ANALISIS KOLABORASI INTERDISIPLINER PENELITI BIDANG PERTANIAN : STUDI KASUS PENELITIAN BADAN LITBANG PERTANIAN TAHUN VIVIT WARDAH RUFAIDAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KOLABORASI INTERDISIPLINER PENELITI BIDANG PERTANIAN : STUDI KASUS PENELITIAN BADAN LITBANG PERTANIAN TAHUN VIVIT WARDAH RUFAIDAH"

Transkripsi

1 1 ANALISIS KOLABORASI INTERDISIPLINER PENELITI BIDANG PERTANIAN : STUDI KASUS PENELITIAN BADAN LITBANG PERTANIAN TAHUN VIVIT WARDAH RUFAIDAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 2 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Analisis Kolaborasi Interdisipliner Peneliti Bidang Pertanian: Studi Kasus Penelitian Badan Litbang Pertanian Tahun adalah karya saya dengan arahan komisi pebimbing dan belum dijadikan bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini. Bogor, Desember 2008 Vivit Wardah Rufaidah NRP G

3 3 ABSTRACT VIVIT WARDAH RUFAIDAH. Analysis of Interdisciplinarity Collaboration on Agricultural Researcher : Case Study on Agency for Agricultural Research and Development (AARD) in Under Direction of SRI NURDIATI dan MUSTANGIMAH Analysis of Interdisciplinarity Collaboration on Agricultural Researchers : Case Study on Agency for Agricultural Research and Development (AARD) in The purpose of this research are (1) to determine Multidisciplinarity and Interdisciplinarity collaboration on agricultural researcher, (2) to identify visualisation pattern of interdisciplinarity using the moleculer graph, and (3) to determine interdisciplinarity effect, collaboration to publication productivity of agricultural researchers.the investigation uses 525 research proposals (RPTP). Co-uthor analysed based on research discipline spesialization are used as a bibliometrics approach to measuring interdisciplinary collaboration in this program and to measuring publication productivity by using questionnaire. Results showed that (1) collaboration among researcher with different spesialization have been conducted in entire researches, (2) there was an average annual publication productivity of 0.58 items per researcher on agricultural researcher, and (3) there was negative correlation between publication productivity and Interdisiplinarity collaboration index. Keyword: collaboration, interdiscipline, productivity, agricultural research, researcher

4 4 RINGKASAN VIVIT WARDAH RUFAIDAH. Analisis Kolaborasi Interdisipliner Peneliti Bidang Pertanian: Studi Kasus Penelitian Badan Litbang Pertanian Tahun Dibimbing oleh SRI NURDIATI dan MUSTANGIMAH Peneliti sebagai komunitas pencipta dan pengguna pengetahuan ilmiah mempunyai peran penting dalam penciptaan ilmu melalui penelitian atau kajian ilmiah, dituntut memiliki pengetahuan dan alat-alat serta fasilitas-fasilitas lainnya yang memadai agar dapat mencapai hasil-hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) merupakan unit kerja setingkat Eselon I di Departemen Pertanian yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang pertanian dan merupakan institusi penelitian terbesar di Indonesia. Sejak dibentuk pada tahun 1974, Badan Litbang Pertanian mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan. Sampai periode tahun 2008 Badan Litbang Pertanian memiliki 2036 peneliti yang tersebar di 4 Puslitbang, 2 Pusat, 7 Balai Besar, 15 Balai Penelitian, 1 Balai PATP, 31 Balai Pengkajian, dan 3 Loka Penelitian. Salah satu bentuk evaluasi yang dapat dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana kegiatan penelitian di Badan Litbang Pertanian telah menstimulasi kerjasama antar peneliti dari berbagai disiplin limu adalah dengan melakukan penelitian dan pengkajian terhadap kegiatan kolaborasi yang telah terjadi dan pengaruh kolaborasi antar disiplin terhadap produktivitas publikasi peneliti. Dengan melakukan evaluasi maka akan diperoleh gambaran mengenai karakteristik, kolaborasi antar disiplin dalam kegiatan penelitian intersidiplin yang dilakukan para peneliti pertanian Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menentukan tingkat kolaborasi interdisipliner peneliti bidang pertanian yang terjadi pada kegiatan penelitian pertanian Badan Litbang Pertanian, (2) Memvisualisasikan pola kolaborasi peneliti bidang pertanian menggunakan graf molekuler berdasarkan indeks interdisipliner, dan (3) Menentukan pengaruh kolaborasi interdisipliner peneliti bidang pertanian terhadap produktivitas publikasi hasil pertanian melalui AGRIS (The International Information System for Agricultural Sciences and Technology) dan publikasi lainnya. Metode penelitian yang dilakukan adalah (1) Analisis dokumen dan (2) Metode survei. Metode Analisis yang dilaksanakan adalah :1). analisis kategori disiplin, 2) pengukuran indeks Multidisiplinaritas, 3) pengukuran indeks Interdisiplinaritas, 4) visualisasi, 5) pengukuran pengaruh kolaborasi interdisiplin peneliti dengan produktivitas publikasi yang diterbitkan. Hasil menunjukkan bahwa: (1) Kolaborasi di antara peneliti dengan bidang keahlian yang berbeda telah terjadi pada keseluruhan bidang penelitian Badan Litbang Pertanian tahun dengan nilai rata-rata Indeks Interdisiplinaritas I 2 sebesar 78,38. Hal ini menunjukkan bahwa kolaborasi antar peneliti dengan bidang keahlian yang berbeda cukup tinggi. Apabila bidangbidang penelitian Badan Litbang dikelompokkan dalam 2 kelompok nilai Indeks Interdisiplinaritas maka diperoleh kesimpulan bahwa ada 7 bidang penelitian yang tingkat kolaborasi antar bidang keahlian penelitinya lebih dari 50%, dan hanya ada 3 bidang penelitian yang tingkat kolaborasinya kurang dari 50%, (2) Hasil

5 5 analisis terhadap kategori bidang keahlian peneliti yang termasuk dalam penghitungan nilai Indeks Multidisiplinaritas M 05 dan visualisasi graf molekuler menunjukkan ada 58 bidang keahlian peneliti yang dimiliki oleh peneliti Badan Litbang Pertanian. Keahlian peneliti yang dominan berjumlah 10 keahlian yaitu Agronomy, Economic Sociology, Plant Breeding, Biotechnology, Postharvest Technology, Mycology, Entomology, Plant Physiology, Pests of Plant, Plant Physiology, dan Plant Diseases. Keahlian Agronomy dan Economic Sociology berperan di 6 bidang penelitian, sedangkan keahlian Plant Breeding dan Postharvest Technologi dominan di 5 bidang penelitian. 6 keahlian lainnya masing-masing berperan cukup besar di 4 bidang penelitian, (3) Hasil analisis terhadap subjek proposal penelitian Badan Litbang Pertanian tahun menunjukkan bahwa ada 52 subjek proposal berdasarkan subject category AGRIS FAO. Subjek yang dominan adalah proposal dengan subjek Development Economic and Policies (E14) dan subjek Organization, Administration and Management of Agricultural Enterprises or Farm (E20) masing-masing di 5 bidang penelitian, diikuti oleh Crop Husbandry (F01), Seed Production and Processing (F03), Fertilizing (F04), Cropping Pattern and Systems (F08), Plant Genetics and Breeding (F30), dan Plant Diseases (H20) yang masing-masing dominan di 4 bidang penelitian. Hal ini sesuai dengan dominansi keahlian peneliti yang dimiliki oleh Badan Litbang Pertanian, (4) Produktivitas publikasi peneliti pertanian (Badan Litbang Pertanian) hanya berkisar antara 0,22 0,93 per tahun per peneliti. Peneliti pertanian menulis artikel rata-rata 0,58 artikel per tahun, peneliti bidang Mekanisasi Pertanian (0,93) diikuti oleh peneliti bidang Tanaman Pangan (0,92), sedangkan produktivitas peneliti terendah dalam menulis artikel hasil penelitiannya adalah peneliti bidang Bioteknologi (0,22), (5) Hasil uji korelasi antara kolaborasi peneliti pertanian dengan produktivitas hasil penelitian yang telah diterbitkan dalam publikasi menunjukkan korelasi negatif, tetapi interdisiplinaritas peneliti terhadap produktivitas publikasi hanya berkontribusi sebanyak 14% Kata kunci : Kolaborasi, interdisiplin, produktivitas, penelitian pertanian, peneliti

6 6 Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hal cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalambentuk apapun tanpa izin IPB

7 7 ANALISIS KOLABORASI INTERDISIPLINER PENELITI BIDANG PERTANIAN: STUDI KASUS PENELITIAN BADAN LITBANG PERTANIAN TAHUN VIVIT WARDAH RUFAIDAH Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Departemen Ilmu Komputer SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

8 8 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan berkembang dalam sebuah proses yang berlangsung secara bertahap dan berubah secara perlahan-lahan. Secara konsisten dan sistematis, ilmu disusun di atas dasar yang telah ada sebelumnya dan membentuk suatu kerangka keilmuan yang bersifat kumulatif. Ilmu baru bergantung dan berkembang berdasarkan ilmu yang telah ada. Ilmu baru berasimilasi dengan ilmu yang lebih dulu ada melalui proses difusi dan pembelajaran di antara para peneliti (Surtikanti, 2004). Peneliti sebagai komunitas pencipta dan pengguna pengetahuan ilmiah mempunyai peran penting dalam penciptaan ilmu melalui penelitian atau kajian ilmiah, dituntut memiliki pengetahuan dan alat serta fasilitas lainnya yang memadai agar dapat mencapai hasil-hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam kajian ilmiah, peneliti adakalanya mengalami hambatan dan kendala dan tidak mampu ditangani sendiri olehnya. Kondisi ini bisa terjadi karena rumit dan kompleksnya permasalahan yang diteliti atau karena kekurangan yang dimiliki oleh peneliti sendiri. Sulistyo-Basuki (1994) menyatakan bahwa semua peneliti secara umum merupakan anggota masyarakat dunia, mereka bekerja sama menjelajahi dan memahami misteri alam serta memberikan basis teori yang kemudian menjadi tumpuan pijakan bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu muncullah istilah kolaborasi atau kerjasama yang berkembang sebagai salah satu solusi terhadap kenyataan tersebut. Kolaborasi dalam sebuah penelitian muncul dalam berbagai tingkatan; pada individu, kelompok, bagian, lembaga, sektor, dan negara. Beberapa kolaborasi bersifat formal dan lebih banyak di antaranya bersifat informal. Kolaborasi kemudian sering dinyatakan dengan gagasan untuk menghilangkan batas penghalang antar disiplin, batas penghalang antara berbagai lembaga seperti antar universitas, antara universitas dengan industri, badan usaha komersial, pemerintah dan layanan umum.

