4 Hasil dan Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 Hasil dan Pembahasan"

Transkripsi

1 4 Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian tugas akhir ini dibuat membran bioreaktor ekstrak kasar enzim α-amilase untuk penguraian pati menjadi oligosakarida sekaligus sebagai media pemisahan hasil penguraian pati. Penelitian ini terdiri dari lima tahapan. Tahap pertama adalah pembuatan membran poli(metil metakrilat) atau PMMA dengan variasi waktu penguapan sebagian pelarut di udara. Tahap kedua adalah karakterisasi awal membran PMMA, berupa pengujian permeabilitas membran PMMA terhadap air pada berbagai laju alir. Tahap ketiga adalah amobilisasi ekstrak kasar enzim α-amilase ke dalam matriks gel poliakrilamid. Tahap keempat adalah penentuan aktivitas ekstrak kasar enzim α-amilase teramobilkan. Tahap kelima adalah pengujian kinerja membran bioreaktor. 4.1 Pembuatan Membran PMMA 8% dengan Variasi Waktu Penguapan Sebagian di Udara Dalam penelitian ini, membran dibuat dari polimer poli(metil metakrilat) atau PMMA dengan pelarut dimetil formamid (DMF). Teknik pembuatan membran yang digunakan adalah teknik inversi fasa dengan cara pengendapan melalui pencelupan. Pengendapan melalui pencelupan ini terdiri dari empat tahapan, yaitu pembuatan larutan cetak yang sifatnya homogen, pencetakan larutan cetak, penguapan sebagian pelarut, dan pengendapan (koagulasi) di dalam non pelarut. Dalam penelitian ini, dilakukan variasi terhadap lamanya waktu penguapan sebagian pelarut di udara selama 10 menit, 15 menit, dan 20 menit. Variasi waktu penguapan sebagian pelarut di udara dilakukan untuk mempelajari pengaruh waktu penguapan sebagian pelarut di udara pada ukuran pori membran PMMA yang dihasilkan. Pembuatan membran dengan cara pengendapan melalui pencelupan melibatkan tiga komponen, yaitu polimer, pelarut, dan non pelarut. Jenis polimer dan pelarut yang digunakan akan berpengaruh terhadap struktur membran yang dihasilkan. Polimer yang

2 digunakan untuk membuat membran harus bersifat amorf atau semikristalin. Polimer yang bersifat amorf mempunyai mobilitas rantai polimer yang besar sehingga proses swelling (penggembungan) lebih mudah terjadi. Melalui mekanisme swelling, permeasi menembus membran menjadi lebih mudah berlangsung, jika digunakan polimer yang bersifat kristalin membran yang dihasilkan sifatnya rapuh dan mobilitas rantai polimernya rendah. Faktor penting dalam pembuatan membran dengan pengendapan melalui pencelupan adalah polimer yang digunakan harus larut dengan baik di dalam pelarutnya. Pada umumnya, pelarut yang paling baik untuk melarutkan berbagai jenis polimer adalah pelarut yang sifatnya aprotik. Polimer yang digunakan dalam penelitian ini untuk membuat membran adalah poli(metil metakrilat) atau PMMA dengan pelarut dimetil formamid (DMF). PMMA merupakan suatu polimer dengan gugus ester bersifat polar dan gugus metil di bagian cabangnya. PMMA memiliki konfigurasi rantai yang acak atau ataktik, sehingga bersifat amorf dengan tingkat kekakuan yang tinggi [13]. PMMA larut dengan baik di dalam palarut DMF, hal ini terjadi karena PMMA memiliki nilai parameter kelarutan (δ) yang hampir sama dengan DMF. Besarnya nilai parameter kelarutan PMMA adalah 9,0-9,5 sedangkan nilai parameter kelarutan DMF sebesar 9,4 [13]. Berdasarkan sifat kepolarannya, DMF merupakan pelarut dipolar aprotik. Kesamaan sifat kepolaran menyebabkan PMMA dapat terlarut dengan baik di dalam DMF. Dua fenomena yang terjadi ketika polimer PMMA dilarutkan di dalam pelarut DMF; 1. Penggembungan (swelling) yang terjadi secara lambat atau solvasi. Pada proses ini, molekul pelarut DMF akan terabsorpsi pada permukaan molekul polimer PMMA, sehingga terjadi perubahan dimensi rata-ratanya. Molekul polimer PMMA akan menggembung dengan faktor δ (parameter kelarutan). Faktor δ (parameter kelarutan) memiliki hubungan dengan antaraksi intramolekul di antara segmen suatu rantai polimer secara termodinamika. 2. Sesudah polimer PMMA dapat menggembung dengan pelarut DMF, polimer PMMA akan terdispersi untuk membentuk larutan polimer atau larutan cetak. Dalam proses ini tidak terjadi pemutusan ikatan kimia [18]. 25

3 Tahapan penguapan sebagian pelarut di udara sebelum pencelupan larutan polimer yang sudah dicetak di atas pelat kaca ke dalam bak koagulasi berisi non pelarut dikenal dengan istilah dry wet phase inversion. Penguapan sebagian pelarut merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menghasilkan membran asimetrik. Pada tahapan ini, pelarut mengalami penguapan di bagian permukaan dan menghasilkan gaya dorong sehingga terjadi difusi pelarut dari bagian bawah menuju bagian atas larutan cetak yang telah dicetak. Proses ini dapat dipandang sebagai proses pemindahan uap yang terkendali. Lamanya waktu penguapan sebagian pelarut di udara akan berpengaruh terhadap ukuran pori dari lapisan selektif membran yang dihasilkan [4]. Penguapan sebagian pelarut terjadi secara bersamaan. Pada saat inilah terjadi penataulangan partikel PMMA sebagai akibat penguapan sebagian pelarut. Proses tersebut mengakibatkan ukuran pori lapisan selektif membran menjadi lebih rapat jika dibandingkan dengan ukuran pori pada lapisan penyangga yang berada di bagian bawah lapisan selektif. Lapisan selektif sangat berperan dalam proses pemisahan menggunakan membran. Pada proses koagulasi atau pengendapan, terjadi proses difusi antara pelarut dengan non pelarut. Pelarut di dalam larutan cetak akan berdifusi ke dalam koagulasi dan non pelarut dari bak koagulasi berdifusi ke dalam larutan cetak. Proses difusi ini ditunjukkan oleh Gambar Gambar Proses difusi antara pelarut dengan non pelarut di dalam bak koagulasi Dalam penelitian ini, non pelarut yang digunakan adalah air. Larutan cetak yang menggunakan pelarut DMF dan non pelarutnya berupa air akan mengalami pengendapan secara spontan/cepat (instantaneous liquid-liquid demixing), sehingga diperoleh membran dengan lapisan selektif yang berpori. Proses koagulasi yang berlangsung cepat/spontan dapat disebabkan oleh antaraksi yang kuat antara pelarut DMF dengan non pelarut yaitu air. Hal tersebut mengakibatkan pertukaran antara pelarut dengan non pelarut terjadi secara cepat. 26

4 4.2 Karakterisasi Awal Membran PMMA 8% pada Berbagai Waktu Penguapan Sebagian Pelarut di Udara Secara umum, efisiensi pemisahan menggunakan membran ditentukan oleh dua parameter, yaitu permeabilitas dan permselektivitas. Kedua parameter tersebut merupakan karakterisasi membran secara fungsional. Permeabilitas membran dapat dihitung menggunakan data fluks atau laju permeasi menembus membran. Fluks menyatakan volum permeat yang melewati membran per luas permukaan membran per satuan waktu. Permeabilitas merupakan fungsi dari ukuran dan jumlah pori pada membran. Karakterisasi awal membran PMMA 8% dengan variasi waktu penguapan sebagian pelarut di udara yang telah dibuat adalah pengujian permeabilitas membran PMMA terhadap air. Dalam penelitian ini, pengukuran fluks dilakukan dengan menggunakan sel filtrasi dengan aliran kontinu. Pengukuran fluks air dilakukan pada tiga laju alir yang berbeda, yaitu 157,6 L/jam, 283,4 L/jam, dan 381,0 L/jam. Membran PMMA 8% yang diuji permeabilitasnya adalah membran PMMA 8% dengan waktu penguapan sebagian pelarut di udara selama 10 menit, 15 menit, dan 20 menit. Sebelum dilakukan pengukuran volum permeat, setiap membran PMMA 8% dengan berbagai variasi waktu penguapan sebagian pelarut di udara dikompaksi terlebih dahulu. Kompaksi akan mengakibatkan terjadinya deformasi ulang bentuk mekanik pada matriks membran, sehingga dihasilkan membran dengan struktur yang lebih kompak dan rapat. Kompaksi menyebabkan permeabilitas membran mengalami penurunan. Pada membran yang baru terbentuk biasanya memiliki permeabilitas yang tinggi, tetapi selektivitas yang rendah. Setelah membran mengalami kompaksi, membran menjadi lebih tahan terhadap perubahan fisik seperti perubahan temperatur dan permeabilitasnya menjadi lebih rendah serta selektivitasnya menjadi lebih tinggi. Struktur membran yang kompak ditandai dengan penurunan fluks sampai mencapai nilai yang konstan. Lamanya waktu kompaksi bergantung pada ukuran pori membran dan besarnya laju alir yang diberikan pada membran. Semakin rapat ukuran pori membran, waktu kompaksi yang dibutuhkan semakin lama, tetapi semakin besar laju alir yang diberikan waktu kompaksinya akan semakin pendek. 27

5 Berdasarkan hasil pengukuran fluks, diperoleh laju permeabilitas membran terhadap air. Laju permeabilitas membran PMMA 8% dengan waktu penguapan sebagian pelarut di udara selama 10 menit ditunjukkan oleh Gambar fluks air rata-rata (L/m 2.jam) laju alir (L/jam) Membran PMMA 8% dengan waktu penguapan 10 menit Membran PMMA 8% dengan waktu penguapan 15 menit Membran PMMA 8% dengan waktu penguapan 20 menit Gambar Laju permeabilitas membran PMMA 8% pada berbagai waktu penguapan sebagian pelarut di udara (10 menit, 15 menit, dan 20 menit) Untuk laju alir sebesar 157,6 L/jam, fluks rata-rata membran terhadap air adalah 86,2 L/m 2.jam. Ketika laju alir yang diberikan pada membran PMMA 8% diperbesar menjadi 283,4 L/jam, fluks rata-rata meningkat menjadi 92,9 L/m 2.jam. Pada saat laju alir diperbesar kembali menjadi 381,0 L/jam diperoleh fluks rata-rata yang semakin tinggi yaitu 103,9 L/m 2.jam. Kecenderungan peningkatan fluks saat laju alir diperbesar ini ditunjukkan juga oleh membran PMMA 8% dengan waktu penguapan sebagian pelarut di udara selama 15 menit. Ketika laju alir yang diberikan pada membran ini sebesar 157,6 L/jam diperoleh fluks ratarata sebesar 130,0 L/m 2.jam. Kemudian laju alir yang diberikan pada membran PMMA 8% diperbesar menjadi 283,4 L/jam, fluks rata-ratanya meningkat menjadi 150,9 L/m 2.jam. Pada saat laju alirnya diperbesar kembali menjadi 381,0 L/jam, fluks rata-rata mengalami peningkatan menjadi 162,5 L/m 2.jam. Kecenderungan yang sama yaitu semakin besar laju alir yang diberikan pada membran, fluks rata-rata semakin besar diperlihatkan pula oleh membran PMMA 8% dengan waktu penguapan sebagian pelarut di udara 20 menit. Ketika laju alir yang diberikan pada membran ini sebesar 157,6 L/jam fluks rata-rata sebesar 63,4 L/m 2.jam. Kemudian laju alir yang diberikan pada membran PMMA 8% diperbesar menjadi 283,4 L/jam, fluks rata-ratanya meningkat menjadi 71,4 L/m 2 jam. Pada saat laju alirnya diperbesar kembali menjadi 381,0 L/jam, fluks rata-rata mengalami peningkatan menjadi 80,5 L/m 2.jam. 28

6 Hasil pengukuran fluks memperlihatkan suatu kecenderungan bahwa semakin tinggi laju alir yang diberikan pada membran, fluks menjadi semakin besar. Hal ini dapat terjadi karena pada saat gaya dorong yang diberikan terhadap membran semakin besar, proses swelling (penggembungan) di dalam membran akan semakin mudah untuk terjadi. Akibatnya, partikel yang pada awalnya tertahan oleh membran akan terdesak untuk berpermeasi sebagai akibat adanya gaya dorong yang cukup kuat sehingga akan meninggalkan pori yang ukurannya lebih besar. Dengan demikian, partikel dengan ukuran yang sama akan semakin mudah untuk berpermeasi menembus membran. Berdasarkan pengujian permeabilitas membran PMMA 8% terhadap air, didapatkan bahwa membran PMMA 8% dengan waktu penguapan sebagian pelarut di udara selama 15 menit memiliki fluks terbesar. Hal ini dapat menjadi petunjuk kualitatif bahwa membran ini lebih berpori dibandingkan dua jenis membran PMMA 8% lainnya. Sementara itu, membran dengan waktu penguapan sebagian pelarut di udara selama 20 menit memiliki fluks yang paling kecil dan membran PMMA dengan waktu penguapan 10 menit memiliki fluks yang berada di antara fluks membran PMMA dengan waktu penguapan 15 menit dan 20 menit. Uji permeabilitas memberikan suatu informasi bahwa tidak ada suatu hubungan yang linier antara fluks dengan waktu penguapan sebagian pelarut di udara. Berdasarkan hasil uji permeabilitas, diambil membran PMMA 8% dengan waktu penguapan sebagian pelarut 20 menit untuk menyiapkan membran bioreaktor. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa membran tersebut memiliki fluks membran terhadap air yang paling rendah. Membran tersebut diharapkan setelah menjadi membran bioreaktor mampu menahan molekul pati yang berukuran besar dan dapat melewatkan produk penguraiannya berupa oligosakarida yang berukuran jauh lebih kecil secara selektif. 4.3 Amobilisasi Ekstrak Kasar Enzim α-amilase ke dalam Matriks Gel Poliakrilamid Ekstrak kasar enzim α-amilase yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari ragi Pichia pastoris yang telah diisolasi dan dikarakterisasi oleh Kelompok Keahlian Biokimia, Program Studi Kimia, FMIPA ITB. Ekstrak kasar enzim α-amilase ini bersifat termostabil dan bekerja pada kondisi optimum pada temperatur 50 o C dan ph 6. Ekstrak kasar enzim α-amilase ini diamobilisasi ke dalam matriks gel poliakrilamid. Teknik amobilisasi enzim yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penjebakan (entrapping). Dalam teknik amobilisasi enzim 29

7 melalui penjebakan, ekstrak kasar enzim α-amilase tidak diikatkan pada poliakrilamid, tetapi hanya ditempatkan di dalam kisi-kisi matriks gel poliakrilamid. Jika dibandingkan dengan teknik amobilisasi yang lain seperti, carrier-binding dan crosslinking, teknik penjebakan merupakan teknik amobilisasi yang paling baik. Hal ini dimungkinkan karena dengan teknik penjebakan, tidak terjadi penurunan aktivitas enzim secara bermakna. Hal ini terjadi karena enzim masih dapat bergerak bebas karena tidak terikat pada matriks gel poliakrilamid. Amobilisasi ekstrak kasar enzim α-amilase dilakukan dengan cara memasukkan ekstrak kasar enzim α-amilase ke dalam campuran larutan akrilamid dan bis-akrilamid sebelum terbentuk gel poliakrilamid. Jumlah ekstrak kasar enzim α-amilase yang digunakan dalam penelitian sebesar 32,32% dari volum total gel poliakrilamid yang dibuat. Karena ekstrak kasar enzim α-amilase bersifat termostabil, maka kemungkinan untuk terjadinya kerusakan (denaturasi) enzim ketika reaksi polimerisasi sangat kecil. Dalam penelitian ini, tidak dilakukan penentuan jumlah enzim yang terjebak ke dalam matriks gel poliakrilamid sehingga tidak dapat diketahui secara pasti jumlah enzim yang berhasil dijebak di dalam gel poliakrilamid. Gel poliakrilamid terbentuk melalui reaksi polimerisasi kondensasi. Polimerisasi akrilamid di dalam larutan terjadi karena adanya gugus bifungsional yang bertindak sebagai pengikat silang. Pereaksi yang berfungsi sebagai pengikat silang adalah metilen bis-akrilamid (MBA). Kopolimerisasi antara akrilamid dengan bis-akrilamid membentuk suatu jaringan tiga dimensi yang menyerupai saringan (mesh like) [19]. Reaksi polimerisasi antara akrilamid dengan bis-akrilamid terbentuk melalui mekanisme radikal bebas. Reaksi ini dikatalisis oleh amonium persulfat (APS) dan tetrametilendiamin (TEMED). Amonium persulfat (APS) berfungsi sebagai inisiator polimerisasi yang menghasilkan radikal oksigen. TEMED berfungsi sebagai akselerator, sehingga reaksi polimerisasinya berlangsung lebih cepat dan sebagai pemberi sifat kaku pada gel poliakrilamid yang terbentuk. Jika jumlah TEMED yang digunakan banyak, maka gel poliakrilamid semakin cepat terbentuk dan gel yang terbentuk bersifat lebih kaku. Pembentukan ikatan silang antara bis akrilamid dengan akrilamid ditunjukkan oleh Gambar

8 Gambar Pembentukan ikatan silang antara bis akrilamid dengan akrilamid [19] 4.4 Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim α-amilase yang Teramobilkan Unit aktivitas menyatakan jumlah yang menyebabkan pengubahan 1,0 µmol substrat per menit pada keadaan pengukuran optimal. Aktivitas spesifik menyatakan jumlah unit enzim per miligram protein. Aktivitas spesifik merupakan suatu ukuran kemurnian enzim [7]. Aktivitas ekstrak kasar enzim α-amilase dalam keadaan bebas diuji oleh Kelompok Keahlian Biokimia, Program Studi Kimia, FMIPA ITB. Pengujian terhadap ekstrak kasar enzim α- amilase yang teramobilkan dilakukan oleh peneliti. Pengujian aktivitas enzim, baik dalam keadaan bebas maupun dalam keadaan teramobilkan dilakukan dengan menggunakan metode Fuwa [16]. Dalam penelitian ini, ekstrak kasar enzim α-amilase yang digunakan untuk amobilisasi adalah ekstrak kasar enzim α-amilase panen kedua. Dalam keadaan bebas, ekstrak kasar enzim α-amilase panen kedua ini memiliki aktivitas sebesar 6621 UA (Unit aktivitas). Aktivitas ekstrak kasar enzim α-amilase bebas ditunjukkan oleh Gambar

9 panen keunit aktivitas unit aktivitas Gambar Aktivitas ekstrak kasar enzim α-amilase bebas Pengujian aktivitas ekstrak kasar enzim α-amilase yang teramobilkan dilakukan pada kondisi optimum enzim yaitu pada ph 6 dan temperatur 50 o C. Aktivitas ekstrak kasar enzim α- amilase teramobilkan ditunjukkan oleh Gambar konsentrasi pati (%) 0,100 0,090 0,080 0,070 0,060 0,050 0,040 0,030 0,020 0,010 0, waktu (menit) Kontrol sampel 1, Ekstrak kasar enzim amilase teramobilkan Sampel 2,Ekstrak kasar enzim amilase teramobilkan Gambar Aktivitas ekstrak kasar α-amilase teramobilkan Percobaan menunjukkan bahwa setelah ekstrak kasar enzim α-amilase diamobilisasi ke dalam matriks gel poliakrilamid, aktivitas enzim mengalami penurunan dan tersisa sebanyak ¼ kali aktivitas dalam keadaan bebas. Ekstrak kasar enzim α-amilase dalam keadaan bebas mempunyai aktivitas sebesar 6621 unit aktivitas (UA). Setelah teramobilisasi ke dalam matriks gel poliakrilamid, aktivitas menurun menjadi 1624 UA. Penurunan aktivitas ekstrak kasar enzim α-amilase yang teramobilkan ini dapat terjadi karena; 1. Adanya poliakrilamid mengakibatkan halangan ruang yang semakin besar. Efek sterik yang semakin besar menyebabkan antaraksi antara substrat dengan enzim menjadi berkurang. 32

10 2. Terjadi perubahan pada enzim. Perubahan ini dapat berupa, terjadinya modifikasi residu asam amino pada bagian sisi pusat aktif enzim, perubahan konformasi enzim atau perubahan muatan enzim. Perubahan pada enzim ini mengakibatkan aktivitas enzim untuk menghidrolisis substrat menjadi berkurang atau hilang [20]. Berdasarkan hasil pengujian aktivitas ini diketahui bahwa gel poliakrilamid yang mengamobilisasi ekstrak kasar enzim α-amilase masih memiliki aktivitas yang memadai untuk dipergunakan sebagai komponen membran bioreaktor, walaupun aktivitas enzim lebih rendah daripada aktivitas dalam keadaan bebas. 4.5 Uji Kinerja Membran Bioreaktor Uji kinerja membran bioreaktor meliputi pengujian terhadap kemampuan membran bioreaktor menghidrolisis pati menjadi oligosakarida, penentuan konsentrasi hasil penguraian pati, dan analisis morfologi permukaan dan penampang melintang membran bioreaktor Penentuan Fluks Larutan Pati Pada Membran Bioreaktor Konsentrasi larutan pati yang digunakan untuk uji kinerja membran bioreaktor adalah sebesar 0,1% (w/v). Pengukuran fluks membran bioreaktor terhadap larutan pati menunjukkan bahwa fluks membran bioreaktor lebih kecil daripada fluks membran PMMA 8% terhadap air. Pengukuran fluks membran bioreaktor dilakukan pada laju alir sebesar 283,4 L/jam. Permeat menembus membran bioreaktor setelah 1 jam 25 menit sesudah sel aliran kontinu dioperasikan. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa fluks rata-rata membran bioreaktor terhadap larutan pati adalah sebesar 1,3 L/m 2. jam. Data ini membenarkan gambaran kualitatif bahwa ukuran pori membran PMMA 8% setelah dilapisi oleh gel poliakrilamid menjadi lebih rapat dibandingkan dengan pori membran PMMA yang tidak dilapisi dengan gel poliakrilamid. 33

11 4.5.2 Penentuan Konsentrasi Larutan Pati di dalam Fasa Umpan dan Fasa Permeat Konsentrasi larutan pati di dalam fasa umpan dan fasa permeat ditentukan dengan menggunakan metode Fuwa [16]. Dalam penelitian ini, fasa umpan yang diambil setiap 30 menit dibagi ke dalam dua tempat yang berbeda. Ke dalam bagian pertama, ditambahkan larutan HCl 1 M, sedangkan ke dalam bagian yang kedua tidak diberi penambahan larutan HCl. Hal ini dilakukan untuk mengkonfirmasi kemungkinan ekstrak kasar enzim α-amilase lepas dari matriks gel poliakrilamid dan masuk ke dalam larutan umpan. Jika sebagian ekstrak kasar enzim α-amilase terlepas maka akan terjadi penurunan konsentrasi larutan pati di dalam sampel umpan yang tidak diberi penambahan larutan HCl. Hasil pengukuran menunjukkan terjadinya perbedaan konsentrasi larutan pati di dalam fasa umpan antara sampel fasa umpan yang ditambahi larutan HCl dan sampel fasa umpan tanpa penambahan larutan HCl. Dapat disimpulkan bahwa ada sebagian ekstrak kasar enzim α- amilase yang terlepas dari matriks gel poliakrilamid. Ekstrak kasar enzim α-amilase yang terlepas dari gel poliakrilamid sebesar 2,6%, nilai ini diperoleh dari pengurangan konsentrasi larutan pati di dalam fasa umpan yang ditambahi larutan HCl dengan konsentrasi larutan pati tanpa penambahan larutan HCl. Lepasnya ekstrak kasar enzim α-amilase dapat disebabkan oleh gaya dorong atau laju alir yang diberikan pada membran bioreaktor terkemudian besar, sehingga lapisan poliakrilamid pada membran bioreaktor mengalami deformasi mekanik. Perbedaan konsentrasi pati ini dapat dilihat pada Gambar ,120 konsentrasi pati (%) 0,090 0,060 0,030 Dengan penambahan HCl 1 M Tanpa penambahan HCl 1 M 0, waktu (menit) Gambar Konsentrasi larutan pati di dalam umpan Hasil percobaan memperlihatkan bahwa jumlah pati yang lolos melewati membran sangat sedikit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar molekul pati dapat tertahan dengan baik oleh membran bioreaktor. Besarnya konsentrasi larutan pati di dalam permeat ditunjukkan oleh Gambar

12 konsentrasi larutan pati (%) 0,100 0,090 0,080 0,070 0,060 0,050 0,040 0,030 0,020 0,010 0, waktu (menit) Konsentrasi larutan pati di dalam fasa umpan Konsentrasi larutan pati di dalam fasa permeat Gambar Konsentrasi larutan pati di dalam permeat Gambar memperlihatkan adanya kecenderungan bahwa konsentrasi pati di dalam permeat mengalami kenaikan sejalan dengan bertambahnya waktu. Hal tersebut mungkin terjadi karena gaya dorong yang diberikan pada membran bioreaktor cukup besar. Akibatnya, gel poliakrilamid yang terletak di bagian atas dari membran PMMA lebih mudah mengalami deformasi mekanik. Dengan demikian kemungkinan untuk terjadinya swelling di dalam matriks gel poliakrilamid semakin besar. Proses swelling ini menyebabkan molekul pati lebih mudah bergerak di dalam matriks gel poliakrilamid sampai akhirnya dapat dengan mudah lolos menembus membran. Kinerja membran bioreaktor terhadap larutan pati yang berkaitan dengan rejeksi dihitung dengan membandingkan konsentrasi larutan pati di dalam umpan dengan permeat setiap waktu. Parameter kinerja %rejeksi membran menggambarkan selektivitas membran bioreaktor. Semakin besar %rejeksi, selektivitas membran semakin baik. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa besarnya %rejeksi membran bioreaktor terhadap larutan pati setiap waktunya cenderung tetap yaitu sebesar 98,5% (Gambar ). Fakta bahwa membran bioreaktor ekstrak kasar enzim α-amilase memiliki %rejeksi yang besar menjadi petunjuk bahwa membran bioreaktor mampu menahan molekul pati dengan baik. 120,00 100,00 %rejeksi 80,00 60,00 40,00 20,00 0, waktu (menit) Gambar %rejeksi membran bioreaktor terhadap larutan pati 35

13 4.5.3 Penentuan Jumlah Produk Hasil Penguraian Pati Oleh Membran Bioreaktor Konsentrasi hasil penguraian pati oleh membran bioreaktor dapat ditentukan dengan menggunakan metode DNS [17]. Dengan metode DNS ini dapat dihitung jumlah gugus gula pereduksi sebagai hasil penguraian pati yang berupa oligosakarida. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa jumlah glukosa yang dihasilkan dan yang berpermeasi melewati membran bioreaktor kemudian mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya waktu. Konsentrasi glukosa yang dihasilkan dari penguraian pati ditunjukkan oleh Gambar Setelah 85 menit, konsentrasi glukosa di dalam permeat sebesar 0,025%. Konsentrasi glukosa di dalam fasa permeat terus mengalami peningkatan setelah 265 menit konsentrasi glukosa di dalam permeat mencapai 0,031%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan membran bioreaktor untuk menguraikan pati masih rendah, mengingat konsentrasi awal pati sebesar 0,09% hanya memberikan glukosa dengan konsentrasi 0,031% setelah dihidrolisis selama sekitar 4 jam. 0,04 [glukosa] (%) 0,03 0,02 0, waktu (menit) Gambar Jumlah glukosa hasil penguraian pati yang melewati membran bioreaktor Analisis Morfologi Membran Bioreaktor Menggunakan Scanning Microscope Electron (SEM) Uji kinerja membran bioreaktor tahap akhir adalah analisis morfologi permukaan dan penampang melintang membran bioreaktor menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Secara keseluruhan penampang melintang membran bioreaktor ekstrak kasar enzim α-amilase ditunjukkan oleh Dari foto SEM terlihat jika membran bireaktor terdiri dari tiga lapisan, yaitu (a). lapisan penyangga, (b). lapisan selektif, dan (c). gel poliakrilamid dengan ekstrak kasar enzim α-amilase teramobilkan. 36

14 a b c Gambar Morfologi penampang memelintang membran bioreaktor Gambar menunjukkan bagian permukaan lapisan penyangga dan bagian penampang melintang lapisan selektif membran PMMA 8% dengan waktu penguapan pelarut sebagian di udara 20 menit. Dari foto SEM diperoleh konfirmasi bahwa membran PMMA 8% dengan waktu penguapan 20 menit memiliki lapisan penyangga yang lebih berpori jika dibandingkan dengan lapisan selektif. Bentuk pori baik di lapisan penyangga maupun lapisan selektif menyerupai spons. Bentuk pori membran PMMA 8% yang menyerupai spons inilah yang menyebabkan fluks air membran PMMA 8% dengan waktu penguapan sebagian di udara selama 20 menit rendah. Hal ini terjadi karena pori yang berbentuk spons memiliki tingkat keberlikuan yang tinggi, sehingga permeat tidak dapat berpermeasi menembus membran secara cepat. (i). (ii). Gambar Foto SEM membran PMMA 8% waktu penguapan sebagian 20 menit. (i). Morfologi permukaan lapisan penyangga (ii). Morfologi penampang melintang lapisan selektif Fluks mengalami penurunan secara bermakna pada membran PMMA 8% yang dilapisi oleh gel poliakrilamid dengan ekstrak kasar enzim α-amilase teramobilkan. Hasil ini dikonfirmasi berdasarkan foto SEM yang ditunjukkan oleh Gambar Morfologi penampang 37

15 melintang gel poliakrilamid dengan ekstrak kasar enzim α-amilase teramobilkan memperlihatkan jika gel poliakrilamid memiliki pori yang sangat rapat. Ukuran pori yang sangat rapat menyebabkan gaya dorong yang diberikan pada membran bioreaktor harus cukup besar agar dapat mendesak permeat untuk berpermeasi menembus matriks gel poliakrilamid. Gambar Foto SEM morfologi penampang melintang gel poliakrilamid 38

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Bab ini terdiri dari 6 bagian, yaitu optimasi pembuatan membran PMMA, uji kinerja membran terhadap air, uji kedapat-ulangan pembuatan membran menggunakan uji Q Dixon, pengujian aktivitas

Lebih terperinci

3 Metodologi Percobaan

3 Metodologi Percobaan 3 Metodologi Percobaan 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, FMIPA Institut Teknologi Bandung. Waktu penelitian

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Kopolimer Akrilonitril-Glisidil metakrilat (PAN-GMA) Pembuatan kopolimer PAN-GMA oleh peneliti sebelumnya (Godjevargova, 1999) telah dilakukan melalui polimerisasi radikal

Lebih terperinci

Pembuatan Membran Bioreaktor Ekstrak Kasar Enzim α-amilase untuk Penguraian Pati

Pembuatan Membran Bioreaktor Ekstrak Kasar Enzim α-amilase untuk Penguraian Pati Pembuatan Membran Bioreaktor Ekstrak Kasar Enzim α-amilase untuk Penguraian Pati SKRIPSI Ratih Paramita 105 04 067 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. membran. Gambar Proses pemisahan pada membran [3]

2 Tinjauan Pustaka. membran. Gambar Proses pemisahan pada membran [3] 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Membran 2.1.1 Definisi Membran Membran merupakan batas di antara dua fasa fluida yang secara selektif dapat melewatkan spesi-spesi tertentu. Hal ini berarti bahwa membran dapat melewatkan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis difraksi sinar X serbuk ZrSiO 4 ZrSiO 4 merupakan bahan baku utama pembuatan membran keramik ZrSiO 4. Untuk mengetahui kemurnian serbuk ZrSiO 4, dilakukan analisis

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Aktivasi Zeolit Sebelum digunakan, zeolit sebaiknya diaktivasi terlebih dahulu untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitian ini, zeolit diaktivasi melalui perendaman dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Unjuk Kerja Pervaporasi Unjuk kerja pemisahan dengan pervaporasi dapat dilihat dari nilai fluks dan selektivitas pemisahan. Membran yang digunakan adalah membran selulosa

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan untuk percobaan adalah polimer PMMA, poli (metil metakrilat), ditizon, dan oksina. Pelarut yang digunakan adalah kloroform. Untuk larutan bufer

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Nata-de-coco Pada pembuatan nata-de-coco, digunakan air kelapa yang sebelumnya telah disaring dengan kain kasa untuk membersihkan air kelapa dari sisa-sisa kotoran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air kelapa, gula pasir yang diperoleh dari salah satu pasar di Bandung. Zat kimia yang digunakan adalah (NH 4 ) 2

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase Skripsi Sarjana Kimia Oleh WENI ASTUTI 07132011 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tahap 1. Analisis sifat fisika dan komposisi kimiawi selulosa pulp kayu sengon (Paraserianthes falcataria)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tahap 1. Analisis sifat fisika dan komposisi kimiawi selulosa pulp kayu sengon (Paraserianthes falcataria) HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap 1. Analisis sifat fisika dan komposisi kimiawi selulosa pulp kayu sengon (Paraserianthes falcataria) Selulosa pulp kayu sengon yang digunakan pada penelitian ini berwarna putih

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN PERMEABILITAS (FLUKS) DAN PERMSELEKTIVITAS (KOEFISIEN REJEKSI) MEMBRAN SELULOSA ASETAT

PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN PERMEABILITAS (FLUKS) DAN PERMSELEKTIVITAS (KOEFISIEN REJEKSI) MEMBRAN SELULOSA ASETAT PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN PERMEABILITAS (FLUKS) DAN PERMSELEKTIVITAS (KOEFISIEN REJEKSI) MEMBRAN SELULOSA ASETAT Maria Erna 1, T Ariful Amri, Resti Yevira 2 1) Program Studi Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik Program studi Kimia FMIPA ITB sejak bulan September 2007 hingga Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Membran Pengertian membran Klasifikasi membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Membran Pengertian membran Klasifikasi membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Membran 2.1.1 Pengertian membran Secara umum, membran didefinisikan sebagai suatu lapisan tipis selektif dan semipermeabel yang berada diantara dua fasa, yaitu fasa umpan dan fasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Fabrikasi Membran PES Fabrikasi membran menggunakan bahan baku polimer PES dengan berat molekul 5200. Membran PES dibuat dengan metode inversi fasa basah yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Enzim merupakan biokatalis yang banyak digunakan dalam industri, karena enzim

I. PENDAHULUAN. Enzim merupakan biokatalis yang banyak digunakan dalam industri, karena enzim I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enzim merupakan biokatalis yang banyak digunakan dalam industri, karena enzim mempunyai tenaga katalitik yang luar biasa dan umumnya jauh lebih besar dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas Pembuatan pulp dari serat daun nanas diawali dengan proses maserasi dalam akuades selama ±7 hari. Proses ini bertujuan untuk melunakkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolat Actinomycetes Amilolitik Terpilih 1. Isolat Actinomycetes Terpilih Peremajaan isolat actinomycetes dilakukan dengan tujuan sebagai pemeliharaan isolat actinomycetes agar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi membran telah banyak digunakan dalam berbagai proses pemisahan dan pemekatan karena berbagai keunggulan yang dimilikinya, antara lain pemisahannya

Lebih terperinci

Pengaruh Medium Perendam...(Senny W dan Hartiwi D) PENGARUH MEDIUM PERENDAM TERHADAP SIFAT MEKANIK, MORFOLOGI, DAN KINERJA MEMBRAN NATA DE COCO

Pengaruh Medium Perendam...(Senny W dan Hartiwi D) PENGARUH MEDIUM PERENDAM TERHADAP SIFAT MEKANIK, MORFOLOGI, DAN KINERJA MEMBRAN NATA DE COCO Pengaruh Medium Perendam...(Senny W dan Hartiwi D) PENGARUH MEDIUM PERENDAM TERHADAP SIFAT MEKANIK, MORFOLOGI, DAN KINERJA MEMBRAN NATA DE COCO Senny Widyaningsih, Hartiwi Diastuti Program Studi Kimia,

Lebih terperinci

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009 26 BAB V. PEMBAHASAN 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Hasil foto SEM dengan perbesaran 50 kali memperlihatkan perbedaan bentuk permukaan butiran yang sudah mengandung sel Lactobacillus

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL

TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL Ani Suryani FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENDAHULUAN Sumber Enzim Tanaman dan Hewan Mikroba Enzim dari Tanaman Enzim dari Hewan Enzim dari Mikroba

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan PENDAHULUAN Latar belakang Selulosa asetat merupakan salah satu jenis polimer yang penting dan banyak digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan (moulding), film

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 Disusun oleh : Ulan Darulan - 10511046 Kelompok 1 Asisten Praktikum : R. Roro Rika Damayanti (10510065)

Lebih terperinci

PEMURNIAN ETANOL SECARA MIKROFILTRASI MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ESTER

PEMURNIAN ETANOL SECARA MIKROFILTRASI MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ESTER KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol. 2, No. 1, pp. 441-447, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 3 October 2014, Accepted 3 October 2014, Published online 10 October 2014 PEMURNIAN ETANOL SECARA MIKROFILTRASI MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS.

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS. i ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenaipenentuan aktivitas enzim amilase dari kecambah biji jagung lokal Seraya (Zea maysl.). Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui waktu optimum dari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Enzim α-amilase Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan menanam isolat bakteri dalam media inokulum selama 24 jam. Media inokulum tersebut

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Membran komposit dibuat cara teknik pengendapan-pencelupan. Pertama polisulfon dilarutkan dalam N-N-dimetilasetamida (DMAC) dan dituangkan pada penyokong yang sesuai lalu dicelupkan

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

C w : konsentrasi uap air dalam kesetimbangan, v f dan f w menyatakan laju penguapan dengan dan tanpa film di permukaan

C w : konsentrasi uap air dalam kesetimbangan, v f dan f w menyatakan laju penguapan dengan dan tanpa film di permukaan Adanya film monomolekuler menyebabkan laju penguapan substrat berkurang, sedangkan kesetimbangan tekanan uap tidak dipengaruhi Laju penguapan dinyatakan sebagai v = m/t A (g.det -1.cm -2 ) Tahanan jenis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2006 sampai dengan Januari 2008. Penelitian bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan) 4. PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan) Karakteristik mekanik yang dimaksud adalah kuat tarik dan pemanjangan

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3

Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3 Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3 Maya Machfudzoh 1410100038 Dosen Pembimbing : Ir. Endang Purwanti S., MT. Hamzah Fansuri, M.Si, Ph.D 25 Juli

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion

Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion G. Yosephani, A. Linggawati, Muhdarina, P. Helzayanti, H. Sophia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup, dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia (Wirahadikusumah, 1977) yang terjadi

Lebih terperinci

KARAKTERISASI KINERJA MEMBRAN POLISULFON DENGAN VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN PELARUT DMAc DAN CO-PELARUT KLOROFORM

KARAKTERISASI KINERJA MEMBRAN POLISULFON DENGAN VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN PELARUT DMAc DAN CO-PELARUT KLOROFORM KARAKTERISASI KINERJA MEMBRAN POLISULFON DENGAN VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN PELARUT DMAc DAN CO-PELARUT KLOROFORM SKRIPSI Oleh SAKINAH JAWAS NIM 091810301035 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan α-amilase merupakan enzim yang mempunyai peranan penting dalam bioteknologi saat ini. Aplikasi teknis enzim ini sangat luas, seperti pada proses likuifaksi pati pada proses produksi

Lebih terperinci

Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat

Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat Diajukan oleh Tika Kumala Sari (3310100072) Dosen Pembimbing Alia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Penambahan PEG Terhadap Ketebalan Membran Fabrikasi membran menggunakan PES dengan berat molekul 5900, dengan PEG sebagai zat aditif dan menggunakan DMAc sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KOMPOSISI SAMPEL PENGUJIAN Pada penelitian ini, komposisi sampel pengujian dibagi dalam 5 grup. Pada Tabel 4.1 di bawah ini tertera kode sampel pengujian untuk tiap grup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air bersih dan air murni merupakan bahan yang semakin penting dan juga langka dengan semakin majunya IPTEK, masyarakat dan peradaban industri. Sebaliknya berkat perkembangan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan α-amilase adalah enzim menghidrolisis ikatan α-1,4-glikosidik pada pati. α-amilase disekresikan oleh mikroorganisme, tanaman, dan organisme tingkat tinggi. α-amilase memiliki peranan

Lebih terperinci

Amobilisasi Enzim Ekstrak Kasar Pada Membran Poli(metil metakrilat) sebagai Membran Bioreaktor

Amobilisasi Enzim Ekstrak Kasar Pada Membran Poli(metil metakrilat) sebagai Membran Bioreaktor Amobilisasi Enzim Ekstrak Kasar Pada Membran Poli(metil metakrilat) sebagai Membran Bioreaktor SKRIPSI Robert Kuncoro 10504077 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Danau Kakaban menyimpan berbagai organisme yang langka dan unik. Danau ini terbentuk dari air laut yang terperangkap oleh terumbu karang di sekelilingnya akibat adanya aktivitas

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi)

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi) 76 Lampiran Prosedur uji aktivitas protease (Walter 984, modifikasi) Pereaksi Blanko (ml) Standard (ml) Contoh ml) Penyangga TrisHCl (.2 M) ph 7. Substrat Kasein % Enzim ekstrak kasar Akuades steril Tirosin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran lingkungan karena logam berat merupakan masalah yang sangat serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan di bidang

Lebih terperinci

Gambar 2 Penurunan viskositas intrinsik kitosan setelah hidrolisis dengan papain.

Gambar 2 Penurunan viskositas intrinsik kitosan setelah hidrolisis dengan papain. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh konsentrasi papain terhadap hidrolisis kitosan Pengaruh papain dalam menghidrolisis kitosan dapat dipelajari secara viskometri. Metode viskometri merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kejadian penyakit gagal ginjal di Indonesia semakin meningkat. Menurut data statistik yang dihimpun oleh PERNEFRI (Perhimpunan Nefrologi Indonesia), jumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi optimal dari kinerja membran umumnya dinyatakan oleh besamya permeabilitas, selektivitas membran terhadap suatu spesi kimia tertentu, fluks permeat dan rejeksi kandungan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME DAN INFORMASI GENETIK PERCOBAAN 2 UJI AKTIVITAS SUKSINAT DEHIDROGENASE

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME DAN INFORMASI GENETIK PERCOBAAN 2 UJI AKTIVITAS SUKSINAT DEHIDROGENASE LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME DAN INFORMASI GENETIK PERCOBAAN 2 UJI AKTIVITAS SUKSINAT DEHIDROGENASE Nama : Imana Mamizar NIM : 10511066 Kelompok : 5 Nama Asisten : Bunga (20513032) Tanggal Percobaan :

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN Variasi kecepatan stiring 800 rpm, variasi temperatur sintering 700, 800, 900 C Variasi temperatur 700 C = struktur kristal tetragonal, fase nya anatase, no PDF 01-086-1156,

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum HASIL FERMENTASI DAGING KULIT BUAH SEMANGKA

KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum HASIL FERMENTASI DAGING KULIT BUAH SEMANGKA KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum HASIL FERMENTASI DAGING KULIT BUAH SEMANGKA R. Frenando 1, A. Dahliaty 2, A. Linggawati 3 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia Bidang Biokimia Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

pembentukan vanilin. Sedangkan produksi glukosa tertinggi dihasilkan dengan penambahan pektinase komersial. Hal ini kemungkinan besar disebabkan

pembentukan vanilin. Sedangkan produksi glukosa tertinggi dihasilkan dengan penambahan pektinase komersial. Hal ini kemungkinan besar disebabkan 63 pembentukan vanilin. Sedangkan produksi glukosa tertinggi dihasilkan dengan penambahan pektinase komersial. Hal ini kemungkinan besar disebabkan pektinase komersial merupakan enzim kasar selulase dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fase. Membran memiliki ketebalan yang berbeda- beda, ada yang tebal dan ada juga yang tipis. Ditinjau dari bahannya,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Definisi

PEMBAHASAN. I. Definisi PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 SIFAT MEKANIK PLASTIK Sifat mekanik plastik yang diteliti terdiri dari kuat tarik dan elongasi. Sifat mekanik diperlukan dalam melindungi produk dari faktor-faktor mekanis,

Lebih terperinci

Makalah Pendamping: Kimia Paralel F

Makalah Pendamping: Kimia Paralel F 344 PENGARUH PERENDAMAN ETANL PADA MEMBRAN PLISULFN TERHADAP FILTRASI DEKSTRAN T-70 (Effect of ethanol immersion of polysulfone membrane on Dextran T-70 filtration ) Edi Pramono 1, Cynthia L. Radiman 2

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu percobaan pendahuluan dan percobaan utama. Percobaan pendahuluan berupa penyiapan umpan, karakterisasi umpan,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pelapisan Elektrode dengan Polipirol Dalam penelitian ini dibuat elektrode kawat emas terlapis polipirol dengan tiga jenis ionofor untuk penentuan surfaktan ads,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan.

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan. PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan. B. Pelaksanaan Kegiatan Praktikum Hari : Senin, 13 April 2009 Waktu : 10.20 12.00 Tempat : Laboratorium

Lebih terperinci

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Prosedur Analisis Data Analisis statisik yang digunakan adalah rancangan faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan ulangan 3 kali dengan model linier yang digunakan (Matjik dan Sumertajaya

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS DAN TEMPERATUR KOAGULAN TERHADAP MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK MEMBRAN SELULOSA ASETAT

PENGARUH JENIS DAN TEMPERATUR KOAGULAN TERHADAP MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK MEMBRAN SELULOSA ASETAT PENGARUH JENIS DAN TEMPERATUR KOAGULAN TERHADAP MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK MEMBRAN SELULOSA ASETAT C. L. Radiman, dan I. Eka Kelompok Keilmuan Kimia Anorganik dan Fisik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Dwi Indarti, Tri Mulyono, Lia Kartika Sari Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember

Dwi Indarti, Tri Mulyono, Lia Kartika Sari Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember PEMBUATAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT DENGAN METODE KERING/BASAH UNTUK PEMISAHAN SURFAKTAN SODIUM DODESIL SULFAT (SDS) (SYNTHEZIS OF CELLULOSE ACETATE MEMBRANES BY DRY/ WET METHODE FOR THE SEPARATION OF SODIUM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol merupakan salah satu bahan kimia penting karena memiliki manfaat sangat luas antara lain sebagai pelarut, bahan bakar cair, bahan desinfektan, bahan baku industri,

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PARTIKEL OKSIDA PEROVSKIT TERHADAP MORFOLOGI MEMBRAN ASIMETRIS CaTiO3

PENGARUH UKURAN PARTIKEL OKSIDA PEROVSKIT TERHADAP MORFOLOGI MEMBRAN ASIMETRIS CaTiO3 SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VI Pemantapan Riset Kimia dan Asesmen Dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 21 Juni

Lebih terperinci

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

BATERAI BATERAI ION LITHIUM BATERAI BATERAI ION LITHIUM SEPARATOR Membran polimer Lapisan mikropori PVDF/poli(dimetilsiloksan) (PDMS) KARAKTERISASI SIFAT SEPARATOR KOMPOSIT PVDF/POLI(DIMETILSILOKSAN) DENGAN METODE BLENDING DEVI EKA

Lebih terperinci

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis)

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis) Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis) Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Reaksi kimia yang terjadi selama perubahan dari larutan prekursor menjadi gel memiliki pengaruh yang berarti terhadap struktur dan homogenitas kimia dari gel. Permasalahan

Lebih terperinci

VOLUME 4 NO. 4, DESEMBER 2008

VOLUME 4 NO. 4, DESEMBER 2008 VOLUME 4 NO. 4, DESEMBER 28 SINTESIS DAN UJI KEMAMPUAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI NATA DE COCO SEBAGAI MEMBRAN ULTRAFILTRASI UNTUK MENYISIHKAN ZAT WARNA PADA AIR LIMBAH ARTIFISIAL Muhammad Lindu 1, Tita

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 22 Bab IV Hasil dan Pembahasan α-amilase (E.C 3.2.1.1) merupakan salah satu enzim hidrolitik yang memegang peranan penting di dalam industri. Hidrolisis langsung dari pati mentah secara enzimatis dibawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu sediaan obat yang layak untuk diproduksi harus memenuhi beberapa persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan obat untuk

Lebih terperinci

Variasi Konsentrasi Larutan Dan ph Larutan Sodium Dodesil Sulfat Terhadap Proses Pemisahan Pada Membran Selulosa Asetat

Variasi Konsentrasi Larutan Dan ph Larutan Sodium Dodesil Sulfat Terhadap Proses Pemisahan Pada Membran Selulosa Asetat Variasi Konsentrasi Larutan Dan ph Larutan Sodium Dodesil Sulfat Terhadap Proses Pemisahan Pada Membran Selulosa Asetat Dwi Indarti*, Elis Nur Farida, Ika Oktavianawati Jurusan Kimia, FMIPA,Universitas

Lebih terperinci

KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM. Disiapkan oleh: Siti Aminah

KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM. Disiapkan oleh: Siti Aminah KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM Disiapkan oleh: Siti Aminah PERAN GULA DALAM PENGAWETAN Bakteri, ragi dan kapang disusun oleh membrane yang menyebabkan air dapat masuk atau keluar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial Selulosa mikrobial kering yang digunakan pada penelitian ini berukuran 10 mesh dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Formulasi Granul Mengapung Teofilin Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula untuk dibandingkan karakteristiknya, seperti terlihat pada Tabel

Lebih terperinci