KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis"

Transkripsi

1 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Produksi Menurut Schroeder (1999), Pappas (1995), Joesran dan Fathorrozi (2003) dan Putong (2002) dalam Herawati (2008) produksi adalah kegiatan ekonomi yang memanfaatkan input untuk ditransformasikan menjadi barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan untuk menambah kegunaan (nilai guna) barang tersebut. Input yang digunakan dalam kegiatan produksi merupakan faktor produksi atau korbanan produksi yang bersifat terbatas, sehingga faktor produksi perlu diperhatikan dari segi jenisnya, waktu penyediaan, jumlah, kualitas, dan efisiensi penggunaanya. Faktor produksi dianggap menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan dalam produksi (Soekartawi 1989). Kesenjangan produksi ini diakibatkan oleh adanya faktor produksi yang sifatnya sulit untuk diatasi oleh petani, seperti adanya teknologi yang tidak dapat dipindahkan dan adanya perbedaan lingkungan. Menurut Soekartawi (1989, 2003) ada dua faktor utama yang menyebabkan adanya kesenjangan produktivitas, yaitu: a. Faktor biologi (perbedaan varietas, adanya tanaman pengganggu, serangan hama dan penyakit, masalah tanah, perbedaan kesuburan tanah, dan sebagainya). b. Faktor sosial-ekonomi (perbedaan biaya dan penerimaan usahatani, kredit, pengetahuan, pendidikan, faktor risiko dan ketidakpastian, dan sebagainya). Kendala biologi dan kendala sosial-ekonomi akan berbeda untuk satu daerah dengan daerah yang lain, sehingga kendala tersebut bersifat lokal dan spesifik. 19

2 3.1.2 Fungsi Produksi Soekartawi (1989, 2003) menjelaskan fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara variabel independen (input) atau faktor produksi dengan variabel dependen (output) atau hasil produksi fisik. Secara sistematis fungsi tersebut dapat ditulis sebagai berikut: Keterangan: Y X 1, X 2, X 3,, X n :Variabel dependen atau hasil produksi (output) :Variabel independen atau faktor produksi (input) Berdasarkan fungsi di atas, maka petani mampu meningkatkan produksi (Y) dengan cara menambah jumlah salah satu dari input atau faktor produksi yang digunakan. Berbagai macam fungsi produksi yang telah umum dikenal dan digunakan dalam penelitian diantaranya fungsi produksi linear, kudratik dan eksponensial. Di samping itu terdapat fungsi produksi yang lain seperti fungsi produksi Constant Elasticity of Subtitution, transendental dan translog. Menurut Soekartawi et al. (1984), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih fungsi produksi, yaitu: a. Bentuk fungsi produksi harus dapat menggambarkan dan mendekati keadaan usahatani sebenarnya. b. Bentuk fungsi produksi yang dugunakan mudah diukur atau dihitung secara statistik. c. Fungsi produksi mudah diartikan secara ekonomi dari parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut. Untuk mengukur tingkat produktivitas dari suatu proses produksi dapat dilihat dari dua tolak ukur, yaitu produk marjinal atau Marginal Product (MP) dan produk rata-rata atau Average Product (AP). Marginal Product (MP) adalah tambahan produk yang dihasilkan dari setiap menambah satu-satuan faktor produksi yang dipakai. Sedangkan Average Product (AP) adalah tingkat produksi yang dicapai setiap satuan input. Kedua tolak ukur ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 20

3 Perubahan dari produk yang dihasilkan oleh faktor produksi yang dipakai dapat dinyatakan dengan elatisitas produk. Elastisitas produk (EP) adalah persentase perubahan dari output atau hasil produksi akibat dari persentase perubahan input atau faktor produksi. Elastisitas produksi dapat dirumuskan sebagai berikut: Doll dan Orazem (1978) membagi tiga daerah berdasarkan elastitisitas produksi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 mengenai kurva fungsi produksi klasik. Pada kurva tersebut terdapat tiga tahapan produksi, yaitu: a. Daerah I: Daerah ini memiliki E p > 1. Daerah ini memperlihatkan (Marginal Product) MP lebih besar dari Average Product (AP). Dalam daerah ini penambahan input sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan output lebih besar dari satu persen. Di daerah ini belum tercapai produksi optimal yang akan memberikan pendapatan yang layak. Oleh karena itu daerah ini tidak rasional (irrasional) atau inefisien dalam berproduksi. b. Daerah II: Daerah II ini memiliki E P antara 0 dan 1 (0 < E p < 1). Daerah ini memperlihatkan (Marginal Product) MP menurun lebih rendah dari Average Product (AP). Dalam daerah ini penambahan ouput sebesar satu persen akan menghasilkan penambahan output paling tinggi satu persen dan paling rendah sebesar nol persen. Daerah ini dicirikan dengan penambahan hasil yang semakin menurun (Diminishing return). Di daerah 21

4 ini akan dicapai pendapatan masksimum. Daerah ini merupakan daerah yang rasional untuk berproduksi. c. Daerah III: Daerah III memliki E P < 0. Dalam daerah ini penambahan faktor produksi akan menyebabkan penurunan produksi, juga akan mengurangi pendapatan, karena itulah daerah ini dinamakan daerah irrasional. Y Stage I Stage II Stage III TP E p > 1 0 < E p < 1 E p <0 0 X Y PR X X 1 E p =1 X 3 PM Gambar 1. Fungsi produksi klasik dan tiga daerah tahapan produksi Sumber: Doll dan Orazem (1978) Soekartawi (2003), mendefinisikan skala usaha (return to scale) sebagai penjumlahan dari semua elastisitas faktor produksi (Σb i ). Skala usaha dibagi menjadi tiga yaitu: 22

5 Gambar 2. Return to Scale Sumber: fao.org 10 a. Kenaikan hasil yang meningkat (increasing return to scale). Pada daerah ini Σb i >1, artinya penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang lebih besar. b. Kenaikan hasil yang tetap (constant return to scale). Pada daerah ini Σb i =1, artinya penambahan faktor produksi akan sama dengan penambahan produksi yang diperoleh. Pada daerah ini produk rata-rata mencapai maksimum atau produk rata-rata sama dengan produk marjinalnya. c. Kenaikan hasil yang menurun (decreasing return to scale). Pada daerah ini Σb i <1, artinya penambahan faktor produksi lebih besar dibanding penambahan produksi. Pada situasi yang demikian produk total dalam keadaan menurun, nilai produk marjinal menjadi negatif dan produk ratarata dalam keadaan menurun Teori Efisiensi Produksi Tersedianya sarana atau faktor produksi belum berarti produktivitas yang diperoleh petani akan tinggi. Namun dalam hal ini penting sekali bagaimana agar petani dapat melakukan usahanya secara efisien. Efisiensi produksi merupakan banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor 10 FAO Capacity, Related Concept, and Fisheries. [6 Desember 2011] 23

6 produksi atau input (Mubyarto 1989). Menurut Soekartawi (1989) dan Coelli, Rao, dan Battese (1998) berkaitan dengan konsep efisiensi, dikenal adanya tiga konsep efisiensi, yaitu efisiensi teknis (technical efficiency), efisiensi harga/alokatif (price/allocative efficiency), dan efisiensi ekonomis (economic efficicency). Efisiensi teknis berhubungan dengan kemampuan petani untuk menghindari penghamburan dalam memproduksi output semaksimal mungkin dengan sejumlah input tertentu. Efisiensi teknis (technical efficiency) akan tercapai jika petani mampu mengalokasikan faktor produksi yang tersedia untuk menghasilkan produksi yang tinggi. Efisiensi harga/alokatif (price/allocative efficiency) berhubungan dengan kemampuan petani untuk mengkombinasikan input dengan output dalam proporsi optimal pada tingkat harga tertentu. Efisiensi harga/alokatif tercapai apabila petani mendapat keuntungan yang besar akibat pengaruh harga. Efisiensi ekonomi (economic efficicency) merupakan kombinasi antara efisiensi teknis dengan efisiensi harga/alokatif. Efisiensi ekonomis akan tercapai apabila efisiensi teknis dan efisiensi harga terpenuhi. Maka produktivitas usaha pertanian akan tercapai jika petani mampu mengalokasikan faktor produksi secara efisiensi teknis dan efisiensi harga. Menurut Doll dan Orazem (1978) mengenai efisiensi: economic efficiency is defined in terms of two conditions: necessary and sufficient. Hal tersebut berarti efisiensi secara ekonomi menyatakan terhadap dua kondisi yaitu keharusan dan kecukupan. Kondisi keharusan terjadi ketika proses produksi tidak memungkinkan lagi menciptakan produk dengan input yang lebih sedikit, kondisi ini lebih mengarah kepada hubungan fisik antara faktor produksi dengan produk atau input dengan output. Kondisi kecukupan dalam efisiensi menekankan kepada tujuan dan nilai individu atau sosial. Kondisi kecukupan bersifat subjektif, sehingga akan berbeda antar individu, kondisi ini dalam teori abstark disebut dengan choice indicator. Berkaitan dengan proses produksi, efisien terjadi apabila jika tidak ada lagi alokasi ulang yang dapat meningkatkan produksi salah satu barang tanpa menurunkan produksi barang lain (Nicholson 1999). Asumsi dasar dari efisiensi adalah untuk mencapai keuntungan maksimum dengan biaya minimum sehingga 24

7 dalam melakukan produksi, seorang petani yang rasional akan bersedia menambah input selama nilai tambah yang dihasilkan oleh tambahan input tersebut sama atau lebih besar dengan tambahan biaya yang diakibatkan oleh penambahan sejumlah input tersebut. Dua pendekatan efisiensi menurut Coelli, Rao, dan Battese (1998) yaitu pendekatan alokasi penggunaan input dan alokasi output yang dihasilkan. Pendekatan dari sisi input membutuhkan ketersediaan harga input dan kurva isoquant yang menunjukan kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan output secara maksimal. Sedangkan pendekatan dari sisi output merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat sejauh mana jumlah output secara proporsional dapat ditingkatkan tanpa merubah jumlah input yang digunakan. x 2 /y S P A Q R Q S 0 A x 1 /y Keterangan : P = input R = efisiensi alokatif Q = efisiensi teknis dan inefisiensi alokatif Q = efisiensi teknis dan efisiensi alokatif AA = kurva rasio harga input SS = isoquant fully efficient Gambar 3. Efisiensi teknis dan alokatif (alokasi penggunaan input) Sumber: Coelli, Rao, dan Battese (1998) dan Soekartawi (2003) 25

8 Pada Gambar 3 kondisi pendekatan berorientasi input, isoquant yang menunjukan kondisi yang efisien penuh (fully efficient) digambarkan oleh kurva SS. Jika perusahaan menggunakan input sejumlah P untuk memproduksi satu unit output, maka nilai inefisiensi teknis dicerminkan oleh jarak 0Q/0P. Pada ruas garis QP jumlah input yang digunakan dapat dikurangi tanpa harus mengurangi jumlah output yang dihasilkan. Sedangkan nilai inefisiensi alokasi dicerminkan oleh jarak 0R/0Q. y 2 /x D C Z B B A ` 0 Z D y 1 /x Keterangan : A B C ZZ DD = Output = Efisiensi teknis = Efisiensi alokatif = Kurva kemungkinan produksi = Isorevenue Gambar 4. Efisiensi Teknis dan Alokatif (orientasi output) Sumber : Coelli, Rao, dan Battese (1998) Metode pendekatan orientasi output (Gambar 4) dengan menggunakan kurva kemungkinan produksi ZZ, sementara titik A menunjukan petani berada dalam kondisi inefisien. Garis AB menggambarkan kondisi yang inefisien secara teknis dengan ditunjukan adanya tambahan output tanpa membutuhkan input tambahan. Secara matematis, pendekatan output rasio efisiensi teknis ditulis sebagai berikut: 26

9 Notasi 0 digunakan untuk menunjukan nilai efisiensi teknis dengan pendekatan orientasi output. Dengan adanya informasi harga output yang digambarkan oleh garis isorevenue DD, maka efisiensi alokatif ditulis sebagai berikut : Sedangkan kondisi efisien secara ekonomis yaitu : Rasio dari ketiga nilai efisiensi tersebut berkisar antara 0 dan Fungsi Cobb-Douglas Fungsi Cobb-Douglas merupakan salah satu fungsi eksponensial. Menurut Soekartawi (2003) fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut variabel dependen, yang dijelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y aka dipengaruhi oleh variasi dari X. Fungsi Cobb- Douglas memiliki kemiripan dengan fungsi translog, hanya saja fungsi Cobb- Douglas memiliki nilai koefisien penduganya bernilai hampir sama dengan nol, atau bentuk persamaannya homogen. Sedangkan fungsi translog memiliki nilai koefisien penduganya cukup besar, atau memiliki nilai elastisitas yang bervariasi. 27

10 Y TFP X Keterangan : TFP = Total Fisik Produksi Gambar 5. Fungsi Produksi Cobb-Douglas Sumber: Soekartawi (2003) Fungsi Cobb-Douglas dapat dirumuskan sebagai berikut : Keterangan : Y = f(x 1, X 2,..., X i,..., X n ), Y = variabel yang dijelaskan, X = variabel yang menjelaskan, = besaran yang akan diduga, u = kesalahan (disturbance term), dan e = logaritma natural, e = 2,718 Untuk memudahkan pendugaan tersebut maka persamaan di atas dapat diubah menjadi bentuk linier berganda dengan melogaritmakan persamaan tersebut menjadi seperti berikut : Menurut Soekartawi (2003), karena penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah fungsinya menjadi fungsi linear, maka ada 28

11 beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum peneliti menggunakan fungsi Cobb-Douglas, yaitu : a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite). b. Diperlukan asumsi dalam fungsi produksi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan (non-neutral difference in the respective technologies). Artinya jika fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan dan diperlukan analisis lebih dari satu model maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut. c. Tiap variabel X adalah perfect competition. d. Perbedaan lokasi (pada fungsi tersebut) seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan. Menurut Semaoen (1992) ada beberapa keunggulan dari fungsi Cobb- Douglas, diantaranya: a. Bentuk fungsi sederhana, sehingga ekonomis dalam perhitungan pendugaan parameter, dan seringkali menghasilkan dugaan yang nyata menurut uji statistik. b. Konsisten dengan teori ekonomi Fungsi Produksi Stochastic Frontier Pengukuran efisiensi produksi dapat dilakukan dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) dan stochastic frontier analysis, kedua metode ini menggunakan estimasi fungsi frontier (batas), bahwa setiap input yang digunakan dalam proses produksi mempunyai kapasitas maksimum dan optimal (Tasman 2008). Fungsi produksi stochastic frontier memiliki definisi yang yang tidak jauh berbeda dengan fungsi produksi, dan umumnya digunakan untuk menjelaskan konsep pengukuran efisiensi. Frontier digunkan untuk lebih menekankan kepada kondisi output maksimum yang dapat dihasilkan (Coelli et al. 1998). Menurut Soekartawi (2003) fungsi produksi frontier adalah fungsi produksi yang digunakan untuk mengukur suatu fungsi produksi yang sebenarnya terhadap posisi frontiernya. Fungsi produksi frontier merupakan hubungan fisik 29

12 faktor produksi dan produksi pada frontier yang terletak pada tempat titik-titik yang menunjukkan titik kombinasi penggunaan masukan produksi yang optimal (isokuan). Garis isokuan adalah tempat kedudukan titik-titik yang menunjukan titik kombinasi penggunaan masukan produksi yang optimal. Berikut ini gambar ukuran efisiensi meurut cara Farell. X 2 Y U C P B Efisiensi teknis = 0B/0C < 1 Efisiensi ekonomi = 0A/0C < 1 Efisiensi harga = 0A/0B A D U 0 P X 1 Y Keterangan : PP UU 0C A,B,C,D = Garis biaya = Garis isokuan = Tingkat teknologi = Posisi produksi Gambar 6. Ukuran Efisiensi Menurut Cara Farell Sumber: Soekartawi (1994) Karena garis UU adalah garis isokuan, maka semua titik yang terletak di garis tersebut adalah titik yang menunjukan bahwa di titik tersebut terdapat produksi maksimum. Dengan demikian, bila titik tersebut berada di bagian luar dari garis isokuan, misalnya di titik C, maka dapat dikatakan bahwa teknologi produksi belum mencapai titk maksimum yang ada di garis isokuan. Konsep berikutnya adalah stochastic frontier, dikatakan seperti itu karena nilai variabel X (dan mungkin juga Y) adalah berubah-ubah yang disebabkan karena faktor lain yang mempengaruhinya. Secara matematis konsep tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 30

13 Dimana frontier produksi stokastik adalah f(x)exp(v), dan v mempunyai beberapa distribusi simetris untuk menangkap pengaruh random dari kesalahan pengukuran dan variabel lainnya yang mempengaruhi nilai X dan nilai Y. Inefisensi teknis relatif terhadap frontier produksi stokastik kemudian ditangkap oleh komponen satu-sisi exp(-u), u 0 (Forsund et al dalam Soekartawi 2003). Fungsi produksi frontier stochastic yang secara independent dirintis oleh Aigner, Lovell dan Shcmidt (1977) diacu dalam (Tasman 2008) merupakan fungsi produksi yang dispesifikasi untuk data silang (cross-sectional data) dengan error term yang memiliki dua komponen, yaitu random effects dan inefisiensi teknis. Model fungsi produksi ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Keterangan : Y i X i β v i u i = produksi (logaritma dari produksi) dari perusahaan ke i, = vektor kx1 dari (transformasi) jumlah output perusahaan ke-i, = vektor dari parameter yang tidak diketahui, = variabel random yang diasumsikan iid (identically independenly distributed), = variabel non negatif random yang diasumsikan disebabkan oleh inefisiensi, N(0, σ 2 U ). Model yang dinyatakan dalam persamaan di atas disebut sebagai fungsi produksi stochastic frontier karena nilai output dibatasi oleh variabel acak (stochastic) yaitu nilai harapan dari xiβ+v i atau exp(x i β+v i ). Output dari stochastic frontier bisa bernilai positif ataupun negatif. Konsep perhitungan fungsi produksi frontier metode MLE pada stochastic frontier diawali dengan pendekatan perhitungan fungsi produksi rata-rata yang didefinisikan sebagai tingkat produksi maksimum yang dapat dicapai pada tingkat input tertentu pada sejumlah kelompok observasi. Tahap kedua menggunakan MLE untuk menduga keseluruhan parameter, yaitu parameter produksi (β m ), intersep (β 0 ), dan varians dari kedua komponen kesalahan v i dan u i (σ 2 v dan σ 2 v ). 31

14 Frontier output (y i *), exp (x i β + v i), jika v i > 0 y y j Frontier output (y j *), exp (x j β + v j), jika v j < 0 Fungsi produksi, y = exp (xβ) y i x i x j x Gambar 7. Fungsi Produksi Stochastic Frontier Sumber: Coelli, Rao, Battase (1998) Pada Gambar 7 dapat digambarkan struktur dasar dari model stochastic frontier dengan sumbu X mewakili input sedangkan sumbu Y mewakili output. Komponen deterministic dari model frontier, Y=exp (x i β), dengan asumsi berlakunya hukung diminishing return to scale untuk setiap input i. Pada gambar tersebut menunjukan kondisi dua petani i dan j dengan obeserved outputnya (output aktual) sebesar y i dan y j. Frontier output dari kegiatan produksi petani i dan j tidak dapat diamati atau diukur karena random error dari kedua petani tidak teramati. Namun produksi petani i dipengaruhi oleh kondisi yang menguntungkan dimana variabel v i bernilai positif. Sedangkan petani j menggunakan input x j dan menghasilkan output sebesar y j yang berada di bawah fungsi produksi karena kegiatan produksi dipengaruhi oleh kondisi yang tidak menguntungkan dengan v j bernilai negatif. Jumlah output yang diamati dapat menjadi lebih besar dibandingkan dengan deterministik dari frontiernya apabila random error yang sesuai lebih besar dari efek inefesiensinya atau y i > exp (x i β) jika v i > u i. 32

15 Pada model stochastic, random error (v i ) diakibatkan oleh kesalahan di dalam pengukuran (pengambilan data di lapangan) dan sifatnya tidak dapat dikontrol oleh manusia seperti curah hujan, bencana alam, dan lain-lain. Aigner, Lovell, dan Schmidt (1977) dalam Wahida (2005) mengasumsikan bahwa v i bersifat bebas dan mengikuti pola distribusi normal (i.i.d) dengan nilai tengal nol 2 dan varian konstanta σ v sedangkan u i diasumsikan bebas namun mengikuti pola sebaran setengah normal (truncated). Kondisi dimana u i > 0 menjamin bahwa seluruh observasi atau pengamatan (n) berada di titik atau di bawah fungsi produksi stochastic frontier (Kompas 2002 dalam Wahida 2005). Selain itu v digunakan untuk mengukur kesalahan pengukuran, variabel acak seperti iklim, curah hujan, dan variabel non ekonomi lainnya. Sedangkan u digunakan untuk mengukur efisiensi teknis. Dapat disimpulkan bahwa: Disebut stochastic frontier model karena 1) umumnya y f besarnya beragam antar petani. 2) y o dibatasi oleh stochastic random dari y f. Pendekatan ekonometrika digunakan untuk mengukur nilai estimasi dari parameter, dengan menggunakan maximum likelihood (ML) nilai parameter estimasi yang yang dihasilkan lebih efisien dibandingkan OLS, intersep, dan varian lebih konsisten Konsep Usahatani Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi dengan efektif, efisien, dan kontinu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat (Rahim dan Hastuti 2008). Menurut Soekartawi (2002a), Hadisaputo cit Prasetya (1996) dalam Rahim dan Hastuti (2008), Soekartawi et al. (1984) ilmu usahatani biasa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana sistem organisasi produksi di lapangan pertanian dalam mengorganisasikan, mengkoordinasikan, dan mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Menurut Soekartawi et al. (1984) ciri-ciri usahatani di Indonesia adalah sebagai berikut: 33

16 a. Sempitnya lahan yang dimiliki petani b. Kurangnya modal c. Pengetahuan petani yang masih terbatas secara kurang dinamis d. Rendahnya pendapatan petani Rahim dan Hastuti (2008) mengklasifikasikan usahatani berdasarkan sudut pandang cara mengusahakannya, usahatani dapat dilihat dasar perbedaannya, yaitu organisasi, lembaga dan pengusahaan faktor produksi. a. Usahatani perorangan: usahatani perorangan dilakukan secara perorangan dan faktor produksi dimiliki secara perorangan. Kelebihannya dapat bebas mengembangkan kreasinya, sedangkan kelemahannya kurang efektif. b. Usahatani kolektif: usahatani dilakukan bersama-sama atau kelompok dan faktor produksi seluruhnya dikuasi oleh kelompok sehingga hasilnya dibagi kepada anggota kelompoknya. c. Usahatani kooperatif: usahatani dikelola secara kelompok dan tidak seluruh faktor produksi dikuasai oleh kelompok, hanya kegiatannya yang dilakukan bersama-sama. Berdasarkan sifat dan corak usahatani dapat dibedakan menjadi usahatani subsisten dan komersil. Usahatani subsisten merupakan usahatani yang hasil panennya digunakan untuk memenuhi kebutuhan petani atau keluarganya sendiri tanpa melalui peredaran uang. Sedangkan usahatani komersil merupakan keseluruhan hasil panennya dijual ke pasar atau melalui perantara maupun langsung ke konsumen. Berdasarkan polanya, usahatani dibedakan menjadi tiga macam pola, yaitu khusus, tidak khusus, dan campuran. Pola usahatani khusus mengusahakan satu cabang usahatani. Pola usahatani tidak khusus meruapakan usahatani yang mengusahakan dua atau lebih cabang usahatani, tetapi batasnya tegas. Pola usahatani campuran merupakan usahatani yang mengusahakan dua atau lebih cabang usahatani yang batasnya tidak tegas. Berdasarkan tipenya, tipe usahatani atau usaha pertanian merupakan jenis komoditas yang ditanam atau diusahakan, misalnya usahatani tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perikanan. 34

17 Menurut Soekartawi (2003) ada empat faktor yang mempengaruhi produksi usahatani, diantaranya: a. Lahan, merupakan tanah yang dipersiapkan untuk usahatani. Lahan usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan, sawah dan sebagainya. Setiap jenis lahan memiliki harga yang tidak sama, hal ini dibedakan berdasarkan kesuburan tanah, lokasi, topografi, status lahan dan faktor lingkungan. b. Tenaga Kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu untuk diperhatikan dalam proses produksi dari bentuk jumlah dan kualitas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja, diantaranya: ketersediaan tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, tenaga kerja musiman dan upah tenaga kerja. Besar atau kecilnya upah tenaga kerja dipengaruhi oleh: mekanisme pasar, jenis kelamin, kualitas tenaga kerja, umur tenaga kerja, lama waktu bekerja dan tenaga kerja bukan manusia. c. Modal, dalam kegiatan produksi modal dibedakan menjadi modal tetap dan modal tidak tetap atau modal variabel. Modal tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut. Modal variabel merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali proses produksi tersebut. Besar atau kecilnya modal dalam usaha pertanian dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya: sekala usaha, jenis komoditas yang diusahakan, dan tersedianya kredit. d. Manajemen, peran manajemen sangat penting dan strategis. Manajemen diartikan sebagai kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanankan, dan mengevaluai suatu proses produksi. Praktik manajemen dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya: tingkat pendidikan, tingkat keterampilan, skala usaha, besar-kecilnya kredit dan jenis komoditas. 35

18 3.1.7 Konsep Pendapatan Usahatani Terdapat tiga variabel yang perlu diketahui saat melakukan analisis usahatani. Ketiga variabel tersebut antara lain adalah penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani. Cara analisis terhadap tiga variabel ini sering disebut dengan analisis anggaran arus uang tunai (cash flow analysis). Menurut Soekartawi (2002a), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual. Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Sedangkan yang dimaksud dengan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Struktur biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: a. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan pertanian dan bunga pinjaman. b. Biaya tidak tetap (variabel) adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi, misalkan pengeluaran untuk bibit, pupuk, obatobatan dan biaya tenaga kerja. Berdasarkan perhitungan pengeluarannya, biaya dibagi menjadi dua, yaitu: a. Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga luar keluarga. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modalyang dimiliki oleh petani. b. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah pengeluaran yang secara tidak tunai dikeluarkan petani. Biaya yang diperhitungkan dapat berupa faktor produksi yang digunakan petani tanpa mengeluarkan uang tunai seperti sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri, penggunaan tenaga kerja keluarga, penggunaan benih dari hasil produksi dan penyusutan dari sarana produksi. Banyak cara untuk mengukur pendapatan (Soekartawi et al. 1984), diantaranya adalah pendapatan bersih usahatani dan pendapatan tunai usahatani. Pendapatan bersih usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan kotor 36

19 usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Penerimaan kotor usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Sedangkan pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dan penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Pendapatan tunai usahatani merupakan selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani. Penerimaan tunai usahatani didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Sedangkan pengeluaran tunai usahatani adalah jumlah yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani Konsep Rasio Penerimaan dan Biaya Tingkat keuntungan relatif dari suatu kegiatan usahatani berdasarkan perhitungan finansial dapat diketahui dengan melakukan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio). Nilai R/C rasio atau return cost ratio merupakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya. R/C menunjukkan perbandingan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk berproduksi. Nilai R/C yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa penambahan satu rupiah biaya akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari satu. Semakin besar nilai R/C maka semakin baik kedudukan ekonomi usahatani. Kedudukan ekonomi penting karena dapat dijadikan penilaian dalam mengambil keputusan dalam aktivitas usahatani. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Visi pemerintah untuk menjadi penghasil perikanan terbesar, menghasilkan agenda pemerintah untuk meningkatkan produksi perikanan budidaya nasional hingga 353 persen. Salah satu komoditas perikanan budidaya air tawar yang didorong pertumbuhannya adalah ikan patin, ikan patin ditargetkan meningkat produksinya mencapai ton di tahun 2014 atau meningkat persen di tahun Peningkatan produksi ini akan diimplementasikan di 37

20 197 lokasi kabupaten/kota yang tersebar di 33 propinsi, 114 diantaranya berbasis perikanan budidaya dan 87 perikanan tangkap. Lahan yang digunakan merupakan lahan yang sudah ada, hanya dilakukan perluasan untuk perikanan budidaya. Total potensi lahan budidaya meningkat hingga 15,59 Ha yang terdiri dari budidaya air tawar (2,23 juta Ha), payau (1,22 juta Ha), dan laut (12,14 juta Ha). Lampung merupakan salah satu daerah yang dipacu produksinya, ikan patin menjadi salah satu komoditas perikanan unggulan di daerah ini. Namun untuk memenuhi kebutuhan benih patin untuk pembesaran masih disuplai dari daerah lain, salah satunya Bogor. Lokasi yang berjauhan antara Bogor dengan Lampung menyebabkan harga yang diterima oleh para petani pembesar di Lampung menjadi lebih tinggi yaitu sekitar persen dari HPP benih ikan patin. Hal tersebut diduga dapat mempengaruhi produksi ikan patin di Kota Metro. Melakukan pembenihan di daerah merupakan salah satu pilihan atau solusi agar harga benih lebih murah dan kualitas benih yang lebih baik. Terdapat dua analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis efisiensi teknis usahasatani dan analisis pendapatan usahatani. Kedua analisis tersebut digunakan untuk mengetahui keragaan dari usahatani pembenihan ikan patin di Kota Metro. Kota Metro dipilih dalam penelitian ini karena Kota Metro merupakan basis pembenihan di Lampung. Efisiensi teknis usahatani pembenihan dilihat dengan membandingkan nilai output observasi (Y 1 ) yang dibandingkan dengan output frontier (Y 1 *). Analisis ini melihat pengaruh input tersebut terhadap produksi benih patin dilakukan dengan menggunakan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier. Selain itu dilakukan juga analisis mengenai tingkat pendapatan usahatani pembenihan ikan patin untuk melihat keragaan dan kelayakan usahataninya. Gambar 8 di bawah ini merupakan kerangka berpikir operasional dari penelitian ini. 38

21 Peningkatan total produksi perikanan budidaya 353 persen di tahun 2014 Produksi ikan patin ditargetkan meningkat sebesar persen dari tahun 2009 Lampung merupakan salah satu daerah pengembangan produksi ikan patin Permasalahan produksi ikan patin di Lampung Bagaimana tingkat efisiensi teknis pembenihan di Kota Metro? Faktor apa saja yang mempengaruhi produksi benih di Kota Metro? Bagaimana tingkat pendapatan pembenih ikan patin di Kota Metro? Keragaan usahatani dan efisiensi pembenihan ikan patin di Kota Metro. Analisis efisiensi teknis model pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier Analisis pendapatan usahatani pembenihan ikan patin di Kota Metro Gambaran efisiensi teknis usahatani pembenihan ikan patin di Lampung dan tingkat pendapatan pembenih. Upaya peningkatan efisiensi teknis usahatani pembenihan patin di Lampung Gambar 8. Kerangka pemikiran Operasional 39

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup teori produksi, konsep efisiensi,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani telah banyak diuraikan oleh beberapa pakar. Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani merupakan salah satu ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Produksi Produksi merupakan serangkaian proses dalam penggunaan berbagai input yang ada guna menghasilkan output tertentu. Produksi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Fungsi Produksi Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi terhadap jumlah output yang dihasilkan. Kegiatan produksi bertujuan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Bagian ini berisi mengenai konsep usahatani, teori produksi, konsep analisis efisiensi teknis, fungsi produksi frontier, faktor-faktor penentu

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Peranan Kredit dalam Kegiatan Usahatani Ada dua sumber permodalan usaha yaitu modal dari dalam (modal sendiri) dan modal dari luar (pinjaman/kredit).

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996), III. KERANGKA PEMIKIRAN 3. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.. Konsep Usahatani Menurut Bachtiar Rivai (980) yang dikutip oleh Hernanto (996), mengatakan bahwa usahatani merupakan sebuah organisasi dari alam,

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 35 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep dan Pengukuran Efisiensi Asumsi dasar dari efisiensi adalah untuk mencapai keuntungan maksimum dengan input tertentu. Perolehan keuntungan maksimum berkaitan erat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.. Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Asembagus dan Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Pemilihan kecamatan dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Fungsi Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa, adapun sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi atau memproduksi menurut Putong (2002) adalah menambah kegunaan (nilai-nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Budidaya Padi Konvensional Menurut Muhajir dan Nazaruddin (2003) Sistem budidaya padi secara konvensional di dahului dengan pengolahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang efisiensi dan pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi sehingga akan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Ada banyak definisi mengenai ilmu usahatani yang telah banyak di kemukakan oleh mereka yang melakukan analisis usahatani,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani Menurut Rivai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu alur pemikiran yang bersifat teoritis dengan mengacu kepada teori-teori yang berkaitan dengan penelitian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan output dengan berbagai kombinasi input dan teknologi terbaik yang tersedia (Nicholson,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Efisiensi. Dalam memproduksi beras petani memerlukan faktor produksi, faktor

II.TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Efisiensi. Dalam memproduksi beras petani memerlukan faktor produksi, faktor 8 II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Efisiensi Dalam memproduksi beras petani memerlukan faktor produksi, faktor produksi sering dikenal dengan input. Proses produksi merupakan proses perubahan input

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dari survey rumah tangga petani dalam penelitian Dampak Bantuan Langsung Pupuk dan Benih

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Komoditas pertanian erat kaitannya dengan tingkat produktivitas dan efisiensi yang rendah. Kedua ukuran tersebut dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Produksi Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to produce yang artinya menghasilkan. Produksi adalah proses dimana input diubah menjadi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis ini terdiri dari teori tentang konsep usahatani, konsep fungsi produksi, konsep fungsi produksi stochastic frontier,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Sukasari Kaler yang berada di wilayah Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Upsus Pajale Peraturan Kementerian Pertanian Republik Indonesia nomor 03/Permentan/0T.140/2/2015 tentang pedoman upaya khusus (Upsus) peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai

Lebih terperinci

PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1. Oleh : AHMAD ZAINUDDIN

PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1. Oleh : AHMAD ZAINUDDIN PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1 Oleh : AHMAD ZAINUDDIN DAFTAR ISI 2 APA ITU FRONTIER DAN DEA? KONSEP EFISIENSI KONSEP PENGUKURAN EFISIENSI PENDEKATAN PENGUKURAN EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR YANG

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan. Pemilihan PT Saung Mirwan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani (wholefarm) adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah,

Lebih terperinci

. II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai

. II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai . II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang analisis produksi sehingga akan sangat membantu dalam mencermati masalah

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi barupa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori produksi Menurut Pindyck and Rubinfeld (1999), produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam kaitannya dengan pertanian,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 29 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Produksi Kegiatan produksi dalam kegiatan ekonomi tidak lepas dalam peranan factor-faktor dalam perekonomian dengan factor-faktor produksi.produksi menerangkan hubungan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dikerjakan oleh konsumen terdapat komoditi itu. Iswandono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dikerjakan oleh konsumen terdapat komoditi itu. Iswandono BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Produksi Produksi diartikan sebagai atau penggunaan atau pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali berbeda

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian analisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani caisim ini dilakukan di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Produktivitas Tebu Nasional Produktivitas tanaman tebu di tingkat nasional berkisar dari 60

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Definisi Ekonomi Pertanian Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari dan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... ii iii iv v vii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang optimasi penggunaan input produksi telah dilakukan oleh beberapa peneliti pada komoditas lain, seperti pada tanaman bawang merah dan kubis.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian ini berisi tentang perkembangan oleokimia dan faktor apa saja yang memengaruhi produksi olekomian tersebut. Perkembangan ekspor oleokimia akan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani paprika hidroponik di lokasi penelitian adalah model fungsi Cobb-Douglas dengan pendekatan Stochastic Production

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Aktivitas usahatani sangat terkait dengan kegiatan produksi yang dilakukan petani, yaitu kegiatan memanfaatkan sejumlah faktor produksi yang dimiliki petani dengan jumlah yang terbatas.

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU 8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Menurut Arikunto (2010: 161) objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Hal ini karena objek penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Teori yang digunakan untuk mengurai perumusan masalah pendapatan petani jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai berikut

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap.

LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap. 7 II. LANDASAN TEORI 1. Konsep Pendapatan Pendapatan tunai adalah selisih antara penerimaan tunai dan pengeluaran tunai. Pendapatan tunai merupakan ukuran kemampuan usaha dalam menghasilkan uang tunai.

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Keterangan : KV = risiko produksi padi σ y. = standar deviasi = rata rata produksi

2. TINJAUAN PUSTAKA. Keterangan : KV = risiko produksi padi σ y. = standar deviasi = rata rata produksi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Risiko Produktivitas Setiap aktivitas manusia selalu mengandung risiko karena ada keterbatasan dalam memprediksi hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kejadian yang memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian pustaka dari buku referensi karya ilmiah. Karya ilmiah yang digunakan adalah hasil penelitian serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2012) efisiensi produksi kain batik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2012) efisiensi produksi kain batik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2012) efisiensi produksi kain batik cap. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor input terhadap produksi,

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISA SKALA USAHATANI TANAMAN JAHE SEBAGAI TANAMAN SELA PADA TANAMAN KELAPA ( Studi Kasus Kecamatan Kewapante )

KAJIAN ANALISA SKALA USAHATANI TANAMAN JAHE SEBAGAI TANAMAN SELA PADA TANAMAN KELAPA ( Studi Kasus Kecamatan Kewapante ) KAJIAN ANALISA SKALA USAHATANI TANAMAN JAHE SEBAGAI TANAMAN SELA PADA TANAMAN KELAPA ( Studi Kasus Kecamatan Kewapante ) I. Gunarto, B. de Rosari dan Joko Triastono BPTP NTT ABSTRAK Hasil penelitian menunjukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara mikro industri didefinisikan sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Secara mikro industri didefinisikan sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Industri Secara mikro industri didefinisikan sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Usahatani Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih,

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS KOMODITAS BUAH-BUAHAN DAN PERKEBUNAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI. Oleh : Ridwan Lutfiadi

ANALISIS EFISIENSI BISNIS KOMODITAS BUAH-BUAHAN DAN PERKEBUNAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI. Oleh : Ridwan Lutfiadi ANALISIS EFISIENSI BISNIS KOMODITAS BUAH-BUAHAN DAN PERKEBUNAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Ridwan Lutfiadi ABSTRACT Bekasi area is quite appropriate for the development of fruit and plantation

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan hal yang tidak bias dipisahkan dari berbagai penelitian yang dilakukan. Objek penelitian merupakan sebuah sumber yang dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah petani garam yang memproduksi garam di Kecamatan Batangan Kabupaten Pati. Penilitian ini menggunakan sampel sebanyak 75 petani

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VI ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 6.1.1 Pengujian Asumsi Klasik Regresi Linier Syarat model regresi linier (fungsi produksi) dikatakan baik jika

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa dengan menggunakan berbagai sumberdaya input yang dimiliki. Sumberdaya

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Bagian ini menjelaskan mengenai teori-teori ekonomi yang menjadi landasan pemikiran sebagai pendekatan untuk menganalisis dan menjelaskan rumusan masalah dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Produksi Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan

Lebih terperinci

ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG

ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG Desy Cahyaning Utami* *Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: d2.decy@gmail.com ABSTRAK Komoditas jagung (Zea mays)

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kelangkaan merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Hal ini menjadi masalah utama ketika keinginan manusia yang tidak terbatas berhadapan dengan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 5 II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman Semangka Berdasarkan klasifikasinya, tanaman semangka termasuk : Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Klas : Dicotyledonae Ordo : Cucurbitales

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan dan Kegunaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci