I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan jaman membuat pemikiran masyarakat semakin maju dan cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan kesehatan, karena pengetahuan masyarakat tentang arti pentingnya badan yang sehat makin meningkat, tidak hanya sehat jasmani tetapi juga sehat rohani. Keadaan yang sangat mengganggu kesehatan rohani dan berhubungan dengan kesehatan jasmani yang banyak dikeluhkan masyarakat adalah terjadinya kelainan letak gigi maupun hubungan gigi maksila dan mandibula (Proffit dan Fields,2000). Perawatan ortodontik dibutuhkan seseorang untuk menghilangkan masalah psikososial yang disebabkan karena susunan gigi yang tidak teratur, proporsi muka kurang baik, serta mendapatkan keuntungan dengan meningkatnya estetika muka dan gigi yang lebih baik (Graber dkk.,2012). Menurut Oltamari dkk. (2007), muka seseorang akan terlihat harmonis apabila mempunyai oklusi gigi normal yaitu hubungan rahang maksila dan mandibula kelas I. Oklusi yang ideal sangat penting untuk memperoleh kestabilan sesudah perawatan ortodontik. Prinsip biologis perawatan ortodontik adalah pemberian tekanan yang tepat agar gigi dapat bergerak dalam tulang alveolar tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan yang menetap, baik pada gigi maupun perlekatannya terhadap tulang. Tekanan yang diberikan pada mahkota gigi akan diteruskan melalui akar gigi ke ligamen periodontal dan tulang alveolar, sehingga jaringan tersebut terjadi perubahan pada sisi yang mengalami tekanan dan sisi yang 1

2 2 mengalami tarikan (Foster, 1997). Proses perubahan tulang alveolar akibat kekuatan mekanis alat ortodontik cekat, merupakan proses yang berkelanjutan dan seimbang dengan karaktersitik berupa resorpsi tulang alveolar pada sisi yang terkena kekuatan tekanan dan deposisi tulang alveolar pada sisi yang terkena regangan (Perinetti dkk, 2003) Menurut Aslam dkk. (2010), Maloklusi Angle kelas II adalah maloklusi yang memiliki hubungan molar mandibula lebih ke distal dibandingkan molar maksila lebih dari setengah tonjol. Maloklusi Angle kelas II divisi 1 merupakan salah satu maloklusi yang sangat mempengaruhi penampilan muka seseorang, sehingga menjadi alasan untuk mencari perawatan ke dokter gigi. Menurut Graber dan Swain (1985) serta Ricketts (1989), ciri maloklusi Angle kelas II divisi 1 adalah gigi anterior maksila protrusif, lengkung gigi maksila sempit, palatum tinggi, bibir atas relatif pendek, dan pertumbuhan mandibula kurang. Perawatan ortodontik pada maloklusi kelas II divisi 1 bertujuan untuk memperbaiki profil muka (Coleman dkk, 2007). Menurut Bhalajhi (2003), pasien maloklusi kelas II divisi 1 menunjukkan profil muka konveks. Perawatan maloklusi Angle kelas II divisi 1 dapat dilakukan dengan pencabutan atau tanpa pencabutan gigi permanen. Tujuan utama pencabutan gigi permanen adalah untuk koreksi diskrepansi antara panjang lengkung dan ukuran gigi, serta gigi anterior yang protrusi (Staggers, 1994; Kocadereli, 1999; Hans dkk., 2006), sedangkan perawatan tanpa pencabutan dapat dilakukan dengan suatu alasan tertentu misalnya cukup dengan melebarkan lengkung. McGuinness (2011) juga mengatakan bahwa perawatan maloklusi kelas II divisi 1 dengan pencabutan akan

3 3 mendapatkan hasil akhir yang lebih baik. Proffit dkk. (2007) berpendapat bahwa jika lokasi pencabutan gigi lebih ke belakang maka ruang bekas pencabutan gigi lebih banyak digunakan untuk pergerakan gigi posterior ke mesial daripada untuk retraksi gigi anterior. Fletcher (1981); Shearn dan Woods (2000) juga mengatakan bahwa pada pencabutan premolar dua sebagian besar penutupan ruang pencabutan gigi lebih banyak terjadi karena pergerakan molar ke mesial. Berbeda dengan pendapat Al-Nimri (2003) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara besar retraksi insisivus mandibula dengan pencabutan premolar pertama dibandingkan dengan besar retraksi insisivus mandibula dengan pencabutan premolar dua. Perawatan ortodontik dengan alat cekat teknik Begg mempunyai keuntungan antara lain koreksi cepat pada overjet dan overbite dengan tekanan berbeda serta dapat mengurangi waktu perawatan. Alat cekat teknik Begg dirancang secara khusus yaitu menggunakan braket dengan slot vertikal dan kawat busur berpenampang bulat, perlekatan keduanya menghasilkan titik kontak tunggal sehingga kawat busur dapat bergerak bebas dan menyebabkan gigi akan bergerak tipping. Prinsip pergerakan gigi pada teknik Begg adalah adanya mekanisme gaya diferensial (Cadman, 1975; Begg dan Kesling, 1977; Proffit dan Fields, 2000). Gaya diferensial adalah prinsip pergerakan gigi yang dilakukan bersamaan dengan memberikan gaya yang berbeda pada masing-masing gigi sehingga menghasilkan respon yang berbeda. Gaya diferensial untuk menggerakkan gigi berasal dari archwire, karet elastik dan auxilliary spring (Begg dan Kesling, 1977).

4 4 Terdapat 2 macam alat ortodontik yaitu alat lepasan dan alat cekat. Alat lepasan akan menggerakkan gigi secara tipping, sedangkan alat cekat akan menggerakan gigi secara bodily. Perawatan ortodontik dengan menggunakan alat cekat teknik Begg sudah banyak digunakan sejak diperkenalkan pada tahun Teknik Begg terdiri dari tiga tahap perawatan. Tahap I teknik Begg menggunakan elastik intermaksiler kelas II yang akan menghasilkan gaya horisontal untuk meretraksi gigi anterior maksila, mengurangi jarak gigit, serta pada tahap II membawa gigi posterior ke ruang bekas pencabutan gigi untuk mendapatkan hubungan klas I terhadap maksila (Begg and Kesling, 1977; Fletcher, 1981). Profil muka seseorang menurut Kusnoto (1977) dipengaruhi oleh 1)Facial Angle yaitu posisi relatif anteroposterior dari mandibula dan 2) Angle of Convexity yaitu derajat protrusif maksila ditinjau dari seluruh profil. Angle of Convexity dibentuk oleh perpotongan perpanjangan titik Nasion ke titik A dengan perpanjangan titik A ke titik Pogonion (Pog). Retraksi gigi anterior maksila akan menyebabkan perubahan kedudukan akar insisivus sentralis maksila sehingga mempengaruhi posisi titik A yang terletak pada batas anterior basis apikal maksila. Selama perawatan tahap III teknik Begg, apeks gigi insisivus maksila bergerak ke posterior, ujung incisal bergerak ke anterior (Crytzer,1969). Jacobson (1995) berpendapat bahwa titik A terletak 3 mm kearah labial dari suatu titik yang berada pada sepertiga bagian maksila atau duapertiga mandibula dari panjang akar insisivus sentralis maksila. Teknik Begg tahap I meretraksi gigi anterior dengan gerakan tipping ke palatal yang diikuti gerakan ujung akar ke labial sehingga titik A mengikuti letak ujung akar gigi pada posisi yang baru (Gianelly dan Goldman,

5 5 1971). Tahap II menurut Cadman (1975), perawatan maloklusi kelas II divisi 1 dengan teknik Begg terjadi perubahan pada molar maksila dan mandibula ke arah mesial karena space closing dari gigi posterior maksila dan mandibula dengan elastik intramaksilar, sehingga gigi molar bergerak ke mesial. Perawatan teknik Begg tahap III akan menggerakkan akar insisivus maksila ke posterior (Fletcher, 1981). Harris (2001) menyatakan bahwa konveksitas muka berkurang setelah retraksi gigi anterior. Berbeda dengan Kasai (1998) dan Muslim (2003) bahwa hasil statistik tidak bermakna pada perubahan sudut konveksitas setelah perawatan. Sedangkan hasil penelitian Martha (2010), retraksi gigi anterior dengan pencabutan empat premolar pertama mengubah estetis muka tetapi tidak bermakna pada konveksitas skeletal muka setelah perawatan ortodontik cekat. Perawatan pasien maloklusi kelas II divisi 1 dengan tipe skeletal kelas II diharapkan akan terjadi perubahan dental dan skeletal, sehingga akan didapatkan hubungan dental dan skeletal yang harmonis dan stabil (Harris, 2001). Di klinik Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada masih sedikit penelitian mengenai perubahan profil muka jaringan keras setelah perawatan cekat kasus Maloklusi kelas II divisi 1. Sefalogram lateral berperan penting dalam melakukan analisis pertumbuhan, kelainan, membantu menegakkan diagnosis dan rencana perawatan (Begg dan Kesling, 1977; Bishara, 2001). Sefalogram lateral sangat berperan pada tahap rencana perawatan untuk mendeteksi posisi ideal dan kemajuan perawatan. Sefalogram lateral dapat mendeteksi titik-titik referensi yang akan menghasilkan

6 6 sudut, garis dan bidang (Fletcher, 1981). Titik Pogonion adalah titik terdepan mandibula. Perubahan posisi titik pogonion bisa diamati pada gambaran sefalogram lateral. Perubahan posisi titik ini bisa terjadi karena pertumbuhan atau karena hasil perawatan ortodontik. Besarnya sudut convexity dipengaruhi oleh perubahan posisi titik pogonion (Kusnoto, 1977; Jacobson dkk, 1995). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka dapat diajukan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat hubungan antara retraksi gigi anterior maksila dengan perubahan profil muka jaringan keras setelah perawatan maloklusi Angle kelas II divisi 1? 2. Apakah terdapat hubungan antara retraksi gigi anterior mandibula dengan perubahan profil muka jaringan keras setelah perawatan maloklusi Angle kelas II divisi 1? 3. Apakah terdapat hubungan antara mesialisasi molar pertama maksila dengan perubahan profil muka jaringan keras setelah perawatan maloklusi Angle kelas II divisi 1? 4. Apakah terdapat hubungan antara mesialisasi molar pertama mandibula dengan perubahan profil muka jaringan keras setelah perawatan maloklusi Angle kelas II divisi 1? C. Tujuan Penelitian Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada :

7 7 1. Hubungan antara retraksi gigi anterior maksila dengan perubahan profil muka jaringan keras setelah perawatan ortodontik pada maloklusi Angle kelas II divisi Hubungan antara retraksi gigi anterior mandibula dengan perubahan profil muka jaringan keras setelah perawatan ortodontik pada maloklusi Angle kelas II divisi Hubungan antara mesialisasi molar pertama maksila dengan perubahan profil muka jaringan keras setelah perawatan ortodontik pada maloklusi Angle kelas II divisi Hubungan antara mesialisasi molar pertama mandibula dengan perubahan profil muka jaringan keras setelah perawatan ortodontik pada maloklusi Angle kelas II divisi 1. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Meningkatkan pengetahuan operator sehingga dapat memberikan informasi pada pasien mengenai hasil perawatan ortodontik. 2. Membantu dalam menentukan rencana perawatan dan prognosis sehingga diperoleh hasil perawatan ortodontik yang optimal.

8 8 E. Keaslian Penelitian Lulla dkk.(1976) melakukan penelitian mengenai perubahan rotasi mandibula pada perawatan Begg dengan pemakaian elastik intermaksiler klas II yang mengakibatkan gerakan gigi molar mandibula ke mesial dan ini sekaligus mengakibatkan gerakan rotasi mandibula berlawanan jarum jam. Al-Abdwani dkk.(2009) melakukan penelitian tentang perubahan insisivus akibat retraksi selama perawatan ortodontik terhadap perubahan posisi titik A dan B. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa setiap perubahan inklinasi insisivus sebesar 10 ⁰ akan mengakibatkan perubahan titik A sebesar 0,4 mm dan titik B sebesar 0,3 mm arah horisontal. Muslim (2003) melakukan penelitian konveksitas skeletal muka setelah perawatan ortodontik cekat Edgewise dengan pencabutan empat gigi premolar pertama. Hasil penelitian didapatkan tidak ada perubahan yang bermakna (p>0,05) pada perubahan konveksitas (NAPog) setelah retraksi anterior ( rata-rata 0,34 0 ± 1,91). Martha (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh retraksi gigi anterior terhadap perubahan konveksitas muka (NAPog) dan jarak linier titik A ke bidang fasial N-Pog (Rickketts) pada pasien protusif bimaksiler kelas I dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada perawatan teknik Straight. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan retraksi gigi anterior akan mengubah estetis wajah, tetapi perubahan konveksitas muka secara statistik tidak bermakna (p>0,05). Perubahan rata-rata NAPog 0,333 0 ± 3,122 dan A-Pog rata-rata 0,512 mm ± 2,988.

9 9 Sepengetahuan penulis hingga saat ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan antara retraksi gigi anterior dan mesialisasi gigi posterior dengan perubahan profil muka jaringan keras dengan menggunakan referensi bidang Frankfort HorisontaPlane (FHP) dan Pterygomaksillary Fissure (Ptm) dengan mengadaptasi metode Wendell Wyllie pada perawatan ortodontik menggunakan teknik Begg.