BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH"

Transkripsi

1 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Arah kebijakan ekonomi Kabupaten Murung Raya ditujukan untuk mengimplementasikan program dan mewujudkan visi dan misi Bupati Kabupaten Murung Raya periode , serta isu strategis daerah, sebagai payung untuk perumusan prioritas program dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan pada tahun rencana Di dokumen RPJPD tahun telah dikemukakan arah kebijakan yang terkait dengan pembangunan ekonomi yaitu kebijakan umum dan program untuk mewujudkan masyarakat murung raya yang maju, mandiri dan sejahtera. Maju dalam hal peningkatan fasilitas wilayah/infrastruktur, peningkatan pelayanan dasar, peningkatan kemajuan seni budaya dan olah raga dan peningkatan iklim berinvestasi. Mandiri dalam hal kemampuan dan ketangguhan dalam menyelenggarakan kehidupan berbangsa dan bernegara, terwujudnya ekonomi daerah yang bertumpu pada kemampuan serta potensi sumber daya daerah yang ada serta memiliki kepribadian bangsa dan identitas budaya Indonesia yang berakar dari potensi budaya daerah. Sejahtera dalam hal peningkatan kemampuan ekonomi daerah, peningkatan kesejahteraan social dan peningkatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Guna memperoleh gambaran kerangka ekonomi daerah tersebut, maka disusun berbagai prioritas pembangunan, pengambilan kebijakan untuk menghadapi tantangan dan penyelesaian masalah pembangunan agar arah pembangunan daerah 2014 dapat dicapai sesuai dengan sasaran program dan kegiatan yang ditetapkan. (1) Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Bidang Perhubungan Peningkatan pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan darat, sungai, dan udara, Peningkatan rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas LLAJ, Peningkatan pelayanan angkutan darat, sungai dan udara, Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana perhubungan, Peningkatan pengendalian dan pengamanan lalu lintas darat, sungai dan udara, 53

2 Peningkatan kelaikan pengoperasian kendaran bermotor, kapal motor, dan pesawat udara. (2) Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Bidang Tenaga Kerja Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja, Peningkatan kesempatan kerja, Optimalisasi perlindungan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan. (3) Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Bidang Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi Terwujudnya peningkatan kualitas iklim usaha kecil menengah yang konduktif, Terwujudnya peningkatan keunggulan kompetitif usaha kecil menengah, Terwujudnya peningkatan kualitas sistem pendukung usaha bagi usaha mikro kecil menengah, Terwujudnya peningkatan kualitas kelembagaan koperasi. (4) Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Bidang Penanaman Modal Peningkatan promosi dan kerjasama investasi, Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi, Optimalisasi penyediaan sarana dan prasarana penunjang investasi daerah. (5) Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan, Pengembangan lembaga ekonomi perdesaan, Peningkatan partisipasi dalam membangun desa, Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa, Peningkatan peran perempuan di perdesaan. (6) Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Bidang Pertanian (arti luas) Peningkatan kesejahteraan petani, Peningkatan ketahanan pangan, Peningkatan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan, Peningkatan upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak, Peningkatan produksi hasil peternakan, Peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan, 54

3 Peningkatan penerapan teknologi peternakan, Pengembangan budidaya perikanan, Pengembangan sistem penyuluhan perikanan, Optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan, Pengembangan kawasan budidaya air tawar, Peningkatan pemanfaatan potensi sumber daya hutan, Peningkatan rehabilitasi hutan dan lahan, Peningkatan pembangunan kawasan hutan industri, Peningkatan pembinaan dan penertiban industri hasil hutan, Optimalisasi perencanaan dan pengembangan hutan, Peningkatan pemanfaatan potensi perkebunan, Peningkatan dan rehabilitasi perkebunan rakyat, Peningkatan pembangunan kawasan perkebunan, Peningkatan pembinaan perkebunan rakyat, Peningkatan penyuluh perkebunan. (7) Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Bidang Energi dan Sumber daya Mineral Peningkatan pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan, Peningkatan pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan, Peningkatan pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan. (8) Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Bidang Perindustrian Peningkatan kapasitas iptek sistem produksi, Peningkatan pembangunan industri kecil dan menengah, Peningkatan kemampuan teknologi industri, Optimalisasi penataan struktur industri, Peningkatan pembangunan sentra-sentra industri potensial. (9) Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Bidang Perdagangan Peningkatan perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan, Peningkatan kerjasama perdagangan internasional, Peningkatan ekspor non migas, Peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri, Peningkatan pembinaan pedagang kaki lima dan asongan, Pengurangan hambatan perdagangan. 55

4 Arah kebijakan ekonomi daerah di Kabupaten Murung Raya pada masingmasing bidang tersebut akan dilakukan melalui kebijakan umum dan program-program pembangunan tahun 2013 sebagai berikut : 1. Kebijakan umum meningkatkan pembangunan perhubungan dilakukan melalui program : Program pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan, Program rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas LLAJ, Program peningkatan pelayanan angkutan, Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan, Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas, Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaran bermotor. 2. Kebijakan umum meningkatkan pembangunan kebijakan umum tenaga kerja dilakukan melalui program : Program peningkatan kesempatan kerja, Program perlindungan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan, Program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja. 3. Kebijakan umum meningkatkan pembangunan usaha mikro kecil menengah dan koperasi dilakukan melalui program : Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi, Program penciptaan iklim usaha kecil menengah yang konduktif, Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil menengah, Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi usaha mikro kecil menengah. 4. Kebijakan umum meningkatkan pembangunan penanaman modal dilakukan melalui program : Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah, Program peningkatan promosi dan kerjasama investasi, Program peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi. 5. Kebijakan umum meningkatkan pembangunan pemberdayaan masyarakat dan desa dilakukan melalui program : Program peningkatan peran perempuan di perdesaan, Program peningkatan keberdayaan masyarakat pedesaan, Program pengembangan lembaga ekonomi pedesaan, Program peningkatan partisipasi dalam membangun desa, Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa. 56

5 6. Kebijakan umum meningkatkan pembangunan pertanian (arti luas) dilakukan melalui program : Program peningkatan kesejahteraan petani, Program peningatan ketahanan pangan (pertanian/perkebunan), Program pemberadayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan, Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak, Program peningkatan produksi hasil peternakan, Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan, Program peningkatan penerapan teknologi peternakan, Program pengembangan budidaya perikanan, Program pengembangan sistem penyuluhan perikanan, Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan, Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar, Program pemanfaatan potensi sumber daya hutan, Program perencanaan dan pengembangan hutan, Program pemanfaatan kawasan hutan industri, Program pembinaan dan penertiban industri hasil hutan, Program rehabilitasi hutan dan lahan. 7. Kebijakan umum meningkatkan pembangunan energi dan sumberdaya mineral dilakukan melalui program : Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan, Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan, Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan. 8. Kebijakan umum meningkatkan pembangunan perindustrian dilakukan melalui program : Program pengembangan sentra-sentra industri potensial, Program peningkatan kapasitas IPTEK sistem produksi, Program pengembangan industri kecil dan menegah, Program peningkatan kemampuan teknologi industri, Program penataan struktur industri. 9. Kebijakan umum meningkatkan pembangunan perdagangan dilakukan melalui program : Program perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan, Program peningkatan dan pengembangan ekspor, Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri, 57

