Pelabelan Total Sisi-Ajaib (Super)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pelabelan Total Sisi-Ajaib (Super)"

Transkripsi

1 14 Bab III Pelabelan Total Sisi-Ajaib (Super) Pada bab ini diberikan sejarah singkat pelabelan graf serta konsep dasar dan hasilhasil yang sudah diketahui berkaitan dengan pelabelan total sisi-ajaib (super). Masalah terbuka dan konjektur terkini yang ada dalam area pelabelan ini juga disajikan. Di samping itu, pada bab ini disajikan hasil-hasil mengenai pelabelan total sisi-ajaib (super) yang telah kami dapatkan selama melakukan penelitian S3. Pada bab ini dan selanjutnya diasumsikan bahwa G adalah graf berhingga yang mempunyai p titik dan q sisi. III.1 Sejarah pelabelan graf Konsep pelabelan graf mulai diperkenalkan pada tahun 1963 oleh Sedlácěk yang mendefinisikan pelabelan ajaib pada graf G sebagai suatu fungsi dari himpunan sisi graf G ke himpunan bilangan real sedemikian sehingga untuk setiap titik v di G jumlah semua label sisi yang menempel pada v adalah konstan. Konsep ini merupakan perumuman dari konsep bujur sangkar ajaib dimana bujur sangkar ajaib berukuran n n bersesuaian dengan pelabelan ajaib dari graf bipartit lengkap K n,n. Kemudian Stewart (1967) menyebut pelabelan tersebut sebagai pelabelan ajaib super jika himpunan label sisi yang digunakan adalah himpunan bilangan bulat berurutan. Pada tahun 1967, Rosa memperkenalkan pelabelan graf jenis lain (β-valuation) yang merupakan suatu pelabelan titik. Pelabelan ini disebut juga sebagai pelabelan graceful (Golomb, 197) dan istilah ini yang digunakan sampai sekarang. Konsep pelabelan graceful dikenalkan untuk memecahkan konjektur dari Ringel (1964) yang menyatakan bahwa setiap graf lengkap K n+1 dapat didekomposisi menjadi n + 1 subgraf yang masing-masing isomorfik terhadap suatu graf pohon dengan n sisi. Secara formal, fungsi f dikatakan pelabelan graceful pada graf G dengan q sisi jika f merupakan fungsi satu-satu dari himpunan titik G ke {0, 1,,..., q} sedemikian sehingga jika setiap sisi xy diberi label f(x) f(y), maka himpunan semua label sisinya adalah {1,, 3,..., q}. Telah banyak laporan tentang karakterisasi graf yang mempunyai pelabelan graceful. Namun demikian, graf pohon belum

2 15 dapat ditentukan apakah senantiasa mempunyai pelabelan graceful atau tidak. Rosa (1970) memberikan konjektur bahwa setiap graf pohon mempunyai pelabelan graceful. Konjektur ini telah dibuktikan benar untuk beberapa kelas graf pohon misalnya lintasan, caterpillar, graf pohon yang memuat paling banyak 4 titik pendan, graf pohon dengan diameter 5 atau kurang, dan graf pohon dengan paling banyak 7 titik. Tetapi secara umum konjektur tersebut masih terbuka, bahkan masih terbuka untuk graf pohon yang mempunyai derajat maksimum 3. Selain itu, beberapa kelas graf yang lain juga telah dibuktikan mempunyai pelabelan graceful misalnya graf siklus, grid, prisma diperumum, dan bipartit lengkap (Gallian, 007). Pelabelan harmonius adalah pelabelan titik lain yang menarik untuk dikaji. Pelabelan harmonius pada graf G dengan q sisi didefinisikan sebagai suatu fungsi satusatu g dari himpunan titik G ke {0, 1,,..., q 1} sedemikian sehingga jika setiap sisi uv diberi label g(u) + g(v) (mod q), maka himpunan semua label sisinya adalah {0, 1,,..., q 1}. Namun jika G suatu graf pohon, maka persyaratan satu-satu dari g tidak haruskan. Pelabelan ini diperkenalkan oleh Graham dan Sloane pada tahun Seperti pada pelabelan graceful, Graham dan Sloane (1980) mengemukakan konjektur bahwa semua graf pohon mempunyai pelabelan harmonius. Beberapa kelas graf telah dibuktikan mempunyai pelabelan harmonius misalnya graf caterpillar, pohon dengan maksimum banyaknya titik 6, bintang, grid, roda dan Petersen diperumum (Gallian, 007). Namun konjektur di atas masih terbuka hingga kini. Termotivasi oleh kedua jenis pelabelan tersebut, berbagai jenis pelabelan titik diperkenalkan dan dikaji. Gallian (007) membaginya menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama adalah variasi dari pelabelan graceful dan kelompok kedua adalah variasi dari pelabelan harmonius. Pelabelan yang termasuk dalam kelompok pertama di antaranya adalah pelabelan-α, pelabelan graceful-like, pelabelan cordial, pelabelan k-equitable dan pelabelan hamming-graceful. Sedangkan pelabelan yang termasuk kelompok kedua di antaranya adalah pelabelan sequential, pelabelan elegant, dan pelabelan felicitous. Di samping pelabelan titik, konsep pelabelan total juga diperkenalkan. Beberapa pelabelan yang termasuk tipe ini adalah pelabelan total sisi-ajaib, pelabelan total titik-ajaib, pelabelan total sisi-antiajaib (a, d), pelabelan total titik-antiajaib

3 16 (a, d). Fokus utama dalam disertasi ini adalah pada pelabelan total sisi-ajaib. Perkembangan pelabelan yang lain dapat dilihat pada makalah survey pelabelan graf (Gallian, 007). III. Pelabelan total sisi-ajaib Pelabelan total sisi-ajaib pada graf G adalah suatu fungsi bijektif f : V (G) E(G) {1,, 3,..., p + q} sedemikian hingga untuk suatu konstanta k berlaku f(x) + f(xy) + f(y) = k untuk setiap sisi xy E(G). Jika pelabelan dapat dikenakan pada G, maka k disebut konstanta ajaib dari f dan G disebut graf total sisi-ajaib atau dikatakan mempunyai pelabelan total sisi-ajaib. Untuk mempersingkat, mulai saat ini, pelabelan total sisi-ajaib akan disebut sebagai pelabelan ajaib dan graf total sisi-ajaib akan disebut sebagai graf ajaib. Untuk setiap pelabelan ajaib f pada graf G selalu terdapat pelabelan ajaib f : V (G) E(G) {1,, 3,..., p + q} yang didefinisikan dengan aturan f (x) = p + q + 1 f(x) untuk semua x V (G) E(G) seperti telah dibuktikan oleh Kotzig dan Rosa (1970). Pelabelan f disebut sebagai pelabelan komplementer dari pelabelan f. Oleh Wallis et al. (001), pelabelan ini disebut sebagai pelabelan dual dari pelabelan f. Istilah pelabelan dual akan digunakan pada disertasi ini. Lemma III.1 (Kotzig dan Rosa, 1970) Jika f adalah pelabelan ajaib pada graf G dengan konstanta ajaib k, maka pelabelan dual f juga merupakan pelabelan ajaib pada G dengan konstanta ajaib k = 3(p + q + 1) k.

4 17 Suatu pelabelan ajaib pada graf siklus C 4 dan pelabelan dualnya berturut-turut ditunjukkan pada Gambar III.1 (a) dan (b). Gambar III.1. Pelabelan ajaib pada graf C 4 dan pelabelan dualnya Berikut ini disajikan survey perkembangan pada pelabelan ajaib. Graf lengkap K n ajaib jika dan hanya jika n {1,, 3, 5, 6}, ini dibuktikan oleh Kotzig dan Rosa pada tahun 197. Hasil ini diperoleh dengan menggunakan konsep himpunan tersebar rapi (well-spread set). Sebelumnya, pada tahun 1970, Kotzig dan Rosa membuktikan bahwa graf bipartit lengkap K m,n, graf siklus C n dan graf caterpillar merupakan graf ajaib dan menunjukkan bahwa graf nk adalah graf ajaib jika dan hanya n ganjil. Mereka juga mengajukan konjektur berikut yang masih terbuka sampai saat ini. Konjektur III.1 (Kotzig dan Rosa, 1970) Semua graf pohon mempunyai pelabelan ajaib. Kebenaran konjektur tersebut telah diverifikasi oleh beberapa peneliti untuk beberapa kelas graf pohon di antaranya graf bintang (Wallis et al., 000), graf kembang api, dan graf pohon pisang (banana tree graph) (Swaminathan dan Jeyanthi, 000). Beberapa hasil yang sudah dibuktikan oleh Kotzig dan Rosa dibuktikan kembali oleh Ringel dan Llado (1996). Hasil-hasil tersebut diantaranya adalah graf siklus dan graf caterpillar ditunjukkan sebagai graf ajaib. Pelabelan ajaib dari graf siklus juga dapat dilihat di (Golberg dan Slater, 1998) dan (Berkman et al., 001). Syarat cukup untuk graf yang tidak ajaib juga diberikan oleh Ringel dan Llado (1996), seperti dinyatakan dalam lemma berikut.

5 18 Lemma III. (Ringel dan Llado, 1996) Jika G adalah suatu graf dengan q genap, setiap titik di G berderajat ganjil, dan p + q (mod 4), maka G bukan merupakan graf ajaib. Bedasarkan Lemma III., graf roda W n untuk n 3 (mod 4) dan graf Petersen diperumum P (n, m) untuk n (mod 4) bukan merupakan graf ajaib. Untuk n 3 ganjil dan m = 1 atau, graf Petersen diperumum P (n, m) merupakan graf ajaib sebagaimana telah dibuktikan oleh Ngurah dan Baskoro (003). Graf buku B n = K1,n K merupakan graf ajaib untuk semua n (telah dibuktikan oleh Figueroa-Centeno et al. (001)). Untuk n 0 dan 1 (mod 4), graf roda W n (dengan n+1 titik) merupakan graf ajaib seperti telah dibuktikan Phillips et al. (001). Sedangkan graf roda W n merupakan graf ajaib untuk n 6 (mod 4), ini dibuktikan oleh Slamin et al. (00). Fakta bahwa graf roda W n merupakan graf ajaib untuk semua n kecuali untuk n 3 (mod 4) secara terpisah dibuktikan oleh Fukuci (001). Pelabelan ajaib dari graf kipas F n untuk semua n diberikan oleh Figueroa-Centeno et al. (001) dan Slamin et al. (00). Studi pelabelan ajaib pada kelas graf tak terhubung juga telah dilakukan. Pelabelan ajaib dari graf mp 3 untuk m genap, m 4, diberikan oleh Baskoro dan Ngurah (003). Hasil-hasil berikut telah dibuktikan oleh Figueroa-Centeno et al. (005). Graf K 1,m K 1,n ajaib jika dan hanya jika n atau m genap, graf P n ajaib untuk n ganjil, dan graf P 4n ajaib untuk semua n. Selain itu, Kotzig (1971) menunjukkan bahwa: Teorema III.1 (Kotzig, 1971) Jika G suatu graf total sisi-ajaib, 3-colorable dan H = mg dimana m ganjil, maka H adalah graf total sisi-ajaib. Adapun untuk m genap atau G bukan graf 3-colorable ketotalsisiajaiban mg (bila G total sisi-ajaib) masih merupakan persoalan terbuka. Pelabelan ajaib juga telah dikaji oleh Avadayappan et al. (000) dengan memperkenalkan istilah magic strength dari suatu graf. Magic strength dari suatu graf G didefinisikan sebagai konstanta ajaib terkecil dari semua pelabelan ajaib yang mungkin. Magic strength dari beberapa kelas graf seperti lintasan, bintang, siklus, dan graf bintang ganda telah mereka tentukan.

6 19 Baru-baru ini, pelabelan ajaib dikaji oleh Sugeng dan Miller (005). Mereka mengkaji pelabelan ajaib dimana label titik atau label sisi berupa bilangan bulat positif berurutan. Hasil-hasil yang telah didapatkan oleh mereka antara lain seperti dinyatakan berikut ini. Jika G mempunyai pelabelan ajaib f dan f(v (G)) = {a + 1, a +,..., a + p}, a 0 dan a q, maka G adalah suatu graf tak terhubung. Jika G graf suatu graf terhubung, mempunyai pelabelan ajaib g dan g(e(g)) = {b + 1, b +,..., b + q}, dimana b {1,,..., p 1}, maka G adalah suatu graf pohon. Pada tahun 001, Wallis memperkenalkan perluasan dari pelabelan ajaib yaitu injeksi sisi-ajaib (edge-magic injection) dari suatu graf. Injeksi sisi-ajaib pada suatu graf didefinisikan seperti pelabelan ajaib kecuali bahwa label yang digunakan sebarang bilangan bulat positif. Suatu injeksi sisi-ajaib disebut m-injeksi sisi-ajaib jika label terbesar yang digunakan adalah m. Tidak seperti pada pelabelan ajaib dimana tidak semua graf mempunyai suatu pelabelan ajaib, Wallis membuktikan bahwa setiap graf mempunyai suatu injeksi sisi-ajaib. Variasi dari pelabelan ajaib juga telah dikaji. Combe, Nelson, dan Palmer pada tahun 004 mengkaji pelabelan ajaib dari suatu graf hingga dimana label yang digunakan berupa unsur-unsur dari suatu grup komutatif sebarang dengan orde p + q. Kemudian, Combe dan Nelson (006) mengkaji pelabelan ajaib dari suatu graf tak berhingga atas suatu grup komutatif dengan orde tak berhingga. III.3 Pelabelan total sisi-ajaib super Suatu graf ajaib G dengan pelabelan ajaib f disebut ajaib super jika f(v (G)) = {1,, 3,..., p}. semua graf pohon dengan maksimum banyaknya titik 17 mempunyai pelabelan ajaib super (Lee dan Shan, 00). Graf pohon biner dengan sifat tertentu merupakan graf ajaib super (Fukuchi, 000). Graf pohon pisang dan graf kembang api dengan sifat tertentu merupakan graf ajaib super (Swaminathan dan Jeyanthi, 006). Setiap graf pohon dengan n titik adalah subgraf dari graf pohon yang ajaib super dengan n titik seperti telah dibuktikan oleh Lladó (006). Hasil tersebut diperbaharui oleh Ichishima et al. (006) dengan membuktikan bahwa setiap graf

7 0 pohon dengan n titik adalah subgraf dari graf pohon yang ajaib super dengan n 3 titik. Syarat perlu untuk suatu graf yang mempunyai pelabelan ajaib super diberikan oleh Enomoto et al. (1998) seperti dinyatakan dalam lemma berikut. Lemma III.3 (Enomoto et al., 1998) Jika G suatu graf ajaib super, maka q p 3. Sebagai konsekuensi Lemma III.3, semua graf roda W n, n 3 dan semua graf lengkap K n, n 4, bukan merupakan graf ajaib. Pada tahun 1998, ketika istilah graf ajaib super untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Enomoto et al., mereka membuktikan bahwa graf siklus C n merupakan graf ajaib super jika dan hanya jika n ganjil dan graf bipartit lengkap K m,n merupakan graf ajaib super jika dan hanya jika m = 1 atau n = 1. Di samping itu, mereka juga membuktikan bahwa semua graf pohon dengan masimum banyaknya titik 15 merupakan graf ajaib super. Berdasarkan fakta ini, Enomoto et al. mengemukakan konjektur yang serupa dengan Konjektur III.1. Konjektur III. (Enomoto et al., 1998) Semua graf pohon mempunyai pelabelan ajaib super. Konjektur III. telah dicoba untuk dipecahkan oleh banyak peneliti, tetapi hasilhasil yang didapatkan hanya berupa hasil-hasil parsial. Misalnya,b super. Lemma III.3 juga meng- akibatkan bahwa derajat minimum dari suatu graf ajaib super paling banyak 3. Kenyataan ini secara terpisah dibuktikan oleh Figueroa-Centeno et al. (001) dan Cen (001). Syarat perlu dan syarat cukup untuk suatu graf yang ajaib super diberikan pada lemma berikut. Karena lemma berikut akan sering digunakan maka kami sajikan buktinya. Lemma III.4 (Figueroa-Centeno et al., 001) Graf G adalah ajaib super jika dan hanya jika terdapat fungsi bijektif f : V (G) {1,, 3,..., p} sehingga himpunan S = {f(u) + f(v) uv E(G)} memuat q bilangan bulat berurutan. Dalam hal ini f dapat diperluas menjadi suatu pelabelan ajaib super dari G dengan konstanta ajaib k = p + q + min(s).

8 1 Bukti: Misalkan G adalah suatu graf ajaib super dan g adalah suatu pelabelan ajaib super pada G dengan konstanta ajaib k. Maka, S = {k g(xy) xy E(G)} = {k (p + 1), k (p + ),..., k (p + q)}. Ambil, f = g V (G). Sebaliknya, misalkan fungsi f seperti itu ada. Selanjutnya, misalkan xy E(G) sehingga f(x) + f(y) = min(s). f dapat diperluas ke suatu pelabelan ajaib super g dengan cara sebagai berikut. Definisikan g(x) = f(x) untuk setiap x V (G) dan g(xy) = p + q + min(s) f(x) f(y) untuk setiap xy E(G). Jadi, g(e(g)) = {p + 1, p +,..., p + q}. Berdasarkan Lemma III.4, untuk menyajikan graf ajaib super cukup ditampilkan pelabelan titiknya saja. Lemma berikut memberikan syarat cukup untuk graf yang tidak ajaib super. Lemma III.5 (Figueroa-Centeno et al., 001) Jika G adalah suatu graf yang setiap titiknya berderajat genap dan banyaknya sisi di G adalah q (mod 4), maka G tidak ajaib super. Sebagai akibat dari Lemma III.5, graf siklus C n untuk n (mod 4) dan graf pertemanan C3 t dengan t (mod 4) bukan merupakan graf ajaib super. Lemma berikut ini dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa graf reguler dengan jumlah sisi genap bukan merupakan graf ajaib super. Lemma III.6 (Figueroa-Centeno et al., 001) Jika G adalah graf r-reguler (r > 0) dan ajaib super, maka q ganjil dan konstanta ajaib dari setiap pelabelan ajaib super dari G adalah 1 (4p + q + 3). Berdasarkan Lemma III.6, graf siklus C n dan graf Petersen diperumum P (n, m) dengan n genap bukan merupakan graf ajaib super. Seperti pada pelabelan ajaib, pelabelan dual juga didefinisikan untuk pelabelan ajaib super.

9 Lemma III.7 (Figueroa-Centeno et al., 001) Jika f adalah pelabelan ajaib super pada graf G, maka fungsi f : V (G) E(G) {1,, 3,..., p + q} yang didefinisikan dengan p + q + 1 f(x), f (x) = p + 1 f(x), juga merupakan pelabelan ajaib super pada G. jika x E(G), jika x V (G). Pelabelan f yang didefinisikan pada Lemma III.7 disebut pelabelan dual super dari pelabelan ajaib super f. Konstanta-ajaib dari f adalah k = 4p + q + 3 k, dimana k adalah konstanta ajaib dari pelabelan ajaib super f. Hasil yang sama (Lemma III.7) secara terpisah juga didapatkan oleh Baskoro et al. (005). Pelabelan ajaib super dan pelabelan dual super dari suatu graf ditunjukkan pada Gambar III.. Gambar III.. Pelabelan ajaib super pada suatu graf dan pelabelan dualnya Studi klasifikasi pelabelan ajaib super tidak hanya dilakukan pada kelas graf pohon, tetapi juga dilakukan pada kelas graf yang lain. Beberapa kelas graf terhubung telah dibuktikan ajaib super. Graf pertemanan C3 t ajaib super jika dan hanya jika 3 t 5 dan t = 7 seperti telah dibuktikan oleh Slamin et al. (00). Graf kipas F n ajaib super jika dan hanya jika 1 n 6, graf tangga L n = Pn P ajaib super jika n ganjil, dan prisma diperumum C m P n ajaib super jika m ganjil dan n sebagaimana telah dibuktikan oleh Figueroa-Centeno et al. (001). Mereka juga mengemukakan konjektur bahwa graf buku B n ajaib super jika dan hanya jika n genap atau n 5 (mod 8). Untuk k 1, pangkat k dari suatu graf G, dinotasikan dengan G k, adalah suatu graf dengan V (G k ) = V (G) dan uv E(G k ) jika dan hanya jika 1 d(u, v) k. Graf Pn k ajaib super jika dan hanya jika k = 1 atau dibuktikan oleh Figueroa-Centeno et al. (001). Pelabelan ajaib super dari graf Petersen diperumum P (n, m) dapat dilihat di (Ngurah dan Baskoro, 003) dan (Fukuchi, 001). Pelabelan ajaib super dari

10 3 kelas graf terhubung yang lain dapat dilihat di (Rajashing et al.), (Swaminathan et al., 006), dan (Lee dan Shan, 00). Beberapa graf tak terhubung juga sudah diketahui mempunyai pelabelan ajaib super. Beberapa kelas graf hutan linier merupakan graf ajaib super sebagaimana telah dibuktikan oleh Figueroa-Centeno et al. (005). Graf tersebut antara lain adalah P 3 np untuk setiap n, P P n untuk n 3, dan P 4n untuk semua n. Pelabelan ajaib super beberapa kelas graf galaksi juga telah dikaji oleh mereka, misalnya K 1,n K 1,n+1 ajaib super jika dan hanya jika n 1, K 1,m K 1,n ajaib super jika m kelipatan dari n + 1, K 1, K 1,n ajaib super jika dan hanya jika n kelipatan 3, dan K 1,3 K 1,n ajaib super jika dan hanya jika n kelipatan 4. Berdasarkan fakta tersebut, mereka mengemukakan konjektur bahwa K 1,m K 1,n adalah ajaib super jika dan hanya jika m kelipatan dari n + 1 atau n kelipatan dari m + 1. Kebenaran konjektur tersebut telah dibuktikan Ivančo dan Lučkaničová (00). Pelabelan ajaib super juga dikaji oleh Avadayappan et al. (001) dengan memperkenalkan istilah super magic strength dari suatu graf. Super magic strength dari suatu graf G didefinisikan sebagai konstanta ajaib terkecil dari semua pelabelan ajaib super yang mungkin. Super magic strength dari beberapa kelas graf, misalnya lintasan, bintang, siklus, dan graf bintang ganda, telah mereka tentukan. Posisi dari pelabelan ajaib (super) diantara pelabelan yang lain dapat digambarkan sebagai berikut. Baca et al. (001) membuktikan bahwa suatu graf yang mempunyai pelabelan ajaib juga mempunyai suatu pelabelan total sisi-antiajaib (a, d). Pelabelan total sisi-antiajaib (a, d) pada graf G dengan p titik dan q sisi adalah suatu fungsi satu-satu f : V (G) {1,, 3,..., p + q} sedemikian sehingga {f(x) + f(xy) + f(y) xy E(G)} = {a, a + d, a + d,..., a + (q 1)d} untuk suatu bilangan bulat positif a dan d. Pelabelan ini diperkenalkan oleh Simanjuntak, Miller dan Bertault pada tahun 000. Teorema III. (Baca et al., 001) Misalkan G suatu graf yang mempunyai pelabelan ajaib dimana label sisinya berupa barisan aritmatika dengan beda d. Maka pernyataan berikut ekuivalen.

11 4 (i) G mempunyai pelabelan ajaib dengan konstanta ajaib k. (ii) G mempunyai pelabelan total sisi-antiajaib (k (e 1)d, d). Hubungan antara pelabelan ajaib super dengan pelabelan sequential, harmonius, pelabelan-α dan cordial telah dikaji oleh Figueroa-Centeno et al. (001). Pelabelan sequential pada graf G dengan q sisi adalah fungsi satu-satu f : V (G) {0, 1,,..., q 1} (label q disertakan jika G graf pohon) sedemikian sehingga jika f(uv) = f(u) + f(v), maka {f(uv) uv E(G)} = {m, m + 1, m +,..., m + q 1} untuk suatu bilangan bulat positif m. Graf G disebut graf sequential jika mempunyai suatu pelabelan sequential. Pelabelan ini pertama kali diperkenalkan oleh Grace pada tahun Teorema III.3 (Figueroa-Centeno et al. 001) Misalkan G suatu graf dengan p titik dan q sisi dimana q p atau q = p 1. Jika G ajaib super, maka G sequential dan harmonius. Rosa, pada tahun 1970, selain mengkaji pelabelan graceful juga mengkaji pelabelanα. Pelabelan graceful f pada graf G disebut pelabelan-α jika ada suatu konstanta positif k sehingga f(u) k < f(v) atau f(v) k < f(u) untuk setiap uv E(G). Teorema III.4 (Figueroa-Centeno et al. 001) Misalkan G suatu graf pohon dengan V 1 dan V adalah himpunan partisi dari V (G). Jika G mempunyai suatu pelabelan ajaib super sedemikian sehingga f(v 1 ) = {1,, 3,..., V 1 }, maka G mempunyai pelabelan-α. Pelabelan cordial pertama kali diperkenalkan oleh Cahit pada tahun Pelabelan cordial pada graf G adalah fungsi f : V (G) {0, 1} sedemikian sehingga jika f(uv) = f(u) f(v), maka v f (0) v f (1) 1 dan e f (0) e f (1) 1, dimana v f (i) dan e f (i) berturut-turut menyatakan banyaknya titik v dan sisi e yang memenuhi f(v) = i dan f(e) = i untuk semua i {0, 1}. Suatu graf yang mempunyai pelabelan cordial disebut graf cordial. Teorema III.5 (Figueroa-Centeno et al. 001) Jika G adalah graf ajaib super, maka G cordial. Perluasan lain dari pelabelan ajaib (super) juga telah diperkenalkan. Gutiérrez dan Lladó pada tahun 005 memperkenalkan konsep selimut ajaib (magic covering) dari

12 5 suatu graf. Suatu graf G dikatakan mempunyai suatu selimut-h jika setiap sisi di G adalah sisi pada suatu subgraf (dari G) yang isomorfik dengan H. Misalkan G mempunyai suatu selimut-h. Pemetaan bijektif f : V (G) E(G) {1,, 3,..., p + q} disebut pelabelan ajaib-h pada G jika terdapat konstanta positif k sedemikian hingga untuk setiap subgraf H (dari G) yang isomorfik dengan H berlaku f(h ) = v V (H ) f(v) + e E(H ) f(e) = k. Dalam hal ini, G disebut graf ajaib-h atau dikatakan mempunyai pelabelan ajaib-h. Jika f(v (G)) = {1,, 3,..., p}, maka f disebut pelabelan ajaib super-h pada G dan G disebut graf ajaib super-h. Pelabelan ajaib (super) adalah kasus khusus dari pelabelan ajaib (super)-h yaitu jika H adalah K. Beberapa graf telah dibuktikan merupakan graf ajaib (super)-h atau bukan graf ajaib (super)-h untuk suatu H oleh Gutiérrez dan Lladó (005). Misalnya, graf bintang K 1,n merupakan graf ajaib super-k 1,h untuk setiap 1 h n, graf lintasan P n merupakan graf ajaib super-p h untuk setiap h n, graf lengkap K n bukan merupakan graf ajaib-k 1,h untuk setiap h n 1, graf lengkap K n bukan merupakan graf ajaib super-p h untuk setiap h n, dan graf bipartit lengkap K n,n bukan merupakan graf ajaib super-k 1,n untuk setiap n. Hasil-hasil lain dari pelabelan ini dapat dilihat di (Gutiérrez dan Lladó, 005) dan (Lladó dan Moragas, 007). III.4 Pelabelan ajaib (super) dari beberapa kelas graf Konjektur Kotzig dan Rosa (Enomoto et al.) memberikan dorongan bagi banyak peneliti untuk mengkaji pelabelan ajaib (super) pada beberapa kelas graf pohon. Pada bab ini, kami mengkaji pelabelan ajaib super pada beberapa kelas graf pohon, yaitu pohon-seperti-lintasan (path-like tree), subdivisi dari graf bintang K 1,3 dan graf lobster. Di samping itu banyak peneliti mengkaji pelabelan ajaib (super) pada kelas graf yang lain, baik graf terhubung maupun graf tak terhubung, seperti sudah dinyatakan pada bab sebelumnya. Pada bab ini, kami juga mengkaji pelabelan ajaib pada kelas graf yang bukan graf pohon, yaitu graf rantai.

13 6 III.4.1 Pelabelan ajaib super pada graf pohon-seperti-lintasan Istilah yang digunakan pada subbab ini mengikuti Barientos (004). Misalkan P t suatu graf lintasan yang mempunyai himpunan titik dan himpunan sisi berturutturut: V (P t ) = {x i 1 i t} dan E(P t ) = {x i x i+1 1 i t 1}. Pandang graf lintasan P t sebagai subgraf dari graf grid (P m P n ). Dalam grid, graf P t dapat digambar sebagai graf yang terdiri dari subgraf-subgraf L 1, L, L 3..., L k yang masing-masing merupakan segmen garis lurus terpanjang sehingga titik terakhir di L i adalah titik awal dari L i+1. Sebagai contoh, Gambar III.3 menunjukkan graf P yang terdiri dari L 1 = P, L = P4, L 3 = P, L 4 = P4,... dan seterusnya. Gambar III.3. Graf P dipandang sebagai subgraf dari graf grid Misalkan L i = P untuk suatu i dengan V (P ) = {u, v}, u L i 1, v L i+1. Misalkan u adalah titik (dapat lebih dari satu) di L i 1 yang berjarak satu (pada grid) ke titik v di L i+1. Transformasi elementer pada graf P t adalah penggantian sisi L i dengan sebuah sisi baru u v. Graf pohon T dengan t titik disebut pohon-seperti-lintasan jika T dapat diperoleh dengan menerapkan sejumlah berhingga transformasi elementer pada P t (yang dipandang sebagai subgraf dari graf grid). Gambar III.4 menunjukkan dua buah pohon-seperti-lintasan yang didapatkan dari P pada Gambar III.3. Barientos (004) menunjukkan bahwa setiap pohon-seperti-lintasan mempunyai pelabelan-α. Figueroa-Centeno et al. (001) membuktikan bahwa setiap graf pohon yang mempunyai pelabelan-α adalah ajaib super. Dapat disimpulkan bahwa setiap pohon-seperti-lintasan merupakan graf ajaib super. Pada subbab ini, kami membuk-

14 7 Gambar III.4. Pohon-seperti-lintasan tikan bahwa setiap pohon-seperti-lintasan adalah graf ajaib super melalui konstruksi langsung. Teorema III.6 Setiap pohon-seperti-lintasan adalah graf ajaib super. Bukti: Misalkan T adalah pohon-seperti-lintasan dengan n titik yang diperoleh dari P n. Misalkan T 0 = P n, T 1, T,..., T k = T adalah barisan graf pohon yang didapatkan dengan menerapkan serangkaian transformasi elementer kepada P n. Selanjutnya, perhatikan pelabelan titik f pada P n dari Kotzig dan Rosa (1970) berikut. f(x i ) = 1(i + 1), jika i ganjil, 1 (n + i + 1), jika i genap. Berdasarkan Lemma III.4, f dapat diperluas menjadi suatu pelabelan ajaib super pada P n dengan konstanta ajaib 1 (5n + 3). Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa f adalah suatu pelabelan ajaib super untuk setiap graf pohon pada barisan graf pohon tersebut. Misalkan f adalah pelabelan ajaib super pada T i untuk suatu i 0. Akan ditunjukkan bahwa f juga merupakan pelabelan ajaib super dari T i+1. Misalkan T i+1 adalah graf pohon yang didapatkan dari T i dengan mengganti sisi uv dengan u v. Melalui cara memperoleh T i+1 dari T i tampak bahwa label titik T i+1 sama dengan label titik T i. Selanjutnya perhatikan partisi V 1, V dari V (T i ). Jika n ganjil, misalkan f(v 1 ) = {1,, 3,..., n+1 } dan f(v ) = { n+1 + 1, n+1 +, n+1 + 3,..., n}. Jika n genap, misalkan f(v 1 ) = {1,, 3,..., n} dan f(v ) = { n + 1, n +, n + 3,..., n}. Perhatikan bahwa u dan v terletak pada himpunan titik yang berbeda dan demikian juga dengan u dan v.

15 8 Jika u dan u (v dan v ) terletak pada himpunan titik yang berbeda maka f(u ) = f(v) 1 (d(u, u ) + 1) dan f(v ) = f(u) + 1 (d(u, u ) + 1). Untuk kasus yang lain: Kasus 1: u V 1 dan n genap, f(u ) = f(v) 1 (n + d(u, u )) dan f(v ) = f(u) + 1 (n + d(u, u )), Kasus : u V dan n genap, f(u ) = f(v) + 1 (n d(u, u )) dan f(v ) = f(u) 1 (n d(u, u )), Kasus 3: u V 1 dan n ganjil, f(u ) = f(v) 1 (n d(u, u )) dan f(v ) = f(u) + 1 (n d(u, u )), Kasus 4: u V dan n ganjil, f(u ) = f(v) + 1 (n 1 d(u, u )) dan f(v ) = f(u) 1 (n 1 d(u, u )), dimana d(u, u ) adalah jarak antara u dan u di grid. Dapat diperiksa bahwa pada semua kasus berlaku f(u ) + f(v ) = f(u) + f(v). Jadi f merupakan pelabelan titik yang dapat diperluas menjadi suatu pelabelan ajaib super pada T i+1. Sebagai ilustrasi dari Teorema III.6, perhatikan Gambar III.5. Berdasarkan Lemma III.7 dan Teorema III.6, pohon-seperti-lintasan juga ajaib super dengan konstanta ajaib yang lain, seperti dinyatakan pada akibat berikut. Akibat III.1 Setiap pohon-seperti-lintasan ajaib super dengan konstanta ajaib 1 (5n + ).

16 Gambar III.5. Pelabelan titik pada P dan pohon-seperti-lintasan yang menunjukkan bahwa f(u ) + f(v ) = f(u) + f(v) 9

17 30 Berdasarkan fakta tersebut dan sifat dualitas (Lemma III.1) didapatkan akibat berikut. Akibat III. Setiap pohon-seperti-lintasan merupakan graf ajaib dengan konstanta ajaib 1(7n ) atau 1 (7n 1). III.4. Pelabelan ajaib super pada graf subdivisi dari graf bintang K 1,3 Untuk m, n, k 1, misalkan T (m, n, k) adalah graf yang didapatkan dengan cara menyisipkan berturut-turut m 1, n 1, dan k 1 buah titik pada sisi pertama, kedua, dan ketiga dari suatu graf bintang K 1,3. Misalkan himpunan titik dan himpunan sisi dari graf T (m, n, k) didefinisikan sebagai berikut. V (T (m, n, k)) = {w} {x i 1 i m} {y i 1 i n} {z i 1 i k}, dan E(T (m, n, k)) = {wx 1, wy 1, wz 1 } {x i x i+1 : 1 i m 1} {y i y i+1 : 1 i n 1} {z i z i+1 : 1 i k 1}. Graf T (m, n, k) terdiri dari m + n + k + 1 buah titik dan m + n + k buah sisi. Dari m + n + k + 1 buah titik tersebut, satu titik berderajat 3, tiga titik berderajat 1, dan titik yang lain berderajat. Graf T (4, 5, 7) ditunjukkan pada Gambar III.6. Gambar III.6. Graf pohon T (4, 5, 7) Lu (001) menyebut graf T (m, n, k) sebagai graf three-path trees. Lu (001 dan 004) berturut-turut menunjukkan bahwa graf T (m, n, k) adalah ajaib super jika (a) m 1 dan n, k ganjil, (b) m, n 1 dan k = n + 1 atau k = n +. Pada subbab ini akan dibuktikan bahwa T (m, n, k) juga ajaib super jika m, n 1, dan k = n + 3 atau k = n + 4.

18 31 Misalkan T (m, n, k) mempunyai pelabelan ajaib dengan konstanta ajaib c dan t = m + n + k. Maka tc paling sedikit sama dengan jumlah yang didapatkan dengan memetakan label terkecil ke titik berderajat 3, t 3 label terkecil berikutnya ke titik berderajat, dan 3 label terkecil berikutnya ke titik berderajat 1; dengan kata lain t tc 3 + i + i= t+1 i=t 1 i + t+1 i=t+ Batas atasnya dicapai dengan memetakan label terbesar ke titik berderajat 3, t 3 label terbesar berikutnya ke titik berderajat, dan 3 label terbesar berikutnya ke titik yang lainnya, yaitu i. tc 3(t + 1) + t i=t+4 i + t+3 i=t+1 i + t i. i=1 Jadi lemma berikut terbukti. Lemma III.8 Jika T (m, n, k) mempunyai pelabelan ajaib, maka konstanta ajaib c terletak pada interval berikut: 1 t (5t + 3t + 6) c 1 t (7t + 9t 6), dengan t = m + n + k. Dengan argumen yang sama lemma berikut juga dapat diperoleh. Lemma III.9 Jika T (m, n, k) mempunyai pelabelan ajaib super, maka konstanta ajaib c terletak pada interval berikut: 1 t (5t + 3t + 6) c 1 t (5t + 11t 6), dengan t = m + n + k. Dalam dua teorema berikut ditunjukkan bahwa T (m, n, k) untuk k = n + 3 dan k = n + 4 merupakan graf ajaib super. Untuk menunjukkan hal tersebut, misalkan α dan β adalah dua konstanta yang didefinisikan sebagai berikut: 0, jika n (mod 4), α = 1, jika n 0, 1, 3 (mod 4),

19 3 dan β = 1 (m 4), jika n 0 (mod ), 1 (m ), jika n 1 (mod ). Teorema III.7 Untuk semua bilangan bulat m, n 1, T (m, n, n+3) mempunyai pelabelan ajaib super. Bukti: Definisikan pelabelan titik f : V (T (m, n, n + 3)) {1,, 3,..., m + n + 4} sebagai berikut. f(u) = m + n + 3, jika u = w, m 1(i 1), jika u = x i untuk i 1 (mod ), m + n + 3 1i, jika u = x i untuk i 0 (mod ), m + 1 α + 1(i + 1), jika u = y i untuk i 1 (mod ), m + n i, jika u = y i untuk i 0 (mod ). Titik-titik yang lain diberi label sebagai berikut. Kasus 1, n 0 mod 4, f(z i ) = m + n (i 1), untuk i 1 (mod 4), m + n (i 1), untuk i 3 (mod 4), m + n i, untuk i (mod 4), i n +, m + n i, untuk i 0 (mod 4), m + 3 n + 4, untuk i = n +. Kasus, n 1 mod 4, f(z i ) = m + n (i 1), untuk i 1 (mod 4), m + n (i 1), untuk i 3 (mod 4), m + n i, untuk i (mod 4), m + n i, untuk i 0 (mod 4). Kasus 3, n mod 4, f(z i ) = m + 1, untuk i = 1, m + n (i 1), untuk i 1 (mod ), i 1, m + n i, untuk i 0 (mod ).

20 33 Kasus 4, n 3 mod 4, f(z i ) = m + n (i 1), untuk i 1 (mod 4), i n +, m + n (i 1), untuk i 3 (mod 4), m + n i, untuk i (mod 4), i n 1, m + n i, untuk i 0 (mod 4), i n + 1, m (3n + 1), untuk i = n 1, m (3n + 1), untuk i = n + 1, m + n + 1, untuk i = n +, m (3n + 1), untuk i = n + 3. Terhadap pelabelan titik f, jumlah label dua titik yang bertetangga dapat dinyatakan sebagai berikut. f(w) + f(x 1 ) = m + m + n + 3, f(w) + f(y 1 ) = m + m + n + 5 α, m + m + n + 4, jika n (mod 4), f(w) + f(z 1 ) = m + m + n + 4, jika n 0, 1, 3 (mod 4), {f(x i ) + f(x i+1 ) : 1 i m 1} = { m + n + 4, m + n + 5,..., m + m + n + }, {f(y i ) + f(y i+1 ) : 1 i n 1} = {m + m + n + 6 α, m + m + n + 7 α,..., m + m + n + 4 α}, {f(z i ) + f(z i+1 ) : 1 i n + } = {m + m + n + 5, m + m + n + 6,..., m + m + 3n + 6}. Jadi himpunan S = {f(v) + f(w) vw E ( T (m, n, n + 3) ) } memuat bilangan bulat yang berurutan dengan maks(s) = m + m + 3n + 6. Berdasarkan Lemma III.4, f dapat diperluas menjadi suatu pelabelan ajaib super dari T (m, n, n + 3) dengan konstanta ajaib c = m + m + 5n Pelabelan titik dari graf T (4, 6, 9) yang ajaib super dengan konstanta ajaib 51 ditunjukkan pada Gambar III.7.

21 34 Gambar III.7. Pelabelan titik dari T (4, 6, 9). Teorema III.8 Untuk semua bilangan bulat m, n 1, graf T (m, n, n + 4) mempunyai pelabelan ajaib super. Bukti: Misalkan g adalah pelabelan titik pada T (m, n, n + 4) yang didefinisikan sebagai berikut. Kasus 1, n 0 mod, g(u) = f(u), untuk u = w, x i, dan y i, dimana f adalah pelabelan titik yang didefinisikan dalam Teorema III.7 dengan α = 1. Subkasus 1.1, n 0 mod 4, g(z i ) = m + n (i 1), untuk i 1 (mod 4), m + n (i 1), untuk i 3 (mod 4), m + n i, untuk i (mod 4), m + n i, untuk i 0 (mod 4). Subkasus 1., n mod 4, g(z i ) = m + n (i 1), untuk i 1 (mod 4), i n + 3, m + n (i 1), untuk i 3 (mod 4), m + n i, untuk i (mod 4), i n, n + 4, m + n i, untuk i 0 (mod 4), i n + m n, untuk i = n, m n, untuk i = n +, m+n + 1, untuk i = n + 3, m n, untuk i = n + 4.

22 35 Kasus, n 1 mod, g(u) = m + n + 4, jika u = w, m 1(i 1), jika u = x i untuk i 1 (mod ), m + n + 4 1i, jika u = x i untuk i 0 (mod ), m + + 1(i 1), jika u = y i untuk i 1 (mod ), m + n i, jika u = y i untuk i 0 (mod ). g(z i ) = m + 1, untuk i = 1, m + n (i 1), untuk i 1 (mod ), i 1, m + n i, untuk i 0 (mod ). Terhadap pelabelan titik g, jumlah label dari dua titik yang bertetangga dapat dinyatakan dengan formula berikut. Kasus 1, n 0 mod, g(w) + g(x 1 ) = m + m + n + 3, g(w) + g(y 1 ) = m + m + n + 4, g(w) + g(z 1 ) = m + m + n + 4, {g(x i ) + g(x i+1 ) 1 i m 1} = { m + n + 4, m + n + 5,..., m + m + n + }, {g(y i ) + g(y i+1 ) 1 i n 1} = {m + m + n + 5, m + m + n + 6,..., m + m + n + 3}, {g(z i ) + g(z i+1 ) 1 i n + 3} = {m + m + n + 5, m + m + n + 6,..., m + m + 3n + 7}. Kasus, n 1 mod, g(w) + g(x 1 ) = m + m + n + 4, g(w) + g(y 1 ) = m + m + n + 6, g(w) + g(z 1 ) = m + m + n + 5,

23 36 {g(x i ) + g(x i+1 ) 1 i m 1} = { m + n + 5, m + n + 6,..., m + m + n + 3}, {g(y i ) + g(y i+1 ) 1 i n 1} = {m + m + n + 7, m + m + n + 8,..., m + m + n + 5}, {g(z i ) + g(z i+1 ) 1 i n + 3} = {m + m + n + 6, m + m + n + 7,..., m + m + 3n + 8}. Jadi S = {g(v) + g(w) vw E(T (m, n, n + 4))} memuat bilangan bulat berurutan dengan maks(s) = m + 3n β. Berdasarkan Lemma III.4, g dapat diperluas menjadi suatu pelabelan ajaib super dari graf T (m, n, n+4) dengan konstanta ajaib m + 5n β. Sebagai ilustrasi, pelabelan titik dari graf T (3, 6, 10) yang ajaib super dengan konstanta ajaib 51 ditunjukkan pada Gambar III.8. Gambar III.8. Pelabelan titik dari T (3, 6, 10) Berdasarkan Lemma III.7, T (m, n, n + 3) dan T (m, n, n + 4) juga mempunyai pelabelan ajaib super dengan konstanta ajaib yang lain, seperti dinyatakan pada dua akibat berikut. Akibat III.3 Untuk semua bilangan bulat m, n 1, T (m, n, n + 3) mempunyai pelabelan ajaib super dengan konstanta ajaib 3m + 5n (m ). Akibat III.4 Untuk semua bilangan bulat m, n 1, T (m, n, n + 4) mempunyai pelabelan ajaib super dengan konstanta ajaib 3m + 5n + 1 β. Berdasarkan sifat pelabelan dual (Lemma III.1) dan Teorema III.7 dan III.8, serta Akibat III.3 dan III.4, didapatkan hasil berikut. Akibat III.5 Untuk semua bilangan bulat m, n 1, T (m, n, n + 3) mempunyai pelabelan ajaib dengan konstanta ajaib 4m + 7n (m ) atau 3m + 7n (m ).

24 37 Akibat III.6 Untuk semua bilangan bulat m, n 1, T (m, n, n + 4) mempunyai pelabelan ajaib dengan konstanta ajaib 4m + 7n + 15 β atau 3m + 7n + 18 β. Hasil-hasil di atas menunjukkan bahwa untuk k = n+3 dan k = n+4, graf T (m, n, k) merupakan graf ajaib super. Kami belum dapat menunjukkan bahwa T (m, n, k) merupakan graf ajaib super untuk semua nilai k. Kami juga telah membuktikan bahwa T (m, n, n+3) dan T (m, n, n+4) merupakan graf ajaib (super) untuk beberapa nilai konstanta ajaib c, belum untuk semua nilai c yang mungkin. Berikut adalah masalah terbuka yang belum tercakup dalam hasil-hasil yang sudah didapatkan. Masalah Terbuka III.1 Carilah suatu pelabelan ajaib (super) dari T (m, n, k) untuk semua nilai m, n, dan k yang mungkin. Masalah Terbuka III. Carilah suatu pelabelan ajaib (super) dari T (m, n, n + 3) dan T (m, n, n + 4) untuk nilai konstanta ajaib c yang lain. III.4.3 Pelabelan ajaib super pada graf lobster Pada subbab ini, kami mengkaji pelabelan ajaib super dari kelas graf lobster yaitu graf kembang api dan graf lobster yang mempunyai struktur khusus (lihat Gambar III.10). Misalkan G 1, G, G 3,..., G n adalah graf bintang yang saling lepas dan u i adalah sebuah titik pendan di G i, 1 i n. Graf pohon yang memuat G 1, G, G 3,..., G n dan sebuah lintasan yang menghubungkan u 1, u, u 3,..., u n disebut graf kembang api. Graf ini pertama kali diperkenalkan oleh Chen, Li, dan Yeh pada tahun Graf kembang api yang memuat graf bintang K 1,m1 +1, K 1,m +1,..., K 1,mn+1 dinotasikan dengan F C(m 1, m,..., m n ). Misalkan himpunan titik dan himpunan sisi dari F C(m 1, m,..., m n ) didefinisikan sebagai berikut. V (F C(m 1, m,..., m n )) = {u i, u i,i 1 i n} {u j i,i 1 i n, 1 j m i},

25 38 dan E(F C(m 1, m,..., m n )) = {u i u i+1 1 i n 1} {u i u i,i 1 i n} {u i,i u j i,i 1 i n, 1 j m i}. Jika m i = m untuk setiap 1 i n, graf kembang api F C(m 1, m,..., m n ) merupakan graf ajaib super seperti telah dibuktikan oleh Swaminathan dan Jeyanthi (006). Pada subbab ini akan dibuktikan bahwa graf kembang api F C(m 1, m,..., m n ) juga merupakan graf ajaib super untuk kasus m 1 m m 3... m n. Untuk membuktikan hal tersebut, misalkan konstanta α didefinisikan sebagai berikut. α = n 1, jika n ganjil, n, jika n genap. Teorema III.9 Jika m 1 m m 3... m n, maka F C(m 1, m,..., m n ) merupakan graf ajaib super. Bukti: Perhatikan pelabelan titik f : V (F C(m 1, m,..., m n )) {1,, 3,..., p}, dimana p = n + n i=1 m i, yang didefinisikan sebagai berikut. m 1 + i + i 1 h=1 f(u i ) = m h, jika i ganjil n + i + α h=0 m h+1 + i h=1 m h+1, jika i genap. Titik yang berderajat m i + 1, 1 i n, diberi label sebagai berikut. n + i + α h=0 f(u i,i ) = m h+1 + i 1 h=1 m h, jika i ganjil, i + i h=0 m h+1, jika i genap. Semua titik pendan diberi label sesuai dengan formula berikut. f(x) = j, jika x = u j 1,1, 1 j m 1, i + j 1 + i 3 h=0 m h+1, jika x = u j i,i, i 3 ganjil, dan 1 j γ, i + j + i 3 h=0 m h+1, jika x = u j i,i, i 3 ganjil, dan 1 + γ j m i, n + j + + α h=0 m h+1, jika x = u j,, 1 j m, ɛ 1, jika x = u j i,i, i 4 genap, dan 1 j δ, ɛ, jika x = u j i,i, i 4 genap, dan 1 + δ j m i,

26 39 dengan γ = i 1 h=1 m h i 3 h=1 m h+1, δ = i h=1 m h+1 i h=1 m h, and ɛ = n + i + j + α h=0 m h+1 + i h=1 m h. Terhadap pelabelan f jumlah label dua titik yang bertetangga dapat dinyatakan dengan formula berikut. f(u i ) + f(u i+1 ) = n + m 1 + i α m h+1 + h=0 i m h, 1 i n 1. n + m 1 + i + α h=0 f(u i ) + f(u i,i ) = m h+1 + i 1 h=1 m h, jika i ganjil, n + m 1 + i + α h=0 m h+1 + i h=1 m h, jika i genap. untuk i 3 ganjil, f(u i,i ) + f(u j i,i ) = untuk i 4 genap, f(u 1,1 ) + f(u j 1,1) = n j + h= α m h+1, 1 j m 1, h=0 n + i + j 1 + α h=0 m h+1 + i 1 h=1 m h, 1 j γ, n + i + j + α h=0 m h+1 + i 1 h=1 m h, γ + 1 j m i. f(u, ) + f(u j,) = n + m j + f(u i,i ) + f(u j i,i ) = Perhatikan bahwa untuk i = 1,, 3,..., n, α m h+1, 1 j m, h=0 n + i + j 1 + α h=0 m h+1 + i 1 h=1 m h, 1 j δ, n + i + j + α h=0 m h+1 + i 1 h=1 m h, δ + 1 j m i. A i = {f(u i,i ) + f(u j i,i ) 1 j m i} {f(u i ) + f(u i,i )} = {n + i + α h=0 m h+1 + i 1 h=1 m h, n + i α h=0 m h+1 + i 1 h=1 m h,..., n + i + m i + α h=0 m h+1 + i 1 h=1 m h}, dan untuk i = 1,, 3,..., n 1, B i = f(u i ) + f(u i+1 ) = n + m 1 + i α h=0 m h+1 + i h= m h. Tampak bahwa untuk i = 1,, 3,..., n, B i = maks(a i ) + 1

27 40 dan untuk i = 1,, 3,..., n 1, min(a i+1 ) = B i + 1. Berdasarkan hal ini dan karena A i, i = 1,, 3,..., n, himpunan bilangan yang berurutan, maka S = {f(x) + f(y) xy E(F C(m 1, m,..., m n ))} adalah himpunan bilangan bulat berurutan dengan maks(s) = p + n + α h=0 m h+1. Jadi f dapat diperluas menjadi suatu pelabelan ajaib super pada F C(m 1, m,..., m n ) dengan konstanta ajaib p + n α h=0 m h+1. Pelabelan titik dari graf kembang api F C(1, 3, 4, 6, 7, 8, 9) ditunjukkan pada Gambar III.9 Gambar III.9. Pelabelan titik dari graf kembang api Berdasarkan Teorema III.9 dan Lemma III.7, didapatkan akibat berikut. Akibat III.7 Jika m 1 m m 3... m n, maka F C(m 1, m,..., m n ) merupakan graf ajaib super dengan konstanta ajaib 3p n + 1 α h=0 m h+1. Berdasarkan sifat dualitas (Lemma III.1), F C(m 1, m,..., m n ) juga mempunyai suatu pelabelan ajaib seperti dinyatakan pada akaibat berikut. Akibat III.8 Jika m 1 m m 3... m n, maka F C(m 1, m,..., m n ) mempunyai pelabelan ajaib dengan konstanta ajaib 4p n 1 α h=0 m h+1 atau 3p + n 1 + α h=0 m h+1. Teorema III.9 memperumum hasil yang didapatkan oleh Swaminathan dan Jeyanthi (006), tetapi hasil tersebut belum meliputi seluruh graf kembang api yang ada. Oleh karena itu, kami kemukakan masalah terbuka berikut.

28 41 Masalah Terbuka III.3 Carilah suatu pelabelan ajaib super untuk setiap graf kembang api. Selanjutnya, kami mengkaji graf lobster H yang mempunyai struktur seperti pada Gambar III.10. Graf tersebut dinotasikan dengan L(l m 1,m 1, l m,m 3,..., l mn,m n+1 n ). Gambar III.10. Graf lobster dengan struktur tertentu Himpunan titik dan himpunan sisi dari H = L(l m 1,m 1, l m,m 3,..., l mn,m n+1 1 ) didefinisikan berikut. V (H) = {u i 1 i n} {v i,j 1 i n, j = 1, } {v k i,1 1 i n, 1 k m i } {v k i, 1 i n, 1 k m i+1 } {w i,h 1 i n, 1 h l i }, dan E(H) = {u i u i+1 1 i n 1} {u i v i,j 1 i n, j = 1, } {v i,1 v k i,1 1 i n, 1 k m i } {v i, v k i, 1 i n, 1 k m i+1 } {u i w i,h 1 i n, 1 h l i }. Teorema III.10 Untuk setiap l i 0, 1 i n, dan setiap m i 1, 1 i n + 1, H = L(l m 1,m 1, l m,m 3,..., l mn,m n+1 1 ) merupakan graf ajaib super. Bukti: Misalkan λ dan µ adalah dua konstanta yang didefinisikan seperti di bawah ini. dengan λ = 3n µ + m t + l t, t=1 n t=1 n + 1, jika n ganjil, µ = n, jika n genap.

29 4 Selanjutnya perhatikan pelabelan titik f : V (H) {1,, 3,..., p}, p = 3n + n i=1 l i + n i=1 m i + n+1 i= m i, yang didefinisikan sebagai berikut. f(u i ) = f(v i,1 ) = 1 (3i 1) + i λ + 3i + i 1 (3i ) + i t=1 m t + i 1 t= m t + i t=1 l t, jika i ganjil, t=0 l t+1, jika i genap. λ + 1(3i 1) + i t= m t + i 3 t=0 l t+1, jika i ganjil, t=1 m t + i t=1 l t, jika i genap. f(v i, ) = f(v i,1 ) + l i + 1, untuk semua i. Semua titik pendan diberi label seperti dinyatakan formula berikut. f(vi,1) k = 3 (i 1) + k + i 1 t=1 m t + i 1 t=1 l t, jika i ganjil, 1 k m i, λ + 1(3i ) + k + i 1 t= m t + i t=0 l t+1, jika i genap, 1 k m i. f(vi,) k = 1 (3i 1) + k + i λ + 3i + k + i t=1 m t + i 1 t= m t + i t=1 l t, jika i ganjil, 1 k m i+1, t=0 l t+1, jika i genap, 1 k m i+1. f(w i,h ) = f(v i,1 ) + h, untuk semua 1 i n, dan 1 h l i. Terhadap pelabelan f jumlah dua label titik yang bertetangga dapat dinyatakan sebagai berikut. f(v 1,1 ) + f(v k 1,1) = λ + k + 1, 1 k m 1, f(v i,1 ) + f(v k i,1) = λ + k + m 1 + 3i + m i + i 1 t= m t + i 1 t=1 l t, i n dan 1 k m i, f(u i ) + f(v i,1 ) = λ + m 1 + 3i 1 + i t= m t + i 1 t=1 l t, 1 i n, f(u i )+f(w i,h ) = λ+m 1 +h 1+3i+ i t= m t+ i 1 t=1 l t, 1 i n, dan 1 h l i, f(u i ) + f(v i, ) = λ + m 1 + 3i + l i + i t= m t + i 1 t=1 l t, 1 i n, f(v i, ) + f(v k i,) = λ + k m 1 + 3i + l i + i t= m t + i 1 t=1 l t, 1 i n, dan 1 k m i+1, dan f(u i ) + f(u i+1 ) = λ m i + m i+1 + i t=1 m t + i t=1 l t, 1 i n 1.

30 43 Untuk i = 1,, 3,..., n, misalkan A i = f(v i,1 ) + f(vi,1), k 1 k m i, B i = f(u i ) + f(v i,1 ), C i = f(u i ) + f(w i,h ), 1 h l i, D i = f(u i ) + f(v i, ), E i = f(v i, ) + f(vi,), k 1 k m i+1, dan untuk i = 1,, 3,..., n 1, F i = f(u i ) + f(u i+1 ). Maka, min(a 1 ) = λ +, dan maks(a 1 ) = λ + m 1 + 1, untuk i =, 3,..., n, i 1 i 1 min(a i ) = λ + m i + m i + m t + l t, t= t=1 i 1 i 1 maks(a i ) = λ + m 1 + 3i + m i + m t + l t, t= t=1 dan untuk i = 1,, 3,..., n, i i 1 min(c i ) = λ + m 1 + 3i + m t + l t, t= t=1 i i 1 maks(c i ) = λ + m i + l i + m t + l t, t= t=1 i i 1 min(e i ) = λ m i + l i + m t + l t, maks(e i ) = λ m 1 + 3i + l i + m i+1 + Tampak bahwa untuk i = 1,, 3,..., n berlaku t=1 t=1 i i 1 m t + l t. t=1 t=1 B i = maks(a i ) + 1, min(c i ) = B i + 1, D i = maks(c i ) + 1, min(e i ) = D i + 1, F i = maks(e i ) + 1,

31 44 dan untuk i = 1,, 3,..., n 1 min(a i+1 ) = F i. Karena hal ini dan karena A i, C i, dan E i adalah himpunan bilangan berurutan, maka S = {f(x) + f(y) xy E(G )} adalah himpunan bilangan bulat berurutan dengan maks(s) = p + λ. Berdasarkan Lemma III.4, f dapat diperluas menjadi suatu pelabelan ajaib super pada H dengan konstanta ajaib p λ. Pelabelan titik dari L(3 3,1, 1,, 4,1, 1,3, 3 3,4 ) ditunjukkan pada Gambar III.11. Gambar III.11. Pelabelan titik dari graf lobster yang mempunyai struktur seperti graf lobster pada Gambar III.10. Berdasarkan sifat pelabelan dual super (Lemma III.7) didapat akibat berikut. Akibat III.9 Untuk setiap l i 0, 1 i n, dan setiap m i 1, 1 i n + 1, H = L(l m 1,m 1, l m,m 3,..., l mn,m n+1 1 ) mempunyai pelabelan ajaib super dengan konstanta ajaib 3p + 1 λ. Berdasarkan fakta tersebut dan Lemma III.1 didapat akibat berikut. Akibat III.10 Untuk setiap l i 0, 1 i n, dan setiap m i 1, 1 i n + 1, H = L(l m 1,m 1, l m,m 3,..., l mn,m n+1 1 ) mempunyai pelabelan ajaib dengan konstanta ajaib 4p 1 λ atau 3p 1 + λ. III.4.4 Pelabelan ajaib pada graf rantai Block-cut-vertex graph dari suatu graf G adalah graf H yang titik-titiknya adalah blok dan titik potong dari G dimana dua titik bertetangga di H jika dan hanya jika satu titik berupa titik potong (di G) dan titik yang lain adalah blok (di G) yang memuat titik potong tersebut. Graf rantai didefinisikan sebagai graf yang terdiri dari B 1, B, B 3,..., B k blok, k, sehingga untuk setiap i, 1 i k 1, B i

32 45 dan B i+1 beririsan pada tepat satu titik sehingga block cut-vertex graph-nya adalah graf lintasan. Graf rantai pertama kali diperkenalkan oleh Barrientos (00). Graf rantai yang setiap bloknya adalah graf F dinotasikan dengan kf -lintasan. Pelabelan ajaib dari graf rantai sudah dikaji oleh beberapa peneliti. Misalnya, Lee dan Wang (003) mengkaji pelabelan ajaib super pada graf rantai dimana setiap bloknya berupa graf lengkap K n untuk suatu n. Pada subbab ini, kami mengkaji pelabelan ajaib dari graf rantai dimana setiap bloknya merupakan graf siklus C 4. Misalkan G adalah kc n -lintasan dengan k. Misalkan u 1, u,..., u k 1 adalah titik potong dari G. Misalkan d i menyatakan jarak antara u i dan u i+1 di G, 1 i k. (k )-tuple (d 1, d,..., d k ) disebut string dari G. String ini menentukan struktur dari G. Graf kc n -lintasan terdiri dari nk sisi dan (n 1)k +1 titik. Dari (n 1)k +1 titik tersebut, k 1 titik berderajat 4 dan titik yang lain berderajat. Selanjutnya, kami hanya memperhatikan kc 4 -lintasan saja. Suatu kc 4 -lintasan dapat dibentuk dari (k 1)C 4 -lintasan. Terdapat buah kc 4 -lintasan yang berbeda yang dapat dibentuk dari (k 1)C 4 -lintasan. Sebagai contoh dua buah 3C 4 -lintasan yang berbeda (Gambar III.1 (a) dan (b)) yang dibentuk dari C 4 -lintasan (Gambar III.1 (c)) ditunjukkan pada Gambar III.1. Gambar III.1. Pembentukkan 3C 4 -lintasan dari C 4 -lintasan Berbagai pelabelan graf telah dikaji untuk kc 4 -lintasan, misalnya pelabelan graceful dan pelabelan-α (Barientos, 004). Pada subbab ini akan dikaji pelabelan ajaib pada kc 4 -lintasan. Misalkan kc 4 -lintasan mempunyai suatu pelabelan ajaib dengan konstanta ajaib c, maka dengan argumen yang sama seperti pada Lemma III.8 kita mempunyai 4kc 7k+1 i=1 k 1 i + 3 i + i=1 3k+1 i=k i,

33 46 dan Jadi lemma berikut benar. 4kc 7k+1 i=1 i + 6k+ i=4k+1 i + 3 7k+1 i=6k+3 Lemma III.10 Jika kc 4 -lintasan merupakan graf ajaib, maka konstanta ajaib c terletak pada interval berikut: i. 1 k (15k + 7k + 1) c 1 k (7k + 5k 1). Pada tiga teorema berikut akan ditunjukkan bahwa H = kc 4 -lintasan dengan string (,,,..., ) mempunyai suatu pelabelan ajaib. Sebelumnya, misalkan himpunan titik dan himpunan sisi dari H didefinisikan sebagai berikut. V (H) = {u i 1 i k + 1} {v i 1 i k} dan E(H) = {u i v i 1 i k} {v i u i+1 1 i k} {u i v i+k 1 i k} {v k+i u i+1 1 i k}. Berdasarkan pendefinisian ini, u, u 3,..., u k adalah titik potong dari H. Teorema III.11 Untuk setiap k, H = kc 4 -lintasan dengan string (,,,..., ) merupakan graf ajaib dengan konstanta ajaib 8k + 4. Bukti: Perhatikan pelabelan f 1 : V (H) E(H) {1,, 3,..., 7k + 1} yang didefinisikan sebagai berikut. f 1 (x) = i, jika x = u i untuk 1 i k + 1, 4k i, jika x = v i untuk 1 i k, 1 + i, jika x = v i untuk k + 1 i k, 4k + 3 i, jika x = u i v i untuk 1 i k, 4k + i, jika x = v i u i+1 untuk 1 i k, 7k + 3 i, jika x = u i v k+i untuk 1 i k, 7k + i, jika x = v k+i u i+1 untuk 1 i k. Kemudian perhatikan bahwa f 1 (u i ) + f 1 (u i v i ) + f 1 (v i ) = i + (4k + 3 i) + (4k i) = 8k + 4,

34 47 f 1 (v i ) + f 1 (v i u i+1 ) + f 1 (u i+1 ) = (4k i) + (4k + i) + (i + 1) = 8k + 4, f 1 (u i ) + f 1 (u i v k+i ) + f 1 (v k+i ) = i + (7k + 3 i) + (i + k + 1) = 8k + 4, f 1 (v k+i ) + f 1 (v k+i u i+1 ) + f 1 (u i+1 ) = (i + k + 1) + (7k + i) + (i + 1) = 8k + 4. Jadi f 1 adalah suatu pelabelan ajaib pada H dengan konstanta ajaib 8k + 4. Teorema III.1 Untuk semua k, H = kc 4 -lintasan dengan string (,,,..., ) merupakan graf ajaib dengan konstanta ajaib 9k + 4. Bukti: Definisikan pelabelan f sebagai berikut. f (x) = i, jika x = u i untuk 1 i k + 1, 6k i, jika x = v i untuk 1 i k, k i, jika x = v i untuk k + 1 i k, 3k + 3 i, jika x = u i v i untuk 1 i k, 3k + i, jika x = v i u i+1 untuk 1 i k, 6k + 3 i, jika x = u i v k+i untuk 1 i k, 6k + i, jika x = v k+i u i+1 untuk 1 i k. Dengan argumen yang sama seperti pada Teorema III.11 dapat diperiksa bahwa f adalah suatu pelabelan ajaib dari V (H) E(H) ke {1,, 3,..., 7k + 1} dengan konstanta ajaib 9k + 4. Selanjutnya perhatikan pelabelan f 3 yang didefinisikan sebagai berikut. f 3 (x) = 3k + i, jika x = u i untuk 1 i k + 1, i, jika x = v i untuk 1 i k, 3k i, jika x = v i untuk k + 1 i k, 7k + 3 i, jika x = u i v i untuk 1 i k, 7k + i, jika x = v i u i+1 untuk 1 i k, 3k + i, jika x = u i v k+i untuk 1 i k, 3k + 1 i, jika x = v k+i u i+1 untuk 1 i k. Sekali lagi, dengan argumen yang sama seperti pada Teorema III.11 dapat diperiksa bahwa f 3 merupakan suatu pelabelan ajaib pada H dengan konstanta ajaib 10k + 3. Jadi teorema berikut benar.

Graf Ajaib (Super) dengan Sisi Pendan

Graf Ajaib (Super) dengan Sisi Pendan 54 Bab IV Graf Ajaib (Super) dengan Sisi Pen Pada bab ini disajikan metode untuk membentuk graf ajaib (super) baru dari graf ajaib (super) yang sudah diketahui. Berdasarkan metode tersebut diperoleh graf

Lebih terperinci

I.1 Latar belakang masalah

I.1 Latar belakang masalah 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar belakang masalah Pelabelan graf pada suatu graf G adalah suatu fungsi satu-satu yang memetakan elemen-elemen graf G ke himpunan bilangan (biasanya himpunan bilangan bulat

Lebih terperinci

Graf dan Operasi graf

Graf dan Operasi graf 6 Bab II Graf dan Operasi graf Dalam subbab ini akan diberikan konsep dasar, definisi dan notasi pada teori graf yang dipergunakan dalam penulisan disertasi ini. Konsep dasar tersebut ditulis sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II Graf dan Pelabelan Total Sisi-Ajaib Super

BAB II Graf dan Pelabelan Total Sisi-Ajaib Super BAB II Graf dan Pelabelan Total Sisi-Ajaib Super 2.1 Graf dan Beberapa Definisi Dasar Graf G=(V,E) didefinisikan sebagai pasangan terurut himpunan berhingga dan tak hampa V dan himpunan E. Himpunan V dinamakan

Lebih terperinci

DEFISIENSI SISI-AJAIB SUPER DARI GRAF KIPAS

DEFISIENSI SISI-AJAIB SUPER DARI GRAF KIPAS Jurnal Matematika UNAND Vol. No. 3 Hal. 5 ISSN : 303 90 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND DEFISIENSI SISI-AJAIB SUPER DARI GRAF KIPAS LIONI MASHITAH Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

KETOTALSISIAJAIBAN GRAF DAN DEFISIENSINYA DISERTASI

KETOTALSISIAJAIBAN GRAF DAN DEFISIENSINYA DISERTASI i KETOTALSISIAJAIBAN GRAF DAN DEFISIENSINYA DISERTASI Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dari Institut Teknologi Bandung Oleh Anak Agung Gede Ngurah NIM: 30104006 Institut

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB SUPER PADA GRAF

PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB SUPER PADA GRAF Jurnal LOG!K@, Jilid 6, No. 1, 2016, Hal. 23-31 ISSN 1978 8568 PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB SUPER PADA GRAF Yanne Irene Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Dasar

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Dasar Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini akan diuraikan konsep dasar dan teori graf yang berhubungan dengan topik penelitian ini, termasuk didalamnya mengenai pelabelan total tak teratur titik dan total vertex

Lebih terperinci

Pelabelan Selimut-H Ajaib pada Graf Bipartit Lengkap untuk Pendisainan Skema Pembagi Rahasia

Pelabelan Selimut-H Ajaib pada Graf Bipartit Lengkap untuk Pendisainan Skema Pembagi Rahasia Pelabelan Selimut-H Ajaib pada Graf Bipartit Lengkap untuk Pendisainan Skema Pembagi Rahasia Oleh: Dra. Mania Roswitha, M.Si Drs. Bambang Harjito, M. App. Sc. Ringkasan Suatu graf G(V,E) adalah suatu sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi dan konsep dasar dalam teori graf dan pelabelan graf yang akan digunakan pada bab selanjutnya. 2.1 Definisi dan Istilah Dalam Teori Graf

Lebih terperinci

Konsep Dasar dan Tinjauan Pustaka

Konsep Dasar dan Tinjauan Pustaka Bab II Konsep Dasar dan Tinjauan Pustaka Pembahasan bilangan Ramsey pada bab-bab berikutnya menggunakan definisi, notasi, dan konsep dasar teori graf yang sesuai dengan rujukan Chartrand dan Lesniak (1996),

Lebih terperinci

DEFISIENSI SISI-AJAIB SUPER DARI GRAF RANTAI

DEFISIENSI SISI-AJAIB SUPER DARI GRAF RANTAI Jurnal Matematika UNAND Vol. No. 3 Hal. 6 0 ISSN : 303 90 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND DEFISIENSI SISI-AJAIB SUPER DARI GRAF RANTAI RARA RIZHKI GRACELIA Program Studi Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makalah pertama mengenai teori graf ditulis oleh ahli matematika dari

BAB I PENDAHULUAN. Makalah pertama mengenai teori graf ditulis oleh ahli matematika dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makalah pertama mengenai teori graf ditulis oleh ahli matematika dari Swiss, Leonhard Euler, pada tahun 1736. Euler mencoba memecahkan persoalan jembatan Konigsberg.

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA GRAF RODA W n

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA GRAF RODA W n Jurnal Matematika UNAND Vol. No. 1 Hal. 37 1 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA GRAF RODA W n HERU PERMANA Program Studi Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL SISI ANTIAJAIB SUPER PADA GRAF

PELABELAN TOTAL SISI ANTIAJAIB SUPER PADA GRAF Jurnal LOG!K@ Jilid 6 No. 2 2016 Hal. 152-160 ISSN 1978 8568 PELABELAN TOTAL SISI ANTIAJAIB SUPER PADA GRAF Yanne Irene Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Syarif Hidayatullah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori graf merupakan salah satu cabang matematika yang banyak berperan dalam pengembangan matematika dari sisi teori maupun terapannya. Beberapa masalah dalam

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL (a, d)-titik ANTIAJAIB SUPER PADA GRAF PETERSEN YANG DIPERUMUM P (n, 3) DENGAN n GANJIL, n 7

PELABELAN TOTAL (a, d)-titik ANTIAJAIB SUPER PADA GRAF PETERSEN YANG DIPERUMUM P (n, 3) DENGAN n GANJIL, n 7 Jurnal Matematika UNAND Vol. No. Hal. 78 84 ISSN : 0 90 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PELABELAN TOTAL (a, d)-titik ANTIAJAIB SUPER PADA GRAF PETERSEN YANG DIPERUMUM P (n, ) DENGAN n GANJIL, n 7 IRANISA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf, graf pohon dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini 2.1 KONSEP DASAR GRAF Konsep

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang Masalah

I.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah Teori Ramsey adalah suatu area penelitian dalam teori graf yang sedang berkembang pesat dan mempunyai banyak aplikasi. Dalam makalah Rosta (2004) disebutkan

Lebih terperinci

(x)+ (fx; yg)+ (y) =k; untuk suatu konstanta tetap k. Selanjutnya konstanta tetap k disebut angka ajaib (konstanta ajaib) untuk graf G. Suatu graf G d

(x)+ (fx; yg)+ (y) =k; untuk suatu konstanta tetap k. Selanjutnya konstanta tetap k disebut angka ajaib (konstanta ajaib) untuk graf G. Suatu graf G d Pelabelan Total Sisi-Ajaib Pada Hasilkali Dua Graf Kristiana Wijaya 1,EdyTri Baskoro Jurusan Matematika FMIPA, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesa 10 Bandung, Indonesia, E-mails 1 krist 0@yahoo.com,

Lebih terperinci

Abstract

Abstract Pelabelan Total Super (a, d)-sisi Antimagic pada Graf Semi Parasut SP 2n 1 Karinda Rizqy Aprilia 1,2, Ika Hesti A 1,2, Dafik 1,3 1 CGANT - Universitas Jember 2 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Jember

Lebih terperinci

BAB II TEORI GRAF DAN PELABELAN GRAF. Dalam bab ini akan diberikan beberapa definisi dan konsep dasar dari

BAB II TEORI GRAF DAN PELABELAN GRAF. Dalam bab ini akan diberikan beberapa definisi dan konsep dasar dari BAB II TEORI GRAF DAN PELABELAN GRAF Dalam bab ini akan diberikan beberapa definisi dan konsep dasar dari teori graf, serta akan dijelaskan beberapa jenis pelabelan graf yang akan digunakan pada bab-bab

Lebih terperinci

Khunti Qonaah, Mania Roswitha, dan Pangadi Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret

Khunti Qonaah, Mania Roswitha, dan Pangadi Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret PELABELAN SELIMUT (a, d) CY CLE TOTAL ANTI AJAIB SUPER PADA GRAF BUNGA MATAHARI, GRAF BROKEN FAN, DAN GRAF GENERALIZED FAN Khunti Qonaah, Mania Roswitha, dan Pangadi Program Studi Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Pada bab ini akan dijabarkan teori graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf

KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Pada bab ini akan dijabarkan teori graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf II. KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON Pada bab ini akan dijabarkan teori graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini. 2.1 Konsep Dasar Graf Pada bagian ini

Lebih terperinci

BAB III PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB SUPER. 3.1 Pelabelan Total Sisi-Ajaib Super Pada Graf Lintasan

BAB III PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB SUPER. 3.1 Pelabelan Total Sisi-Ajaib Super Pada Graf Lintasan BAB III PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB SUPER. Pelabelan Total Sisi-Ajaib Super Pada Graf Lintasan Sebuah graf lintasan P n dapat diperoleh dari sebuah graf lingkaran C n dengan cara menghilangkan satu buah

Lebih terperinci

Abstract

Abstract Super (a,d)-h-antimagic Total Selimut pada Graf Centipede Agrita Kanty Purnapraja, Fia Cholidah, Dafik 1,3 1 CGANT- Universitas Jember Program Studi Matematika FMIPA Universitas Jember 3 Program Studi

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA SUBDIVISI GRAF BINTANG

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA SUBDIVISI GRAF BINTANG Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. Hal. 38 44 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA SUBDIVISI GRAF BINTANG RUSMANSYAH, SYAFRUDDIN Program Studi

Lebih terperinci

PELABELAN SISI AJAIB DAN SISI AJAIB SUPER PADA GRAF KIPAS, GRAF TANGGA, GRAF PRISMA, GRAF LINTASAN, GRAF SIKEL, DAN GRAF BUKU

PELABELAN SISI AJAIB DAN SISI AJAIB SUPER PADA GRAF KIPAS, GRAF TANGGA, GRAF PRISMA, GRAF LINTASAN, GRAF SIKEL, DAN GRAF BUKU PELABELAN SISI AJAIB DAN SISI AJAIB SUPER PADA GRAF KIPAS, GRAF TANGGA, GRAF PRISMA, GRAF LINTASAN, GRAF SIKEL, DAN GRAF BUKU Anina Tikasari, Budi Rahadjeng, S.Si, M.Si., Jurusan Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

MENENTUKAN NILAI KETIDAKTERATURAN GRAF KEMBANG API YANG DIPERUMUM. Edy Saputra, Nurdin, dan Hasmawati

MENENTUKAN NILAI KETIDAKTERATURAN GRAF KEMBANG API YANG DIPERUMUM. Edy Saputra, Nurdin, dan Hasmawati MENENTUKAN NILAI KETIDAKTERATURAN GRAF KEMBANG API YANG DIPERUMUM Edy Saputra, Nurdin, dan Hasmawati Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin (UNHAS), Jln

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini.. Konsep Dasar Graf Pada bagian ini akan

Lebih terperinci

MAGIC STRENGTH PADA GRAF PATH, BISTAR, DAN CYCLE GANJIL DIMAS ENGGAR SATRIA

MAGIC STRENGTH PADA GRAF PATH, BISTAR, DAN CYCLE GANJIL DIMAS ENGGAR SATRIA MAGIC STRENGTH PADA GRAF PATH, BISTAR, DAN CYCLE GANJIL DIMAS ENGGAR SATRIA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Sebuah graf sederhana G adalah pasangan terurut G = (V, E) dengan V adalah

Sebuah graf sederhana G adalah pasangan terurut G = (V, E) dengan V adalah BAB II KAJIAN TEORI II.1 Teori-teori Dasar Graf II.1.1 Definisi Graf Sebuah graf sederhana G adalah pasangan terurut G = (V, E) dengan V adalah himpunan tak kosong dari titik graf G, dan E, himpunan sisi

Lebih terperinci

3 Program Studi Matematika FKIP Universitas Jember. Abstract

3 Program Studi Matematika FKIP Universitas Jember. Abstract Super (a,d)-h-antimagic Total Selimut pada Shackle Graf Triangular Book Putri Rizky H.P. 1,, Ika Hesti A. 1,, Dafik 1,3 1 CGANT - Universitas Jember Jurusan Matematika FMIPA Universitas Jember Putrirhp@gmail.com,

Lebih terperinci

EDGE-MAGIC TOTAL LABELING PADA BEBERAPA JENIS GRAPH

EDGE-MAGIC TOTAL LABELING PADA BEBERAPA JENIS GRAPH LAPORAN PENELITIAN MANDIRI EDGE-MAGIC TOTAL LABELING PADA BEBERAPA JENIS GRAPH Oleh Abdussakir, M.Pd UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI JURUSAN MATEMATIKA MEI 005 EDGE-MAGIC TOTAL

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA GRAF SIKLUS DENGAN BANYAK TITIK GENAP

PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA GRAF SIKLUS DENGAN BANYAK TITIK GENAP Jurnal Matematika UNAND Vol. No. 3 Hal. 66 7 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA GRAF SIKLUS DENGAN BANYAK TITIK GENAP RIRIN INDARWATI Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

BAB 2. Konsep Dasar. 2.1 Definisi graf

BAB 2. Konsep Dasar. 2.1 Definisi graf BAB 2 Konsep Dasar 21 Definisi graf Suatu graf G = (V(G), E(G)) didefinisikan sebagai pasangan himpunan 2 titik V(G) dan himpunan sisi E(G) dengan V(G) dan E(G) [ VG ( )] Sebagai contoh, graf G 1 = (V(G

Lebih terperinci

SUPER EDGE-MAGIC PADA GRAF YANG MEMUAT BEBERAPA CYCLE GANJIL

SUPER EDGE-MAGIC PADA GRAF YANG MEMUAT BEBERAPA CYCLE GANJIL J. Math. and Its Appl. ISSN: 189-605X Vol. 6, No. 1, May 009, 5 33 SUPER EDGE-MAGIC PADA GRAF YANG MEMUAT BEBERAPA CYCLE GANJIL Suhud Wahyudi, Chairul Imron Jurusan Matematika, FMIPA ITS Surabaya suhud@matematika.its.ac.id,

Lebih terperinci

ALTERNATIF PEMBUKTIAN DAN PENERAPAN TEOREMA BONDY. Hasmawati Jurusan Matematika, Fakultas Mipa Universitas Hasanuddin

ALTERNATIF PEMBUKTIAN DAN PENERAPAN TEOREMA BONDY. Hasmawati Jurusan Matematika, Fakultas Mipa Universitas Hasanuddin ALTERNATIF PEMBUKTIAN DAN PENERAPAN TEOREMA BONDY Hasmawati Jurusan Matematika, Fakultas Mipa Universitas Hasanuddin hasma_ba@yahoo.com Abstract Graf yang memuat semua siklus dari yang terkecil sampai

Lebih terperinci

Super (a,d)-h- antimagic total covering of connected amalgamation of fan graph

Super (a,d)-h- antimagic total covering of connected amalgamation of fan graph Super (a,d)-h- antimagic total covering of connected amalgamation of fan graph S. Latifah 1,, I. H. Agustin 1,, Dafik 1,3 1 CGANT - University of Jember Mathematics Department - University of Jember 3

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL -SISI ANTI AJAIB SUPER UNTUK GRAF ULAT SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH: RIRI EMARINE SUSUR BP

PELABELAN TOTAL -SISI ANTI AJAIB SUPER UNTUK GRAF ULAT SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH: RIRI EMARINE SUSUR BP PELABELAN TOTAL -SISI ANTI AJAIB SUPER UNTUK GRAF ULAT SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH: RIRI EMARINE SUSUR BP. 06 934 035 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan. kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini.

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan. kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini. 6 II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini. 2.1 Konsep Dasar Graf Pada sub bab ini akan diberikan

Lebih terperinci

Bilangan Ramsey untuk Kombinasi Bintang dan Beberapa Graf Tertentu

Bilangan Ramsey untuk Kombinasi Bintang dan Beberapa Graf Tertentu Bab III Bilangan Ramsey untuk Kombinasi Bintang dan Beberapa Graf Tertentu Kajian penentuan bilangan Ramsey untuk bintang dan bintang telah tuntas, dilakukan Burr dkk. (1973). Penentuan bilangan Ramsey

Lebih terperinci

Karakteristik Himpunan Kritis dalam Pelabelan TSA pada Graf Pohon

Karakteristik Himpunan Kritis dalam Pelabelan TSA pada Graf Pohon Jurnal Matematika Integratif ISSN 1412-6184 Volume 12 No 1, April 2016, pp 51 58 Karakteristik Himpunan Kritis dalam Pelabelan TSA pada Graf Pohon Triyani 1, Siti Rahmah Nurshiami1 2, Ari Wardayani 3,

Lebih terperinci

Bilangan Ramsey untuk Graf Gabungan

Bilangan Ramsey untuk Graf Gabungan Bab IV Bilangan Ramsey untuk Graf Gabungan Kajian penentuan bilangan Ramsey untuk suatu graf dengan gabungan saling lepas beberapa graf telah dilakukan oleh Burr dkk. (1975). Burr dkk. menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PELABELAN SISI AJAIB SUPER PADA GRAF ULAT

KONSTRUKSI PELABELAN SISI AJAIB SUPER PADA GRAF ULAT Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 3 (2014), hal 227 234. KONSTRUKSI PELABELAN SISI AJAIB SUPER PADA GRAF ULAT Okki Darmawan, Nilamsari Kusumastuti, Yundari INTISARI Graf

Lebih terperinci

Bab 2. Teori Dasar. 2.1 Definisi Graf

Bab 2. Teori Dasar. 2.1 Definisi Graf Bab 2 Teori Dasar Pada bagian ini diberikan definisi-definisi dasar dalam teori graf berikut penjabaran mengenai kompleksitas algoritma beserta contohnya yang akan digunakan dalam tugas akhir ini. Berikut

Lebih terperinci

Bilangan Ramsey untuk Graf Bintang Genap Terhadap Roda Genap

Bilangan Ramsey untuk Graf Bintang Genap Terhadap Roda Genap Vol.4, No., 49-53, Januari 08 Bilangan Ramsey untuk Graf Bintang Genap erhadap Roda Genap Hasmawati Abstrak Untuk sebarang graf G dan H, bilangan Ramsey R(G,H) adalah bilangan asli terkecil n sedemikian

Lebih terperinci

Novri Anggraeni, Dafik CGANT-Universitas Jember Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember novrianggraeni93,

Novri Anggraeni, Dafik CGANT-Universitas Jember Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember novrianggraeni93, Super (a, d)-h-antimagic Total Covering of Amalgamation Graph K 4 and W 4 Novri Anggraeni, Dafik CGANT-Universitas Jember Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember novrianggraeni93, d.dafik@gmail.com

Lebih terperinci

Pelabelan Total (a, d)-simpul Antimagic pada Digraf Matahari

Pelabelan Total (a, d)-simpul Antimagic pada Digraf Matahari Pelabelan Total (a, d)-simpul Antimagic pada Digraf Matahari Yuni Listiana, Darmaji Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

Penerapan Teorema Bondy pada Penentuan Bilangan Ramsey Graf Bintang Terhadap Graf Roda

Penerapan Teorema Bondy pada Penentuan Bilangan Ramsey Graf Bintang Terhadap Graf Roda Vol. 9, No.2, 114-122, Januari 2013 Penerapan Teorema Bondy pada Penentuan Bilangan Ramsey Graf Bintang Terhadap Graf Roda Hasmawati 1 Abstrak Graf yang memuat semua siklus dari yang terkecil sampai ke

Lebih terperinci

Himpunan Kritis Pada Graph Cycle

Himpunan Kritis Pada Graph Cycle J. Math. and Its Appl. ISSN: -0X Vol., No., Nov 00, Himpunan Kritis Pada Graph Cycle Chairul Imron Jurusan Matematika FMIPA ITS Surabaya imron-its@matematika.its.ac.id Abstract Berawal dari bujursangkar

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL SISI AJAIB SUPER (TSAS) PADA GABUNGAN GRAF BINTANG GANDA DAN LINTASAN ABSTRACT

PELABELAN TOTAL SISI AJAIB SUPER (TSAS) PADA GABUNGAN GRAF BINTANG GANDA DAN LINTASAN ABSTRACT Online Jurnal of Natural Scice, Vol. (1): 1-10 ISSN: 338-0950 Maret 013 PELABELAN TOTAL SISI AJAIB SUPER (TSAS) PADA GABUNGAN GRAF BINTANG GANDA DAN LINTASAN I W. Sudarsana 1, Noiana, S. Musdalifah 3 dan

Lebih terperinci

Pelabelan Total Super (a, d)-sisi Antimagic pada Gabungan Saling Lepas Graf Bintang dengan Teknik Pewarnaan Titik

Pelabelan Total Super (a, d)-sisi Antimagic pada Gabungan Saling Lepas Graf Bintang dengan Teknik Pewarnaan Titik Pelabelan Total Super (a, d)-sisi Antimagic pada Gabungan Saling Lepas Graf Bintang dengan Teknik Pewarnaan Titik Devi Eka W M, Dafik 1,3 1 CGANT-University of Jember Department of Mathematics FMIPA University

Lebih terperinci

II. KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Graf G adalah himpunan terurut ( V(G), E(G)), dengan V(G) menyatakan

II. KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Graf G adalah himpunan terurut ( V(G), E(G)), dengan V(G) menyatakan II. KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON 2.1 Konsep Dasar Graf Teori dasar mengenai graf yang akan digunakan dalam penelitian ini diambil dari Deo (1989). Graf G adalah himpunan terurut ( V(G), E(G)), dengan

Lebih terperinci

MEMBENTUK PELABELAN SISI AJAIB SUPER PADA GRAF KEMBANG API

MEMBENTUK PELABELAN SISI AJAIB SUPER PADA GRAF KEMBANG API Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 1 (2015), hal 1 8. MEMBENTUK PELABELAN SISI AJAIB SUPER PADA GRAF KEMBANG API Martina Ikopitria, Nilamsari Kusumastuti, Bayu Prihandono

Lebih terperinci

Pelabelan Product Cordial Graf Gabungan pada Beberapa Graf Sikel dan Shadow Graph Sikel

Pelabelan Product Cordial Graf Gabungan pada Beberapa Graf Sikel dan Shadow Graph Sikel Pelabelan Product Cordial Graf Gabungan pada Beberapa Graf Sikel dan Ana Mawati*), Robertus Heri Sulistyo Utomo S.Si, M.Si*), Siti Khabibah S.Si, M.Sc*) Matematika, Fakultas Sains dan Matematika, UNDIP,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk menjelaskan pelabelan analytic mean pada graf bayangan dari graf bintang K 1,n dan graf bayangan dari graf bistar B n,n perlu adanya beberapa teori dasar yang akan menunjang

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Graf

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Graf Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Graf Suatu graf G terdiri dari himpunan tak kosong terbatas dari objek yang dinamakan titik dan himpunan pasangan (boleh kosong) dari titik G yang dinamakan sisi. Himpunan

Lebih terperinci

PELABELAN SUPER GRACEFUL PADA GRAPH. Griselda Afrian Y, Purwanto, dan Lucky Tri Oktoviana Universitas Negeri Malang

PELABELAN SUPER GRACEFUL PADA GRAPH. Griselda Afrian Y, Purwanto, dan Lucky Tri Oktoviana Universitas Negeri Malang PELABELAN SUPER GRACEFUL PADA GRAPH Griselda Afrian Y, Purwanto, dan Lucky Tri Oktoviana Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Pelabelan pada suatu graph adalah pemetaan yang memetakan unsur-unsur graph yaitu

Lebih terperinci

Pelabelan Harmonis Ganjil pada Kelas Graf Baru Hasil Operasi Cartesian Product

Pelabelan Harmonis Ganjil pada Kelas Graf Baru Hasil Operasi Cartesian Product Edisi: Oktober 07. Vol. 03 No. 0 ISSN: 57-359 E-ISSN: 57-367 Pelabelan Harmonis Ganjil pada Kelas Graf Baru Hasil Operasi Cartesian Product Fery Firmansah, Muhammad Ridlo Yuwono Pend. Matematika, Universitas

Lebih terperinci

GRAF AJAIB TOTAL. Kata Kunci: total magic labeling, vertex magic, edge magic

GRAF AJAIB TOTAL. Kata Kunci: total magic labeling, vertex magic, edge magic Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 86 91 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND GRAF AJAIB TOTAL RIZA YANI Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Edge-Magic Total Labeling pada Graph mp 2 (m bilangan asli ganjil) Oleh Abdussakir

Edge-Magic Total Labeling pada Graph mp 2 (m bilangan asli ganjil) Oleh Abdussakir Jurnal Saintika (ISSN 1693-640X) Edisis Khusus Dies Natalis UIN Malang, Juni 005. Halaman -7 Edge-Magic Total Labeling pada Graph mp (m bilangan asli ganjil) Oleh Abdussakir Abstrak Pelabelan total sisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi sebagai landasan teori dari penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi sebagai landasan teori dari penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan kromatik lokasi sebagai landasan teori dari penelitian ini. 2.1 Konsep Dasar Graf Beberapa konsep dasar

Lebih terperinci

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf BAB 2 GRAF PRIMITIF Pada Bagian ini akan dijelaskan beberapa definisi dan teorema terkait graf, matriks adjency, terhubung, primitifitas, dan scrambling index sebagai landasan teori yang menjadi acuan

Lebih terperinci

v 3 e 2 e 4 e 6 e 3 v 4

v 3 e 2 e 4 e 6 e 3 v 4 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi graf sebagai landasan teori dari penelitian ini... Konsep Dasar Graf Pada bagian ini akan diberikan

Lebih terperinci

SUPER EDGE MAGIC STRENGTH PADA GRAF FIRE CRACKERS DAN GRAF BANANA TREES ANDINI QASHRINA DARMANAGARI

SUPER EDGE MAGIC STRENGTH PADA GRAF FIRE CRACKERS DAN GRAF BANANA TREES ANDINI QASHRINA DARMANAGARI SUPER EDGE MAGIC STRENGTH PADA GRAF FIRE CRACKERS DAN GRAF BANANA TREES ANDINI QASHRINA DARMANAGARI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL TRINGULAR PADA BEBERAPA KELAS GRAF POHON

PELABELAN TOTAL TRINGULAR PADA BEBERAPA KELAS GRAF POHON JIMT Vol. 13 No. 2 Desember 2016 (Hal 17-24) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X PELABELAN TOTAL TRINGULAR PADA BEBERAPA KELAS GRAF POHON I. Yesi 1, I W. Sudarsana 2, dan S. Musdalifah

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA GRAF LENGKAP DENGAN METODE MODIFIKASI MATRIK BUJURSANGKAR AJAIB DENGAN n GANJIL, n 3

PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA GRAF LENGKAP DENGAN METODE MODIFIKASI MATRIK BUJURSANGKAR AJAIB DENGAN n GANJIL, n 3 Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 34 40 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA GRAF LENGKAP DENGAN METODE MODIFIKASI MATRIK BUJURSANGKAR AJAIB DENGAN

Lebih terperinci

Penerapan Pewarnaan Titik untuk Super (a, d) H Antimagic Total Covering pada Gabungan Graf Khusus

Penerapan Pewarnaan Titik untuk Super (a, d) H Antimagic Total Covering pada Gabungan Graf Khusus Penerapan Pewarnaan Titik untuk Super (a, d) H Antimagic Total Covering pada Gabungan Graf Khusus Yuli Nur Azizah 1, Dafik 1 CGANT-Universitas Jember 1 Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teori graf adalah bagian dari matematika diskrit yang banyak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Teori graf adalah bagian dari matematika diskrit yang banyak digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori graf adalah bagian dari matematika diskrit yang banyak digunakan sebagai alat bantu untuk menggambarkan atau menyatakan suatu persolan agar lebih mudah dimengerti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori penelitian ini. 2. Konsep Dasar Graf Teori dasar mengenai graf

Lebih terperinci

III. BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF. Bilangan kromatik lokasi graf pertama kali dikaji oleh Chartrand dkk.(2002). = ( ) {1,2,3,, } dengan syarat

III. BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF. Bilangan kromatik lokasi graf pertama kali dikaji oleh Chartrand dkk.(2002). = ( ) {1,2,3,, } dengan syarat III. BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF Bilangan kromatik lokasi graf pertama kali dikaji oleh Chartrand dkk.00). Konsep ini merupakan pengembangan dari konsep dimensi partisi dan pewarnaan graf. Pewarnaan

Lebih terperinci

E-Jurnal Matematika Vol. 6 (2), Mei 2017, pp. 143-151 ISSN: 2303-1751 PELABELAN SELIMUT TOTAL SUPER (a,d)-h ANTIMAGIC PADA GRAPH LOBSTER BERATURAN Tira Catur Rosalia 1, Luh Putu Ida Harini 2, Kartika Sari

Lebih terperinci

PELABELAN SELIMUT TOTAL SUPER (a,d)-h ANTIMAGIC PADA GRAPH LOBSTER BERATURAN

PELABELAN SELIMUT TOTAL SUPER (a,d)-h ANTIMAGIC PADA GRAPH LOBSTER BERATURAN E-Jurnal Matematika Vol 6 (2), Mei 2017, pp 143-151 ISSN: 2303-1751 PELABELAN SELIMUT TOTAL SUPER (a,d)-h ANTIMAGIC PADA GRAPH LOBSTER BERATURAN Tira Catur Rosalia 1, Luh Putu Ida Harini 2, Kartika Sari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... iv. ABSTRAK...v. ABSTRACT... vi. KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... iv. ABSTRAK...v. ABSTRACT... vi. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... i LEMBAR PERSEMBAHAN... ii LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... iv ABSTRAK...v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMBANG DAN ISTILAH...

Lebih terperinci

Abstract

Abstract Super (a,d)-h-antimagic Total Covering pada Graf Semi Windmill Sherly Citra W 1,, Ika Hesti A 1,, Dafik 1,3 1 CGANT-Universitas Jember Jurusan Matematika FMIPA Universitas Jember, clyqueen@gmail.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab 1 merupakan pendahuluan dari kajian yang akan dilakukan. Pada bab ini akan dibahas latar belakang penulis dalam pemilihan judul kajian. Selain latar belakang, dijelaskan pula tentang

Lebih terperinci

aisy 3 Program Studi Matematika FKIP Universitas Jember, Abstract

aisy  3 Program Studi Matematika FKIP Universitas Jember, Abstract SUPER (a,d)-h ANTIMAGIC TOTAL COVERING PADA GRAF TRIANGULAR LADDER Nur Asia J. 1,2, Ika Hesti A. 1,2, Dafik 1,3 1 CGANT - Universitas Jember 2 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Jember, aisy jameel@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL BUSUR AJAIB b-busur BERURUTAN SKRIPSI SRI WAHYUNI WULANDARI

PELABELAN TOTAL BUSUR AJAIB b-busur BERURUTAN SKRIPSI SRI WAHYUNI WULANDARI UNIVERSITAS INDONESIA PELABELAN TOTAL BUSUR AJAIB b-busur BERURUTAN PADA GRAF LOBSTER SEMI TERATUR L n (r, 0; 1, r) DAN L n (r, 0; 1, s) SKRIPSI SRI WAHYUNI WULANDARI 080635756 FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

PELABELAN GRACEFUL SISI BERARAH PADA GRAF GABUNGAN GRAF SIKEL DAN GRAF STAR. Putri Octafiani 1, R. Heri Soelistyo U 2

PELABELAN GRACEFUL SISI BERARAH PADA GRAF GABUNGAN GRAF SIKEL DAN GRAF STAR. Putri Octafiani 1, R. Heri Soelistyo U 2 PELABELAN GRACEFUL SISI BERARAH PADA GRAF GABUNGAN GRAF SIKEL DAN GRAF STAR Putri Octafiani 1, R. Heri Soelistyo U 2 1,2 Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini dipaparkan beberapa hasil penelitian yang dilakukan para peneliti sebelumnya, pengertian dasar graf, operasi-operasi pada graf, kelas-kelas graf dan dimensi partisi

Lebih terperinci

Pelabelan Total Super (a,d)-sisi Antimagic Pada Graf Buah Naga

Pelabelan Total Super (a,d)-sisi Antimagic Pada Graf Buah Naga Pelabelan Total Super (a,d)-sisi Antimagic Pada Graf Buah Naga Agnes Ika Nurvitaningrum 1,, Dafik 1,, Susi Setiawani 1 CGANT- University of Jember Department of Mathematics Education FKIP University of

Lebih terperinci

PELABELAN L(2,1) PADA OPERASI BEBERAPA KELAS GRAF

PELABELAN L(2,1) PADA OPERASI BEBERAPA KELAS GRAF JIMT Vol. 13 No. Desember 016 (Hal 73-84) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 450 766X PELABELAN L(,1) PADA OPERASI BEBERAPA KELAS GRAF S. Fatimah 1, I W. Sudarsana, dan S. Musdalifah 3 1,,3 Program

Lebih terperinci

Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto,SH. Tembalang Semarang 50275, Indonesia

Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto,SH. Tembalang Semarang 50275, Indonesia PELABELAN Q a P b SUPER GRACEFUL SISI PADA GRAF KUBUS HIPER Q k UNTUK k 3 Destian Dwi Asyani 1, Bayu Surarso, Robertus Heri Soelistyo Utomo 3 1,,3 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Matematika, Universitas

Lebih terperinci

Suatu graf G adalah pasangan himpunan (V, E), dimana V adalah himpunan titik

Suatu graf G adalah pasangan himpunan (V, E), dimana V adalah himpunan titik BAB II DASAR TEORI 2.1 Teori Dasar Graf 2.1.1 Graf dan Graf Sederhana Suatu graf G adalah pasangan himpunan (V, E), dimana V adalah himpunan titik yang tak kosong dan E adalah himpunan sisi. Untuk selanjutnya,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PELABELAN GRACEFUL DAN PELABELAN PADA GRAF POT BUNGA DAN GRAF POHON PALEM

UNIVERSITAS INDONESIA PELABELAN GRACEFUL DAN PELABELAN PADA GRAF POT BUNGA DAN GRAF POHON PALEM UNIVERSITAS INDONESIA PELABELAN GRACEFUL DAN PELABELAN PADA GRAF POT BUNGA DAN GRAF POHON PALEM Tesis diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains MUZAYYIN AHMAD NPM 1006786202

Lebih terperinci

KARAKTERISASI GRAF POHON DENGAN BILANGAN KROMATIK LOKASI 3

KARAKTERISASI GRAF POHON DENGAN BILANGAN KROMATIK LOKASI 3 Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 2 Hal. 71 77 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND KARAKTERISASI GRAF POHON DENGAN BILANGAN KROMATIK LOKASI 3 FAIZAH, NARWEN Program Studi Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

MA3051 Pengantar Teori Graf. Semester /2014 Pengajar: Hilda Assiyatun

MA3051 Pengantar Teori Graf. Semester /2014 Pengajar: Hilda Assiyatun MA3051 Pengantar Teori Graf Semester 1 2013/2014 Pengajar: Hilda Assiyatun Bab 1: Graf dan subgraf Graf G : tripel terurut VG, E G, ψ G ) V G himpunan titik (vertex) E G himpunan sisi (edge) ψ G fungsi

Lebih terperinci

Super (a,d)-h-antimagic Total Covering of Connected Semi Jahangir Graph

Super (a,d)-h-antimagic Total Covering of Connected Semi Jahangir Graph Super (a,d)-h-antimagic Total Covering of Connected Semi Jahangir Graph Diana Hardiyantik 1,, Ika Hesti A. 1,, Dafik 1,3 1 CGANT - University of Jember Mathematics Departement - University of Jember 3

Lebih terperinci

SUPER EDGE-MAGIC LABELING PADA GRAPH ULAT DENGAN HIMPUNAN DERAJAT {1, 4} DAN n TITIK BERDERAJAT 4

SUPER EDGE-MAGIC LABELING PADA GRAPH ULAT DENGAN HIMPUNAN DERAJAT {1, 4} DAN n TITIK BERDERAJAT 4 SUPER EDGE-MAGIC LABELING PADA GRAPH ULAT DENGAN HIMPUNAN DERAJAT {1, 4} DAN n TITIK BERDERAJAT 4 Abdussakir Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Lebih terperinci

Pelabelan Total Super (a, d)-sisi Antimagic pada Graf Daun. Pendahuluan

Pelabelan Total Super (a, d)-sisi Antimagic pada Graf Daun. Pendahuluan Pelabelan Total Super (a, d)-sisi Antimagic pada Graf Daun Sih Muhni Y. 1,2, Ika Hesti A. 1,2, Dafik 1,3 1 CGANT - Universitas Jember 2 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Jember nichachapri@gmail.com

Lebih terperinci

Oleh : Hilda Rizky Ningtyas Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2012

Oleh : Hilda Rizky Ningtyas Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2012 Oleh : Hilda Rizky Ningtyas 1208 100 019 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2012 Latar Belakang Teori Graf Pelabelan Pelabelan Ajaib Latar

Lebih terperinci

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF ULAT

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF ULAT Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 1 6 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF ULAT AIDILLA DARMAWAHYUNI, NARWEN Program Studi Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN NILAI TOTAL KETAKTERATURAN TOTAL DARI DUA COPY GRAF BINTANG. Rismawati Ramdani

Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN NILAI TOTAL KETAKTERATURAN TOTAL DARI DUA COPY GRAF BINTANG. Rismawati Ramdani NILAI TOTAL KETAKTERATURAN TOTAL DARI DUA COPY GRAF BINTANG Rismawati Ramdani Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung rismawatiramdani@gmail.com, Abstrak Misalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan peranannya, terutama pada sektor sistem komunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan peranannya, terutama pada sektor sistem komunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pelabelan graf merupakan suatu topik dalam teori graf. Objek kajiannya berupa graf yang secara umum direpresentasikan oleh titik dan sisi serta himpunan bagian bilangan

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi-anti AJAIB PADA GRAF BINTANG

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi-anti AJAIB PADA GRAF BINTANG PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi-anti AJAIB PADA GRAF BINTANG SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA Oleh DWI NOVA RIZA 05134046 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

Lebih terperinci

Super (a, d)-h-antimagic Total Selimut pada Graf Shackle Kipas F 4

Super (a, d)-h-antimagic Total Selimut pada Graf Shackle Kipas F 4 Super (a, d)-h-antimagic Total Selimut pada Graf Shackle Kipas F 4 Irma Azizah, Dafik CGANT-Universitas Jember Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember e-mail: irma.azizah@ymail.com,

Lebih terperinci

3.1 Beberapa Nilai Dimensi Partisi pada Suatu Graf. Dalam dimensi partisi suatu graf, terdapat kelas graf yang nilai dimensi partisinya

3.1 Beberapa Nilai Dimensi Partisi pada Suatu Graf. Dalam dimensi partisi suatu graf, terdapat kelas graf yang nilai dimensi partisinya BAB III DIMENSI PARTISI n 1 3.1 Beberapa Nilai Dimensi Partisi pada Suatu Graf Dalam dimensi partisi suatu graf, terdapat kelas graf yang nilai dimensi partisinya cukup mudah atau sederhana. Kelas graf

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Graf Definisi 2.1.1 Sebuah graf G adalah pasangan (V,E) dengan V adalah himpunan yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang anggotanya

Lebih terperinci

Super (a, d)-h-antimagic Total Selimut pada Graf Triangular Cycle Ladder untuk Pengembangan Ciphertext

Super (a, d)-h-antimagic Total Selimut pada Graf Triangular Cycle Ladder untuk Pengembangan Ciphertext Super (a, d)-h-antimagic Total Selimut pada Graf Triangular Cycle Ladder untuk Pengembangan Ciphertext Irma Azizah, Dafik Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember e-mail: irma.azizah@ymail.com,

Lebih terperinci