9 9 Kolaborasi dianggap sebagai ujung tombak dunia ilmu pengetahuan sehingga mendapat perhatian besar dari komunitas ilmuwan dan institusi kebijakan ilmu pengetahuan (Nangpaul dalam Surtikanti, 2004). Dalam sebuah penelitian observasi, ditemukan adanya bukti meningkatnya makalah ilmiah dengan kepengarangan ganda dan dianggap merupakan bukti meningkatnya kolaborasi di antara kelompok peneliti (Katz & Martin, 1997). Dorongan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan juga menjadi dasar bagi para peneliti di bidang pertanian dengan melakukan kegiatan penelitian, pengkajian, percobaan dan penemuan baru secara individual maupun berkelompok dan bekerjasama. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) merupakan unit kerja setingkat Eselon I di Departemen Pertanian yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang pertanian dan merupakan institusi penelitian terbesar di Indonesia. Sejak dibentuk pada tahun 1974, Badan Litbang Pertanian mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan. Sampai periode tahun 2008 Badan Litbang Pertanian memiliki 2036 peneliti yang tersebar di 4 Puslitbang, 2 Pusat, 7 Balai Besar, 15 Balai Penelitian, 1 Balai Pengkajian Aplikasi Teknologi Pertanian, 31 Balai Pengkajian, dan 3 Loka Penelitian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Badan Litbang Pertanian melaksanakan penelitian terapan untuk menghasilkan inovasi teknologi dan kelembagaan dalam rangka mendukung pembangunan pertanian. Sejalan dengan permasalahan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pertanian, Badan Litbang Pertanian merumuskan lima program utama dalam Renstra Badan Litbang Pertanian , yaitu: (1) Program penelitian dan pengembangan sumberdaya pertanian, (2) Program penelitian dan pengembangan komoditas, (3) Program penelitian dan pengembangan sosial ekonomi dan nilai tambah pertanian, (4) Program pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi pertanian, dan (5) Program pengembangan kelembagaan dan komunikasi hasil litbang (Badan Litbang Pertanian, 2008).. Dalam melaksanakan program utama tersebut Badan Litbang Pertanian menerapkan manajemen penelitian di mana usulan penelitian yang akan

10 10 dilaksanakan dihimpun dalam Rencana Penelitian Tingkat Peneliti (RPTP). Proses penelitian seperti tercantum dalam RPTP meliputi: (1) Perumusan masalah, (2) Tujuan dan luaran, (3) Macam penelitian, (4) Metode penelitian, (5) Rencana pelaksanaan penelitian dan, (6) Pengorganisasian (sumberdaya manusia dan dana/anggaran). RPTP setiap tahunnya dihimpun ke dalam suatu Pangkalan data CARIS (Current Agricultural Research Information System), sedangkan hasil penelitian dihimpun dalam Pangkalan data AGRIS (The International Information System for Agricultural Sciences and Technology). CARIS dan AGRIS merupakan jaringan kerjasama informasi yang memberikan informasi tentang kegiatan penelitian yang sedang dilaksanakan (on going research) dan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti atau ilmuwan atau lembaga ilmiah dari negara yang berpartisipasi dalam jaringan informasi CARIS dan AGRIS atas prakarsa Food and Agriculture Organization (FAO). CARIS dan AGRIS dibentuk pada tahun 1975 untuk mengidentifikasi dan menyediakan fasilitas pertukaran informasi tentang proyek/kegiatan penelitian pertanian terbaru yang sedang dilaksanakan dan hasil-hasil penelitian yang telah dilaksankan di negara berkembang. Hingga tahun 2008 tercatat masing-masing ada 132 dan 240 pusat nasional yang berpartisipasi dalam jaringan informasi CARIS dan AGRIS. Melalui CARIS, setiap informasi kegiatan penelitian pertanian yang sedang dilaksanakan di negara peserta dapat diakses dan diharapkan bahwa perancangan penelitian yang lebih baru akan mempertimbangkan penelitian yang telah lampau dan yang sedang dilaksanakan di mana pun, agar duplikasi penelitian dapat dihindari. Di sisi lain, melalui AGRIS diharapkan semua informasi hasil-hasil penelitian pertanian dapat diakses dan dapat menjadi media pertukaran informasi bagi negara peserta. Kegiatan CARIS dan AGRIS di Indonesia mulai aktif sesudah tahun Pusat Nasional CARIS di Indonesia ada di Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA). Sampai saat ini PUSTAKA baru melaksanakan pengolahan informasi penelitian yang sedang dilaksanakan di lingkup Badan Litbang Pertanian, karena adanya keterbatasan dana dan waktu dan

11 11 secara berkala PUSTAKA mengirimkan informasi yang telah diolah ke Pusat CARIS di kota Roma. Salah satu bentuk evaluasi yang dapat dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana kegiatan penelitian di Badan Litbang Pertanian telah menstimulasi kerjasama antar peneliti dari berbagai disiplin limu adalah dengan melakukan penelitian dan pengkajian terhadap kegiatan kolaborasi yang telah terjadi dan pengaruh kolaborasi antar disiplin terhadap produktivitas publikasi peneliti. Dengan melakukan evaluasi maka akan diperoleh gambaran mengenai karakteristik, kolaborasi antar disiplin dalam kegiatan penelitian intersidiplin yang dilakukan para peneliti pertanian. Oleh sebab itu, perlu diteliti seberapa jauh kolaborasi di antara peneliti bidang pertanian melalui komunikasi formal pada proposal penelitian dalam pangkalan data CARIS, dan produktivitas publikasi Badan Litbang Pertanian melalui AGRIS) dan publikasi lainnya. Melalui penelitian ini akan dikaji sejauh mana tingkat kolaborasi interdisipliner peneliti pertanian pada penelitian pertanian tahun dan hubungan antara kolaborasi interdisipliner dengan produktivitas publikasi yang diterbitkan Tujuan Penelitian Dari latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Menentukan tingkat kolaborasi interdisipliner peneliti bidang pertanian yang terjadi pada kegiatan penelitian pertanian Badan Litbang Pertanian melalui pangkalan data CARIS tahun (2) Memvisualisasikan pola kolaborasi peneliti bidang pertanian menggunakan graf molekuler berdasarkan indeks interdisipliner (3) Menentukan pengaruh kolaborasi interdisipliner peneliti bidang pertanian terhadap produktivitas publikasi hasil pertanian melalui AGRIS dan publikasi lainnya.

12 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Memberikan gambaran sejauh mana tingkat dan pola kolaborasi interdisipliner peneliti bidang pertanian berdasarkan disiplin keahlian peneliti kepada Badan Litbang Pertanian (2) Memberikan gambaran bagi Badan Litbang Pertanian Depertemen Pertanian sejauh mana peneliti-peneliti pertanian berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan pertanian melalui berbagai publikasi dan media, dan sejauh mana pencapaian penelitian yang dilaksanakan mempengaruhi produktivitas peneliti pertanian dan kegiatan penelitian menstimulasi kerjasama antara peneliti dari berbagai disiplin ilmu Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dan kajian kolaborasi peneliti bidang pertanian Badan Litbang Pertanian pada tahun dibatasi pada pangkalan data CARIS tahun Data untuk penelitian produktivitas publikasi yang diperlukan diambil dari pangkalan data AGRIS pada tahun dan untuk melengkapi data tersebut dihimpun melalui kuesioner yang disebar kepada para peneliti.

13 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan tinjauan pustaka yang digunakan untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Pembahasan dibagi atas empat bagian yang terdiri dari kolaborasi penelitian, penelitian interdisipliner, dan metode pengukuran tingkat kolaborasi interdisiplin Kolaborasi Kajian kolaborasi digunakan untuk mengetahui produktivitas dan jumlah penulis serta menghitung tingkat kolaborasi ditinjau dari organisasi asal dan kedudukan penulis. Pendekatan lain yang digunakan dalam kajian kolaborasi ialah dengan membandingkan tingkat kolaborasi antarlembaga dan antar disiplin ilmu dalam suatu negara serta untuk melihat kondisi yang melatarbelakangi penulis dalam melakukan kolaborasi (Surtikanti, 2004). Kolaborasi merupakan terjemahan dari kata collaboration yang artinya kerjasama. Istilah kolaborasi mempunyai pengertian mencakup semua kegiatan yang ingin dicapai dan mempunyai tujuan serta manfaat sama. Kerjasama terjadi apabila lebih dari satu orang atau lembaga bekerjasama dalam suatu kegiatan penelitian dengan memberikan sumbangan dalam bentuk ilmu pengetahuan dan tindakan yang sifatnya intelektual maupun material. Konsep kolaborasi tumbuh dari anggapan bahwa adakalanya sebuah karya tidak dapat dikerjakan seorang diri sehingga dibutuhkan bantuan penulis atau peneliti lainnya. Kajian kolaborasi banyak ditujukan pada konsep ko-penulis daripada konsep sub-penulis, karena untuk konsep sub-penulis parameternya lebih jelas, batasannya lebih nampak dan lebih mudah diukur. Dalam konsep ko-penulis, kegiatan dikerjakan secara bersama-sama dan nama semua penulis atau peneliti dicantumkan dalam karyanya. Sistem kolaborasi digambarkan oleh Egghe (1991) melalui sebuah pasangan himpunan makalah yang ditulis secara bersama atau sekelompok penulis. Menurut Subramanyam (1983) tingkat kolaborasi peneliti berbeda-beda pada masingmasing disiplin ilmu. Frekuensi peneliti dalam melakukan kolaborasi dengan

14 14 peneliti lain menentukan tingkat kolaborasi peneliti. Pernyataan itu diperkuat oleh Sulistyo-Basuki (1994) yang menyebutkan tingkat kolaborasi bervariasi antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lain, serta dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan riset, faktor demografis, dan jenis disiplin ilmu. Tingkat kolaborasi untuk bidang teknologi umumnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat kolaborasi bidang humaniora. Kajian Lindsey dan Brown yang disitir oleh Garfield (1979) menyebutkan bahwa kolaborasi dari seluruh karya untuk bidang ekonomi, sosial dan sosiologi berkisar antara %, sedangkan bidang gerontologi, psikiatri, psikologi dan biokimia kolaborasi mencapai %. Dalam tulisannya mengenai kolaborasi penelitian, Katz dan Martin (1997) menyatakan bahwa ada asumsi yang secara luas diterima bahwa kolaborasi dalam penelitian merupakan satu hal yang baik untuk dilakukan dan karenanya harus didukung dan dikembangkan. Asumsi ini juga mempengaruhi lingkungan pembuat kebijakan ilmu pengetahuan di berbagai negara. Banyak upaya telah dilakukan dengan cita-cita dan tujuan untuk mengembangkan kolaborasi di antara para peneliti menyatukan dan mempertemukan mereka dalam sebuah lembaga penelitian atau dalam kelompok-kelompok penelitian. Juga ada kebijakan yang ditujukan untuk meningkatkan hubungan antara ilmu dan teknologi yang dapat dicapai dengan mengembangkan kolaborasi penelitian lintas sektor khususnya antara industri dan universitas. Lebih jauh lagi banyak pemerintahan yang telah berusaha keras untuk meningkatkan keikutsertaan peneliti mereka dalam kegiatan kolaborasi internasional, yang diyakini dapat memberikan banyak keuntungan dan penghematan biaya Faktor yang Mempengaruhi Kolaborasi Faktor yang mempengaruhi kolaborasi menurut Katz dan Martin (1997) adalah: (1) Adanya perubahan pola pendanaan, (2) Keinginan peneliti untuk meningkatkan popularitas dan kesadaran publik akan keberadaan dirinya, serta perolehan gelar dan kesarjanaan, (3) Meningkatnya tuntutan rasionalisasi tenaga kerja ilmuwan, (4) Kebutuhan instrumen penelitian yang lebih kompleks dan lebih besar skalanya, (5) Meningkatnya spesialisasi bidang ilmu, (6) Kemajuan disiplin

15 15 ilmiah yang menyebabkan munculnya kebutuhan akan banyak keahlian dalam melakukan sebuah penelitian yang bernilai tinggi, sebuah kondisi yang seringkali hanya dapat dipenuhi dengan bekerjasama dengan orang lain, (7) Tumbuhnya profesionalisme dalam ilmu, (8) Kebutuhan untuk mendapatkan pengalaman atau untuk melatih peneliti yang sedang belajar dengan cara yang paling efektif dan memungkinkan, (9) Meningkatnya keinginan untuk memperoleh perkawinan silang lintas disiplin, (10) Kebutuhan untuk bekerja berdekatan dengan peneliti lain agar dapat memperoleh keuntungan dari keahlian dan pengetahuan tacit yang tersembunyi, (11) Jenis dan karakteristik penelitian. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penelitian eksperimental lebih sering dilakukan dengan cara berkolaborasi dibandingkan dengan yang sifatnya teoritis, sedangkan penelitian lain memberikan bukti bahwa penelitian terapan cenderung lebih sering berkolaborasi dibandingkan penelitian murni Motivasi Kolaborasi Beberapa hal yang memotivasi peneliti untuk berkolaborasi menurut Smith dan Katz (2000) meliputi: (1) Peningkatan biaya pelaksanaan penelitian, (2) Biaya transportasi dan komunikasi yang semakin murah, (3) Ilmu adalah institusi sosial dimana kemajuannya sangat bergantung pada interaksi dengan ilmuwan lainnya, baik formal maupun informal melalui invisible college, (4) Meningkatnya kebutuhan untuk spesialisasi pada bidang-bidang tertentu, terutama pada instrumen khusus yang sangat kompleks, (5) Meningkatnya siginifikansi dari bidang-bidang pengetahuan interdisipliner, (6) Adanya berbagai faktor politik dan kebijakan publik yang mendorong peningkatan tingkat kolaborasi antar peneliti Keuntungan dan Kerugian Berkolaborasi Penelitian saat ini telah menjadi sangat kompleks dan menuntut keahlian yang lebih luas. Tidak seorang pun memiliki semua pengetahuan dan keahlian serta aspek-aspek teknis yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian. Meskipun banyak keahlian yang mungkin bisa dipelajari oleh seorang peneliti tapi akan sangat memakan waktu dan biaya. Jika dua atau lebih peneliti berkolaborasi akan

16 16 ada kemungkinan di antara mereka yang memiliki keahlian yang dibutuhkan dalam penelitian yang akan dilakukan. Keuntungan yang diperoleh dengan berkolaborasi menurut Katz dan Martin (1997) di antaranya: (1) Kesempatan untuk berbagi pengetahuan, keahlian dan teknik tertentu dalam sebuah ilmu. Dengan kolaborasi akan terjadi pembagian kerja, dan kepastian penggunaan yang efektif setiap kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing peneliti (2) Adanya transfer pengetahuan dan keahlian. Upaya untuk memperbaharui pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat memakan waktu dan ada beberapa masalah dalam melakukan hal tersebut, di antaranya adalah kenyataan bahwa tidak seluruh ilmu dan perkembangan terbarunya didokumentasikan, ada banyak pengetahuan yang sifatnya tacit dan tetap dalam kondisi seperti itu sampai ilmuwan yang menguasainya mempunyai waktu untuk menuliskannya dan kemudian memublikasikannya. (3) Kolaborasi mendorong perkawinan silang ide dari berbagai bidang ilmu yang akan menambah wawasan dan perspektif baru. Kolaborasi bisa menjadi pendorong tumbuhnya kreativitas dan peluang ini akan lebih tinggi jika berkolaborasi dengan orang-orang yang berasal dari berbagai bidang ilmu yang berbeda. (4) Kolaborasi membuka kesempatan persahabatan intelektual. Penelitian bisa menjadi sebuah pekerjaan yang membatasi interaksi antar individu. Seorang peneliti dapat secara terbatas mengatasi isolasi intelektual tersebut melalui kerjasama dengan orang lain, melakukan pekerjaan dan mungkin juga membina hubungan pribadi dengan mereka. Dengan berkolaborasi, peneliti tidak saja akan membangun hubungan dengan para peneliti yang terlibat dalam penelitian yang sedang dilakukannya, tetapi juga akan membuka peluang bagi peneliti tersebut untuk masuk dalam jaringn yang lebih luas dalam komunitas ilmiah. (5) Kolaborasi mempengaruhi produktivitas.

17 17 Menurut Katz dan Martin (1997), di samping keuntungan yang banyak diperoleh melalui kolaborasi penelitian, ada juga kerugiannya, di antaranya adalah: (1) meningkatnya biaya tambahan untuk keperluan transportasi baik yang digunakan untuk peneliti maupun peralatan penelitian yang perlu untuk dipindahkan, (2) bertambahnya waktu yang dibutuhkan untuk membuat proposal bersama, beberapa perjanjian kerja dan kemungkinan penelitian harus dilakukan di beberapa tempat yang berbeda. Juga harus disediakan waktu khusus untuk saling berbagi informasi, diskusi-diskusi untuk menyamakan pendapat dalam menyusun hasil akhir penelitian. Peneliti juga membutuhkan waktu tambahan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru yang belum dikenalnya dan membangun kerjasama antar personal dengan peneliti lainnya, dan (3) bertambahnya kegiatan administratif yang dibutuhkan akibat banyaknya keterlibatan berbagai pihak. Diperlukan manajemen yang lebih baik dan rapi untuk mengatasi masalah-masalah birokrasi yang muncul. Jika dua lembaga atau lebih berkolaborasi maka seringkali akan muncul masalah menyatukan budaya manajemen yang berbeda, sistem keuangan, aturan hak cipta dan sebagainya. Juga akan ada sistem penghargaan yang berbeda kriteria promosi dan implikasi etik dan komersial yang berbeda Jenis Kolaborasi Sulistyo-Basuki (1994) dan Subramanyam (1983) menyatakan bahwa jenis kolaborasi peneliti terbagi atas kolaborasi dosen-mahasiswa, kolaborasi di antara rekan sejawat, kolaborasi pengawas-asisten, kolaborasi peneliti-konsultan, kolaborasi di antara berbagai organisasi penelitian serta kolaborasi internasional. Jumlah anggota kolaborasi bervariasi, mulai dari dua sampai dengan sepuluh orang, walaupun ada juga yang melibatkan sampai 30 orang. Di sisi lain, Smith dan Katz (2001) membagi kolaborasi atas tiga jenis yaitu kolaborasi antar lembaga, kolaborasi antar tim, dan kolaborasi antar individu. Alasan utama yang melatarbelakangi kerjasama antar lembaga umumnya untuk membuat akses pada sumberdaya eksternal, sedangkan pada tim dan individu terutama pada penyelesaian masalah penelitian dan kebutuhan pada keahlian yang dimiliki perseorangan.

18 Metode Perhitungan Tingkat Kolaborasi Bibliometrika adalah bagian dari informatika yang merupakan kajian kuantitatif terhadap informasi terekam. Kajian bibliometrika mengaplikasikan metode matematika dan statistika untuk mengukur suatu perubahan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada sekumpulan dokumen atau media lainnya (Busha dan Harter, 1980). Metode ini memanfaatkan data bibliografis dari dokumen penelitian yang berfungsi sebagai indikator kolaborasi sebagai masukan. Dokumen hasil penelitian saat ini secara luas diterima sebagai salah satu indikator sifat, arah, jumlah dan karakteristik sebuah kajian atau disiplin ilmu (Surtikanti, 2004). Secara kolektif dokumen-dokumen tersebut dapat mewakili data yang berhubungan dengan upaya atau usaha penelitian dan kemajuan ilmiah dalam sebuah bidang ilmu serta interaksi peneliti dalam sebuah komunitas ilmiah. Bahkan dalam periode tertentu data tersebut dapat memberikan gambaran dan pemahaman tentang perubahan komposisi dan pergerakan sebuah disiplin atau ilmu pengetahuan secara umum Penelitian Interdisipliner Penelitian interdisipliner pertama kali diteliti pada bidang ilmu sosiologi, psikologi dan sejarah pada era tahun 50-an. Pada waktu itu ilmuwan melakukan investigasi bagaimana penelitian interdisipliner dikelola dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu, dan bagaimana ilmuwan berperilaku dalam kolaborasi interdisipliner (Qin, Lancaster dan Allen, 1997). Dalam bidang informasi, ilmuwan mulai mengkaji bidang ini sekitar dua dekade. Beberapa jenis penelitian yang telah dilakukan ilmuwan adalah menggunakan informasi dalam bentuk menyitir dan publikasi dari sebuah penelitian interdisipliner dibandingkan dengan penelitian yang mono disiplin (Romero, 1997). Penelitian interdispliner merupakan sebuah konsep yang belum memiliki batasan yang jelas dan sulit untuk didefinisikan. Qin, Lancaster dan Allen (1997)

19 19 merangkum beberapa karakteristik penelitian interdisipliner dari beberapa penelitian yaitu: 1. Berbagai bidang ilmu tercakup atau berada dalam sebuah penelitian. 2. Anggota kelompok penelitian menggunakan berbagai pendekatan yang berbeda untuk menyelesaikan sebuah masalah penelitian. 3. Anggota kelompok penelitian melakukan peran yang berbeda dalam menyelesaikan masalah penelitian. 4. Anggota kelompok penelitian bekerja untuk menyelesaikan masalah penelitian yang berbeda. 5. Ada sekelompok peneliti yang bertanggungjawab untuk menyelesaikan produk akhir penelitian. 6. Kelompok peneliti yang saling berbagi fasilitas yang sama. 7. Sifat atau karakter masalah penelitian menentukan pemilihan anggota kelompok penelitian. 8. Anggota kelompok dipengaruhi oleh bagaimana anggota lainnya bekerja Metode Interdisiplin Disiplin berasal dari istilah bahasa Latin disciplina, atau dalam bahasa Inggris discipline secara khusus mengacu pada konteks pendidikan dan kegiatan pengajaran wujud pengetahuan tertentu sebagaimana tergambar dalam kurikulum dan buku teks (McIrerney, 1997). Disiplin merupakan kombinasi dari kategori kognitif dan sosial. Menurut McIrerney (1997), sistem kategori disiplin merupakan bagian dari bagaimana ilmu pengetahuan dikelola dalam sebuh sistematika tertentu. Sebuah sistem yang digunakan untuk mengorganisasikan pengetahuan dikenal sebagai skema klasifikasi. Klasifikasi yang ideal untuk keseluruhan pengetahuan yang ada harus dapat membedakan antara bidang pengetahuan atau disiplin dalam tiap bagian pengetahuan yang berbeda dan sama dalam sistematika pembagiannya. Skema ini juga harus memiliki pola kategori yang dapat disesuaikan bagi tiap perkembangan ilmu pengetahuan baru. Klasifikasi yang ada saat ini sangat terbatas dalam hal kemampuan menempatkan bidang penelitian baru yang bersifat interdisiplin atau subdisiplin

20 20 baru yang spesifik. Sebagai contoh untuk alasan praktis tetap mempertahankan kategori yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu yang ada pada saat sistem klasifikasi tersebut dibuat. Misalkan pada pembagian bidang sains, berdasarkan sistem klasifikasi yang ada saat ini umumnya sangat kurang dalam membedakan disiplin teknik yang akan menyebabkan kesalahan pemahaman lintas disiplin dalam bidang ini. Mengingat peran penelitian dalam pengembangan ilmu dan disiplin baru maka dikenal beberapa metode penelitian bibliometrik dalam melihat bagaimana tingkat lintas disiplin dalam penelitian. Metode yang umum digunakan untuk mengukur penelitian interdisipliner adalah dengan menghitung kemunculan bersama elemen tertentu yang dapat dianggap sebagai penanda sebuah disiplin tertentu (Surtikanti, 2004). Di antara metode penghitungan adalah seperti kata kunci, tajuk klasifikasi, afiliasi pengarang, atau sitasi. Beberapa jenis metode penghitungan lintas disiplin berdasarkan pendekatan kemunculan bersama elemen yang mewakili konsep disiplin adalah analisis coword dan ko-klasifikasi, analisis sitiran dan analisis ko-pengarang. Keempat pendekatan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, dan mempunyai kesesuaian dengan tujuan-tujuan penelitian tertentu. Analisis co-word dan ko-klasifikasi berfokus pada informasi yang ada pada makalah yang diteliti. Sebuah makalah akan dimasukkan pada kelompok interdisipliner apabila informasi yang ada pada makalah tersebut bukan dari klasifikasi monodisipliner karena relevansi atau karena subjek makalah tersebut berada di antara dua atau lebih disiplin. Analisis sitasi mengukur aliran informasi antar disiplin dari sumber bacaan antar disiplin pengarangnya. Konsep disiplin dari ketiga metode di atas hanya melakukan analisis pada aspek kognitif lintas disiplin yang berhubungan dengan informasi. Ko-pengarang merupakan metode yang tepat untuk memahami sifat interdisipliner disiplin sebagai sebuah kombinasi fenomena kognitif dan sosial, khususnya untuk bidang yang secara sistematik ambigu. Dengan mengacu pada afiliasi pengarang dapat menghindari adanya distorsi dan hal-hal lain yang disebabkan klasifikasi pengetahuan yang tidak sempurna (Surtikanti, 2004).

21 Indeks Pengukuran Interdisiplinaritas dan Multidisiplinaritas Dalam kajian ini akan digunakan dua macam pengukuran untuk menggambarkan tingkat dan pola kolaborasi interdisiplin dan multidisiplin, yaitu Indeks Interdisiplinaritas dan Indeks Multidisiplinaritas. Kedua pengukuran ini dipakai oleh Schummer (2003) dalam penelitiannya mengenai tingkat kolaborasi interdisiplin pada bidang nanosains dan nanoteknolgi, berdasarkan metode penghitungan yang dikembangkannya. Metode ini memungkinkan pengukuran kedua indeks di atas pada keseluruhan populasi maupun pada bagiannya. Cara pengolahan data dapat diterapkan baik pada keseluruhan populasi maupun per bidang penelitian. Penggunaan distribusi fungsi disiplin pada metode ini merupakan pilihan ukuran yang relatif tepat, meskipun kurang ilustratif, untuk mengukur multidisipliner. Secara umum disiplin dapat dihitung berdasarkan dua basis penghitungan yaitu basis pengarang dan basis makalah. Basis pengarang menghitung jumlah pengarang dari disiplin tersebut sedangkan basis majalah menghitung jumlah makalah yang di dalamnya terdapat sedikitnya satu pengarang dari disiplin yang terlibat. Metode yang dikembangkan oleh Schummer menggunakan basis makalah dalam penghitungannya. Shummer juga menjelaskan bagaimana menerapkan metode ini dalam berbagai kategori kelas selain kategori disiplin. Untuk melakukan pengukuran yang berbeda, seperti pengukuran tingkat dan pola kolaborasi pada berbagai lembaga atau berbagai wilayah, maka dapat dilakukan hanya dengan mengubah kelas kategori sesuai dengan tujuan pengukurannya. Berikut akan dijelaskan bagaimana metode penghitungan kedua ukuran indeks di atas. Indeks Multidisiplinaritas Dalam melakukan pengukuran Indeks multidisiplinaritas dalam penelitian ini akan digunakan batasan disiplin yang akan masuk dalam penghitungan. Ukuran umum multidisipliner dari sebuah bidang adalah jumlah disiplin yang terlibat penelitian. Disiplin yang diukur adalah disiplin yang terlibat dalam kepengarangan dengan jumlah sekurangnya 5% dari keseluruhan karya yang ada. Penentuan nilai 5% merupakan pilihan untuk menyederhanakan pola interaksi

22 22 disiplin yang akan digambarkan dan dianggap cukup mewakili kondisi data yang diolah. Nilai ini dilambangkan dengan M 05, dengan M 05 : Indeks multidisiplinaritas : jumlah disiplin yang terlibat dalam kepengarangan dengan jumlah sekurangnya 5% dari keseluruhan karya yang ada. Dengan demikian cara menghitungnya adalah M 05 = hitung [c i ] jika c i > 0,05, dengan c i : ukuran relatif disiplin i. Dengan cara menghitungnya adalah c i = n i /N, dengan n i : jumlah makalah dengan sekurangnya 1 pengarang dari disiplin I terlibat N : jumlah total makalah. Selain itu untuk memberikan gambaran tentang distribusi, juga digunakan ukuran relatif dari disiplin ilmu terbesar, c Max sebagai indikator lain yang sifatnya sederhana. Cara pengukuran ukuran relatif disiplin terbesar adalah: c Max = Max [c i ]. Indeks Interdisiplinaritas Pengukuran umum penelitian Interdisiplinaritas adalah jumlah karya yang diko-pengarangkan oleh pengarang yang berasal lebih dari 1 disiplin. Dalam kajian ini dibatasi pada interaksi dari dua disiplin atau lebih. Ukuran indeks untuk karya yang diko-pengarangkan oleh pengarang dari 2 atau lebih disiplin adalah I 2 atau indeks interdisiplin dari dua disiplin atau lebih. Dengan cara penghitungannya adalah: I 2 = jumlah makalah yang diko-pengarangkan oleh pengarang dari 2 atau lebih disiplin/n. Juga akan dilakukan pengukuran untuk menghitung koefisien bi-disipliner khusus untuk tiap pasangan disiplin I dan k, atau c ik.

23 23 Cara menghitung koefisien ini adalah: c ik = n ik / N, dengan c ik : ukuran relatif I dan k n ik : jumlah makalah dengan ko-pengarang sekurangnya 1 pengarang dari tiap disiplin I dan k N : jumlah total makalah. Untuk memperoleh semua informasi penting mengenai disiplin mana berkolaborasi dengan disiplin lain dan sampai sejauh mana tingkat kolaborasinya, maka koefisien c ik yang diperoleh akan disusun menjadi kombinasi binari disiplin dalam matriks interdisiplin simetrik. Matriks ini juga akan memberikan informasi mengenai tingkat kolaborasi antar pengarang yang berasal dari satu disiplin. Elemen diagonal matriks dengan k = I, c i.i, akan mengindikasikan jumlah relatif karya yang dikarang oleh pengarang monodisipliner dari tiap disiplin i Teori Graf Leigthon dan Rubinfeld (2006) menyatakan bahwa dalam matematika dan ilmu komputer, teori graf adalah ilmu mengenai graf struktur matematika. Suatu graf G dapat dinyatakan sebagai G = <V, E>. Graf G terdiri atas himpunan V yang berisikan puncak (node) pada graf tersebut dan himpunan dari E yang berisi rusuk pada graf tersebut. Himpunan E dinyatakan sebagai pasangan dari puncak yang ada dalam V. Sebagai contoh definisi dari graf pada Gambar 1. yaitu: V = {1,2,3,4,5,6} dan E = {(1,2),(1,5),(2,3),(3,4),(4,5),(5,2),(4,6)}. V = {1,2,3,4,5,6} E = {{1,2},{1,5},{2,3},{2,5},{3,4},{4,5},{4,6}} Gambar 1. Ilustrasi himpunan E dan V Banyak struktur yang bisa direpresentasikan dengan graf. Ekstensi lain pada graf adalah dengan membuat rusuknya berarah, yang secara teknis disebut graf berarah atau digraf (directed graph). Arah dengan rusuk berbobot disebut jaringan.

24 24 Jaringan banyak digunakan pada cabang praktis teori graf yaitu analisis jaringan. Perlu dicatat bahwa pada analisis jaringan, definisi kata jaringan bisa berbeda, dan sering berarti graf sederhana (tanpa bobot dan arah) (Harary, 1969). Struktur graf dapat mereprentasikan berbagai masalah secara menarik. Sebagai contoh, graf dapat halaman yang tersedia pada website dan sebuah rusuk dari halaman A ke halaman B jika dan hanya jika A terdiri atas sebuah link ke B. A dengan pendekatan yang sama bisa digunakan dalam travel, biologi, desain chip komputer dan bidang yang lainnya. Dalam ilmu komputer yang menjadi perhatian utama dalam teori graf adalah pengembangan algoritme. Suatu struktur graf dapat diperluas dengan menetapkan sebuah bobot atau ukuran untuk setiap rusuk. Graf dengan bobot digunakan untuk merepresentasikan struktur dalam hubungan pasangan yang memiliki nilai numerik. Sebagai contoh, jika sebuah graf digambarkan sebagai jalan raya, bobot atau ukuran digambarkan sebagai panjang setiap jalan. Suatu ukuran atau bobot rusuk dalam konteks teori graf disebut juga dengan jaringan. Jaringan memiliki banyak kegunaan dari sisi teori graf. Dalam analisis jaringan istilah jaringan sangat beragam dan seringnya merujuk pada graf sederhana. Aplikasi teori graf sudah banyak, tetapi umumnya dibagi ke dalam dua kategori: pertama analisis untuk menentukan sifat dari suatu jaringan seperti distribusi derajat puncak dan diameter graf, kedua, analisis untuk mengukur kuantitas dalam jaringan, sebagai contoh untuk sebuah jaringan transportasi, berapa banyak kendaraan yang melewati suatu jalan tertentu. Teori graf juga digunakan dalam studi molekuler pada ilmu kimia dan fisika, misalnya dalam struktur atom tiga dimensi. Teori graf juga secara luas digunakan dalam sosiologi dan komunikasi. Dalam sosiologi sudah terdapat software analisis jaringan sosial yang menggunakan teori graf. Dalam komunikasi teori graf dikenal dengan graf komunikasi Graf Komunikasi Komunikasi ilmiah adalah penyampaian informasi ilmiah dari satu orang ke orang lain melalui berbagai media. Tujuan komunikasi adalah untuk penyebaran dan pertukaran informasi, penyusunan fakta menjadi bentuk informasi yang

25 25 memenuhi kebutuhan peneliti/ilmuan, dan pemberitahuan kepada sesama ilmuan yang mempunyai disiplin ilmu sama atau saling berkaitan (Schweppe dalam Sumaryanto, 1987). Sulistyo-Basuki (1983) menggambarkan sistem komunikasi ilmiah sebagai penyampaian informasi secara langsung ataupun tidak langsung kepada pengguna atau pemakai informasi. Penyampaian secara langsung disebut komunikasi informal misalnya melalui lisan, telepon dan lain-lain, sedangkan penyampaian secara tidak langsung disebut komunikasi formal, yaitu melalui media formal (literatur primer, sekunder dan tersier). Graf komunikasi dapat menggambarkan suatu komunikasi formal. Menurut Suryadi (1994), suatu graf G (V, E) terdiri atas 2 himpunan: (1) Himpunan V, yang elemennya disebut vertek, (2) Himpunan E yang merupakan himpunan pasangan tidak terutur dari puncak elemen, disebut himpunan Rusuk. Jadi suatu graf merupakan suatu himpunan yang terdiri atas himpunan titik (puncak) dan garis (rusuk) yang menghubungkan kedua titik tersebut. Setiap garis pada suatu graf terletak antara dua titik dan setiap titik disajikan secara eksplisit. Dalam hal ini konfigurasi geometris pada suatu graf adalah dihubungkan atau tidaknya dua titik pada graf tersebut. Banyaknya garis yang bertemu pada suatu titik disebut valensi (degree), dan untuk titik yang valensinya nol disebut dengan titik terasing (isolated point) Graf Molekuler Salah satu struktur graf yang bisa digunakan untuk memvisualisasikan hubungan kuantitatif dengan sederhana adalah dengan graf molekuler (Schummer, 2003). Dalam kajian ini graf molekuler digambarkan sebagai salah satu representasi topologis dengan disiplin sebagai simpul dalam bentuk bulatan dan tiap simpul disiplin dihubungkan satu sama lain dengan hubungan interdisipliner berupa batang. Kesederhanaan graf molekuler memungkinkan visualisasi struktur interdisipliner hanya pada beberapa disiplin dan beberapa hubungan interdisipliner yang terlibat. Keuntungan dan kesederhaaan graf ini benar-benar memungkinkan untuk memahami karakteristik struktur lintas disiplin langsung

26 26 untuk setiap kelompok kategori disiplin yang berbeda sesuai dengan tujuan analisis data. Untuk meningkatkan kemudahan memahami graf molekuler dan memfokuskan diri pada informasi yang penting ada gunanya mengurangi kompleksibilitas dengan mengeluarkan informasi-informasi yang kurang penting. Sebagai contoh dengan menggunakan limit 5% untuk tiap disiplin, maka hubungan yang lebih kecil misalnya 2% atau 1% dapat dihilangkan. Dengan melakukan pembatasan, graf molekuler dapat diatur agar hanya memasukkan disiplin-disiplin yang nilainya lebih besar atau sama dengan 5%, dengan jumlah lingkaran sesuai dengan indeks M 05, lebar kombinasi dari semua hubungan binari sebanding dengan binari lintas disiplin I 2, dan seterusnya. Jika digunakan skala yang sama untuk mewakili ukuran relatif dari tiap disiplin c i sebagai diameter lingkaran dan untuk mewakili koefisien bi-disiplin c ik, dengan lebar batang penghubungnya, graf yang dihasilkan juga memvisualisasikan semua indeks yang didefinisikan di atas. Sebagai contoh Gambar 2 mengilustrasikan suatu struktur tiga disiplin. Dua disiplin sama ukurannya yaitu disiplin A dan B, keduanya berhubungan sangat kuat dan dominan satu sama lain, sedangkan disiplin C yang ukurannya lebih kecil, lebih kuat behubungan dengan disiplin B daripada dengan disiplin A. Dari Gambar 2 dapat digambarkan bahwa ada tiga relasi yang terjadi yaitu: kuat dan simetris (A-B), kuat dan asimetris (B-C), dan lemah dan asimetris (A-C). C A B Gambar 2 Ilustrasi graf molekuler dari struktur tiga disiplin ilmu

27 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian akan mempelajari tingkat dan pola multidisiplin dan interdisiplin kolaborasi penelitian yang terjadi pada program penelitian Badan Litbang Pertanian tahun melalui pangkalan data CARIS. Data akan diolah dengan menggunakan metode bibliometrik dengan masukan berupa data bibliografis dan dokumen proposal penelitian Badan Litbang Pertanian. Hasil akhir yang akan diperoleh dari perhitungan data adalah indeks multidisiplinaritas dan indeks interdisiplinaritas antara 2 disiplin atau lebih, atau I 2. Seluruh metode penghitungan dilakukan dengan menggunakan rumus yang dipakai oleh Schummer (2003) dalam penelitiannya mengenai tingkat kolaborasi interdisiplin pada bidang nanosain dan nanoteknologi. Selain itu akan dikaji hubungan antara tingkat kolaborasi peneliti dengan produktivitas publikasi yang diterbitkan oleh peneliti dari proposal yang telah dilaksanakan melalui pangkalan data AGRIS dan survei sehingga diketahui sejauh mana peran kolaborasi dalam menciptakan ilmu dan inovasi baru di bidang pertanian. Pada penelitian ini, data akan didapatkan melalui proposal penelitian pertanian Badan Litbang Pertanian tahun yang tercakup dalam pangkalan data CARIS yang dikelola oleh Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Sementara untuk mendapatkan data hasil publikasi yang telah diterbitkan akan menggunakan pangkalan data AGRIS dan kuesioner. Teknik dan sumber pengumpulan data tersebut ditetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa: 1. CARIS dan AGRIS merupakan jaringan kerjasama penelitian internasional dimana data yang terkumpul cukup lengkap dan komprehensif dalam melihat kolaborasi para peneliti pertanian Badan Litbang Pertanian.

28 28 2. Sampai saat ini belum ada penelitian dan pengkajian mengenai sejauh mana peneliti pertanian berperan dalam jaringan kolaborasi penelitian baik di dalam lingkup internal (dalam negeri) maupun eksternal (luar negeri). Alur penelitian kajian analisis kolaborasi interdisipliner peneliti bidang pertanian : studi kasus penelitian badan litbang pertanian tahun dapat dilihat pada Gambar 3. Persiapan Studi Literatur Pengumpulan Data Awal Pembuatan Kuesioner Tahap persiapan Penyebaran kuesioner Pengumpulan dokumen proposal (RPTP) Pengumpulan data jumlah publikasi data peneliti dan kolaborasi dalam proposal Tahap pelaksanaan penelitian Analisis Data Pengukuran Indeks Interdisiplinaritas Pengukuran Indeks Multidisiplinaritas Uji pengaruh kolaborasi terhadap produktivitas publikasi Pearson Product Moment Correlation Coefficient Visualisasi dengan graf molekuler Tahap pengolahan dan analisis data Penulisan Laporan Akhir Tahap akhir Gambar 3 Alur Kegiatan Penelitian

29 Pendekatan Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah tingkat dan pola multidisiplin dan interdisiplin kolaborasi penelitian yang terjadi pada proposal kegiatan Badan Litbang Pertanian, sedangkan objek penelitiannya adalah dokumen proposal penelitian pada pangkalan data CARIS tahun Populasi dan Sampel Anggota populasi dalam penelitian ini adalah semua proposal penelitian (RPTP) Badan Litbang Pertanian tahun yang dokumennya dikumpulkan dalam pangkalan data CARIS di Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) Bogor. Proposal penelitian yang dijadikan objek penelitian adalah proposal penelitian yang berasal dari institusi penelitian dan bukan dari pengkajian. Berdasarkan studi awal terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan selama tahun pada pangkalan data CARIS didapatkan jumlah populasi proposal penelitian adalah sebanyak 525 buah RPTP. Dokumen proposal penelitian merupakan Rencana Penelitian Tingkat Peneliti (RPTP) yang berasal dari seluruh balai dan pusat penelitian lingkup Badan Litbang Pertanian. Pada periode tahun pengambilan dokumen proposal pada pangkalan data ( ) ada beberapa beberapa balai penelitian atau pusat penelitian yang berganti nama, maka penulis tidak memisahkan dokumen proposalnya tetapi memasukkan nama terakhir dari balai atau pusat penelitian. Tabel 1 di bawah ini akan memberikan gambaran kondisi populasi proposal penelitian pada pangkalan data tahun berdasarkan sub program Badan Litbang Pertanian.

30 30 Tabel 1. Data proposal penelitian (RPTP) Badan Litbang Pertanian pada pangkalan data CARIS tahun berdasarkan sub program No Bidang Penelitian Jumlah Proposal Jumlah Peneliti Jumlah Responden (Proposal) 1 Bioteknologi dan Genetik Pertanian Hortikultura Mekanisasi Pertanian Pascapanen Pertanian Perkebunan Peternakan Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Sumberdaya Lahan Tanaman Pangan Veteriner Jumlah total proposal Unit Analisis dan Variabel Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kegiatan penelitian atau proposal penelitian (RPTP) pada pangkalan data CARIS Variabel penelitian yang diukur adalah kolaborasi interdisipliner, kolaborasi multidispliner dan produktivitas publikasi yang berasal dari hasil penelitian Prosedur Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui: (1) Analisis dokumen dan dengan cara pemeriksaan dan pencatatan sistematis terhadap unit analisis dan variabel-variabel penelitian yang dibutuhkan. Dalam hal ini adalah data peneliti dan kolaborasinya dari proposal penelitian pada pangkalan data CARIS pada periode dan disiplin keahlian pengarang serta disiplin keahlian instansi afiliasi pengarang, (2) Metode survei dengan menggunakan kuesioner yang disebar pada sampel yang telah ditentukan. Kemudian kedua jenis data (hasil analisis dokumen dan kuesioner) ditabulasikan untuk memudahkan pengukuran dan visualisasi.

ANALISIS KOLABORASI INTERDISIPLINER PENELITI BIDANG PERTANIAN : STUDI KASUS PENELITIAN BADAN LITBANG PERTANIAN TAHUN VIVIT WARDAH RUFAIDAH

ANALISIS KOLABORASI INTERDISIPLINER PENELITI BIDANG PERTANIAN : STUDI KASUS PENELITIAN BADAN LITBANG PERTANIAN TAHUN VIVIT WARDAH RUFAIDAH 1 ANALISIS KOLABORASI INTERDISIPLINER PENELITI BIDANG PERTANIAN : STUDI KASUS PENELITIAN BADAN LITBANG PERTANIAN TAHUN 2004-2006 VIVIT WARDAH RUFAIDAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS KOLABORASI INTERDISIPLINER PENELITI BIDANG PERTANIAN : STUDI KASUS PENELITIAN BADAN LITBANG PERTANIAN TAHUN VIVIT WARDAH RUFAIDAH

ANALISIS KOLABORASI INTERDISIPLINER PENELITI BIDANG PERTANIAN : STUDI KASUS PENELITIAN BADAN LITBANG PERTANIAN TAHUN VIVIT WARDAH RUFAIDAH 1 ANALISIS KOLABORASI INTERDISIPLINER PENELITI BIDANG PERTANIAN : STUDI KASUS PENELITIAN BADAN LITBANG PERTANIAN TAHUN 2004-2006 VIVIT WARDAH RUFAIDAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan tinjauan pustaka yang digunakan untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Pembahasan dibagi atas empat bagian yang terdiri dari kolaborasi penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 8 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan berkembang dalam sebuah proses yang berlangsung secara bertahap dan berubah secara perlahan-lahan. Secara konsisten dan sistematis, ilmu disusun

Lebih terperinci

KAJIAN KORELASI ANTARA KOLABORASI PENELITI DAN PRODUKTIVITAS PENELITI LINGKUP BADAN LITBANG PERTANIAN. Remi Sormin

KAJIAN KORELASI ANTARA KOLABORASI PENELITI DAN PRODUKTIVITAS PENELITI LINGKUP BADAN LITBANG PERTANIAN. Remi Sormin KAJIAN KORELASI ANTARA KOLABORASI PENELITI DAN PRODUKTIVITAS PENELITI LINGKUP BADAN LITBANG PERTANIAN Remi Sormin Pusat Perpustakaan dan Penyebaran teknologi Pertanian, Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Sementara itu Sulistyo-Basuki (1990:16) menyatakan bahwa:

BAB II KAJIAN TEORITIS. Sementara itu Sulistyo-Basuki (1990:16) menyatakan bahwa: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 BIBLIOMETRIKA 2.1.1 Pengertian Bibliometrika Bibliometrik merupakan salah satu cabang paling tua dari ilmu perpustakaan. Sebagai kajian ilmiah, cabang ini berkembang karena ada

Lebih terperinci

KOLABORASI KEPAKARAN PENELITI PADA JURNAL ILMIAH LIPI BIDANG INFORMATIKA DAN KEBUMIAN

KOLABORASI KEPAKARAN PENELITI PADA JURNAL ILMIAH LIPI BIDANG INFORMATIKA DAN KEBUMIAN Abstrak KOLABORASI KEPAKARAN PENELITI PADA JURNAL ILMIAH BIDANG INFORMATIKA DAN KEBUMIAN Abdurrakhman Prasetyadi dan D.W. Ari Nugroho Unit Pelaksana Teknis Balai Informasi Teknologi Jln.Cisitu-Sangkuriang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR. Menurut ALA Glossary of Library and Information Science (1983, 43), yang

BAB II TINJAUAN LITERATUR. Menurut ALA Glossary of Library and Information Science (1983, 43), yang BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Sitiran Menurut ALA Glossary of Library and Information Science (1983, 43), yang dimaksud dengan sitiran adalah suatu catatan yang merujuk pada suatu karya yang dikutip atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Sebagai bagian dari pengetahuan, ilmu pengetahuan lebih bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keaslian penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. keaslian penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab I (satu) ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah penelitian, keaslian penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Dewasa ini ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN SARI KARANGAN ILMIAH

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN SARI KARANGAN ILMIAH Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 26 PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN SARI KARANGAN ILMIAH Oleh: Sulastuti Sophia Pusat Perpustakaan dan PenyebaranTeknologi Pertanian DEPARTEMEN PERTANIAN BOGOR 2002

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Artikel ilmiah merupakan sejenis tulisan yang menyajikan atau menganalisis suatu topik secara ilmiah. Keilmiahan suatu tulisan didasarkan pada ragam bahasa yang digunakannya

Lebih terperinci

iii Universitas Kristen Maranatha

iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara grit dan IPK pada mahasiswa Kurikulum Berbasis KKNI angkatan 2013 di Universitas X di Kota Bandung. Subjek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

ANALISIS PUBLIKASI PROSIDING TEMU TEKNIS FUNGSIONAL NON-PENELITI

ANALISIS PUBLIKASI PROSIDING TEMU TEKNIS FUNGSIONAL NON-PENELITI Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 004 ANALISIS PUBLIKASI PROSIDING TEMU TEKNIS FUNGSIONAL NON-PENELITI SUTARDJI Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian,

Lebih terperinci

PEMETAAN BIDANG ILMU BERDASARKAN ARTIKEL JURNAL PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN : MENGGUNAKAN ANALISIS CO-WORDS

PEMETAAN BIDANG ILMU BERDASARKAN ARTIKEL JURNAL PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN : MENGGUNAKAN ANALISIS CO-WORDS PEMETAAN BIDANG ILMU BERDASARKAN ARTIKEL JURNAL PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN 1999 2007: MENGGUNAKAN ANALISIS CO-WORDS M.PANDU RISTIYONO G652060034 MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI Untuk PERPUSTAKAAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PAKET INFORMASI SPESIFIK LOKASI

PEDOMAN PENYUSUNAN PAKET INFORMASI SPESIFIK LOKASI Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 11 PEDOMAN PENYUSUNAN PAKET INFORMASI SPESIFIK LOKASI Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian BOGOR

Lebih terperinci

Lampiran SM UB. (1) Rumusan Capaian Pembelajaran minimal aspek keterampilan kerja

Lampiran SM UB. (1) Rumusan Capaian Pembelajaran minimal aspek keterampilan kerja (1) Rumusan Capaian Pembelajaran minimal aspek keterampilan kerja umum untuk lulusan pendidikan akademik, vokasi, dan profesi adalah sebagai berikut. Lulusan pendidikan akademik pada: a. Program Diploma

Lebih terperinci

Perbandingan Publikasi Internasional Indonesia di Scopus Periode 2010-April 2016

Perbandingan Publikasi Internasional Indonesia di Scopus Periode 2010-April 2016 Perbandingan Publikasi Internasional Indonesia di Scopus Periode 2010-April 2016 Perbandingan Publikasi Internasional Indonesia di Web of Science (Thomson) Saat ini Publikasi internasional peneliti

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman globalisasi ditandai dengan suatu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Ilmu pengetahuan dapat mengalami penyempurnaan atau ilmu

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INIDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INIDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INIDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI A. RUMUSAN SIKAP Setiap lulusan program pendidikan akademik, vokasi,

Lebih terperinci

PENGARUH JENJANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI TERHADAP PENGGUNAAN LITERATUR UNTUK RUJUKAN KARYA TULIS

PENGARUH JENJANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI TERHADAP PENGGUNAAN LITERATUR UNTUK RUJUKAN KARYA TULIS PENGARUH JENJANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI TERHADAP PENGGUNAAN LITERATUR UNTUK RUJUKAN KARYA TULIS Sutardji Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jalan Raya Kendal Payak, Kotak Pos

Lebih terperinci

RISET UNGGULAN TERPADU: KAJIAN BIBLIOMETRIKA

RISET UNGGULAN TERPADU: KAJIAN BIBLIOMETRIKA RISET UNGGULAN TERPADU: KAJIAN BIBLIOMETRIKA Kamariah Tambunan Pustakawan Madya PDII-LIPI Korespondensi: kamariah_t@yahoo.co.id ABSTRACT This study aims to know the results of integrated featured research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran sejarah di tingkat sekolah menengah atas pada dasarnya memberikan ruang yang luas kepada siswa untuk dapat mengoptimalkan berbagai potensi yang

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH RUSIANA SAMBA

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH RUSIANA SAMBA ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA KETERANGAN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH RUSIANA SAMBA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Kuantitatif. Penelitian Kuantitatif adalah Penelitian yang ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian

Lebih terperinci

agar penelitian yang dilakukan benar-benar mendapatkan data sesuai yang dan menjadi objek inferensi, Statistika inferensi mendasarkan diri pada dua

agar penelitian yang dilakukan benar-benar mendapatkan data sesuai yang dan menjadi objek inferensi, Statistika inferensi mendasarkan diri pada dua 68 3.3 Populasi dan Sampel Jenuh (Sampel Sensus) Populasi dan sampel dalam suatu penelitian perlu ditetapkan dengan tujuan agar penelitian yang dilakukan benar-benar mendapatkan data sesuai yang diharapkan.

Lebih terperinci

LAYANAN JASA PENGGUNA PERPUSTAKAAN BALAI PENELITIAN PERTANIAN LAHAN RAWA

LAYANAN JASA PENGGUNA PERPUSTAKAAN BALAI PENELITIAN PERTANIAN LAHAN RAWA LAYANAN JASA PENGGUNA PERPUSTAKAAN BALAI PENELITIAN PERTANIAN LAHAN RAWA H. IDEHAM DAN RASYIDI Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Jl. Kebun Karet, PO Box 31,`Loktabat Banjarbaru RINGKASAN Perpustakaan,

Lebih terperinci

STUDI DAN EVALUASI TERHADAP KUNJUNGAN WEB BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

STUDI DAN EVALUASI TERHADAP KUNJUNGAN WEB BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN STUDI DAN EVALUASI TERHADAP KUNJUNGAN WEB BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NUSA TENGGARA BARAT Farida Sukmawati 1) dan Hamid Nurtika 1) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat email

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dalam tahun terakhir ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap berbagai aspek terutama baik individu, instansi, maupun perusahaan.pemanfaatan

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Lebih terperinci

PANDUAN HIBAH KOMPETISI PENELITIAN TESIS. Oleh: Gugus Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

PANDUAN HIBAH KOMPETISI PENELITIAN TESIS. Oleh: Gugus Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat PANDUAN HIBAH KOMPETISI PENELITIAN TESIS Oleh: Gugus Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017 Hibah Penelitian Tesis A. Latar Belakang Sejak tahun 2010

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran sektor pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata dalam pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Ihsan (2011: 2) menyatakan bahwa pendidikan bagi kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok) DIARSI EKA YANI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PROGRAM DIPLOMA SATU, DIPLOMA DUA, DAN DIPLOMA TIGA DIPLOMA SATU DIPLOMA DUA DIPLOMA TIGA

PROGRAM DIPLOMA SATU, DIPLOMA DUA, DAN DIPLOMA TIGA DIPLOMA SATU DIPLOMA DUA DIPLOMA TIGA - 59 - SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INIDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI A. RUMUSAN SIKAP Setiap lulusan program

Lebih terperinci

LEARNING OUTCOME (CAPAIAN PEMBELAJARAN) PROGRAM STUDI S1, S2 DAN S3 ILMU LINGKUNGAN ASOSIASI PROGRAM STUDI ILMU-ILMU LINGKUNGAN INDONESIA (APSILI)

LEARNING OUTCOME (CAPAIAN PEMBELAJARAN) PROGRAM STUDI S1, S2 DAN S3 ILMU LINGKUNGAN ASOSIASI PROGRAM STUDI ILMU-ILMU LINGKUNGAN INDONESIA (APSILI) LEARNING OUTCOME (CAPAIAN PEMBELAJARAN) PROGRAM STUDI S1, S2 DAN S3 ILMU LINGKUNGAN ASOSIASI PROGRAM STUDI ILMU-ILMU LINGKUNGAN INDONESIA (APSILI) PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN SIKAP 1. Bertakwa kepada

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2015 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Dokumen Rencana Kinerja Tahunan

Lebih terperinci

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH R. POPPY YANIAWATI UNIVERSITAS PASUNDAN, BANDUNG Disajikan pada Bimtek Penulisan Karya Ilmiah bagi Dosen PTS di Lingkungan Kopertis Wilayah IV, 20-22 Pebruari 2018, Jati Nangor,

Lebih terperinci

EKSTRAKSI FITUR MENGGUNAKAN ELLIPTICAL FOURIER DESCRIPTOR UNTUK PENGENALAN VARIETAS TANAMAN KEDELAI HERMAWAN SYAHPUTRA

EKSTRAKSI FITUR MENGGUNAKAN ELLIPTICAL FOURIER DESCRIPTOR UNTUK PENGENALAN VARIETAS TANAMAN KEDELAI HERMAWAN SYAHPUTRA EKSTRAKSI FITUR MENGGUNAKAN ELLIPTICAL FOURIER DESCRIPTOR UNTUK PENGENALAN VARIETAS TANAMAN KEDELAI HERMAWAN SYAHPUTRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Dokumen Proses terjadinya atau terciptanya dokumen bermula dari adanya komunikasi manusia dengan manusia lainnya. Komunikasi berlangsung karena ada informasi yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas, serta akan berdampak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi, namun telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi, namun telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi, namun telah dipandang sebagai sumber daya yang penting bagi kemajuan suatu perusahaan. Manusia sebagai kunci keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Bentuk Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuntitatif, dengan maksud untuk mencari korelasi antara variabel bebas dengan variabel

Lebih terperinci

Usulan Kurikulum Inti Program Studi Teknik Industri Berbasis KKNI

Usulan Kurikulum Inti Program Studi Teknik Industri Berbasis KKNI Usulan Kurikulum Inti Program Studi Teknik Industri Berbasis KKNI Badan Kerja Sama Penyelenggara Pendidikan Tinggi Teknik Industri Indonesia (BKSTI) Yogyakarta, 15 September 2012 Pembahasan Apakah KKNI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola produktivitas pengarang...,malta Nelisa, FIB Universitas UI, 2009 Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola produktivitas pengarang...,malta Nelisa, FIB Universitas UI, 2009 Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu perpustakaan dan informasi di Indonesia mulai tumbuh dengan diselenggarakannya Kursus Pendidikan Pegawai Perpustakaan tahun 1952 di Universitas Indonesia (Sulistyo-Basuki,

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH (Kasus Desa Waimital Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat) RISYAT ALBERTH FAR FAR SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai suatu penelitian deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) merupakan salah satu Eselon I (satu) di Kementerian Pertanian yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN WAJIB SERAH SIMPAN TERBITAN DEPARTEMEN PERTANIAN KE PUSAT PERPUSTAKAAN DAN PENYEBARAN TEKNOLOGI PERTANIAN

PELAKSANAAN WAJIB SERAH SIMPAN TERBITAN DEPARTEMEN PERTANIAN KE PUSAT PERPUSTAKAAN DAN PENYEBARAN TEKNOLOGI PERTANIAN Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 24 PELAKSANAAN WAJIB SERAH SIMPAN TERBITAN DEPARTEMEN PERTANIAN KE PUSAT PERPUSTAKAAN DAN PENYEBARAN TEKNOLOGI PERTANIAN Oleh: Surya Mansjur Sulastuti Sophia

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH DALAM PILMAPRES 2017

KARYA TULIS ILMIAH DALAM PILMAPRES 2017 KARYA TULIS ILMIAH DALAM PILMAPRES 2017 http://pilmapres.ristekdikti.go.id Dr. Muhammad Yusro, MT FT UNJ, 18 Maret 2017 PERSYARATAN KHUSUS CALON MAPRES 1. Rekapitulasi Indeks Prestasi per semester. 2.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam menjelaskan dan menjawab permasalahan yang dikemukakan, diperlukan metode penelitian dengan teknik pengumpulan data yang tepat dan akurat agar tujuan dari penelitian dapat

Lebih terperinci

PENELITIAN KUANTITATIF Langkah demi langkah

PENELITIAN KUANTITATIF Langkah demi langkah 1 PENELITIAN KUANTITATIF Langkah demi langkah Oleh : Dr. Husein Umar Pelatihan Metodologi Penelitian Kopertis III, Bogor, 29-31 Mei 2012 Tujuan Pelatihan Memahami langkah-langkah teknikal proses penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berimplikasi pada kemajuan suatu daerah bahkan bangsa. Kualitas pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan suatu ilmu sangat dipengaruhi oleh aktivitas penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan di bidang ilmu yang bersangkutan. Perkataan Isaac Newton yang terkenal

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

Jejaring Komunitas sebagai Modal Sosial dalam Strategi Pemasaran CV.Penerbit Ombak Natalia/ Bambang Kusumo Prihandono. Program Studi Ilmu Sosiologi

Jejaring Komunitas sebagai Modal Sosial dalam Strategi Pemasaran CV.Penerbit Ombak Natalia/ Bambang Kusumo Prihandono. Program Studi Ilmu Sosiologi Jejaring Komunitas sebagai Modal Sosial dalam Strategi Pemasaran CV.Penerbit Ombak Natalia/ Bambang Kusumo Prihandono Program Studi Ilmu Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politeknik Negeri Jember sebagai suatu perguruan tinggi merupakan institusi pelaksana kegiatan ilmiah yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli yang mampu menguasai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: korelasi, dukungan sosial teman sebaya, prokrastinasi akademik, mahasiswa. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: korelasi, dukungan sosial teman sebaya, prokrastinasi akademik, mahasiswa. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Prokrastinasi Akademik dengan metode korelasi. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa yang mengontrak

Lebih terperinci

POLA RUJUKAN SUMBER ACUAN PADA JURNAL PENELITIAN PERTANIAN TERAKREDITASI Referral Pattern of References on Accredited Agricultural Research Journal

POLA RUJUKAN SUMBER ACUAN PADA JURNAL PENELITIAN PERTANIAN TERAKREDITASI Referral Pattern of References on Accredited Agricultural Research Journal Pola J. Perpus. rujukan Pert. sumber Vol. acuan 22 No. pada 2 Oktober jurnal... 2013: 45-49 POLA RUJUKAN SUMBER ACUAN PADA JURNAL PENELITIAN PERTANIAN TERAKREDITASI Referral Pattern of References on Accredited

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Terhadap Kualitas Pelayanan Puskesmas Menganti Gresik, peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Terhadap Kualitas Pelayanan Puskesmas Menganti Gresik, peneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini yang berjudul Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Kualitas Pelayanan Puskesmas Menganti Gresik, peneliti menggunakan jenis

Lebih terperinci

ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE

ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE 2009-2010 Rochani Nani Rahayu 1 dan Tupan 2 1 Pustakawan Madya PDII-LIPI 2 Pustakawan Madya PDII-LIPI *Korespondensi: nanipdii@yahoo.com ABSTRACT This study

Lebih terperinci

SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA

SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA MATERI: 13 Modul SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) MENULIS KARYA ILMIAH 1 Kamaruddin Hasan 2 arya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuwan (ya ng berupa hasil pengembangan) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di dalam hampir semua aspek. Kelangsungan hidup organisasi sangat tergantung kepada kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI (Kasus di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang NTT) IRIANUS REJEKI ROHI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat

BAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Media informasi dewasa ini berkembang amat pesat, baik media cetak, elektronik maupun media internet. Dalam hal ini peningkatan dalam penyampaian informasi

Lebih terperinci

::Sekolah Pascasarjana IPB (Institut Pertanian Bogor)::

::Sekolah Pascasarjana IPB (Institut Pertanian Bogor):: Contributed by Administrator adalah program pendidikan strata 3 (S3) yang ditujukan untuk memperoleh gelar akademik doktor sebagai gelar akademik tertinggi. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ACHMAD

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pelaksanaan pembangunan, bukan hanya di Indonesia melainkan hampir di semua negara di dunia. Dalam Deklarasi Millenium Perserikatan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROGRAM INSENTIF RISET. Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP. ABSTRAK

PENGEMBANGAN PROGRAM INSENTIF RISET. Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP. ABSTRAK PENGEMBANGAN PROGRAM INSENTIF RISET Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP. ABSTRAK Insentif merupakan Instrumen kebijakan yang diluncurkan Kementerian Riset dan Teknologi untuk menjalankan misi dalam memberikan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses sebuah perubahan adalah pada sumber daya manusia yaitu sebagai inisiator dan agen perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan bagian dari rumpun sains, karena itu pembelajaran kimia juga merupakan bagian dari pembelajaran sains. Pembelajaran sains diharapkan dapat

Lebih terperinci

KKNI : LEVEL 8 (MAGISTER)

KKNI : LEVEL 8 (MAGISTER) METODOLOGI PENELITIAN KETEKNIKAN pendahuluan KKNI : LEVEL 8 (MAGISTER) Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan atau seni di dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui riset, hingga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

SOAL-SOAL LATIHAN HIPOTESIS. Pertemuan 9

SOAL-SOAL LATIHAN HIPOTESIS. Pertemuan 9 HIPOTESIS Pertemuan 9 01. Cara pengujian hipotesa tergantung dari : a. Prosedur penelitian b. Metode dan desain yang digunakan c. Masalah penelitian d. Tehnik penelitian 02. Kalimat di bawah ini mana yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik

Lebih terperinci

MODEL PERDAGANGAN ANTARNEGARA BERDASARKAN AKUMULASI MODAL D A Y A T

MODEL PERDAGANGAN ANTARNEGARA BERDASARKAN AKUMULASI MODAL D A Y A T MODEL PERDAGANGAN ANTARNEGARA BERDASARKAN AKUMULASI MODAL D A Y A T SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan penjualan pribadi Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah Di Bank

BAB III METODE PENELITIAN. dan penjualan pribadi Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah Di Bank 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Penelitian Waktu penelitian pengaruh periklanan, promosi penjualan, publisitas dan penjualan pribadi Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah Di Bank Muamalat Cabang Palangka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasilnya, secara umum data yang di peroleh dari penelitian dapat di gunakan

BAB III METODE PENELITIAN. hasilnya, secara umum data yang di peroleh dari penelitian dapat di gunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara yang di gunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan penelitiannya. Melalui penelitian, manusia dapat menggunakan hasilnya,

Lebih terperinci

LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN 1. Indeks Artikel tahun 1999 2003 2. Indeks Artikel tahun 2007 2007 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Albert Einstein percaya bahwa ilmu pengetahuan tidaklah lebih dari suatu penyempurnaan

Lebih terperinci

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TRISAKTI

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TRISAKTI 2015 MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TRISAKTI 1 Visi Menuju Program Studi Magister Akuntansi yang berstandar internasional dengan tetap memperhatikannilai-nilai lokal dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. dan fakta yang diperoleh selama penelitian. Dengan metode ini diharapkan dapat

BAB II METODE PENELITIAN. dan fakta yang diperoleh selama penelitian. Dengan metode ini diharapkan dapat BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, maka dalam hal ini penulis menggunakan metode

Lebih terperinci

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara derajat stress dan coping stress pada guru SLB B X Bandung. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh guru SLB B X Bandung yang berjumlah

Lebih terperinci

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister a. Profil Lulusan Profil utama lulusan Program Magister Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang cukup substansial dalam sistem, prosedur, dan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang cukup substansial dalam sistem, prosedur, dan mekanisme BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat dekade terakhir ini, pemerintah terus berupaya melakukan perubahan yang cukup substansial dalam sistem, prosedur, dan mekanisme pengelolaan keuangan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Rachmawat, 2008). Menulis sebuah karya ilmiah (program S1) kemudian

BAB I PENDAHULUAN. (Rachmawat, 2008). Menulis sebuah karya ilmiah (program S1) kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jurnal apapun selama ini identik dengan penerbitan suatu karya (Rachmawat, 2008). Menulis sebuah karya ilmiah (program S1) kemudian dipublikasikan secara meluas

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA DI HOTEL BOROBUDUR JAKARTA

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA DI HOTEL BOROBUDUR JAKARTA PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA DI HOTEL BOROBUDUR JAKARTA Felicia Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 7, felicia_fc@ymail.com Agung Gita Subakti,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2013:2). Melalui penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2013:2). Melalui penelitian, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2013:2). Melalui

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PUBLIKASI PENELITI BADAN LITBANG PERTANIAN

PRODUKTIVITAS PUBLIKASI PENELITI BADAN LITBANG PERTANIAN PRODUKTIVITAS PUBLIKASI PENELITI BADAN LITBANG PERTANIAN Vivit Wardah Rufaidah Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122, Telp. (0251) 8321746, Faks.

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1721, 2017 KEMENTAN. Pelepasan Varietas Tanaman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMENTAN/TP.010/11/2017 TENTANG PELEPASAN VARIETAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI RISET

BAB III METODOLOGI RISET BAB III METODOLOGI RISET 3.1 Studi Pendahuluan Penelitian ini akan diawali dengan melakukan studi awal melalui kajian teoritis terutama dengan membandingkan penelitian terkait sebelumnya guna mendapatkan

Lebih terperinci