BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Nagan Raya Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (secara sengaja) (Sugiarto, dkk., 2001). Pemilihan lokasi Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu wilayah potensial untuk pengembangan industri kelapa sawit ditinjau dari segi luas areal dan jumlah produksi TBS. 3.2 Metode Pengumpulan Data Data dan informasi dikumpulkan untuk keperluan analisis aspek-aspek yang berkaitan dengan proses pembangunan PMKS. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui observasi di daerah penelitian. Data sekunder diperoleh dari informasi dan data yang telah ada, penelusuran melalui internet, buku, jurnal, balaipenelitian, instansi-instansi pemerintah, dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian. 3.3 Metode Analisis Data Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif berupa analisis kelayakan secara finansial dan non finansial. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek-aspek kelayakan pembangunan PMKS yang dilakukan di Kabupaten Nagan Raya meliputi aspek teknis, aspek pasar, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, dan aspek finansial. Data kuantitatif yang diperoleh diolah dengan menggunakan Software Microsoft

2 38 Excel dan kalkulator kemudian ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan pembacaan dan interpretasi secara deskriptif. Analisis kuantitatif meliputi analisis finansial pembangunan pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) dengan menggunakan kriteria-kriteria kelayakan investasi yaitu; Net present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period dan analisis sensitivitas. 3.4 Kriteria Kelayakan Investasi a. Net Present Value (NPV) NPV suatu proyek adalah manfaat bersih yang diperoleh selama umur proyek. Didapat dari selisih antara total PV(Present Value) manfaat dan biaya pada setiap tahun kegiatan usaha dimasa yang akan datang. Kriteria dan keputusan dalam analisis ini adalah layak jika NPV>0 sedangkan bila NPV<0, usaha tersebut tidak layak untuk di usahakan (Kadariah,1978). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: NPV 1 keterangan: Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t i = Tingkat suku bunga n = Umur ekonomis proyek t = Waktu b. IRR (Internal Rate of Return) IRR adalah tingkat pengembalian internal selama umur proyek. IRR merupakan discount rate yang menjadikan manfaat bersih sekarang sama dengan nol. Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan discount rate yang telah ditentukan, maka usaha layak dilaksanakan sedangkan jika IRR lebih kecil dari discount rate yang

3 39 telah ditentukan, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan (Kadariah, 1978). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: IRR Dimana : i1 = Discountrate yang menghasilkan NPV positif I2 = Discountrate yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV yang bernilai positif NPV2 = NPV yang bernilai negatif c. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) Net B/C merupakan perbandingan antara NPV total dari manfaat bersih terhadaptotaldaribiayabersih (Kadariah, 1978). Metode ini digunakan untuk melihat berapa besar maanfaat bersih yang dapat diterima suatu proyek untuk setiap investasi yang dikeluarkan. Bila Net B/C lebih besar sama dengan 1 usaha dianggap layak untuk dilaksanakan dan jika B/C kurang dari 1 maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: / Dimana, B t C t i n = totalpenerimaanpadatahunke-t = totalbiayapadatahunke-t = tingkatdiskontoyangberlaku = umurekonomiproyek d. Payback Period Payback Period merupakan salah satu metode dalam menilai kelayakan suatu investasi, yang digunakan untuk mengukur periode pengembalian modal. Dasar yang digunakan untuk perhitungan adalah aliran kas (Net Cashflow). Semakin kecil angka yang dihasilkan mempunyai arti semakin cepat tingkat

4 40 pengembalian investasinya, maka usaha tersebut semakin baik untuk dilaksanakan (Kasmir, 2003). Payback period dapat dirumuskan sebagai berikut: e. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak yang ditimbulkan dari perubahan-perubahan kondisi di luar jangkauan asumsi yang telah dibuat pada saat perencanaan. Pada penelitian ini analisis sensitivitas dilakukan dengan pendekatan perubahan akibat kenaikan biaya produksi dan penurunan harga produksi sebesar 20 persen. Penentuan kenaikan biaya produksi sebesar 20 persen merujuk pada komponen PMKS ada sebagian besar dibeli dari luar. Sedangkan penentuan penurunan harga produksi sebesar 20 persen merupakan tingkat toleransi yang dianggap wajar untuk kebutuhan pasokan bahan baku yang disebabkan oleh faktor-faktor non teknis yang mungkin terjadi Defenisi dan Batasan Operasional Definisi Berbagai definisi yang ada dibawah ini bertujuan menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran, yakni sebagai berikut : 1. Investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha 2. NPVsuatu proyek adalah manfaat bersih yang diperoleh selama umur proyek. 3. Internal Rate Return (IRR) adalah tingkat pengembalian internal selama umur proyek.

5 41 4. NetB/C merupakan perbandingan antara NPV total dari manfaat bersih terhadap total dari biaya bersih. 5. Payback Period merupakan salah satu metode dalam menilai kelayakan suatu investasi, yang digunakan untuk mengukur periode pengembalian modal Batasan Operasional Sebagai dasar perhitungan finansial dalam studi kelayakan investasi, asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai beriku: 1. Umur ekonomis proyek 15 tahun, ditentukan berdasarkan umur teknis bangunan pabrik. 2. Kapasitas terpasang pabrik, yaitu 30 ton TBS/Jam. 3. Jumlah jam kerja maksimal 20 jam/hari, ditentukan berdasarkan jam operasional rata-rata pabrik kelapa sawit di Sumatra Utara dan Riau pada kondisi normal. Sedangkan di Provinsi NAD dalam satu dekade terakhir kondisinya tidak normal karena faktor keamanan sehingga tidak dijadikan sebagai tolok ukur. 4. Jumlah hari kerja, 25 hari per bulan, 300 hari per tahun, dengan asumsi hari minggu libur serta hari libur nasional dan hari besar keagamaan. 5. Kebutuhan bahan baku TBS akan dipenuhi dari kebun sendiri, kebun rakyat dan kebun swasta yang ada di Kabupaten Nagan Raya dan daerah sekitarnya berdasarkan proyeksi ketersedian bahan baku per tahun. 6. Analisis di kelompokkan menjadi dua skenario berdasarkan struktur pendanaan (sumber modal). Dengan komposisi pendanaan sebagai berikut : Skenario I: seluruh biaya investasi menggunakan dana sendiri. Skenario II: seluruh biaya investasi menggunakan fasilitas kredit perbankan.

6 42 7. Jangka waktu pinjaman kredit selama 10 tahun. 8. Tingkat suku bunga kredit investasi 15 persen per tahun, berdasarkan suku bunga kredit investasi yang berlaku pada Bank di Wilayah Kabupaten Nagan Raya untuk kredit investasi, yaitu sebesar 15 persen. 9. Rendemen CPO 19 persen dan Kernel 5 persen. Asumsi ini berdasarkan potensi rata-rata rendemen CPO dan Kernel di Provinsi NAD. 10. Asumsi harga TBS, CPO dan Kernel sebagai berikut: a. Harga TBS Rp b Harga CPO Rp c Harga Kernel Rp Biaya modal (faktor diskonto) untuk skenario I (dana sendiri), 1 persen. Skenario II (pinjaman), 15 persen. 12. Asumsi biaya-biaya lain: a Biaya penyusutan dihitung dengan metode garis lurus. b Biaya asuransi sebesar 1,5 persen dihitung dari total biaya investasi pabrik (proyeksi). c Biaya pemeliharaan pabrik 2,0 persen dihitung dari total biaya investasi pabrik (proyeksi). d. Perhitungan pajak penghasilan berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan badan usaha. e Perhitungan pajak perolehan hak guna usaha (HGU) berdasarkan Undang- undang No. 12 tahun f. Nilai sisa dari hasil penjualan asset dikenai pajak penjualan sebesar 10 persen.

7 Penelitian dilakukan pada tahun 2013.

8 44 BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1. Geografis Kabupaten Nagan Raya secara geografis terletak pada lokasi Lintang Utara dan Bujur Timur dengan luas wilayah 3.544,90 Km 2 (berdasarkan hasil RTRW Nagan Raya). Kabupaten Nagan Raya berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Tengah di sebelah Utara, Kabupaten Gayo Luwes dan Aceh Barat Daya di Sebelah Timur, Kabupaten Aceh Barat di sebelah Barat dan di bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Berdasarkan Qanun Kabupaten Nagan Raya Nomor 2 dan Nomor 3 Tahun 2011, maka secara definitif pada tahun 2011 terdapat 2 (dua) kecamatan yang mengalami pemekaran wilayah. Sehingga jumlah kecamatan bertambah dari 8 (delapan) kecamatan menjadi 10 (sepuluh) kecamatan. Dua kecamatan yang mengalami pemekaran wilayah adalah Kecamatan Beutong dan Kecamatan Darul Makmur. Kecamatan Beutong mengalami pemekaran menjadi Kecamatan Beutong dan Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang. Sedangkan Kecamatan Darul Makmur mengalami pemekaran menjadi Kecamatan Darul Makmur dan Kecamatan Tripa Makmur. Darul Makmur mempunyai luas wilayah terluas yaitu 1.027,93 Km 2 atau 29,00 persen dari luas wilayah kabupaten. Kemudian diikuti oleh Kecamatan Beutong dengan luas wilayah 1 017,32 Km 2 atau 28,70 persen. Sedangkan 8 (delapan) kecamatan lainnya secara berurutan yaitu Beutong Ateuh Banggalang, Tadu Raya,

9 45 Seunagan Timur, Tripa Makmur, Kuala, Kuala Pesisir, Seunagan dan Suka Makmur mempunyai luas wilayah masing-masing 11,45 persen, 9,79 persen,, 7,10 persen, 5, 34 persen, 3,41 persen, 2,15 persen, 1,60 persen p dan 1,45 persen dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Nagan Raya. Gambar 3. Persentase Luass Wilayah Kabupaten n Nagan Raya Menurut Kecamatan Tahun 2011 (Total Luas Wilayah 3.544,90 km 2 ) Sumber : BPS Kabupaten Nagan Raya,, 2012 Secara topografis, sebagian besar desa-desa yang ada di Kabupaten Nagan Raya merupakan wilayah dataran. Sisanya merupakan desa yang memiliki topografi lembah/das dan lereng. Terdapat 17 desa yang berbatasan dengan laut tersebar di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Darul Makmur, Tripa Makmur, Kuala Pesisir dan Tadu Raya. Wilayah Kabupaten Nagan Raya merupakan daerahh yang sangat cocok untuk budidaya berbagai komoditi pertanian karena didukung oleh iklim yang bagus. Salah satu faktor yang menentukan untuk budidaya komoditi pertanian adalah tingkat curah hujan. Sepanjang tahun 2010 rata-rata jumlah curahh hujan per bulan adalah sebesar 328 mm dengan jumlah hari hujann rata-rata 16 hari setiap s bulannya. Sepanjang tahun 2011 terjadi hujan sebanyak 188 hari atau sekitar

10 46 51,51 persen dari jumlah hari dalam setahun. Jika dilihat kecendrungan hujan dalam setahun, maka pada sepanjang tahun 2011 memiliki jumlah hari hujan yang relative stabil. Jumlah curah hujan mengalami fluktuatif dalam satu tahun, pada Agustus terdapat curah hujan tertinggi, yaitu 774 mm, sedangkan pada bulan mei hanya 136 mm. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara dan kelembaban udara rata-rata per bulan 26,2 0 c dan 88 persen. Suhu udara minimum rata-rata berkisar antara 20,5 s/d 23,0 0 c dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar antara 29,6 s/d 32,0 0 c. Rata-rata penyinaran matahari adalah sebesar 5,2 persen per hari Pemerintahan Kabupaten Nagan Raya yang terbentuk pada tahun 2002 yaitu pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat, terdiri dari 10 wilayah kecamatan, 30 mukim dan 222 desa definitif, dengan ibukota kabupaten terletak di Suka Makmue. Lembaga eksekutif yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Nagan Raya, secara susunan organisasi pada tahun 2011 terdiri dari 16 dinas, 12 lembaga teknis (badan dan kantor) dan 10 sekretariat kecamatan. Instansi berupa dinas dan badan dikepalai oleh pejabat eselon II, sementara kantor dikepalai oleh pejabat eselon III. Jumlah keseluruhan pegawai negeri sipil (PNS) daerah yang bertugas di jajaran pemerintahan Kabupaten Nagan Raya pada oktober 2011 sebanyak orang, atau kenaikan sebesar 10,04 persen dibandingkan dengan tahun 2009 (januari) yang berjumlah orang. Hal ini disebabkan adanya penerimaan pegawai negeri sipil daerah yang setiap tahun dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

11 47 aparatur pemerintah daerah sejak terbentuknya kabupaten ini pada tahun Selain itu, juga terdapat penambahan 2 instansi baru dan 2 Sekretariat Kecamatan pada tahun 2011, yaitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang, Kecamatan Tripa Makmur Penduduk Berdasarkan hasil estimasi BPS, pada tahun 2011 jumlah penduduk Nagan Raya adalah sebanyak jiwa dengan rincian jumlah laki-laki sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak jiwa. Distribusi penduduk menurut kecamatan pada tahun 2010 mengalami perubahan seiring dengan pemekaran wilayah kecamatan seperti dapat dilihat pada Grafik. 2. Distribusi jumlah penduduk kecamatan Darul Makmur menempati urutan pertama yaitu 27,96 persen dari jumlah penduduk keseluruhan, diikuti oleh Kecamatan Kuala sebanyak 13,28 persen. Distribusi penduduk pada Kecamatan Seunagan dan Kecamatan Kuala Pesisir secara berurutan adalah sebesar 10,36 persen dan 10,10 persen. Sedangkan distribusi jumlah penduduk pada Kecamatan Beutong, Kecamatan Senagan Timur dan Kecamatan Tadu Raya adalah sebesar 8,98 persen, 8,71 persen dan 8,01 persen. Kecamatan Suka Makmue dan Kecamatan Tripa Makmur memiliki distribusi sebesar 5,74 persen dan 5,66 persen. Sedangkan Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang memiliki distribusi terkecil yaitu sebesar 1,21 persen.

12 48 Gambar 4. Distribusi/Persentase Jumlah Pendudukk Kabupaten Nagan Raya Menurutt Kecamatan Tahun 2011 (Totall Jiwa) Sumber : BPS KabupatenNagan Raya, 2012 Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis j kelamin dapat dilihat pada Grafik.3. Grafik berupaa piramida menggambarkan jumlah penduduk semakin berkurang pada kelompok umur tua, baik laki-laki maupun perempuan. Kondisi ini juga tidak t jauhh berbeda dengan keadaan k pada tahun-tahun sebelumnya. Dari grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Kabupaten Nagan Raya saat inii mempunyai penduduk yang banyak pada a usia balitaa dan remaja, yang pada suatu saat akan berada pada posisi usia u produktif. Pada saat itu berbagai masalah kependudukann akan timbul seperti pendidikan, pengangguran, kesehatan dan lain-lain, jika tidak dipersiapkan dari d awal seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, transportasi juga mempersiapkan lapangann pekerjaan yang dapat menampung tenaga kerja.

13 49 Gambar 5. Komposisi Jumlahh Penduduk Kabupaten Nagan Raya Menurut Kelompok Umurr dan Jenis Kelamin Tahun T Sumber : BPS KabupatenNagan Raya, 2012 Komposisi jumlah penduduk menurut usia sekolah di Kabupaten Nagan Raya tahun 2011 terdapat jiwaa usia sekolah dasar (7-12 tahun),, jiwa usia SLTP (13-15 tahun) dan jiwa usia SLTA (16-18 tahun), jiwa usia tahun (Perguruan Tinggi).. Berdasarkan angka estimasi, jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang berstatus bekerja pada tahun 2011 terdapat sebanyak orang yaitu laki-laki dan perempuan. Sementara itu estimasi jumlahh angkatan kerja pada tahun 2011 adalah sebesarr orang, sehingga angka tingkat partisipasi angkatan kerja padaa tahun 2011 sebesar 66,44 persen. Tingkat Pengangguran Terbuka adalah sebesar 4.74 persen.

14 50 Gambar 6. Komposisi Penduduk Kabupaten Nagan N Rayaa Menurut Tingkatan Keluarga Sejahtera Tahun (Persen) Sumber : BPS Kabupaten Nagan Raya,, 2012 Pada tahun 2011 terdapat penduduk dengan klasifikasi keluarga pra sejahtera sebanyak KK (11,99 persen), Keluarga Sejahtera I sebanyak KK (25,49 persen), keluarga sejahtera II sebanyak KK (35,06 persen), Keluarga Sejahtera II II sebanyakk KK (15,82 persen) dan Keluarga Sejahtera Plus sebanyak kk (5,63 persen). Jika kelompok Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I dikategorikan sebagai pendudukk miskin, maka pada tahun 2011 terdapat jumlah keluarga miskin di Kabupaten Nagan Raya sebanyak KK atau sebanyak 43,49 persen dari jumlah seluruh keluarga yang ada di kabupaten ini. Angka ini mengalami penrunan dibandingkan dengan dua sebelumnya, yaitu sebesar 43,855 persen pada tahun 2010 dan 54,50 persen tahun pada tahun Sosial

15 51 Pada tahun 2010 sarana pendidikan yang ada di Kabupaten Nagan Raya sudah tersedia baik mulai pada tingkat pendidikan dasar sampai pada tingkat pendidikan menengah atas, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta. Disamping sekolah umum juga terdapat sekolah agama atau madrasah yang tersedia mulai dari tingkat dasar yaitu Madrasah Ibtida iayah sampai pada tingkat Madrasah Aliayah. Jumlah Sekolah Dasar pada tahun 2011 terdapat 129 unit berstatus negeri dan 3 swasta; SLTP sebanyak 31 unit dengan status negeri dan 2 swasta; SMA sebanyak 17 unit negeri dan 1 unit swasta; serta SMK negeri dan swasta masing-masing 1 unit. Sementara itu untuk madrasah terdapat MI sebanyak 14 unit berstatus negeri dan 5 swasta; MTs sebanyak 2 unit negeri dan 7 unit swasta; serta MA sebanyak 1 unit negeri dan 2 unit swasta. Untuk melihat ketersediaan tenaga pendidik dibanding dengan jumlah murid yang harus dididik, terutama untuk sekolah yang dikelola oleh pemerintah (berstatus negeri), dapat dilihat dari angka rasio murid-guru. Pada tahun 2011, rata-rata perbandingan guru dan murid untuk tingkat SD sebesar 1:9; tingkat SLTP sebesar 1:11 dan pada tingkat SMA sebesar 1:12 ; tingkat SMK 1:8. sedangkan untuk sekolah madrasah, tingkat MI sebesar 1:14 ; tingkat MTs 1:13 ; tingkat MA 1:14 (lihat Gambar 7).

16 52 Gambar 7. Rasio Antara Murid Dengan Guru dan Kelas Pada Sekolah Negeri di Kabupaten Nagan Raya Tahun T Sumber : BPS KabupatenNagan Raya, 2012 Sementaraa itu untuk menilai kewajaran jumlah murid dalam satu kelas pada sekolah yang dikelola oleh pemerintah dapat dilihat dari rasio jumlah kelas dengan jumlah murid yaitu untuk sekolah tingkat SD sebesar 1:19; tingkat SLTP sebesar 1: 29 dan SMA sebesar 1:36; tingkat SMK 1:20. Sedangkan untuk sekolah madrasah, tingkat MII sebesar 1:25 ; tingkat MTs 1:28 ; tingkat MAA 1:30. Penduduk Nagan Raya adalahh mayoritas memeluk Islam. pada tahun 2011, sebanyak 222 masjid telah telah tersebarr di semua kecamatann sebagai sarana s peribadatan. Selain masjid, jugaa terdapat meunasah, tersedia juga pondok pesantrenn yaitu sebanyak 50 yaitu sebanyak 250. Telah pondok pesantren. Jumlah santri diperkirakan adalah sebanyak santri dengan tenaga pengajar/teungku sebanyak 150 teungku. Untuk sarana kesehatan, pada tahun 2012 terdapat sarana berupaa Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (PUSTU) yang masing-masing sebanyak 122 unit dan 444 unit yang tersebar di seluruh kecamatan. Disamping puskesmas juga terdapat Rumah

17 53 Sakit Umum daerah yang berlokasi di Kecamatan Kuala (tepatnya di desa Ujung Fatihah). Jumlah tenaga medis yang berada di puskesmas maupun pustu di Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2011 adalah sebanyak 449 orang dengan rincian 35 orang dokter, 304 orang bidan dan 110 orang tenaga perawat. sementara itu pada RSUD terdapat 20 orang dokter dengan rincian 3 orang dokter spesialis (spesialis kandungan, spesialis bedah dan spesialis penyakit dalam) dan 15 orang dokter umum serta 2 orang dokter gigi Pertanian Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu daerah yang menjadi sentra produksi berbagai jenis komoditi pertanian, baik jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, kakao, karet dan kelapa. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian masih cukup luas. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk lebih ditingkatkan di daerah ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang masih luas tersedia. untuk perikanan laut juga menjadi andalan daerah ini dengan adanya empat kecamatan yang berbatasan langsung dengan samudera Indonesia, yaitu kecamatan Kuala Pesisir, Tadu Raya dan Darul Makmur serta Tripa Makmur.

18 54 Gambar 8. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Padi Sawah di Kabupaten Nagan Raya Tahun Sumber : BPS KabupatenNagan Raya, 2012 Pada tahun 2011 produksi padi sawah tercatat sebesar ton gabah. Angka ini mengalami penurunan sebesar 3,60 persen dibanding produksi tahun 2009 yang mencapai ton gabah. Penurunan ini disebabkann oleh semakin menurunnya tingkat produktivitas padi dari 6,01 ton/hektar pada tahun 2010 menjadi 5,77 ton/hektar pada tahun Sedangkan luas tanamm dan luas panen mengalami kenaikan dari hektar pada tahun menjadi hektar (Gambar 8). Sementaraa itu sub sektor perkebunan telah memberikan andil yang sangat besar bagi pembangunan masyarakat di kabupaten ini dimana sejak zaman Belanda daerah ini sudah terkenal sebagai penghasil kelapa sawit. Hal ini dibuktikan dengan tetap eksisnya tiga perusahaan besar pengolahan sawit menjadi minyak mentah (CPO) yaitu di Kecamatan Darul Makmur, Kuala Pesisir dan Tadu Raya. Disamping perusahaan berskalaa besar, di Kabupaten Nagan Raya juga terdapat perkebunan rakyat yang mengusahakan berbagai jenis j tanaman perkebunan

19 55 diantaranya kelapa sawit, karet, coklat, kelapa dalam, pinang, kopi, kemiri dan lain-lain. Tabel 3. Luas Area, Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit Dari Perkebunan Rakyat Menurut Kecamatan di Kabupaten Nagan Raya Tahun 2011 No Kecamatan Luas Areal Produksi Produktivitas (Ha) TM (Ton) (Ton/Ha) TM TBM 1. Darul Makmur ,4 2. Tripa Makmur ,4 3. Kuala ,5 4. Kuala Pesisir ,6 5. Tadu Raya ,0 6. Beutong ,7 7. Beuton Ateuh Banggalang Seunagan ,5 9. Suka Makmue ,1 10. Seunagan Timur ,5 Jumlah ,5 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Nagan Raya, 2012 Pada tahun 2011 produksi tanaman kelapa sawit dari perkebunan rakyat mencapai ton dengan produktivitas 5,5 Ton/Ha. Berdasrkan hasil produktivitas TBS, menunjukkan produksi yang rendah. Produksi karet ton, coklat/kakao sebesar ton, kelapa dalam sebesar 670 ton juga terdapat pinang dengan produksi sebesar 220 ton. Lima jenis tanaman perkebunan tersebut merupakan komoditi andalan yang banyak dibudidayakan pada perkebunan rakyat sebagai sumber penghasilan masyarakat di Nagan Raya Industri Di Nagan Raya terdapat empat jenis industri dengan skala mikro, yaitu industri tradisional, industri makanan dan minuman, industri jasa dan industri bahan

20 56 bangunan. pada tahun 2011 jumlah industri tradisional di nagan raya adalah sebanyak 391 unit, mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 366 unit. penyumbang terbanyak pada industri ini adalah tukang jahit bordir, yaitu sebanyak 205 unit. Jumlah industri makanan dan minuman adalah sebanyak 295 unit, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 239 unit. penyumbang terbanyak pada industri ini adalah industri tempe dan industri tahu, yaitu sebanyak 118 unit dan 137 unit. sedangkan jumlah industri jasa pada tahun 2011 adalah sebanyak 295 unit, mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 304 unit. Penyumbang terbanyak pada jenis industri ini adalah reparasi sepeda motor dan tambal ban, yaitu sebanyak 127 unit dan 45 unit. Industri bahan bangunan pada tahun 2011 adalah sebanyak 135 unit. Industri ini didominasi oleh industri batu bata, yaitu sebanyak 134 unit Perhubungan dan Komunikasi Pada tahun 2010 panjang jalan yang melintasi Nagan Raya diperkirakan adalah sepanjang 592,35 Kilometer (Km), yaitu terdiri dari 82,00 Km jalan negara, 117,60 Km jalan provinsi dan 392,75 km jalan kabupaten. Mengalami kenaikan sebesar 2,60 persen dari tahun sebelumnya, yaitu 577,35 km. Dengan kondisi jalan 69 persen dalam keadaan baik, sedangkan sisanya, yaitu sebanyak 31 persen masih dalam kondisi rusak.

21 57 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kelayakan Investasi Pembangunan PMKS yang Dibutuhkan Untuk Mengolah TBS Berdasarkan identifikasi masalah yang kedua, yaitu bagaimana kelayakan investasi pembangunan pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yang dibutuhkan untuk mengolah TBS di Kabupaten Nagan Raya diuraikan sebagai berikut: Kabupaten Nagan Raya saat ini memiliki 3 unit PMKS, yaitu PT. Socfindo Seunagan, PT. Socfindo Seumayam, dan PT. Fajar Baizury dengan total kapasitas 105 ton TBS per jam. Keberadaan PMKS ini selama ini telah memberikan dampak terhadap kelancaran proses pengolahan TBS yang bersumber dari perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta yang belum memiliki PMKS. Namun pasokan TBS sebagai bahan baku PMKS jauh lebih besar dari kapasitas olah PMKS yang ada sekarang. Untuk mengantisipasi melimpahnya produksi TBS seiring dengan bertambahnya luas areal perkebunan dan produksi TBS karena terkait dengan bertambahnya umur tanaman menghasilkan serta beralihnya tanaman TBM menjadi TM (tanaman menghasilkan), maka perlu membangun PMKS baru secara bertahap sesuai dengan yang dibutuhkan agar sisa TBS menjadi minim. Kebutuhan PMKS sesaui dengan yang dibutuhkan, yaitu PMKS dengan kapasitas 30 ton TBS/jam. Mengingat investasi PMKS kapasitas 30 ton TBS/jam memerlukan dana dalam jumlah besar, yaitu sekitar Rp milyar dan sumber bahan baku berupa TBS seluruhnya tergantung pemasok eksternal (kebun rakyat/koperasi, kebun besar swasta, PMA, PMDN dan kebun sendiri), maka perlu untuk melakukan kajian secara mendalam tentang kelayakan pembangunan PMKS 30 ton TBS/jam

22 58 (Lampiran 2) Ruang Lingkup Analisis Ruang lingkup analisis pembangunan PMKS dengan kapasitas 30 ton TBS/jam meliputi penyediaan bahan baku, bahan pembantu proses produksi beserta sarana dan prasarana penunjang. Dasar perhitungan harga adalah harga yang berlaku sekarang dan dilakukan per tahun. Jangka waktu analisis dilakukan selama 10 tahun dengan masa pembangunan proyek selama 1,5 tahun (18 bulan). Analisis finansial yang akan dilakukan meliputi analisis investasi pembangunan proyek, pembiayaan proyek, proyeksi laba-rugi dan proyeksi arus dana pada proyek beserta penilaian terhadap sensitivitas proyeksi apabila ada perubahan yang mendasar pada variabel yang sangat menentukan seperti penurunan jumlah produksi dan kenaikan biaya produksi Proyeksi Arus Kas Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Aliran arus kas diproyeksikan selama 10 tahun sesuai dengan umur ekonomis pabrik. Selisih antara arus penerimaan dan arus pengeluaran merupakan manfaat atau biaya yang diterima dari kegiatan bisnis PMKS Outflow (Pengeluaran) Arus pengeluaran atau arus biaya dalam analisis kelayakan investasi pembangunan PMKS dengan kapasitas 30 ton TBS per jam, terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Outflow ini menggambarkan pengeluaran pengeluaran yang akan terjadi selama umur ekonomis pabrik.

23 Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya awal yang dibutuhan untuk pembangunan PMKS dengan kapasitas 30 ton TBS per jam yang akan dilaksanakan di Kabupaten Nagan Raya. Biaya investasi ini meliputi bangunan pabrik, instalasi listrik, peralatan laboratorium, kolam limbah dan instalasi pendukung, peralatan bengkel, mekanikal, over head (perumahan, gudang, kendaraan dan jalan beserta sarana dan prasarana penunjang lainnya). Keseluruhan jumlah biaya investasi sebesar Rp (Lampiran 1). Rekapitulasi biaya investasi PMKS disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Rekapitulasi Biaya Investasi PMKS No Uraian Nilai (Rp.000) 1 Bangunan Instalasi dan kelistrikan Laboratorium dan peralatan Kolam limbah dan instalasi pendukung Bengkel dan peralatan Mekanikal Over head Total Pembangunan PMKS kapasitas 30 ton TBS per jam dilaksanakan selama 18 bulan dengan umur ekonomis proyek di tetapkan berdasarkan umur ekonomis pabrik, yaitu selama 10 tahun. Kebutuhan lahan menggunakan HGU (hak guna lahan) seluas 10 hektar dengan masa pemakaian 25 tahun dan dapat diperpanjang untuk periode berikutnya. Biaya perolehan hak atas HGU mengacu pada Undang-undang No.12 tahun 1994 tentang pajak perolehan atas pengelolaan tanah dan bangunan Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan secara berkala dalam rangka memenuhi input produksi dan kegiatan proses produksi. Biaya-biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel serta diasumsikan konstan untuk setiap tahunnya.

24 60 Biaya tetap merupakan biaya rutin yang harus dibebankan sehubungan dengan pengoperasian pabrik meliputi biaya administrasi, pemeliharaan pabrik, biaya pemeliharaan aktiva lain dan asuransi. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang timbul karena proses dan penggunaan input produksi yang terdiri dari gaji, pembelian bahan baku dan biaya bahan pembantu proses produksi. Rekapitulasi biaya operasional disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Biaya Operasional Pabrik Minyak Kelapa Sawit Uraian Tahun (Rp.000) Upah langsung Gaji dan upah karyawan kantor Biaya pembelian TBS Biaya pemeliharaan pabrik Biaya pemakaian bahan kimia Biaya Bahan Pembantu Asuransi Total Berdasarkan Tabel 10. dapat diketahui bahwa biaya operasional tahun ke-0 merupakan tahun masa pembangunan PMKS sampai dengan semester I tahun ke-1 sehingga belum terlihat beban biaya operasional. Setelah pembangunan pabrik selesai, pada semester ke II tahun ke-1 pabrik mulai berproduksi secara komersial dengan kapasitas produksi awal diperkirakan sekitar 70 % tahun ke-1 dan 80 % pada tahun ke-2 serta 85% pada tahun ke 3 dari kapasitas terpasang PMKS, hal ini disebabkan karena belum maksimal pasokan TBS masuk ke PMKS. Total biaya operasional pada tahun ke-1 adalah Rp dan Rp pada tahun ke-2. Selanjutnya tahun ke-3 sampai dengan tahun ke-10 pabrik sudah dapat beroperasi secara optimal sesuai dengan kapasitas terpasang mesin seiring dengan stabilnya pasokan TBS ke PMKS. Jumlah total biaya operasional per tahun sekitar Rp Dari seluruh biaya operasi PMKS 96,4% didominasi

25 61 oleh biaya pembelian TBS. (Lampiran 3) Inflow (Penerimaan) Arus penerimaan atau pendapatan dalam analisis kelayakan investasi pembangunan PMKS dengan kapasitas 30 ton TBS per jam, terdiri dari pendapatan hasil penjualan dari CPO dan PKO. Pendapatan yang diterima dari penjualan sangat dipengaruhi oleh kemampuan produksi PMKS dan harga penjualan produk. Produksi CPO dan PKO yang dihasilkan oleh pabrik tergantung dari rendemen CPO, rendemen PKO dan penerimaan TBS di PMKS. Penerimaan TBS di PMKS per hari merupakan dasar penentuan kemampuan pengoperasian PMKS per hari. Kapasitas PMKS terpasang adalah 30 ton TBS per jam, proyeksi rendemen CPO 22%, rendemen PKO 5,0%, harga jual CPO Rp per kg, Kernel Rp per kg serta waktu pengoperasian pabrik minimal 20 jam per hari atau 80 persen dari kemampuan maksimal per hari. Pada tahun pertama dan ke dua pasokan bahan baku TBS ke pabrik diperkirakan sekitar 70% dan 85% dari kapasitas rencana, setelah itu pada tahun ke tiga pasokan TBS di perkirakan normal. PMKS ini diproyeksikan pada tahun I telah menerima hasil penjualan CPO dan PKO. Kondisi ini tentu saja berpengaruh pada hasil produksi dan penerimaan hasil penjualan CPO dan PKO. Gambaran rekapitulasi penerimaan (inflow), produksi dan hasil penjualan selama umur proyek disajikan pada Tabel 11.

26 62 Tabel 11. Rekapitulasi Penerimaan dan Produksi PMKS Produks Produk Penjualan Tahun TBS i CPO si PKO (Rp.000) (ton) (ton) Penjualan (Rp.000) Jumlah (Rp.000) Jumla h Analisis Laba-Rugi Proyeksi laba-rugi didasarkan pada besarnya volume penjualan dan harga jual produk yang dihasilkan oleh PMKS, serta selisihnya terhadap biaya produksi setiap tahun. Analisis laba-rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan profit dari tahun ke tahun selama PMKS beroperasi secara komersial. Selain itu laporan labarugi juga digunakan sebagai instrumen untuk menghitung besar kecilnya pajak penghasilan badan usaha yang harus dibayarkan kepada pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan kondisi-kondisi yang diasumsikan, berikut ini disajikan rekapitulasi proyeksi laba-rugi dan pajak yang dihasilkan selama 10 tahun berturut-turut sesuai dengan umur ekonomis pabrik disajikan pada Tabel 12.

27 63 Tabel 12. Proyeksi Laba-Rugi PMKS Skenario 1 Skenario 2 Tahun Laba bersih Rp (000) Pajak Rp (000) Laba bersih Rp (000) Pajak Rp (000) Total Pada semester kedua tahun ke-1 PMKS mulai beroperasi secara komersial sehingga pabrik kelapa sawit memperoleh pendapatan atas hasil penjualan CPO dan PKO. Pada tahun pertama dan kedua proyeksi produksi diperkirakan sebesar 70 persen dan 85 persen dari kapasitas normal. Pendapatan yang diperoleh dari total hasil penjualan setelah dikurangi biaya-biaya untuk skenario I memperoleh laba bersih sebesar Rp pada tahun pertama dan Rp pada tahun kedua. Pada tahun berikutnya proyeksi laba bersih meningkat menjadi Rp dan konstan untuk setiap tahunnya, setelah kapasitas produksi pabrik beroperasi secara optimal (kapasitas terpasang) total akumulasi laba bersih dari kegiatan usaha selama umur ekonomis pabrik untuk skenario I adalah sebesar Rp Selanjutnya asumsi untuk skenario II, pada tahun pertama proyeksi laba-rugi bernilai negatif (rugi) sebesar Rp karena adanya beban bunga atas kredit investasi. Tahun-tahun berikutnya kemampuan usaha dalam menghasilkan laba bersih terus mengalami peningkatan karena PMKS sudah dapat dioperasikan

28 64 pada kapasitas normal serta diikuti dengan beban biaya yang secara berangsur terus berkurang. Kemudian pada tahun ke-11 dan seterusnya proyeksi laba bersih mulai stabil seiring dengan berakhirnya pelunasan hutang investasi pada tahun ke-10. Total akumulasi laba bersih selama umur ekonomis PMKS untuk skenario II adalah sebesar Rp Sedangkan beban pajak yang diterima oleh pemerintah dihitung berdasarkan besar kecilnya laba yang diperoleh dari kegiatan komersial PMKS. Perhitungan pajak dilakukan berdasarkan Undang Undang No.17 Tahun 2000 dengan ketentuan sebagai berikut : 0 50 juta dikenakan pajak 10 persen, juta dikenakan pajak 15 persen dan 100 juta ke atas dikenakan pajak 30 persen. Total akumulasi pajak selama umur proyek untuk skenario I sebesar Rp dan skenario II sebesar Rp Kriteria Kelayakan Investasi Penilaian kelayakan suatu investasi ditinjau dari aspek finansial dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria investasi. Setiap kriteria yang digunakan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Semakin banyak kriteria yang digunakan, maka semakin memberikan gambaran yang lengkap dan hasil yang lebih baik. Adapun kriteria yang digunakan secara umum untuk dianalisis dalam pengambilan keputusan penilaian investasi adalah: NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) dan PP (Payback period). Berikut ini ringkasan hasil analisis kriteria investasi untuk kedua skenario yang digunakan disajikan pada Tabel 13.

29 65 Tabel 13. Ringkasan Analisis Kriteria Investasi Pabrik Minyak Kelapa Sawit No Kriteria Investasi Skenario I Skenario II (dana sendiri) (pinjaman) 1 NPV IRR 25,94 4,82 3 B/C 1,07 1,02 4 PP 3 tahun, 1 bulan 8 tahun, 1 bulan NPV (Net Present Value) Net present value merupakan selisih antara manfaat bersih yang diperoleh dengan biaya yang dipergunakan dalam proyek, dihitung dengan menggunakan discount rate 1 persen untuk skenario I dan 15 persen untuk skenario II. Discount rate tersebut merupakan cost of capital sebagai opportunity cost dari suatu investasi berdasarkan skenario yang digunakan. Penggunaan discount rate tersebut (7 % dan 15 %) dikarenakan biaya modal yang diinvestasikan ke dalam proyek berasal dari sumber yang berbeda, sehingga biaya yang ditimbulkan oleh setiap keputusan investasi tidak sama. Hasil analisis menunjukkan NPV bernilai positif pada discount rate 1 persen untuk skenario I, sebesar Rp dan skenario II pada discount rate 15 persen bernilai negatif sebesar Rp selama 10 tahun. Nilai NPV positif pada skenario I merupakan indikasi bahwa rencana investasi pembangunan pabrik kelapa sawit layak untuk dilaksanakan karena hasil yang diperoleh lebih besar dari nol. Sementara nilai NPV negatif pada skenario II mengindikasikan bahwa pembangunan PMKS tidak layak dilaksanakan secara finansial IRR (Internal Rate of Return) Analisis IRR (Internal Rate of Return) dengan discount rate 1 persen dan 15 persen digunakan untuk mengevaluasi kemampuan proyek dalam menghasilkan keuntungan yang dikaitkan dengan nilai waktu uang. Nilai IRR mencerminkan besarnya discount rate untuk mendiskontokan seluruh kas masuk yang akan

30 66 menghasilkan jumlah kas yang sama dengan jumlah investasi proyek. Hasil analisis menunjukkan nilai IRR 25,94% pada skenario I dan 4,82% pada skenario II. Hal ini menunjukkan bahwa rencana pembangunan PMKS mampu menghasilkan opportunity cost yang lebih besar daripada cost of capital yang diinginkan pada skenario I, sehingga layak untuk dilaksanakan. Sedangkan pada skenario II nilai IRR lebih rendah dari cost of capital yang telah ditentukan, sehingga tidak layak untuk dilaksanakan ditinjau dari aspek finansial Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) Net benefit cost Ratio merupakan seberapa besar manfaat yang dapat diterima dari setiap investasi yang dikeluarkan. Hasil analisis rencana pembangunan PMKS menghasilkan nilai B/C Ratio 1,07 pada skenario I dan 1,02 pada skenario II. Artinya keuntungan yang dihasilkan dari proyek ini pada skenario I, lebih besar dibandingkan skenario II, sehingga pembangunan PMS dipilih yang layak untuk dilaksanakan adalah skenario I. Sedangkan pada skenario II manfaat yang dihasilkan lebih kecil dari biaya yang diinvestasikan PP (Payback Period) Analisa payback period dilakukan bertujuan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi. Hasil analisis proyek pembangunan PMKS ini akan mencapai titik pengembalian pada saat proyek berumur 3 tahun 1 bulan pada skenario I dan 8 tahun 6 bulan pada skenario II. Bila ditinjau dari umur proyek pabrik kelapa sawit yang mencapai 10 tahun, maka pembangunan pabrik memungkinkan dan layak untuk dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih kecil dari umur proyek Analisis Sensitivitas Berdasarkan identifikasi masalah yang ke 3 dalam penelitian ini, yaitu bagaimana sensitivitas investasi pembangunan pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yang

31 67 dibutuhkan terhadap perubahan biaya produksi dan harga penjualan diuarikan sebagai berikut: Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat tingkat kepekaan PMKS terhadap perubahan kondisi diluar asumsi yang telah dibuat pada waktu pembuatan rencana pembangunan PMKS. Analisis sensitivitas yang dilakukan pada dua indikator, yaitu bila terjadi kenaikan biaya dan penurunan harga produksi sebesar 20%. Penetapan kenaikan biaya produksi sebesar 20% ini dilakukan mengantisipasi sebagian komponen alat atau sparepart PMKS harus dibeli dari luar sebesar 30% dan lokal 70%. Sedangkan penurunan harga produksi sebesar 20% merupakan tingkat toleransi yang dianggap wajar disebabkan oleh faktor-faktor non teknis yang mungkin terjadi di lapangan. a. Kenaikan Biaya Produksi (20 %) Pada indikator kenaikan biaya produksi, analisis sensitivitas dilakukan dengan asumsi terjadinya kenaikan biaya produksi sebesar 20%. Semua variabel biaya produksi diproyeksikan mengalami kenaikan kecuali biaya pembelian TBS, dan biaya asuransi. Pengecualian dilakukan karena harga TBS memiliki korelasi dengan kenaikan dan penurunan harga CPO dan Kernel. Sedangkan biaya asuransi sifatnya relatif tetap. Hasil analisis sensitivitas kenaikan biaya produksi sebesar 20% disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas pada Kenaikan Biay Produksi Sebesar 20 % Kriteria Investasi Skenario I (dana sendiri) Skenario II (pinjaman) NPV IRR 23,07-0,5 B/C 1,05 1,0 PP 4 tahun, 4 bulan 9 tahun, 8 bulan Berdasarkan hasil analisis sensitivitas dapat diketahui bahwa bila terjadi kenaikan biaya produksi 20 %, pembangunan PMKS pada skenario I masih dapat ditoleransi

32 68 dan masih memberikan manfaat dan layak untuk dilaksanakan. Sedangkan pada skenario II tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dapat dilihat melalui nilai NPV yang negatif, IRR di bawah cost of capital dan B/C rasio yang lebih kecil dari B/C rasio skenario I. b. Penurunan Harga Produksi (20 %) Analisis sensitivitas dengan dengan asumsi penurunan harga produksi sebesar 20 persen. Penurunan harga akan berdampak terhadap harga pembelian bahan baku dan biaya bahan pembantu dalam proses produksi serta pendapatan dari penjualan CPO dan PKO. Hasil analisis sensitivitas penurunan harga produksi sebesar 20% disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas pada Penurunan Harga Produksi Sebesar 20% Kriteria Investasi Skenario I (Dana Sendiri) Skenario II (Pinjaman) NPV IRR 25,29 10,82 B/C 1,15 1,08 PP 6 tahun, 3 bulan 9 tahun, 6 bulan Dari hasil analisis yang dilakukan jika terjadi penurunan harga produksi sebesar 20%, pembangunan PMKS pada skenario I masih layak untuk dilaksanakan berdasarkan kriteria-kriteria investasi yang digunakan. Hal ini mengindikasikan bahwa penurunan harga pada tingkat toleransi 20% pada skenario I masih dapat memberikan manfaat dan tidak mengganggu aktivitas PMKS, namun tingkat pengembaliannya (PP) lebih lama. Sementara pada skenario II tidak layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan hasil analisis kelayakan di atas maka hipotesis penelitian yang diajukan bahwa investasi pembangunan PMKS kapsitas 30 ton TBS/Jam layak untuk dilaksanakan diterima.

33 Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial Analisis Kelayakan Investasi berdasarkan aspek non finansial meliputi aspek teknis, sosial, manajemen, dan pasar diuraikan sebagai berikut: Aspek Teknis Aspek teknis dalam penelitian ini merupakan aspek non finansial terkait dengan aspek operasi dalam menjalankan PMKS setelah proyek pembangunan selesai dibangun, sehingga jika tidak dianalisis dengan baik akan berakibat fatal bagi proyek dikemudian hari. Kelengkapan kajian aspek teknis sangat tergantung dari jenis usaha yang dijalankan, karena setiap usaha memiliki karakteristik dan prioritas tersendiri. Aspek teknis dilakukan untuk melihat kesiapan pelaksana proyek dalam menjalankan usaha dalam hal ketepatan lokasi, bahan baku, proses produksi dan mutu produk yang dihasilkan Lokasi Pabrik Secara administrasi lokasi PMKS terletak di Desa Panton, Ujung Krueng Mon Dua, Neubok Yee PP, Neubok Yee Peutua K, Pasi Keubeu Dom dan Drien 7, Kecamatan Tadu Raya da Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Provinsi NAD. Untuk mencapai lokasi Kebun dapat ditempuh dari Kota Meulaboh arah Kota Tapak Tuan. Setelah tiba di Desa Alue Bata berbelok ke arah Selatan. Lokasi Kebun berada di tepi jalan Meulaboh-Tapaktuan. Dari Kota Meulaboh kelokasi Kebun berjarak ± 10 Kmdengan waktu tempuh ± 90 menit menggunakan kenderaan bermotor dengan konstruksi jalan aspal sedangkan konstruksi jalan ke lokasi kebun adalah perkerasan batu campur pasir pasir (macadem) dan jalan tanah Fasilitas Produksi dan Fasilitas Pendukung Produksi Fasilitas produksi PMKS PT. Beurata Subur Persada dengan kapasitas 30 ton/jam

34 70 secara umum meliputi: (1) Stasiun Penerimaan TBS Jembatan timbangan (weighbridge) dengan kapasitas kg. Loading Ramp (tempat penimbun TBS) dengan 8 pintu digerakkan secara hydraulic dengan kapasitas ±12,5 ton TBS per pintu dipasang berdekatan dengan loading ramp. (2) Stasiun perebusan (Sterilizer) Sterilizer sebanyak 2 (dua) unit ukuran diameter mm, dengan panjang ± mm yang memuat 7 (tujuh) lori sekali merebus TBS. Lori (fruit cages) mempunyai kapasitas 5 ton TBS unit dengan memakai bronze bushing dan Roller Bearing. Sterilizer dioperasikan secara automatis. Dengan sistem automatis bisa melaksanakan perebusan triple peak yang banyak digunakan di beberapa PMKS di Sumatera Utara. (3) Stasiun Penebah (Threshing Station) Hoisting Crane (satu) unit yang dioperasikan di atas lantai dengan ketinggian ± 7 m untuk mengangkat fruit cages. Fruit Cages diangkat ± 50 cm diatas lantai dan 1 (satu) unit Bunch Conveyor serta 1 (satu) unit mesin penebah (Thresher). (4) Stasiun Kempa (Pressing Station) Kempa (screw press) sebanyak 2 (dua) unit dengan kapasitas 15 ton TBS/jam dan sebanyak 2 (dua) unit mesin pelumat (Digester) dengan kapasitas L. (5) Stasiun Pemurnian (Clarification Station) Stasiun pemurnian ada sebanyak 3 (tiga) unit mesin Sludge Centrifuge dan 2

35 71 (dua) unit mesin Purifier dan 1 (satu) unit mesin pengering Vacuum Dryer merupakan mesin-mesin pemurnian termasuk perlengkapannya, seperti pompa vakum, pompa transfer dan lain-lain. Pemurnian secara terusmenerus (continue) melalui sistem ini 5 (lima) unit tangki, yaitu : 1. Continuous Settling Tank (C.S.T) 2. Sludge Oil Tank (S.O.T) 3. Hot Water Tank (H.W.T) 4. Pure Oil Tank (P.O.T) 5. Sludge Drain Tank (S.D.T) (6) Stasiun Kernel (Kernel Recovery Plant) Cracked mixture akan diproses dengan memakai proses kering yaitu Dry Separation Coloumn, dimana kernel utuh dikirim langsung ke kernel silo kemudian kernel dan sebagian cangkang (shell) akan dikirim ke hydrocyclone untuk pemisahan selanjutnya melalui LTDS dan hydrocyclone. Kernel yang kering akan ditimbun di Bulk Silo. (7) Water Supply Yang termasuk dalam water supply adalah : 1. Raw Water Treatment Plant 2. Boiler Feed Water Treatment Plant (8) Steam Boiler Steam Boiler 1 (satu) unit ketel diperlukan untuk proses PMKS termasuk menggerkakkan turbin. Ketel dengan kapasitas kg/jam, merupakan ketel pipa air (Water Tube Boiler) dan uapnya merupakan Superheated Steam dan mempunyai temperatur 260 C dan tekanan 21 kg/cm².

36 72 (9) Pembangkit Tenaga Listrik (Generator) Turbin kapasitas 900 KW 1 (satu) unit dan 2 (dua) unit diesel generator set 350 KW (400 KVA) dan 200 KW untuk start up/shut down boiler. (10) Pengendalian Air Limbah (Effluent Treatment Plant) Pengendalian air limbah PMKS melalui kolam limbah menggunakan cooling tower, pompa recirculation, surface aerator dan pipa-pipa termasuk pipa untuk pembuatan kolam limbah. (Lampiran 1) Proses Produksi Proses pengolahan TBS menjadi minyak sawit dan minyak inti sawit, terdiri dari proses ekstraksi secara mekanis dilanjutkan dengan proses pemurnian. Dimana pentahapan pengolahan atau diagram alir proses produksi dari TBS sampai menjadi CPO/PKO. Adapun beberapa Stasiun Proses Pengolahan TBS menjadi CPO dan PKO di PT. Beurata Subur Persada secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Stasiun Penerimaan TBS Tandan buah segar (TBS) yang diterima dari kebun di angkut dengan truk atau trailer kemudian di timbang. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui volume TBS yang masuk ke pabrik dan lain-lain. Setelah dilakukan penimbangan, kemudian dilakukan penyortiran untuk menentukan berapa persen TBS yang layak diterima untuk diproses. Kemudian disimpan di Loading Ramp sebelum dapat diproses pada proses pengolahan pertama (sterilisasi). Sebaiknya dari proses penerimaan, penimbangan sampai penyimpanan, waktu yang dipergunakan harus sependek mungkin, untuk dapat menghindari penurunan kualitas. (2) Stasiun perebusan (Sterilizer)

37 73 Tahapan pertama dalam proses ekstraksi minyak dan kernel dari TBS setelah ditimbang adalah proses perebusan. Keberhasilan dalam proses perebusan akan sangat mempengaruhi effisiensi dari proses ekstraksi. (3) Stasiun Penebah (Threshing Station) Selanjutnya TBS yang sudah direbus dilanjutkan pada stasiun penebah untuk memisahkan berondolan dan janjangan agar berondolan saja yang dipress untuk mendapatkan CPO dan PKO. (4) Stasiun Kempa (Pressing Station) Berondolan yang sudah terpisah dari janjangan dilakukan pelumatan dan proses kempa/pengepresan. Kemudian minyak yang masih bercampur air keluar melalui dinding press cage yang mempunyai perforasi untuk dimurnikan serta ampas + biji keluar dari Cylinder press cake untuk dipisahkan. Proses pengepressan merupakan dasar perhitungan kapasitas pabrik, oleh sebab itu harus dioperasikan secara optimal. (5) Stasiun Pemurnian (Clarification Station) Crude Oil dan air yang keluar dari screw press pada proses pengepressan di pompakan ke crude oil gutter sebelum masuk ke sand trap tank. Kemudian dari sand trap dialirkan ke vibrating screen (saringan getar), untuk memisahkan serabut fiber yang terbawa. Saringan getar ini adalah saringan berganda yang berfungsi untuk menyaring minyak (crude oil) yang masih mengandung kotoran. Minyak kemudian ditampung dalam separating tank. Minyak yang keluar dari separating tank dimurnikan dalam purifier (oil purifier) secara sentrifugal untuk menurunkan kadar air dan kotoran. Selanjutnya dikeringkan lagi dengan alat Vacuum Dryer karena kadar air (Moisture content) dari minyak yang keluar dari purifier masih tinggi, supaya kadar asam lemak bebas (FFA) minyak tidak naik terlalu cepat

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Karya Tama Bakti Mulia merupakan salah satu perusahaan dengan kompetensi pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang sedang melakukan pengembangan bisnis dengan perencanaan pembangunan pabrik kelapa

Lebih terperinci

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT Oleh : Tim Kajian LATAR BELAKANG 1. Kabupaten Nagan Raya memiliki

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PEMBANGUNAN PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT (PMKS) (Studi Kasus Kabupaten Nagan Raya, Provinsi NAD) ABSTRAK

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PEMBANGUNAN PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT (PMKS) (Studi Kasus Kabupaten Nagan Raya, Provinsi NAD) ABSTRAK ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PEMBANGUNAN PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT (PMKS) (Studi Kasus Kabupaten Nagan Raya, Provinsi NAD) Reza Adiguna *, Ir. Luhut Sihombing, MP ** Dan Dr. Salmiah, MS ** *) Alumni Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu bisnis yang dinilai prospektif saat ini. Karakteristik investasi dibidang perkebunan kelapa sawit teramat berbeda

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran II : Mesin-mesin dan Peralatan yang digunakan PTPN III PKS Rambutan A. Mesin Produksi Adapun jenis dari mesin- mesin produksi yang digunakan oleh PTPN III PKS Rambutan dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR 4.1 Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip Kelompok Tani Hurip terletak di Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Desa Cikarawang adalah salah satu Desa di Kecamatan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA BAB2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Secara umum pengolahan kelapa sawit terbagi menjadi dua hasil akhir, yaitu pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) dan pengolahan inti sawit (kernel).

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tersebut dikarenakan wilayah Indonesia berada di sekitar khatulistiwa

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tersebut dikarenakan wilayah Indonesia berada di sekitar khatulistiwa 12 + II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Ekonomi Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman utama perkebunan di Indonesia, hal tersebut dikarenakan wilayah Indonesia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dilihat dari aspek kontribusinya terhadap PDB, penyediaan lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman menu makanan,

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO 2014 Statistik Daerah Kecamatan Air Manjunto 2014 Halaman i STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO 2014 Statistik Daerah Kecamatan Air Manjunto 2014 Halaman i

Lebih terperinci

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan 34 Roda Mandala Asia Makmur Trass 2.5 35 Rumpin Satria Bangun Trass 1.3 36 Sirtu Pratama Usaha Andesit 1.8 37 Sumber Alfa Prolindo Pasir 4 38 Tarabatuh Manunggal Andesit 16 39 Wiguna Karya II Trass 2.5

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tandan Buah Segar (TBS) Tanaman kelapa sawit ( Elaeis guineeensis Jacq.), tergolong

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK Kelayakan Ekonomi Bendungan Jragung Kabupaten Demak (Kusumaningtyas dkk.) KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK Ari Ayu Kusumaningtyas 1, Pratikso 2, Soedarsono 2 1 Mahasiswa Program Pasca

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit 1. LOADING RAMP Setelah buah disortir pihak sortasi, buah dimasukkan kedalam ramp cage yang berada diatas rel lori. Ramp cage mempunyai 30 pintu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan di Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadan Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian Pada tahun 2003 Desa Salilama dimekarkan menjadi tiga desa, dimana Salilama bagian selatan berdiri menjadi

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Lokasi Penggilingan Padi Kelurahan Situ Gede adalah suatu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan data monografi Kelurahan Situ Gede pada

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Umum Perusahaan PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada tahun 1996 oleh PT. Dirga Bratasena Enginering dan resmi beroperasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

PELUANG PENGEMBANGAN PABRIK KELAPA SAWIT SKALA KECIL DI DAERAH RIAU 1 (The opportunity in Developing a Small Scale Oil Palm Industry in Riau Region)

PELUANG PENGEMBANGAN PABRIK KELAPA SAWIT SKALA KECIL DI DAERAH RIAU 1 (The opportunity in Developing a Small Scale Oil Palm Industry in Riau Region) PELUANG PENGEMBANGAN PABRIK KELAPA SAWIT SKALA KECIL DI DAERAH RIAU 1 (The opportunity in Developing a Small Scale Oil Palm Industry in Riau Region) Oleh Almasdi Syahza Lembaga Penelitian Universitas Riau

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARHR PT. PERKEBNAN NSANTARA III NTK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODKSI Krismas Aditya Harjanto Sinaga 1, Baju Bawono 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

Kata kunci: gedung perkantoran, analisa teknis dan finansial, Kabupaten Kapuas

Kata kunci: gedung perkantoran, analisa teknis dan finansial, Kabupaten Kapuas SWASTANISASI PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN MENGGUNAKAN ANALISA TEKNIS DAN FINANSIAL (Studi Kasus Proyek Pembangunan Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kapuas) Astati Novianti, Retno Indryani,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil yang diperoleh selama periode Maret 2011 adalah data operasional PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan TBS di PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan fraksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Wangunjaya Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama satu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN 8 DAFTAR PUSTAKA...9 PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT Perkebunan Sumatera Utara diperoleh dari perusahaan Inggris pada awal tahun 1962-1967. PT Perkebunan Sumatera Utara pada awalnya bernama Perusahaan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dengan tujuan memproduksi

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) KEBUN SAWIT LANGKAT

BAB II PROFIL PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) KEBUN SAWIT LANGKAT BAB II PROFIL PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) KEBUN SAWIT LANGKAT A. Sejarah Ringkas PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Sawit Langkat ini merupakan unit kebun sawit langkat (disingkat SAL) berdiri sejak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci