NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 REPUBLIK INDONESIA"

Transkripsi

1 NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 REPUBLIK INDONESIA

2 Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... Daftar Lampiran... BAB I Pendahuluan Umum Peran Strategis Kebijakan Fiskal Dasar Hukum Penyusunan NK dan APBN Asumsi Dasar Ekonomi Makro Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Uraian Singkat Isi Masing-masing Bab... BAB II Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal APBN Pendahuluan Perkembangan Ekonomi Evaluasi dan Kinerja Perekonomian Dunia dan Regional Perekonomian Nasional Proyeksi Tantangan dan Sasaran Perekonomian Tantangan Perekonomian Dunia dan Regional Tantangan Perekonomian Domestik Sasaran Pembangunan Pertumbuhan Ekonomi Penanggulangan Pengangguran Penanggulangan Kemiskinan Upaya Mencapai Sasaran Kebijakan Ekonomi Makro Stimulasi Pertumbuhan Ekonomi dan Kebijakan Struktural... i vii iv viii xiv I-1 I-1 I-2 I-4 I-4 I-5 I-6 II-1 II-1 II-3 II-3 II-3 II-6 II-15 II-20 II-20 II-23 II-23 II-23 II-23 II-23 II-24 II-24 II-29

3 Daftar Isi Halaman Peningkatan Ketahanan Sektor Keuangan dan Intermediasi Kebijakan Fiskal Pencapaian APBN Tahun 2006 dan Prospek Kebijakan Fiskal dalam APBN Tahun Asumsi Dasar APBN Tahun Sasaran APBN Tahun 2008 dan Kebijakan Fiskal 2008 (Fiscal Guideline Framework) Pengendalian Defisit Gabungan APBN dan APBD Dampak Ekonomi APBN Tahun Proyeksi Fiskal Jangka Menengah Kerangka APBN Jangka Menengah (Medium Term Budget Framework/MTBF) Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM)... BAB III Pendapatan Negara Pengantar Pendapatan Negara Tahun 2006 dan Perkiraan Pendapatan Negara Tahun Besaran Pendapatan Negara Penerimaan Perpajakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Pendapatan Negara Asumsi Dasar dan Pengaruh pada Pendapatan Negara Perkiraan Penerimaan Perpajakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)... BAB IV Kebijakan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Umum Pencapaian Pembangunan Tahun , serta Masalah dan Tantangan Pokok Pembangunan Tahun Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat Agenda Aman dan Damai Agenda Adil dan Demokratis... II-33 II-35 II-35 II-44 II-46 II-49 II-51 II-57 II-57 II-60 III-1 III-1 III-3 III-3 III-4 III-18 III-32 III-32 III-33 III-42 IV-1 IV-1 IV-3 IV-7 IV-20 IV-22 ii

4 Daftar Isi BAB V 4.3 Alokasi Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Prioritas Pembangunan Tahun Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Peningkatan Investasi, Ekspor dan Perluasan Kesempatan Kerja Revitalisasi Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Pembangunan Perdesaan Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Pengelolaan Energi Meningkatkan Pelayanan Dasar dan Pemerataan Peningkatan Akses dan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan Peningkatan Efektivitas Penganggulangan Kemiskinan Menyediakan Pendukung Utama Pemberantasan Korupsi dan Percepatan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Prioritas Penguatan Kemampuan Pertahanan dan Pemantapan Keamanan Dalam Negeri Penanganan Bencana, Pengurangan Risiko Bencana, dan Peningkatan Penanggulangan Flu Burung Alokasi Anggaran Belanja Menurut UU Keuangan Negara Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Jenis... Kebijakan Desentralisasi Fiskal dan Pengelolaan Keuangan Daerah Perkembangan Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal di Indonesia Kebijakan Desentralisasi Fiskal Sejak Tahun Implikasi Desentralisasi Fiskal terhadap Perkembangan Kesenjangan Fiskal dan Transfer ke Daerah... Halaman IV-26 VI-26 IV-27 IV-29 IV-30 IV-32 IV-33 IV-34 IV-36 IV-36 IV-37 IV-38 IV-39 IV-39 IV-78 IV-82 V-1 V-1 V-2 V-14 iii