6 Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan, Program peningkatan kerjasama perdagangan internasional Kondisi Ekonomi Kabupaten Kabupaten Murung Raya 2013 dan Perkiraan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu. Dengan kata lain PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah pada waktu tertentu. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah pada suatu periode tertentu. Secara makro, gambaran kondisi ekonomi Kabupaten Murung Raya dapat diketahui melalui gambaran struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan sumbernya, dan gambaran PDRB perkapita. A. Struktur Ekonomi Keadaan perekonomian Kabupaten Murung Raya secara umum didominasi oleh sektor primer, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian. Pada tahun 2007 sektor pertanian lebih dominan dibandingkan dengan sektor pertambangan dan penggalian. Namun pada tahun 2011, sektor pertambangan dan penggalian sudah mulai menggeser dan menduduki posisi pertama sejak tahun 2008 sampai tahun Peran sektor pertanian, terhadap perekonomian Kabupaten Murung Raya dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 terus mengalami penurunan. Larangan pembakaran lahan diduga sebagai faktor penyebab penurunan ini, karena masyarakat Murung Raya terbiasa melakukan pembakaran lahan untuk membuka lahan pertanian baru. Selain itu, turunnya harga karet dunia juga mengakibatkan penurunan produksi sektor pertanian, khususnya perkebunan karet. Namun peran sektor ini sedikit mengalami peningkatan pada tahun Dengan membaiknya harga karet dunia akibat mulai pulihnya krisis global yang terjadi di penghujung tahun 2008, berpengaruh positif terhadap produksi karet Murung Raya, sehingga sektor pertanian secara umum turut terangkat. 58

7 Tabel 3.1 Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB Murung Raya Atas Dasar Harga Berlaku, (Persen) Sektor (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian 33,34 30,83 28,88 27,32 25,72 2. Pertambangan dan Penggalian 30,74 32,35 33,99 34,97 37,14 3. Industri Pengolahan 3,27 3,23 3,11 3,13 2,97 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,45 0,44 0,44 0,44 0,43 5. Bangunan/Kontruksi 4,28 4,54 4,88 5,35 5,57 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 9,36 9,36 9,52 9,89 9,86 7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,97 6,80 6,36 5,89 5,49 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2,21 2,42 2,40 2,33 2,28 9. Jasa-jasa 9,39 10,03 10,41 10,68 10,54 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : PDRB Kabupaten Murung Raya, 2011 Sektor pertambangan dan penggalian merupakan kontributor terbesar dalam perekonomian Murung Raya saat ini. Pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 sumbangan sektor pertambangan terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 sektor ini menyumbang 37,14 persen terhadap total perekonomian Murung Raya. Dari total sumbangan sektor pertambangan tersebut, 36,61 persen disumbang oleh sub sektor pertambangan non migas, yaitu emas, perak dan batu bara, dan 0,53 persen disumbang dari sub sektor penggalian. Di samping sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian juga memberikan sumbangan yang besar terhadap perekonomian Murung Raya. Peran sektor pertanian dimotori oleh sub sektor tanaman perkebunan, yaitu perkebunan karet yang memberi sumbangan sebesar 9,87 persen pada tahun Pada penghujung tahun 2008 sempat terjadi penurunan harga komoditas karet akibat adanya krisis global, namun pada tahun 2011 harga komoditas karet meskipun perlahan menunjukkan peningkatan. Sedangkan harga karet di tahun 2011 sudah kembali dapat menggairahkan para petani, sehingga pertumbuhan produksinya juga meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sub sektor kehutanan merupakan motor kedua di sektor pertanian, namun akibat kebijakan pelarangan illegal logging, sumbangan sub sektor ini terus menurun dari tahun ke tahun. 59

8 Di urutan berikutnya, sektor jasa memberikan peran yang cukup besar terhadap perekonomian Murung Raya dengan sub sektor jasa pemerintahan umum sebagai kontributor terbesarnya. Secara umum sub sektor ini juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sub sektor inilah yang menunjukkan seberapa besar pengeluaran Pemerintah Daerah dapat turut berperan dalam perekonomian Murung Raya. Pada tahun 2011 peran sektor jasa sebesar 10,54 persen, sedangkan 9,71 persennya adalah dari sub sektor pemerintahan umum. Disusul di urutan berikutnya, sektor perdagangan, hotel dan restoran yang turut memberikan kontribusi terhadap peningkatan perekonomian Murung Raya. Peran sektor ini di tahun 2011 adalah sebesar 9,86 persen, dengan sub sektor perdagangan sebagai kontributor sebesar 9,03 persen. Sektor ini mempunyai peran penting dalam perekonomian Murung Raya, mengingat kurangnya produktifitas sektor-sektor sekunder. Sektor yang tak kalah penting dalam menunjang perekonomian Murung Raya adalah sektor pengangkutan dan komunikasi. Jika dikaitkan dengan sektor ekonomi yang dibahas sebelumnya, yaitu sektor perdagangan, sub sektor pengangkutan mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang sektor perdagangan. Sejak tahun 2007 sumbangan sektor ini mengalami penurunan, sehingga dapat dikatakan tidak sejalan dengan sub sektor perdagangan. Pada tahun 2011 sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan sumbangan sebesar 5,49 persen. Sektor bangunan/konstruksi menempati urutan keenam dengan sumbangan sebesar 5,57 persen pada tahun Sektor ini terus mengalami peningkatan seiring pembangunan infrastruktur yang tampak nyata di Murung Raya. Peran sektor industri pengolahan dari tahun ke tahun mengalami pasang surut. Sumbangan tertinggi diberikan pada tahun 2007 dan terus mengalami penurunan setelah saat itu. Diperlukan penanaman modal di berbagai jenis industri untuk dapat menggairahkan sektor ini. Pada tahun 2011 sumbangan sektor industri pengolahan sebesar 2,97 persen. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan berada di urutan kedelapan dengan sumbangan terhadap perekonomian Murung Raya tahun 2011 sebesar 2,28 persen. Akibat krisis global yang terjadi di penghujung tahun 2008, sub sektor bank memerlukan waktu recovery yang tidak singkat. Nilai tambah yang dihasilkan seluruh bank yang ada di Murung Raya pada tahun 2011 belum pulih seperti sebelum adanya guncangan krisis global tahun

9 Urutan terakhir kontributor perekonomian Murung Raya adalah sektor listrik dan air bersih. Listrik masih merupakan barang sekunder bagi masyarakat Murung Raya. Bukan karena masalah daya beli masyarakatnya, tetapi lebih kepada masalah ketersediaannya. Masih banyak wilayah Murung Raya yang belum tersentuh listrik. Sedangkan air sebagai kebutuhan pokok manusia dapat dengan mudah diperoleh oleh masyarakat Murung Raya yang sebagian besar tinggal di derah aliran sungai. Dua hal di atas merupakan argumentasi dasar atas kecilnya sumbangan sektor listrik dan air bersih terhadap perekonomian Murung Raya. Dari tahun ke tahun sumbangannya terhadap perekonomian Murung Raya rata-rata tidak banyak berubah. Pada tahun 2011 sektor ini hanya memberi sumbangan sebesar 0,43 persen. B. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Murung Raya tahun 2011 tumbuh sebesar 6,29 persen sejalan dengan percepatan pertumbuhan ekonomi provinsi Kalimantan Tengah sebesar 6,47. Pertumbuhan ekonomi dan nilai PDRB atas dasar harga konstan dari tahun 2007 sampai dengan 2011 secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Murung Raya, PDRB ADHK (Juta Rp) Pertumbuhan (%) (1) (2) (3) ,83 4, ,63 5, ,35 5, ,69 5, ,24 6,29 Sumber : PDRB Murung Raya 2011 PDRB Murung Raya yang dihitung dengan harga tahun dasar 2000 menunjukkan laju pertumbuhan yang selalu meningkat dari tahun 2007 sampai dengan puncaknya pada tahun Jika dilihat nilai PDRB-nya terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, demikian juga dengan tahun 2009, nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 meningkat dari 851 milyar rupiah pada tahun 2008 meningkat menjadi 895 milyar rupiah pada tahun 2009 dan menjadi 949 milyar pada tahun Namun jika dilihat laju pertumbuhannya, tahun 2009 mengalami perlambatan dibandingkan dengan tahun dan melesat 61

10 cepat pada tahun 2011 yaitu triliun. Laju pertumbuhan sektoral dapat menjelaskan sektor-sektor mana yang memicu terjadinya percepatan pertumbuhan ekonomi Murung Raya pada tahun Data selengkapnya disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.3 Pertumbuhan PDRB Murung Raya Menurut Sektor, (Persen) Sektor (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian 0,36-0,71 4,10 4,42 1,73 2. Pertambangan dan Penggalian 9,42 11,04 5,70 6,20 10,37 3. Industri Pengolahan 1,97 3,77 5,10 5,30 5,14 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 8,72 7,39 10,80 10,44 8,23 5. Bangunan/Kontruksi 12,65 11,61 10,22 10,78 11,28 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 3,56 4,19 4,80 7,05 4,08 7. Pengangkutan dan Komunikasi 3,18 4,88 5,27 5,39 4,21 8. Keuangan, Persewaan & J. Persh 6,71 11,48 2,42 8,76 6,31 9. Jasa-jasa 1,03 4,30 4,39 5,98 5,92 Total 4,31 5,21 5,07 5,87 6,29 Sumber : PDRB Murung Raya 2011 Dari tabel di atas, ada empat sektor yang laju pertumbuhannya di atas pertumbuhan total PDRB Murung Raya 2011, yaitu : 1) Sektor Pertambangan dan Penggalian, 2) Sektor Listrik dan Air Bersih, 3) Sektor Bangunan, 4) Sektor Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan, dan Lima sektor sisanya yang menunjukkan laju pertumbuhan di bawah pertumbuhan PDRB secara total yaitu : 1) Sektor Pertanian, 2) Sektor Industri Pengolahan, 3) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 4) Sektor Pengangkutan dan Kominukasi, dan 5) Sektor Jasa-jasa Jadi, dari sembilan sektor yang ada, empat sektor di antaranya memicu percepatan laju pertumbuhan ekonomi Murung Raya tahun Namun di antara empat sektor tersebut, salah satunya merupakan sektor yang mempunyai peran besar dalam perekonomian Murung Raya, yaitu sektor pertambangan dan penggalian. Pada tahun 2011 sektor ini merupakan yang terbesar di antara 62

11 delapan sektor lainnya, yaitu sebesar 37,14 persen. Sehingga pertumbuhan sebesar 10,37 persen dari sektor ini memberikan dampak cukup signifikan terhadap percepatan perekonomian Kabupaten Murung Raya secara keseluruhan. Tabel 3.4 Sumber Pertumbuhan PDRB Murung Raya Menurut Sektor, (Persen) SEKTOR (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian 0,13 (0,24) 0,42 0,43 0,52 2. Pertambangan dan Penggalian 2,91 3,58 2,94 3,41 3,79 3. Industri Pengolahan 0,06 0,12 0,16 0,16 0,16 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,03 0,02 0,03 0,03 0,03 5. Bangunan/Kontruksi 0,47 0,46 0,43 0,48 0,52 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 0,30 0,36 0,40 0,59 0,35 7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,18 0,27 0,23 0,24 0,22 8. Keuangan, Persewaan & J. Persh 0,13 0,23 0,13 0,15 0,14 9. Jasa-jasa 0,10 0,42 0,43 0,50 0,57 PDRB 4,31 5,21 5,18 5,98 6,29 Sumber : PDRB Murung Raya 2011 Jika dilihat dari sumber pertumbuhan ekonomi, penyokong utama pertumbuhan ekonomi Murung Raya tahun 2011 adalah sektor pertambangan dan penggalian, sejalan dengan besarnya sumbangan diberikan. Sedangkan sektor jasa-jasa merupakan penyokong pertumbuhan yang kedua setelah pertambangan dan penggalian. Dari total pertumbuhan ekonomi Murung Raya sebesar 6,29 pada tahun 2011, sektor pertambangan dan penggalian memberikan sumbangan sebesar 3,79 persen dan sektor Jasa memberikan sumbangan pertumbuhan sebesar 0,57 persen. C. PDRB dan Pendapatan Regional Per Kapita PDRB per kapita adalah nilai PDRB suatu wilayah pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk wilayah tersebut pada pertengahan tahun yang bersangkutan. Sedangkan pendapatan regional per kapita adalah nilai produk domestik regional netto (PDRN) atas biaya faktor produksi dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Produk domestik regional netto atas biaya faktor produksi diperoleh dengan mengurangkan nilai penyusutan dan pajak tidak langsung terhadap nilai PDRB. Laju pertumbuhan ekonomi atas dasar harga berlaku Murung Raya pada tahun 2011 adalah sebesar 16,99 persen, sedangkan laju pertumbuhan penduduk 63

12 pertengahan tahun Murung Raya tahun 2011 adalah sebesar 1,68 persen. Dengan tingkat laju pertumbuhan ekonomi atas dasar harga berlaku yang lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk, maka akan terjadi pertumbuhan positif terhadap PDRB per maupun pendapatan regional per kapita. PDRB per kapita dapat menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh setiap jiwa dalam satu tahun secara rata-rata, meskipun untuk tingkat pemerataannya kita perlukan kajian lebih lanjut lagi. Perkembangan PDRB per kapita Murung Raya dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 disajikan secara lengkap pada tabel berikut. Tabel 3.5 PDRB Perkapita Murung Raya ADHB dan ADHK PDRB Perkapita (Rp) ADHB ADHK 2000 (1) (2) (3) , , , , , , , , , ,74 Sumber : PDRB Murung Raya 2011 Dari tahun ke tahun PDRB per kapita Murung Raya, baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan 2000, menunjukkan pola yang positif. Pada tahun 2011, PDRB perkapita atas dasar harga berlaku mencapai nilai ±25 juta rupiah dengan pertumbuhan sebesar 15,06 persen dibandingkan tahun Artinya PDRB perkapita atas dasar harga berlaku per bulan secara rata-rata mencapai nilai 2 juta rupiah lebih. Sementara itu, PDRB per kapita atas dasar harga konstan tahun 2011 sebesar ±10 juta rupiah, atau tumbuh sebesar 4,54 persen dari tahun Pendapatan Regional Perkapita merupakan PDRN atas dasar biaya faktor dikurangi dengan pendapatan yang mengalir keluar dan ditambah dengan pendapatan yang mengalir kedalam dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun Tingkat Inflasi Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan kenaikan/penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Inflasi didasarkan pada indeks harga 64

13 konsumen (IHK) yang dihitung secara sampel di 45 (empat puluh lima) kota di Indonesia yang mencakup komoditas dan dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil survei biaya hidup (SBH). Sedangkan kondisi sebaliknya, dimana harga-harga pada umumnya turun, disebut deflasi. Angka inflasi dan deflasi disajikan hanya pada tingkat provinsi. Keadaan inflasi di Kabupaten Murung Raya tercermin melalui data inflasi di Kota Palangka Raya dan inflasi di Kota Sampit. Pada bulan Januari 2012 terjadi inflasi di Kota Palangka Raya sebesar 2,53 persen. Laju inflasi year on year (Januari 2012 terhadap Januari 2011) adalah 7,63 persen. Dari 66 kota yang menghitung indeks harga konsumen, tercatat 62 kota mengalami inflasi dan 4 kota mengalami deflasi. Komoditas yang mengalami kenaikan harga dengan andil inflasi tertinggi adalah : daging ayam ras, ikan gabus, bahan bakar rumah tangga, tukang bukan mandor dan kacang panjang. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga dengan andil deflasi tertinggi antara lain : udang basah, ikan saluang, angkutan udara, emas perhiasan dan kelapa. Dari 7 kelompok pengeluaran, enam kelompok mengalami kenaikan indeks harga yaitu kelompok bahan makanan 6,46 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar 2,85 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau 0,43 persen; kelompok kesehatan 0,32 persen; kelompok sandang 0,15 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,03 persen. Sedangkan satu kelompok lainnya yaitu kelompok transpor, komunikasi & jasa keuangan mengalami penurunan indeks 0,26 persen. Pada bulan Januari 2012 terjadi inflasi di Sampit sebesar 1,96 persen. Laju inflasi year on year (Januari 2012 terhadap Januari 2011) adalah 4,37 persen. Komoditas yang mengalami kenaikan harga dengan andil inflasi tertinggi di Kota Sampit selama bulan Januari 2012 antara lain : daging ayam ras, sewa rumah, semen, ikan tongkol dan rokok kretek filter. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga dengan andil deflasi tertinggi antara lain : ikan bandeng, bawang merah, emas perhiasan, batu bata dan udang basah. Pada bulan Januari 2012 keadaan inflasi di Kalimantan Tengah merupakan gabungan dari Kota Palangka Raya dan Kota Sampit mengalami inflasi sebesar 2,29 persen dan laju inflasi year on year adalah 6,20 persen. Sehingga inflasi yang terjadi di Kabupaten Murung Raya adalah sekitar 6,20 persen. Bila dilihat dari faktor jarak dan kesulitan infrastruktur ke kota Puruk Cahu Kabupaten Murung Raya, maka dapat diperkirakan bahwa inflasi di Kabupaten Murung Raya tahun 2012 pasti lebih besar dari 6,20 persen. Gambaran inflasi dari 8 kota IHK di Kalimantan yang menghitung inflasi pada bulan Januari 2012, secara berurutan yaitu di Kota Banjarmasin 2,92 persen; Palangka Raya 2,53 65

14 persen; Sampit 1,96 persen; Balikpapan 1,94 persen; Tarakan 1,44 persen; Singkawang 1,39 persen; Samarinda 1,33 persen dan Pontianak 0,94 persen. Tampaknya keadaan inflasi yang terjadi di Kabupaten Murung Raya masih tinggi dan belum mampu ditekan sampai batas minimal sekitar 5%. Oleh karena itu secara makro, pengaruh inflasi tinggi akan mendorong kenaikan suku bunga. Tidak itu saja, secara mikro akan berpengaruh juga terhadap komponen biaya produksi. Inflasi tinggi akan melemahkan kinerja industri manufaktur dan UMKM di Kabupaten Murung Raya, karena biaya bahan baku dan upah tenaga kerja di wilayah ini menjadi lebih mahal. Pengaruh inflasi yang terasa paling parah di Kabupaten Murung Raya yaitu bagi masyarakat di pedalaman. Oleh karena itu program yang perlu dipertajam dalam RKPD Murung Raya tahun 2014 adalah program pengembangan dan peningkatan insfrastruktur jalan darat ke wilayah perdesaan untuk mengurangi kesenjangan antar daerah dan desa Sumbangan Sektoral 1) Sumbangan Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan Sektor ini mencakup sub sektor tanaman bahan makanan (tabana), tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan. Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan andil cukup besar dalam perekonomian Murung Raya. Pada tahun 2007, sumbangannya menduduki peringkat pertama di antara sektor lainnya, namun pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 sumbangannya berada dibawah sektor pertambangan dan penggalian. Jika dilihat persentase kontribusinya, tampak adanya penurunan sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, namun sedikit mengalami peningkatan di tahun 2010 dan meningkat lagi pada tahun Sektor pertanian memberikan sumbangan terhadap PDRB Murung Raya sebesar 33,34 persen pada tahun 2007 dan pada periode tahun 2008 turun menjadi sekitar 30,83 persen, turun menjadi sebesar 28,88 persen pada tahun 2009, kemudian menurun lagi menjadi 27,32 persen pada tahun 2010 dan terakhir pada tahun 2011 tinggal 25,72 persen. Sumbangan dominan dalam sektor ini disumbang oleh sub sektor tanaman perkebunan, meskipun nilainya juga terus menurun sejak tahun 2007 sampai dengan tahun Pada tahun 2011 sumbangan sub sektor tanaman perkebunan terhadap PDRB Murung Raya sebesar 9,87 persen. Komoditi yang termasuk di dalam sektor ini antara lain karet, kelapa, kopi, tebu dan lain 66

15 sebagainya. Dari komoditi-komoditi tersebut produksi karet memberikan andil terbesar di sub sektor tanaman perkebunan, sehingga bila terjadi perubahan volume produksi atau harga akan sangat berpengaruh terhadap sub sektor ini. Sub sektor ini juga merupakan andalan sumber mata pencaharian bagi sebagian besar masyarakat Murung Raya. Di urutan kedua, sub sektor kehutanan memberi sumbangan sebesar 6,84 persen terhadap PDRB Murung Raya Sejak tahun 2007 sampai dengan 2011 sumbangan sub sektor ini terus mengalami penurunan, diduga akibat semakin ketatnya pemberian sanksi atas illegal logging. Termasuk di dalam sub sektor ini adalah kayu gelondongan, arang, damar, rotan dan hasil ikutan lainnya. Selain dua sub sektor di atas, komponen lain dari sektor ini adalah sub sektor perikanan yang pada tahun 2011 memberikan andil sebesar 4,92 persen, sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 3,03 persen Serta subsektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 1,06 persen terhadap perekonomian total Murung Raya. Untuk lebih jelasnya distribusi persentase sektor pertanian dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.6. Distribusi Persentase PDRB Sektor Pertanian Murung Raya Atas Dasar Harga Berlaku, (Persen) SEKTOR/SUB SEKTOR *) 2011**) (1) (2) (3) (4) (5) (6) PERTANIAN 33,34 30,83 28,88 27,32 25,72 1. Tanaman Bahan Makanan 4,17 3,82 3,48 3,21 3,03 2. Tanaman Perkebunan 13,86 12,06 11,17 10,44 9,87 3. Peternakan & Hasil- hasilnya 1,37 1,32 1,18 1,17 1,06 4. Kehutanan 8,59 8,09 7,69 7,28 6,84 5. Perikanan 5,34 5,53 5,36 5,23 4,92 Sumber : PDRB Murung Raya Dirasa perlu adanya kebijakan untuk meningkatkan produksi pertanian, seperti halnya tanaman bahan makanan, karena selama ini hasil tanaman bahan makanan yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat Murung Raya sebagian besar berasal dari luar daerah Murung Raya, hal ini secara tidak langsung akan meningkatkan ketergantungan terhadap daerah lain, akibatnya jika stok tidak stabil, masyarakat akan menjadi korban peningkatan harga yang dengan kata lain dapat menurunkan daya beli masyarakat. 67

16 2) Sumbangan Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor ini mencakup sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi, sub sektor pertambangan non migas dan sub sektor penggalian. Khusus untuk sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi tidak dibahas dalam publikasi ini, karena keberadaannya belum pernah diketahui di Murung Raya. Sektor pertambangan dan penggalian merupakan penyumbang terbesar terhadap PDRB Murung Raya tahun Sumbangannya terus meningkat sejak tahun 2007 sampai dengan tahun Sumbangan sektor pertambangan dan Penggalian terhadap perekonomian Murung Raya, pada tahun 2011 sebesar 37,14 persen. Sumbangan sektor ini didominasi oleh sub sektor pertambangan tanpa migas dengan konstribusi lebih dari 98 persen, sedangkan sub sektor penggalian kurang dari 2 persen peranannya terhadap sektor ini, sehingga naik turunnya konstribusi sektor pertambangan dan penggalian bisa dikatakan karena pengaruh dari sub sektor pertambangannya saja. Tabel 3.7 Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Sektor Pertambangan dan Penggalian Murung Raya, (Persen) Sektor/Sub Sektor (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pertambangan dan Penggalian 30,74 32,35 33,99 34,97 37,14 1. Pertambangan 30,23 31,82 33,45 34,41 36,61 2. Penggalian 0,51 0,53 0,55 0,56 0,53 Sumber : PDRB Murung Raya 2011 Produksi pertambangan batu bara Murung Raya merupakan yang terbesar di Kalimantan Tengah, demikian pula dengan produksi emas dan batu bara. Namun perlu dikaji lebih jauh sumbangan sektor ini terhadap kesejahteraan masyarakat Murung Raya. Apakah hasil produksi dari sektor ini benar-benar dinikmati oleh masyarakat Murung Raya, atau justru seluruh hasilnya dinikmati oleh pihak lain. 3) Sumbangan Sektor Industri Pengolahan Perekonomian Murung Raya tidak dapat dipisahkan dari peranan sektor industri pengolahan, seperti halnya sektor Pertambangan dan penggalian, pada sektor ini hanya mencakup sub sektor industri non migas, karena di Murung Raya tidak terdapat industri migas. 68

17 Tabel 3.8 Distribusi Persentase PDRB Sektor Industri Pengolahan Atas Dasar Harga Berlaku Murung Raya, (Persen) Sektor/Sub Sektor (1) (2) (3) (4) (5) (6) Industri Pengolahan 3,27 3,23 3,11 3,13 2,97 1. Industri Non Migas 3,27 3,23 3,11 3,13 2,97 Sumber : PDRB Murung Raya 2011 Jika dilihat sumbangan sektor industri pengolahan terhadap PDRB Murung Raya, bisa dikatakan sektor ini kurang bergairah. Karena sumbangannya mengalami pasang surut sektor ini memberi sumbangan sebesar 3,27 persen, namun terus mengalami penurunan sampai dengan tahun 2009 dengan sumbangan sebesar 3,11 persen. Namun pada tahun 2010 sumbangan sektor industri pengolahan mengalami peningkatan meskipun sedikit, menjadi 3,13 persen dan kembali merosot sumbangannya pada tahun 2011 menjadi 2,97 persen saja. Industri pengolahan yang terdapat di Murung Raya adalah industri kecil menengah. Jumlah unit usaha industri yang terdaftar di instansi terkait pada tahun 2010 adalah sebanyak 279 unit, dengan total tenaga kerja sebanyak 653 orang. Jenis industrinya antara lain adalah industri anyaman rotan dan bambu, penggilingan padi, moulding, pengolahan makanan, industri batu bata dan lainlain. Diperlukan usaha keras untuk menggairahkan sektor ini, seperti halnya mengasah ketrampilan dan kewirausahaan, menyediakan pinjaman modal dengan bunga lunak, mempermudah akses pemasaran produk dan lain sebagainya. 4) Sumbangan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sektor ini merupakan sektor yang menunjang seluruh kegiatan ekonomi dan sebagai infrastruktur yang mendorong aktivitas proses produksi sektoral maupun pemenuhan kebutuhan masyarakat. Produksi listrik sebagian besar dihasilkan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan sebagiannya lagi oleh listrik Non PLN. Untuk air bersih diproduksi oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), sedangkan produksi gas dihasilkan oleh Perusaan Gas Negara (PGN), namun di Murung Raya sampai dengan saat ini belum terdapat Perusahaan Gas Negara. Peran sektor ini terhadap pembentukan PDRB Murung Raya pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 merupakan yang paling kecil diantara delapan sektor lainnya. 69

18 Peran sektor ini pada tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan sumbangan yang terjadi tidak begitu jauh, yaitu dari tahun 0,44 persen pada tahun 2010 menjadi 0,43 persen pada tahun 2011 (lihat tabel). Tabel 3.9 Distribusi Persentase PDRB Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Murung Raya Atas Dasar Harga Berlaku (Persen) Sektor/SubSektor (1) (2) (3) (4) (5) (6) Listrik, Gas dan Air Bersih 0,45 0,44 0,44 0,44 0,43 1. Listrik 0,26 0,26 0,26 0,26 0,26 2. Air Bersih 0,18 0,18 0,18 0,18 0,17 Sumber : PDRB Murung Raya 2011 Tidak dapat dipungkiri bahwa listrik merupakan salah satu sarana penting dalam menunjang berbagai kegiatan masyarakat, baik di bidang ekonomi, sosial budaya dan bahkan pendidikan. Dengan terpenuhinya kebutuhan listrik, aktivitas masyarakat di malam hari akan lebih beragam. Mereka dapat mengakses televisi untuk kebutuhan informasi dan hiburan, para pelajar dapat belajar dengan penerangan yang memadai, dan juga tidak menutup kemungkinan adanya kegiatan ekonomi yang bisa dilakukan di malam hari. 5) Sumbangan Sektor Bangunan/Konstruksi Output sektor bangunan, merupakan output yang paling mudah untuk diamati perkembangannya. Dari tahun ke tahun, output sektor ini terlihat nyata perkembangannya, baik yang dihasilkan oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat. Mulai dari jalan raya, jembatan, gedung-gedung kantor, hotel, pertokoan, perumahan fasilitas umum dan lain lain. Pada tahun 2011 perbaikan jalan dilakukan di banyak ruas jalan di Murung Raya, pembangunan gedung kantor baru juga masih terus berjalan, pembangunan fasilitas umum seperti pengembangan rumah sakit umum dan infrastruktur untuk pendidikan juga terus dilakukan seiring dengan progam Mura Sehat dan Mura Cerdas Gedung pertokoan dan perumahan juga banyak yang berdiri di tahun Di tengah tingkat kesulitan geografis yang cukup tinggi di Murung Raya, perkembangan sektor bangunan dapat dikatakan cukup fantastik. Dengan angka Indeks Kemahalan Konstruksi Murung Raya yang cukup tinggi dan menduduki peringkat ketiga di antara 14 kabupaten/kota di Kalimantan Tengah, ternyata sektor bangunan dapat tumbuh dengan trend yang positif. Pada, tahun

19 sumbangan sektor ini terhadap pembentukan PDRB sebesar 5,57 persen. 6) Sumbangan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Laju pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran dari tahun ke tahun semakin cepat. Sub sektor perdagangan lebih dominan dibandingkan subsektor hotel dan restoran. Puncaknya terjadi pada tahun 2010, karena kontribusi sektor ini sedikit menurun pada tahun 2011, yaitu dari 9,89 persen pada tahun 2010 menjadi 9,86 pada tahun Sumbangan sektor perdagangan terhadap pembentukan PDRB Murung Raya 2011 yang sebesar 9,86 persen tersebut sebanyak 9,03 persennya adalah dari sub sektor perdagangan. Sementara sub sektor hotel hanya berkontribusi sebesar 0,31 persen dan sub sektor restoran berkontribusi sebesar 0,52 persen saja. Naiknya laju pertumbuhan sektor ini secara tidak langsung juga diakibatkan oleh pertumbuhan di sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan serta permintaan domestik yang menjadi komponen dalam pembentukan sub sektor perdagangan besar dan eceran yang juga mengalami kenaikan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran berperan sebagai sektor jasa penghubung antara produk-produk industri dan pertanian dengan konsumen. Secara lengkap kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran disajikan dalam tabel berikut : Tabel 3.10 Distribusi Persentase PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Murung Raya Atas Dasar Harga Berlaku, (Persen) Sektor/Sub Sektor (1) (2) (3) (4) (5) (6) Perdagangan, HotelDan Restoran 9,36 9,30 9,52 9,89 9,86 1. Perdagangan Besar &Eceran 8,43 8,43 8,63 9,04 9,03 2. Hotel 0,37 0,36 0,35 0,33 0,31 3. Restoran 0,56 0,56 0,54 0,53 0,52 Sumber : PDRB Murung Raya ) Sumbangan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki peranan sebagai pendorong aktivitas setiap sektor ekonomi. Dalam era globalisasi peranan sektor ini sangat vital dan menjadi indikator kemajuan suatu daerah, terutama sub sektor 71

20 komunikasi, sedangkan sub sektor transportasi memiliki peran sebagai jasa pelayanan bagi mobilitas perekonomian. Secara lengkap kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi disajikan dalam tabel berikut : Tabel 3.11 Distribusi Persentase PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Murung Raya atas Dasar Harga Berlaku (Persen) SEKTOR / SUB SEKTOR (1) (2) (3) (4) (5) (6) PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 6,97 6,80 6,36 5,89 5,49 1. Angkutan Jalan Raya 2,34 2,35 2,29 2,17 2,05 2. Ang. Sungai, Danau & Penyebrangan 4,05 3,91 3,56 3,19 2,93 3. Angkutan Udara 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 4. Jasa Penunjang Angkutan 0,12 0,12 0,12 0,13 0,12 5. Pos dan Telekomunikasi 0,44 0,41 0,37 0,38 0,37 Sumber : PDRB Murung Raya 2011 Laju pertumbuhan sektor ini melambat pada tahun Laju persektor yang mendukung aktivitas sektor riil, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan pada tahun 2010 sebesar 5,89 persen, sedangkan pada tahun 2011 melambat sebesar 5,49 persen, sebagai sektor yang mendukung aktivitas sektor rill, sektor pengangkutan dan komunikasi berkaitan erat dengan sektor-sektor lain. Sedangkan sumbangan sektor ini terhadap total PDRB Murung Raya tahun 2011 adalah sebesar 5,49 persen, menurun dibandingkan sumbangannya pada tahun-tahun sebelumnya. Sumbangan sektor pengangkutan dan komunikasi masih didominasi oleh sub sektor angkutan jalan raya. Dua sub sektor yang menarik untuk diamati dalam sektor ini adalah sub sektor angkutan jalan raya dan sub sektor angkutan sungai, danau dan penyeberangan. Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 sumbangan sub sektor angkutan sungai, danau dan penyeberangan terus mengalami penurunan, sedangkan sub sektor angkutan jalan raya yang mulai naik pada tahun 2008 kembali mengalami sedikit penurunan di tahun 2009 hingga tahun Jembatan Merdeka Murung Raya yang diresmikan pertengahan tahun 2008 mampu sedikit mendongkrak sumbangan angkutan jalan raya, namun sepertinya masyarakat masih enggan meninggalkan angkutan sungai yang selama ini biasa mereka gunakan. Sehingga penurunan sumbangan sub sektor angkutan sungai juga tidak berbeda jauh dengan tahun sebelumnya. 72

21 Penurunan sumbangan angkutan jalan raya juga ditunjang oleh peningkatan di sub sektor angkutan udara. Waktu tempuh Murung Raya - Palangka Raya melalui jalur darat selama 12 jam dapat disingkat menjadi kurang dari satu jam. Pada tahun 2011 jumlah penumpang pesawat yang berangkat dari Bandar Udara Khusus Dirung adalah orang, sedangkan penumpang datang sebanyak 4.996, dengan frekuensi penerbangan tiga kali pulang pergi dalam satu minggu. Dengan semakin baiknya infrastruktur jalan raga yang menghubungkan Murung Raya dan Barito Utara, mobilisasi masyarakat berkendaraan motor roda dua juga semakin meningkat. Pada tahun 2011 tercatat ada sepeda motor di Murung Raya. Alternatif ini juga secara tidak langsung mengurangi sumbangan sektor pengangkutan dan komunikasi di Murung Raya yang sejak tahun 2007 hingga tahun 2011 terus mengalami penurunan, yaitu sebesar 6,97 pada tahun 2007 menjadi 5,49 pada tahun ) Sumbangan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Secara garis besar sektor ini terbagi atas lima kelompok kegiatan utama yaitu : usaha perbankan, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan dan usaha persewaan bangunan dan jasa perusahaan. Namun khusus untuk jasa penunjang keuangan, pada tahun 2011 belum turut memberi sumbangan terhadap PDRB Murung Raya. Sektor ini disebut sebagai sektor finansial, karena secara umum kegiatan utamanya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan keuangan yang berupa penarikan dana dari masyarakat maupun pengalirannya (penyalurannya) kembali. Laju pertumbuhan sektor ini melambat cukup drastis pada tahun 2009 akibat adanya krisis global. Menurunnya harga komoditas karet sebagai produk unggulan perkebunan masyarakat Murung Raya, secara langsung mengurangi besarnya dana yang dihimpun sub sektor bank. Secara lengkap kontribusi sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan disajikan dalam tabel berikut : Tabel 3.12 Distribusi Persentase PDRB Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Murung Raya Atas Dasar Harga Berlaku (Persen) SEKTOR/SUB SEKTOR (1) (2) (3) (4) (5) (6) KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 2,21 2,42 2,40 2,33 2,28 73

22 1. Bank 0,62 0,80 0,75 0,75 0,72 2. Lembaga Keuangan Bukan Bank 0,39 0,39 0,38 0,35 0,33 3. Sewa Bangunan 1,19 1,23 1,26 1,21 1,22 4. Jasa Perusahaan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 Sumber : PDRB Murung Raya 2011 Jika dilihat sumbangan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tahun 2009, ternyata tidak berkurang cukup signifikan, bahkan justru ada peningkatan sumbangan di sub sektor sewa bangunan, akibat semakin banyaknya pendatang baru di Murung Raya. Semenjak tahun 2009, kontribusi sektor ini terus menurun dari tahun ke tahun, mulai dari sebesar 2,40 persen pada tahun 2009, menurun menjadi 2,33 pada tahun 2010 dan terus menurun sampai dengan 2,28 persen pada tahun ) Sumbangan Sektor Jasa-Jasa Pada klasifikasi ini sektor jasa-jasa diuraikan menjadi dua sub sektor yaitu jasa pemerintahan umum dan jasa swasta. Jasa pemerintahan umum mencakup administrasi pemerintah dan pertanahan serta jasa pemerintahan lainnya seperti jasa pendidikan, kesehatan dan kemasyarakatan lainnya. Sub sektor jasa swasta meliputi jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi, serta jasa perorangan dan rumah tangga. Sejalan dengan perkembangan sektor riil, sektor ini terus meningkat dan memiliki prospek yang cukup baik. Laju pertumbuhan ekonomi sektor ini meningkat pada tahun 2011 mencapai 5,92 persen, tumbuh lebih cepat dibandingkan tahun 2010, yaitu sebesar 5,15 persen. Uniknya, Kontribusi sektor ini tidak sejalan dengan percepatan pertumbuhan yang terjadi. Pada tahun 2011 kontribusi sektor jasa menurun dari 10,68 persen pada tahun 2010, menjadi 10,54 pada tahun Secara lengkap kontribusi sektor Jasa-jasadisajikan dalam tabel berikut : Tabel 3.13 Distribusi Persentase PDRB Sektor Jasa-jasa Murung Raya Atas Dasar Harga Berlaku (Persen) SEKTOR/SUB SEKTOR (1) (2) (3) (4) (5) (6) JASA-JASA 9,39 10,03 10,41 10,68 10,54 1. Pemerintaha Umum 8,51 9,14 9,53 9,80 9,71 2. Swasta 0,89 0,90 0,89 0,87 0,83 Sumber : PDRB Murung Raya

23 Sumbangan terbesar sektor jasa-jasa pada tahun 2011 diberikan oleh sub sektor jasa pemerintahan umum yakni sebesar 9,71 persen, demikian pula pada tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan pada sub sektor jasa swasta pada tahun 2011 sumbangannya sedikit menurun dari 0,87 pada tahun 2010 menjadi 0,83 pada tahun Indikator Pembangunan Daerah Bidang Ekonomi A. Laju Pertumbuhan Ekonomi (AHK-2000) Pada tahun 2009 angka laju pertumbuhan ekonomi (AHK-2000) di Kabupaten Murung Raya yaitu sebesar 5,07%. Selanjutnya pada tahun 2010 naik menjadi sebesar 5,87%, kemudian pada tahun 2011 meningkat menjadi 6,10%. Pada tahun yang sama yaitu tahun 2009 angka laju pertumbuhan ekonomi (AHK- 2000) di Provinsi Kalimantan Tengah yaitu sebesar 6,20, dan pada tahun 2011 naik menjadi sebesar 6,67 (lihat table berikut). Tabel Angka Laju Pertumbuhan Ekonomi (AHK2000) Nomor Daerah Kabupaten Murung Raya 5,07 5,87 6,10 2 Provinsi Kalimantan Tengah 6, ,67 Sumber : Murung Raya Dalam Angka 2010 Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa pencapaian angka laju pertumbuhan ekonomi (AHK-2000) di Kabupaten Murung Raya tahun menunjukkan kecenderungan semakin meningkat. Pertumbuhan ekonomi (PE) di Kabupaten Murung Raya memang sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi provinsi. Permasalahannya baik di Kabupaten Murung Raya maupun pertumbuhan ekonomi di tingkat provinsi yaitu belum tercapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi (rata-rata 10% - 12% per tahun) serta merata di semua sektor. Faktor penyebab angka laju pertumbuhan ekonomi (AHK-2000) di Kabupaten Murung Raya periode tahun lebih rendah dibandingkan dengan provinsi Kalimantan Tengah yaitu karena program pengembangan investasi sektor rill di daerah lebih diarahkan pada investasi jangka panjang, sehingga dalam jangka pendek (1-2 tahun) belum berhasil menunjukkan kenaikan produksi. Selain itu karena Kabupaten Murung Raya merupakan kabupaten yang baru dan jauh dari akses pelabuhan, sehingga ekspor masih 75

24 belum terealisasi; dan juga sektor-sektor ekonomi yang mampu memberikan nilai tambah masih belum banyak berkembang. Untuk memacu pertumbuhan ekonomi kabupaten Murung Raya, maka melalui RKPD tahun 2014 ini, disamping tetap dilakukan pengembangan sektor pertanian dalam arti luas, dan pengembangan sektor pertambangan; juga dilakukan melalui pengembangan sektor perdagangan (ekspor), meningkatkan belanja rumah tangga (belanja konsumen), investasi, dan belanja pemerintah. Pengembangan investasi dapat dilakukan melalui pengembangan investasi pada sektor-sektor modern dan sektor-sektor tradisional. Pengembangan investasi pada sektor-sektor tradisional diperlukan dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat. B. Pendapatan Regional Perkapita (AHK 2000) Pada tahun 2009 Pendapatan Regional Perkapita (AHK 2000) di Kabupaten Murung Raya yaitu sebesar Rp ,32. Selanjutnya pada tahun 2010 naik menjadi sebesar Rp ,08 kemudian pada tahun 2011 meningkat menjadi sebesar Rp ,74. Pada tahun yang sama yaitu tahun 2008 Pendapatan Regional Perkapita (AHK 2000) di Provinsi Kalimantan Tengah yaitu sebesar Rp. 6,34 juta dan pada tahun 2009 turun menjadi sebesar 6,00 juta. Tabel PDRB Perkapita Murung Raya ADHB dan ADHK 2000, (Rupiah) PDRB Perkapita (Rp) ADHB ADHK 2000 (1) (2) (3) *) 2011**) , , , , , ,74 Sumber : PDRB Murung Raya 2011 Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa pencapaian Pendapatan Regional Perkapita AHK 2000 di Kabupaten Murung Raya dalam periode tahun menunjukkan kecenderungan semakin naik dan posisinya masih diatas pendapatan regional perkapita tingkat provinsi. Faktor penyebab naiknya Pendapatan Regional Perkapita AHK 2000, yaitu karena adanya keberhasilan 76

25 program-program pengendalian laju pertumbuhan penduduk, terutama akibat menurunnya pertambahan penduduk melalui migrasi masuk secara alami. Program peningkatan pertumbuhan pendapatan perkapita yang perlu dipertajam dalam RKPD Murung Raya tahun 2014 terutama pada aspek pemerataan pendapatan, yaitu melalui penajaman program peningkatan keterampilan, program peningkatan produktivitas tenaga kerja, dan program alih teknologi pada sektor-sektor ekonomi rakyat (sektor tradisional). C. Infrastruktur Pada tahun 2008 panjang jalan darat dengan kondisi baik di Kabupaten Murung Raya yaitu sebesar 58,7 Km dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 114,69 Km. Selama periode tahun total panjang jalan darat juga mengalami peningkatan. Faktor pendukung terjadinya peningkatan jalan darat ini yaitu adanya keberhasilan program pengembangan dan peningkatan insfrastruktur (jalan darat) di Kabupaten Murung Raya. Tabel Panjang Jalan Kabupaten Berdasarkan Kondisi (dalam Km) Kondisi No Buruk Sedang Baik ,03 102,9 58, ,06 10,9 114, ,07 12,24 118,67 Sumber : Murung Raya Dalam Angka 2010 Masalah pembangunan infrastruktur (jalan) di Kabupaten Murung Raya yaitu masih banyak dijumpai panjang jalan dalam kondisi buruk (belum tuntas). Secara umum masalah pembangunan infrastruktur (jalan) di Kabupaten Murung Raya tahun dapat dikatakan belum dapat memenuhi secara tepat akan kebutuhan infrastruktur (jalan dan jembatan) bagi masyarakat. Kriteria ketepatan ini mencakup waktu, kualitas, kuantitas dan lokasi. Sasaran pembangunan daerah bidang infrastruktur dalam RKPD tahun 2013 ini yaitu pemenuhan secara tepat akan kebutuhan sarana dan prasarana umum bagi masyarakat. Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, maka program pengembangan dan peningkatan insfrastruktur masih perlu di pertajam, dengan sasaran prioritas : (1) meningkatnya kualitas jalan dan jembatan pada ruas jalan 77

BAB III PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT LAPANGAN USAHA

BAB III PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT LAPANGAN USAHA BAB III PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT LAPANGAN USAHA Perkembangan perekonomian suatu wilayah, umumnya digambarkan melalui indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pendekatan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011 No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN 2010-2014 2.1 STRUKTUR EKONOMI Penetapan SDG s Sustainable Development Goals) sebagai kelanjutan dari MDG s Millenium Development Goals) dalam rangka menata arah

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 01/06/62/Th.X, 1 Juni Selama, Palangka Raya dan Sampit Terjadi 0,02 Persen dan 0,42 Persen Dari 82 kota pantauan IHK

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Selama, Palangka Raya dan Sampit Terjadi Deflasi 0,29 Persen dan 0,46 Persen No. 01/05/62/Th.X, 2 Mei Dari 82 kota pantauan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i ii Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 INDIKATOR EKONOMI KOTA TERNATE 2015 No. Katalog : 9201001.8271 No. Publikasi : 82715.1502 Ukuran Buku : 15,5 cm

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini, telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 No. 06/05/62/Th.V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2011 dibanding Triwulan yang sama tahun 2010 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 01/08/62/Th.X, 1 Agustus PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Selama, Palangka Raya dan Sampit Terjadi 0,20 Persen dan 0,49 Persen Dari 82 kota pantauan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN 2002-2010 Katalog BPS : 9302008.7101 ISSN 0215 6432 Ukuran Buku : 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : ix + 115 Halaman Naskah : Badan

Lebih terperinci

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang BAB III TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN BERAU 3.1. Tinjauan Umum Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 01/03/62/Th.XI, 1 Maret PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Selama, Terjadi 0,27 Persen di Dua Kota, Palangka Raya dan Sampit. Dari 82 kota pantauan IHK

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO 1. PERKEMBANGAN KABUPATEN BUNGO merupakan penghitungan atas nilai tambah yang timbul akibat adanya berbagai aktifitas ekonomi dalam suatu daerah/wilayah. Data

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Selama, Palangka Raya dan Sampit Terjadi Deflasi 0,04 Persen dan 0,34 Persen No. 01/04/62/Th.X, 1 April Dari 82 kota pantauan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PULAU MOROTAI TAHUN 2013

TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PULAU MOROTAI TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PULAU MOROTAI TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PULAU MOROTAI TAHUN 2013 Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Gambar Kulit : BPS Kabupaten Pulau Morotai KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

Kerjasama : KATALOG :

Kerjasama : KATALOG : Kerjasama : KATALOG : 9302008.6205 KATALOG : 9302008.6205 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2006 2010 Edisi 2011 ISSN. 0216.4796 No.Publikasi : 6205.11.01 Katalog BPS : 9302008.6205

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 01/07/62/Th.X, 1 Juli PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Selama, Palangka Raya dan Sampit Terjadi 0,91 Persen dan 0,65 Persen Dari 82 kota pantauan IHK

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 46/08/73/Th. VIII, 5 Agustus 2014 KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014 Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan II tahun 2014 yang dihitung berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 01/09/62/Th.XI, 4 September Selama tus, Palangka Raya Terjadi 0,12 Persen dan Sampit Terjadi Deflasi 1,09 Persen Dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PDRB TRIWULAN II-2009 KALIMANTAN SELATAN

PERKEMBANGAN PDRB TRIWULAN II-2009 KALIMANTAN SELATAN No. 026/08/63/Th.XII, 10 Agustus 2009 PERKEMBANGAN PDRB TRIWULAN II-2009 KALIMANTAN SELATAN Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2009 terhadap triwulan I-2009 (q to q) mencapai angka 16,68 persen. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.51/11/12/Th.VII, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2012 Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan III-2012 secara triwulanan (q-to-q)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN MEI 2015

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN MEI 2015 BPS KOTA TARAKAN No. 06/06/6571/Th.IX, 01 Juni 2015 INFLASI KOTA TARAKAN BULAN MEI 2015 Mulai bulan Januari 2014 tahun dasar penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) menggunakan 2012 = 100 (sebelumnya

Lebih terperinci

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN JUNI 2015

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN JUNI 2015 BPS KOTA TARAKAN No. 07/07/6571/Th.IX, 01 Juli 2015 INFLASI KOTA TARAKAN BULAN JUNI 2015 Mulai bulan Januari 2014 tahun dasar penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) menggunakan 2012 = 100 (sebelumnya

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2016 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro tahun 2016 sebagaimana yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Kaltim, sebelumnya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 01/01/62/Th. VI, 2 Januari 2012 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Bulan Kota Palangka Raya terjadi inflasi sebesar 1,07 persen. Laju inflasi kumulatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian dewasa ini masih sering dianggap sebagai penunjang sektor industri semata. Meskipun sesungguhnya sektoral pertanian bisa berkembang lebih dari hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER PDRB KABUPATEN PASER TAHUN 2011 Rata rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Paser kembali menembus angka dua digit sejak tahun 2010. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: a. Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah 48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci