III KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Usahatani Usahatani merupakan salah satu ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Suatu usahatani dikatakan efektif jika petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki secara baik, sedangkan dikatakan efisien jika pemanfaatan sumberdaya dapat menghasilkan keluaran yang melebihi masukan (Soekartawi 2006). Soekartawi (2006) juga menyatakan bahwa usahatani berdasarkan skala usahanya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu usahatani skala besar dan usahatani skala kecil. Usahatani pada skala luas atau besar umumnya memiliki modal besar, teknologi tinggi, manajemen modern, dan bersifat komersial, sedangkan usahatani kecil umumnya bermodal kecil, teknologi tradisional dan bersifat subsisten atau hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Rivai (1980) diacu dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Pengertian organisasi disini adalah usahatani sebagai suatu organisasi harus dapat diorganisir, ada yang memimpin dan ada yang dipimpin. Pihak yang mengorganisir usahatani adalah petani yang dibantu oleh keluarganya, sedangkan yang diorganisir adalah faktor-faktor produksi yang dikuasai. Hernanto (1996) menyatakan bahwa keberhasilan usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor-faktor pada usahatani itu sendiri (internal) dan faktor-faktor di luar usahatani (eksternal). Adapun faktor internal antara lain petani-petani pengelola, tanah usahatani, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, jumlah keluarga, dan kemampuan petani dalam mengaplikasikan penerimaan keluarga. Sementara itu faktor eksternal terdiri dari sarana transportasi dan komunikasi, aspek-aspek pemasaran hasil dan bahan usahatani, fasilitas kredit, dan adanya penyuluhan bagi petani. Soekartawi (1994) menyatakan empat unsur pokok atau faktor-faktor produksi dalam usahatani : 17

2 1. Lahan Lahan usahatani sering diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan untuk kegiatan usahatani. Lahan ini dapat berupa tanah pekarangan, tegalan, sawah dan sebagainya. Lahan berdasarkan statusnya dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu lahan milik, lahan sewa, dan lahan sakap. 2. Tenaga Kerja Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam faktor produksi tenaga kerja adalah ketersediaan tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, tenaga kerja musiman dan upah tenaga kerja. 3. Modal Modal dalam kegiatan produksi pertanian dibedakan menjadi dua macam yaitu modal tetap dan modal tidak tetap atau variabel. Modal tetap didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi. Modal ini terdiri dari tanah bangunan, mesin dan sebagainya. Sementara itu modal tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali proses produksi. Misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk pembelian benih, pupuk, obat-obatan dan lain-lain. 4. Pengelolaan atau Manajemen Manajemen dapat diartikan sebagai seni dalam merencanakan, mengorganisasi dan melaksanakan serta mengevaluasi suatu produksi. Manajemen berhubungan erat dengan dengan bagaimana mengelola orangorang dalam tingkatan proses produksi Konsep Pendapatan Usahatani Salah satu kajian yang dipelajari dalam ilmu usahatani adalah mengenai pendapatan usahatani. Setiap orang yang melakukan kegiatan usahatani memiliki tujuan untuk memperoleh pendapatan ataupun penghasilan. Soekartawi (1995) menyatakan bahwa Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan 18

3 dan semua biaya atau pengeluaran. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Hernanto (1989) menjelaskan bahwa penerimaan usahatani adalah penerimaan dari semua sumber usahatani meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan nilai penggunaan rumah dan yang dikonsumsi. Biaya atau pengeluaran usahatani adalah biaya yang digunakan untuk melakukan kegiatan usahatani. Biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani yang jumlahnya relatif tetap tidak bergantung kepada besar kecilnya produksi. Contoh biaya tetap adalah biaya pajak. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang nilainya bergantung pada nilai produksi yang diperoleh. Contoh biaya variabel adalah baiaya untuk tenaga kerja (Soekartawi 1995). Selain pengklasifikasian di atas biaya atau pengeluaran usahatani dapat digolongkan berdasarkan biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara langsung oleh petani dalam bentuk penggunaan uang untuk membeli sesuatu yang dibutuhkan untuk kegiatan usahatani. Sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang muncul dari kegiatan usahatani, namun tidak dilakukan pembayaran secara langsung seperti biaya penyusutan, tenaga kerja keluarga, biaya lahan dan lain-lain (Hernanto 1996). Hernanto (1989) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani meliputi luas usahatani, tingkat produksi, pilihan dan kombinasi cabang usahatani, intensitas pengusahaan pertanaman, dan efisiensi tenaga kerja. Luas usahatani yang diukur adalah berdasarkan areal tanaman, luas pertanaman, dan luas per tanaman rata-rata. Sedangkan untuk tingkat produksi yang menjadi patokan pengukuran adalah produktivitas per hektar dan indeks per tanaman. Sementara itu untuk intensitas pengusahaan pertanaman dapat dilihat dengan jumlah tenaga kerja serta modal yang dipergunakan. Kegiatan usahatani suatu komoditi dapat dilihat kelayakan usahanya melalui rasio penerimaan atas biaya. Rasio penerimaan atas biaya adalah perbandingan antara penerimaan dengan total biaya per usahatani (Suratiyah, 19

4 2006). Rasio penerimaan atas biaya juga menunjukan berapa besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi usahatani. Rasio penerimaan atas biaya dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usahatani, artinya dari nilai rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui apakah suatu kegiatan usahatani tersebut menguntungkan ataupun merugikan Konsep Fungsi Produksi Produksi merupakan serangkaian kegiatan menghasilkan barang dan jasa dengan memanfaatkan masukan yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan. Kegiatan produksi berkaitan erat dengan adanya masukan dan output. Masukan dalam usahatani dapat berupa tanah, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim, dan lainlain yang mempengaruhi nilai produksi yang akan didapat. Hubungan kuantitatif antara masukan dan keluaran disebut sebagai fungsi produksi, sedangkan analisis dan pendugaan hubungan antara masukan dan keluaran disebut analisis fungsi produksi (Soekartawi 1986). Menurut Hernanto (1989) fungsi produksi membahas mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi kegiatan produksi. Pengertian lain mengenai fungsi produksi adalah fungsi yang menunjukkan berapa keluaran yang dapat diperoleh dengan menggunakan sejumlah variabel masukan yang berbeda. Melalui fungsi produksi dapat terlihat secara nyata bentuk hubungan perbedaan jumlah dari faktor-faktor produksi yang digunakan untuk kegiatan produksi. Selain itu fungsi produksi sekaligus menunjukkan produktivitas dari produk yang dihasilkan. Berdasarkan hal tersebut maka produktivitas merupakan fungsi produksi dengan yang membandingkan jumlah keluaran (output) per satuan masukan (input) dalam hal ini adalah membandingkan nilai output dengan luasan lahan. Soekartawi (1994) menyatakan bahwa berbagai fungsi produksi telah dikenal dan dipergunakan oleh berbagai peneliti, tetapi yang umum dan sering digunakan adalah fungsi produksi linear, kuadratik, dan eksponensial. Cara penyajian fungsi produksi biasanya menggunakan notasi-notasi huruf. Misalnya saja Y adalah notasi dari produksi dan X i merupakan notasi dari masukan i, maka besar kecilnya nilai Y bergantung dari besar kecilnya nilai X 1,X 2,X 3,...X m yang dipergunakan. Variabel masukan X i dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, 20

5 yaitu variabel yang dapat dikuasai dan variabel yang tidak dapat dikuasai oleh petani. Variabel yang dapat dikuasai oleh petani seperti luas lahan, jumlah pupuk, tenaga kerja, dan lain-lain. Sedangkan variabel yang tidak dapat dikuasai oleh petani seperti kondisi iklim (Soekartawi 1986). Hubungan X dan Y secara aljabar dapat ditulis sebagai berikut : Y = f (X 1, X 2, X 3, X m ) Dimana : Y = produksi/output X 1, X 2, X 3,..X m = input variabel Menurut Coelli et al. (1998) dari fungsi produksi dapat terlihat hubungan antara total product (TP), average product (AP), dan marginal product (MP). Produk rata-rata menggambarkan jumlah output yang dihasilkan dibagi dengan jumlah input yang dipergunakan. Berikut adalah rumus dari perhitungan average product : Dimana : AP i Y X i AP i = Y/X i = Produk rata-rata dari input i = output = input yang digunakan Marginal product (MP) dari suatu input dapat digambarkan dengan jumlah tambahan output yang dihasilkan dari setiap penambahan unit input yang digunakan. Rumus marginal product (MP) dapat dituliskan sebagai berikut: MP i = dy/dx i Dimana : MP i dy dx i = Produk marjinal dari input i = perubahan output = perubahan input 21

6 Menurut Doll dan Orazem (1984) fungsi produksi klasik dapat dibagi ke dalam tiga bagian atau daerah, dimana setiap daerahnya akan menggambarkan tingkat efisiensi dalam penggunaan sumberdaya. Pada Gambar 1 daerah-daerah tersebut ditunjukkan oleh daerah I, daerah II, dan daerah III. Daerah I terjadi ketika kurva MP lebih besar daripada kurva AP. Daerah I terletak di antara titik 0 dan titik X 2. Daerah ini memiliki nilai elastisitas lebih dari satu, artinya bahwa setiap penambahan faktor produksi sebesar satu satuan, maka akan menyebabkan pertambahan produksi yang lebih besar dari satu satuan. Daerah ini menggambarkan kondisi keuntungan maksimum belum tercapai, karena produksi masih dapat ditingkatkan lagi dengan cara mengunakan faktor produksi yang lebih banyak. Daerah I disebut juga daerah irasional atau inefisien. Daerah II terletak antara titik titik X 2 dan titik X 3 dengan nilai elastisitas produksi yang berkisar antara nol dan satu (0 < ε < 1). Daerah ini menunjukan bahwa setiap penambahan input sebesar satu satuan akan meningkatkan produksi paling besar satu satuan dan paling kecil nol satuan. Daerah II dicirikan dengan penambahan hasil produksi yang semakin menurun (diminishing of return). Penggunaan input pada tingkat tertentu di daerah ini akan memberikan keuntungan maksimum. Hal ini menunjukan penggunaan faktor-faktor produksi telah optimal sehingga daerah ini disebut daerah rasional atau efisien. Daerah III merupakan daerah yang dengan nilai elastisitas lebih kecil dari nol (ε < 0). Yaitu terjadi ketika kurva MP bernilai negatif yang berarti bahwa setiap penambahan satu satuan input akan menyebabkan penurunan produksi, sehingga jika pelaku usaha melakukan penambahan input pada daerah ini tentunya akan mengalami kerugian. Penggunaan faktor produksi di daerah ini sudah tidak efisien sehingga disebut daerah irrasional. Berikut adalah Gambar 1 yang menggambarkan kurva fungsi produksi. 22

7 output TP output input I II III 0 Gambar 1. X1 X2 Kurva Fungsi Produksi Sumber : Beattie dan Taylor (1985) X3 MP input AP Konsep Fungsi Produksi Stochastic Frontier Fungsi produksi stochastic frontier adalah fungsi produksi yang dipakai untuk mengukur bagaimana fungsi produksi sebenarnya terhadap posisi batasnya (Soekartawi 1994). Secara matematis fungsi produksi stochastic frontier dapat ditulis sebagai berikut : Y = f(x) exp (v-u) Nilai v merupakan variabel acak yang harus menyebar mengikuti sebaran yang simetrik, sehingga dapat menangkap kesalahan dan variabel lain yang ikut mempengaruhi nilai X dan Y, sedangkan nilai exp (u) menunjukkan nilai inefisien teknis. Fungsi produksi stochastic frontier secara independent dirintis oleh Aigner, Lovell dan Shcmidt (1977), dan Meeusen dan van den Broeck (1977). 23

8 Fungsi produksi ini menambahkan error acak (v i ) dan non negatif variabel acak (u i ) untuk diperhitungkan. Dimana : y i x i β v i u i ln( Y ) i X i v i u i i=1,2...,n, = produksi yang dihasilkan petani pada waktu ke-t = vektor masukan yang digunakan petani pada waktu ke-t = vektor parameter yang akan diestimasi = variabel acak yang berkaitan dengan faktor eksternal (iklim, hama) sebarannya simetris dan menyebar normal (vi ~ N (0, ζ 2 v )) = variabel acak non negatif yang diasumsikan mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis dan berkaitan dengan faktor internal dengan sebaran bersifat setengah normal (ui ~ N (0, ζ 2 v ) ) Variabel acak v i, dihitung untuk mengukur error dan faktor acak lain seperti efek cuaca, kesalahan, keberuntungan, dan lain-lain di dalam nilai variabel output yang secara bersamaan dengan efek kombinasi dari variabel input yang tidak terdefinisi dalam suatu fungsi produksi. Aigner, Lovell dan Shcmidt (1977), diacu dalam Coelli et al. (1998) v i s merupakan variabel normal acak yang terdistribusi secara bebas dan identik (independent and identically distributed, i.i.d) dengan rataan nol dan ragamnya konstan, ζ 2 v, variabel bebas, u i s, diasumsikan sebagai i.i.d eksponensial atau variabel acak setengah normal. Model yang dinyatakan dalam persamaan di atas disebut sebagai fungsi produksi stochastic frontier, karena nilai output dibatasi oleh variabel acak (stochastic) yaitu exp (x i β + v i ). Error acak bisa bernilai positif atau negatif dan begitu juga output stochastic frontier bervariasi sekitar bagian tertentu dari model frontier, exp (x i β). Keunggulan dasar dari model stochastic frontier adalah menggambarkan dua dimensi seperti yang tergambar pada Gambar 6. Bagian input diwakili oleh sumbu axis horisontal (X) dan bagian output diwakili oleh sumbu axis vertical (Y). Komponen deterministik dari model frontier, Y = exp (xiβ), digambarkan dengan asumsi bahwa berlaku hukum diminishing return to scale. Gambar 2 menggambarkan terdapat dua petani yaitu petani i dan petani j. Petani i menggunakan input sebesar x i untuk menghasilkan output y i. Pertemuan antara 24

9 input dan output diberi tanda x di atas nilai X i. Nilai output stochastic frontier y i *=exp(x i β+v i ) ditandai dengan tanda x yang dilingkari, dimana nilai tersebut di atas fungsi produksi yang disebabkan error acak yang bernilai positif. Hal ini dapat terjadi karena aktifitas produksi petani i dipengaruhi oleh kondisi yang menguntungkan dimana variabel v i bernilai positif. Begitupun dengan petani j, input yang dipergunakan adalah x j untuk menghasilkan output y j. Fungsi dari output frontier petani j adalah y j *= exp (x j β+v j ) yang terletak di bawah fungsi produksi dikarenakan aktifitas produksi petani j dipengaruhi oleh kondisi yang tidak menguntungkan dimana v j bernilai negatif. Bagaimanapun deterministik dari model stochastic frontier terlihat diantara ouput stochastic frontier. Output yang diamati dapat menjadi lebih besar dari bagian deterministik dari frontier apabila error acak yang sesuai lebih besar dari efek inefisiensinya (misalnya y i > exp (x j β) jika v j > u j ) (Coelli et al. 1998). Gambar di bawah ini adalah gambar yang menunjukkan fungsi produksi stochastic frontier. Frontier output (y i *), exp (x i β + v i), jika v i > 0 y Fungsi produksi Y=exp(xβ) X X y j y i X X Frontier output (y j *), exp (x j β + v j), jika v j < 0 x i x j x Gambar 2. Fungsi Produksi Stochastic Frontier Sumber : Coelli, Rao, Battase (1998) 25

10 Konsep Efisiensi dan Inefisiensi Menurut Soekartawi (1994) efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil yang sebesarbesarnya. Secara umum efisiensi dibagi menjadi tiga yaitu efisiensi teknis, efisiensi harga atau alokatif dan efisiensi ekonomi. Menurut Farrell (1957) dalam (Coelli et al. 1998) efisiensi teknis adalah suatu cerminan kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh hasil yang maksimal dari sumberdaya yang ada. Sementara efisiensi alokatif adalah cerminan kemampuan suatu perusahaan dalam menggunakan input dengan proporsi yang optimal dengan harga yang berlaku, sedangkan efisiensi ekonomi merupakan gabungan antara efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. efisiensi ekonomis tercapai pada saat penggunaan faktor produksi sudah dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Efisiensi dapat dilihat melalui dua pendekatan yaitu pendekatan dengan berorientasi input dan pendekatan dengan orientasi output. Pendekatan dari sisi input membutuhkan ketersediaan harga input dan kurva isoquant yang menunjukan kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan output secara maksimal. Sementara itu pendekatan dari sisi output merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat sejauh mana jumlah output secara proporsional dapat ditingkatkan tanpa merubah jumlah input yang digunakan. Farrell (1957) dalam (Coelli et al. 1998) mengilustrasikan efisiensi dengan pemanfaatan dua input dalam menghasilkan suatu barang oleh suatu perusahaan. Input tersebut dilambangkan x 1 dan x 2, sedangkan output dilambangkan dengan y dengan asumsi constant returns to scale (lihat Gambar 3). 26

11 x 2 /y S P A Q R Q S 0 A x 1 /y Dimana: 0P = input Q = efisiensi teknis dan inefisiensi alokatif Q = efisiensi teknis dan efisiensi alokatif AA = kurva rasio harga input SS = isoquant fully efficient Gambar 3. Efisiensi Teknis dan Alokatif (orientasi input) Sumber : Coelli, Rao, dan Battese (1998) Gambar 3 menggambarkan tentang kombinasi kurva isoquant, harga input dan input. Titik-titik yang terdapat sepanjang kurva isoquant (SS ) menggambarkan kondisi dimana tercapainya kondisi efisiensi teknis. Jika suatu perusahaan memproduksi suatu barang dengan menyediakan input sebesar di titik P, maka akan terjadi inefisiensi teknis. Inefisiensi teknis digambarkan dengan jarak dari Q-P. Kondisi ini perusahaan sebaiknya melakukan pengurangan input, karena pengurangan input tidak akan berpengaruh terhadap output (output tidak akan berkurang). Secara matematis, pendekatan input rasio efisiensi teknis ditulis sebagai berikut : TE i = 0Q/0P Dimana : TE i = efisiensi teknis 0Q = jarak dari 0 ke Q 0P = jarak dari 0 ke P 27

12 Garis AA menggambarkan rasio harga input. Garis AA yang bersinggungan dengan kurva isoquant merupakan kondisi dimana efisiensi alokatif tercapai. Secara matematis, pendekatan input rasio efisiensi alokatif dapat ditulis sebagai berikut : AE i = 0R/0Q Jarak R-Q menunjukkan terjadinya pengurangan biaya produksi jika terjadi efisiensi alokatif. Sementara itu rasio efisiensi ekonomi dapat ditulis sebagai berikut: EE i = 0R/0P Penghitungan nilai inefisiensi menggunakan model yang dibuat oleh Coelli, Rao dan Battese (1998). Model efek inefisiensi teknis diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan variabel acak yang tidak negatif. Penentuan nilai parameter distribusi (μ) efek inefisiensi teknis digunakan rumus sebagai berikut : μ = δ 0 + Z it δ + w it dimana Z it adalah variabel penjelas yang merupakan vektor ukuran (1xM) yang nilai konstan, δ adalah parameter skalar yang dicari nilainya dengan ukuran (Mx1) dan w it adalah variabel acak Konsep Kemitraan Menurut Soekartawi (1994) suatu usahatani memerlukan empat unsur pokok yaitu lahan, tenaga kerja, modal, dan manajemen. Terkadang salah satu dari keempat unsur tersebut tidak dimiliki oleh petani, sehingga diperlukan adanya kerjasama dalam melakukan kegiatan usahatani. Kerjasama yang biasa terjalin dalam kegiatan usahatani adalah kerjasama kemitraan. Hafsah (2000) mengemukakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Kemitraan merupakan solusi untuk mengurangi masalah kesejahteraan yang tidak merata dalam lapisan masyarakat. Kemitraan bisa menjadi solusi, karena keberadaan maupun fungsi dan peranannya diperlukan untuk memberdayakan semua lapisan masyarakat. 28

13 Menurut Jiaravanon (2007) kemitraan atau contract farming adalah sistem produksi dan pemasaran dimana terjadi pembagian risiko produksi dan pemasaran diantara pelaku agribisnis dan petani kecil. Sistem ini sebagai suatu terobosan untuk mengurangi biaya transaksi yang tinggi. Adanya contract farming memungkinkan adanya dukungan yang lebih luas terhadap petani serta dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan minimnya informasi. Contract farming memberikan kepastian kepada petani bahwa produknya akan dibeli pada saat panen. Penerapan contract farming dapat meningkatkan posisi tawar petani di mata perusahaan. Sedangkan Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997, kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah dan atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Adapun tujuan kemitraan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 940 Tahun 1997 adalah untuk meningkatkan pendapatan, keseimbangan usaha, meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra yang mandiri. Sedangkan menurut Hafsah (2000) tujuan konkret yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan yaitu meningkatkan pendapatan usaha kecil, memberikan nilai tambah, meningkatkan pemerataan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. Pelaksanaan kegiatan kemitraan yang biasa terjalin terdiri atas beberapa pola. Hafsah (2000) mengemukakan bahwa pola-pola kemitraan yang telah banyak dilaksanakan terdiri dari lima pola yaitu : 1. Pola Inti Plasma Pola inti plasma merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra usaha sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra. Salah satu contoh pola kemitraan inti plasma adalah pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Pola ini mengatur dimana perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi, namun perusahaan inti tetap memproduksi kebutuhan perusahaan. 29

14 Sedangkan kelompok mitra usaha memiliki tugas memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang disepakati. Adapun keunggulan dari pola inti plasma antara lain : a. Memberikan manfaat timbal balik antara pengusaha besar atau menengah sebagai inti dengan usaha kecil sebagai plasma. b. Upaya pemberdayaan pengusaha kecil di bidang teknologi, modal, kelembagaan, dan lain-lain. c. Kemitraan inti plasma membuat usaha kecil yang dibimbing oleh usaha besar maupun menengah, mampu memenuhi skala ekonomi, sehingga dapat tercapai suatu efisiensi. d. Kemitraan inti plasma membuat pengusaha besar atau menengah mampu mengembangkan pasar dan juga komoditas. e. Keberhasilan kemitraan inti plasma dapat menjadi daya tarik bagi pengusaha besar atau menengah lainnya untuk menjadi investor baru yang dapat membangun kemitraan baru. f. Kemitraan inti plasma yang berkembang pesat dapat menumbuhkan pusatpusat ekonomi baru, sehingga dapat memberikan pemerataan pendapatan bagi masyarakat, sehingga dapat mencegah kesenjangan sosial. Kemitraan inti plasma tidak lepas dari adanya kelemahan, berikut adalah kelemahan dari pola kemitraan inti plasma : a. Petani belum memahami hak dan kewajibannya dengan baik. b. Perusahaan mitra sebagai inti belum sepenuhnya memberikan perhatian dalam memenuhi fungsi dan kewajiban seperti apa yang diharapkan. c. Belum adanya kontrak kemitraan yang benar-benar menjamin hak dan kewajiban dari komoditi yang dimitrakan (Hafsah 2000). 30

15 Plasma Plasma Perusahaan Plasma Plasma Gambar 4. Pola Kemitraan Inti Plasma Sumber : Sumardjo (2004) 2. Pola Subkontrak Pola subkontrak adalah pola hubungan kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan sebagai bagian dari komponen produksinya. Ciri khas dari bentuk kemitraan subkontrak adalah membuat kontrak bersama yang mencantumkan volume, harga dan waktu. Kemitraan pola subkontrak mempunyai keunggulan yaitu mampu mendorong terciptanya alih teknologi, modal, dan keterampilan serta menjamin pemasaran produk kelompok mitra usaha. Selain keunggulan, pola kemitraan subkontrak juga memiliki kelemahan. Kelemahan kemitraan subkontrak adalah kecenderungan mengisolasi produsen kecil pada suatu bentuk hubungan monopoli dan monopsoni, terjadinya penekanan terhadap harga masukan, sistem pembayaran yang sering terlambat, dan lain-lain (Hafsah 2000). 31

16 Kelompok Mitra Kelompok Mitra Pengusaha Mitra Kelompok Mitra Kelompok Mitra Gambar 5. Pola Kemitraan Subkontrak Sumber : Sumardjo (2004) 3. Pola Dagang Umum Pola dagang umum adalah pola hubungan kemitraan dimana mitra usaha yang memasarkan hasil yang diproduksi oleh perusahaan. Pola kemitraan ini membutuhkan struktur pendanaan yang kuat dari pihak yang bermitra, baik usaha besar maupun usaha kecil, karena pada dasarnya kemitraan ini adalah hubungan membeli dan menjual terhadap produk yang dimitrakan. Pola kemitraan dagang umum memiliki keunggulan yaitu adanya jaminan harga atas produk yang dihasilkan dan kualitas sesuai dengan yang telah disepakati. Selain keunggulan di sisi lain pola kemitraan dagang umum juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari pola ini adalah memerlukan permodalan yang kuat, pengusaha besar sering menentukan secara sepihak mengenai harga dan volume barang. Selain itu pembayarannya terkadang dalam bentuk konsinyasi atau pembayaran di akhir, sehingga terkadang merugikan usaha kecil, karena perputaran uang yang terhambat (Hafsah 2000). 32

17 Perusahaan Mitra Memasarkan Memasarkan Produk Kelompok Mitra Kelompok Mitra Konsumen / Industri Gambar 6. Pola kemitraan dagang umum Sumber : Sumardjo (2004) 4. Pola Keagenan Pola keagenan merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan dimana usaha kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh usaha menengah atau usaha besar sebagai mitranya. Kelebihan dari pola kemitraan ini adalah agen dapat menjadi ujung tombak pemasaran usaha besar dan menengah, dapat memberikan peluang kepada usaha kecil yang kesulitan modal, karena biasanya pola ini melakukan sistem pembayaran secara konsinyasi. Sedangkan kelemahan dari pola ini adalah penetapan harga yang sepihak oleh agen, sehingga harga produk di pasar menjadi lebih tinggi yang nantinya berimbas kepada daya beli konsumen. Peranan agen dalam pola ini sangat besar, sehingga agar dapat saling memberikan manfaat yang saling menguntungkan, maka agen harus lebih profesional, handal dan memiliki kerja keras dalam melakukan pemasaran. Pola kemitraan keagenan biasa dijalin oleh perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa seperti perdagangan, angkutan penerbangan, pelayaran, pariwisata, angkutan kereta api, bis, pelayanan telekomunikasi dan lain-lain yang membutuhkan pelayanan jasa keagenan (Hafsah 2000). 33

18 Perusahaan Mitra memasok Kelompok Mitra Memasarkan produk Kelompok mitra Konsumen / Masyarakat Gambar 7. Pola Kemitraan Keagenan Sumber : Sumardjo (2004) 5. Waralaba Pola Waralaba merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra usaha dengan perusahaan mitra usaha yang memberikan hak lisensi merek dagang kepada kelompok mitra usaha yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen. Mitra usaha memiliki kewajiban untuk mengikuti pola yang yang telah ditetapkan oleh pemilik waralaba, serta memberikan sebagian pendapatannya berupa royalti atas merek dagang yang telah diberikan. Kelebihan dari pola kemitraan waralaba adalah perusahaan pemilik waralaba dan perusahaan mitra usaha sama-sama mendapatkan keuntungan. Selain itu pola kemitraan waralaba ini dapat berfungsi sebagai perluasan pasar, karena kemitraan ini bisa memiliki mitra usaha dimana pun. Sedangkan pola kemitraan waralaba adalah sering terjadi perselisihan jika ada salah satu pihak yang ingkar, adanya ketergantungan dari mitra usaha kepada pihak pemilik waralaba, dan adanya ketidakbebasan pihak mitra usaha dalam mengontrol usahanya, dikarenakan harus mengikuti prosedur dari pemilik waralaba. (Hafsah 2000) Kerangka Pemikiran Operasional Kedelai edamame merupakan salah satu tanaman yang memiliki prospek bagus untuk dapat dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan harga kedelai 34

19 edamame yang lebih tinggi dibandingkan kedelai biasa dan juga kedelai edamame ini cocok dibudidayakan di wilayah tropis. Permintaan akan kedelai edamame datang dari negara Jepang dan juga Amerika Serikat. Kedelai edamame di Jepang biasa dikonsumsi dalam bentuk cemilan kesehatan, sedangkan di Amerika Serikat pemanfaatan kedelai ini bahkan digunakan dalam bidang kecantikan. Kegiatan budidaya kedelai edamame di Indonesia masih relatif sedikit, namun di sisi lain permintaan akan kedelai edamame terus mengalami peningkatan. Adanya permintaan yang tinggi terhadap kedelai edamame tentunya harus didukung dengan peningkatan produksi kedelai edamame. Salah satu cara meningkatkan produksi kedelai edamame yaitu dengan melakukan kemitraan dengan petani. PT Saung Mirwan merupakan salah satu perusahaan yang menjalin hubungan kemitran dengan petani. Salah satu kemitraan yang dijalin adalah kemitraan komoditi edamame. Terjalinnya hubungan kemitraan antara petani dengan PT saung Mirwan membuat kegiatan budidaya edamame di Indonesia semakin meningkat. Petani bersedia menanam komoditi edamame dikarenakan sudah ada kepastian harga dan kepastian produk mereka akan terjual. PT Saung Mirwan selama ini menjual edamame dari petani ke super market. Pelaksanaan kemitraan antara PT Saung Mirwan dengan petani mitra komoditi kedelai edamame tidak lepas dari adanya masalah. Masalah yang terjadi selama ini adalah masih rendahnya produktivitas kedelai edamame yang dihasilkan oleh petani mitra. Hal ini diduga terjadi karena proses budidaya yang selama ini dilakukan oleh petani mitra kedelai edamame PT Saung Mirwan masih belum efisien. Proses budidaya yang belum efisien menyebabkan hasil panen yang diperoleh menjadi kurang optimal. Hal ini nantinya akan berpengaruh terhadap pendapatan usahatani para petani mitra, sehingga diperlukan suatu penelitian mengenai pendapatan usahatani dan tingkat efisiensi teknis budidaya kedelai edamame di petani mitra PT Saung Mirwan. Analisis pendapatan usahatani dilakukan dengan cara menghitung berapa penerimaan, biaya, dan pendapatan yang diperoleh selama satu musim tanam. Setelah itu dilakukan perhitungan rasio penerimaan atas biaya untuk melihat apakah usahatani yang dijalankan layak atau tidak. Setelah melakukan perhitungan terhadap rasio peneimaan atas biaya, selanjutnya dilakukan analisis 35

20 efisiensi teknis dimana efisiensi ini menggambarkan seberapa efisien petani dalam menggunakan input yang ada untuk menghasilkan produksi yang optimal. Penghitungan efisiensi teknis akan menggunakan analisis fungsi produksi stochastik frontier dengan menggunakan faktor-faktor yang diduga akan mempengaruhi produksi kedelai edamame adalah luas lahan, jumlah benih yang digunakan, tenaga kerja, jumlah pupuk kimia, jumlah pupuk kandang, dan jumlah insektisida yang digunakan. Penentuan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produksi kedelai edamame berdasarkan studi penelitian terdahulu dan juga memahami cara budidaya kedelai edamame yang diberikan oleh PT Saung Mirwan. Selanjutnya akan dilakukan perhitungan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknis petani (inefisiensi). Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat efisiensi teknis petani adalah umur petani, pengalaman menanam kedelai edamame, pendidikan, dummy status kepemilikan lahan, dan dummy penyuluhan dan pekerjaan istri. Hasil perhitungan pendapatan usahatani, efisiensi dan inefisiensi teknis petani mitra nantinya akan dijadikan saran atau rekomendasi untuk petani dan perusahaan, agar produksi kedelai edamame dapat meningkat. Adapun bagan kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 8. 36

21 Kerjasama kemitraan antara PT Saung Mirwan dengan petani Permasalahan : Rata-rata produktivitas kedelai edamame petani mitra masih rendah, hal ini mengindikasikan budidaya yang dilakukan oleh petani mitra belum efisien secara teknis. Nilai produktivitas yang rendah tentunya akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usahatani para petani mitra Keragaan Usahatani Kedelai Edamame Input Produksi Output Produksi Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier Analisis Pendapatan Usahatani: 1. Pendapatan Usahatani 2. Analisis R/C rasio Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani petani mitra PT Saung Mirwan Hasil & Rekomendasi Gambar 8. Kerangka Pemikiran Operasional 37

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani telah banyak diuraikan oleh beberapa pakar. Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan. Pemilihan PT Saung Mirwan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Menurut Schroeder (1999), Pappas (1995), Joesran dan Fathorrozi (2003) dan Putong (2002) dalam Herawati (2008) produksi adalah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup teori produksi, konsep efisiensi,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Peranan Kredit dalam Kegiatan Usahatani Ada dua sumber permodalan usaha yaitu modal dari dalam (modal sendiri) dan modal dari luar (pinjaman/kredit).

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis ini terdiri dari teori tentang konsep usahatani, konsep fungsi produksi, konsep fungsi produksi stochastic frontier,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Bagian ini berisi mengenai konsep usahatani, teori produksi, konsep analisis efisiensi teknis, fungsi produksi frontier, faktor-faktor penentu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Produksi Produksi merupakan serangkaian proses dalam penggunaan berbagai input yang ada guna menghasilkan output tertentu. Produksi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani Menurut Rivai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangkan pemikiran konseptual dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu konsep kemitraan, pola kemitraan agribisnis, pengaruh penerapan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Fungsi Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa, adapun sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi barupa

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 35 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep dan Pengukuran Efisiensi Asumsi dasar dari efisiensi adalah untuk mencapai keuntungan maksimum dengan input tertentu. Perolehan keuntungan maksimum berkaitan erat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu alur pemikiran yang bersifat teoritis dengan mengacu kepada teori-teori yang berkaitan dengan penelitian.

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Risiko Berbagai definisi dapat diberikan kepada kata risiko itu. Namun, secara sederhana artinya senantiasa mengena dengan kemungkinan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Sukasari Kaler yang berada di wilayah Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Produktivitas Tebu Nasional Produktivitas tanaman tebu di tingkat nasional berkisar dari 60

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Budidaya Padi Konvensional Menurut Muhajir dan Nazaruddin (2003) Sistem budidaya padi secara konvensional di dahului dengan pengolahan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.. Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Asembagus dan Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Pemilihan kecamatan dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.

Lebih terperinci

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 8.1. Analisis Produksi Stochastic Frontier Usahatani Kedelai Edamame Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis fungsi produksi Cobb-Douglas

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996), III. KERANGKA PEMIKIRAN 3. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.. Konsep Usahatani Menurut Bachtiar Rivai (980) yang dikutip oleh Hernanto (996), mengatakan bahwa usahatani merupakan sebuah organisasi dari alam,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame Edamame yang memiliki nama latin Glycin max(l)merrill atau yang biasa disebut sebagai kedelai jepang. merupakan jenis tanaman sayuran yang bentuknya

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Efisiensi. Dalam memproduksi beras petani memerlukan faktor produksi, faktor

II.TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Efisiensi. Dalam memproduksi beras petani memerlukan faktor produksi, faktor 8 II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Efisiensi Dalam memproduksi beras petani memerlukan faktor produksi, faktor produksi sering dikenal dengan input. Proses produksi merupakan proses perubahan input

Lebih terperinci

PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1. Oleh : AHMAD ZAINUDDIN

PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1. Oleh : AHMAD ZAINUDDIN PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1 Oleh : AHMAD ZAINUDDIN DAFTAR ISI 2 APA ITU FRONTIER DAN DEA? KONSEP EFISIENSI KONSEP PENGUKURAN EFISIENSI PENDEKATAN PENGUKURAN EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR YANG

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi atau memproduksi menurut Putong (2002) adalah menambah kegunaan (nilai-nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Aktivitas usahatani sangat terkait dengan kegiatan produksi yang dilakukan petani, yaitu kegiatan memanfaatkan sejumlah faktor produksi yang dimiliki petani dengan jumlah yang terbatas.

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian analisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani caisim ini dilakukan di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Bawang Merah Bawang merah termasuk salah satu di antara tiga anggota Allium yang paling populer dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi di samping

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2012) efisiensi produksi kain batik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2012) efisiensi produksi kain batik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2012) efisiensi produksi kain batik cap. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor input terhadap produksi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Produksi Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to produce yang artinya menghasilkan. Produksi adalah proses dimana input diubah menjadi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... ii iii iv v vii

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan output dengan berbagai kombinasi input dan teknologi terbaik yang tersedia (Nicholson,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Komoditas pertanian erat kaitannya dengan tingkat produktivitas dan efisiensi yang rendah. Kedua ukuran tersebut dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Perusahaan ditinjau dari sisi Teori Ekonomi Tidak dibedakan atas kepemilikanya, jenis usahanya maupun skalanya. Terfokus pada bagaimana

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Untuk mengetahui dampak kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku (input) dalam industri tempe, akan digunakan beberapa teori yang berkaitan dengan hal tersebut.

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Terminologi penting dalam teori produksi 1. Fungsi produksi 2. Biaya produksi minimum 3. Jangka waktu analisis 4. Perusahaan dan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Gaol (2011) yang berjudul Analisis Luas Lahan Minimum untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.a. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata/signifikan terhadap produksi usahatani jagung

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 29 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Produksi Kegiatan produksi dalam kegiatan ekonomi tidak lepas dalam peranan factor-faktor dalam perekonomian dengan factor-faktor produksi.produksi menerangkan hubungan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Ada banyak definisi mengenai ilmu usahatani yang telah banyak di kemukakan oleh mereka yang melakukan analisis usahatani,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani (wholefarm) adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Definisi Ekonomi Pertanian Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Teh Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun 1694 terdapat perdu teh

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani paprika hidroponik di lokasi penelitian adalah model fungsi Cobb-Douglas dengan pendekatan Stochastic Production

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produksi Menurut Joesron dan Fathorrozi (2003) produksi merupakan hasil akhir dalam proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan/input. Pengertian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang optimasi penggunaan input produksi telah dilakukan oleh beberapa peneliti pada komoditas lain, seperti pada tanaman bawang merah dan kubis.

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

BAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI

BAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI BAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI 5.1. Perilaku Produsen Jika konsumen didefinisikan sebagai orang atau pihak yang mengkonsumsi (pengguna) barang dan jasa maka produsen adalah orang atau pihak yang memproduksi

Lebih terperinci

. II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai

. II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai . II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang analisis produksi sehingga akan sangat membantu dalam mencermati masalah

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN USAHA

MANFAAT KEMITRAAN USAHA MANFAAT KEMITRAAN USAHA oleh: Anwar Sanusi PENYULUH PERTANIAN MADYA pada BAKORLUH (Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan Prov.NTB) Konsep Kemitraan adalah Kerjasama antara usaha

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Konsep formal

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Konsep formal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemitraan Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh kedua belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis adalah suatu alur berpikir yang digunakan oleh penulis berdasarkan teori maupun konsep yang telah ada sebagai acuan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang efisiensi dan pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi sehingga akan

Lebih terperinci

Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember

Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember Kemitraan Agribisnis Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember www.adamjulian.net KEMITRAAN AGRIBISNIS Teori Kemitraan Menurut Martodireso, dkk, (2001) dalam Agribisnis Kemitraan Usaha Bersama

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dilandasi oleh teori-teori mengenai konsep marketable dan marketed surplus, serta faktor-faktor yang memepengaruhinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci