KARAKTERISASI MEMBRAN PADA PEMISAHAN CAMPURAN MTBE METANOL DENGAN TEKNIK PERVAPORASI. Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISASI MEMBRAN PADA PEMISAHAN CAMPURAN MTBE METANOL DENGAN TEKNIK PERVAPORASI. Abstrak"

Transkripsi

1 KARAKTERISASI MEMBRAN PADA PEMISAAN CAMPURAN MTBE METANL DENGAN TEKNIK PERVAPRASI Kelompol B Sem. I 2/21 Wangwang Kuswaya (1393) dan endityas ercahyo (1399) Pembimbing : Dr. Ir. Irwan Noezar Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran Jurusan Teknik Kimia Abstrak Proses pemisahan dengan membran timbul sebagai salah satu alternatif pemisahan selain distilasi, ekstraksi, dan absorpsi. Khusus pervaporasi, teknik ini mulai berkembang sejak tahun 197 saat terjadi krisis energi, dimana teknologi pemisahan dengan menggunakan energi relatif kecil menjadi pilihan utama. Pervaporasi merupakan salah satu proses pemisahan dengan membran tak berpori sebagai media pemisahnya, dimana umpan dalam bentuk cairan dan produk (permeat) dalam bentuk uap. Transport permeat melintasi membran mengikuti mekanisme solution-diffusion yang terdiri dari tiga tahap yakni sorpsi, diffusi, dan desorpsi. Proses pemisahan dalam pervaporasi terjadi dengan mengeksploitasi perbedaan kelarutan dan difusivitas di antara komponen-komponen dalam larutan umpan, dengan driving force perbedaan potensial kimia pada kedua sisi membran. Campuran metanol-mtbe merupakan salah satu contoh sistem azeotrop, yang dapat dipisahkan dengan pervaporasi, dimana sebagai komponen utama dalam permeat adalah metanol. Membran yang digunakan untuk memisahkan campuran metanol-mtbe ini adalah membran homogen tak berpori yang dibentuk dari polimer cellulose acetate, dan campuran cellulose acetate dengan cellulose acetate butyrate. Dalam penelitian ini, akan diamati performance membran dalam memisahkan campuran metanol-mtbe pada beberapa variasi temperatur dan konsentrasi umpan. asil penelitian menunjukkan bahwa fluks yang dihasilkan oleh membran CA lebih besar dari fluks yang dihasilkan oleh membran CA-CAB blending, karena adanya molekul CAB pada membran CA-CAB blending membatasi proses swelling dari molekul polimer CA. Namun, kekakuan dan efek sterik yang dimiliki oleh membran CAB menyebabkan peristiwa sorpsi yang lebih selektif, sehingga selektivitas membran CA- CAB blending lebih tinggi dibanding membran CA. 1. Pendahuluan Penggunaan MTBE sebagai zat aditif untuk meningkatkan bilangan oktan bahan bakar, meningkat pesat dari tahun ke tahun. Pada tahun 199 konsumsi MTBE di Asia mencapai,3 juta ton per tahun, dan diperkirakan pada tahun 2 ini permintaan akan meningkat menjadi 2,7 juta ton per tahun [3]. MTBE diproduksi melalui reaksi antara metanol dengan isoolefin: Metanol + Isoolefin MTBE 1

2 2 Produk yang dihasilkan masih berupa campuran antara produk utama MTBE dengan metanol. Campuran metanol-mtbe ini dapat membentuk sistem azeotrop. Pelaksanaan pemisahan campuran metanol-mtbe sangat penting karena metanol bersifat higroskopis yang dapat mengganggu penyalaan mesin dan menyebabkan kenaikan bilangan oktan menjadi tidak optimum. Selain itu, metanol juga mempunyai sifat racun dan mudah terbakar, serta dapat berakibat buruk bila dibuang sebagai limbah. Penggunaan teknik pervaporasi untuk melaksanakan proses pemisahan campuran metanol-mtbe sangat menguntungkan bila dibandingkan dengan menggunakan caracara pemisahan konvensional. al ini terutama disebabkan oleh kemudahan dalam pengoperasian dan pemeliharaannya, prosesnya cukup sederhana, hemat energi dan hemat ruang. leh sebab itu, sistem membran (pervaporasi) ini memiliki kemungkinan pengembangan yang sangat baik di masa yang akan datang. Proses pemisahan dengan pervaporasi terjadi berdasarkan mekanisme solutiondiffusion. Menurut mekanisme ini, pemisahan berlangsung dalam tiga tahap berturutturut, yaitu sorpsi, diffusi, dan desorpsi. Tahap yang paling penting adalah tahap sorpsi dan diffusi, karena dari tahap ini dapat dilihat unjuk kerja dari membran yang digunakan. Dalam penelitian ini akan dipelajari teknik pembuatan membran serta pengamatan karakteristik membran yang digunakan untuk pemisahan campuran metanol- MTBE dengan teknik pervaporasi pada beberapa variasi temperatur dan konsentrasi umpan, dengan mengamati fluks dan selektivitas metanol. 2. Tinjauan Pustaka Membran adalah suatu bahan berupa lapisan tipis semipermeabel yang berfungsi sebagai dinding pemisah dua fluida dengan konsentrasi, tekanan, temperatur atau potensial yang berbeda, dimana solut dan/ atau pelarutnya cenderung berpindah untuk mencapai keadaan seimbang. Proses pemisahan yang terjadi di dalam membran disebabkan karena membran memiliki kemampuan untuk melewatkan satu komponen campuran umpan lebih besar daripada komponen umpan lain. Karakteristik suatu membran ditentukan oleh sifat-sifat materi pembentuknya, yaitu polimer. Membran yang digunakan pada pervaporasi adalah membran tak berpori. Kriteria pemilihan ini didasarkan atas mekanisme pemisahan yang terjadi, yaitu berdasarkan pada perbedaan kelarutan dan diffusivitas. Pervaporasi merupakan suatu proses pemisahan campuran cairan yang menggunakan membran sebagai media pemisahnya, dimana campuran umpan dikontakkan dengan membran pada sisi upstream dan produknya diambil dalam bentuk uap pada sisi downstream. Daya penggerak yang menyebabkan terjadinya pemisahan adalah adanya perbedaan potensial kimia pada kedua sisi membran yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan pada kedua sisi membran tersebut. Dalam hal ini tekanan downstream (sisi permeat) dibuat serendah mungkin, di bawah tekanan penjenuhan komponen dalam umpan yang akan dipisahkan, dengan menggunakan pompa vakum atau gas pembawa (carrier gas). Berdasarkan mekanisme Solution-Diffusion, perpindahan massa dalam proses pervaporasi terjadi melalui tiga tahap, yaitu pengambilan secara selektif (sorpsi) salah satu komponen dari campuran umpan pada sisi umpan (upstream), perpindahan (diffusi) secara selektif melalui membran dan penguapan (desorpsi) pada sisi permeat (downstream). Kinerja membran yang dipakai dalam proses pervaporasi, dinyatakan dalam fluks dan selektivitas yang dirumuskan sebagai berikut :

3 3 p p m.ω1 J1 = (1) A. t dimana, p J 1 = Fluks metanol dalam permeat, gram/(m 2.menit) m = massa permeat, gram p ω 1 = fraksi berat metanol dalam permeat A = luas penampang membran, m 2 T = waktu, menit dan ω 1 ω 2 permeat α = (2) ω 1 ω 2 dimana, umpan α = selektivitas terhadap metanol ω 1 = fraksi berat metanol ω 2 = fraksi berat MTBE 3. Pelaksanaan Percobaan 3.1 Pembuatan Membran Pembuatan membran yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik presipitasi dengan penguapan pelarut (evaporasi). Langkah-langkah pembuatan membran adalah sebagai berikut : 1. Ditimbang masing-masing dua puluh gram CA 1, CA 2, dan campuran CA 2 CAB dalam berbagai komposisi 2. Ketiga macam bahan membran tersebut, dilarutkan dalam 8 gram pelarut Dimethylformamide (DMF). 3. Larutan diaduk selama 1 jam dengan menggunakan pengaduk magnetik. 4. Larutan polimer disimpan dalam lemari es selama 24 jam, untuk menghilangkan gelembung-gelembung udara yang terbentuk selama proses pengadukan.. Larutan polimer dituangkan ke atas pelat kaca dan dibiarkan mengering dalam desikator. Presipitat yang dihasilkan adalah membran yang akan digunakan pada percobaan pervaporasi. Ketebalan membran diukur. 3.2 Rangkaian Alat Percobaan

4 4 Keterangan gambar : 1. Modul pervaporasi 6. Penampung permeat 2. Pengaduk 7. Nitrogen cair 3. Larutan umpan 8. Tabung pengaman 4. Pressure gauge 9. Silika gel. Kerangan vakum 1. Pompa vakum 3.3 Percobaan Pervaporasi Setelah membran dipasang pada modul, dan rangkaian alat dipasang seperti pada gambar di atas, kondisi vakum pada sisi downstream dioperasikan dengan menjalankan pompa vakum, sedangkan sisi upstream dijaga pada tekanan atmosferik. Setelah kondisi tersebut tercapai, umpan dimasukkan ke dalam modul pervaporasi sampai mencapai keadaan tunak dan temperatur operasi dijaga konstan. Setelah tunak, pada tiap selang waktu tertentu, permeat yang tertampung ditimbang beratnya dan dianalisis konsentrasinya menggunakan kromatografi gas. Percobaan dilakukan dengan memvariasikan komposisi campuran umpan, temperatur umpan serta jenis membran yang digunakan. Variasi yang dilakukan adalah sebagai berikut : Empat variasi komposisi umpan, yaitu 1%-w Me, 3%-w Me, %-w Me dan 7%-w Me. Empat variasi temperatur umpan, yaitu 27 o C, 3 o C, 4 o C, dan 4 o C. Tiga variasi jenis membran, yaitu membran CA 1 (M av =61), membran CA 2 (M av =3) dan membran Ca 2 -CAB blending (CAB = %-w). 4. asil dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Jenis Membran Struktur polimer membran sangat mempengaruhi kinerja proses pemisahan menggunakan membran tidak berpori (dense). Membran CAB memiliki struktur yang terbentuk dari monomer-monomer yang memiliki gugus-gugus luar yang besar. Efek sterik yang disebabkan gugus-gugus yang besar ini memperluas rongga molekul polimer. Dengan demikian, walaupun memiliki struktur molekul yang lebih kaku akibat interaksi gugus yang kuat, membran masih dapat dilalui oleh penetran. Sedangkan membran CA, terbentuk dari monomer-monomer dengan gugusgugus luar yang lebih sederhana, dan memiliki gugus hidroksil () yang lebih banyak sehingga menyebabkan adanya ikatan hidrogen yang besar di dalam struktur molekulnya. Struktur ini menyebabkan membran CA memiliki fraksi volume yang lebih kecil. Namun, dengan memiliki gugus-gugus molekul yang lebih kecil ini, efek sterik yang dialami membran CA juga berkurang sehingga pergerakan molekul akan lebih mudah. Struktur molekul bahan polimer pembentuk membran tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini C 2 C C 2 C C C 3 7 n n Gambar 4.1. Struktur Molekul Cellulose Acetate, dan Cellulose Acetate Butyrate

5 Selain dipengaruhi oleh struktur membran, struktur molekul penetran juga dapat mempengaruhi jumlah molekul penetran yang masuk ke dalam membran. Metanol memiliki struktur molekul yang lebih kecil dan lebih polar dibandingkan dengan struktur MTBE, sehingga metanol dapat berinteraksi lebih mudah terhadap membran. Pada gambar 4.2 dapat dilihat interaksi yang terjadi antara molekul metanol dan MTBE terhadap membran CA. Pada gambar 4.2, tampak adanya interaksi antara metanol dengan membran melalui suatu ikatan kimia. Ikatan yang terjadi akibat interaksi tersebut adalah ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen ini juga dimiliki oleh sesama metanol karena mempunyai gugus. Jika ikatan antar penetran ini lebih lemah daripada ikatan antara penetran dengan membran, maka pemutusan ikatan antar penetran lebih mudah terjadi, dan penetran akan lebih mudah berikatan dengan membran dan selanjutnya berdifusi dalam membran. C 2 C.. : C 2 C C : :.. : C 2 C n C 2 : : C C n Gambar 4.2 Ikatan Antar Molekul (Interaksi) yang terbentuk antara Metanol dan MTBE dengan Membran CA Metanol dengan gugus yang dimilikinya, dapat membentuk ikatan hidrogen baik dengan sesama metanol, dengan MTBE, serta dengan membran. Sedangkan MTBE tidak mampu berikatan hidrogen dengan sesamanya karena tidak memiliki atom yang elektro positif. Karena itu, laju difusi metanol dalam membran CA lebih besar dibanding MTBE. Pada percobaan ini, ingin dilihat kinerja membran dari bahan-bahan polimer Cellulose Acetate, dan campuran antara Cellulose Acetate dengan Cellulose Acetate Butyrate dalam memisahkan campuran metanol MTBE pada beberapa variasi komposisi dan temperatur umpan. Untuk bahan polimer Cellulose Acetate Butyrate, membran yang dibuat merupakan campuran dengan bahan polimer Cellulose Acetate pada beberapa variasi komposisi sehingga dihasilkan membran blending CA-CAB. Variasi komposisi CAB yang dipakai dalam campuran (blending) tersebut adalah 3%, 2%, 1%, dan % berat. Dari hasil percobaan ditemukan komposisi terbaik untuk pembuatan membran blending CA-CAB ini, yaitu membran dengan perbandingan CA : CAB = 9 : (berat). Sedangkan untuk membran blending CA-CAB dengan komposisi CAB yang lebih besar diperoleh membran yang rapuh/ getas.

6 6 Percobaan pervaporasi dilakukan dengan menggunakan pompa vakum yang menghasilkan tekanan downstream tetap sekitar, mbar, dimana pada kondisi ini, permeat yang melewati membran baik metanol maupun MTBE akan berada pada kondisi uap. Pada gambar 4.3 sampai 4. diperlihatkan harga fluks metanol yang dihasilkan oleh membran CA 1, membran CA 2 CAB (blending), dan membran CA 2. Dari gambargambar tersebut secara umum dapat dilihat bahwa harga fluks yang dihasilkan oleh membran CA 2 CAB (blending) lebih tinggi dibandingkan harga fluks yang dihasilkan oleh membran CA 1. Sedangkan fluks yang dihasilkan membran CA 2 berada di atas harga keduanya. 3 Fluks Metanol (g/mnt.m 2 ) Persen Berat M e dalam Umpan T1 T2 T3 T4 Gambar 4.3. Fluks Metanol sebagai Fungsi Fraksi Berat Me- dalam Umpan pada Membran CA 1 12 Fluks Metanol (g/mnt.m 2 ) T1 T2 T3 T4 Persen Berat Me dalam Umpan Gambar 4.4. Fluks Metanol sebagai Fungsi Fraksi Berat Me- dalam Umpan pada Membran CA 2 CAB (blending) catatan : T1 = 27 o C T3 = 4 o C T2 = 3 o C T4 = 4 o C

7 7 14 Fluks Metanol (g/mnt.m 2 ) Persen Berat M e dalam Umpan CA1 CA2 - CAB CA2 Gambar 4.8. Fluks Metanol sebagai Fungsi Fraksi Berat Me- dalam Umpan pada suhu 27 o C al ini disebabkan karena membran CA 1 yang memiliki bobot molekul rata-rata 61. memiliki struktur membran yang lebih rapat dibanding membran CA 2 yang memiliki bobot molekul rata-rata 3., karena tingginya derajat polimerisasi yang dimiliki sehingga pergerakan molekul penetran di dalam membran CA 1 berjalan lebih lambat dan lebih sulit dibanding di dalam membran CA 2. Sedangkan struktur pada membran blending CA 2 -CAB tidak terjadi ikatan kimia yang kuat antara keduanya Kalaupun terbentuk sebuah ikatan, kemungkinan ikatan tersebut adalah ikatan hidrogen yang sangat lemah. Adanya molekul polimer CAB pada membran CA 2 CAB blending menimbulkan rintangan yang cukup besar bagi molekul penetran karena kekakuan dan efek sterik dari gugus-gugus luar yang besar yang dimiliki oleh molekul CAB. Secara umum, hasil percobaan memperlihatkan bahwa untuk fraksi metanol yang rendah, fluks yang dihasilkan oleh membran CA 2 CAB blending lebih tinggi dibanding harga fluks yang dihasilkan oleh membran CA 1. Namun, untuk fraksi metanol yang tinggi, terjadi sebaliknya. Membran CAB, yang memiliki struktur molekul yang lebih besar dan lebih kaku dari membran CA, mempunyai besar fraksi volume bebas (free volume) yang relatif stabil, sehingga peningkatan fluks naik secara stabil juga dengan meningkatnya fraksi metanol dalam campuran umpan. Sedangkan membran CA, yang memiliki fleksibilitas ikatan rantai yang lebih tinggi dari CAB, dapat mengalami swelling yang lebih besar dengan semakin tingginya fraksi metanol dalam campuran umpan. Dengan demikian, swelling yang dialami membran CA 1 lebih besar daripada swelling CA 2 dalam membran CA 2 CAB blending, karena adanya molekul polimer CAB yang membatasi peristiwa penggembungan molekul polimer CA 2. arga fluks yang ditampilkan pada gambar-gambar tersebut merupakan harga rata-rata fluks metanol yang melewati membran selama selang waktu pengamatan 2-3 jam setelah membran mencapai kondisi stabil. Untuk selektivitas terhadap metanol (α), dari percobaan diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada gambar 4.6 sampai gambar 4.8. Seperti halnya fluks metanol, harga selektivitas juga merupakan rata-rata dari perhitungan selektivitas tiap selang waktu pengamatan permeat. Pengambilan harga rata-rata ini didasarkan atas perbandingan harga persen berat metanol dalam fasa permeat terhadap persen berat metanol dalam fasa

8 8 umpan, yang relatif stabil untuk tiap selang waktu pengamatan yang dilakukan. Pada akhir bab ini dapat dilihat tabel perbandingan persen berat metanol dalam fasa permeat terhadap persen berat metanol dalam fasa umpan pada tiap selang waktu pengamatan untuk setiap variasi komposisi dan temperatur umpan yang dilakukan. Secara umum, selektivitas yang dihasilkan oleh membran CA 1 lebih tinggi dari selektivitas membran CA 2 CAB blending. Walaupun pada membran CA 2 CAB blending terdapat molekul polimer CAB yang memiliki kekakuan dan ukuran yang besar, namun pengaruh perbedaan kerapatan dari membran CA 1 dan CA 2 lebih besar, karena besarnya persentase kandungan CA 2 dalam membran CA 2 CAB blending. Namun, dibandingkan dengan membran CA 2, selektivitas yang dihasilkan oleh membran CA 2 CAB blending lebih tinggi. al ini jelas menunjukkan bahwa adanya molekul CAB pada CA 2 CAB blending memberikan efek sterik rintangan yang cukup besar bagi molekul penetran untuk berpenetrasi ke dalam membran, sehingga peristiwa sorpsi yang terjadi pada membran CA 2 CAB blending berlangsung lebih selektif. 2 2 T1 Selektivitas (α ) 1 1 Persen Berat M e dalam Umpan T2 T3 T4 Gambar 4.6 Selektivitas terhadap Metanol (α) sebagai Fungsi Fraksi Berat Metanol dalam Umpan pada Membran CA 1 Selektivitas ( ) Persen Berat Me dalam Umpan T1 T2 T3 T4

9 9 Gambar 4.7 Selektivitas terhadap Metanol (α)sebagai Fungsi Fraksi Berat Metanol dalam Umpan pada Membran CA 2 -CAB 2 2 CA1 Selektivitas ( ) 1 1 CA2 - CAB CA2 Persen Berat M e dalam Umpan Gambar 4.8 Selektivitas terhadap Metanol (α)sebagai Fungsi Fraksi Berat Metanol dalam Umpan pada Membran CA Pengaruh Komposisi Umpan asil yang diperoleh dari percobaan menunjukkan bahwa dengan bertambahnya fraksi berat metanol dalam campuran umpan akan menaikkan perolehan fluks permeat dan menurunkan selektivitas terhadap metanol. al ini disebabkan karena peningkatan konsentrasi metanol dalam campuran umpan akan menaikkan derajat penggembungan (swelling) pada membran, yang mengakibatkan molekul-molekul metanol maupun MTBE lebih mudah untuk berpenetrasi ke dalam membran. 4.3 Pengaruh Temperatur Umpan Kenaikan temperatur menyebabkan aktivitas metanol semakin meningkat. Aktivitas yang semakin meningkat ini menyebabkan difusi metanol di dalam membran dapat melalui struktur rantai polimer membran. al ini mengakibatkan fraksi volume bebas (free volume) di dalam membran menjadi lebih besar karena pergerakan gugusgugus molekul yang semakin besar. Pada umumnya, kenaikan temperatur umpan akan menaikkan fluks dan menurunkan selektivitas terhadap metanol. Selain meningkatkan aktivitas metanol, kenaikan temperatur juga akan meningkatkan aktivitas MTBE dan derajat penggembungan molekul polimer membran. Sehingga akibat dari kenaikan temperatur ini, selain meningkatkan fluks permeat, juga akan menurunkan selektivitas membran terhadap metanol. Di samping kedua hal di atas, kenaikan temperatur juga berpengaruh terhadap komposisi umpan dalam modul pervaporasi. Akibat kenaikan temperatur, maka komposisi umpan sulit untuk dikontrol agar tetap pada komposisinya. al ini disebabkan karena rendahnya titik didih MTBE sehingga MTBE lebih mudah menguap jika dibandingkan dengan metanol, sehingga konsentrasi metanol dalam campuran umpan akan meningkat.

10 1 Peningkatan konsentrasi metanol dalam campuran umpan, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya akan menaikkan derajat penggembungan membran yang memungkinkan banyaknya molekul MTBE yang ikut berpenetrasi ke dalam membran.. Kesimpulan Fluks metanol yang dihasilkan oleh membran CA lebih besar dari fluks yang dihasilkan oleh membran blending CA-CAB, disebabkan karena struktur molekul dari membran CA yang memiliki fleksibilitas tinggi dan efek sterik yang ditimbulkan oleh gugus-gugus luar yang besar yang dimiliki oleh membran CAB. Namun, efek sterik dan kekakuan dari struktur molekul CAB ini menyebabkan membran blending CA-CAB memiliki harga selektivitas terhadap metanol yang lebih tinggi dibanding membran CA. Berat molekul rata-rata membran mempengaruhi kerapatan struktur membran yang dibentuk. Membran CA 2 yang memiliki M av lebih rendah dari membran CA 1, menghasilkan fluks metanol yang lebih tinggi dan selektivitas lebih rendah. Peningkatan temperatur dan komposisi umpan, menyebabkan swelling atau pembengkakan polimer semakin besar. al ini menyebabkan fluks metanol meningkat tetapi selektivitas membran menjadi lebih berkurang. Daftar Pustaka 1. Brandrup, J., E.. Immergut, Polymer andbook, second edition, John Wiley & Sons, New York, Dietrich Brann, arald Cherdon and Werner Kern, Techniques of Polymer Synthesis and Characterization, John Wiley & Sons, Inc., New York, Doghieri, F., A. Nardella, G. C. Sarti, and Valentini, Pervaporation of Metanol MTBE Mixtures through Modified Poly-(phenylene oxide) Membranes, Journal of Membrane Science, 91, Elsevier Science Publisher B. V., Amsterdam, 1994, hal o, W. S. Winston, et. al., Membrane andbook, Van Nostrand Reinhold, New York, uang, R. Y. M., Pervaporation Membrane Separation Processes, Elsevier Science Publishere B. V., Amsterdam, Marin, M., K. Kalantzi and. Gilbert, Pervaporation Process : Membrane Conditioning and Experimental Mass Transfer Analysis, Journal of Membrane Science, 74, Elsevier Science Publisher B. V., Amsterdam, Mulder, Murcel, Basics Principles of Membrane Technology, Kluwer Academic Publisher, Dordrecht, Mulder, Murcel, Pervaporation : Separation of Ethanol Water and Isomeric Xylenes, Thesis, Univ. of Twente, Netherland, Piccarolo, S. and G. Titomahilo, Thermodinamics Behavior of Single Polymer Binary Solvent Systems. Qualitative Comparison with Solubility Parameter Approach, Industrial Engineering Chemical Products, Journal of Membrane Science, 22, Elsevier Science Publisher B. V., Amsterdam, 1983.

11 11 1. Rauntenbach, R. and F. P. elmus, Some Considerations on Mass Transfer Resistances In Solution-Diffusion Type Membrane Process, Journal of Membrane Science, 87, Elsevier Science Publisher B. V., Amsterdam, Rauntenbach, R.and R. Albrecht, Separation of rganic Binary Mixtures by Pervaporation, Journal of Membrane Science, 7, Elsevier Science Publisher B. V., Amsterdam, Tuwiner, Sidney B., Diffusion and Membrane Technology, Reinhold Publishing Corporation, New York, Van Krevelen, Properties of Polymers, 2 nd. Ed., Elsevier Science Publisher, Neteherland, Zhou, Ming, Michel Persin and Jean Sarrazin, Methanol Removal from rganic Mixtures by Pervaporation using Polypyyrole Membranes, Journal of Membrane Science, 117, Elsevier Science Publisher B. V., Amsterdam, 1996.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu percobaan pendahuluan dan percobaan utama. Percobaan pendahuluan berupa penyiapan umpan, karakterisasi umpan,

Lebih terperinci

KIMIA ANALITIK (Kode : B-08) PERVAPORASI ETANOL-AIR MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT - ALUMINA

KIMIA ANALITIK (Kode : B-08) PERVAPORASI ETANOL-AIR MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT - ALUMINA MAKALAH PENDAMPING KIMIA ANALITIK (Kode : B-08) ISBN : 98-99-1533-85-0 PERVAPORASI ETANOL-AIR MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT - ALUMINA Evy Ernawati Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Padjadjaran, Bandung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Unjuk Kerja Pervaporasi Unjuk kerja pemisahan dengan pervaporasi dapat dilihat dari nilai fluks dan selektivitas pemisahan. Membran yang digunakan adalah membran selulosa

Lebih terperinci

Kelompok B Pembimbing

Kelompok B Pembimbing TK-40Z2 PENELITIAN Semester II 2007/2008 APLIKASI MEMBRAN CA/ZEOLIT UNTUK PEMISAHAN CAMPURAN ALKOHOL-AIR Kelompok B.67.3.13 Indria Gusmelli (13004106) Aziza Addina Permata (13004107) Pembimbing Dr. Irwan

Lebih terperinci

MEMBRAN SELULOSA ASETAT TERMODIFIKASI ZEOLIT ALAM TASIKMALAYA UNTUK PERVAPORASI ETANOL-AIR

MEMBRAN SELULOSA ASETAT TERMODIFIKASI ZEOLIT ALAM TASIKMALAYA UNTUK PERVAPORASI ETANOL-AIR Indonesian Chemia Acta SN 2085-0050 MEMBRAN SELULOSA ASETAT TERMODIFIKASI ZEOLIT ALAM TASIKMALAYA UNTUK PERVAPORASI ETANOL-AIR Evy Ernawati, Yati B.Yuliyati, Iman Rahayu Departemen Kimia, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air

Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air Misri Gozan 1, Said Zul Amraini 2 Alief Nasrullah Pramana 1 1 Departemen

Lebih terperinci

Before UTS. Kode Mata Kuliah :

Before UTS. Kode Mata Kuliah : Before UTS Kode Mata Kuliah : 2045330 Bobot : 3 SKS Pertemuan Materi Submateri 1 2 3 4 Konsep dasar perpindahan massa difusional Difusi molekuler dalam keadaan tetap Difusi melalui non stagnan film 1.

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian tugas akhir ini dibuat membran bioreaktor ekstrak kasar enzim α-amilase untuk penguraian pati menjadi oligosakarida sekaligus sebagai media pemisahan hasil penguraian

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

20. Yang, H.; Nguyen Q. T,; Ping Z., Desorption and Pervaporation Properties of Zeolite-filled Poly(dimethylsiloxane) membranes, Springer-Verlag,

20. Yang, H.; Nguyen Q. T,; Ping Z., Desorption and Pervaporation Properties of Zeolite-filled Poly(dimethylsiloxane) membranes, Springer-Verlag, DAFTAR PUSTAKA 1. Acetone, http://physchem.ox.ac.uk/msds/et/ethyl_alcohol.html, 2006. 2. Bowen, T.C., Fundamentals and applications of pervaporation through zeolite membranes, Journal of Membrane Science

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol merupakan salah satu bahan kimia penting karena memiliki manfaat sangat luas antara lain sebagai pelarut, bahan bakar cair, bahan desinfektan, bahan baku industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY

BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY Seperti yang telah disebutkan pada subbab 1., tujuan dari tugas akhir ini adalah pengembangan sistem vapor recovery dengan teknologi

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Bab ini terdiri dari 6 bagian, yaitu optimasi pembuatan membran PMMA, uji kinerja membran terhadap air, uji kedapat-ulangan pembuatan membran menggunakan uji Q Dixon, pengujian aktivitas

Lebih terperinci

PEMURNIAN ETANOL SECARA MIKROFILTRASI MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ESTER

PEMURNIAN ETANOL SECARA MIKROFILTRASI MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ESTER KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol. 2, No. 1, pp. 441-447, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 3 October 2014, Accepted 3 October 2014, Published online 10 October 2014 PEMURNIAN ETANOL SECARA MIKROFILTRASI MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4].

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4]. BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekul molekul tadi mengembun

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK Subtitle PENGERTIAN ZAT DAN SIFAT-SIFAT FISIK ZAT Add your first bullet point here Add your second bullet point here Add your third bullet point here PENGERTIAN ZAT Zat adalah

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Kopolimer Akrilonitril-Glisidil metakrilat (PAN-GMA) Pembuatan kopolimer PAN-GMA oleh peneliti sebelumnya (Godjevargova, 1999) telah dilakukan melalui polimerisasi radikal

Lebih terperinci

Pengaruh Medium Perendam...(Senny W dan Hartiwi D) PENGARUH MEDIUM PERENDAM TERHADAP SIFAT MEKANIK, MORFOLOGI, DAN KINERJA MEMBRAN NATA DE COCO

Pengaruh Medium Perendam...(Senny W dan Hartiwi D) PENGARUH MEDIUM PERENDAM TERHADAP SIFAT MEKANIK, MORFOLOGI, DAN KINERJA MEMBRAN NATA DE COCO Pengaruh Medium Perendam...(Senny W dan Hartiwi D) PENGARUH MEDIUM PERENDAM TERHADAP SIFAT MEKANIK, MORFOLOGI, DAN KINERJA MEMBRAN NATA DE COCO Senny Widyaningsih, Hartiwi Diastuti Program Studi Kimia,

Lebih terperinci

3 Metodologi Percobaan

3 Metodologi Percobaan 3 Metodologi Percobaan 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, FMIPA Institut Teknologi Bandung. Waktu penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair. Distilasi dan Titik Didih. Nama : Agustine Christela Melviana NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair. Distilasi dan Titik Didih. Nama : Agustine Christela Melviana NIM : LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair Distilasi dan Titik Didih Nama : Agustine Christela Melviana NIM : 11210031 Tanggal Percobaan : 19 September 2013 Tanggal Pengumpulan Laporan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

UJI KINERJA KOLOM ADSORPSI UNTUK PEMURNIAN ETANOL SEBAGAI ADITIF BENSIN BERDASARKAN LAJU ALIR UMPAN DAN KONSENTRASI PRODUK

UJI KINERJA KOLOM ADSORPSI UNTUK PEMURNIAN ETANOL SEBAGAI ADITIF BENSIN BERDASARKAN LAJU ALIR UMPAN DAN KONSENTRASI PRODUK Draf Jurnal Ilmiah : ADIWIDIA UJI KINERJA KOLOM ADSORPSI UNTUK PEMURNIAN ETANOL SEBAGAI ADITIF BENSIN BERDASARKAN LAJU ALIR UMPAN DAN KONSENTRASI PRODUK Benyamin Tangaran 1, Rosalia Sira Sarungallo 2,

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi bahan bakar alternatif (biofuel) saat ini mendapat perhatian lebih dari beberapa pemerintahan di seluruh dunia. Beberapa pemerintahan telah mengumumkan komitmen

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa mampu mengoperasikan alat Liqiud Extraction dengan baik Mahasiswa mapu mengetahui cara kerja alat ekstraksi cair-cair dengan aliran counter current Mahasiswa

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN PERMEABILITAS (FLUKS) DAN PERMSELEKTIVITAS (KOEFISIEN REJEKSI) MEMBRAN SELULOSA ASETAT

PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN PERMEABILITAS (FLUKS) DAN PERMSELEKTIVITAS (KOEFISIEN REJEKSI) MEMBRAN SELULOSA ASETAT PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN PERMEABILITAS (FLUKS) DAN PERMSELEKTIVITAS (KOEFISIEN REJEKSI) MEMBRAN SELULOSA ASETAT Maria Erna 1, T Ariful Amri, Resti Yevira 2 1) Program Studi Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Performansi Kerja Membran Distilasi Vakum (VMD) Beberapa parameter yang mempengaruhi kinerja MD adalah sifat properti membran yakni porositas, tortositas, dan lainnya beserta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desalinasi Desalinasi merupakan suatu proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Fabrikasi Membran PES Fabrikasi membran menggunakan bahan baku polimer PES dengan berat molekul 5200. Membran PES dibuat dengan metode inversi fasa basah yaitu

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Komposisi Pelarut Terhadap Kinerja dan Sifat Fisikokimia Membran Selulosa Asetat ABSTRACT

Pengaruh Variasi Komposisi Pelarut Terhadap Kinerja dan Sifat Fisikokimia Membran Selulosa Asetat ABSTRACT Jurnal ILMU DASAR, Vol. 13 No. 1, Januari 2012: 11-15 11 Pengaruh Variasi Komposisi Pelarut Terhadap Kinerja dan Sifat Fisikokimia Membran Selulosa Asetat Effect of Variation Solvent Composition on Performance

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Hasil yang diharapkan dari sistem yang dibentuk adalah kondisi optimal untuk dapat menghasilkan fluks air yang tinggi, kualitas garam super-saturated sebagai

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 7 Universitas Indonesia

BAB II DASAR TEORI. 7 Universitas Indonesia BAB II DASAR TEORI 2.1 Adsorpsi 2.1.1 Pengertian Adsorpsi Adsopsi adalah proses dimana molekul-molekul fluida menyentuh dan melekat pada permukaan padatan (Nasruddin,2005). Adsorpsi adalah fenomena fisik

Lebih terperinci

Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion

Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion G. Yosephani, A. Linggawati, Muhdarina, P. Helzayanti, H. Sophia,

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Isooktan dari Diisobutene dan Hidrogen dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Isooktan dari Diisobutene dan Hidrogen dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Di dalam mesin kendaraan bermotor, idealnya campuran udara dan bahan bakar (bensin) dalam bentuk gas yang masuk, ditekan oleh piston sampai volume yang sangat kecil, kemudian

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN 1. Mengenal dan memahami prinsip operasi ekstraksi cair cair. 2. Mengetahui nilai koefisien distribusi dan yield proses ekstraksi. 3. Menghitung neraca massa proses

Lebih terperinci

PENGARUH HIDROFILISITAS MEMBRAN TERHADAP PENINGKATAN KEMURNIAN ETANOL SECARA DESTILASI Fetty Alvionita Sitanggang, Diah Mardiana*, Ellya Indahyanti

PENGARUH HIDROFILISITAS MEMBRAN TERHADAP PENINGKATAN KEMURNIAN ETANOL SECARA DESTILASI Fetty Alvionita Sitanggang, Diah Mardiana*, Ellya Indahyanti KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol. 2, No. 2, pp. 485-491, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 28 October 2014, Accepted 28 October 2014, Published online 29 October 2014 PENGARUH HIDROFILISITAS MEMBRAN TERHADAP

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PERVAPORASI UNTUK PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALKOHOL MINYAK NILAM MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT

TEKNOLOGI PERVAPORASI UNTUK PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALKOHOL MINYAK NILAM MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT TEKNOLOGI PERVAPORASI UNTUK PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALKOHOL MINYAK NILAM MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT Pervaporation Technology to Increase Patchouli Alcohol Content in Patchouli Oil Using Cellulose

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2) 15 hidrogen mengalir melewati katoda, dan memisahkannya menjadi hidrogen positif dan elektron bermuatan negatif. Proton melewati elektrolit (Platinum) menuju anoda tempat oksigen berada. Sementara itu,

Lebih terperinci

PEMBUATAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI POLISULFON

PEMBUATAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI POLISULFON PEMBUATAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI POLISULFON Kelompok A.01.3.06 Arifin Noor 13097075 danyurisko 13097053 Pembimbing : Dr. Ir. I Gede Wenten ABSTRAK Membran merupakan salah satu teknologi alternatif yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Proses membran adalah proses pemisahan pada tingkat molekuler atau partikel yang sangat kecil. Proses pemisahan dengan membran dimungkinkan karena membran mempunyai kemampuan memindahkan

Lebih terperinci

PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN (MEM)

PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN (MEM) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN (MEM) Disusun oleh: Felix Christopher Dr. I Gede Wenten Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KOMPOSISI SAMPEL PENGUJIAN Pada penelitian ini, komposisi sampel pengujian dibagi dalam 5 grup. Pada Tabel 4.1 di bawah ini tertera kode sampel pengujian untuk tiap grup

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),

Lebih terperinci

DEGUMMING CPO (CRUDE PALM OIL) MENGGUNAKAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI

DEGUMMING CPO (CRUDE PALM OIL) MENGGUNAKAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI DEGUMMING CPO (CRUDE PALM OIL) MENGGUNAKAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI Syarfi, Ida Zahrina, dan Widya Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UR ABSTRAKS Proses degumming CPO (Crude Palm Oil) secara konvensional

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? Aplikasi dasar-dasar ilmu pengetahuan alam yang dirangkai dengan dasar ekonomi dan hubungan masyarakat pada bidang yang berkaitan Iangsung dengan proses dan

Lebih terperinci

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02 MODUL PERKULIAHAN Perpindahan Panas Secara Konduksi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Mesin 02 13029 Abstract Salah satu mekanisme perpindahan panas adalah perpindahan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penurunan Berat selama Pengeringan Bahan pangan yang dikeringkan pada kondisi vakum mengalami penurunan berat pada selang waktu tertentu. Penurunan berat ini disebabkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA STUDI KINERJA PEMISAHAN ETANOL-AIR MENGGUNAKAN PROSES PERVAPORASI DENGAN MEMBRAN TFC (THIN FILM COMPOSITE) KOMERSIAL SKRIPSI CHRISTINE NOVALINA H 0906604123 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 asil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan dan Kitosan Kulit udang yang digunakan sebagai bahan baku kitosan terdiri atas kepala, badan, dan ekor. Tahapan-tahapan dalam pengolahan kulit udang menjadi kitosan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SURFAKTAN DAN RECOVERY MEMBRAN DALAM DIFUSI FENOL ANTAR FASA TANPA ZAT PEMBAWA. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh KHAIRUNNISSA NO.

EFEKTIFITAS SURFAKTAN DAN RECOVERY MEMBRAN DALAM DIFUSI FENOL ANTAR FASA TANPA ZAT PEMBAWA. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh KHAIRUNNISSA NO. EFEKTIFITAS SURFAKTAN DAN RECOVERY MEMBRAN DALAM DIFUSI FENOL ANTAR FASA TANPA ZAT PEMBAWA Skripsi Sarjana Kimia Oleh KHAIRUNNISSA NO.BP : 06132064 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

B T A CH C H R EAC EA T C OR

B T A CH C H R EAC EA T C OR BATCH REACTOR PENDAHULUAN Dalam teknik kimia, Reaktor adalah suatu jantung dari suatu proses kimia. Reaktor kimia merupakan suatu bejana tempat berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan dari reaktor ini tergantung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tahap 1. Analisis sifat fisika dan komposisi kimiawi selulosa pulp kayu sengon (Paraserianthes falcataria)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tahap 1. Analisis sifat fisika dan komposisi kimiawi selulosa pulp kayu sengon (Paraserianthes falcataria) HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap 1. Analisis sifat fisika dan komposisi kimiawi selulosa pulp kayu sengon (Paraserianthes falcataria) Selulosa pulp kayu sengon yang digunakan pada penelitian ini berwarna putih

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Gambar 4.1. Fenomena case hardening yang terjadi pada sampel.

BAB IV ANALISA. Gambar 4.1. Fenomena case hardening yang terjadi pada sampel. BAB IV ANALISA 4.1 FENOMENA DAN PENYEBAB KERUSAKAN KUALITAS PRODUK 4.1.1 Fenomena dan penyebab terjadinya case hardening Pada proses pengeringan yang dilakukan oleh penulis khususnya pada pengambilan data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik Program studi Kimia FMIPA ITB sejak bulan September 2007 hingga Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi membran telah banyak digunakan dalam berbagai proses pemisahan dan pemekatan karena berbagai keunggulan yang dimilikinya, antara lain pemisahannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi dewasa ini semakin meningkat. Segala aspek kehidupan dengan berkembangnya teknologi membutuhkan energi yang terus-menerus. Energi yang saat ini sering

Lebih terperinci

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

BATERAI BATERAI ION LITHIUM BATERAI BATERAI ION LITHIUM SEPARATOR Membran polimer Lapisan mikropori PVDF/poli(dimetilsiloksan) (PDMS) KARAKTERISASI SIFAT SEPARATOR KOMPOSIT PVDF/POLI(DIMETILSILOKSAN) DENGAN METODE BLENDING DEVI EKA

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Manado September 2011 LEMBAR JAWABAN. Ujian Praktikum. Bidang Kimia. 13 September 2011.

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Manado September 2011 LEMBAR JAWABAN. Ujian Praktikum. Bidang Kimia. 13 September 2011. OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2011 Manado 11-16 September 2011 LEMBAR JAWABAN Ujian Praktikum Bidang Kimia 13 September 2011 Waktu 270 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Managemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

PENGERINGAN BAHAN PANGAN (KER)

PENGERINGAN BAHAN PANGAN (KER) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA PENGERINGAN BAHAN PANGAN (KER) Disusun oleh: Siti Nuraisyah Suwanda Dr. Dianika Lestari Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

STUDY PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA PADA EVAPORASI NIRA DI DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

STUDY PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA PADA EVAPORASI NIRA DI DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010 STUDY PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA PADA EVAPORASI NIRA DI DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN

Lebih terperinci

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK 112 MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Dalam bidang pertanian dan perkebunan selain persiapan lahan dan

Lebih terperinci

Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat

Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat Diajukan oleh Tika Kumala Sari (3310100072) Dosen Pembimbing Alia

Lebih terperinci

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol 4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol C 12 H 26 O (186.3) OH H 2 SO 4 konz. (98.1) + HBr (80.9) C 12 H 25 Br (249.2) Br + H 2 O (18.0) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi

Lebih terperinci

SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I. Disusun Oleh:

SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I. Disusun Oleh: SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I Kelas : 4 KB Kelompok Disusun Oleh: : II Ari Revitasari (0609 3040 0337) Eka Nurfitriani (0609 3040 0341) Kartika Meilinda Krisna (0609 3040 0346) M. Agus Budi Kusuma (0609

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

KARAKTER MEMBRAN SELULOSA ASETAT AKIBAT PENAMBAHAN ZAT ADITIF MONOSODIUM GLUTAMATE (MSG)

KARAKTER MEMBRAN SELULOSA ASETAT AKIBAT PENAMBAHAN ZAT ADITIF MONOSODIUM GLUTAMATE (MSG) Jurnal ILMU DASAR, Vol. 14 No. 1, Januari 2013: 33-37 33 KARAKTER MEMBRAN SELULOSA ASETAT AKIBAT PENAMBAHAN ZAT ADITIF MONOSODIUM GLUTAMATE ( Cellulose Acetate Membranes characters Due To Additions Additive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya

BAB I PENDAHULUAN. kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya BAB I PENDAHULUAN Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan analitik

Lebih terperinci

Kinerja Membran Reverse Osmosis Terhadap Rejeksi Kandungan Garam Air Payau Sintetis: Pengaruh Variasi Tekanan Umpan

Kinerja Membran Reverse Osmosis Terhadap Rejeksi Kandungan Garam Air Payau Sintetis: Pengaruh Variasi Tekanan Umpan Kinerja Membran Reverse Osmosis Terhadap Rejeksi Kandungan Garam Air Payau Sintetis: Pengaruh Variasi Tekanan Umpan Jhon Armedi Pinem, Marina Hayati Adha Laboratorium Pemisahan dan Pemurnian Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGANTAR TRANSFER MASSA

PENGANTAR TRANSFER MASSA MD D3 Sperisa Distantina ENGNTR TRNSFER MSS Transfer massa merupakan salah satu hemical Engineering Tools, yang merupakan konsep-konsep atau prinsip-prinsip seorang TK dalam menyelesaikan tugasnya. hemical

Lebih terperinci

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten) Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten (Asisten) ABSTRAK Telah dilakukan percobaan dengan judul Kinetika Adsorbsi yang bertujuan untuk mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Membran Nanofiltrasi Silika Aliran Cross Flow Untuk Menurunkan Kadar Nitrat dan Amonium

Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Membran Nanofiltrasi Silika Aliran Cross Flow Untuk Menurunkan Kadar Nitrat dan Amonium Oleh Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Membran Nanofiltrasi Silika Aliran Cross Flow Untuk Menurunkan Kadar Nitrat dan Amonium : Dwi Rukma Puspayana NRP : 3309.100.009 Dosen Pembimbing : Alia Damayani,

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II NAMA MAHASISWA : STAMBUK : KELOMPOK / KLS : LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Lebih terperinci

Kesetimbangan Fasa Cair-Cair dan Cair Uap

Kesetimbangan Fasa Cair-Cair dan Cair Uap Kesetimbangan Fasa Cair-Cair dan Cair Uap Kiftiyah Yuni Fatmawardi*, Teguh Andy A.M, Vera Nurchabibah, Nadhira Izzatur Silmi, Yuliatin, Pretty Septiana, Ilham Al Bustomi Kelompok 5, Kelas AB, Jurusan Kimia,

Lebih terperinci

MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas Comocus) SEBAGAI FILTER DALAM TAHAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SARUNG TENUN SAMARINDA

MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas Comocus) SEBAGAI FILTER DALAM TAHAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SARUNG TENUN SAMARINDA MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas Comocus) SEBAGAI FILTER DALAM TAHAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SARUNG TENUN SAMARINDA CELLULOSE ACETATE MEMBRANE FROM PINEAPPLE CROWN (Ananas Comocus)

Lebih terperinci

Uji Selektifitas Transpor Fenol Melalui Teknik Membran Cair Fasa Ruah

Uji Selektifitas Transpor Fenol Melalui Teknik Membran Cair Fasa Ruah Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 213 Uji Selektifitas Transpor Fenol Melalui Teknik Membran Cair Olly Norita Tetra,* Admin Alif, Refinel, Hermansyah Aziz dan Desniwati Laboratorium Elektro/Fotokimia,

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan untuk percobaan adalah polimer PMMA, poli (metil metakrilat), ditizon, dan oksina. Pelarut yang digunakan adalah kloroform. Untuk larutan bufer

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air kelapa, gula pasir yang diperoleh dari salah satu pasar di Bandung. Zat kimia yang digunakan adalah (NH 4 ) 2

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Adsorpsi Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul-molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekulmolekul tadi mengembun

Lebih terperinci

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER PMD D3 Sperisa Distantina ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER Silabi D3 Teknik Kimia: 1. Prinsip dasar alat transfer massa absorber dan stripper. 2. Variabel-variabel proses alat absorber dan stripper.

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA Disusun oleh : 1. Fatma Yunita Hasyim (2308 100 044)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN 4.1 Selulosa Umpan dari Jerami Padi Pada penelitian ini pembuatan selulosa dari serat jerami padi di dapatkan dari limbah yang dihasilkan dari pertanian di daerah Besi Raya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemisahan dengan Membran Membran adalah lapisan tipis semi permeabel di antara dua fasa yang dapat melewatkan komponen tertentu secara selektif. Kemampuan membran untuk memisahkan

Lebih terperinci