Pengembangan Metodologi untuk Penekanan Susut Hasil pada Proses Pemipilan Jagung
|
|
- Glenna Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Pengembangan Metodologi untuk Penekanan Susut Hasil pada Proses Pemipilan Jagung Muhammad Aqil Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan Abstrak Membaiknya harga jagung di pasaran internasional telah meningkatkan produksi jagung nasional menjadi dua kali lipat dalam satu dekade terakhir. Namun demikian, peningkatan produksi tersebut tidak diikuti dengan penanganan pascapanen yang baik sehingga peluang kerusakan biji akibat kesalahan penanganan dapat mencapai 1215% dari total produksi. Lebih lanjut, diantara semua tahapan pascapanen, segmen pemipilan yang paling tinggi peluang kehilangan hasilnya yang mencapai 8% sehingga proses ini dianggap sebagai proses kritis dalam penanganan pascapanen. Perkiraan kehilangan hasil akibat susut pada proses pemipilan mencapai 630 ribu ton 720 ribu ton per tahun. Kondisi alat pemipil yang juga tidak memenuhi standar (konstruksi sarangan dan silinder pemipil) juga berpeluang merusak biji. Makalah ini membahas dua topik penting terkait pemipilan jagung yaitu pengembangan metodologi untuk mengukur susut secara tepat serta kajian perbaikan teknologi pemipilan untuk menekan kehilangan hasil. Pengembangan metodologi pengukuran susut telah dibahas dengan melibatkan pakar pascapanen dari perguruan tinggi, badan litbang serta BPS dalam upaya menetapkan standar baku pengukuran kehilangan hasil. Lebih lanjut, perbaikan teknologi pemipilan dapat dicapai melalui penetapan secara hatihati disain peralatan pemipil (konstruksi sarangan, gigi perontok, kecepatan putar) sehingga akan didapatkan produk hasil jagung yang berkualitas dan memenuhi standar perdagangan. Kata Kunci. Pascapanen, pemipil, jagung, susut hasil Pendahuluan Program peningkatan produktivitas jagung yang telah berhasil meningkatkan produksi nasional mencapai 18,02 juta ton pada Tahun 2010 (BPS, 2010) hendaknya diikuti dengan perbaikan proses penanganan pascapanen. Hal ini disebabkan karena sebagian besar produksi ( 57%) dihasilkan pada musim hujan yang berpotensi menurunkan kualitas produk biji apabila tidak tertangani dengan baik. Perkiraan kehilangan hasil karena susut (kualitas) dan tercecer (kuantitas) di petani pada musim hujan dan kemarau berkisar 5,2 % 15,2 % (Purwadaria, 1988). Selain itu pola kebiasaan petani yang cenderung menumpuk hasil panen untuk mengoptimalkan penggunaan air hujan untuk pertanaman kedua juga berpeluang menimbulkan kontaminasi cendawan Asprgillus flavus yang menghasilkan aflatoksin yang akan semakin mempercepat degradasi mutu hasil dan menimbulkan permasalahan bagi kesehatan manusia (Aqil dan Firmansyah, 2011). Kegiatan pascapanen terdiri dari sejumlah tahapan dimulai dari panen, pengupasan, pengeringan, pemipilan, penyimpanan dan pengangkutan (Muhidong, 1998). Unitunit teknologi untuk setiap segmen kegiatan telah banyak dihasilkan dan diterapkan pada berbagai wilayah di Indonesia. Namun demikian, masalah yang sering dijumpai adalah pemilihan jenis, luas layanan serta jumlah peralatan pada masingmasing komponen teknologi untuk menyelaraskan kegiatan pascapanen jagung. Permasalahan lain adalah produksi tidak terdistribusi normal sepanjang tahun tetapi menumpuk pada musimmusim 464
2 Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : tertentu, biasanya pada akhir musim hujan. Hal ini menjadi masalah karena apabila jagung tidak segera diproses maka akan terjadi penundaan yang berpotensi menimbulkan kerusakan pada biji. Permasalahan diatas dapat menjadi kenyataan pada wilayahwilayah sentra utama produksi jagung di Indonesia. Sebagai ilustrasi, proyeksi total produksi jagung Provinsi NTT tahun 2011 sebesar 800 ribu 900 ribu ton. Dengan asumsi kapasitas alat pemipil jagung mekanis ratarata 1 ton/jam, kerja efektif alat 8 jam/hari atau 40 hari per tahun (mengacu kepada nisbah pendapatan dan biaya untuk mesin pemipil jagung oleh Purwadaria, 1988) maka dibutuhkan kirakira unit mesin pemipil jagung. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah jumlah mesin pemipil sudah optimal dikaitkan dengan: 1. Kapasitas panen, 2. Waktu panen yang serentak, dan 3. Kapasitas pengeringan dan penyimpanan. Tulisan ini membahas dua sub topik yaitu: Kondisi susut hasil pada proses pascapanen dan pengembangan metodologi untuk menentukan susut secara tepat, serta kajian penekanan kehilangan hasil melalui perbaikan teknologi perontokan/pemipilan jagung sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Susut Hasil pada Proses Pascapanen Diantara tahapan penanganan pascapanen jagung, tahapan pemipilan yang mempunyai peluang susut hasil yang tertinggi (Tabel 1). Peluang kehilangan hasil terjadi dalam bentuk biji tidak terpipil, biji terpental keluar dari lubang pengeluaran biji (scattered), serta biji terbawa pada lubang blower. Hal ini diperparah oleh kondisi wilayah dimana hampir 57% jagung dipanen pada musim hujan dengan kadar air biji yang masih tinggi, 2530% sehingga menyulitkan kegiatan pemipilan sehingga biji banyak yang tidak terontok/terpipil dengan sempurna. Pada musim tanam 2009/2010, luas panen jagung secara nasional mencapai 4 juta hektar, setara dengan produksi 18,02 juta ton jagung. Apabila terjadi susut tercecer selama pemipilan sebe Tabel 1. Perkiraan susut jumlah dan mutu pada proses pascapanen jagung Kegiatan pascapanen Susut jumlah Susut mutu Jagung dipanen pada KA 2025% Panen Pengangkutan Perontokan Penjemuran Jumlah Jagung dipanen pada KA 2530% Panen Pengangkutan Penjemuran jagung tongkol Perontokan Penjemuran jagung pipil Jumlah Purwadaria, 1988 <0,1 <0,1 4,0 0,5 4,5 <0,1 <0,1 0,5 4,0 0,5 5,0 3,0 4,0 9,0 4,0 10,0 465
3 Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : sar 34% saja (perkiraan susut tercecer oleh Purwadaria, 1988), maka total susut yang terjadi selama proses pemipilan berlangsung adalah sebesar 540 ribu sampai 720 ribu ton jagung atau setara dengan total produksi jagung Propinsi NTT yang mencapai 700 ribu ton pada Tahun Selain susut tercecer, mutu hasil pipilan juga belum memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan, dilihat dari tingkat kerusakan biji yang mencapai 4% (Tabel 1). Kerusakan dan keberagaman biji hasil perontokan disebabkan karena beragam dan kakunya konstruksi sarangan dan silinder pemipil yang beroperasi disamping faktor kadar air biji yang umumnya masih tinggi. Apabila setiap kenaikan satu persen kerusakan biji jagung terjadi penurunan harga sebesar Rp. 100/kg Rp 300/kg (Data survei ke pedagang pengumpul, 2008) maka dampak dari kerusakan biji jagung pada segmen pemipilan dapat menimbulkan kerugian sebesar Rp 100 ribu sampai Rp 300 ribu per ton jagung pipilan. Gambaran ini menunjukkan pentingnya penanganan pascapanen jagung yang tepat termasuk pemilihan peralatan yang sesuai. Pengembangan Standar Baku Pengukuran Susut Diakui, saat ini belum terdapat standar baku (SNI) untuk mengukur kehilangan/losis pada proses pascapanen jagung. Hal ini berdampak pada beragamnya data dan informasi terkait losis pascapanen, baik yang dikeluarkan oleh BPS maupun direktorat terkait. Dengan dibentuknya direktorat pascapanen pada Tahun 2010 maka telah mulai diinisiasi pengembangan metodologi untuk menentukan susut hasil tanaman pangan dalam bentuk workshop pengembangan metodologi untuk penekanan susut hasil padi, jagung dan kedelai pada tahun Workshop ini menghadirkan pakar lintas institusi seperti perguruan tinggi (IPB dan UGM), Direktorat Pascapanen, Badan Litbang Pertanian, BPS, dan PUSDATIN. Diantara sejumlah kesepakatan yang didapatkan adalah sebagai berikut: Ruang Lingkup Susut pemipilan/perontokan adalah kehilangan hasil selama proses pemipilan jagung, yang dilakukan dengan metoda/cara perontokan sesuai dengan kebiasaan petani di lokasi terpilih. Susut pemipilan/perontokan terdiri dari (1) susut yang akibat adanya butir jagung pipilan yang hilang/tercecer karena terlempar keluar dari alas pemipilan/perontokan, (2) butir pipilan jagung yang melekat pada tongkol, dan (3) butir pipilan jagung yang terbawa kotoran dan menempel pada alat pemipil/perontok. Susut dibagi menjadi dua bagian yaitu susut pemipilan manual dan susut pemipilan mekanis. Susut Pemipilan Manual Prinsip pengukuran susut tercecer pemipilan manual jagung adalah: Sampel yang digunakan adalah 50 kg jagung tongkol. Pemipilan dilakukan dengan cara yang umum digunakan oleh petani. Pemipilan dikondisikan dilakukan di atas alas pengamatan berukuran 5 m x 5 m. Biji tercecer terdiri dari tiga tipe yaitu: Biji tercecer 1 adalah berat biji jagung yang berada di luar alas pengamatan, Biji tercecer 2 adalah berat biji jagung yang masih melekat pada sampel 10 kg tongkol biji yang telah 466
4 Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : dipipil, dan Biji tercecer 3 adalah berat biji jagung yang masih melekat pada sampel 1 kg tongkol dan kotoran yang hancur selama proses pemipilan. Besarnya nilai susut tercecer menggunakan rumus perhitungan susut tercecer pemipilan manual. Perhitungan Susut Pemipilan Manual dapat dilihat pada Tabel 2. tumpukan. Kemudian dilakukan pemipilan secara manual tangan dan hatihati dan analisis komponen mutunya. b. Ambil 500 gram biji jagung hasil pemipilan secara acak dan homogen. Kemudian dilakukan analisis mutunya. c. Untuk memudahkan hasil analisis dibuat seperti pada Tabel 3. d. Pilih persentase tingkat kerusakan yang Tabel 2. Perhitungan susut pemipilan manual Biji jagung Berat Susut ercecer kg/kgcuplikan kg/50 kg contoh Hasilpipilan R Tercecer 1 T1 T1 Tercecer 2 T2 T2 x berat tgkol/10 T1/J x 100% = % T2/J x 100% = % Tercecer 3 T3 T3 x berat kotoran T3/J x 100% =% Jumlah J % Tabel 3. Perhitungan susut mutu pemipilan manual Komponen mutu Sebelum pemipilan Biji jagung Sesudah pemipilan Tingkat kerusakan Biji rusak Biji pecah Benda asing Kotoran Pada proses pemipilan juga serdapat peluang susut mutu pemipilan. Penentuan susut mutu pemipilan manual adalah: a. Ambil 1 kg jagung tongkol sebelum pemipilan, secara acak dan homogen dari suatu terbesar. Kemudian bandingkan dengan persyaratan mutu terhadap standar mutu yang berlaku. e. Perhitungan susut mutu pemipilan secara manual (A) adalah: 467
5 Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : A = Kerusakan terbesar % standar mutu yang terkait f. Apabila selisihnya sama dengan atau < nol, hal ini sebagai tidak ada susut mutu. Susut Pemipilan Mekanis Prinsip Pengukuran susut tercecer pemipilan mekanis adalah sebagai berikut : a. Sampel yang digunakan adalah 1000 kg jagung tongkol b. Penanganan menggunakan mesin pemipil dilakukan dengan cara yang umum digunakan oleh petani. Biji terdiri dari tiga tipe yaitu : Biji tercecer 1 adalah berat biji jagung yang berada di luar alas pengamatan, Biji tercecer2 adalah berat biji jagung yang masih melekat pada sampel 10 kg tongkol biji yang telah dipipil, Biji tercecer 3 adalah berat biji jagung yang masih melekat pada sampel 1 kg tongkol dan kotoran yang hancur selama pemipilan. Besarnya nilai total susut tercecer menggunakan rumus perhitungan susut tercecer seperti pada Tabel 4. Susut tercecer praktis dihitung dengan menggunakan persamaan : Berat awal (berat jagung pipil + berat tongkol + berat kotoran x 100 % Berat jagung pipil Ketersediaan Peralatan serta Perbaikan Teknologi Pemipilan untuk Menekan Kehilangan hasil Dewasa ini telah berkembang berbagai macam peralatan pemipilan mulai dari pemipil manual sampai dengan pemipil mekanis. Programprogram pemerintah juga membantu dalam pengadaan peralatan pemipil diantaranya Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang tersebar pada berbagai Gapoktan. Secara umum, pemipilan jagung secara tradisional dilakukan dengan tangan. Metode ini kapasitasnya rendah, namun efektif untuk memisahkan biji dari tongkol dengan tingkat kerusakan mekanis yang relatif kecil. Selain itu dapat dilakukan pemisahan biji yang rusak atau yang terserang hama. Cara pemipilan manual lainnya yang sering dilakukan oleh petani adalah: (1) pemipilan dengan menggunakan tongkat pemukul pada jagung dalam bentuk tongkol, cara ini sebaiknya tidak dilakukan karena menyebabkan kerusakan yang tinggi pada biji; (2) pemipilan dengan alat pemipil jagung dari kayu yang dibuat oleh Tropical Product Institute (TPI) dan modifikasinya, alat ini cukup berdaya guna untuk meningkatkan kapasitas pemipilan denan tangan. Jenis pemipil semi mekanis dan mekanis yang banyak digunakan adalah alat pemipil tipe pedal, tipe sepeda dan tipe THM2 (Bali Tabel 4. Perhitungan susut pemipilan mekanis Biji jagung kg/kg cuplikan Berat kg/50 kg contoh Susut tercecer 1. Hasilpipilan R 2. Tercecer 1 T1 T1 T1/J x 100% = % 3. Tercecer 2 T2 T2 x berat tngkol/10 T2/J x 100% = % 4. Tercecer 3 T3 T3 x berat kotoran T3/J x 100% =% Jumlah J % 468
6 Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : tjas). Kapasitas dan mutu hasil pipilan jagung pada berbagai jenis alat dapat dilihat pada Tabel 5. Balitsereal telah memodifikasi mesin pemipil model PJM1 (kapasitas kerja 1,1 ton/ jan) dan PJM5 (kapasitas kerja 1,3 ton/jam) Tabel 5. Kapasitas dan mutu hasil pipilan jagung pada berbagai jenis alat Jenis alat/cara Kadar air Kapasitas Biji pecah Kotoran Pemipil tangan 21 12,5 5,9 0,25 Model TPI 16 13,6 5,15 0,25 Modifikasi TPI 11 15,4 3,10 0,1 Tipe pedal 21 14,2 6,78 0,40 Tipe sepeda 16 18,9 4,25 0,32 THM ,15 1,77 Anonim, 1996 dan Thahir, dkk, 1988 Pemipilan secara mekanis bertenaga gerak enjin atau motor listrik telah dibuat oleh bengkel alat dan mesin pertanian. Sebagian besar alat pemipil yang ada di pasar saat ini hanya cocok untuk pemipilan jagung dengan kadar air <18%. Pemipil jagung bertenaga gerak enjin yang banyak digunakan petani di Jawa Timur menunjukkan tingkat kerusakan biji 1821% untuk jagung dengan kadar air 32,535% pada putaran silinder perontok 600 rpm. Tingkat kerusakan biji tersebut melebihi standar yang ditetapkan oleh BULOG, yaitu 3%. Kapasitas kerja pemipil jagung bertenaga gerak enjin berkisar antara 0,81,2 t/jam. Alat pemipil jagung bertenaga enjin 810 HP sudah banyak digunakan petani di sentra produksi jagung di Kediri dan Pare (Jawa Timur). Kapasitas pemipil tersebut ± 2 ton jagung tongkol per jam dengan rendemen biji pipilan 70 80% pada kadar air biji <18%. yang dilengkapi dengan komponen pengayak (Gambar 1). Komponen pengayak tersebut dimaksudkan untuk memisahkan biji jagung dengan serpihan tongkol. Hasil pengujian menunjukkan bahwa biji jagung yang dipipil dengan PJM1 telah memenuhi persyaratan SNI pada kadar air biji 15% saat pemipilan. Biaya pemipilan dengan mesin pemipil model PJM1 lebih murah (Rp 25/kg) dibanding mesin pemipil yang digunakan oleh umumnya petani (Rp 30/kg). Mesin pemipil model PJM5 Balitsereal telah teruji untuk memproses benih jagung dan hasil pipilannya untuk konsumsi memenuhi standar SNI dan kapasitas pemipilannya dapat mencapai 1,3 ton per jam lebih produktif dibanding mesin pemipil sejenis di Kabupaten Bulukumba, yaitu hanya kurang dari 1 ton per ton (Aqil et al. 2008). 469
7 Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Gambar 1. Alsin pemipil jagung model PJM1Balitsereal Tabel 6. Kinerja mesin pipil jagung model PJM1 Balitsereal Uraian Cara Pemipilan Standar Mutu SNI Manual Alsin di Petani PJM1 I II III Kapasitas (kg/jam/orang) 20,0 500,0 1100,0 Biaya pemipilam (Rp/kg) 50,0 30,0 25,0 Kualitas pipilan : Biji pecah 3,7 0,2 1,0 3,0 Biji tidak terpipil 4,2 0,1 Kotoran 6,5 0,2 1,0 1,0 Yang perlu diperhatikan sebelum proses pemipilan menggunakan mesin pemipil adalah sebagai berikut : 1. Bentuk dan kontruksi gigi pemipil Bentuk dan konstruksi gigi pemipil merupakan salat satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam mendisain mesin pemipil karena sangat berpengaruh terhadap kinerja alat dalam merontok jagung. Mesin pipil yang baik sebaiknya terbuat dari bahan besi solid berdiameter mm dan tinggi gigi berkisar mm. 470
8 Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Jarak ujung gigi pemipil dengan sarangan Jarak antara ujung gigi pemipil dengan sarangan berpengaruh terhadap mutu jagung hasil pipilan dan kapasitas pemipilan. Apabila jaraknya terlalu besar (renggang) dapat mengakibatkan susut yang tinggi karena jumlah biji jagung yang tidak terpipil masih tinggi dan apabila terlalu rapat berdampak pada persentase biji pecah yang tinggi. Oleh karena itu disarankan menggunakan alat pemipil yang memiliki jarak ujung gigi pimipil dengan sarangan sama dengan ¾ dari diameter ratarata jagung bertongkol. 3. Kadar air Faktor kadar air juga sangat menentukan kualitas hasil pipilan. Hasil evaluasi kinerja mesinmesin pipil yang ada di desa Tajau Pecah, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa penundaan pemipilan tongkol jagung pada kadar air berkisar 2030% menurunkan kapasitas pemipilan jagung sebesar 10 20% dari kapasitas optimalnya. Kapasitas pemipilan menjadi lebih rendah bila kadar air biji jagung pada tongkol jagung tinggi. Untuk menghasilkan hasil pipilan yang baik, tongkol sebaiknya dipipil pada kadar air 17% karena pada kadar air tersebut biji jagung mudah lepas dari janggel dan kulit biji lebih keras serta kotorannya lenih ringan, sehingga persentase biji yang pecah relatif rendah dan persentase kotoran juga rendah. Sebaliknya, kadar air biji yang tinggi saat pemipilan dapat mengakibatkan benih mudah rusak. Sinuseng et al. (2004) melaporkan bahwa pemipilan menggunakan metode mekanis pada jagung varietas Lamuru dengan tiga tingkatan kadar air (15%, 21,5%, dan 28%) menghasilkan tingkat kerusakan yang berbeda pula (Tabel 7). 4. Kecepatan putaran silinder pipil Kecepatan putaran silinder selalu berbanding lurus dengan persentase butir pecah dan kapasitas pemipilan. Penggunaan putaran (rpm) yang tinggi pada proses pemipilan akan menghasilkan persentase butir pecar dan kapasitas pemipilan yang tinggi. Oleh karena itu dalam kegiatan pemipilan perlu kesesuaian antara kecepatan (rpm) silinder pipil dengan kadar air jagung yang akan dipil. Untuk mendapatkan mutu pipilan jagung yang baik, putaran Tabel 7. Mutu pipilan menggunakan mesin pipil model PJM1Balitsereal pada tiga tingkatan kadar air Kadar air Biji pecah Mutu pipilan Kotoran Tidak terpipil 15,0 0,20 0,20 0,10 21,5 1,21 1,30 1,54 28,0 3,19 1,51 3,82 Sinuseng dkk,
9 Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : silinder pipil sebaiknya rpm dengan kadar air biji jagung % untuk pakan dan % untuk benih. Kecepatan putaran silinder pemipil biasanya diukur dengan alat ukur putaran poros (tachometer) yang umumnya tidak dimiliki oleh pengelola jasa pemipilan jagung atau petani pemilik mesin pemipil jagung. Namun sebagai pedoman umum memperkirakan putaran poros silinder mesin pemipil dengan enjin penggerak 5,5 Hp adalah mengatur tangkai kecepatan enjin penggerak pada posisi 60 % dari panjang langkahnya. Dengan catatan bahwa diameter puli (pulley) enjin penggerak 3 inci (inch) dan diameter puli pada poros silinder perontok 12 inci (Firmansyah, 2010). Kesimpulan Proses pascapanen khususnya pada segmen pemipilan merupakan salah satu faktor kunci yang perlu mendapat perhatian dalam upaya menekan kehilangan hasil jagung. Perkiraan kehilangan hasil akibat susut pada proses pemipilan mencapai 630 ribu ton 720 ribu ton per tahun. Selain faktor kadar air biji, kondisi alat pemipil yang juga tidak memenuhi standar (konstruksi sarangan dan silinder pemipil) juga berpeluang merusak biji. Dalam upaya mendapatkan hasil biji yang berkualitas maka factor penting yang harus diperhatikan dalam proses pemipilan adalah kadar air, bentuk dan konstruksi gigi pemipil, jarak antara sarangan dengan ujung gigi pemipil, serta kecepatan putaran silinder pemipil. Dengan menerapkan standar prosedur baku dalam kegiatan pemipilan maka diharapkan akan dapat menghasilkan produk biji yang berkualitas dan memenuhi standar yang dipersyaratkan. Daftar Pustaka Anonim, Pengembangan Jagung Hibrida dan Komposit di Sulawesi Selatan. IPPTP Departemen Pertanian Propinsi Sulawesi Selatan. Aqil, M. Dan Firmansyah Teknologi Pascapanen Jagung. Makalah disampaikan pada Diklat PPL Mendukung Peningkatan Produksi Jagung di Jawa Tengah. Ungaran Jawa Tengah. Aqil, M., Firmansyah, I. U., Suarni, J. Tandiabang, O. Komalasari, A. Nadjamuddin, Suwardi, O. Komalasari Proses pascapanen untuk menunjang perbaikan kualitas produk biji jagung berskala industry dan ekspor. Laporan Akhir. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Depatemen Pertanian. BPS, Produksi Jagung Nasional Tahun Firmansyah, Teknologi Pengeringan dan Pemipilan untuk Perbaikan Kualitas Biji Jagung. Prosiding Seminar Nasional Serealia Purwadaria, H. K Buku Pegangan: Teknologi Penanganan Pascapanen Jagung. Edisi Kedua. Deptan, FAO, UNDP. Development and Utilization of Postharvest Tools and Equipment, INS/088/077. Sinuseng, Y., I.U. Firmansyah, S. Saenong dan Rahmawati Teknik pengeringan, pemipilan dan penyimpanan benih jagung. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih Serealia. Balitsereal, Juli Thahir, R. Sudaryono, Soemardi dan Soeharmadi Teknologi pasca panen jagung dalam Subandi, M. Syam dan Adi Widjono (Eds.). Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 472
TEKNOLOGI PENGERINGAN DAN PEMIPILAN UNTUK PERBAIKAN MUTU BIJI JAGUNG (Studi Kasus di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan)
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN :9789798940279 TEKNOLOGI PENGERINGAN DAN PEMIPILAN UNTUK PERBAIKAN MUTU BIJI JAGUNG (Studi Kasus di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan) I.U. Firmansyah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika
4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi
Lebih terperinciPENGUJIAN MESIN PEMIPIL JAGUNG MODEL PJM4-BALITSEREAL DI PETANI. I.U.Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia
PENGUJIAN MESIN PEMIPIL JAGUNG MODEL PJM4-BALITSEREAL DI PETANI I.U.Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Pengujian prototipe mesin pemipil khusus jagung model PJM4-Balitsereal dengan tipe
Lebih terperinciKINERJA MESIN PEMBERSIH JAGUNG UNTUK PANGAN DAN SORTASI BENIH. I.U. Firmansyah, Rahmawati dan Riyadi Balai Penelitian Tanaman Serealia
KINERJA MESIN PEMBERSIH JAGUNG UNTUK PANGAN DAN SORTASI BENIH I.U. Firmansyah, Rahmawati dan Riyadi Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Permintaan jagung untuk kebutuhan dalam dan luar negeri untuk
Lebih terperinciINFORMASI PRAKTIS PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI. OLeh Ir. I. Ketut Tastra, MS. Informasi Praktis Balitkabi No.:
INFORMASI PRAKTIS PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI OLeh Ir. I. Ketut Tastra, MS Informasi Praktis Balitkabi No.:2015-12 Disajikan pada: Workshop Optimalisasi Pengembangan Mekanisasi Usahatani Kedelai Serpong,
Lebih terperinciPemahaman Petani terhadap Mutu Benih Jagung (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Selatan)
Pemahaman Petani terhadap Mutu Benih Jagung (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Selatan) Margaretha Sl, dan Rahmawati Peneliti pada Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274, Maros Sulawesi
Lebih terperinciProspek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara
Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian
Lebih terperinci1 PENGGUNAAN SISTEM PEMANAS DALAM PENGEMBANGAN ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH Renny Eka Putri *), Andasuryani, Santosa, dan Riki Ricardo Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Lebih terperinciTEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS
TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian
Lebih terperinci6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Prediksi Produksi Jagung
89 6 IMPLEMENTASI MODEL Rancangbangun model penyediaan tepung jagung pada rantai pasok industri berbasis jagung ini dapat digunakan sebagai suatu model yang dapat menganalisis penyediaan tepung jagung
Lebih terperinciANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)
ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon) Engkos Koswara Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Majalengka Email : ekoswara.ek@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bulat, beruas-ruas dan tingginya antara cm. Jagung merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang mempunyai batang bebentuk bulat, beruas-ruas dan tingginya antara 60 300 cm. Jagung merupakan komoditas vital dalam
Lebih terperinciIBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA
NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 140 IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA Muh. Anshar 1) Abstrak: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung yang dihasilkan agar sesuai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling
Lebih terperinciUNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1
UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 Hanim Zuhrotul A 2, Nursigit Bintoro 2 dan Devi Yuni Susanti 2 ABSTRAK Salah satu faktor yang mengakibatkan kehilangan hasil pada produk pertanian tanaman
Lebih terperinciTEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA
AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik
Lebih terperinciLaporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani
84 Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Pascapanen Upaya pemerintah untuk mencapai swasembada beras ditempuh melalui berbagai cara, salah
Lebih terperinciKINERJA PROTOTIPE MESIN SOSOH TIPE ABRASIF PSA-M3 PADA PROSES PENYOSOHAN SORGUM
I.U. Firmansyah: Kinerja Prototipe Mesin Sosoh. KINERJA PROTOTIPE MESIN SOSOH TIPE ABRASIF PSA-M3 PADA PROSES PENYOSOHAN SORGUM I.U. Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Sorgum (Sorghum
Lebih terperinciPENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG. Rahmawati, Yamin Sinuseng dan Sania Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros ABSTRAK
PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG Rahmawati, Yamin Sinuseng dan Sania Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros ABSTRAK Benih secara struktural adalah sama dengan biji, tetapi secara
Lebih terperinciJember, Juli, 2011 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2011] Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) Abstrak
Penggunaan Mesin Perontok untuk Menekan Susut dan Mempertahankan Kualitas Gabah (The Use of Power Thresher to Reduce Losses and Maintain Quality of Paddy) Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) 1) Departemen
Lebih terperinciEfektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering
Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Abstrak Sumanto 1) dan Suwardi 2) 1)BPTP Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 2)Balai Penelitian
Lebih terperinciPANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG
PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca
Lebih terperinciPengolahan lada putih secara tradisional yang biasa
Buletin 70 Teknik Pertanian Vol. 15, No. 2, 2010: 70-74 R. Bambang Djajasukmana: Teknik pembuatan alat pengupas kulit lada tipe piringan TEKNIK PEMBUATAN ALAT PENGUPAS KULIT LADA TIPE PIRINGAN R. Bambang
Lebih terperinciALAT DAN MESIN PANEN PADI
ALAT DAN MESIN PANEN PADI Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran-pemikiran manusia dari jaman ke jaman, cara pemungutan hasil (panen) pertanian pun tahap demi tahap berkembang sesuai dengan
Lebih terperinciPETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI
PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASKA PANEN KEDELAI A.
Lebih terperinciUJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR
UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR Amir dan St. Najmah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan pada lahan sawah
Lebih terperinciMODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA
MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok
Lebih terperinciRancang Bangun Mesin Pemipil Jagung Untuk Meningkatkan Hasil Pemipilan Jagung Kelompok Tani Desa Kuala Dua
1 Rancang Bangun Mesin Pemipil Jagung Untuk Meningkatkan Hasil Pemipilan Jagung Kelompok Tani Desa Kuala Dua Silvia Uslianti (1), Tri Wahyudi (2), Muhammad Saleh (3), Suko Priyono (4) (1,2) Program Studi
Lebih terperinciKode Produk Target : 1.3 Kode Kegiatan :
Kode Produk Target : 1.3 Kode Kegiatan : 1.03.02 PENGEMBANGAN PAKET TEKNOLOGI MESIN PERONTOK PADI LIPAT DI DAERAH TERASERING UNTUK MENEKAN LOSSES DAN MENGURANGI KEJERIHAN KERJA Oleh Koes Sulistiadji Joko
Lebih terperinciTEKNOLOGI PRODUKSI DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI KALIMANTAN SELATAN. Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia
TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI KALIMANTAN SELATAN Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Areal pertanaman jagung di Kalimantan Selatan cukup luas terutama
Lebih terperinciPENGARUH SORTASI BIJI DAN KADAR AIR SERTA VOLUME KEMASAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH JAGUNG
PENGARUH SORTASI BIJI DAN KADAR AIR SERTA VOLUME KEMASAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH JAGUNG Rahmawati, Sania Saenong dan E. Y. Hosang Balai Penelitian Tanaman Serealia BPTP NTT ABSTRAK Benih merupakan benda
Lebih terperinciMAKALAH ALAT DAN MESIN PERTANIAN MESIN PEMIPIL JAGUNG DAN ALAT PEMIPIL TRADISIONAL
MAKALAH ALAT DAN MESIN PERTANIAN MESIN PEMIPIL JAGUNG DAN ALAT PEMIPIL TRADISIONAL Oleh : Qurrotu A ayuni 14111006 Dosen Pengampu : Mahrus Ali, S.TP. M.Agr PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciWilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung
Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Zubachtirodin, M.S. Pabbage, dan Subandi Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Jagung mempunyai peran strategis perekonomian nasional, mengingat
Lebih terperinciPenanganan Pascapanen Jagung
Penanganan Pascapanen Jagung I.U. Firmansyah, M. Aqil, dan Yamin Sinuseng Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Penanganan pascapanen merupakan salah satu mata rantai penting dalam usahatani
Lebih terperinciPETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG
PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan di Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Mekar Tani, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang dan Balai Besar Penelitian dan
Lebih terperinciPEMBUATAN TEPUNG JAGUNG
PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG Qanytah Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan dibanding produk
Lebih terperinciPeran Teknologi Pertanian dalam Meningkatkan Produktivitas Tanaman Jagung Senin, 22 Maret 2010
Peran Teknologi Pertanian dalam Meningkatkan Produktivitas Tanaman Jagung Senin, 22 Maret 2010 Dalam artikel terdahulu telah disinggung teori Thomas Robert Malthus yang mengatakan bahwa jumlah penduduk
Lebih terperinciPERANCANGAN MESIN PEMIPIL DAN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG AGAM CHAIRUL ACHYAR
PERANCANGAN MESIN PEMIPIL DAN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG AGAM CHAIRUL ACHYAR 20411296 Latar Belakang Di Indonesia, jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok, tetapi bonggolnya masih belum termanfaatkan
Lebih terperinciPeluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara
Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), Andi Tenrirawe 2), A.Takdir 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi pertanian Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang digunakan sebagai media untuk menanam padi. memprihatinkan, dimana negara Indonesia yang memiliki lahan yang cukup luas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, sehingga padi termasuk tanaman prioritas. Hampir diseluruh
Lebih terperinciRANCANG BANGUN DAN UJI TEKNIS ALAT PERONTOK PADI SEMI MEKANIS PORTABEL
RANCANG BANGUN DAN UJI TEKNIS ALAT PERONTOK PADI SEMI MEKANIS PORTABEL Mislaini R Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas-Padang 25163 Email: mislaini_rahman@yahoo.co.id ABSTRAK Rancang bangun
Lebih terperinciUJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Amir dan M. Basir Nappu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciALAT DAN MESIN PANEN HASIL PERTANIAN drh. Saiful Helmy, MP
ALAT DAN MESIN PANEN HASIL PERTANIAN drh. Saiful Helmy, MP Proses panen padi dimulai dengan pemotongan bulir padi yang sudah tua (siap Panen) dari batang tanaman padi, dilanjutkan dengan perontokan yaitu
Lebih terperinciKAJIAN PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH SEBAGAI TANAMAN MT III DI SULAWESI TENGGARA
KAJIAN PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH SEBAGAI TANAMAN MT III DI SULAWESI TENGGARA Zainal Abidin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara ABSTRAK Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir data
Lebih terperinciPENGKAJIAN PENGUKURAN SUSUT PASCAPANEN KEDELAI
PENGKAJIAN PENGUKURAN SUSUT PASCAPANEN KEDELAI Suismono 1 dan Didik Harnowo 2 1 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jl. Tentara Pelajar No. 12. Cimanggu, Bogor; e-mail:suismono@yahoo.com
Lebih terperinciPERBAIKAN DAN UJI PROTOTIPE MESIN PEMBERSIH BENIH JAGUNG
I.U. Firmansyah: Perbaikan dan Uji Prototipe Mesin PERBAIKAN DAN UJI PROTOTIPE MESIN PEMBERSIH BENIH JAGUNG I.U. Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Produktivitas jagung sangat ditentukan
Lebih terperinciPERANCANGAN PISAU MESIN PEMIPIL DAN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG HADIYATULLAH
PERANCANGAN PISAU MESIN PEMIPIL DAN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG HADIYATULLAH 23411140 Latar Belakang Pemisahan biji jagung yang masih tradisional Kurangnya pemanfaatan bonggol jagung sebagai pakan ternak
Lebih terperinciTEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK
TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK Pengembangan pertanaman jagung akan lebih produktif dan berorientasi pendapatan/agribisnis, selain
Lebih terperinciKELEMBAGAAN PRODUKSI DAN PASCAPANEN JAGUNG
Tataniaga Jagung I G.P. Sarasutha, Suryawati, dan Margaretha SL. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Penelitian dan pengembangan (litbang) tanaman jagung pada masa yang akan datang difokuskan
Lebih terperinciKERAGAAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DENGAN SISTEM TANAM DI LAHAN KERING
Seminar Nasional Serealia, 2013 KERAGAAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DENGAN SISTEM TANAM DI LAHAN KERING Syuryawati Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
Lebih terperinciPENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS
BAB III PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS Uning Budiharti, Putu Wigena I.G, Hendriadi A, Yulistiana E.Ui, Sri Nuryanti, dan Puji Astuti Abstrak
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS
TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI Oleh: Ir. Nur Asni, MS Jagung adalah komoditi penting bagi perekonomian masyarakat Indonesia, termasuk Provinsi
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3
LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI Disusun oleh: Kelompok 3 Arya Widura Ritonga Najmi Ridho Syabani Dwi Ari Novianti Siti Fatimah Deddy Effendi (A24051682) (A24051758)
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka termasuk industri hilir, di mana industri ini melakukan proses pengolahan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Tepung Tapioka Skala Rakyat Industri tepung tapioka merupakan industri yang memiliki peluang dan prospek pengembangan yang baik untuk memenuhi permintaan pasar. Industri
Lebih terperinciKERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA
KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA Endang Iriani, Munir Eti Wulanjari dan Joko Handoyo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Tengah Abstrak.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan komoditas pangan unggulan Provinsi Lampung. Produksi padi yang dihasilkan di Provinsi Lampung secara
Lebih terperinciSISTEM PRODUKSI JAGUNG DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. Muhammad Aqil dan Bunyamin Z. ABSTRAK
Muhammad Aqil dan Bunyamin Z.: Sistem Produksi Jagung... SISTEM PRODUKSI JAGUNG DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Muhammad Aqil dan Bunyamin Z. Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No. 274
Lebih terperinciMESIN PANEN PADI TIPE SISIR (IRRI STRIPPER GATHERED SG
MESIN PANEN PADI TIPE SISIR (IRRI STRIPPER GATHERED SG 800) Oleh : Ir. H. Koes Sulistiadji, MS Perekayasa Madya pada Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Badan Litbang, Deptan ------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang sangat peting, selain padi dan gandum. Jagung juga berfungsi sebagai sumber makanan dan
Lebih terperinciUJI KERJA ALAT PENGGILING TYPE PALU (HAMMER MILL) DENGAN BEBERAPA JENIS BAHAN PAKAN SEBAGAI BAHAN UJI
UJI KERJA ALAT PENGGILING TYPE PALU (HAMMER MILL) DENGAN BEBERAPA JENIS BAHAN PAKAN SEBAGAI BAHAN UJI Sudigdo, J. Nulik, P. Th. Fernandes, Ati Rubiati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT ABSTRAK
Lebih terperinciMUTU BENIH JAGUNG HASIL TANGKARAN DI KABUPATEN BULUKUMBA DAN WAJO, SULAWESI SELATAN. Rahmawati dan I.U. Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia
MUTU BENIH JAGUNG HASIL TANGKARAN DI KABUPATEN BULUKUMBA DAN WAJO, SULAWESI SELATAN Rahmawati dan I.U. Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Pengujian mutu benih hasil tangkaran dilakukan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama
16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah modifikasi alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di sebagian besar Negara Asia, beras mempunyai nilai politik strategis, yang mempunyai implikasi, pemerintahan akan labil jika beras harganya tidak stabil
Lebih terperinciPedal Thresher dan Pedal Thresher Lipat
Pedal Thresher dan Pedal Thresher Lipat Oleh : KOES SULISTIADJI **) BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2009 **) Perekayasa Madya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman jagung ( Zea mays L) sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan
Lebih terperinciPEMBENTUKAN PENANGKARAN BENIH UNTUK PERCEPATAN DISTRIBUSI BENIH VARIETAS JAGUNG NASIONAL
PEMBENTUKAN PENANGKARAN BENIH UNTUK PERCEPATAN DISTRIBUSI BENIH VARIETAS JAGUNG NASIONAL Margaretha S.L. dan Sania Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Penelitian ini dilaksanakan pada Kelompok
Lebih terperinciMETODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian
15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN
ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN Bunyamin Z. dan N.N. Andayani Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Jagung sebagian besar dihasilkan pada lahan kering dan lahan
Lebih terperinciGambar 14. Grafik Jumlah Butir per Malai pada Beberapa Varietas Padi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Karakteristik Tanaman Padi Tanaman padi memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan varietas padi. Karakteristik yang dimiliki menjadi suatu kelebihan atau
Lebih terperinciDINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1
DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1 Balai Penelitian Tanaman Serealia 2 Balai Pengkajian teknologi Pertanian
Lebih terperinciPertemuan ke-14. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa
Pertemuan ke-14 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian 2. Khusus
Lebih terperinciSEMINAR KOMPREHENSIF ANALISIS TEKNIK, UJI KINERJA, DAN ANALISIS EKONOMI MESIN PELECET KACANG KEDELAI EDAMAME. Angga Fajar S ( )
SEMINAR KOMPREHENSIF ANALISIS TEKNIK, UJI KINERJA, DAN ANALISIS EKONOMI MESIN PELECET KACANG KEDELAI EDAMAME Angga Fajar S (240110060041) Latar Belakang Kacang Kedelai Edamame Proses Pengupasan Kulit Manual
Lebih terperinci2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung merupakan mesin yang berfungsi sebagai perontok dan pemisah antara biji jagung dengan tongkol dalam jumlah yang banyak dan
Lebih terperinciperluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam
Lebih terperinciPELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia
PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK adalah terkenal sebagai penghasil utama jagung di
Lebih terperinciEVALUASI PRODUKSI DAN PERCEPATAN DISTRIBUSI BENIH JAGUNG (Studi Kasus di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT)
EVALUASI PRODUKSI DAN PERCEPATAN DISTRIBUSI BENIH JAGUNG (Studi Kasus di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT) Margaretha Sadipun L, Sania Saenong dan Nelson H. Kario Balai Penelitian Sereal
Lebih terperinciMODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT
MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT Oleh : SUPRIYATNO F141 02 105 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Lebih terperinciPENEKANAN KEHILANGAN HASIL PADA PROSES PERONTOKAN GANDUM
I.U. Firmansyah: Penekanan Kehilangan Hasil pada. PENEKANAN KEHILANGAN HASIL PADA PROSES PERONTOKAN GANDUM I.U. Firmansyah Balai Peneltian Tanaman Serealia ABSTRAK Konsumsi pangan berbasis gandum pada
Lebih terperinciJurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: PENGARUH PUTARAN PISAU TERHADAP KAPASITAS DAN HASIL PERAJANGAN PADA ALAT PERAJANG SINGKONG
Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: 2355-3553 PENGARUH PUTARAN PISAU TERHADAP KAPASITAS DAN HASIL PERAJANGAN PADA ALAT PERAJANG SINGKONG Sukadi* Novarini** *Dosen Teknik Mesin Politeknik Jambi **Dosen Teknik Mesin
Lebih terperinciPENGEMBANGAN ALAT PENCACAH (CHOPPER) BATANG JAGUNG SEBAGAI BAHAN BAKU SILASE
PENGEMBANGAN ALAT PENCACAH (CHOPPER) BATANG JAGUNG SEBAGAI BAHAN BAKU SILASE Renny Eka Putri 1*, Andasuryani 1 *Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas, Kampus Limau Manis-
Lebih terperinciBUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA
BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA Jagung berperan penting dalam perekonomian nasional dengan berkembangnya industry pangan yang ditunjang oleh teknologi budidaya
Lebih terperinciV. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM
V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM Hingga tahun 2010, berdasarkan ketersediaan teknologi produksi yang telah ada (varietas unggul dan budidaya), upaya mempertahankan laju peningkatan produksi sebesar
Lebih terperinciPROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi
PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi Abstrak. Sukmaraga salah satu varietas jagung bersari bebas yang
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POTENSI, MASALAH, DAN PELUANG SUSTAINABILITAS DISTRIBUSI DAN PEMASARAN BENIH SUMBER JAGUNG
IDENTIFIKASI POTENSI, MASALAH, DAN PELUANG SUSTAINABILITAS DISTRIBUSI DAN PEMASARAN BENIH SUMBER JAGUNG Margaretha S.L. dan Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Ketersediaan benih dengan
Lebih terperinciMODIFIKASI ALAT PERONTOK PADI TIPE HAMMER THRESHER [Modification of Rice Thresher-Hammer thresher Type]
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 1, No. 1, Oktober 2012: 23-28 MODIFIKASI ALAT PERONTOK PADI TIPE HAMMER THRESHER [Modification of Rice Thresher-Hammer thresher Type] Oleh : Ahmad Harbi 1, Tamrin 2,
Lebih terperinci50kg Pita ukur/meteran Terpal 5 x 5 m 2
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai dengan Februari 2010. Pembuatan desain prototipe dilakukan di laboratorium Teknik
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Maret 2013.
13 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Maret 2013. Proses modifikasi dan pengujian alat pemipil jagung dilakukan di Laboratorium Daya,
Lebih terperincipelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.
pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. 2.2. PENDEKATAN MASALAH Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 dirumuskan menjadi
Lebih terperinciINOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG
8 Highlight Balitsereal 2008 INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG PTT Jagung pada Lahan Sawah Sub Optimal Untuk peningkatan produksi jagung, komponen-komponen teknologi yang telah dihasilkan dari penelitian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Pasca Panen Padi Kegiatan pascapanen padi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada
Lebih terperinciPOTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH ABSTRAK
POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH Abdul Choliq, Sri Rustini, dan Yulianto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegal Lepek, Sidomulyo,
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (ANGKA SEMENTARA 2013)
No. 17/03/13/Th.XVII, 1 Maret 2014 PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (ANGKA SEMENTARA 2013) A. PADI Produksi padi tahun 2013 tercatat sebesar 2.430.384 ton GKG (ASEM 13) atau mengalami
Lebih terperinciPELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN
PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN Rosita Galib dan Sumanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Abstrak.
Lebih terperinciRancang Bangun Mesin Perontok Padi (Paddy Thresher) dalam Upaya Peningkatan Kualitas dan Efisiensi Produksi Beras Pasca Panen
Rancang Bangun Mesin Perontok Padi (Paddy Thresher) dalam Upaya Peningkatan Kualitas dan Efisiensi Produksi Beras Pasca Panen Pathya Rupajati 1,a), Saharudin 2,b), Syaiful Arif 3,c),Dwita Suastiyanti 4,d)
Lebih terperinciFauziah Yulia Andriyani dan Kiswanto: Produktivitas dan Komponen Hasil
Seminar Nasional Serealia, 2013 ISBN: 978-979-8940-37-8 PRODUKTIVITAS DAN KOMPONEN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU JAGUNG DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG Fauziah Yulia Adriyani dan Kiswanto
Lebih terperinciII. MENEKAN KEHILANGAN HASIL
II. MENEKAN KEHILANGAN HASIL 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Selama waktu panen, susut dapat terjadi karena ada gabah yang rontok di lahan akibat cara panen yang tidak benar atau akibat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. padi jika dibandingkan dengan tanaman-tanaman lainnya seperti tanaman jagung
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan komoditi pangan unggulan di Indonesia sehingga di Indonesia mayoritas petani lebih memilih menanami sawahnya dengan tanaman padi jika dibandingkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian. Bahan makanan seperti padi atau beras dan jagung hanya diproduksi oleh pertanian
Lebih terperinciPemetaan Spasial Varietas Jagung Berdasarkan Musim Tanam di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan
Pemetaan Spasial Varietas Jagung Berdasarkan Musim Tanam di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan Muhammad Aqil Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan Abstrak Keberhasilan
Lebih terperinci