KAJIAN TEKNIS EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DI KABUPATEN SOLOK
|
|
- Ade Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Kajian Teknis Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok KAJIAN TEKNIS EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DI KABUPATEN SOLOK Technical and Economic Assessment of Folding Motorised Thresher on Some Variety of Rice in Solok Regency Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Jl. Raya Padang-Solok KM. 40 Sukarami, Solok ABSTRACT The study was conducted from June until August 2012 in the land of rice farmers at Koto Gaek village, Gunung Talang subdistrict, Solok Regency. The objectives this study was to conduct technical trials and calculate the cost of goods and operating breakeven folding motorized threshers. The study method used factorial (A x B) completely randomized design with three replications. Factor A was the frequency of the current rotary threshing cylinder pulley wears output 7, 8 and 9 inches, while Factor B was rice varieties such as Anak Daro, Inpari 12 and Cisokan.The results of the study showed that: 1) The largest working capacity contained in the Anak Daro varieties at rpm reached kg/hour. The highest level of cleanliness of grain contained in the Anak Daro varieties at that is equal to rpm. The yield of Anak Daro varieties the largest threshing at rpm is percent; 2) Percentage of grain not fall out the smallest grain is Anak Daro varieties at rpm is percent; 3) The largest threshing efficiency at rpm is percent was Anak Daro varieties. The largest percentage of grain scattered was in Inpari 12 at rpm was equal to percent; 4) The biggest percentage loss results found in Inpari 12 at rpm wais around 4,495 percent; 5) Fuel consumption on each variety and rpm used were relatively the same, and 6) Economic analysis result showed that the cost of the smallest threshing varieties found at Anak Daro variety at rpm or around Rp /kg. The smallest BEP found at Inpari 12 varieties at rpm was kg / year. Keywords: folding motorised thresher, technically and economically, rice varieties ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan pada bulan Juni s/d Agustus 2012 di tanah petani padi sawah Nagari Koto Gaek, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok. Pengkajian bertujuan untuk melakukan uji teknis dan menghitung biaya pokok serta titik impas pengoperasian thresher lipat bermotor. Metode penelitian yang digunakan ialah metode faktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor A ialah frekuensi putar silinder perontok pada saat pulley output memakai pulley 7 inchi, 8 inchi dan 9 inchi, sedangkan faktor B ialah varietas padi yang dirontok yaitu varietas Anak Daro, Inpari 12 dan Cisokan. Hasil kajian menunjukkan antara lain: 1) Kapasitas kerja terbesar terdapat pada verietas Anak Daro pada 372,33 rpm mencapai 256,97 kg/jam. Tingkat kebersihan gabah tertinggi terdapat pada varietas Anak Daro pada 281,67 rpm yaitu sebesar 92,
2 Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel Rendemen perontokan terbesar pada varietas Anak Daro pada 318,33 rpm yaitu 38,67 persen; 2) Persentase gabah tidak terontok terkecil terdapat varietas Anak Daro pada 372,33 rpm yaitu 0,323 persen. Efisiensi perontokan terbesar terdapat pada varietas Anak Daro pada 372,33 rpm yaitu 99,677 persen; 3) Persentase gabah tercecer terbesar terdapat pada varietas Inpari 12 pada 372,22 rpm yaitu sebesar 4,127 persen; 4) Persentase kehilangan hasil terbesar terdapat pada varietas Inpari 12 pada 372,33 rpm yaitu sebesar persen; 5) Konsumsi bahan bakar pada setiap varietas dan rpm yang digunakan relatif sama, dan 6) Berdasarkan analisis ekonomi diperoleh bahwa biaya pokok perontokan terkecil terdapat pada varietas Anak Daro pada 281,67 rpm yaitu Rp 60,842/kg. BEP terkecil terdapat pada varietas Inpari 12 pada 281,67 rpm yaitu ,69 kg/tahun. Kata kunci: thereser lipat bermotor, teknis dan ekonomis, varietas padi PENDAHULUAN Perontokan yaitu proses memisahkan gabah dari tangkainya. Kegiatan perontokan padi dapat dilakukan secara manual dan secara mekanis. Secara manual dapat dilakukan dengan cara membanting dan diinjak yang memerlukan tenaga manusia yang cukup besar dan melelahkan, menimbulkan angka kehilangan hasil yang cukup besar serta kapasitas perontokan rendah. Secara mekanis dapat menggunakan mesin perontok padi yaitu thresher. Perontokan padi dengan thresher dimaksudkan untuk menekan kehilangan hasil seminimal mungkin sehingga dibutuhkan pemilihan alat yang tepat, diantaranya dapat menggunakan power thresher yang memilki kapasitas perontokan yang tinggi, dan mahalnya harga dari power thresher serta penggunaan bahan bakar yang cukup tinggi sehingga tidak dapat dijangkau oleh petani yang kebanyakan memiliki taraf hidup miskin. Disamping itu, mobilitas yang dimilki power thresher rendah. Alternatif yang dapat dilakukan yaitu menggunakan alat perontok thresher lipat bermotor. Thresher lipat bermotor ini merupakan alat perontok padi yang bisa dilipat. Prinsip kerja dari thresher lipat bermotor adalah malai padi dengan jerami dipegang dengan tangan kemudian diumpankan dengan meletakan diatas bantalan pengumpan ke silinder perontok yang berputar akibat putaran yang dihasilkan motor penggerak. Putaran silinder perontok gabah menyebabkan padi terlepas dari malainya akibat gesekan antara malai padi dengan gigi perontok. Gabah yang terontok akan disalurkan ke papan penyalur sehingga gabah sampai ke alas berupa tikar atau terpal. kemampuan kinerja diantara pedal thresher (kapasitas kerja 120 kg/jam) dengan power thresher (kapasitas kerja 600 kg/jam). Thresher lipat bermotor ini yang telah dimodifikasi di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat (BPTP Sumbar) dengan rancangan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) Serpong. Thresher lipat bermotor tersebut belum dilakukan pengujian untuk merontokkan beberapa gabah varietas padi di Kabupaten Solok. Tujuan pengkajian ini, untuk mengetahui kinerja teknis dari Thresher lipat bermotor. Dan juga untuk mengetahui berapa biaya pokok alat tersebut, saat pengoperasiannya, serta menghitung besarnya titik impas. 578
3 Kajian Teknis Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Pengkajian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Agustus 2012, di tanah petani padi sawah Nagari Koto Gaek, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Alat dan Bahan Pada Pengkajian ini, alat yang digunakan adalah satu unit Thresher Lipat Bermotor rancangan BBP Mektan Serpong, Tachometer, timbangan, gelas ukur dan stopwatch. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu varietas padi yang sudah dipanen beserta jeraminya dengan varietas Anak Daro, Inpari 12 dan Cisokan. METODE PENELITIAN Pengkajian ini adalah melakukan uji teknis thresher lipat bermotor, thresher lipat bermotor tersebut dioperasikan dengan frekuensi putar silinder perontok yang berbeda-beda untuk mempelajari pengaruhnya terhadap hasil perontokan. Varietas padi yang dirontokan juga divariasikan yaitu beberapa padi yang tumbuh di Kabupaten Solok meliputi Anak Daro, Inpari dan Cisokan. Frekuensi silinder putar perontok sebagai faktor A dan varietas sebagai faktor B. Penelitian ini dilakukan dengan 3 kali penggantian pulley pada pulley output yaitu, pulley dengan diameter 9 inchi, 8 inchi dan 7 inchi dengan diameter pulley input 3,5 inchi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen faktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor A adalah frekuensi putar silinder perontok, terdiri dari tiga anak faktor, yaitu : A1 = Rpm perontok pada saat pulley 9 inchi A2 = Rpm perontok pada saat pulley 8 inchi A3 = Rpm perontok pada saat pulley 7 inchi Faktor B adalah varietas padi, terdiri dari : B1 = Anak Daro B2 = Inpari 12 B3 = Cisokan Setiap unit pengamatan alat menggunakan hasil panen padi (gabah beserta malai dan jerami) sebanyak 50 kg. 579
4 Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel Pelaksanaan Pengkajian Uji Teknis Thresher Lipat Bermotor Pengkajian Mekanisme alat perontok padi Thresher Lipat Bermotor ini adalah malai padi dengan jerami diumpankan dengan bantuan papan pengumpan ke silinder perontok yang berputar akibat putaran yang dihasilkan oleh motor penggerak. Putaran silinder perontok gabah menyebabkan padi lepas dari malainya akibat pukulan antara malai padi dengan gigi perontok. Gabah yang terontok turun kebawah menuju papan penyalur sehingga gabah sampai tikar atau terpal, sedangkan jerami sebagai limbah dikembalikan ke sawah. Selama perontokan jerami dibolak balik agar gabah terontok secara merata. Pengamatan Pengkajian Pengamatan pengkajian ini meliputi kapasitas perontokan, tingkat kebersihan gabah, rendemen perontokan, persentase gabah tidak terontok, efisiensi perontokan, persentase gabah tercecer, persentase kehilangan hasil konsumsi bahan bakar dan analisis ekonomi. Kapasitas Perontokan Kemampuan mesin untuk merontokan gabah per satuan waktu, dihitung berdasarkan bobot gabah yang telah terontok yang keluar melalui lubang pengeluaran gabah dalam waktu tertentu. Kapasitas perontokan gabah dapat dihitung dengan persamaan : Kp = Wk t... (1) Kp = kapasitas perontokan (kg/jam) Wk = bobot gabah yang ditampung keluar dari lubang pengeluaran gabah (kg). t = waktu yang diperlukan untuk perontokan (jam) Tingkat Kebersihan Gabah Nilai perbandingan antara bobot gabah (utuh dan rusak) yang keluar dari lubang pengeluaran gabah terhadap total bobot sampel yang diperoleh melalui lubang pengeluaran gabah, dinyatakan dalam persen. Tingkat kebersihan gabah dapat dihitung dengan persamaan: 580 Tb = Wu x 100%... (2) Wp1
5 Kajian Teknis Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok Tb = tingkat kebersihan (%) Wu = bobot gabah (utuh dan rusak) yang keluar dari lubang pengeluaran utama (kg) Wp1 = Bobot total sampel diperoleh melalui lubang pengeluaran gabah (kg) Rendemen Perontokan Rendemen adalah persentase berat total gabah yang terontok terhadap total berat awal. Rendemen perontokan dapat dihitung dengan persamaan : r = Wk x 100%... (3) Wa r = rendemen perontokan (%) Wa = berat malai padi sebagai bahan awal (Kg) Persentase Gabah Tidak Terontok Perbandingan antara bobot gabah hasil perontokan yang masih melekat pada malai padi terhadap bobot gabah total dihitung berdasarkan nisbah gabahjerami, dinyatakan dalam dalam persen. Nisbah gabah adalah persentase bobot gabah terhadap bobot jeraminya. Persentase gabah tidak terontok dapat diketahui dengan persamaan : W11 = Wt x 100%... (4) Wo W11 = persentase gabah tidak terontok (%) Wt = bobot gabah yang tidak terontok (kg) Wo = bobot total gabah yang seharusnya diperoleh berdasarkan nisbah gabah-jerami (kg) Efisiensi Perontokan Perbandingan antara bobot gabah bernas dan hampa yang terontok keluar dari semua lubang pengeluaran gabah terhadap bobot gabah yang dihitung berdasarkan nisbah gabah jerami, dinyatakan dalam persen. Efisiensi perontokan dapat dihitung dengan persamaan : Efp = (100% W11)... (5) Efp = efisiensi perontokan padi (%) 581
6 Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel Persentase Gabah Tercecer Perbandingan antara bobot gabah bersih terontok yang tidak keluar melalui lubang pengeluaran gabah (melalui lubang pengeluaran jerami, pengeluaran kotoran dan tercecer sekitar masin) terhadap total bobot gabah yang dihitung berdasarkan nisbah gabah-jerami, dinyatakan dalam persen. Persentase gabah yang tercecer selama perontokan dapat dihitung dengan persamaan : W12 = Wp2 Wo x 100%... (6) W12 = persentase gabah tercecer (%) Wp2 = bobot total gabah utuh dan bersih yang tidak melalui lubang pengeluaran gabah (kg) Persentase Kehilangan Hasil Perbandingan antara jumlah bobot gabah tidak terontok dan bobot gabah tercecer terhadap total bobot gabah yang dihitung berdasarkan nisbah gabahjerami, dinyatakan dalam persen. Persentase kehilangan hasil dihitung dengan persamaan : W1 = (W11+ W12)... (7) W1 = (100% Efp) + W12 W1 = persentase kehilangan hasil (%) Konsumsi Bahan Bakar Fc = Fv t2... (8) Fc = konsumsi bahan bakar (l/jam) Fv = penambahan bahan bakar selama motor penggerak beroperasi (l) t2 = waktu yang dibutuhkan motor penggerak dalam proses perontokkan padi (jam) Analisis Ekonomi dan Titik Impas Biaya Pokok Perontokan Secara garis besar biaya perontokan dibagi ata biaya tetap ( fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan dan biaya bunga modal, sedangkan biaya tidak tetap meliputi biaya pemeliharaan dan tenaga kerja. 582
7 Kajian Teknis Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok Biaya tetap dapat dihitung dengan persamaan : BT = D + I... (9) BT D N = biaya tetap (Rp/tahun) = penyusutan (Rp/tahun) = bunga modal (Rp/tahun) Biaya penyusutan dapat dihitung dengan persamaan : D = P S... (10) N P S N = harga beli alat (Rp) = harga setelah N tahun (Rp) = 10 % x P = umur ekonomis alat (tahun) Biaya bunga modal dapat dihitung dengan persamaan : I = i P+S 2... (11) I = bunga modal (Rp/tahun) i = tingkat bunga yang berlaku (%) P = harga beli alat (Rp) S = harga alat setelah N tahun (Rp) = 10 % x P Biaya tidak tetap dihitung berdasarkan biaya pemeliharan serta biaya tenaga tenaga kerja operator. Biaya pemeliharaan dihitung dengan rumus : R = 2%(P S) 100 jam R P S... (12) = biaya pemeliharaan (Rp/jam) = harga beli (Rp) = nilai akhir alat (Rp) Biaya tenaga kerja (operator) dihitung dengan rumus L = Wop... (13) Wt L = biaya tenaga kerja (Rp/jam) Wop = upah tenaga kerja (Rp/hari) Wt = jam kerja perhari (jam/hari) 583
8 Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel Biaya bahan bakar dihitung dengan rumus : Kbb = Qbb + Hbb... (14) Kbb = biaya bahan bakar (Rp/jam) Qbb = debit bahan bakar (Liter/jam) Hbb = harga bahan bakar tiap liter (Rp/liter) sehingga : BTT = L + R + Kbb... (15) BTT = biaya tidak tetap (Rp/jam) R = biaya pemeliharaan (Rp/jam) L = biaya tenaga kerja (Rp/jam) Kbb = biaya bahan bakar (Rp/jam) Dengan demikian biaya pokok untuk suatu proses perontokan gabah dapat dihitung dengan persamaan : BP = BT X+BTT... (16) Kp BP = biaya pokok perontokan gabah (Rp/kg) BT = biaya tetap (Rp/tahun) X = jumlah jam kerja (jam/tahun) BTT = biaya tidak tetap (Rp/jam) Kp = kapasitas perontokan (kg/jam) Titik Impas (Break Event Point) Titik Impas atau Break Even Point merupakan suatu usaha dalam keadaan impas/balik modal. BEP dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : BEP = BT (1,1 BP) ( BTT... (17) Kp) BEP = titik impas perontokan gabah (kg/tahun) BT = biaya tetap (Rp/tahun) BTT = biaya tiadak tetap (Rp/jam) 1,1 = kofisien yang menunjukkan bahwa sewa alat dengan keuntungan 10 persen dari biaya pokok Kp = kapasitas perontokan (kg/jam) 584
9 Kajian Teknis Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Alat Perontok Padi Alat perontok padi thresher lipat bermotor yang digunakan pada pengkajian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Alat Perontok Padi Thresher Lipat Bermotor Kapasitas Kerja Alat Data dan perhitungan kapasitas kerja alat disajikan pada Tabel 1. Dari Tabel 1 terlihat bahwa rata-rata kapasitas kerja alat terbesar terdapat pada varietas Anak Daro 372,33 rpm yaitu sebesar 256,907 kg/jam. Hal ini disebabkan oleh frekuensi putar poros perontok, semakin besar frekuensi putar poros perontok yang digunakan maka kapasitas kerja yang dihasilkan oleh alat perontok akan semakin meningkat. Sesuai dengan pendapat Mulsanti (2007), kapasitas kerja mesin perontok dipengaruhi oleh kecepatan putar silinder perontok. Makin tinggi kecepatan silinder perontok, makin tinggi pula kapasitas kerja mesin. Kapasitas kerja alat yang didapatkan sesuai dengan pengujian yang dilakukan oleh BBP Mektan Serpong, dimana kapasitas kerja alat perontok padi thresher lipat bermotor 200 kg/jam 300kg/jam. Tabel 1. Rata-rata Kapasitas Kerja Alat Perlakuan Kapasitas Kerja Alat Varietas Pulley Output Rpm (kg/jam) 7 inchi 372,33 256,907 Anak Daro 8 inchi 318,33 229,180 9 inchi 281,67 211,257 7 inchi 372,33 223,760 Inpari 12 8 inchi 318,33 196,263 9 inchi 281,67 175,177 7 inchi 372,33 218,137 Cisokan 8 inchi 318,33 210,510 9 inchi 281,67 185,
10 Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel Faktor lain yang mempengaruhi kapasitas kerja alat adalah varietas padi yang dirontok, semakin mudah kerontokan suatu varietas maka kapasitas alatnya akan tinggi. Herawati (2008), menyatakan bahwa, beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas dan kinerja kegiatan perontokan padi diantaranya yaitu varietas padi, sistem pemanenan, mekanisme perontokan, penundaan perontokan serta faktor kehilangan hasil. Grafik rata-rata kapasitas kerja alat dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Grafik Rata-rata Kapasitas Kerja Perontok Tingkat Kebersihan Gabah Data dan perhitungan rata-rata tingkat kebersihan gabah disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata Tingkat Kebersihan Gabah Perlakuan Tingkat Kebersihan Varietas Pulley output Rpm Gabah (%) 7 inchi 372,33 84,787 Anak daro 8 inchi 318,33 89,497 9 inchi 281,67 92,083 7 inchi 372,33 86,093 Inpari 12 8 inchi 318,33 88,826 9 inchi 281,67 91,34 7 inchi 372,33 87,010 Cisokan 8 inchi 318,33 89,187 9 inchi 281,67 90,829 Dari Tabel 2 terlihat bahwa rata-rata tingkat kebersihan gabah yang dihasilkan tidak dipengaruhi oleh varietas yang dirontok tetapi dipengaruhi oleh frekuensi putar poros perontok, semakin besar frekuensi putar poros perontok maka tingkat kebersihan gabah yang dihasilkan semakin menurun. Grafik rata-rata tingkat kebersihan gabah dapat dilihat pada Gambar
11 Kajian Teknis Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok Gambar 3. Grafik Rata-rata Tingkat Kebersihan Gabah Rendemen Perontokan Data dan perhitungan rata-rata rendemen perontokan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Rendemen Perontokan Perlakuan Varietas Pulley Output Rpm Anak daro Inpari 12 Cisokan Rendemen Perontokan (%) 7 inchi 372,33 37,667 8 inchi 318,33 38,267 9 inchi 281,67 38,800 7 inchi 372,33 35,867 8 inchi 318,33 35,133 9 inchi 281,67 35,667 7 inchi 372,33 36,067 8 inchi 318,33 36,267 9 inchi 281,67 34,800 Dari Tabel 3 terlihat bahwa rata-rata rendemen perontokan terbesar terdapat pada varietas Anak Daro pada 281,67 rpm yaitu sebesar 38,800 persen. Hal ini disebabkan varietas Anak Daro mempunyai perbandingan gabah dan jerami yang tidak terlalu besar dibandingkan dengan varietas Inpari 12 dan Cisokan. Setiap varietas mempunyai produksi yang berbeda-beda pada setiap luas lahan yang sama. Grafik rata-rata rendemen perontokan dapat dilihat pada Gambar
12 Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel Gambar 4. Grafik Rata-rata Persentase Rendemen Perontokan Persentase Gabah Tidak Terontok Data dan perhitungan rata-rata persentase gabah tidak terontok disajikan, pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Persentase Gabah Tidak Terontok Perlakuan Persentase Gabah Tidak Varietas Pulley Output Rpm Terontok (%) 7 inchi 372,33 0,323 Anak daro 8 inchi 318,33 0,415 9 inchi 281,67 0,935 7 inchi 372,33 0,518 Inpari 12 8 inchi 318,33 0,760 9 inchi 281,67 1,210 7 inchi 372,33 0,358 Cisokan 8 inchi 318,33 0,470 9 inchi 281,67 1,187 Pada Tabel 4 terlihat persentase rata-rata gabah yang tidak terontok paling kecil terdapat pada varietas Anak Daro dengan menggunakan 372,33 rpm yaitu sebesar 0,323 persen,. Hal ini disebabkan varietas Anak Daro termasuk kedalam varietas mudah rontok di bandindingkan dengan Inpari 12 dan Cisokan yang memiliki daya kerontokan sedang. Semakin mudah kerontokan suatu varietas maka gabah tidak terontok yang dihasilkan semakin kecil. Persentase gabah tidak terontok juga dipengaruhi oleh pemberian perlakuan frekuensi putar poros perontok yang berbeda pada saat perotokan padi, semakin tinggi frekuensi putar poros perontok akan semakin kecil persentase gabah tidak terontok yang dihasilkan. Menurut Setyono et al. (2009), makin tinggi kecepatan silinder perontok makin banyak pukulan gigi perontok terhadap malai padi sehingga semakin banyak gabah yang lepas dari malainya. 588
13 Kajian Teknis Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok Faktor lain yang mempengaruhi persentase gabah tidak terontok adalah lamanya jerami bersentuhan dengan gigi perontok dan meratanya padi dibolakbalik selama proses perontokan. Grafik rata-rata gabah tidak terontok dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Grafik Rata-rata Gabah Tidak Terontok Efisiensi Perontokan Data dan perhitungan rata-rata efisiensi hasilnya disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata Efisiensi Perontokan Perlakuan Efisiensi Perontokan Varietas Pulley Output Rpm (%) 7 inchi 372,33 99,677 Anak daro 8 inchi 318,33 99,450 9 inchi 281,67 99,130 7 inchi 372,33 99,482 Inpari 12 8 inchi 318,33 99,240 9 inchi 281,67 98,827 7 inchi 372,33 99,642 Cisokan 8 inchi 318,33 99,530 9 inchi 281,67 98,813 Dari Tabel 5 terlihat bahwa rata-rata efisiensi perontokan terbesar terdapat pada varietas anak daro pada 372,33 rpm yaitu sebesar 99,677 persen. Pemberian perlakuan varietas dan rpm yang berbeda pada saat perontokan memberikan pengaruh kepada efisiensi perontokan gabah, semakin besar rpm yang digunakan pada saat perontokan maka efisiensi perontokan akan semakin tinggi. Di samping itu keahlian operator dalam memgoperasikan alat juga sangat menentukan efisiensi perontokan gabah. Grafik rata-rata efisiensi perontokan dapat dilihat pada Gambar
14 Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel Gambar 6. Grafik Rata-rata Efisiensi Perontokan Persentase Gabah Tercecer Data dan perhitungan rata-rata persentase gabah tercecer disajikan pada Tabel 6 Tabel 6. Rata-rata Persentase Gabah Tercecer Perlakuan Persentase Gabah Varietas Pulley Output Rpm Tercecer (%) 7 inchi 372,33 3,580 Anak daro 8 inchi 318,33 0,817 9 inchi 281,67 0,480 7 inchi 372,33 4,127 Inpari 12 8 inchi 318,33 1,343 9 inchi 281,67 0,830 7 inchi 372,33 3,937 Cisokan 8 inchi 318,33 1,420 9 inchi 281,67 0,536 Dari Tabel 6 terlihat bahwa persentase gabah tercecer terbesar terdapat pada varietas Inpari 12 pada pulley output 7 inchi sedangkan yang terkecil terdapat pada varietas Anak Daro Pulley output 9 inchi. Hal ini dipengaruhi oleh pemberian varietas padi dan kecepatan rpm perontok yang berbeda. Semakin tinggi frekuensi putar poros perontok yang digunakan semakin besar persentase gabah tercecer yang dihasilkan. Grafik rata-rata gabah tercecer dapat dilihat pada Gambar
15 Kajian Teknis Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok Gambar 7. Grafik Rata-rata Gabah Tercecer Persentase Kehilangan Hasil Data dan perhitungan rata-rata persentase kehilangan hasil disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Pesrsentase Kehilangan Hasil Perlakuan Persentase Kehilangan Varietas Pulley Output Rpm Hasil (%) 7 inchi 372,33 3,937 Anak daro 8 inchi ,360 9 inchi 281,67 1,347 7 inchi 372,33 4,495 Inpari 12 8 inchi 318,33 2,134 9 inchi 281,67 2,040 7 inchi 372,33 4,295 Cisokan 8 inchi 318,33 1,890 9 inchi 281,67 1,722 Dari tabel 7 terlihat bahwa persentase kehilangan hasil terbesar terdapat pada varietas Inpari 12 pada 372,33 rpm. Persentase kehilangan hasil yang didapatkan sama halnya dengan persentase gabah tidak terontok dan persentase gabah tercecer, persentase kehilangan hasil juga dipengaruhi oleh varietas padi yang dirontok dan frekuensi putar poros perontok yang berbeda. Semakin besar frekuensi putar poros perontok semakin besar pula persentase kehilangan hasil yang didapatkan. Kehilangan hasil panen padi dipengaruhi oleh varietas, kadar air gabah saat panen, alat dan cara panen, cara/alat perontokan, dan sistem pemanenan (Rumiati,1982). Grafik rata-rata kehilangan hasil dapat dilihat pada Gambar
16 Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel Konsumsi Bahan Bakar Gambar 8. Grafik Rata-rata Kehilangan Hasil Data dan perhitungan rataan konsumsi bahan bakar disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Rata-rata Konsumsi Bahan Bakar Alat Perlakuan Konsumsi Bahan Varietas Pulley Output Rpm Bakar (liter/jam) 7 inchi 372,33 0,290 Anak daro 8 inchi 318,33 0,291 9 inchi 281,67 0,291 7 inchi 372,33 0,290 Inpari 12 8 inchi 318,33 0,290 9 inchi 281,67 0,293 7 inchi 372,33 0,291 Cisokan 8 inchi 318,33 0,289 9 inchi 281,67 0,292 Dari Tabel 8 terlihat bahwa pada tiap varietas dan pemakaian pulley output yang berbeda mempunyai konsumsi bahan bakar yang relatif sama. Grafik ratarata konsumsi bahan bakar gabah dapat dilihat pada Gambar Gambar 9. Grafik Rata-rata Konsumsi Bahan Bakar
17 Kajian Teknis Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok Analisa Ekonomi Biaya Pokok Perontokan Biaya pokok alat perontok padi thresher lipat bermotor ini terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan dan bunga modal dengan asumsi tingkat suku bunga bank 12 persen. Biaya tidak tetap meliputi biaya pemeliharaan, biaya tenaga kerja (operator), dan biaya bahan bakar. Data dan perhitungan biaya pokok perontokan disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Rata-rata Biaya Pokok Perontokan Perlakuan Varietas Pulley Output Rpm Biaya Pokok (Rp/kg) 7 inchi 372,33 60,842 Anak daro 8 inchi 318,33 68,222 9 inchi 281,67 74,011 7 inchi 372,33 69,875 Inpari 12 8 inchi 318,33 79,406 9 inchi 281,67 89,306 7 inchi 372,33 71,657 Cisokan 8 inchi 318,33 74,231 9 inchi 281,67 84,540 Dari Tabel 9 terlihat bahwa biaya rata-rata biaya pokok perontokan terkecil terdapat pada varietas Anak Daro pada 372,33 rpm sedangkan yang terbesar terdapat pada varietas Inpari 12 pada 281,67 rpm. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya biaya pokok perontokan padi dipengaruhi oleh kapasitas kerja yang dihasilkan alat tersebut. Semakin besar kapasitas kerja alat maka semakin kecil biaya pokok perontokan. Selain itu, kapasitas kerja alat dipengaruhi oleh varietas padi yang dirontok. Karena tiap varietas padi memiliki daya kerontokan yang berbeda-beda. Herawati, (2008) menyatakan bahwa varietas padi berpengaruh terhadap jumlah gabah yang dirontok. Beberapa varietas memiliki daya kerontokan yang lebih mudah dari pada yang lain. Penggunaan pulley output yang berbeda pada alat perontok juga mempengaruhi kapasitas kerja alat. Semakin kecil pulley output yang digunakan mengakibat semakin tinggi kecepatan silinder perontok sehingga semakin tinggi pula kapasitas kerja alat. Grafik rata-rata biaya pokok perontokan padi dapat dilihat pada Gambar
18 Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel Gambar 10. Grafik rata-rata Biaya Pokok Perontokan Padi Titik Impas (Break Event Point) Titik Impas atau Break Event point adalah suatu usaha dalam keadaan impas atau balik modal. Artinya pada kondisi ini, usaha yang dijalankan tidak mendapat keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian. Data dan perhitungan titik impas atau break event point disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Rata-rata Titik Impas atau Break Event Point Perlakuan Titik Impas/ Break Event Varietas Pulley Output Rpm Point (kg/tahun) 7 inchi 372, ,57 Anak daro 8 inchi 318, ,38 9 inchi 281, ,89 7 inchi 372, ,19 Inpari 12 8 inchi 318, ,16 9 inchi 281, ,69 7 inchi 372, ,15 Cisokan 8 inchi 318, ,63 9 inchi 281, ,51 Dari Tabel 10 terlihat bahwa titik impas terbesar terdapat pada varietas Anak Daro pada 372,33 rpm sedangkan yang terkecil terdapat pada varietas Inpari 12 pada 281,67 rpm. Faktor yang mempengaruhi besar atau kecilnya titik impas adalah biaya tetap, biaya pokok, biaya tidak tetap dan kapasitas kerja alat. Semakin tinggi frekuensi putar silinder perontok maka titik impas atau break event point semakin meningkat juga. Grafik rata-rata BEP (Break Event Point) perontokan dapat dilihat pada Gambar
19 Kajian Teknis Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok Gambar 11. Grafik Rata-rata BEP (Break Even Point) Pero KESIMPULAN Hasil uji teknis alat perontok padi thresher lipat bermotor pada varietas Anak Daro mempunyai kapasitas kerja alat terbesar, tingkat kebersihan gabah tertinggi, rendemen perontokan terbesar, persentase gabah tidak terontok terkecil, efisiensi perontokan terbesar, persentase gabah tercecer terkecil dan persentase kehilangan hasil terkecil dibandingkan dengan varietas Inpari 12 dan Cisokan. Varietas Inpari 12 memiliki kapasitas kerja alat terkecil, persentase gabah tidak terontok terbesar, persentase gabah tercecer terbesar dan persentase kehilangan hasil terbesar dibandingkan dengan Varietas Anak Daro dan Cisokan. Varietas Inpari 12 mempunyai biaya pokok perontokan terbesar pada frekuensi putar poros perontok 281,67 rpm yaitu sebesar Rp /kg, sedangkan biaya pokok terkecil terdapat pada Varietas Anak Daro pada frekuensi putar silinder perontok 372,33 rpm yaitu Rp /kg. BEP terbesar terdapat pada Varietas Anak daro pada frekuensi putar poros perontok 372,33 rpm yaitu sebesar ,57 kg/tahun dan Inpari 12 mempunyai BEP terkecil pada frekuensi putar poros perontok 281,67 rpm yaitu sebesar ,69 kg/tahun. DAFTAR PUSTAKA Aksi Agraris Kasinus Budidaya Tanaman Padi. Kasinus. Yogyakarta. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Perontok Padi Pedal Model Lipat Mengurangi Susut Panen Padi. Serpong. Balitan Sukarami Varietas Unggul Padi Sawah Dataran Tinggi. Badan LItbang. Pertanian. 595
20 Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel Balitpa Sukamandi Inovasi Teknologi untuk Peningkatan Produksi Padi dan Kesejahteraan Petani. Badan Litbang Pertanian. Darwis, S.N Agronomi Tanaman Padi, Pertumbuhan dan Meningkatkan Hasil. Jilid 1. Lembaga Pusat Pertanian. Padang. Handaka, A. Fendriadi. Koes-Sulistiadi, Harjono, J. Pitoyo, L.T. Mulyantoro, WB.Gunawan Laporan Studi Kelayakan Pengembangan Stripper Harvester di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Deptan. Herawati, Heny Mekanisme dan Kinerja Pada Sistem Perontokan Padi. Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian 2008-Yogyakarta, November /8341/Heni%20PERONTOKAN Makalah%20PERONTOKAN%20 PADI-UGM.pdf?sequence=1. (31 Juli 2012). Istiyastuti dan Yanuharsono Budidaya Aneka Tanaman Pangan. Bandung. Triganda Karya. Bandung. Mulsanti, Indri., Sri Wahyuni dan Agus Setyono Pengaruh Kecepatan Silinder Perontok Terhadap Mutu Benih Padi. Apresiasi Hasil Penelitian Padi p2bn2 33.pdf. (31 Juli 2012). Purwandaria H.K., Koes-Sulistiadji Panduan Teknis Penangganan Pasca Panen Gabah. Japan Grain Inspection Association (KOKKEN). ODA Project. Improving Rice Distribution in Asia. Food Agency Japan. Purwono, Indro Mesin Perontokan Padi, Dasar Penggunaan dan Karekteristik Thresher. Kanisius. Yogyakarta. Rumiati Cara Panen dan Penentuan Padi VUTW untuk Menentukan Kehilangan Hasil Laporan Kemajuan Penenlitian Seri Teknologi Lepas Panen No.13. Sun Balitan Karawang. Setyono, A., dan Hasanudin Teknologi Pascapanen Padi. Makalah disampaikan pada Pelatihan Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan di BPLPP Cibinung, tanggal 21 s/d 25 juli Soemartono, Samad, Bahrin, hardjono Bercocok Tanam Padi. CV.Yasaguna. Jakarta. Sulistidji, Koes. Rosmeika dan Andri Gunarto Rancang Bangun Mesin Perontok Padi Bermotor Tipe Lipat Menggunakan Drum Gigi Perontok Tipe Stripping Raspbar. Jurnal Enjinering Pertanian. Vol. VI, No. 2, Oktober 2008, hal jurnal.pdf. (5 April 2012). Suparyono dan A. Soetyono Padi. Penebar Swadaya. Jakarta. Suwarno, A.B. Surono dan Z. Harahap Hubungan Antara Kadar Beras dengan Rasa Nasi. Penelitian Pertanian. VOL 2. No. 1. Hal Puslit Tanaman Pangan Bogor. Yandianto Bercocok Tanam Padi. M 2 S. Bandung. 596
50kg Pita ukur/meteran Terpal 5 x 5 m 2
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai dengan Februari 2010. Pembuatan desain prototipe dilakukan di laboratorium Teknik
Lebih terperinciRANCANG BANGUN DAN UJI TEKNIS ALAT PERONTOK PADI SEMI MEKANIS PORTABEL
RANCANG BANGUN DAN UJI TEKNIS ALAT PERONTOK PADI SEMI MEKANIS PORTABEL Mislaini R Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas-Padang 25163 Email: mislaini_rahman@yahoo.co.id ABSTRAK Rancang bangun
Lebih terperinciRancang Bangun Mesin Perontok Padi (Paddy Thresher) dalam Upaya Peningkatan Kualitas dan Efisiensi Produksi Beras Pasca Panen
Rancang Bangun Mesin Perontok Padi (Paddy Thresher) dalam Upaya Peningkatan Kualitas dan Efisiensi Produksi Beras Pasca Panen Pathya Rupajati 1,a), Saharudin 2,b), Syaiful Arif 3,c),Dwita Suastiyanti 4,d)
Lebih terperinciREKAYASA ALSINTAN PERONTOK PADI HOLD ON TIPE STRIPPING RASPBAR
REKAYASA ALSINTAN PERONTOK PADI HOLD ON TIPE STRIPPING RASPBAR Oleh : Koes Sulistiadji, Rosmeika, Andri Gunanto Balai Besar Pengembangan Mekanisasi pertanian Abstrak Rekayasa Alsintan Perontok Padi Hold
Lebih terperinciUJI TEKNIS MESIN PELUMAT KULIT KAYU MANIS (CINNAMOMUM SP) UNTUK MENGHASILKAN CAIRAN DAN BUBUK KULIT KAYU MANIS
Uji Teknis Mesin Pelumat Kulit Kayu Manis (Cinnamomum sp) untuk Menghasilkan Cairan dan Bubuk Kulit Kayu Manis UJI TEKNIS MESIN PELUMAT KULIT KAYU MANIS (CINNAMOMUM SP) UNTUK MENGHASILKAN CAIRAN DAN BUBUK
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ALAT MESIN HAMMER MILL UNTUK PENGOLAHAN JAGUNG PAKAN
RANCANG BANGUN ALAT MESIN HAMMER MILL UNTUK PENGOLAHAN JAGUNG PAKAN Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Email: zulnadiujeng@gmail.com ABSTRAK Dalam rangka mempertahankan usaha peternak ayam di Kabupaten
Lebih terperinciRANCANG BANGUN MESIN PERONTOK PADI BERMOTOR TIPE LIPAT MENGGUNAKAN DRUM GIGI PERONTOK TIPE STRIPPING RASPBAR
Jurnal Enjiniring Pertanian RANCANG BANGUN MESIN PERONTOK PADI BERMOTOR TIPE LIPAT MENGGUNAKAN DRUM GIGI PERONTOK TIPE STRIPPING RASPBAR (Design of The Folded Rice Powered Thresher Using Stripper Raspbar)
Lebih terperinciJember, Juli, 2011 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2011] Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) Abstrak
Penggunaan Mesin Perontok untuk Menekan Susut dan Mempertahankan Kualitas Gabah (The Use of Power Thresher to Reduce Losses and Maintain Quality of Paddy) Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) 1) Departemen
Lebih terperinciMODIFIKASI ALAT PERONTOK PADI TIPE HAMMER THRESHER [Modification of Rice Thresher-Hammer thresher Type]
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 1, No. 1, Oktober 2012: 23-28 MODIFIKASI ALAT PERONTOK PADI TIPE HAMMER THRESHER [Modification of Rice Thresher-Hammer thresher Type] Oleh : Ahmad Harbi 1, Tamrin 2,
Lebih terperinciKode Produk Target : 1.3 Kode Kegiatan :
Kode Produk Target : 1.3 Kode Kegiatan : 1.03.02 PENGEMBANGAN PAKET TEKNOLOGI MESIN PERONTOK PADI LIPAT DI DAERAH TERASERING UNTUK MENEKAN LOSSES DAN MENGURANGI KEJERIHAN KERJA Oleh Koes Sulistiadji Joko
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. padi jika dibandingkan dengan tanaman-tanaman lainnya seperti tanaman jagung
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan komoditi pangan unggulan di Indonesia sehingga di Indonesia mayoritas petani lebih memilih menanami sawahnya dengan tanaman padi jika dibandingkan dengan
Lebih terperinciSTUDI TEKNO-EKONOMI MESIN TANAM INDO JARWO TRANSPLANTER 2:1 DI KABUPATEN DHARMASRAYA DAN PADANG PARIAMAN
STUDI TEKNO-EKONOMI MESIN TANAM INDO JARWO TRANSPLANTER 2:1 DI KABUPATEN DHARMASRAYA DAN PADANG PARIAMAN Study of Techno-Economic of Indo Jarwo Transplanter 2:1 in Dharmasraya and Padang Pariaman Regency
Lebih terperinciANALISA HASIL MESIN PEMIPIL JAGUNG SKALA UKM. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
ANALISA HASIL MESIN PEMIPIL JAGUNG SKALA UKM Dede Satriawan Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya Email : satriawan.dede@yahoo.com Yunus Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciPedal Thresher dan Pedal Thresher Lipat
Pedal Thresher dan Pedal Thresher Lipat Oleh : KOES SULISTIADJI **) BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2009 **) Perekayasa Madya
Lebih terperinciMESIN PANEN PADI TIPE SISIR (IRRI STRIPPER GATHERED SG
MESIN PANEN PADI TIPE SISIR (IRRI STRIPPER GATHERED SG 800) Oleh : Ir. H. Koes Sulistiadji, MS Perekayasa Madya pada Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Badan Litbang, Deptan ------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama
16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah modifikasi alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian
Lebih terperinciUJI PERFORMANSI MESIN PEMANEN DAN PERONTOK TYPE MOBIL COMBINE HARVESTER TERHADAP KEHILANGAN HASIL PADI
Jurnal AGROTEK Vol. 5 No. 1, Februari 2018. ISSN 2356-2234 (print), ISSN 2614-6541 (online) Journal Homepage: http://journal.ummat.ac.id/index.php/agrotek UJI PERFORMANSI MESIN PEMANEN DAN PERONTOK TYPE
Lebih terperinciPengujian alat. Pengukuran parameter. Analisis data. selesai
47 b a Pengujian alat tidak Uji kelayakan ya Pengukuran parameter Analisis data selesai 48 Lampiran 2. Kapasitas Efektif Alat dan Persentase Bahan Rusak Kapasitas efektif alat menunjukkan produktivitas
Lebih terperinciMulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang
50 Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi
Lebih terperinciANALISIS TEKNO-EKONOMI ALAT / MESIN UNTUK PENGOLAHAN BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.)
ANALISIS TEKNO-EKONOMI ALAT / MESIN UNTUK PENGOLAHAN BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.) Oleh : Dr. Ir. Santosa, MP Lektor Kepala pada Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang 2008 Beberapa
Lebih terperinciMulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat
Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat Memilih bahan yang akan digunakan
Lebih terperinciALAT DAN MESIN PANEN HASIL PERTANIAN drh. Saiful Helmy, MP
ALAT DAN MESIN PANEN HASIL PERTANIAN drh. Saiful Helmy, MP Proses panen padi dimulai dengan pemotongan bulir padi yang sudah tua (siap Panen) dari batang tanaman padi, dilanjutkan dengan perontokan yaitu
Lebih terperinciUNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1
UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 Hanim Zuhrotul A 2, Nursigit Bintoro 2 dan Devi Yuni Susanti 2 ABSTRAK Salah satu faktor yang mengakibatkan kehilangan hasil pada produk pertanian tanaman
Lebih terperinciSTUDI KAPASITAS KERJA DAN SUSUT PEMANENAN RICE COMBINE HARVESTER DI DESA SUKAMANDI, SUBANG, JAWA BARAT LEDYTA HINDIANI
STUDI KAPASITAS KERJA DAN SUSUT PEMANENAN RICE COMBINE HARVESTER DI DESA SUKAMANDI, SUBANG, JAWA BARAT LEDYTA HINDIANI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciGambar 15. Gambar teknik perontok padi hasil rancangan (O-Belt Thresher) 34
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prototipe Perontok Padi Tipe Pedal Hasil Rancangan (O-Belt Thresher) Prototipe perontok padi ini merupakan modifikasi dari alat perontok padi (threadle thresher) yang sudah ada.
Lebih terperinciSTUDI PERLAKUAN PANAS PADA ALAT PENGUPAS KULIT GELONDONG UNTUK BIJI KOPI (Coffea sp.) Renny Eka Putri, Mislaini dan Andri Syaputra 1 1) ABSTRAK
STUDI PERLAKUAN PANAS PADA ALAT PENGUPAS KULIT GELONDONG UNTUK BIJI KOPI (Coffea sp.) 1 1) Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas Limau Manis, Pauh, Sumatera Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang digunakan sebagai media untuk menanam padi. memprihatinkan, dimana negara Indonesia yang memiliki lahan yang cukup luas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, sehingga padi termasuk tanaman prioritas. Hampir diseluruh
Lebih terperinciLAMPIRAN. Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan
LAMPIRAN Lampiran 1.Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai
Lebih terperinciMulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar
39 Lampiran 1. Flowchart pengerjaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan
Lebih terperinciUJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU)
UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU) Performance Test of Machine Breaking Skin Grain With Rubber Rollers Distance Variation
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan di Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Mekar Tani, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang dan Balai Besar Penelitian dan
Lebih terperinciMulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan. menentukan dimensi. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan
39 Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan
Lebih terperinciMulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan
52 Lampiran 1.Flow Chart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA JUICER TIPE MEKANIS UNTUK BUAH MARKISA PADA BERBAGAI TINGKAT KEMATANGAN
EVALUASI KINERJA JUICER TIPE MEKANIS UNTUK BUAH MARKISA PADA BERBAGAI TINGKAT KEMATANGAN Harnel Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Jl. Raya Padang-Solok Km. 40, Sukarami ABSTRACT Marquisa
Lebih terperinciSTRATEGI PENANGANAN PASCA PANEN PADI DI DAERAH PASANG SURUT DAN RAWA LEBAK SUMATERA SELATAN HASBI
STRATEGI PENANGANAN PASCA PANEN PADI DI DAERAH PASANG SURUT DAN RAWA LEBAK SUMATERA SELATAN HASBI PUSAT UNGGULAN RISET PENGEMBANGAN LAHAN SUB OPTIMAL UNIVERSITAS SRIWIJAYA PASCA PANEN PENTING? Gabah adalah
Lebih terperinciBAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI
BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan
Lebih terperinciALAT DAN MESIN PANEN PADI
ALAT DAN MESIN PANEN PADI Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran-pemikiran manusia dari jaman ke jaman, cara pemungutan hasil (panen) pertanian pun tahap demi tahap berkembang sesuai dengan
Lebih terperinciMulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan
43 Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan
Lebih terperinciMulai. Merancang bentuk alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. Merangkai alat. Pengelasan. Pengecatan
45 Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan Merangkai alat Pengelasan
Lebih terperinciANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI RICE MILLING UNIT ONE PHASE (STUDI KASUS DI UD. BELEKE MAJU KABUPATEN LOMBOK BARAT NTB)
FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI RICE MILLING UNIT ONE PHASE (STUDI KASUS DI UD. BELEKE MAJU KABUPATEN LOMBOK
Lebih terperinciPERANCANGAN ULANG MESIN PERONTOK PADI PORTABLE
PERANCANGAN ULANG MESIN PERONTOK PADI PORTABLE Bustami Ibrahim 1, Ady Fadli 2 (1) Dosen Jur. Teknik Perancangan Manufaktur, Politeknik Manufaktur Negeri Bandung, Jl. Kanayakan 21 Bandung 40135, email:
Lebih terperinciPROPOSAL PENGARUH MESIN PERONTOK PADI TERHADAP SISTEM BUANG BUKA TUTUP MENINGKATKAN EFESIENSI PANEN PADI DI LAHAN PASANG SURUT
PROPOSAL PENGARUH MESIN PERONTOK PADI TERHADAP SISTEM BUANG BUKA TUTUP MENINGKATKAN EFESIENSI PANEN PADI DI LAHAN PASANG SURUT Proposal Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian
Lebih terperinciMulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan. Menggambar alat. Memilih bahan yang akan digunakan
Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan Menggambar alat Memilih bahan yang akan digunakan Mengukur bahan yang akan digunakan
Lebih terperinciPENEKANAN KEHILANGAN HASIL PADA PROSES PERONTOKAN GANDUM
I.U. Firmansyah: Penekanan Kehilangan Hasil pada. PENEKANAN KEHILANGAN HASIL PADA PROSES PERONTOKAN GANDUM I.U. Firmansyah Balai Peneltian Tanaman Serealia ABSTRAK Konsumsi pangan berbasis gandum pada
Lebih terperinciGambar 14. Grafik Jumlah Butir per Malai pada Beberapa Varietas Padi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Karakteristik Tanaman Padi Tanaman padi memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan varietas padi. Karakteristik yang dimiliki menjadi suatu kelebihan atau
Lebih terperinciMulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan
38 Lampiran 1. Flow Chart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai
Lebih terperinciINOVASI DESAIN MESIN PERONTOK PADI UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS HASIL PANEN
INOVASI DESAIN MESIN PERONTOK PADI UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS HASIL PANEN [1,2] Twintha Omega Saputra [1],Paulus Wisnu Anggoro[2] Program S1 UAJY_ATMI Prodi Teknik Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
Lebih terperinciUji Kinerja Prototipe Mesin Panen Padi Indo Combine Performance Test Of Indo Combine Rice Harvester Prototype
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung 07 September 2017 ISBN 978-602-70530-6-9 halaman 96-102 Uji Kinerja Prototipe Mesin Panen Padi Indo Combine Performance
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU PENUNDAAN DAN CARA PERONTOKAN TERHADAP HASIL DAN MUTU GABAH PADI LOKAL VARIETAS KARANG DUKUH DI KALIMANTAN SELATAN
PENGARUH WAKTU PENUNDAAN DAN CARA PERONTOKAN TERHADAP HASIL DAN MUTU GABAH PADI LOKAL VARIETAS KARANG DUKUH DI KALIMANTAN SELATAN Susi Lesmayati 1, Sutrisno 2, dan Rokhani Hasbullah 2 1 Balai Pengkajian
Lebih terperinciTeknik Penanganan Pascapanen Padi untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling
A R T I K E L Teknik Penanganan Pascapanen Padi untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling Rokhani Hasbullah a dan Anggitha Ratri Dewi b a Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciMETODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian
15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan
Lebih terperinciHarnel. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Jl. Raya Padang-Solok KM. 40 Sukarami, Solok
KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS ALAT TANAM BIBIT PADI MANUAL (TRANSPLANTER) MODIFIKASI BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN DI KABUPATEN SIJUNJUNG, SUMATERA BARAT Harnel Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Mei 2010 sampai dengan bulan Juli 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling
Lebih terperinciLampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian. Mulai. Menyiapkan alat dan bahan. Mengambil data anthropometri 10 orang operator
48 Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Menyiapkan alat dan bahan Mengambil data anthropometri 10 orang operator Mengambil data dimensi alat Menguji kapasitas efektif alat Menganalisis hasil
Lebih terperinciKEUNTUNGAN = BIAYA YANG DIKELUARKAN PENDAPATAN YANG DITERIMA ANALISIS BIAYA DARI PROSES PRODUKSI
ANALISIS BIAYA MESIN PERTANIAN Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1 ANALISIS BIAYA ALAT/MESIN PERTANIAN TUJUAN SUATU USAHA KEUNTUNGAN KEUNTUNGAN = BIAYA YANG DIKELUARKAN PENDAPATAN YANG DITERIMA ANALISIS
Lebih terperinciLampiran 1. Gambar proses pembuatan tahu
LAMPIRAN 35 Lampiran 1. Gambar proses pembuatan tahu 1. Pemanenan Kedelai* 2. Perontokan Biji Kedelai** 3. Pencucian Kedelai 4. Pengupasan Kulit Ari Kedelai 5. Kedelai Setelah Dicuci 6. Penggilingan Kedelai
Lebih terperinciMulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan
Lampiran 1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan
Lebih terperinciLampiran 2. Flowchart perencanaan penelitian. Mulai iii. Menimbang Biji Kedelai. Menyiapkan 2 jenis Mata Pisau yang Akan.
43 Lampiran 2. Flowchart perencanaan penelitian Mulai iii Menimbang Biji Kedelai Menyiapkan 2 jenis Mata Pisau yang Akan Digunakan Dihidupkan Alat Pembuat Sari Kedelai Dimasukkan Bahan Kedalam Alat Kondisi
Lebih terperinciANALISA EKONOMI PENGOPERASIAN ALAT DAN MESIN PENGADUK ADONAN KERUPUK MERAH
ANALISA EKONOMI PENGOPERASIAN ALAT DAN MESIN PENGADUK ADONAN KERUPUK MERAH Jurusan Teknologi Pertanian, Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Email : sanmelly@gmail.com ABSTRAK Di Sumatera Barat, sentra
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Lokasi Penggilingan Padi Kelurahan Situ Gede adalah suatu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan data monografi Kelurahan Situ Gede pada
Lebih terperinciSEMINAR KOMPREHENSIF ANALISIS TEKNIK, UJI KINERJA, DAN ANALISIS EKONOMI MESIN PELECET KACANG KEDELAI EDAMAME. Angga Fajar S ( )
SEMINAR KOMPREHENSIF ANALISIS TEKNIK, UJI KINERJA, DAN ANALISIS EKONOMI MESIN PELECET KACANG KEDELAI EDAMAME Angga Fajar S (240110060041) Latar Belakang Kacang Kedelai Edamame Proses Pengupasan Kulit Manual
Lebih terperinciSKRIPSI DESAIN DAN PENGUJIAN PERONTOK PADI TIPE PEDAL YANG RINGAN DAN MOBILE BERBASIS SEPEDA OLEH: NIKO DANIAR ATMAJA F
SKRIPSI DESAIN DAN PENGUJIAN PERONTOK PADI TIPE PEDAL YANG RINGAN DAN MOBILE BERBASIS SEPEDA OLEH: NIKO DANIAR ATMAJA F14061942 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciTugas Akhir ini telah dipertahankan didepan sidang penguji dan dinyatakan lulus pada tanggal : 16 September 2015 Abstrak telah disetujui penguji :
No. Politeknik RAHMAD DANIL BIODATA (a) Tempat / Tgl Lahir : Sarik / 19 Juni 1994 (b) Nama Orang Tua : Yulis Kaizar (c) Fakultas : Politeknik (d) Jurusan : Teknik Mesin. Konsentrasi : Perawatan dan Perbaikan
Lebih terperinciMulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan
Lampiran 1. Flow Chart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan
Lebih terperinciMahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universita Lampung 2,3
Artikel Ilmiah Teknik Pertanian Lampung: 7-12 ANALISIS MUTU BERAS PADA MESIN PENGGILINGAN PADI BERJALAN DI KABUPATEN PRINGSEWU THE ANALYSIS OF RICE QUALITY PRODUCED BY COMMUTING RICE MILLING MACHINE IN
Lebih terperinciMODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA
MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha
Lebih terperinciMEKANISME DAN KINERJA PADA SISTEM PERONTOKAN PADI 1. Heny Herawati 2
MEKANISME DAN KINERJA PADA SISTEM PERONTOKAN PADI 1 Heny Herawati 2 ABSTRAK Faktor efisiensi pelaksanaan kegiatan di lapangan menjadi faktor utama dalam pemilihan jenis, sistem dan alat yang dapat mendukung
Lebih terperinciEFISIENSI LAPANG DAN BIAYA PRODUKSI BEBERAPA ALAT PENGOLAHAN TANAH SAWAH DI KECAMATAN PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT
EFISIENSI LAPANG DAN BIAYA PRODUKSI BEBERAPA ALAT PENGOLAHAN TANAH SAWAH DI KECAMATAN PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI OLEH : IVAN YOLESSA BUTAR BUTAR PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS
Lebih terperinciINFORMASI PRAKTIS PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI. OLeh Ir. I. Ketut Tastra, MS. Informasi Praktis Balitkabi No.:
INFORMASI PRAKTIS PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI OLeh Ir. I. Ketut Tastra, MS Informasi Praktis Balitkabi No.:2015-12 Disajikan pada: Workshop Optimalisasi Pengembangan Mekanisasi Usahatani Kedelai Serpong,
Lebih terperinciUJI PERFORMANSI MODIFIED MOWER BBPMP UNTUK PEMANENAN PADI DI KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN
UJI PERFORMANSI MODIFIED MOWER BBPMP UNTUK PEMANENAN PADI DI KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN Performance Test of Modified BBPMP Mower for Planting Rice in Sumbermanjing Wetan Ary Mustofa Ahmad *, Gunomo
Lebih terperinciPANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI
PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi 11: PANEN DAN
Lebih terperinciMulai. Dirancang bentuk alat. Digambar dan ditentukan ukuran alat. Dipilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. dirangkai alat.
42 Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Dirancang bentuk alat Digambar dan ditentukan ukuran alat Dipilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan sesuai ukuran yang sudah ditentukan
Lebih terperinciMETODOLOGI. Jakarta Serang. Km 68 Kaw. Modern Industry Kav. 8 Cikande, Serang Indonesia.
METODOLOGI 3.1. Latar Belakang PT. Sumigita Inwha Consortium PT. Sumigita Inwha Consortium atau disingkat dengan PT. SIC merupakan gabungan dari dua perusahaan yaitu, PT. Sumigita Jaya dan PT. Inhwa Indonesisa.
Lebih terperinciMasa berlaku: Alamat : Situgadung, Tromol Pos 2 Serpong, Tangerang Februari 2010 Telp. (021) /87 Faks.
Nama Laboratorium : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian ; Ir. H. Koes Sulistiadji, M.S. Mekanik Traktor roda empat Pengukuran dimensi : - Dimensi unit traktor IK-SP TR4: 2007 butir 1 - Dimensi
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ALAT PENGADUK SABUN CAIR BAHAN BAKU MINYAK JELANTAH
RANCANG BANGUN ALAT PENGADUK SABUN CAIR BAHAN BAKU MINYAK JELANTAH DRAFT MUHAMMAD IMAM AL HAKIM 110308066 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015 RANCANG BANGUN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika
4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Penelitian ini dimulai pada bulan Juni-Agustus 2014 dengan lokasi penelitian
III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Juni-Agustus 2014 dengan lokasi penelitian bertempat di peternakan kambing di Desa Sumberrejo, Kecamatan Batanghari, Lampung
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Alat Tipe Tampah, Engkol Semi Mekanis, dan Mekanis Pengujian kapasitas lapang alat pengupas dilakukan di Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna (BPTTG), provinsi
Lebih terperinciPertemuan ke-14. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa
Pertemuan ke-14 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian 2. Khusus
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan
Lebih terperinciISSN No Vol.23, No.2, OKtober 2009
ISSN No. 0216-3365 Vol.23, No.2, OKtober 2009 Jurnal Keteknikan Pertanian merupakan publikasi resmi Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA) yang didirikan 10 Agustus 1968 di Bogor, berkiprah dalam
Lebih terperinciSTUDI KAPASITAS KERJA DAN SUSUT SAAT PANEN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG MENGGUNAKAN PADDY MOWER MOHAMMAD IKHSAN
STUDI KAPASITAS KERJA DAN SUSUT SAAT PANEN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG MENGGUNAKAN PADDY MOWER MOHAMMAD IKHSAN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciPERFORMA DAN BIAYA OPERASIONAL MESIN PENCACAH PELEPAH KELAPA SAWIT RANCANGAN UPT MEKANISASI PERTANIAN PROVINSI SUMATERA UTARA
PERFORMA DAN BIAYA OPERASIONAL MESIN PENCACAH PELEPAH KELAPA SAWIT RANCANGAN UPT MEKANISASI PERTANIAN PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI HANDYMAN MAKMUR WARUWU 110308034 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
Lebih terperinciEfisiensi Penggunaan Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 14 (1): 39-43 ISSN 1410-5020 Efisiensi Penggunaan Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah Efficiency of Used The Number of Seedling on Growth
Lebih terperinciPengembangan Metodologi untuk Penekanan Susut Hasil pada Proses Pemipilan Jagung
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : 9789798940293 Pengembangan Metodologi untuk Penekanan Susut Hasil pada Proses Pemipilan Jagung Muhammad Aqil Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl Dr. Ratulangi
Lebih terperinciANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN
Agricola, Vol 4 (1), Maret 2014, 1-7 p-issn : 2088-1673., e-issn 2354-7731 ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) Surel: untari_83@yahoo.com
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA A. GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI)
II. TINJAUAN PUSTAKA A. GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI) Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan, dan pengumpulan padi. Pada tahap ini, kehilangan akibat ketidak tepatan
Lebih terperinciSTUDI TINGGI PEMOTONGAN PADI PADA KEGIATAN PANEN MANUAL DAN PERONTOKAN MENGGUNAKAN THROW-IN TYPE POWER THRESHER SANTOSA ADI NUGROHO
STUDI TINGGI PEMOTONGAN PADI PADA KEGIATAN PANEN MANUAL DAN PERONTOKAN MENGGUNAKAN THROW-IN TYPE POWER THRESHER SANTOSA ADI NUGROHO DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciANALISA BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA JASA PERONTOKAN PAD1 DI KABUPATEN SUMATERA BARAT
ANALISA BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA JASA PERONTOKAN PAD1 DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT I1 PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT oleh : ZULFALDI F 26.0127 1995 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciLAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian
LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Observasi desain dan rancangan Alat Destilasi bioetanol pada literatur Penyusunan desain dan rancangan Alat Destilasi bioetanol Pemilihan bahan
Lebih terperinciMulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan
40 Lampiran 1.Flowchart Pelaksanaan Penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang akan dirangkai Merangkai
Lebih terperinciDESAIN MESIN PERTANIAN SERBAGUNA BERDASARKAN MODEL MESIN PERONTOK PADI KONVENSIONAL
DESAIN MESIN PERTANIAN SERBAGUNA BERDASARKAN MODEL MESIN PERONTOK PADI KONVENSIONAL A. Jannifar, Mawardi Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan Km. 28,3, Buketrata, Aceh
Lebih terperinciKAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO
KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO Yati Haryati dan Agus Nurawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung Email : dotyhry@yahoo.com
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ALAT PENGIRIS BAWANG MEKANIS
RANCANG BANGUN AAT PENGIRIS BAWANG MEKANIS (Design and construction of mechanical onion slicing machine) Anthoni umbantobing 1*, Saipul Bahri Daulay 1, dan Sulastri Panggabean 1 1 Program Studi Keteknikan
Lebih terperinciPerancangan dan Pembuatan Mesin Perontok Padi Untuk Peningkatan Produksi Kelompok Tani Desa Ngadirejo Kromengan Kabupaten Malang
Perancangan dan Pembuatan Mesin Perontok Padi Untuk Peningkatan Produksi Kelompok Tani Desa Ngadirejo Kromengan Kabupaten Malang Dwi Ana Anggorowati 1,*, Erni Junita Sinaga 2, Anis Artiyani 3 1 Program
Lebih terperinciII. MENEKAN KEHILANGAN HASIL
II. MENEKAN KEHILANGAN HASIL 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Selama waktu panen, susut dapat terjadi karena ada gabah yang rontok di lahan akibat cara panen yang tidak benar atau akibat
Lebih terperinciN A S K A H B U K U ( ) Teknologi Mekanisasi Mesin Perontok Padi (THRESHER) Oleh : Koes Sulistiadji, Haryono, Joko Pitoyo, Novi Sulistyosari
N A S K A H B U K U (05-06-2006) Teknologi Mekanisasi Mesin Perontok Padi (THRESHER) Oleh : Koes Sulistiadji, Haryono, Joko Pitoyo, Novi Sulistyosari I. INFORMASI UMUM Kegiatan perontokan biji-bijian khususnya
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan di lahan perkebunan tebu milik PT. Laju Perdana Indah (LPI), Palembang, Sumatera Selatan. Tempat ini berada pada elevasi
Lebih terperinci