menghubungkan os maxilla dengan os palatinum pada tengkorak koleksi Laboratorium FKH IPB tidak terlihat jelas, sedangkan pada tengkorak orangutan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "menghubungkan os maxilla dengan os palatinum pada tengkorak koleksi Laboratorium FKH IPB tidak terlihat jelas, sedangkan pada tengkorak orangutan"

Transkripsi

1 BAB 5 PEMBAHASAN Tengkorak orangutan berukuran relatif besar jika dibandingkan dengan tengkorak manusia. Tengkorak orangutan mempunyai panjang ± 24,5 cm, lebar ± 19,5 cm dan tinggi ± 19 cm, serta bobot kering 1,3 kg sedangkan tengkorak manusia memiliki panjang ± 22 cm, lebar ± 18 cm, tinggi ± 15 cm, serta berat kering 0,75 kg (Anonim 2011). Meskipun orangutan memiliki ukuran tengkorak yang besar, ukuran tubuh hewan ini juga besar, sehingga dapat menopang kepalanya dengan baik dan tetap dapat bergerak dengan leluasa terutama ketika berada di atas pohon. Selain itu, struktur bangun tengkorak hewan ini terlihat sangat kompak dan keras sehingga tengkorak terlihat sangat kuat dan kokoh. Tengkorak hewan ini tampak frontal berbentuk persegi sedangkan dari arah dorsal terlihat memanjang dari corpus alveolaris dan meninggi sampai di crista nuchae (kaudal os parietale). Tengkorak ini memiliki permukaan yang relatif kasar karena terdapat banyak rigi dan penjuluran tulang yang diduga berfungsi sebagai tempat pertautan (origo atau insertio) beberapa otot dan jaringan kulit di daerah kepala. Tengkorak dibentuk oleh beberapa tulang yang membentuk kesatuan tulang yang kompak dan antara satu tulang dengan tulang yang lain dihubungkan oleh suatu sutura. Namun, seiring perkembangan umur, sutura-sutura pada daerah tengkorak akan semakin menyatu dan tidak terlihat jelas (Tortora dan Derrickson 2009). Hal ini disebabkan oleh proses osifikasi tulang tengkorak yang sudah lanjut. Proses osifikasi ini menyebabkan tulang-tulang menjadi semakin keras, kompak, dan pertautan antar tulang semakin erat (menyatu) (Colville dan Bassert 2002). Menurut Goodal (1996), tingkatan umur pada orangutan, yaitu bayi (infant) 0-4 tahun, anak (juvenile) 4-7 tahun, remaja (adolescent) 7-15 tahun, dewasa (adult) 15-35, dan tua (old) lebih dari 35 tahun. Pada tengkorak orangutan Kalimantan jantan dewasa, beberapa sutura tidak terlihat jelas bahkan sudah tidak terlihat sama sekali sehingga diduga berasal dari orangutan yang sudah berumur tua. Adapun pada tengkorak orangutan koleksi LIPI, suturanya masih terlihat jelas sehingga diduga berasal dari orangutan yang masih muda. Misalnya, sutura yang

2 35 menghubungkan os maxilla dengan os palatinum pada tengkorak koleksi Laboratorium FKH IPB tidak terlihat jelas, sedangkan pada tengkorak orangutan koleksi Museum LIPI Cibinong, dua tulang ini dihubungkan oleh suatu sutura yang disebut dengan sutura palatomaxillaris (palatina transversa). Kedua tulang ini terdiri atas sepasang tulang yang masing-masing dihubungkan oleh sutura, yaitu sutura intermaxillaris (palatina mediana) antara os maxilla kiri dan kanan dan sutura interpalatinus (palatina mediana) antara os palatinum kiri dan kanan. Tiga sutura yang terdapat pada daerah ini, yaitu sutura palatomaxillaris, sutura intermaxillaris, dan sutura interpalatinus disebut juga dengan sutura cruciformis (Warwick dan Williams 1973). Pada masa embrional, tulang tengkorak berasal dari lapis kecambah mesoderm. Dalam pembentukan tulang, lapis kecambah mesoderm membentuk mesoderm paraksial dan selanjutnya membentuk somit yang berdiferensiasi membentuk skleretom polimorf dan sel mesenkim. Sel ini selanjutnya akan membentuk tulang, termasuk tulang tengkorak (Smith dan Wood 1992). Tulang tengkorak ini terdiri atas dua bagian tengkorak, yaitu pars neurocranii dan pars splanchnocranii (Shier et al. 2001). Pars neurocranii adalah tulang-tulang yang turut membentuk cavum cranii dengan atapnya disebut dengan calvaria (Leeson dan Leeson 1989). Bagian tengkorak ini disusun oleh beberapa tulang, yaitu os occipitale, os parietale, os temporale, os frontale, os sphenoidale, dan os ethmoidale (Frandson dan Whitten 1981). Pada orangutan, daerah ini berbentuk bulat tidak penuh dengan bagian kranial yang langsing. Bentuk ini dapat terlihat dari bagian kranial calvaria yang memiliki bidang lebih sempit dibandingkan dengan bagian kaudalnya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh os frontale yang menempati daerah kranial calvaria berbentuk segitiga (piramida) sedangkan os parietale yang berada di kaudal berbentuk bulat. Bentuk tengkorak seperti ini dapat memperlihatkan bahwa volume cavum cranii lobus frontalis pada tengkorak orangutan berukuran kecil sehingga dapat diduga volume lobus frontalis otaknya juga kecil. Menurut laporan Semendeferi et al. (1997), kera besar memiliki volume lobus frontalis otak berkisar antara mm 3. Dalam hal ini, orangutan memiliki volume lobus frontalis otak mm 3 lebih kecil dibandingkan pada dua kera besar

3 36 lainnya dan juga manusia. Volume lobus frontalis otak pada simpanse mm 3, gorilla mm 3 dan manusia mm 3, sehingga diduga orangutan memiliki kemampuan motorik lebih rendah dibandingkan dengan dua kera besar lainnya dan manusia. Pada tengkorak orangutan ini, pars neurocranii terlihat kasar dan terdapat beberapa rigi dan peninggian tulang. Pada daerah calvaria terdapat tiga buah rigi, yaitu crista frontalis, crista sagittalis externa, dan crista nuchae. Rigi ini kurang berkembang pada orangutan betina dan jantan muda yang terdapat di LIPI sehingga diduga rigi ini akan semakin berkembang berdasarkan perkembangan umur, kecuali crista frontalis yang hanya akan lebih berkembang pada tengkorak orangutan jantan dewasa. Crista frontalis adalah suatu rigi yang berada di sisi lateral os frontale. Rigi ini terlihat sangat subur dengan permukaan tidak rata dan diduga sebagai tempat pertautan suatu jaringan subkutan yang membentuk bantalan pipi cheek pads. Menurut Maple (1980), orangutan jantan dewasa memiliki bantalan pipi yang sangat berkembang dan bersifat sexual dimorfism. Pada Pongo pygmaeus pygmaeus, bantalan pipi menjadikan kepalanya berbentuk persegi, sedangkan pada Pongo pygmaeus abelii menjadikan kepalanya berbentuk segitiga. Bantalan pipi ini pada orangutan jantan dewasa sudah mulai berkembang pada umur 12 sampai 14 tahun (Goodal 1996). Hal ini diduga berhubungan dengan hormon testosteron yang sudah semakin meningkat yang mempengaruhi perkembangan ciri kelamin sekunder pada orangutan jantan dewasa. Perkembangan ini dapat memperlihatkan kesiapan orangutan untuk melakukan aktivitas reproduksi atau perkawinan (Cavigelli dan Michael 2000). Disamping itu, pada orangutan yang masih anak-anak (juvenile) dan orangutan betina, bantalan pipi ini tidak ada atau tidak berkembang. Sehingga crista frontalis juga tidak berkembang. Crista sagittalis externa merupakan rigi tulang yang berada di kaudal crista frontalis dan di sisi medial os parietale kiri dan kanan. Rigi ini cukup berkembang pada tengkorak orangutan yang diamati. Pada gorilla dan simpanse jantan dewasa, Rigi ini sangat berkembang dan berfungsi sebagai tempat pertautan otot pengunyah atau mastikasi (Simons 2007), yaitu m. temporale (Krieger 1982). Pada manusia, rigi ini hanya berupa garis pada pertemuan sepasang os parietale

4 37 yang disebut dengan sutura sagittalis (Tortora dan Derrickson 2009), sehingga diduga pada daerah ini tidak terdapat tempat pertautan otot yang kuat dan juga diperkirakan bahwa m. temporale pada manusia tidak terlalu berkebang. Crista nuchae yang merupakan rigi pemisah antara os parietale dengan os occipitale yang juga sangat berkembang pada tengkorak orangutan, seperti pada tengkorak gorilla dan simpanse (Simons 2007). Rigi ini diduga berfungsi sebagai tempat pertautan yang kuat otot-otot ekstensor kepala dan ligamentum nuchae. Pada tengkorak manusia, rigi ini tidak berkembang dan hanya berupa garis yang disebut dengan sutura lambdoidea (Shier et al. 2001), sehingga diduga otot-otot ekstensor dan ligamentum nuchae pada pada manusia tidak terlalu berkembang. Hal ini sesuai dengan kebiasaan berjalan manusia yang bipedal, yang tidak terlalu membutuhkan otot-otot ini untuk menahan posisi kepalanya.. Os occipitale pada orangutan adalah tulang yang membentuk dinding kaudal (pars squamosa occipitalis) dan ventral (basis) tengkorak. Pars squamosa occipitalis pada tengkorak ini sangat luas dan memiliki permukaan yang kasar. Hal ini mengindikasikan bahwa bagian tulang ini memberikan tempat pertautan yang luas untuk otot-otot ekstensor kepala dan leher yang diduga otot ini sangat berkembang pada orangutan. Kondisi ini sangat mendukung posisi kepala supaya tetap seimbang dan tidak menunduk terutama ketika memanjat dan berjalan karena orangutan termasuk hewan arboreal (biasa hidup di atas pohon) (Goodal 1996) dan hewan quadrupedal (menggunakan empat alat geraknya untuk lokomosi) (Maple 1980; Platt dan Ghazanfar 2010). Terdapat beberapa otot ekstensor yang bertaut pada os occipitale, antara lain m. rectus capitis dorsalis major et minor untuk ekstensor kepala, m. obliqus capitis cranialis untuk ekstensor kepala dan menarik kepala ke lateral, dan m. splenius capitis untuk ekstensor dan rotasi kepala dan leher (Getty 1975). Selanjutnya, pada bagian dorsal pars squama occipitalis dan di ventral crista nuchae, terdapat suatu peninggian tulang yang memiliki permukaan yang kasar, yaitu protuberantia occipitalis externa yang berjumlah dua buah (terbagi menjadi dua buah). Sama seperti pada badak, tonjolan tulang ini juga terbagi menjadi dua buah (Aptriana 2009). Penonjolan tulang ini diduga sebagai tempat pertautan dari ligamentum nuchae (Tortora dan Derrickson 2009) yang diperkirakan sangat berkembang pada

5 38 badak dan orangutan. Tonjolan tulang ini sangat berfungsi untuk pertautan ligamentum nuchae yang mendukung posisi tegaknya kepala, terutama pada hewan yang memiliki kepala yang besar dan berat yang memiliki kebiasaan berjalan secara quadrupedal. Pars squama occipitalis pada bagian ventral ditandai dengan sebuah lubang atau liang yang berukuran besar, yaitu foramen magnum. Liang ini memiliki jarak yang relatif besar dengan protuberantia occipitalis externa. Liang ini berfungsi sebagai tempat lewatnya medulla oblongata yang berasal dari otak (Tortora dan Derrickson 2009). Menurut Simons (2007), posisi foramen magnum pada basis tengkorak mengindikasikan posisi kepala ketika berjalan (bentuk lokomosi). Pada tengkorak ini, foramen magnum berada di kaudal basis tengkorak. Posisi liang ini membuat leher orangutan menjadi oblique (miring terhadap garis tegak lurus). Hal ini dapat mendukung kebiasaan orangutan yang berjalan secara quadrupedal. Posisi liang ini pada orangutan sama seperti pada gorilla dan simpanse (Simons 2007), tetapi pada manusia, posisi foramen ini berada lebih di medial dari basis tengkorak. Sehingga leher manusia terlihat lebih vertikal (tidak tertunduk) (Warwick dan Williams 1973). Hal ini sesuai dengan kebiasaan manusia yang berjalan secara bipedal (menggunakan dua alat geraknya untuk lokomosi) (Platt dan Ghazanfar 2010). Pada bagian lateral liang ini terdapat bungkul yang relatif kecil, yaitu condylus occipitalis. Bungkul ini mengadakan persendian dengan os atlas, dengan persendiannya disebut dengan articulatio atlanto-occipitalis (Colville dan Bassert 2002). Os temporale adalah tulang yang membentuk sebagian besar dinding lateral tengkorak dan sebagian kecil dinding kaudal dan dorsal tengkorak. Pada bagian lateral tengkorak, tulang ini membentuk fossa temporale yang luas. Pada lekukan ini bertaut m. temporalis yang berfungsi sebagai otot mastikasi (mengunyah) (Getty 1975) dan diduga otot ini sangat berkembang pada orangutan. Pada bagian kaudal tengkorak, terdapat penjuluran tulang ke arah ventral dari os temporale, yaitu processus mastoideus. Penjuluran ini terlihat cukup berkembang pada tengkorak ini dan diduga berfungsi sebagai tempat pertautan beberapa otot di daerah kepala, seperti m. sternocephalicus pars mastoideus dan m. digastricus. Musculus sternocephalicus pars mastoideus berfungsi untuk menarik kepala ke

6 39 lateral, rotasi kepala, fleksor leher dan menarik kepala ke ventral, dan m. digastricus untuk depresor os mandibula (rahang bawah) (Getty 1975). Pars splanchnocranii adalah tulang-tulang yang membentuk daerah wajah. Bagian tengkorak ini meliputi regio orbitalis, nasalis, dan oralis dan disusun oleh beberapa tulang, yaitu os maxilla, os zygomaticum, os lacrimale, os nasale, os incisivum, os palatinum, os pterygoideum, os vomer, dan os mandibula (Frandson dan Whitten 1981). Pars splanchnocranii umumnya merupakan bagian tengkorak yang paling kuat dan paling baik perkembangannya pada hewan (Simons 2007), terutama pada herbivora (kuda, pemamah biak) dan babi (Frandson dan Whitten 1981). Semakin subur dan luas pars splanchnocranii ini, maka tersedia tempat yang relatif luas untuk pertautan otot-otot pengunyah dan untuk penempatan gigi (Getty 1975). Demikian juga pada tengkorak orangutan, gorilla dan simpanse, bagian tengkorak ini juga terlihat lebih subur dan berkembang dibandingkan dengan pars neurocranii dengan daerah mulutnya yang lebih luas dan bentuk mulutnya yang menonjol (prognatous) (Raven 1980; Krieger 1982). Tetapi berbeda pada manusia, pars neurocranii lebih berkembang karena memiliki volume otak yang besar sehingga tulang yang melindungi otaknya juga lebih berkembang (Krieger 1982). Torus supraorbitalis merupakan penonjolan tulang secara transversal yang berada di ventral os frontale dan di dorsal orbita (di perbatasan orbita dengan os frontale) (Notosusanto 2008). Penonjolan ini sangat diperhatikan dalam mengidentifikasi primata. Bagian ini sangat menonjol dan juga merupakan ciri khas yang dimiliki oleh beberapa primata, seperti gorilla, simpanse (Simons 2007), dan papio (Krieger 1982). Penonjolan ini diduga sebagai pelindung daerah mata dan daerah otak bagian frontal (Shea 1986). Tetapi, penonjolan ini kurang berkembang pada tengkorak orangutan. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, seperti daerah frontal calvaria yang relatif sempit, daerah interorbitale tengkorak yang saling berdekatan, dan mangkok mata (orbita) yang besar. Regio orbitalis pada tengkorak orangutan ditandai dengan orbita yang mengarah ke depan dengan letak kedua orbita yang saling berdekatan dan ditandai dengan daerah interorbitale yang sempit. Hal ini memperlihatkan bahwa hewan ini

7 40 memiliki kemampuan penglihatan yang binokuler, yaitu mampu menggunakan kedua matanya untuk melihat lapang pandang yang sama dengan persepsi pandang yang mendalam. Kemampuan penglihatan yang binokuler ini mendukung kehidupan orangutan yang diurnal karena bentuk komunikasi yang biasa dilakukan oleh orangutan adalah berupa komunikasi visual, seperti perubahan tingkah laku dan ekspresi wajah. Orangutan tidak memiliki scent gland seperti yang dimiliki oleh prosimian untuk berkomunikasi (Bennet et al. 1995). Sehingga diduga kemampuan melihat dengan lapang pandang yang sama sangat mendukung untuk kehidupan kera ini. Regio nasalis pada tengkorak orangutan ditandai dengan sebuah rongga hidung (cavum nasii) yang berbentuk piriform (diameter bagian ventral rongga terlihat lebih luas dari pada bagian dorsalnya). Rongga ini dibatasi oleh tiga tulang, yaitu os nasale di bagian dorsal, os maxilla di bagian lateral, dan os incisivum di bagian ventral. Pada beberapa hewan, di bagian ventral rongga hidung ini terdapat canalis interincisivum yang menghubungkan rongga mulut dengan rongga hidung. Hewan yang memiliki saluran ini memiliki penciuman yang tajam karena saluran ini di rongga hidung berhubungan dengan ductus vomeronasalis sebagai tempat terdapatnya organum vomeronasale (organon jacobson). Organ ini sangat berkembang pada ular dan bangsa lizard. Anjing dan kucing juga memiliki organ ini sebagai alat penciuman tambahan (Kent dan Carr 2001). Namun pada tengkorak orangutan, tidak terdapat canalis interincisivum. Oleh karena itu diduga saluran ini mengalami rudimenter pada orangutan, sehingga kemungkinan kemampuan penciumannya juga berkurang. Begitu juga pada bangsa burung, manusia dan beberapa primata seperti kelompok strepsirrhines (Napier dan Napier 1985; Kent dan Carr 2001). Regio oralis pada orangutan terlihat sangat berkembang karena memiliki fungsi yang sangat dominan, yaitu untuk mendapatkan makanan dan mastikasi, serta sebagai alat pertahanan dari serangan musuh. Menurut Shea (1986), dalam mencari makan hewan ini mampu memecahkan kulit kacang yang sangat keras dan menghancurkan kulit buah yang keras dengan menggunakan giginya yang tidak mampu dilakukan oleh primata lainnya. Sedangkan ketika bertahan dari serangan musuhnya, hewan ini mampu menggigit lawannya dengan gigitan yang

8 41 sangat kuat. Oleh karena itu, hewan ini memiliki ukuran gigi yang besar yang didukung oleh ukuran tulang yang besar sebagai tempat giginya tertanam dan sebagai tempat pertautan otot-otot yang membantu pergerakan rahang. Os mandibula adalah tulang yang membentuk rahang bawah dan merupakan tulang terbesar yang membentuk pars splanchnocranii (Getty 1975). Tulang ini sangat berkembang dan kuat pada orangutan. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai tempat tertanamnya gigi-gigi rahang bawah dan tempat membersitnya otot-otot mastikasi. Terdapat beberapa otot yang membantu proses mastikasi, yaitu m. masseter, m. temporalis, dan m. pterygoideus lateralis et medialis (Raven 1980). Otot-otot ini berfungsi menggerakkan os mandibula dalam bentuk elevator, depresor, retraktor, protraktor, dan pergerakan ke lateral, sehingga terjadi proses mastikasi (Tortora dan Derrickson 2009). Selain itu, terdapat beberapa bagian tulang yang tumbuh subur dan berkembang di sekitar daerah mulut yang juga diduga sebagai tempat pertautan otot-otot untuk pergerakan os mandibula dalam melakukan proses mastikasi, salah satunya adalah arcus zygomaticus. Arcus zygomaticus merupakan suatu lengkungan tulang yang berada di sisi lateral tengkorak. Pada tengkorak orangutan, lengkungan ini dibentuk oleh dua buah penjuluran tulang, yaitu processus zygomaticus dari os temporale dan processus temporale dari os zygomaticus. Pada gorilla dan simpanse, lengkungan ini juga dibentuk oleh dua buah penjuluan tulang ini yang juga terlihat kuat dan berkembang (Raven 1980; Krieger 1982). Begitu juga pada manusia, namun lengkungan ini terlihat kecil dan kurang subur (Warwick dan Williams 1973). Berbeda pada kuda, lengkungan dibentuk oleh tiga penjuluran tulang, yaitu processus zygomaticus dari os temporale, processus temporale dari os zygomaticus, dan processus zygomaticus dari os frontale (Getty 1975; Frandson dan Whitten 1981). Pada orangutan, lengkungan ini diduga sebagai tempat pertautan yang kuat dari m. masseter yang sangat berkembang. Otot ini berorigo pada permukaan anterior arcus zygomaticus dan berinsertio pada ramus mandibulae dan processus coronoideus dari os mandibula. Otot ini berfungsi untuk mengangkat os mandibula, rotasi articulatio temporomandibulae dan menutup mulut (Raven 1980). Disamping itu, pada tengkorak ini terlihat fossa temporale yang cukup luas yang diperkirakan sebagai tempat membersitnya

9 42 m. temporale. Otot ini berorigo pada fossa temporale dan berinsertio processus coronoideus dari os mandibula. Otot ini memiliki fungsi yang sama seperti m. masseter (Palastanga et al. 2002). Bagian tulang yang juga terlihat berkembang pada tengkorak ini adalah os sphenoidale yang berada di sisi lateral dan ventral tengkorak. Diperkirakan m. pterygoideus medialis et lateralis diduga membersit pada tulang ini, karena tulang ini pada bagian lateral tengkorak terlihat kasar dan pada bagian ventral tengkorak membentuk suatu penjuluran tulang yang sangat berkembang, yaitu processus pterygoideus dari os sphenoidale. Musculus pterygoideus lateralis berorigo pada ala sphenoidale yang berada di lateral tengkorak dan berinsertio pada processus condylaris dari os mandibula, dan m. pterygoideus medialis berorigo pada processus pterygoideus dari os sphenoidale dan berinsertio pada bagian medial dari ramus dan angulus mandibulae (Palastanga et al. 2002). Selain otot-otot yang memiliki peranan penting dalam proses mastikasi, pada daerah mulut orangutan, juga terdapat beberapa otot yang berfungsi untuk menghasilkan mimik wajah. Misalnya, m orbicularis oris, m. zygomaticus major dan minor, m. levator labii superioris, m. depressor labii inferioris, dan m. depressor anguli oris (Tortora dan Derrickson 2009). Otot ini diduga cukup berkembang pada hewan ini. Beberapa mimik wajah yang biasa dilakukan oleh hewan ini adalah berupa memperluas daerah bibir ke depan (funnel face), memperlihatkan gigi (bare teeth), menyeringai, menguap, dan merayu atau bercanda (playface) (Maple 1980). Namun, orangutan merupakan kera yang memiliki kebiasaan hidup soliter sehingga lebih jarang memperlihatkan komunikasi visual melalui mimik wajah ini jika dibandingkan dengan kera besar lainnya (Galdikas 1984). Orangutan memiliki gigi berukuran relatif besar ukuran relatif besar dan tersusun dalam formula 2 (I 2/2, C 1/1, P 2/2, M 3/3) sehingga berjumlah 32 buah, sama seperti pada manusia dan famili pongidae lainnya. Hal ini berbeda dengan subordo prosimian dan sebagian platyrrhini yang memiliki jumlah gigi 36 buah (Bennet et al. 1995). Di antara gigi orangutan, dentes canini merupakan gigi yang berukuran paling besar. Gigi ini juga merupakan ciri sexual dimorfism pada hewan ini. Ukuran dentes canini pada orangutan jantan dewasa berukuran lebih

10 43 besar dari pada dentes canini pada betina dewasa (Krieger 1982). Pada gorilla, gigi ini juga merupakan sexual dimorfism seperti halnya orangutan tetapi tidak pada manusia dan simpanse (Simons 2007). Dentes canini ini lebih berkembang pada orangutan jantan diduga karena berhubungan dengan sistem pertahanan orangutan jantan. Menurut Galdikas (1984), orangutan jantan dewasa memiliki daerah kekuasaan yang sangat luas dan daerah ini tidak boleh dimasuki oleh orangutan jantan dewasa lainnya. Sehingga untuk dapat mempertahankan daerah kekuasaannya ini, hewan ini harus memiliki sistem pertahanan yang kuat, seperti tenaga yang besar dan dentes canini yang sangat berkembang. Orangutan ini ketika mempertahankan daerah kekuasaannya, mampu menggigit musuhnya dengan gigitan yang sangat kuat. Selain itu, untuk menakut-nakuti lawannya, hewan ini biasanya memperlihatkan ekspresi wajah yang menakutkan dalam bentuk bare teeth (memperlihatkan gigi) sambil membuka mulut lebar-lebar (Maple 1980). Tidak hanya untuk pertahanan, dentes canini ini sangat membantu orangutan ketika mencari makan, yaitu mampu mengelupaskan kulit kayu yang sangat keras untuk mendapatkan kulit kayu yang lunak untuk dimakan (Shea 1986).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Orangutan Ordo primata terdiri atas tiga subordo, yaitu prosimii, tarsiidea, dan anthropoidea. Orangutan termasuk ke dalam subordo anthropoidea dengan superfamili

Lebih terperinci

ANATOMI TENGKORAK ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus pygmaeus) TRI SUSANTI

ANATOMI TENGKORAK ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus pygmaeus) TRI SUSANTI ANATOMI TENGKORAK ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus pygmaeus) TRI SUSANTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRACT TRI SUSANTI. The Anatomy of the skull of Kalimantan Orangutan

Lebih terperinci

OSTEOLOGI AXIALE I D R H. H E R L INA P R AT IWI

OSTEOLOGI AXIALE I D R H. H E R L INA P R AT IWI OSTEOLOGI AXIALE I D R H. H E R L INA P R AT IWI SKELETON AXIALIS SKELETON AXIALIS Ossa Craniofascialis Columna Vertebrae Ossa Cranii Ossa Fasciei OSSA CRANII (NEUROCRANII) Os. Occipitale Os. Sphenoidale

Lebih terperinci

A B C. 2 cm 2 cm 2 cm

A B C. 2 cm 2 cm 2 cm BAB HASIL Tengkorak orangutan Kalimantan jantan dewasa erukuran relatif esar dengan permukaan tulang yang terlihat kasar. Tengkorak mempunyai panjang ±, cm, lear ± 9, cm dan tinggi ± 9 cm, serta oot, kg.

Lebih terperinci

Cranium (tengkorak) dibentuk oleh tulang-tulang pipih yang jumlahnya ada 22

Cranium (tengkorak) dibentuk oleh tulang-tulang pipih yang jumlahnya ada 22 REGIO FACEI DAN COLLI dr. Ulfa Elfiah, Mkes. PSIK CRANIUM Cranium (tengkorak) dibentuk oleh tulang-tulang pipih yang jumlahnya ada 22 Cranium dapat dibagi menjadi: - neuro-cranium a. calvarium ( Atap tengkorak)

Lebih terperinci

ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA

ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 LESTARIKAN SATWALIAR INDONESIA AGAR MEREKA DAPAT TETAP HIDUP

Lebih terperinci

BAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH. berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7

BAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH. berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7 BAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH Sepertiga tengah wajah dibentuk oleh sepuluh tulang, dimana tulang ini saling berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7 2.1 Tulang-tulang yang

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KEPALA BIAWAK AIR (Varanus salvator) WIWIT WIDIAWATI

STUDI KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KEPALA BIAWAK AIR (Varanus salvator) WIWIT WIDIAWATI STUDI KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KEPALA BIAWAK AIR (Varanus salvator) WIWIT WIDIAWATI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA

PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA MUSCULUS /OTOT Otot terdiri atas jaringan otot. Sifat istimewa otot adalah dapat berkerut/kontraksi sehingga mengakibatkan gerakan organ di sekitarnya. Jaringan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kulit di daerah bahu beruk ditutupi oleh rambut yang relatif panjang dan berwarna abu-abu kekuningan dengan bagian medial berwarna gelap. Morfologi tubuh beruk daerah bahu

Lebih terperinci

PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK (CSL) FOTO X RAY SKULL & LUMBOSACRAL

PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK (CSL) FOTO X RAY SKULL & LUMBOSACRAL PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK (CSL) FOTO X RAY SKULL & LUMBOSACRAL Disusun Oleh : Prof. Dr. dr. Muhammad Ilyas, Sp.Rad (K) dr. Rafikah Rauf, Sp.Rad., M.Kes DEPARTEMEN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

CARNIVOR-1 (Osteology) Anatomi Veteriner Makro-3 Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya 2017

CARNIVOR-1 (Osteology) Anatomi Veteriner Makro-3 Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya 2017 CARNIVOR-1 (Osteology) Anatomi Veteriner Makro-3 Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya 2017 SKELETON AXIALIS Ossa Craniofascialis Ossa Cranii Ossa Fasciei V. Cervicalis V. Thoracalis Columna

Lebih terperinci

ANATOMI TULANG TENGKORAK DR.ISKANDAR JAPARDI. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Rumah Sakit Umum Pusat H.

ANATOMI TULANG TENGKORAK DR.ISKANDAR JAPARDI. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Rumah Sakit Umum Pusat H. ANATOMI TULANG TENGKORAK DR.ISKANDAR JAPARDI Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan PENDAHULUAN Otak merupakan jaringan yang konsistensinya

Lebih terperinci

BAB 6 PERKEMBANGAN CRANIUM DAN WAJAH

BAB 6 PERKEMBANGAN CRANIUM DAN WAJAH BAB 6 PERKEMBANGAN CRANIUM DAN WAJAH PENDAHULUAN DESKRIPSI SINGKAT: Bab ini menjelaskan tentang bagaimana proses terjadinya pembentukan cranium dan wajah. Penekanan pembahasan terutama pada perkembangan

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM ANATOMI

PETUNJUK PRAKTIKUM ANATOMI PETUNJUK PRAKTIKUM ANATOMI TATA TERTIB 1. Berpakaian rapi dan sopan, dan menggunakan jas lab. 2. Dilarang makan, minum dan merokok di dalam ruangan praktikum 3. Bersikap sopan dan menjaga ketenangan serta

Lebih terperinci

epicranialis (galea aponeurotica), loose connective tissue (jaringan ikat

epicranialis (galea aponeurotica), loose connective tissue (jaringan ikat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Kepala 2.1.1 Anatomi Kulit Kepala Kulit kepala menutupi cranium dan meluas dari linea nuchalis superior pada os occipitale sampai margo supraorbitalis ossis frontalis.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera

Lebih terperinci

ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis)

ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 Page 2 LESTARIKAN SATWALIAR INDONESIAAGAR MEREKA DAPAT TETAP

Lebih terperinci

ANATOMI WAJAH. Pendahuluan

ANATOMI WAJAH. Pendahuluan ANATOMI WAJAH Pendahuluan Anatomi dari wajah adalah penting untuk pemahaman perilaku, fungsi, dan penampilan dari wajah dan kepala. Fascia superficial wajah dan kulit kepala memiliki komponen profunda

Lebih terperinci

ANATOMI WAJAH EMBRIOLOGI

ANATOMI WAJAH EMBRIOLOGI ANATOMI WAJAH Wajah adalah bagian anterior dari kepala, dengan batas kedua telinga di lateral, dagu di inferior dan garis batas tumbuhnya rambut di superior. Wajah terbentuk dari tulang belakang dan jaringan

Lebih terperinci

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat melakukan gerakan meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Sendi ini dibentuk oleh kondilus mandibula

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA Sendi adalah hubungan antara dua tulang. Sendi temporomandibula merupakan artikulasi antara tulang temporal dan mandibula, dimana sendi TMJ didukung oleh 3 : 1. Prosesus

Lebih terperinci

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Dimulai dari regio Glutea (posterior) dan dari regio Inguinal (anterior)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Rahang Tumbuh-kembang adalah suatu proses keseimbangan dinamik antara bentuk dan fungsi. Prinsip dasar tumbuh-kembang antara lain berkesinambungan,

Lebih terperinci

OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS)

OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS) OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS) Oleh: drh. Herlina Pratiwi Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae sacralis Vertebrae

Lebih terperinci

OSTEOLOGI VERTEBRAE I

OSTEOLOGI VERTEBRAE I OSTEOLOGI VERTEBRAE I Oleh: drh. Herlina Pratiwi, M.Si Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae sacralis Vertebrae coccygealis costae sternum Columna

Lebih terperinci

ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA

ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 LESTARIKAN SATWALIAR INDONESIA AGAR MEREKA DAPAT TETAP HIDUP

Lebih terperinci

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari :

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari : 116 BAB X ISOMETRIK Otot-otot Wajah terdiri dari : 1. Occopito Froratalis : otot-otot pada tulang dahi yang lebar yang berfungsi membentuk tengkorak kepala bagian belakang 2. Temporalis : otot-otot di

Lebih terperinci

CAVUM ORIS 2.1 Batas-Batas Cavum Oris 2.2 Pembagian Cavum Oris

CAVUM ORIS 2.1 Batas-Batas Cavum Oris 2.2 Pembagian Cavum Oris CAVUM ORIS Cavum oris (rongga oral) adalah jalan asuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. Rongga vestibulum (buccal) terletak diantara gigi dan

Lebih terperinci

OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE)

OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE) OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE) Oleh: drh. Herlina Pratiwi, M.Si Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Saluran Pernafasan Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan. Pada bagian anterior saluran pernafasan terdapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2014 bertempat di Laboratorium Anatomi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maloklusi secara umum dapat diartikan sebagai deviasi yang cukup besar dari hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik maupun secara

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI IKAN Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI Suatu usaha pengenalan dan deskripsi yang teliti serta tepat terhadap spesies, dan memberi

Lebih terperinci

Rangka manusia. Axial Skeleton. Apendikular Skeleton. Tengkorak Tulang belakang Tulang iga Tulang dada

Rangka manusia. Axial Skeleton. Apendikular Skeleton. Tengkorak Tulang belakang Tulang iga Tulang dada Mulai Rangka manusia Axial Skeleton Tengkorak Tulang belakang Tulang iga Tulang dada Apendikular Skeleton Gelang bahu Ekstremitas atas Gelang panggul Ekstremitas bawah Selesai Tengkorak Mandible (Rahang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser yang membentang di wilayah 10 Kabupaten dan 2 Provinsi tentu memiliki potensi wisata alam yang

Lebih terperinci

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya 31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya Sumsum tulang belakang adalah struktur yang paling penting antara tubuh dan otak. Sumsum tulang belakang membentang dari foramen magnum di mana ia kontinu dengan

Lebih terperinci

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

Gambar 1. Anatomi Palatum 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Palatum 2.1.1 Anatomi Palatum Palatum adalah sebuah dinding atau pembatas yang membatasi antara rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi rongga mulut. Palatum

Lebih terperinci

acromion yang panjang dengan permukaan yang kasar. Penjuluran ini berfungsi sebagai tuas saat os scapula melakukan gerakan perputaran dan melempar

acromion yang panjang dengan permukaan yang kasar. Penjuluran ini berfungsi sebagai tuas saat os scapula melakukan gerakan perputaran dan melempar PEMBAHASAN Lokomosi pada MEP ditandai dengan perpindahan dari satu posisi ke posisi lainnya. Saat melakukan perpindahan, MEP mampu melakukan perpindahan baik secara quadrupedalism maupun bipedalism (Napier

Lebih terperinci

Otak dan Saraf Kranial. By : Dyan & Aulia

Otak dan Saraf Kranial. By : Dyan & Aulia Otak dan Saraf Kranial By : Dyan & Aulia Struktur Otak Otak Tengah (Mesencephalon) Otak (Encephalon) Otak Depan (Proencephalon) Otak Belakang (Rhombencephalon) Pons Serebellum Medulla Oblongata Medula

Lebih terperinci

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan A. Otot Manusia Pada kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari materi yang masih berkaitan dengan alat gerak. Bila tulang dikatakan sebagai alat gerak pasif maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TULANG BELULANG

IDENTIFIKASI TULANG BELULANG LAPORAN KASUS IDENTIFIKASI TULANG BELULANG Abdul Gafar Parinduri Departemen Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Email: sauqipancasilawati@gmail.com Abstrak: Identifikasi

Lebih terperinci

BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal

BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal sel karsinoma dan skuamous sel karsinoma. Tumor ganas yang sering terjadi pada bagian bibir,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada hasil pengamatan didapatkan otot-otot panggul dan paha badak Sumatera memiliki struktur yang kompak dan teba l.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada hasil pengamatan didapatkan otot-otot panggul dan paha badak Sumatera memiliki struktur yang kompak dan teba l. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada hasil pengamatan didapatkan otot-otot panggul dan paha badak Sumatera memiliki struktur yang kompak dan teba l. Otot-otot panggul dan paha terdiri atas dua kelompok otot,

Lebih terperinci

ANATOMI PAYUDARA DAN FISIOLOGIS PAYUDARA PADA PROSES LAKTASI

ANATOMI PAYUDARA DAN FISIOLOGIS PAYUDARA PADA PROSES LAKTASI ANATOMI PAYUDARA DAN FISIOLOGIS PAYUDARA PADA PROSES LAKTASI PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI : Anatomi dan fisiologis laktasi, Manfaat ASI Lengkap, Komposisi ASI A. Pengertian laktasi Laktasi adalah keseluruhan

Lebih terperinci

KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO

KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK EKO CAHYONO. Kajian Anatomi Skelet Trenggiling Jawa (Manis javanica).

Lebih terperinci

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot OTOT DAN SKELET Tujuan. Mengidentifikasi struktur otot. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi. Mengetahui macam-macam otot berdasarkan lokasi 4. Mengetahui macam-macam kerja otot yang menggerakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Osteologi, Miologi, dan Arthrologi Leher Leher merupakan bagian dari tubuh manusia yang terletak di antara thorax dan caput. Leher termasuk ke dalam columna vertebrales. Batas

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. Conducted by: Jusuf R.

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. Conducted by: Jusuf R. Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 ANATOMI : adalah ilmu yang

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang. waktu yang diharapkan (Hupp dkk., 2008). Molar ketiga merupakan gigi terakhir

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang. waktu yang diharapkan (Hupp dkk., 2008). Molar ketiga merupakan gigi terakhir 1 BAB I Pendahuluan A. Latar belakang Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi ke dalam rongga mulut pada waktu yang diharapkan (Hupp dkk., 2008). Molar ketiga merupakan gigi terakhir yang tumbuh pada

Lebih terperinci

KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO

KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK EKO CAHYONO. Kajian Anatomi Skelet Trenggiling Jawa (Manis javanica).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebiasaan Buruk Kebiasaan adalah suatu tindakan berulang yang dilakukan secara otomatis atau spontan. Perilaku ini umumnya terjadi pada masa kanak-kanak dan sebagian besar selesai

Lebih terperinci

Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya

Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya Gambar Kerangka Manusia Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya Rangka mempunyai fungsi sebagai berikut : Penopang dan penunjang tegaknya tubuh. Memberi bentuk tubuh. Melindungi alat-alat atau bagian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari ANATOMI PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM by : Hasty Widyastari Posisi Posisi Anatomi : Berdiri tegak, kedua lengan disamping lateral tubuh, kedua telapak tangan membuka kedepan Posisi Fundamental : Berdiri

Lebih terperinci

BAB 5 LARYNX DAN PHARYNX

BAB 5 LARYNX DAN PHARYNX BAB 5 LARYNX DAN PHARYNX PENDAHULUAN DESKRIPSI SINGKAT: Bab ini membicarakan perbedaan larynx dan pharynx. Pada pembahasan larynx dibicarakan tentang cartilago-cartilago yang terdapat di situ, articulatio,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan manusia dari lahir hingga dewasa ditandai oleh adanya perubahan bentuk tubuh, fungsi tubuh, dan psikologis yang dipengaruhi oleh faktor genetik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rambut HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rambut Landak Hystrix javanica memiliki tiga macam bentuk rambut: rambut halus (seperti rambut pada mamalia lain), rambut peraba, dan duri. Rambut halus dan duri terdapat di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lengkung Gigi Lengkung gigi merupakan suatu garis imajiner yang menghubungkan sederetan gigi pada rahang atas dan rahang bawah yang dibentuk oleh mahkota gigigeligi dan merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Fisik Anjing Lokal Hewan yang digunakan adalah anjing lokal berjumlah 2 ekor berjenis kelamin betina dengan umur 6 bulan. Pemilihan anjing betina bukan suatu perlakuan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin

I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin 1 I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin dan usia. Bentuk wajah setiap orang berbeda karena ada kombinasi unik dari kontur

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN A. JALAN LAHIR (PASSAGE) B. JANIN (PASSENGER) C. TENAGA atau KEKUATAN (POWER) D. PSIKIS WANITA (IBU)

Lebih terperinci

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya 31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya January 22, 2015 Tedi Mulyadi 0 Comment Saraf spinal Sistem saraf perifer terdiri dari saraf dan ganglia di luar otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi utama dari

Lebih terperinci

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1 : RONGGA MULUT BLOK 3 DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4. TUTOR : drg. Aria Fransiska AGUNG PUTRA SAKTI ( )

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1 : RONGGA MULUT BLOK 3 DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4. TUTOR : drg. Aria Fransiska AGUNG PUTRA SAKTI ( ) LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1 : RONGGA MULUT BLOK 3 DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4 TUTOR : drg. Aria Fransiska AGUNG PUTRA SAKTI (1411412011) CLARISA KHAIRANI (1411411017) FIKRI AL HAFIZ (1411411020) FIRANDA

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6485.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk ikan gurami kelas induk pokok diterbitkan oleh Badan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pernafasan Normal Fungsi utama pernafasan adalah untuk memperoleh O 2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeliminasi CO 2. 19 Normalnya, Hidung merupakan jalan utama

Lebih terperinci

RUMUSAN PRAKTER PROSES PERSALINAN NORMAL. turunnya kepala janin, agar seorang bidan dapat mendeteksi secara dini kelainan atau

RUMUSAN PRAKTER PROSES PERSALINAN NORMAL. turunnya kepala janin, agar seorang bidan dapat mendeteksi secara dini kelainan atau RUMUSAN PRAKTER PROSES PERSALINAN NORMAL Dalam proses persalinan seorang bidan haru menguasai anatoni dan ukuranukuran panggul, anatomi dan ukuran tengkorak kepala bayi serta mekanisme turunnya kepala

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisa Profil Jaringan Lunak Wajah Analisa profil jaringan lunak wajah yang tepat akan mendukung diagnosa secara keseluruhan pada analisa radiografi sefalometri lateral. Penegakkan

Lebih terperinci

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2 Anatomi Vertebra Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan satu sama lain oleh ligamen

Lebih terperinci

Fungsi nervus trokhlearis Fourth Nerve Palsy ( FNP ) Lesi setingkat nukleus

Fungsi nervus trokhlearis Fourth Nerve Palsy ( FNP ) Lesi setingkat nukleus Nervus trochlearis sangat unik karena serabut sarafnya yang berjalan ke dorsal akan menyilang garis tengah sebelum keluar ke brainstem, akibatnya lesi setinggi nukleus akan bersifat kontralateral sedangkan

Lebih terperinci

Suatu fraktur basis cranii adalah suatu fraktur linear yang terjadi pada dasar

Suatu fraktur basis cranii adalah suatu fraktur linear yang terjadi pada dasar DEFINISI Suatu fraktur basis cranii adalah suatu fraktur linear yang terjadi pada dasar tulang tengkorak yang tebal. Fraktur ini seringkali disertai dengan robekan pada duramater. Fraktur basis cranii

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi 9 BAB III MATERI DAN METODE aaaaaapenelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri dari tanggal 19 September 2013 sampai 5 Januari 2014. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi pengamatan

Lebih terperinci

PEMBULUH NADI ANGGOTA BELAKANG

PEMBULUH NADI ANGGOTA BELAKANG PEMBULUH NADI ANGGOTA BELAKANG A. femoralis A.femoralis merupakan nadi di bagian proximal dari pembuluh nadi pada anggota belakang. Nadi merupakan lanjutan extra-abdominal dari a,iliaca externa, mulai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ordo Perissodactyla Badak Sumatera diklasifikasikan dalam ordo Perissodactyla yaitu bangsa hewan yang memiliki kuku ganjil.

TINJAUAN PUSTAKA Ordo Perissodactyla Badak Sumatera diklasifikasikan dalam ordo Perissodactyla yaitu bangsa hewan yang memiliki kuku ganjil. TINJAUAN PUSTAKA Ordo Perissodactyla Badak Sumatera diklasifikasikan dalam ordo Perissodactyla yaitu bangsa hewan yang memiliki kuku ganjil. Ordo Perissodactyla ini terdiri dari dari dua subordo, tiga

Lebih terperinci

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Umum

TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Umum 19 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum aaaaaorangutan merupakan satu-satunya golongan kera besar yang terdapat di daratan Asia. Di Indonesia, orangutan terdapat di pulau Sumatra dan Kalimantan (Cuningham et

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Sefalometri Ditemukannya sinar X di tahun 1985 oleh Roentgen merupakan suatu revolusi di bidang kedokteran gigi yang merupakan awal mula dari ditemukannya radiografi

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 UPT Balai Informasi Teknologi LIPI BAB I Anatomi Tubuh Manusia Anatomi Tubuh Manusia disusun kedalam beberapa bagian sistem tubuh, yaitu : 1. Sistem Kerangka Kerangka tubuh Kerangka tubuh manusia terdiri

Lebih terperinci

OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU

OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU OSTEOLOGI DINDING THORAX 1 THORAX Bgn tubuh yg terdapat diantara leher dan abdomen Rangka dinding thorax ( compages thoracis ), dibentuk oleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan III. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang perbedaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Orangutan Orangutan merupakan hewan vertebrata dari kelompok kera besar yang termasuk ke dalam Kelas Mamalia, Ordo Primata, Famili Homonidae dan Genus Pongo, dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi tiruan lengkap adalah protesa gigi lepasan yang menggantikan seluruh gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET TUBUH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) MUAMAR DARDA

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET TUBUH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) MUAMAR DARDA KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET TUBUH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) MUAMAR DARDA DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN

Lebih terperinci

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen 6 ke lateral dan sedikit ke arah posterior dari hubungan lamina dan pedikel dan bersama dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen yang menempel kepadanya. Processus

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Pada Hewan

Sistem Pencernaan Pada Hewan Sistem Pencernaan Pada Hewan Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada hewan

Lebih terperinci

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas Gigi Incisivus sentral atas adalah gigi kesatu di rahang atas, yang terletak dikiri kanan dari garis tengah / median (Itjingningsh,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimensi Vertikal Menurut The Glossary of Prosthodontic Terms, pengertian dimensi vertikal adalah jarak antara 2 tanda anatomis (biasanya 1 titik pada ujung hidung dan titik lainnya

Lebih terperinci

OSTEOLOGI UMUM DAN KHUSUS

OSTEOLOGI UMUM DAN KHUSUS Nama dosen : Dr.dr.Sitti Rafiah, M.Si Judul mata kuliah : Biomedik 1 Standar kompetensi : Area kompetensi 5 : Landasan ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi Dasar : Memahami ilmu kedokteran dasar pada sistem

Lebih terperinci

Sistem Saraf. Dr. Hernadi Hermanus

Sistem Saraf. Dr. Hernadi Hermanus Sistem Saraf Dr. Hernadi Hermanus Neuron Neuron adalah unit dasar sistem saraf. Neuron terdiri dari sel saraf dan seratnya. Sel saraf memiliki variasi dalam bentuk dan ukurannya. Setiap sel saraf terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antropometri Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti man (orang) dan Metron yang berarti measure (ukuran), jadi antropometri adalah pengukuran manusia dan lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontists adalah bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontists adalah bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ortodonsia menurut American Association of Orthodontists adalah bagian Ilmu Kedokteran Gigi yang terkonsentrasi untuk mengawasi, membimbing, dan mengoreksi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas BAB II KLAS III MANDIBULA 2.1 Defenisi Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas dan gigi-gigi pada rahang bawah bertemu, pada waktu rahang atas dan rahang

Lebih terperinci

PERUBAHAN MANDIBULA PADA MANULA. LISNA UNITA, DRG.,M.Kes DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL FKG USU

PERUBAHAN MANDIBULA PADA MANULA. LISNA UNITA, DRG.,M.Kes DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL FKG USU PERUBAHAN MANDIBULA PADA MANULA LISNA UNITA, DRG.,M.Kes DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL FKG USU PERUBAHAN MANDIBULA PADA MANULA MANDIBULA bahasa Latin yang berarti tulang rahang bawah. Yang bersama dengan maksila

Lebih terperinci

Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri.

Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala,

Lebih terperinci

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior Protrusi anterior maksila adalah posisi, dimana gigi-gigi anterior rahang atas lebih ke depan daripada gigi-gigi anterior

Lebih terperinci

Bagian labial insisiv (jwb: groove) Penulisan menurut FDI untuk gigi diatas adalah: a. 11 b. 21 c. 51. d. 61 e. 41

Bagian labial insisiv (jwb: groove) Penulisan menurut FDI untuk gigi diatas adalah: a. 11 b. 21 c. 51. d. 61 e. 41 1. 2. Singulum gigi anterior terletak di... (jawab: 1/3 servikal) 3. Ciri khas permukaan palatal gigi caninus atas adalah... a. Punya marginal ridge b. Punya triangular ridge c. Punya diagonal ridge d.

Lebih terperinci

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU EDY HENDRAS WAHYONO Penerbitan ini didukung oleh : 2 BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU Ceritera oleh Edy Hendras Wahyono Illustrasi Indra Foto-foto Dokumen

Lebih terperinci

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR Prof. DR. dr. Hj. Yanwirasti, PA BAGIAN ANATOMI Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dibentuk oleh : - sacrum - coccygis - kedua os.coxae Fungsi : Panggul (pelvis)

Lebih terperinci