ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING USAHATANI JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN. Oleh: AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING USAHATANI JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN. Oleh: AHMAD YOUSUF KURNIAWAN"

Transkripsi

1 ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING USAHATANI JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN Oleh: AHMAD YOUSUF KURNIAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 ABSTRACT AHMAD YOUSUF KURNIAWAN. Analysis of Economic Efficiency and Competitiveness of Dryland Maize at Kabupaten Tanah Laut, South Kalimantan Under direction of SRI HARTOYO and YUSMAN SYAUKAT. South Kalimantan is well known as a province with large area of dryland. This potency can be used in maize farming that will increase national maize production and play an important role as import substitution. One of the major problems in maize farming is its low productivity that might be caused by its low efficiency of input use. The objectives of this research are: (1) analyzing factors influencing maize production and analyzing dryland farming efficiencies, both in technical and allocative, and (2) analyzing dryland maize farming competitiveness in Kabupaten Tanah Laut South Kalimantan, and the efficiency effect to its competitiveness. The Methods used are the stochastic frontier production function and the dual cost function for the first objective, and criterion of private cost ratio (PCR) and domestic resources cost ratio (DRCR) for the second objective. The results show that land, seed, organic fertilizer, P-fertilizer, pesticide, labor and land treatment significantly influence production. Generally, the farmers at research area have been technically efficient but allocatively inefficient. Age, education, experience and membership in farmer union are not significant to technical efficiency rate. The maize commodity in Kabupaten Tanah Laut has competitive and comparative advantages and also able to finance its domestic inputs, both in private and social prices. The increasing of allocative efficiency will increase the competitiveness. Keywords: dryland maize farming, efficiency, competitiveness

3 RINGKASAN AHMAD YOUSUF KURNIAWAN. Analisis Efisiensi dan Daya Saing Usahatani Jagung Pada Lahan Kering di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh SRI HARTOYO dan YUSMAN SYAUKAT. Kebutuhan jagung nasional terus meningkat dari tahun ke tahun, bukan saja dikarenakan pertambahan penduduk, tetapi juga pertumbuhan usaha peternakan dan industri pangan. Peningkatan permintaan jagung yang begitu pesat tidak diimbangi oleh peningkatan produksi dalam negeri karena penurunan luas lahan pertanian di Jawa, sehingga terjadi kesenjangan antara permintaan dan produksi yang makin lebar. Kesenjangan tersebut untuk saat ini ditutupi dengan cara mengimpor jagung. Laju peningkatan impor jagung telah mencapai 10.46% per tahun. Kabupaten Tanah Laut, Propinsi Kalimantan Selatan, memiliki potensi lahan kering yang luas yang sampai saat ini belum dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk dikembangkan menjadi usahatani jagung. Produktivitas jagung di daerah tersebut berkisar antara ton per hektar, masih rendah dibandingkan potensi yang ada yang mencapai ton per hektar. Hal ini diduga berkaitan dengan efisiensi penggunaan dan pengalokasian input. Efisiensi merupakan akar penentu daya saing. Produksi yang efisien akan menyebabkan penurunan biaya produksi yang selanjutnya akan menyebabkan peningkatan pendapatan petani dan daya saing komoditas tersebut. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis produksi, efisiensi, keunggulan kompetitif dan komparatif jagung di lahan kering Kalimantan Selatan. Secara rinci tujuan penelitian adalah: (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung dan tingkat efisiensi teknis dan alokatif usahatani lahan kering dengan menggunakan fungsi produksi stochastic frontier dan fungsi biaya dual, dan (2) menganalisis daya saing (keunggulan kompetitif dan komparatif) usahatani jagung lahan kering dan pengaruh efisiensi terhadap daya saing di Kab. Tanah Laut, Kalimantan Selatan dengan menggunakan PAM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa secara statistik variabel luas lahan, benih, pupuk organik, pupuk P, pestisida, tenaga kerja dan pengolahan tanah ditemukan berpengaruh nyata terhadap produksi jagung pada taraf α=15%, sedangkan pupuk N dan K tidak berpengaruh nyata. Ini diduga karena penggunaan pupuk N diduga sudah berlebihan. Rata-rata penggunaan urea di daerah penelitian adalah kg per hektar, sedangkan rekomendasi penggunaan pupuk urea adalah kg per hektar. Efisiensi teknis dianalisis dengan menggunakan model fungsi produksi stochastic frontier. Nilai indeks efisiensi teknis hasil analisis dikategorikan efisien jika lebih besar dari 0.8 karena daerah penelitian merupakan sentra produksi jagung di Kalimantan Selatan. Rata-rata efisiensi teknis petani di daerah penelitian adalah jumlah petani memiliki nilai efisiensi teknis lebih besar dari 0.8 adalah 89.48% dari, sehingga sebagian besar usahatani jagung yang diusahakan telah efisien secara teknis. Jadi, karena sebagian besar petani telah efisien secara teknis, maka untuk meningkatkan output perlu dilakukan introduksi teknologi baru seperti benih unggul yang lebih sesuai dengan kondisi agroklimat dan mekanisasi pertanian. Faktor-faktor umur, pendidikan, pengalaman dan keanggotaan dalam kelompok tani tidak berpengaruh secara nyata terhadap inefisiensi teknis. Hal ini

4 karena ada kecendrungan petani untuk beralih ke usahatani lain seperti karet dan adanya pertambangan emas ilegal. Efisiensi alokatif dianalisis dengan menggunakan model fungsi biaya dual frontier yang diturunkan dari fungsi produksi frontier. Petani responden di daerah penelitian belum efisien secara alokatif. Rata-rata efisiensi alokatif adalah Rendahnya efisiensi alokatif ini menyebabkan efisiensi ekonomis juga rendah, yaitu Salah satu penyebab rendahnya efisiensi alokatif ini adalah penggunaan pupuk urea yang berlebihan. Penurunan penggunaan pupuk urea dari kg per hektar menjadi 400 per hektar menyebabkan kenaikan efisiensi alokatif menjadi dan efisiensi ekonomis menjadi Analisis daya saing dilakukan dengan menggunakan kriteria PCR dan DRC. Berdasarkan nilai PCR dan DRC yang kurang dari satu, artinya jagung di daerah penelitian memiliki daya saing sebagai substitusi impor. Ini dapat dilihat dari terserapnya semua hasil poduksi jagung di pasar lokal, sedangkan jagung impor hanya masuk ke pasar lokal saat paceklik saja. Harga jagung impor lebih mahal daripada harga jagung lokal dengan selisih harga Rp 100/kg. Namun diperlukan beberapa kebijakan yang operasional untuk mendorong daya saing potensial ini menjadi daya saing nyata, diantaranya: (1) menghilangkan atau mengurangi berbagai distorsi pasar yang menghambat perkembangan usahatani jagung, seperti penghapusan bea masuk impor saprodi, (2) berbagai kebijakan atau program penelitian dan pengembangan sehingga ditemukan varietas jagung yang sesuai dengan kondisi lahan setempat dan harganya terjangkau, dan (3) menyediakan infrastruktur fisik maupun ekonomi sehingga dapat meningkatkan aksesibilitas sentra-sentra produksi jagung terhadap pasar baik input maupun output. Peningkatan efisiensi akan meningkatkan daya saing. Jika efisiensi alokatif ditingkatkan menjadi dari menjadi (meningkat 2.65%), maka nilai PCR yang makin turun dari 0.56 menjadi 0.55, dan DRC turun dari 0.61 menjadi Ini menunjukkan bahwa makin tinggi tingkat efisiensi maka daya saing jagung akan semakin meningkat pula. Kata kunci: usahatani jagung lahan kering, efisiensi, daya saing.

5 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Efisiensi Ekonomi dan Daya Saing Usahatani Jagung pada Lahan Kering di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan adalah karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang terbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2008 AHMAD YOUSUF KURNIAWAN NRP. A

6 Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

7 ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING USAHATANI JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN AHMAD YOUSUF KURNIAWAN Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

8 Penguji Luar Komisi Pembimbing : Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

9 Judul Tesis : Analisis Efisiensi Ekonomi dan Daya Saing Usahatani Jagung pada Lahan Kering di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan Nama Mahasiswa : Ahmad Yousuf Kurniawan Nomor Pokok Program Studi : A : Ilmu Ekonomi Pertanian Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS Ketua Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec Anggota Mengetahui, 2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Ekonomi Pertanian Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS Tanggal Ujian : 25 Maret 2008 Tanggal Lulus :

10 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Magelang pada tanggal 17 Februari 1980 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Dr. Ir. M. Djamhuri, SU (alm) dengan Musfiyatun. Penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN Loktabat 2 Banjarbaru Kalimantan Selatan pada tahun 1992, kemudian pendidikan menengah di SMP Negeri 1 Banjarbaru pada tahun 1995 dan SMU Negeri 1 Banjarbaru pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan dan meraih gelar sarjana pada tahun Penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Lambung Mangkurat sejak Desember Pada tahun 2005 melanjutkan pendidikan S-2 di Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor melalui beasiswa BPPS dari Dirjen DIKTI.

11 UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas pertolongan dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan Tesis Program Magister Sains. Tesis ini berjudul Analisis Efisiensi Ekonomi dan Daya Saing Usahatani Jagung pada Lahan Kering di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. Terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberi saran, bimbingan dan sumbangan pemikiran dari awal penulisan proposal hingga penulisan tesis ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku penguji luar komisi pembimbing. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada: 1. Rektor Unlam dan Dekan Fakultas Pertanian Unlam atas kesempatan yang diberikan untuk menempuh pendidikan lanjutan. 2. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, dan seluruh dosen dan staf yang telah memberikan bimbingan dalam menjalani perkuliahan di Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, IPB. 3. Dr. Ir. Heru Sutikno, SU dan keluarga atas bantuan baik moril maupun materil. 4. Staf dan penyuluh lapang Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tanah Laut dan staf Badan Pusat Statistik Tanah Laut, serta petani responden yang telah membantu penulis memperoleh data dan informasi untuk penulisan ini.

12 5. Teman-teman di EPN angkatan 2005 (Wiji, Budi Sulistyo, Mariyah, Raja M. Sari, Pini Wijayanti, Tono, Zuraidah, Aprilaila Sayekti, Zednita Azriani, Dewi Nurasih, M. Yadjid, Betrixia Barbara, Veralianta Sebayang, Novindra, Andri Meiriki, Zais M. Samiun, Ranthy Pancasasty dan Rumna), serta teman-teman EPN angkatan 2004 dan 2006 atas bantuan dan dorongan semangat yang diberikan. 6. Pihak-pihak lain yang namanya tidak disebutkan di sini, namun telah banyak membantu penulis dalam proses penelitian dan penulisan tesis ini. Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan hormat kepada Ayahanda M. Djamhuri (alm), Ibunda Musfiyatun, adik-adikku Elmi dan Aldi, serta Hesti yang telah memberikan dukungan moril dan materil, perhatian, kesabaran, do a yang tulus ikhlas sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. Akhir kata, dengan kerendahan hati penulis mempersembahkan tesis ini kepada pembaca sebagai salah satu sumber informasi dan pengetahuan yang bermanfaat dan berguna bagi penelitian berikutnya. Bogor, Mei 2008 Ahmad Yousuf Kurniawan

13 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... iii v vi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Keterbatasan Penelitian... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teoritis Penelitian-Penelitian Terdahulu Kerangka Konseptual Hipotesis Penelitian III. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan Petani Contoh Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Data Definisi Operasional IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan Kendudukan Sarana dan Prasarana Hasil Produksi Pertanian... 56

14 V. KERAGAAN USAHATANI JAGUNG DI DAERAH PENELITIAN Deskripsi Petani Contoh Usahatani Jagung Analisis Finansial dan Ekonomi VI. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI Analisis Stochastic Frontier Analisis Efisiensi Teknis Analisis Efisiensi Alokatif dan Ekonomis VII. ANALISIS DAYA SAING PENGARUH EFISIENSI TERHADAP DAYA SAING Analisis Daya Saing Pengaruh Efisiensi terhadap Daya Saing VIII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran Kebijakan Saran Penelitian Lanjutan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii

15 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan Permintaan Jagung di Indonesia Tahun Perkembangan Produksi, Permintaan, Ekspor dan Impor Jagung Indonesia Tahun Konstruksi Model Policy Analysis Matrix Luas tanam, Produktivitas dan Produksi Jagung per Kecamatan di Kabupaten Tanah Laut Tahun Alokasi Biaya Produksi Berdasarkan Komponen Biaya Domestik dan Komponen Biaya Asing Alokasi Biaya Tata Niaga Berdasarkan Komponen Biaya Domestik dan Komponen Biaya Asing Perkembangan Penggunaan Jenis Lahan di Kabupaten Tanah Laut Tahun Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan di Kabupaten Tanah Laut, Tahun Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Kabupaten Tanah Laut Tahun Sebaran Petani Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pengalaman dan Keanggotaan dalam Kelompok Tani di Kabupaten Tanah Laut Sebaran Petani Responden Menurut Luas Lahan Garapan Jagung Analisis Finansial dan Ekonomis Usahatani Jagung di Kabupaten Tanah Laut Musim Tanam I Tahun Ringkasan Data Pendugaan Fungsi Produksi Pendugaan Fungsi Produksi dengan Metode OLS Pendugaan Fungsi Produksi dengan Metode MLE Sebaran Efisiensi Teknis Petani Responden Pendugaan Efek Inefisiensi Teknis Fungsi Produksi Stochastic Frontier iii

16 18. Varians dan Parameter γ dari Model Inefisiensi Teknis Fungsi Produksi Stochastic Frontier Sebaran Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomis Petani Responden Menggunakan Fungsi Produksi Stochastic Frontier Sebaran Efisiensi Alokatif dan Ekonomis Petani Responden Setelah Penurunan Penggunaan Pupuk N Tabel PAM Usahatani Jagung di Kabupaten Tanah Laut Musim Tanam I Tahun Tabel PAM Usahatani Jagung Jika Efisiensi Alokatif Ditingkatkan Menjadi di Kabupaten Tanah Laut Musim Tanam I Tahun iv

17 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Fungsi Produksi Stochastic Frontier Ukuran Efisiensi Alur Kerangka Pemikiran Konseptual Sebaran Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomis Petani Responden Menggunakan Fungsi Produksi Stochastic Frontier Kondisi Produksi yang Efisien Secara Teknis dan Inefisien Secara Alokatif v

18 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Peta Kabupaten Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan Data Pendugaan Fungsi Produksi Usahatani Jagung Lahan Kering Musim Tanam I Tahun Listing Program SAS 9.0 untuk Pendugaan Fungsi Produksi Metode OLS Tanpa Retriksi Hasil Pendugaan Fungsi Produksi dengan Metode OLS Tanpa Retriksi dengan Menggunakan Program SAS Hasil Pendugaan Fungsi Produksi dengan Metode OLS dengan Retriksi Lahan dengan Menggunakan Program SAS Hasil Analisis Pendugaan Fungsi Produksi Rata-Rata (OLS) dan Fungsi Produksi Stochastic Frontier (MLE) dengan Menggunakan Frontier version 4.1c Sebaran Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomis Petani Responden Menggunakan Fungsi Produksi Stochastic Frontier vi

19 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian perlu terus dikembangkan agar mengarah pada terciptanya pertanian yang efisien, memiliki daya saing, mampu meningkatkan pendapatan dan taraf hidup para petani pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Arah pengembangan tersebut melalui peningkatan pola agribisnis, terutama peningkatan kualitas dan kuantitas produksi, penganekaragaman komoditas unggulan, peningkatan nilai tambah produk serta perluasaan penguasaan pasar (Mahfudz et al., 2004). Salah satu komoditas pertanian yang potensial dan punya nilai ekonomi tinggi untuk dikembangkan adalah jagung. Jagung merupakan salah satu tanaman pangan utama selain padi dan kedelai (Rusastra et al., 2004). Jagung juga digunakan sebagai makanan hewan ternak dan juga digiling menjadi tepung jagung (cornstarch) untuk produk-produk makanan, minuman, pelapis kertas dan farmasi. Di beberapa negara, jagung dibuat menjadi alkohol sebagai campuran bahan bakar kendaraan untuk mengurangi polusi (Park, 2001). Permintaan jagung dunia diperkirakan meningkat di masa datang. World Bank memproyeksikan kenaikan total permintaan jagung tahun naik rata-rata 3.2 persen per tahun (Amang, 2003). Kebutuhan jagung nasional juga terus meningkat dari tahun ke tahun, bukan saja dikarenakan pertambahan penduduk, tetapi juga pertumbuhan usaha peternakan dan industri pangan. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian, kebutuhan jagung terus mengalami peningkatan. Meski kebutuhan jagung untuk konsumsi terus mengalami penurunan dengan laju 2 persen per tahun, namun kebutuhan jagung untuk industri pangan dan pakan terus mengalami peningkatan yang cukup pesat

20 2 dengan laju masing-masing 3.00 dan 5.78 persen per tahun, seperti terlihat pada Tabel 1. Peningkatan permintaan jagung yang begitu pesat tidak diimbangi oleh peningkatan produksi dalam negeri, maka kesenjangan antara permintaan dan produksi akan semakin lebar. Kesenjangan tersebut untuk saat ini ditutupi dengan cara mengimpor jagung. Tabel 1. Perkembangan Permintaan Jagung untuk Konsumsi, Industri Pangan dan Industri Pakan di Indonesia Tahun (Ribu Ton) Tahun Konsumsi Industri Pangan Pakan Total (93.99) (0.00) (6.01) (86.44) (7.56) (6.00) (43.45) (21.83) (34.64) (41.76) (22.08) (36.16) (40.11) (22 29) (37 59) (38.53) (22.51) (38.96) (37.01) (22.71) (40.29) (35.46) (22.87) (41.66) (33.94) (23.01) (43.04) Laju (%/th) Sumber : Departemen Pertanian, (diolah) Keterangan : Angka dalam kurung ( ) menunjukkan persentase terhadap total permintaan Rata-rata impor jagung selama kurun waktu tahun mencapai 750 ribu ton per tahun, dengan laju peningkatan sekitar persen per tahun. Bahkan sejak tahun 2000, volume impor jagung Indonesia sudah di atas 1 juta ton, seperti terlihat pada Tabel 2. Apabila dilihat dari pangsanya terhadap permintaan dalam negeri, volume impor jagung Indonesia sebenarnya masih relatif kecil, yaitu hanya sekitar 8.21 persen. Namun karena kecenderungannya

21 3 semakin meningkat, maka perlu segera dilakukan upaya khusus untuk mengatasi kenaikan impor jagung tersebut. Tabel 2. Perkembangan Produksi, Permintaan, Ekspor dan Impor Jagung Indonesia Tahun (Ribu Ton) Tahun Produksi Permintaan Ekspor Impor Laju (%/th) Sumber: Departemen Pertanian, , diolah Permintaan jagung di pasar domestik maupun pasar dunia akan semakin meningkat seiring dengan berkembangnya industri pakan dan industri pangan olahan berbahan baku jagung. Selama periode tahun , penggunaan jagung impor sebagai bahan baku industri pakan di dalam negeri meningkat cukup tajam dengan laju sekitar persen per tahun. Mulai tahun 1994, ketergantungan pabrik pakan terhadap jagung impor sangat tinggi, yaitu sekitar persen. Pada tahun 2000, penggunaan jagung impor dalam industri pakan sudah mencapai persen, sementara persen sisanya berasal dari jagung produksi dalam negeri (Departemen Pertanian, 2005). Upaya untuk memperkecil kesenjangan antara produksi dan permintaan jagung dalam negeri sebenarnya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu meningkatkan produksi jagung melalui perluasan areal dan peningkatan

22 4 produktivitas. Usaha untuk meningkatkan produksi dan produktivitas jagung di Indonesia telah banyak dilakukan tetapi hasilnya belum memuaskan. Saat ini laju produksi jagung cenderung melambat. Jika selama periode tahun rata-rata laju peningkatan produksi jagung 4.97 persen, maka pada periode tahun mengalami penurunan menjadi 4.13 persen per tahun. Perlambatan laju produksi ini antara lain karena konversi lahan pertanian produktif terutama di Jawa untuk penggunaan non pertanian. Menurut Departemen Pertanian (2005) pada periode tahun terjadi konversi lahan sawah ke penggunaan non-pertanian seluas 1.63 juta hektar dan sekitar 1 juta hektar diantaranya terjadi di Jawa. Oleh karena itu, menurut Solahuddin (1999), upaya untuk meningkatkan produksi tidak hanya dilakukan pada lahan-lahan irigasi atau lahan-lahan yang secara intensif telah dimanfaatkan, melainkan juga pada lahan-lahan alternatif seperti lahan rawa pasang surut, gambut dan lahan kering. Lahan-lahan alternatif tersebut umumnya berada di luar pulau Jawa. Menurut Departemen Pertanian (2005), potensi lahan kering yang sesuai untuk tanaman jagung, namun belum dimanfaatkan, cukup luas, yaitu sekitar 20.5 juta hektar, yang tersebar di Sumatera (2.9 juta hektar), Kalimantan (7.2 juta hektar), Sulawesi (0.4 juta hektar), Maluku dan Papua (9.9 juta hektar), serta Bali dan Nusa Tenggara (0.06 juta hektar). Peluang pemanfaatan lahan kering untuk komoditas jagung cukup besar. Salah satu unsur dalam pengembangan komoditas jagung adalah daya saing dan dukungan pemerintah. Efisiensi sebagai salah satu penentu daya saing merupakan salah satu faktor yang diperhatikan dalam pengembangan komoditas ini. Intervensi pemerintah akan mempengaruhi daya saing suatu sistem komoditas. Data dan informasi tentang keunggulan kompetitif dan

23 5 komparatif merupakan salah satu pertimbangan dalam merumuskan kebijakan dan implementasinya Rumusan Masalah Provinsi Kalimantan Selatan, yang memiliki potensi lahan kering yang luas yang sampai saat ini belum dapat dimanfaatkan secara maksimal, dituntut untuk memberikan kontribusi dalam upaya mengurangi atau mengatasi beban impor jagung sekaligus menghemat devisa negara. Data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Selatan (2005), menunjukkan bahwa lahan kering di Kalimantan Selatan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian adalah 647 ribu hektar. Dari jumlah tersebut, baru dimanfaatkan seluas 210 ribu hektar atau sekitar 32.5 persen. Salah satu pemanfaatan lahan kering tersebut adalah dengan mengembangkan komoditas jagung. Ada empat kabupaten yang dijadikan sentra pengembangan jagung berdasarkan persentase produksi jagung terhadap total produksi di tingkat provinsi, yaitu Kabupaten Tanah Laut (35.52 persen), Kabupaten Kotabaru (23.40 persen), Kabupaten Tapin (6.83 persen) dan Kabupaten Banjar (7.62 persen). Diantara empat kabupaten tersebut yang paling menonjol ditinjau dari segi luas tanam, produksi dan produktivitas adalah Kabupaten Tanah Laut (Mahfudz et al., 2005). Peluang pengembangan jagung di Kalimantan Selatan cukup besar dilihat dari produksi yang dicapai pada tahun 1998 adalah sebesar 32 ribu ton, sementara keperluan untuk pakan ternak sebesar ribu ribu ton ditambah untuk konsumsi 43.4 ribu ton per tahun. Melihat potensi lahan dan peluang pasar yang ada, Kalimantan Selatan memiliki peluang untuk mengembangkan komoditas jagung untuk memenuhi kebutuhan jagungnya.

24 6 Namun, sampai saat ini Kalimantan Selatan belum mampu untuk memenuhi kebutuhan jagung di pasar lokalnya. Kabupaten Tanah Laut dengan luas wilayah yang dimiliki sebesar 3.63 ribu km 2 atau ribu hektar dan meliputi sembilan wilayah kecamatan, memiliki potensi lahan sawah seluas ribu hektar, lahan kering ribu hektar serta lahan pemukiman/pekarangan ribu hektar. Potensi lahan tersebut juga merupakan lahan yang potensial untuk pengembangan komoditas jagung. Sampai saat ini komoditas jagung merupakan komoditas yang dominan diusahakan oleh sebagian besar masyarakat di daerah ini (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tanah Laut, 2004). Kabupaten Tanah Laut sendiri juga merupakan sentra peternakan ayam. Kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakan untuk Kabupaten Tanah Laut dan sekitarnya adalah sekitar 6 ribu ton per bulan atau 72 ribu ton per tahun. Produksi jagung pada tahun 2006 hanya mencapai ribu ton, sehingga masih kekurangan produksi sebesar ribu ton. Kekurangan ini diatasi dengan mendatangkan jagung dari luar. Namun, jagung dari luar memiliki harga yang lebih mahal dan ada ketidakpastian pengiriman karena faktor cuaca. Hal ini menunjukkan bahwa peluang pasar baik di tingkat kabupaten maupun provinsi masih terbuka. Produktivitas jagung lahan kering di tingkat petani di Kabupaten Tanah Laut berkisar antara ton per hektar. Hasil ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan produktivitas jagung daerah lain seperti di Jawa Timur yang mencapai 5.7 ton per hektar (Suprapto, 2006). Sementara itu, benih hibrida yang saat ini beredar di Indonesia memiliki produktivitas antara ton per hektar 1. Penelitian Subandi et al. (2005) menunjukkan bahwa produktivitas jagung di Kabupaten Tanah Laut dapat mencapai ton per hektar. Jadi, 1 Teknologi Budidaya Jagung. Diakses tanggal 1 Maret 2007

25 7 produktivitas jagung di tingkat petani di Kabupaten Tanah Laut masih bisa ditingkatkan lagi. Permasalahan produktivitas usahatani jagung lahan kering yang rendah ini diduga berkaitan erat dengan persoalan efisiensi penggunaan input. Alokasi penggunaan input juga diduga masih belum optimal. Penggunaan rata-rata input berupa pupuk seperti Urea, SP-36 dan KCl adalah masing-masing 450 kg, 45 kg dan 41 kg per hektar. Dosis ini tidak sesuai dengan rekomendasi yakni urea kg, SP kg dan KCl kg per hektar. Salah satu indikator dari efisiensi adalah jika atau sejumlah output tertentu dapat dihasilkan dengan menggunakan sejumlah kombinasi input yang lebih sedikit dan dengan kombinasi input-input tertentu dapat meminimumkan biaya produksi tanpa menurangi output yang dihasilkan. Dengan biaya produksi yang minimum akan diperoleh harga output yang lebih kompetitif. Produktivitas dan efisiensi merupakan akar penentu tingkat daya saing (Sumbodo, 2005). Suatu komoditas akan mampu bersaing di pasar bila memiliki daya saing tinggi. Daya saing yang tinggi dicerminkan dengan harga dan kualitas yang baik. Tetapi hal ini akan menimbulkan masalah apabila komoditas yang dihasilkan tidak mampu bersaing. Keunggulan komparatif dan kompetitif suatu komoditas tergantung dari faktor kunci diantaranya adalah keragaan pasar. Disamping itu intervensi pemerintah berupa kebijakan akan turut mempengaruhi keunggulan komparatif dan kompetitif suatu sistem komoditas. Data dan informasi tentang keunggulan komparatif dan kompetitif merupakan salah satu pertimbangan dalam merumuskan kebijakan dan implementasinya. Dari uraian di atas, dalam melihat efisiensi dan daya saing tersebut dapat ditelusuri dan diformulasikan lebih lanjut faktor-faktor apa saja yang dominan mempengaruhi produksi jagung dan efisiensi produksinya. Pada akhirnya apabila telah terlihat gambaran menyeluruh dari suatu sistem komoditas jagung, maka

26 8 dapat dikatakan bahwa efisiensi berkaitan erat dengan peningkatan daya saing dan pendapatan petani. Efisiensi akan menyebabkan penurunan biaya produksi yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing. Dari uraian permasalahan di atas maka muncul beberapa pertanyaan: 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi jagung lahan kering dan bagaimana efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efisiensi teknis? 2. Bagaimana daya saing usahatani jagung di lahan kering di Kab. Tanah Laut, Kalimantan Selatan dan bagaimana pengaruh efisiensi terhadap daya saingnya? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis produksi, efisiensi, keunggulan kompetitif dan komparatif jagung di lahan kering Kalimantan Selatan. Secara rinci tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung dan tingkat efisiensi teknis dan alokatif usahatani lahan kering. 2. Menganalisis daya saing (keunggulan kompetitif dan komparatif) usahatani jagung lahan kering di Kab. Tanah Laut dan pengaruh efisiensi terhadap daya saingnya Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian analisis produksi dan daya saing jagung pada lahan kering meliputi kegiatan yang terdiri dari: (1) analisis produksi dan efisiensi, (2) analisis daya saing, dan (3) pengaruh efisiensi terhadap daya saing. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan

27 9 karena kabupaten tersebut merupakan sentra produksi jagung lahan kering di Kalimantan Selatan Keterbatasan Penelitian 1. Variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam fungsi produksi harus berpengaruh positif terhadap produksi jagung (bertanda positif). Jika bertanda negatif, maka variabel tersebut tidak dapat dimasukkan ke dalam model karena jika ada variabel yang bertanda negatif maka penurunan fungsi produksi ke fungsi biaya dual tidak dapat dilakukan. 2. Pengukuran efisiensi hanya dilakukan dari sisi input. 3. Tingkat daya saing yang diukur adalah hanya daya saing dari sisi mampu tidaknya komoditas jagung untuk membiayai faktor produksi domestiknya.

28 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Konsep Fungsi Produksi Fungsi produksi menerangkan hubungan teknis (technical relationship) antara sejumlah input yang digunakan dengan output dalam suatu proses produksi. Fungsi produksi digunakan untuk menentukan output maksimum yang dapat dihasilkan dari penggunaan sejumlah input. Untuk mengetahui secara tepat karakteristik dari suatu fungsi produksi sangat sulit dilakukan. Kita dapat mengabstraksikan fenomena dari proses produksi ke dalam bentuk yang disederhanakan. Bentuk sederhana ini merupakan suatu moel yang diharapkan untuk menerangkan mekanisme proses produksi sesungguhnya. Langkah penyederhanaan dapat dilakukan dengan menggunakan konsep ekonometrika dan statistika sebagai alat pendekatannya. Secara matematis model umum fungsi produksi dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = f(x 1, X 2,... X n )... (2.1) dimana: Y = jumlah ountput (produksi) X i = jumlah output ke=i yang digunakan i = 1, 2,... 3 Model umum fungsi produksi pada persamaan (2.1) belum dapat menerangkan hubungan input dan output secara kuantitatif. Oleh karena itu fungsi produksi harus dinyatakan dalam bentuk fungsi yang spesifik, seperti fungsi linear, kuadratik, polinomial, akar pangkat dua atau Cobb-Douglas. Konsep fungsi produksi berguna untuk mengetahui keragaan proses produksi. Dengan dikeahuinya keragaan tersebut maka proses produksi dapat

29 11 diidentifikasi apakah telah berjalan dengan efisien atau tidak. Dengan demikian diharapkan petani akan bertindak rasional dalam mengambil keputusan untuk kegiatan usahatani Fungsi Produksi Frontier Production frontier memiliki definisi yang tidak jauh berbeda dengan fungsi produksi dan umumnya banyak digunakan saat menjelaskan konsep pengukuran efesiensi, frontier digunakan untuk menekankan kepada kondisi output maksimum yang dapat dihasilkan (Coelli et al., 1998). Konsep produksi batas (frontier production function) menggambarkan output maksimal yang dapat dihasilkan dalam suatu proses produksi. Fungsi produksi frontier merupakan fungsi produksi yang paling praktis atau menggambarkan produksi maksimal yang dapat diperoleh dari variasi kombinasi faktor produksi pada tingkat pengetahuan dan teknologi tertentu (Doll dan Orazem, 1984). Fungsi produksi frontier diturunkan dengan menghubungkan titik-titik output maksimum untuk setiap tingkat penggunaan input. Jadi fungsi tersebut mewakili kombinasi inputoutput secara teknis paling efisien. Pengukuran fungsi produksi frontier secara umum dibedakan atas 4 cara yaitu: (1) deterministic nonparametric frontier, (2) deterministic parametric frontier, (3) deterministic statistical frontier, dan (4) stochastic statistical frontier (stochastic frontier). Model fungsi produksi deterministic frontier dinyatakan sebagai berikut: Y i = f(x i ;β).e -ui, I = 1,2 N... (2.2) dimana f(x i ;β) adalah bentuk fungsi yang cocok (Cobb-Douglas atau Translog), parameter β adalah parameter yang dicari nilai dugaannya dan u i adalah variabel acak yang tidak bernilai negatif yang diasosiaikan dengan faktor-faktor spesifik

30 12 perusahaan yang memberikan kontribusi terhadap tidak tercapainya efisiensi maksimal dari proses produksi (Battese, 1992). Kelemahan dari model ini adalah tidak dapat menguraikan komponen residual u i menjadi pengaruh efisiensi dan pengaruh eksternal yang tidak tertangkap (random shock). Akibatnya nilai inefisiensi teknis cederung tinggi, karena dipengaruhi sekaligus oleh dua komponen error yang tidak terpisah (Kebede, 2001). Model stochastic frontier merupakan perluasan dari model asli deterministik untuk mengukur efek-efek yang tak terduga (stochastic effects) di dalam batas produksi. Model fungsi produksi stochastic frontier dinyatakan sebagai berikut: ln y i n = β 0 + β j ln x ji + ε i i= 1... (2.3) Stochastic frontier disebut juga composed error model karena error term terdiri dari dua unsur, dimana ε i = v i u i dan i = 1, 2,.. N. Variabel ε i adalah spesifik error term dari observasi ke-i. Variabel acak v i berguna untuk menghitung ukuran kesalahan dan faktor-faktor yang tidak pasti seperti cuaca, pemogokan, serangan hama dan sebagainya di dalam nilai variabel output, bersama-sama dengan efek gabungan dari variabel input yang tidak terdefinisi di dalam fungsi produksi. Variabel acak v i merupakan variabel random shock yang secara identik terdistribusi normal dengan rataan (μ i ) bernilai 0 dan variansnya konstan atau N(0,σ 2 v ), simetris serta bebas dari u i. Variabel acak u i merupakan variabel non negatif dan diasumsikan terdistribusi secara bebas. Variabel u i disebut one-side disturbance yang berfungsi untuk menangkap efek inefisiensi. Struktur dasar model stochastic frontier pada Persamaan 2.2 dijabarkan pada Gambar 1. Komponen yang pasti dari model batas yaitu f(x i ; β) digambarkan dengan asumsi memiliki karakteristik skala pengembalian yang menurun. Petani i

31 13 menggunakan input sebesat x i dan memperoleh output sebesar y i. Akan tetapi output batasnya dari petani i adalah y * i, melampaui nilai pada bagian yang pasti dari fungsi produksi yaitu f(x i ;β). Hal ini bisa terjadi karena aktivitas produksinya dipengaruhi oleh kondisi yang menguntungkan, dimana variabel v i bernilai positif. Sementara itu petani j menggunakan input sebesar x j dan memperoleh hasil sebesar y j. Akan tetapi batas dari petani j adalah y * j, berada di bawah bagian yang pasti dari fungsi produksi. Kondisi ini bisa terjadi karena aktivitas produksinya dipengaruhi oleh kondisi yang tidak menguntungkan, dimana v i bernilai negatif. y Output batas (y i * ), y = F(x i ;β) exp(v i ), jika v i >0 f(x i ;β) Output batas (y j * ), y = F(x j ;β) exp(v j ), jika v j <0 Output observasi (y j ) Output observasi (y j ) x i x j Sumber: Coelli et al. (1998) Gambar 1. Fungsi Produksi Stochastic Frontier Sebagaimana disajikan oleh Coelli et al. (1998) yang dikutip dari Aigner et al. (1977), persamaan fungsi produksi stochastic frontier secara ringkas adalah: lny it = βx it + (v it u it ), i = 1,2,3,...n... (2.4) dimana: y it x it β i = produksi yang dihasilkan petani-i pada waktu-t = vektor masukan yang digunakan petani-i pada waktu-t = vektor parameter yang akan diestimasi

32 14 v it u it = variabel acak yang berkaitan dengan faktor-faktor eksternal (iklim, hama) sebarannya simetris dan menyebar normal (v it ~N(0,σ 2 v )). = variabel acak non negatif, dan diasumsikan mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis dan berkaitan dengan aktor-faktor internal dan sebarannya bersifat setengah normal (u it ~ N(0,σ 2 v ) Komponen galat (error) yang sifatnya internal (dapat dikendalikan petani) dan lazimnya berkaitan dengan kapabilitas managerial petani dalam mengelola usahataninya direfleksikan oleh u i. Komponen ini sebarannya asimetris (one side) yakni u i > 0. Jika proses produksi berlangsung efisien (sempurna) maka keluaran yang dihasilkan berimpit dengan potensi maksimalnya berarti u i = 0. Sebaliknya jika u i > 0 berarti berada di bawah potensi maksimumnya. Distribusi menyebar setengah normal (u it ~ N(0,σ 2 v ) dan menggunakan metode pendugaan Maximum Likelihood. Metode pendugaan Maximum Likelihood Estimation (MLE) pada model stochastic frontier dilakukan melalui proses dua tahap. Tahap pertama menggunakan metode OLS untuk menduga parameter teknologi dan input produksi (β m ). Tahap kedua menggunakan metode MLE untuk menduga keseluruhan parameter faktor produksi (β m ), intersep (β 0 ) dan varians dari kedua 2 komponen kesalahan v i dan u i (σ v dan σ 2 u ). Fungsi produksi frontier oleh beberapa penulis diturunkan dari fungsi produksi Cobb-Douglas, dimana menurut Teken dan Asnawi (1981) dikemukakan bahwa apabila peubah-peubah yang terdapat dalam fungsi Cobb-Douglas dinyatakan dalam bentuk logaritma, maka fungsi tersebut akan menjadi fungsi linear additive. Dengan demikian untuk mengukur tingkat efisiensi usahatani jagung dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi stochastic frontier Cobb- Douglas. Pilihan terhadap bentuk fungsi produksi ini diambil karena lebih sederhana dan dapat dibuat dalam bentuk linear.

33 Konsep Efisiensi Suatu metode produksi dapat dikatakan lebih efisien dari metode lainnya jika metode tersebut menghasilkan output yang lebih besar pada tingkat korbanan yang sama. Suatu metode produksi yang menggunakan korbanan yang paling kecil, juga dikatakan lebih efisien dari metode produksi lainnya, jika menghasilkan nilai output yang sama besarnya. Tujuan produsen untuk mengelola usahataninya adalah untuk meningkatkan produksi dan keuntungan. Asumsi dasar dari efisiensi adalah untuk mencapai keuntungan maksimum dengan biaya minimum. Kedua tujuan tersebut merupakan faktor penentu bagi produsen dalam pengambilan keputusan untuk usahataninya. Dalam pengambilan keputusan usahatani, seorang petani yang rasional akan bersedia menggunakan input selama nilai tambah yang dihasilkan oleh tambahan input tersebut sama atau lebih besar dengan tambahan biaya yang diakibatkan oleh tambahan input itu. Efisiensi merupakan perbandingan output dengan input yang digunakan dalam suatu proses produksi. Secara umum konsep efisiensi didekati dari dua sisi pendekatan yaitu dari sisi alokasi penggunaan input dan dari sisi output yang dihasilkan. Pendekatan dari sisi input yang dikemukakan Farrell (1957), membutuhkan ketersediaan informasi harga input dan sebuah kurva isoquant yang menunjukkan kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan output secara maksimal. Pendekatan dari sisi output merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat sejauh mana jumlah output secara proporsional dapat ditingkatkan tanpa mengubah jumlah input yang digunakan. Menurut Lau dan Yotopoulos (1971) konsep efisiensi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) efisiensi teknis (technical efficiency), (2) efisiensi harga (price efficiency), dan (3) efisiensi ekonomis (economic efficiency). Efisiensi

34 16 teknis mengukur tingkat produksi yang dicapai pada tingkat penggunaan input tertentu. Seorang petani secara teknis dikatakan lebih efisien dibandingkan petani lain, apabila dengan penggunaan jenis dan jumlah input yang sama, diperoleh output fisik yang lebih tinggi. Efisiensi harga atau efisiensi alokatif mengukur tingkat keberhasilan petani dalam usahanya untuk mencapai keuntungan maksimum yang dicapai pada saat nilai produk marginal setiap faktor produksi yang diberikan sama dengan biaya marginalnya atau menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menggunaan input dengan proporsi yang optimal pada masing-masing tingkat harga input dan teknologi yang dimiliki. Efisiensi ekonomis adalah kombinasi antara efisiensi teknis dan efisiensi harga. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Farrell (1957). Menurut Sugiyanto (1982), efisiensi ekonomis dapat diukur dengan kriteria keuntungan maksimum (profit maximization) dan kriteria biaya minimum (cost minimization). Efisiensi ekonomi akan tercapai bila kenaikan hasil sama dengan nilai penambahan faktor-faktor produksi atau nilai marginal (NPM) dari faktorfaktor produksi sama dengan biaya korbanan marginalnya (BKM). Dengan kata lain, menurut Bravo-Ureta dan Pinheiro (1993), rasio produk marginal untuk tiap pasangan input sama dengan rasio harganya. Efisiensi teknis dianggap sebagai kemampuan untuk berproduksi pada isoquant batas, sedangkan alokatif mengacu pada kemampuan untuk berproduksi pada tingkat output tertentu dengan menggunakan rasio input pada biaya yang minimum. Sebaliknya, inefisiensi teknis mengacu pada penyimpangan dari isoquant frontier, sedangkan inefisiensi alokatif mengacu pada penyimpangan dari rasio input pada biaya minimum. Konsep efisiensi dari sisi input diilustrasikan oleh Farrell (1957) pada Gambar 2. Konsep efisiensi Farrel ini diasumsikan pada kondisi Constant Return to Scale.

35 17 Pada Gambar 2, kurva isoquant frontier SS menunjukkan kombinasi input per output (x 1 /y dan x 2 /y) yang efisien secara teknis untuk menghasilkan output Y 0 = 1. Titik P dan Q menggambarkan dua kondisi suatu perusahaan dalam berproduksi menggunakan kombinasi input dengan proporsi input x 1 /y dan x 2 /y yang sama. Keduanya berada pada garis yang sama dari titik O untuk memproduksi satu unit Y 0. Titik P berada di atas kurva isoquant, sedangkan titik Q menunjukkan perusahaan beroperasi pada kondisi secara teknis efisien (karena beroperasi pada kurva isoquant frontier). Titik Q mengimplikasikan bahwa perusahaan memproduksi sejumlah output yang sama dengan perusahaan di titik P, tetapi dengan jumlah input yang lebih sedikit. Jadi, rasio OP/OQ menunjukkan efisiensi teknis (TE) perusahaan P, yang menunjukkan proporsi dimana kombinasi input pada P dapat diturunkan, rasio input per output (x 1 /y : x 2 /y) konstan, sedangkan output tetap. x 2 /y S P A Q R Q S A O x 1 /y Sumber: Farrell (1957) Gambar 2. Ukuran Efisiensi

36 18 Jika harga input tersedia, efisiensi alokatif (AE) dapat ditentukan. Garis isocost (AA ) digambarkan menyinggung isquant SS di titik Q dan memotong garis OP di titik R. Titik R menunjukkan rasio input-output optimal yang meminimumkan biaya produksi pada tingkat output tertentu karena slope isquant sama dengan slope garis isocost. Titik Q secara teknis efisien tetapi secara alokatif inefisien karena perusahaan di titik Q berproduksi pada tingkat biaya yang lebih tinggi dari pada di titik Q. Jarak OR-OQ menunjukkan penurunan biaya produksi jika produksi terjadi di titik Q (secara alokatif dan teknis efsien), sehingga efisiensi alokatif (AE) untuk perusahaan yang beroperasi di titik P adalah rasio OR/OQ. Oleh Farrell (1957), efisiensi alokatif ini juga disebut sebagai efisiensi harga (price efficiency). Menurut Kumbakhar dan Lovell (2000), produsen dikatakan efisien secara teknis jika dan hanya jika tidak mungkin lagi memproduksi lebih banyak output dari yang telah ada tanpa mengurangi sejumlah output lainnya atau dengan menambah sejumlah input tertentu. Menurut Bakhshoodeh dan Thomson (2001), petani yang efisien secara teknis adalah petani yang menggunakan lebih sedikit input dari petani lainnya untuk memproduksi sejumlah ouput pada tingkat tertentu atau petani yang dapat menghasilkan output yang lebih besar dari petani lainnya dengan menggunakan sejumlah input tertentu. Berdasarkan definisi di atas, efisiensi teknis dapat diukur dengan pendekatan dari sisi output dan sisi input. Pengukuran efisiensi teknis dari sisi output (indeks efisiensi Timmer) merupakan rasio dari output observasi terhadap output batas. Indeks efisiensi ini digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur efisiensi teknis di dalam analisis stochastic frontier. Pengukuran efisiensi teknis dari sisi input merupakan rasio dari input atau biaya batas (frontier) terhadap input atau biaya observasi. Bentuk umum dari ukuran efisiensi teknis yang

37 19 dicapai oleh observasi ke-i pada waktu ke-t didefinisikan sebagai berikut (Coelli, 1996): TE i E( Y U i, X i ) = = E[ exp( U i ) / ε i ]... (2.5) * E( Y U = 0, X ) i i dimana nilai TE i antara 0 dan 1 atau 0 < TE i < 1. Pada saat produsen telah menggunakan sumberdayanya pada tingkat produksi yang masih mungkin ditingkatkan, berarti efisiensi teknis tidak tercapai karena adanya faktor-faktor penghambat. Tetapi banyak faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya efisiensi teknis di dalam fungsi produksi. Penentuan sumber dari inefisiensi teknis ini tidak hanya memberikan informasi tentang sumber potensial dari inefisiensi, tetapi juga saran bagi kebijakan yang harus diterapkan atau dihilangkan untuk mencapai tingkat efisiensi total. Ada dua pendekatan alternatif untuk menguji sumber-sumber inefisiensi teknis (Daryanto, 2000). Pertama adalah prosedur dua tahap. Tahap pertama menyangkut pendugaan terhadap skor efisiensi (efek efisiensi) bagi individuindividu perusahaan, setelah melakukan pendugaan terhadap fungsi produksi batas. Tahap kedua menyangkut pendugaan terhadap regresi dimana skor efisiensi (inefisiensi dugaan) dinyatakan sebagai fungsi dari variabel sosial ekonomi yang diasumsikan mempengaruhi efek inefisiensi. Pendekatan kedua adalah prosedur satu tahap dimana efek inefisiensi di dalam stochastic frontier dimodelkan dalam bentuk variabel yang dianggap relevan dalam menjelaskan inefisiensi di dalam proses produksi. Ada beberapa efek model efisiensi teknis yang sering digunakan dalam penelitian empiris menggunakan analisis stochastic frontier. Coelli et al. (1998) membuat model efek inefisiensi teknis diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan variabel acak yang tidak negatif. Untuk usahatani ke-i

38 20 pada tahun ke-t, efek inefisiensi teknis u it diperoleh dengan pemotongan terhadap distribusi N(μ it,σ ), dengan rumus: μ it = δ 0 + Z it δ + w it... (2.6) dimana Z it adalah variabel penjelas yang merupakan vektor dengan ukuran (1xM) yang nilainya konstan, δ adalah parameter skalar yang dicari nilainya dengan ukuran (Mx1) dan w it adalah variabel acak. Dengan mengasumsikan bahwa sebuah usahatani dalam mencapai keuntungannya harus mengalokasikan biaya secara minimum dari input yang ada, atau berarti sebuah usahatani berhasil mencapai efisiensi alokatif. Dengan demikian, akhirnya akan diperoleh fungsi biaya frontier dual yang bentuk persamaannya sebagai berikut: dimana: C = C(y i,p i,β i ) + u i... (2.7) C = biaya produksi y i = jumlah output p i = harga input β i = koefisien parameter u i = error term (efek inefisiensi biaya) Efisiensi ekonomi (economic efficiency) didefiisikan sebagai rasio total biaya produksi minimum yang diobservasi (C*) dengan total biaya produksi aktual (C) (Jondrow et al. (1982) dalam Ogundari dan Ojo (2006)). C * E( Ci ui = 0, Yi, Pi ) EE = = = E[ exp.( U i / ε ]... (2.8) C E( C u, Y, P ) dimana EE bernilai 0 < EE < 1. i i i i Efisensi ekonomis ini merupakan gabungan dari efisiensi teknis dan alokatif. Pengukuran efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis dengan menggunakan kedua pendekatan tersebut secara terintegrasi, membutuhkan sebuah fungsi

39 21 produksi yang bersifat homogen. Fungsi produksi yang memenuhi kriteria homogenitas adalah fungsi produksi Cobb-Douglas Teori Daya Saing Daya saing menggambarkan kemampuan produsen untuk memproduksi suatu komoditas dengan mutu yang baik dan biaya produksi yang serendahrendahnya. Sehingga pada tingkat harga yang terjadi di pasar, petani dapat memperoleh keuntungan dan dapat mempertahankan kelanjutan produksinya. Daya saing suatu komoditas akan tercermin pada harga jual yang murah di pasar dan mutu yang tinggi. Untuk analisis daya saing suatu komoditas biasanya ditinjau dari sisi penawaran karena struktur biaya produksi merupakan komponen utama yang akan menentukan harga jual komoditas tersebut (Salvatore, 1997). Daya saing suatu komoditas sering diukur dengan menggunakan pendekatan keunggulan komparatif dan kompetitif. Keunggulan komparatif merupakan suatu konsep yang dikembangkan oleh David Ricardo untuk menjelaskan efisiensi alokasi sumberdaya yang terbuka (Krugman dan Obstfeld (2000) dalam Kariyasa (2003)). Menurut Asian Development Bank (1992) keunggulan komparatif adalah kemampuan suatu wilayah atau negara dalam memproduksi satu unit dari beberapa komoditas dengan biaya yang relatif lebih rendah dari biaya imbangan sosialnya dari alternatif lainnya. Keunggulan komparatif merupakan suatu konsep yang diterapkan suatu negara untuk membandingkan beragam aktivitas produksi dan perdagangan di dalam negeri terhadap perdagangan dunia. Dari definisi tersebut, terlihat bahwa biaya produksi dinyatakan dalam nilai sosial dan harga komoditas diukur pada tingkat harga di pelabuhan yang berarti juga berupa harga bayangan.

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING USAHATANI JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN. Oleh: AHMAD YOUSUF KURNIAWAN

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING USAHATANI JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN. Oleh: AHMAD YOUSUF KURNIAWAN ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING USAHATANI JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN Oleh: AHMAD YOUSUF KURNIAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRACT

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN 1)

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN 1) ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN 1) (Analysis of Economic Efficiency and Competitiveness of Dryland Maize at Kabupaten Tanah

Lebih terperinci

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR Oleh: MARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 35 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep dan Pengukuran Efisiensi Asumsi dasar dari efisiensi adalah untuk mencapai keuntungan maksimum dengan input tertentu. Perolehan keuntungan maksimum berkaitan erat

Lebih terperinci

ECONOMIC EFFICIENCY ANALYSIS OF DRYLAND MAIZE FARMING IN TANAH LAUT REGENCY, SOUTH KALIMANTAN (STOCHASTIC FRONTIER PRODUCTION FUNCTION APPROACH)

ECONOMIC EFFICIENCY ANALYSIS OF DRYLAND MAIZE FARMING IN TANAH LAUT REGENCY, SOUTH KALIMANTAN (STOCHASTIC FRONTIER PRODUCTION FUNCTION APPROACH) ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN (PENDEKATAN FUNGSI PRODUKSI STOCHASTIC FRONTIER) ECONOMIC EFFICIENCY ANALYSIS OF DRYLAND MAIZE FARMING

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.. Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Asembagus dan Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Pemilihan kecamatan dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR Oleh: MARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup teori produksi, konsep efisiensi,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan. Pemilihan PT Saung Mirwan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Komoditas pertanian erat kaitannya dengan tingkat produktivitas dan efisiensi yang rendah. Kedua ukuran tersebut dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING Oleh: BEDY SUDJARMOKO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK BEDY SUDJARMOKO. Analisis Efisiensi

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS FAKTOR PRODUKSI PADI (Oryza sativa) ORGANIK DI DESA SUMBER PASIR, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN MALANG

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS FAKTOR PRODUKSI PADI (Oryza sativa) ORGANIK DI DESA SUMBER PASIR, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN MALANG AGRISE Volume XII No. 3 Bulan Agustus 2012 ISSN: 1412-1425 ANALISIS EFISIENSI TEKNIS FAKTOR PRODUKSI PADI (Oryza sativa) ORGANIK DI DESA SUMBER PASIR, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN MALANG (ANALYSIS OF TECHNICAL

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Bawang Merah Bawang merah termasuk salah satu di antara tiga anggota Allium yang paling populer dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi di samping

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani telah banyak diuraikan oleh beberapa pakar. Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat

Lebih terperinci

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG 7.1. Profitabilitas Privat dan Sosial Analisis finansial dan ekonomi usahatani jagung memberikan gambaran umum dan sederhana mengenai tingkat kelayakan usahatani

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian PENDAHULUAN POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN Dr. Adang Agustian 1) Salah satu peran strategis sektor pertanian dalam perekonomian nasional

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2 KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT Yusuf 1 dan Rachmat Hendayana 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi

Lebih terperinci

PERDESAAN (PUAP) PADA USAHATANI PADI SAWAH DI KOTA LHOKSEUMAWE

PERDESAAN (PUAP) PADA USAHATANI PADI SAWAH DI KOTA LHOKSEUMAWE ISSN 2302-0172 10 Pages pp. 71-80 PERDESAAN (PUAP) PADA USAHATANI PADI SAWAH DI KOTA LHOKSEUMAWE Andria Afrida 1, Said Muhammad 2, Sofyan Syahnur 3 1) Mahasiwa Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universyitas

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Sukasari Kaler yang berada di wilayah Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani merupakan salah satu ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PTT DAN NON PTT JAGUNG DI KABUPATEN LOMBOK BARAT

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PTT DAN NON PTT JAGUNG DI KABUPATEN LOMBOK BARAT 136 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PTT DAN NON PTT JAGUNG DI KABUPATEN LOMBOK BARAT Oleh: Hernawati Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNW Mataram ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA

LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA Oleh: A. Husni Malian Erna Maria Lokollo Mewa Ariani Kurnia Suci Indraningsih Andi Askin Amar K. Zakaria Juni Hestina PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Ahmad Yousuf Kurniawan

Ahmad Yousuf Kurniawan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis pada Usahatani Padi Lahan Pasang Surut di Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan Ahmad Yousuf Kurniawan Jurusan Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR Oleh: MARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINGKAT EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN DAIRI PROVINSI SUMATERA UTARA HELENTINA SITUMORANG

TINGKAT EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN DAIRI PROVINSI SUMATERA UTARA HELENTINA SITUMORANG TINGKAT EFISIENSI EKONOMI DAN DAYA SAING USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN DAIRI PROVINSI SUMATERA UTARA HELENTINA SITUMORANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menggambarkan jumlah output maksimum

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menggambarkan jumlah output maksimum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menggambarkan jumlah output maksimum yang dapat dicapai dengan sekelompok input tertentu dan teknologi yang dianggap tetap.

Lebih terperinci

PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1. Oleh : AHMAD ZAINUDDIN

PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1. Oleh : AHMAD ZAINUDDIN PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1 Oleh : AHMAD ZAINUDDIN DAFTAR ISI 2 APA ITU FRONTIER DAN DEA? KONSEP EFISIENSI KONSEP PENGUKURAN EFISIENSI PENDEKATAN PENGUKURAN EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR YANG

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar Ubi jalar telah banyak diteliti dari berbagai bidang disiplin ilmu, akan tetapi penelitian mengenai efisiensi teknis usahatani belum pernah dilakukan.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian analisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani caisim ini dilakukan di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1 Analisis Produksi Stochastic Frontier 7.1.1 Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

KETERKAITAN WILAYAH DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN WILAYAH DI INDONESIA. Oleh: VERALIANTA BR SEBAYANG

KETERKAITAN WILAYAH DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN WILAYAH DI INDONESIA. Oleh: VERALIANTA BR SEBAYANG KETERKAITAN WILAYAH DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN WILAYAH DI INDONESIA Oleh: VERALIANTA BR SEBAYANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Efisiensi. Dalam memproduksi beras petani memerlukan faktor produksi, faktor

II.TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Efisiensi. Dalam memproduksi beras petani memerlukan faktor produksi, faktor 8 II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Efisiensi Dalam memproduksi beras petani memerlukan faktor produksi, faktor produksi sering dikenal dengan input. Proses produksi merupakan proses perubahan input

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kapas merupakan salah satu bahan baku industri yang memegang peranan penting dalam perekonomian nasional karena kapas merupakan komoditas utama penghasil serat alam untuk

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani paprika hidroponik di lokasi penelitian adalah model fungsi Cobb-Douglas dengan pendekatan Stochastic Production

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori produksi Menurut Pindyck and Rubinfeld (1999), produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam kaitannya dengan pertanian,

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.a. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata/signifikan terhadap produksi usahatani jagung

Lebih terperinci

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 8.1. Analisis Produksi Stochastic Frontier Usahatani Kedelai Edamame Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis fungsi produksi Cobb-Douglas

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU Gibson F. Ginting, Hiras M.L. Tobing dan Thomson Sebayang 085372067505, franseda19@rocketmail.com Abstrak Tujuan dari penelitian ini

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian Februari 2011 ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN 8.1. Pengaruh Perubahan Harga Output dan Harga Input terhadap Penawaran Output dan Permintaan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Bagian ini berisi mengenai konsep usahatani, teori produksi, konsep analisis efisiensi teknis, fungsi produksi frontier, faktor-faktor penentu

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH Oleh : EKO HENDRAWANTO A14105535 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN EKO

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa: 1. Penawaran output jagung baik di Jawa Timur maupun di Jawa Barat bersifat elastis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... ii iii iv v vii

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI PADI DI INDONESIA SKRIPSI. Oleh Fitria Ika Puspita Sari NIM

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI PADI DI INDONESIA SKRIPSI. Oleh Fitria Ika Puspita Sari NIM ANALISIS FUNGSI PRODUKSI PADI DI INDONESIA SKRIPSI Oleh Fitria Ika Puspita Sari NIM. 051510201086 JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2010 ANALISIS FUNGSI PRODUKSI PADI

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAGUNG DAN PADI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROPINSI SULAWESI UTARA ZULKIFLI MANTAU

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAGUNG DAN PADI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROPINSI SULAWESI UTARA ZULKIFLI MANTAU ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAGUNG DAN PADI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROPINSI SULAWESI UTARA ZULKIFLI MANTAU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH LAPORAN AKHIR KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH Oleh : Bambang Irawan Herman Supriadi Bambang Winarso Iwan Setiajie Anugrah Ahmad Makky Ar-Rozi Nono Sutrisno PUSAT SOSIAL

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PRODUKSI USAHATANI CABAI (Kasus Kelurahan Tiga Runggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun)

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PRODUKSI USAHATANI CABAI (Kasus Kelurahan Tiga Runggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun) ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PRODUKSI USAHATANI CABAI (Kasus Kelurahan Tiga Runggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun) Monika M.S.Hutagalung 1), Luhut Sihombing 2) dan Thomson Sebayang 3) 1) Alumni Fakultas

Lebih terperinci

ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG

ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG Desy Cahyaning Utami* *Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: d2.decy@gmail.com ABSTRAK Komoditas jagung (Zea mays)

Lebih terperinci

Efisiensi Teknis Usahatani Kopi Arabika di Kabupaten Enrekang. The Technical Efficiency of Arabica Coffee Farming in the District Enrekang

Efisiensi Teknis Usahatani Kopi Arabika di Kabupaten Enrekang. The Technical Efficiency of Arabica Coffee Farming in the District Enrekang Ilmu Pertanian Vol. 18 No.2, 2015 : 92-97 Efisiensi Teknis Usahatani Kopi Arabika di Kabupaten Enrekang The Technical Efficiency of Arabica Coffee Farming in the District Enrekang Syahruni Thamrin 1, Slamet

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENYULINGAN MINYAK CENGKEH DI PROVINSI MALUKU. Oleh: RAJA MILYANIZA SARI

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENYULINGAN MINYAK CENGKEH DI PROVINSI MALUKU. Oleh: RAJA MILYANIZA SARI PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENYULINGAN MINYAK CENGKEH DI PROVINSI MALUKU Oleh: RAJA MILYANIZA SARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 29 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Produksi Kegiatan produksi dalam kegiatan ekonomi tidak lepas dalam peranan factor-faktor dalam perekonomian dengan factor-faktor produksi.produksi menerangkan hubungan

Lebih terperinci

ESTIMASI EFISIENSI TEKNIS DAN EKONOMIS USAHATANI GANYONG (Studi Kasus di Desa Sindanglaya Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis)

ESTIMASI EFISIENSI TEKNIS DAN EKONOMIS USAHATANI GANYONG (Studi Kasus di Desa Sindanglaya Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis) ESTIMASI EFISIENSI TEKNIS DAN EKONOMIS USAHATANI GANYONG (Studi Kasus di Desa Sindanglaya Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis) ESTIMATION OF ECONOMIC AND TECHNICAL EFFICIENCY OF GANYONG FARMING (Case Study

Lebih terperinci

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI SAWI (Brassica juncea L) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI SAWI (Brassica juncea L) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU 1 ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI SAWI (Brassica juncea L) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU Moh. Ramly (1) ; Mohammad Shoimus Sholeh (2) Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Islam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Menurut Schroeder (1999), Pappas (1995), Joesran dan Fathorrozi (2003) dan Putong (2002) dalam Herawati (2008) produksi adalah

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Zubachtirodin, M.S. Pabbage, dan Subandi Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Jagung mempunyai peran strategis perekonomian nasional, mengingat

Lebih terperinci

P r o s i d i n g 123

P r o s i d i n g 123 P r o s i d i n g 123 PENDEKATAN STOCHASTIC FRONTIER ANALYSIS (SFA) DAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (): SEBUAH KOMPARASI METODE PENGUKURAN EFISIENSI Rosihan Asmara (1), Nuhfil Hanani (2) (1) (2) Program

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BIAYA DAN KEUNTUNGAN PADA USAHATANI JAGUNG (Zea mays) DI DESA KRAMAT, KECAMATAN BANGKALAN, KABUPATEN BANGKALAN, MADURA

ANALISIS EFISIENSI BIAYA DAN KEUNTUNGAN PADA USAHATANI JAGUNG (Zea mays) DI DESA KRAMAT, KECAMATAN BANGKALAN, KABUPATEN BANGKALAN, MADURA AGRISE Volume XII No. 3 Bulan Agustus ISSN: 4-45 ANALISIS EFISIENSI BIAYA DAN KEUNTUNGAN PADA USAHATANI JAGUNG (Zea mays) DI DESA KRAMAT, KECAMATAN BANGKALAN, KABUPATEN BANGKALAN, MADURA (ANALYSIS OF COST

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.

Lebih terperinci

Siviardus Marjaya Program Studi Manajemen Agribisnis Politeknik Pertanian Negeri Kupang Jl. Adisucipto Penfui Kupang, P.O. Box 1152, Kupang 85011

Siviardus Marjaya Program Studi Manajemen Agribisnis Politeknik Pertanian Negeri Kupang Jl. Adisucipto Penfui Kupang, P.O. Box 1152, Kupang 85011 Ilmu Pertanian Vol. 18 No.3, 2015 : 164-174 Analisis Efisiensi dan Daya Saing Komoditas pada Sistem Usahatani Integrasi Jagung-Sapi di Kabupaten Kupang Analysisof Efficiency and Competitiveness Commodities

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin 22 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Analisis Dewasa ini pengembangan sektor pertanian menghadapi tantangan dan tekanan yang semakin berat disebabkan adanya perubahan lingkungan strategis

Lebih terperinci

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA Penelitian ini membagi responden berdasarkan jenis lahan, yaitu lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta keikutsertaan petani dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang efisiensi dan pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi sehingga akan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut diambil dari beberapa instansi negara yakni Departemen Keuangan, Badan Kepegawaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah

I. PENDAHULUAN. pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai kurun waktu 1976 Indonesia masih termasuk salah satu negara pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah kurun waktu tersebut,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Daya Saing Analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta kemampuan komoditi susu sapi lokal dalam

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 32 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Menurut Beattie dan Taylor (1985) produksi adalah proses mengkombinasikan dan mengkoordinasikan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA Rudi Hartono Purba, HM Mozart B Darus dan Tavi Supriana Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jl. Prof.

Lebih terperinci

ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN

ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ii ABSTRACT MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN. Analysis of Northern

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT 83 VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT 8.1. Struktur Biaya, Penerimaan Privat dan Penerimaan Sosial Tingkat efesiensi dan kemampuan daya saing rumput laut di

Lebih terperinci

Analisis Produksi Usahatani Tomat di Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Analisis Produksi Usahatani Tomat di Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan Analisis Produksi Usahatani Tomat di Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan Desy Issana Sari 1, Yudi Ferrianta 2, dan Rifiana 2 1 Alumni Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci