FAKTOR PENOLAKAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MASYARAKAT DI KECAMATAN SIBERUT TENGAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI JURNAL

Transkripsi

1 1 FAKTOR PENOLAKAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MASYARAKAT DI KECAMATAN SIBERUT TENGAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan S1 (Strata I) SRI RAMDAYA NURHAYATI NPM: Pembimbing I Pembimbing II Slamet Rianto, M.Pd Yuherman, SP, M.Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2013

2 2 REJECTION FACTOR OF OIL PALM PLANTATION SOCIETY IN THE MIDDLE DISTRICT OF SIBERUT MENTAWAI ISLANDS Oleh : Sri Ramdaya Nurhayati *Slamet Rianto**Yuherman** *Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat ** Staf pengajar Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This study aimed to determine the rejection of oil palm plantations in the Central District of Siberut Mentawai Islands. Type of research is descriptive. The population is all the families who reside in the Central District of Siberut. Based on recent data the population of 950 inhabitants with 218 households. Respondent sample taken with the technique of random sampling proportional to the proportion of 20 % so that the sample was 68 families. The research found that : 1) cultural factors are the main causes of the rejection of oil palm plantations in the Central District of Siberut, because ownership of communal land is generally owned by indigenous elders, culture is still strong and the workers have not been able to adapt to the culture of the surrounding community, (2) livelihood factor is the cause of the oil palm rejection because people rarely get jobs related to the oil palm plantation dai Middle Siberut, (3) the level of income of the people in the Middle District of Siberut is generally low, but is able to meet the basic needs of the family, and (4) level of public education in the District of Central Siberut is low, generally graduated junior high Key Words: rejection, palm plantation, community 1

3 2 PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Produknya tidak hanya untuk menyuplai kebutuhan sejumlah industri di dalam negeri, tetapi permintaah pasar ekspor pun sangat tinggi. Bagi investor tentu kondisi ini menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Tak heran banyak investor yang terjun dalam bisni ini, mulai dari skala kecil yang hanya puluhan hektar hingga perusahaan besar dengan luas lahan mencapai ratusan hektar. Namun demikian, bukan tanpa kendala terjun ke dalam bisnis perkebunan kelapa sawit. Penolakan adalah suatu gerakan ini bertujuan untuk mempertahankan hak akan tanah ulayat Mentawai dari ancaman perampasan tanah oleh pemerintah Kabupaten di Kabupaten Mentawai, serta menjaga dampak negatif terhadap budaya, sosial, serta lingkungan. Faktor penolakan kelapa sawit di Kecamatan Siberut Tengah Kabupaten Kepulauan Mentawai ini diwujudkan dengan memasang spanduk dan poster penolakan mengenai masuknya kebun sawit menjadi hutan, di tengah hutan lindung di areal Kecamatan Siberut Tengah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kecurigaan akan adanya sebuah rencana terselubung dibalik perubahan definisi ini sangatlah mungkin, karena pemerintah Kabupaten Mentawai sangat tidak setuju masuknya sawit dan masyarakatpun tidak setuju juga. Perlu diingat bahwa menteri Kehutanan Indonesia saat ini juga bukanlah seorang rimbawan yang paham betul mengenai hutan. Alasan masyarakat di kecamatan Kecamatan Siberut Tengah Kabupaten Kepulauan Mentawai ini bahwa ekspansi perkebunan kelapa sawit yang masuk ini perlu di tolak sebab dampak negatifnya akan besar dari pada dampak positifnya di uraikan juga oleh masyarakat yang tergabung dalam koalisasi advokasi dampak negative itu sudah pasti akan dirasakan seperti bencana banjir dan juga dikhawatirkan akan mengurangi debet air perlu juga diperhatikan masyarakat di Kecamatan Siberut Tengah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Permasalahan lainnya, pembangunan areal perkebunan kelapa sawit skala besar akan menyebabkan dipindahkannya masyarakat Mentawai yang tinggal di dalam wilayah pengembangan perkebunan kelapa sawit. Ganti rugi tanah pada areal

4 3 pengembangan kelapa sawit tersebut seringkali menimbulkan permasalahan karena tidak dibayar dengan harga yang adil dan pantas. Di samping itu, sering terjadi penyerobotan (pencaplokan) lahan masyarakat adat oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit, padahal di atas tanah tersebut masih terdapat tanaman pertanian dan tanaman perkebunan milik masyarakat. Masyarakat di Kecamatan Siberut Tengah Kabupaten Kepulauan Mentawai kalau dilihat dari segi pekerjaan pada sangat tidak setuju masuknya kelapa sawit karena merusak tanah walaupun tidak sedikit yang dibutuhkan seolaholah masyarakat Kecamatan Siberut Tengah Kabupaten Kepulauan Mentawai menunjukkan sikap tidak baik lantaran ada kendala yang masuk dalam pikiran masyarakat mentawai. Oleh karena itu Masyarakat Kecamatan Siberut Tengah Kabupaten Kepulauan Mentawai bekerja sebagai petani namun pendapatan yang dapat diperoleh dari hasil pertanian tidak mencukupi harapan yang diinginkan, apabila kalau dilihat pada saat ini tingginya ekonomi dan tingkat kebutuhan hidup menyebakan masyarakat memilih jalan pintas, mungkin jaln pintas belum bisa diatasi sebab masyarakat pun tidak setujuh masuknya sawit di mentawai, selain itu Masyarakat Kecamatan Siberut Tengah Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menjadi hutan bukan kawasan lindung lagi, tetapi telah menjadi hutan tersebut sebagai kawasan yang harus diekploitasi seperti membuka lahan baru untuk di jadikan areal perladangan METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan keadaan sebagaimana adanya sesuai menampakkan yang berdasarkan atas perhitungan rata-rata persentase dan statistic lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepada keluarga yang bertempat tinggal di Kecamatan Siberut Tengah. Berdasarkan data terakhir jumlah penduduknya 950 jiwa dengan 256 kepala keluarga. Sampel penelitian diambil dengan metode proporsional random sampling dengan proporsi 20% sehingga sampel berjumlah 68 KK. Teknik analisa data pada penelitian ini menggunakan analisis persentase yaitu f P 100 % n

5 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pertama, faktor budaya merupakan penyebab utama penolakan terkebunan kelapa sawit masyarakat di Kecamatan Siberut Tengah, karena budaya masyarakat masih kuat, pekerja belum bisa beradaptasi dengan budaya masyarakat sekitar serta masyarakat. Asmadi (2003:37) bahwa budaya merupakan pengetahuan yang diperoleh manusia untuk menginterpretasi pengalaman dan mengeneralisasi prilaku. Konsep ini menyatakan bahwa budaya mencakup apa yang dilakukan oleh manusia, apa yang diketahui manusia dan segala sesuatu yang dibuat dan digunakan manusia. Kedua, faktor mata pencaharian merupakan penyebab penolakan perkebunan kelapa sawit masyarakat karena masyarakat jarang yang mendapatkan pekerjaan yang berhubungan dengan adanya perkebunan kelapa sawit dai Siberut Tengah. Soekanto (1983) mengatakan bahwa mata pencarian adalah pekerjaan atau usaha yang dilakukan dan mendatangkan hasil penghidupan dan pekerjaan itu ada yang merupakan pekerjaan pokok dan ada yang merupakan pekerjaan sambilan. Pekerjaan adalah suatu kelompok, jabatan, yang menerangkan tugas-tugas atau mata pencarian pokok adalah suatu jenis usaha yang dilakukan seseorang secara kontiniu dan rutin karena keahliannya dan berfungsi sebagai pendapatan pokok, sedangkan mata pencarian sampingan adalah jenis usaha yang dilakukan tidak tetap dan bisa berubah dan berfungsi sebagai usaha menambah penghasilan pokok. Ketiga, tingkat pendapatan masyarakat di Kecamatan Siberut Tengah umumnya rendah, tetapi mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga. BPS (2006) pendapatan adalah merupakan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa tersebut dapat berupa sewa, upah atau gaji, bunga uang ataupun laba. Dilihat dari pemanfaatan tenaga kerja pendapatan yang berasal dari balas jasa berupa upah atau gaji di sebut dengan pendapatan tenaga kerja (labor income). Sedangkan pendapatan dari balas jasa selain tenaga kerja disebut dengan pendapatan bukan tenaga kerja ( non labor- income). Keempat, tingkat pendidikan masyarakat di Keamatan Siberut Tengah umumnya rendah, karena

6 5 sebagian besar masyarakat hanya tamat SLTP. Mangunwijaya (2008:11) mengemukakan pendidikan sebagai upaya mempengaruhi manusia dalam usaha membimbingnya menjadi dewasa. Usaha membimbing yang dimaksud disini adalah usaha yang didasari dan dilaksanakan dengan sengaja. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Faktor budaya merupakan penyebab utama masyarakat melakukan penolakan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Siberut Tengah, karena kepemilikan tanah ulayat umumnya dimiliki oleh tetua adat, budaya masyarakat masih kuat dan pekerja belum bisa beradaptasi dengan budaya masyarakat sekitar 2. Faktor mata pencaharian merupakan penyebab penolakan perkebunan kelapa sawit masyarakat karena masyarakat jarang yang mendapatkan pekerjaan yang berhubungan dengan adanya perkebunan kelapa sawit dai Siberut Tengah. 3. Tingkat pendapatan masyarakat di Kecamatan Siberut Tengah umumnya rendah, tetapi mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga. 4. Tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Siberut Tengah termasuk rendah, umumnya tamat SMP. Sedangkan saran yang dapat penulis kemukakan: 1. Diharapkan kepada pengelola perkebunan kelapa sawit untuk dapat mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit. 2. Di harapkan masyarakat untuk menerima adanya perkebunan kelapa sawit karena perkebunan akan bedampak positif terhadap investasi di Kecamatan Siberut Tengah DAFTAR PUSTAKA Abdul, Pengetahuan Lingkungan dan Kesehatan. Padang: UNP Alizar. (1992). Beberapa Pokok Pemikiran Untuk Mewujudkan Keluarga Bahagia dan Sejahteraan. Padang: IKIP Padang. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta Ardjo Antropologi Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita

7 6 Asmadi Ilmu Sosial dan Budaya. Jakarta: Putra Grafida Depdikbud Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Semarang: Aneka Ilmu. Sukarmi, Mariyati Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Jakarta: Kanisius Tejasari Nilai Gizi Pangan. Jember: Graha Ilmu Coronese, Stefano Kebudayaan Suku Mentawai. Jakarta: Grafidian Jaya. Daeng, Hans Antropologi Budaya. Ende: Nusa Indah Hasbullah Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Press. Hermawati, Tarida Uma Keterkaitan Manusia Dengan Alam. Padang : Yayasan Citra Mandiri Nasikun Sistem Sosial Indonesia. Jakarta:Grafindo. Nasution, Zulkarimein. 1998, Komunikasi Pembangunan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Poespowardojo, Soerjanto Strategi Kebudayaan, Suatu Pendekatan Filosofis, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Prayitno Pendidikan Dasar Teori dan Praksis. Padang: UNP Press Sherraden, Michael Aset Untuk Orang Miskin. Jakarta: Raja Grafindo. Soekamto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Radja Grafindo Persada. Sudjana, Nana dan Ibrahim Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo. Koentjaraningrat Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan Mangunwijaya Y.B Teknologi dan Dampak Kebudayaannya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Mangunwijaya, Forum Kurikulum yang Mencerdaskan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas Mulyadi. S Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada