATA TERTIB 1. Berpakaian rapi dan sopan, dan menggunakan jas lab. 2. Dilarang makan, minum dan merokok di dalam ruangan praktikum 3. Bersikap sopan dan menjaga ketenangan serta

Lebih terperinci

ORGAN-ORGAN SYSTEMA RESPIRATORIUM : 1. NASUS 2. PHARYNX 3. LARYNX 4. TRACHEA 5. 2 BRONCHI PRIMARII 6. BRONCHIOLUS & SALURAN-SALURAN UDARA YANG LEBIH

ORGAN-ORGAN SYSTEMA RESPIRATORIUM : 1. NASUS 2. PHARYNX 3. LARYNX 4. TRACHEA 5. 2 BRONCHI PRIMARII 6. BRONCHIOLUS & SALURAN-SALURAN UDARA YANG LEBIH ORGAN-ORGAN SYSTEMA RESPIRATORIUM : 1. NASUS 2. PHARYNX 3. LARYNX 4. TRACHEA 5. 2 BRONCHI PRIMARII 6. BRONCHIOLUS & SALURAN-SALURAN UDARA YANG LEBIH KECIL 7. PULMO DAN PLEURA 8. OTOT-OTOT RESPIRASI DAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Rahang Tumbuh-kembang adalah suatu proses keseimbangan dinamik antara bentuk dan fungsi. Prinsip dasar tumbuh-kembang antara lain berkesinambungan,

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maloklusi secara umum dapat diartikan sebagai deviasi yang cukup besar dari hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik maupun secara

Lebih terperinci

Rangka manusia. Axial Skeleton. Apendikular Skeleton. Tengkorak Tulang belakang Tulang iga Tulang dada

Rangka manusia. Axial Skeleton. Apendikular Skeleton. Tengkorak Tulang belakang Tulang iga Tulang dada Mulai Rangka manusia Axial Skeleton Tengkorak Tulang belakang Tulang iga Tulang dada Apendikular Skeleton Gelang bahu Ekstremitas atas Gelang panggul Ekstremitas bawah Selesai Tengkorak Mandible (Rahang

Lebih terperinci

BAB 8 SISTEMA RESPIRATORIA

BAB 8 SISTEMA RESPIRATORIA BAB 8 SISTEMA RESPIRATORIA PENDAHULUAN DESKRIPSI SINGKAT : Bab ini membicarakan tentang sistema respiratoria yang melibatkan organ-organ seperti hidung, pharynx, larynx, trachea, bronchus, bronchiale,

Lebih terperinci

Anatomi-Fisiologi SISTEM PERNAFASAN (Respiratory System) by : Hasty Widyastari

Anatomi-Fisiologi SISTEM PERNAFASAN (Respiratory System) by : Hasty Widyastari Anatomi-Fisiologi SISTEM PERNAFASAN (Respiratory System) by : Hasty Widyastari Fungsi Pertukaran gas O2 dengan CO2 Mengambil O2 dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan mentranspor CO2 yang dihasilkan

Lebih terperinci

PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK (CSL) FOTO X RAY SKULL & LUMBOSACRAL

PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK (CSL) FOTO X RAY SKULL & LUMBOSACRAL PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK (CSL) FOTO X RAY SKULL & LUMBOSACRAL Disusun Oleh : Prof. Dr. dr. Muhammad Ilyas, Sp.Rad (K) dr. Rafikah Rauf, Sp.Rad., M.Kes DEPARTEMEN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1 : RONGGA MULUT BLOK 3 DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4. TUTOR : drg. Aria Fransiska AGUNG PUTRA SAKTI ( )

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1 : RONGGA MULUT BLOK 3 DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4. TUTOR : drg. Aria Fransiska AGUNG PUTRA SAKTI ( ) LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1 : RONGGA MULUT BLOK 3 DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4 TUTOR : drg. Aria Fransiska AGUNG PUTRA SAKTI (1411412011) CLARISA KHAIRANI (1411411017) FIKRI AL HAFIZ (1411411020) FIRANDA

Lebih terperinci

ANATOMI TULANG TENGKORAK DR.ISKANDAR JAPARDI. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Rumah Sakit Umum Pusat H.

ANATOMI TULANG TENGKORAK DR.ISKANDAR JAPARDI. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Rumah Sakit Umum Pusat H. ANATOMI TULANG TENGKORAK DR.ISKANDAR JAPARDI Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan PENDAHULUAN Otak merupakan jaringan yang konsistensinya

Lebih terperinci

ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA

ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 LESTARIKAN SATWALIAR INDONESIA AGAR MEREKA DAPAT TETAP HIDUP

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan seorang dokter gigi untuk mengenali anatomi normal rongga mulut, sehingga jika ditemukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gigi Gigi merupakan organ tubuh yang turut berperan dalam proses pencernaan, pengunyahan, dan terutama sebagai estetis dalam pembentukan profil wajah. Gigi terbentuk

Lebih terperinci

ANATOMI WAJAH. Pendahuluan

ANATOMI WAJAH. Pendahuluan ANATOMI WAJAH Pendahuluan Anatomi dari wajah adalah penting untuk pemahaman perilaku, fungsi, dan penampilan dari wajah dan kepala. Fascia superficial wajah dan kulit kepala memiliki komponen profunda

Lebih terperinci

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

Gambar 1. Anatomi Palatum 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Palatum 2.1.1 Anatomi Palatum Palatum adalah sebuah dinding atau pembatas yang membatasi antara rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi rongga mulut. Palatum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Saluran Pernafasan Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan. Pada bagian anterior saluran pernafasan terdapat

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin

I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin 1 I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin dan usia. Bentuk wajah setiap orang berbeda karena ada kombinasi unik dari kontur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antropologi Suku Batak Suku Batak merupakan bagian dari ras Proto-Melayu yang menempati pulau Sumatera. Sifat paling dominan dari suku ini adalah kebiasaan hidup dalam splendid

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Foramen ini dilalui saraf mental, arteri dan vena. Nervus mentalis adalah cabang terkecil

Lebih terperinci

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas BAB II KLAS III MANDIBULA 2.1 Defenisi Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas dan gigi-gigi pada rahang bawah bertemu, pada waktu rahang atas dan rahang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari ANATOMI PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM by : Hasty Widyastari Posisi Posisi Anatomi : Berdiri tegak, kedua lengan disamping lateral tubuh, kedua telapak tangan membuka kedepan Posisi Fundamental : Berdiri

Lebih terperinci

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Dimulai dari regio Glutea (posterior) dan dari regio Inguinal (anterior)

Lebih terperinci

PERUBAHAN MANDIBULA PADA MANULA. LISNA UNITA, DRG.,M.Kes DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL FKG USU

PERUBAHAN MANDIBULA PADA MANULA. LISNA UNITA, DRG.,M.Kes DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL FKG USU PERUBAHAN MANDIBULA PADA MANULA LISNA UNITA, DRG.,M.Kes DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL FKG USU PERUBAHAN MANDIBULA PADA MANULA MANDIBULA bahasa Latin yang berarti tulang rahang bawah. Yang bersama dengan maksila

Lebih terperinci

ANATOMI TENGKORAK ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus pygmaeus) TRI SUSANTI

ANATOMI TENGKORAK ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus pygmaeus) TRI SUSANTI ANATOMI TENGKORAK ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus pygmaeus) TRI SUSANTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRACT TRI SUSANTI. The Anatomy of the skull of Kalimantan Orangutan

Lebih terperinci

Fungsi nervus trokhlearis Fourth Nerve Palsy ( FNP ) Lesi setingkat nukleus

Fungsi nervus trokhlearis Fourth Nerve Palsy ( FNP ) Lesi setingkat nukleus Nervus trochlearis sangat unik karena serabut sarafnya yang berjalan ke dorsal akan menyilang garis tengah sebelum keluar ke brainstem, akibatnya lesi setinggi nukleus akan bersifat kontralateral sedangkan

Lebih terperinci

Gambar klasifikasi Le Fort secara sistematis

Gambar klasifikasi Le Fort secara sistematis Fraktur Le Fort terjadi pada 10-20% dari fraktur wajah. Fraktur ini terjadi karena terpajan kekuatan yang cukup. Kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab utama, penyebab lain yang mungkin yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Sefalometri Ditemukannya sinar X di tahun 1985 oleh Roentgen merupakan suatu revolusi di bidang kedokteran gigi yang merupakan awal mula dari ditemukannya radiografi

Lebih terperinci

Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri.

Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala,

Lebih terperinci

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN JARINGAN DASAR HEWAN Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Kraniofasial Setiap manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial. Meskipun bervariasi antar individu, tetapi kecepatan pertumbuhannya

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna Anatomi antebrachii 1. Os. Radius Adalah tulang lengan bawah yang menyambung dengan humerus dan membentuk sendi siku. Radius merupakan os longum yang terdiri atas epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis

Lebih terperinci

epicranialis (galea aponeurotica), loose connective tissue (jaringan ikat

epicranialis (galea aponeurotica), loose connective tissue (jaringan ikat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Kepala 2.1.1 Anatomi Kulit Kepala Kulit kepala menutupi cranium dan meluas dari linea nuchalis superior pada os occipitale sampai margo supraorbitalis ossis frontalis.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN A. JALAN LAHIR (PASSAGE) B. JANIN (PASSENGER) C. TENAGA atau KEKUATAN (POWER) D. PSIKIS WANITA (IBU)

Lebih terperinci

ANATOMI WAJAH EMBRIOLOGI

ANATOMI WAJAH EMBRIOLOGI ANATOMI WAJAH Wajah adalah bagian anterior dari kepala, dengan batas kedua telinga di lateral, dagu di inferior dan garis batas tumbuhnya rambut di superior. Wajah terbentuk dari tulang belakang dan jaringan

Lebih terperinci

BAB III PREVENTIF ORTHODONTIK

BAB III PREVENTIF ORTHODONTIK BAB III PREVENTIF ORTHODONTIK 1. Pendahuluan Preventif orthodontik mempunyai peranan yang sangat penting dalam halmengusahakan agar gigi-gigi permanen yang akan menggantikan posisi gigi desidui akan mendapatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Embriologi Wajah Embriologi wajah diawali dengan perkembangan kepala dan leher. Lengkung branchialis atau lengkung faring merupakan gambaran yang paling khas dari perkembangan

Lebih terperinci

ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS TRACTUS DIGESTIVUS CAVUM ORIS PHARYNX OESOPHAGUS VENTRICULUS/GASTER INTESTINUM TENUE INTESTINUM CRASSUM KELENJAR PENCERNAAN KELENJAR PADA DINDING TRACTUS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Embriologi Gigi Pembentukan gigi dimulai dengan terbentuknya lamina dental dari epitel oral. Lamina dental kemudian berkembang menjadi selapis sel epitel dan berpenetrasi

Lebih terperinci

BAB 5 LARYNX DAN PHARYNX

BAB 5 LARYNX DAN PHARYNX BAB 5 LARYNX DAN PHARYNX PENDAHULUAN DESKRIPSI SINGKAT: Bab ini membicarakan perbedaan larynx dan pharynx. Pada pembahasan larynx dibicarakan tentang cartilago-cartilago yang terdapat di situ, articulatio,

Lebih terperinci

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot OTOT DAN SKELET Tujuan. Mengidentifikasi struktur otot. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi. Mengetahui macam-macam otot berdasarkan lokasi 4. Mengetahui macam-macam kerja otot yang menggerakan

Lebih terperinci

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. BAB 2 KANINUS IMPAKSI Gigi permanen umumnya erupsi ke dalam lengkungnya, tetapi pada beberapa individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. Salah satunya yaitu gigi kaninus

Lebih terperinci

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas Gigi Incisivus sentral atas adalah gigi kesatu di rahang atas, yang terletak dikiri kanan dari garis tengah / median (Itjingningsh,

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. Conducted by: Jusuf R.

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. Conducted by: Jusuf R. Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 ANATOMI : adalah ilmu yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada tinjauan pustaka akan diuraikan mengenai suku Batak, foramen mentalis, radiografi panoramik, kerangka teori dan kerangka konsep. 2.1 Suku Batak Penduduk Indonesia termasuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi berjejal merupakan jenis maloklusi yang paling sering ditemukan. Gigi berjejal juga sering dikeluhkan oleh pasien dan merupakan alasan utama pasien datang untuk melakukan perawatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antropometri Antropologi adalah suatu ilmu yang sangat sedikit diminati calon-calon ilmuwan, bahkan di Indonesia sedikit yang mengetahui dan ahli di dalam bidang antropologi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perawatan ortodonti dan mempunyai prognosis yang kurang baik. Diskrepansi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perawatan ortodonti dan mempunyai prognosis yang kurang baik. Diskrepansi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kasus maloklusi yang disertai diskrepansi vertikal cenderung sulit dalam perawatan ortodonti dan mempunyai prognosis yang kurang baik. Diskrepansi vertikal dapat bermanifestasi pada

Lebih terperinci

Bagian labial insisiv (jwb: groove) Penulisan menurut FDI untuk gigi diatas adalah: a. 11 b. 21 c. 51. d. 61 e. 41

Bagian labial insisiv (jwb: groove) Penulisan menurut FDI untuk gigi diatas adalah: a. 11 b. 21 c. 51. d. 61 e. 41 1. 2. Singulum gigi anterior terletak di... (jawab: 1/3 servikal) 3. Ciri khas permukaan palatal gigi caninus atas adalah... a. Punya marginal ridge b. Punya triangular ridge c. Punya diagonal ridge d.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mandibula Mandibula adalah tulang wajah yang terbesar dan terkuat yang berbentuk seperti tapal kuda. Mandibula juga merupakan satu-satunya tulang tengkorak yang dapat bergerak.

Lebih terperinci

SPINAL CORD & PERIPHERAL NERVE

SPINAL CORD & PERIPHERAL NERVE Anatomi Blok 1.5 Bismillahirrahmanirrahim. SPINAL CORD & PERIPHERAL NERVE Pembagian Sistem Saraf Anatomis SN SNC Encephalon Medulla spinalis Cerebrum Truncus cerebri Cerebellum Diencephalon Mesencephalon

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena mengalami perubahan-perubahan fisiologis dalam rongga mulut termasuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena mengalami perubahan-perubahan fisiologis dalam rongga mulut termasuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan penggunaan gigi tiruan meningkat pada kelompok usia lanjut karena mengalami perubahan-perubahan fisiologis dalam rongga mulut termasuk kehilangan gigi. Resorpsi

Lebih terperinci

OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE)

OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE) OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE) Oleh: drh. Herlina Pratiwi, M.Si Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan jaman membuat pemikiran masyarakat semakin maju dan cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan kesehatan, karena pengetahuan masyarakat tentang

Lebih terperinci

BAB II CELAH PALATUM KOMPLET BILATERAL. Kelainan kongenital berupa celah palatum telah diketahui sejak lama. Pada

BAB II CELAH PALATUM KOMPLET BILATERAL. Kelainan kongenital berupa celah palatum telah diketahui sejak lama. Pada BAB II CELAH PALATUM KOMPLET BILATERAL Kelainan kongenital berupa celah palatum telah diketahui sejak lama. Pada beberapa kasus, celah ini terjadi setiap delapan ratus kelahiran dan kira-kira seperempatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kenyamanan, fungsi, dan keselarasan estetika pada pasien secara bersamaan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kenyamanan, fungsi, dan keselarasan estetika pada pasien secara bersamaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembuatan gigi tiruan lengkap (GTL) rahang bawah yang memberi kenyamanan, fungsi, dan keselarasan estetika pada pasien secara bersamaan dengan mendapatkan retensi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Molar Dua Mandibula Fungsi molar dua mandibula permanen adalah melengkapi molar satu mandibula. Seluruh bagian molar dua mandibula lebih kecil sekitar 1mm daripada molar satu.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oklusi Oklusi merupakan hubungan statis antara gigi atas dan gigi bawah selama interkuspasi dimana pertemuan tonjol gigi atas dan bawah terjadi secara maksimal. Dikenal dua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuna wicara adalah suatu kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuna wicara adalah suatu kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi) 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuna wicara adalah suatu kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi) bahasa maupun suara dari bicara normal, sehingga menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi lisan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut Gibson et.al. kemampuan seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan, sedangkan pengetahuan dapat diperoleh melalui latihan, pengalaman kerja maupun pendidikan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dibentuk oleh processus palatines ossis maxilla dan lamina horizontalis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dibentuk oleh processus palatines ossis maxilla dan lamina horizontalis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Palatum Palatum merupakan bagian yang memisahkan rongga mulut, rongga hidung, dan sinus maksilaris. Terdiri dari : 2.1.1. Platum durum Dibentuk oleh processus palatines ossis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan perawatan tidak hanya terfokus pada susunan gigi dan rahang saja

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan perawatan tidak hanya terfokus pada susunan gigi dan rahang saja BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Saat ini bidang ilmu ortodonti mengalami kemajuan begitu pesat sehingga dalam melakukan perawatan tidak hanya terfokus pada susunan gigi dan rahang saja tetapi juga pada estetis

Lebih terperinci

BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal

BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal sel karsinoma dan skuamous sel karsinoma. Tumor ganas yang sering terjadi pada bagian bibir,

Lebih terperinci

11/29/2013 PENGINDERAAN ADALAH ORGAN- ORGAN AKHIR YANG DIKHUSUSKAN UNTUK MENERIMA JENIS RANGSANGAN TERTENTU

11/29/2013 PENGINDERAAN ADALAH ORGAN- ORGAN AKHIR YANG DIKHUSUSKAN UNTUK MENERIMA JENIS RANGSANGAN TERTENTU ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENGINDERAAN PENGINDERAAN ADALAH ORGAN- ORGAN AKHIR YANG DIKHUSUSKAN UNTUK MENERIMA JENIS RANGSANGAN TERTENTU BEBERAPA KESAN TIMBUL DARI LUAR YANG MENCAKUP PENGLIHATAN, PENDENGARAN,

Lebih terperinci

11/29/2013. Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru memilki :

11/29/2013. Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru memilki : Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai

Lebih terperinci

Tepi tulang berada lebih apikal pada akar, yang membentuk sudut lancip terhadap tulang

Tepi tulang berada lebih apikal pada akar, yang membentuk sudut lancip terhadap tulang TOPOGRAFI TULANG Kontur tulang yang normal mengikuti pola prominensia akar gigi geligi diselingi oleh depresi (lekukan) vertikal yang melandai ke arah tepi tulang Anatomi tulang alveolar bervariasi antar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN TULANG

PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN TULANG PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN TULANG DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN USU TULANG Terdiri dari sel-sel tulang : Osteosit Substansi Dasar Serabut Kolagen (membentuk substansi interselluler/osteoid) Substansi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosis dan rencana pengobatan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut

Lebih terperinci

BPSL BLOK BUKU PANDUAN SKILLS LAB PEMULIHAN SISTEM STOMATOGNATIK III (ILMU BEDAH MULUT) SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK NAMA NIM KLP

BPSL BLOK BUKU PANDUAN SKILLS LAB PEMULIHAN SISTEM STOMATOGNATIK III (ILMU BEDAH MULUT) SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK NAMA NIM KLP BPSL BUKU PANDUAN SKILLS LAB PEMULIHAN SISTEM STOMATOGNATIK III (ILMU BEDAH MULUT) SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK 2013-2014 BLOK 3.6.11 NAMA KLP NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asimetri Definisi simetri adalah persamaan salah satu sisi dari suatu objek baik dalam segi bentuk, ukuran, dan sebagainya dengan sisi yang berada di belakang median plate.

Lebih terperinci

MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI

MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI 1. Mekanisme sel-sel dalam erupsi gigi desidui Erupsi gigi desidui dimulai setelah mahkota terbentuk. Arah erupsi adalah vertikal. Secara klinis ditandai dengan munculnya

Lebih terperinci

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior Protrusi anterior maksila adalah posisi, dimana gigi-gigi anterior rahang atas lebih ke depan daripada gigi-gigi anterior

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi beberapa golongan ras. Masyarakat negara Indonesia termasuk ke dalam golongan ras Mongoloid. Jacob

Lebih terperinci

V. Anatomi Secara makroskopis struktur tulang terdiri dari substantia compacta dan substantia spongiosa. Pada os Longum substantia compacta berada di

V. Anatomi Secara makroskopis struktur tulang terdiri dari substantia compacta dan substantia spongiosa. Pada os Longum substantia compacta berada di FIBROUS DISPLASIA I. Pendahuluan Fibrous displasia adalah suatu gangguan pertumbuhan dimana area trabekular tulang digantikan oleh jaringan fibrous. Fibrous displasia merupakan anomali perkembangan skeletal

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI IKAN Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI Suatu usaha pengenalan dan deskripsi yang teliti serta tepat terhadap spesies, dan memberi

Lebih terperinci

SYSTEMA NERVOSUM (Sistem saraf)

SYSTEMA NERVOSUM (Sistem saraf) SYSTEMA NERVOSUM (Sistem saraf) Systema Nervosum mempunyai 3 fungsi yaitu: 1. sebagai penerima rangsang dan reseptor sensoris (baik yang berasal dari luar atau dalam organ/tubuh) yang kemudian dibawa ke

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisa Profil Jaringan Lunak Wajah Analisa profil jaringan lunak wajah yang tepat akan mendukung diagnosa secara keseluruhan pada analisa radiografi sefalometri lateral. Penegakkan

Lebih terperinci

OSTEOLOGI UMUM DAN KHUSUS

OSTEOLOGI UMUM DAN KHUSUS Nama dosen : Dr.dr.Sitti Rafiah, M.Si Judul mata kuliah : Biomedik 1 Standar kompetensi : Area kompetensi 5 : Landasan ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi Dasar : Memahami ilmu kedokteran dasar pada sistem

Lebih terperinci

SKELETON (Sistem rangka)

SKELETON (Sistem rangka) SKELETON (Sistem rangka) Struktur dan Fungsi Skeleton Pada Vertebrata skeleton disusun dari tulang, tulang rawan dan kombinasi keduanva. Fungsi skeleton adalah sebagai penyokong tubuh, perlekatan otot-otot,

Lebih terperinci

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang CROSSBITE ANTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang bawah. Istilah

Lebih terperinci

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2 Anatomi Vertebra Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan satu sama lain oleh ligamen

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KEPALA BIAWAK AIR (Varanus salvator) WIWIT WIDIAWATI

STUDI KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KEPALA BIAWAK AIR (Varanus salvator) WIWIT WIDIAWATI STUDI KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KEPALA BIAWAK AIR (Varanus salvator) WIWIT WIDIAWATI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Skeletal Vertikal Wajah Basis kranii anterior (Sella-Nasion) sering digunakan sebagai garis acuan untuk menentukan kemiringan bidang mandibula (MP). Individu dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN 1 HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN Hubungan rahang disebut juga dengan relasi vertikal/dimensi vertikal. Pengertian relasi vertikal : Jarak vertikal rahang atas dan rahang bawah

Lebih terperinci

BAB I. RONGGA MULUT DAN JARINGAN SEKITARNYA

BAB I. RONGGA MULUT DAN JARINGAN SEKITARNYA BAB I. RONGGA MULUT DAN JARINGAN SEKITARNYA Cavum oris dikelilingi oleh labium oris dan pipi pada bagian samping dan anterior, palatum molle dan palatum durum di bagian atas dan dasar mulut bagian bawah.

Lebih terperinci