5 Daftar Isi Halaman Implikasi Desentralisasi Fiskal terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah Reformasi Pengelolaan Keuangan Daerah Permasalahan dan Tantangan yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal di Indonesia Hubungan antara UU Desentralisasi dengan UU Sektoral Kebijakan hold harmless dalam pengalokasian DAU Peraturan Daerah yang Mendorong Timbulnya Ekonomi Biaya Tinggi dan Menghambat Investasi Standar Pelayanan Minimum Pengelolaan Keuangan Daerah Pemekaran Daerah Pengalihan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan ke DAK Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal ke Depan Konsistensi Pelaksanaan Prinsip Money Follows Function Dana Desentralisasi Harmonisasi Dana Desentralisasi dengan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan yang Digunakan untuk Mendanai Urusan Daerah Penguatan Taxing Power Daerah Expenditure Efficiency Principles dalam Pemberian Kewenangan Pelayanan Publik kepada Daerah Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Daerah Performance Based Budgeting dan Medium Term Budgeting pada APBD Konsolidasi Defisit APBN dengan APBD Kebijakan Alokasi Anggaran Transfer ke Daerah Tahun Dana Perimbangan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian Batas Maksimal Defisit APBD Setiap Daerah... V-21 V-28 V-30 V-31 V-31 V-32 V-36 V-37 V-39 V-43 V-43 V-43 V-44 V-46 V-47 V-49 V-49 V-55 V-57 V-58 V-59 V-64 V-67 iv

6 Daftar Isi BAB VI Dampak Kebijakan Desentralisasi terhadap Ekonomi Daerah... Pembiayaan Defisit Anggaran, Pengelolaan Utang, dan Risiko Fiskal Pembiayaan Defisit Anggaran Kebijakan Umum dan Kebutuhan Pembiayaan Sumber Pembiayaan Struktur Pembiayaan Non utang Struktur Pembiayaan Utang Tren Pembiayaan Anggaran Implikasi Pembiayaan terhadap Kesinambungan Fiskal Strategi Pengelolaan Utang Gambaran Umum Deskripsi Utang Perkembangan Pembayaran Bunga dan Pokok Utang Perkembangan Indikator Biaya Realisasi Pembiayaan dan Pengelolaan Utang tahun Realisasi dan Proyeksi Pembiayaan Utang Tahun Proyeksi Pembiayaan dan Pengelolaan Utang Tahun Isu, Tantangan, dan Dinamika Pengelolaan Utang Prinsip-Prinsip Operasional Pengelolaan Utang Risiko Fiskal Sensitivitas Asumsi Ekonomi Makro Risiko Utang Pemerintah Proyek Pembangunan Infrastruktur Proyek Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik MW... Halaman V-67 VI-1 VI-1 VI-1 VI-3 VI-14 VI-14 VI-18 VI-24 VI-24 VI-27 VI-28 VI-32 VI-36 VI-37 VI-39 VI-40 VI-41 VI-51 VI-53 VI-53 VI-56 VI-59 VI-61 v

7 Daftar Isi Halaman Proyek Pembangunan Jalan Tol Trans Jawa Proyek Pembangunan Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road II (JORR II) Proyek Pembangunan Monorail Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kinerja BUMN dan Penyertaan Modal Negara (PMN) Public Service Obligation (PSO) Program Pensiun dan Tunjangan Hari Tua (THT) Pegawai Negeri Sipil (PNS) Desentralisasi Fiskal Bank Indonesia Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Tuntutan Hukum kepada Pemerintah Keanggotaan Organisasi Internasional Bencana Alam Lumpur Sidoarjo... VI-61 VI-63 VI-63 VI-64 VI-64 VI-72 VI-72 VI-74 VI-75 VI-75 VI-76 VI-77 VI-78 VI-79 vi

8 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel II.1 Neraca Pembayaran Indonesia Tabel II.2 Estimasi Pertumbuhan Ekonomi Dunia... Tabel II.3 Sasaran Indikator Makro Tabel II.4 Perkiraan Neraca Pembayaran Indonesia Tabel II.5 Asumi Indikator Ekonomi Makro Tabel II.6 Ringkasan APBN 2007, APBN-P 2007 dan APBN Tabel II.7 Dampak Sektor Riil APBN-P 2007 dan APBN Tabel II.8 Dampak Rupiah APBN-P 2007 dan APBN Tabel II.9 Dampak Valas APBN-P 2007 dan APBN Tabel II.10 Kerangka Asumsi Makro Jangka Menengah... Tabel II.11 Kerangka APBN Jangka Menengah... Tabel III.1 Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah, Tahun Tabel III.2 Perkembangan Penerimaan Perpajakan, Tahun Tabel III.3 Perkembangan Penerimaan PPh per sektor, Tahun Tabel III.4 Perkembangan Penerimaan PPN Dalam Negeri, Tahun Tabel III.5 Perkembangan Penerimaan PPN Impor per sektor ekonomi, Tahun Tabel III.6 Penerimaan Cukai berdasarkan Jenis, Golongan Pabrik, Tarif dan HJE, Tahun Tabel III.7 Perbandingan Pencapaian Penerimaan Bea Masuk, Tahun Tabel III.8 Struktur Rata-rata Tarif Umum MFN Indonesia, Tahun Tabel III.9 Nilai Impor, Penerimaan Bea Masuk (BM), dan Tarif Ratarata, Tahun Tabel III.10 Tarif Pungutan Ekspor untuk produk CPO dan Turunannya.. Tabel III.11 Perkembangan PNBP, Tahun Tabel III.12 Klasifikasi BUMN di Indonesia... Tabel III.13 Laba dan Dividen BUMN, Tahun Halaman II-14 II-21 II-24 II-28 II-46 II-50 II-52 II-54 II-55 II-57 II-58 III-3 III-5 III-6 III-9 III-9 III-12 III-15 III-16 III-16 III-18 III-20 III-23 III-25 vii

9 Daftar Tabel Halaman Tabel III.14 Perkembangan PNBP Lainnya, Tahun Tabel III.15 Pendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2007 dan APBN Tabel III.16 Rencana Penerimaan dan Perkiraan Pertumbuhan Penerimaan PPh dan PPN menurut sektor Ekonomi, Tabel III.17 Penerimaan Perpajakan APBN-P 2007 dan APBN Tabel III.18 Proyeksi Nilai Impor dan Penerimaan Bea Masuk Tahun Tabel III.19 PNBP Tahun 2007 dan Tahun Tabel III.20 Laba dan Dividen BUMN Tahun Tabel III.21 Perkembangan PNBP Lainnya Tahun Tabel IV.1 Alokasi Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Untuk Program-Program Prioritas, Tahun Tabel IV.2 Belanja Pemerintah Pusat menurut Organisasi, Tabel IV.3 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat menurut Fungsi, Tabel IV.4 Belanja Pemerintah Pusat menurut Klasifikasi Jenis, Tabel V.1 Perkembangan Realisasi Transfer ke Daerah, 2001 s.d Tabel V.2 Persentase Dana Bagi Hasil dari Penerimaannya... Tabel V.3 Perkembangan Alokasi dan Proporsi DAU per Provinsi 2005 s.d Tabel V.4 Perkembangan Alokasi dan Proporsi DAU Konsolidasi Kabupaten/Kota per Provinsi 2005 s.d Tabel V.5 Indikator Pemerataan... Tabel V.6 Belanja Pusat ke Daerah dan PDRB Provinsi, Tabel V.7 Realisasi PAD Provinsi di Indonesia, tahun Tabel V.8 Pertumbuhan Inflasi Tahunan di 45 Kota... Tabel V.9 IPM Indonesia, tahun Tabel V Provinsi dengan Nilai PMDN tertinggi, Tahun Tabel V Provinsi dengan Nilai PMA tertinggi, Tahun Tabel V.12 Pengangguran Terbuka Daerah Di Indonesia, Tahun III-26 III-33 III-34 III-35 III-40 III-43 III-46 III-47 IV-27 IV-77 IV-81 IV-90 V-4 V-5 V-8 V-9 V-18 V-23 V-24 V-25 V-25 V-26 V-26 V-27 viii

10 Daftar Tabel Halaman Tabel V.13 Tabel V.14 Tabel V.15 Tabel V.16 Tabel V.17 Rekap Keputusan Mendagri tentang Pembatalan Perda Pajak Daerah dan Restribusi Darah, Berdasarkan Sektor per Juli Rekap Keputusan Mendagri tentang Pembatalan Perda Pajak Daerah dan Restribusi Darah, Berdasarkan Wilayah per Juli Perkembangan Rata-rata Penerimaan DAU Kabupaten/kota Jumlah Dana APBN yang Dialokasikan kepada Daerah Otonom Baru Berdasarkan Data RKA KL, Tahun Data Sebaran Pinjaman dan Tunggakan Pinjaman Daerah dari Pemerintah yang dananya bersumber dari Pinjaman Luar Negeri (Subsidary Loan Agreement/SLA) per 31 Desember Tabel V.18 Data Sebaran Pinjaman dan Tunggakan Pinjaman Daerah dari Pemerintah yang dananya bersumber dari Dalam Negeri (Rekening Pembangunan Daerah/RPD) per 31 Desember Tabel V.19 Transfer ke Daerah, Tabel VI.1 Perkembangan Pembiayaan Defisit Anggaran Tahun Tabel VI.2 Posisi Saldo RDI-RPD, Tahun Tabel VI.3 Kontribusi RDI ke APBN, Tahun Tabel VI.4 Penerimaan dan Pengeluaran RDI-RPD, Tahun Tabel VI.5 Target dan Realisasi Hasil Pengelolaan Aset (HPA)... Tabel VI.6 Pencapaian Perolehan Hasil Pengelolaan Aset (HPA) per Jenis Aset, Tahun (Juni 2007)... Tabel VI.7 Struktur Pembiayaan Non-Utang APBN Tabel VI.8 Struktur Pembiayaan Utang APBN Tabel VI.9 Perkembangan APBN 2007, APBN-P 2007, dan APBN Tabel VI.10 Tabel VI.11 Perkembangan Jumlah Utang Pemerintah Pusat Tahun Perkembangan Komposisi Utang berdasarkan Mata Uang Tahun V-34 V-35 V-40 V-42 V-51 V-52 V-66 VI-2 VI-4 VI-5 VI-5 VI-7 VI-8 VI-14 VI-18 VI-23 VI-29 VI-29 ix

11 Halaman Tabel VI.12 Komposisi Utang Berdasarkan Tipe Bunga dan Tenor per Juni Tabel VI.13 Hasil Klarifikasi Rekening dari 27 K/L Tahun Tabel VI.14 Selisih Antara Asumsi Ekonomi Makro dan Realisasi Pada APBN... Tabel VI.15 Sensitivitas Asumsi Ekonomi Makro terhadap Defisit RAPBN-P Tahun Tabel VI.16 Indikator Risiko Portofolio Utang Tahun Tabel VI.17 Kapasitas Pembangkit Listrik... Tabel VI.18 Proyek Pembangunan Jalan Tol Trans Jawa... Tabel VI.19 Proyek Pembangunan Jalan Tol JORR II... Tabel VI.20 Pembayaran Pensiun... Tabel VI.21 Pembentukan Daerah Tingkat II... Tabel VI.22 Kinerja Keuangan Bank Indonesia... Tabel VI.23 Kinerja Keuangan LPS... Tabel VI.24 Kewajiban Keanggotaan Organisasi Internasional... VI-31 VI-50 VI-54 VI-54 VI-57 VI-61 VI-62 VI-63 VI-73 VI-74 VI-75 VI-76 VI-78 x

12 Daftar Grafik DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik II.1 Pertumbuhan dan Perdagangan Dunia, Grafik II.2 Pertumbuhan Ekonomi Negara Maju dan Berkembang... Grafik II.3 Inflasi Beberapa Negara Mitra Dagang, Grafik II.4 Suku Bunga Internasional... Grafik II.5 Nilai Tabungan per PDB... Grafik II.6 Sumber Pertumbuhan Ekonomi... Grafik II.7 Sumber Investasi, Grafik II.8 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor... Grafik II.9 Pertumbuhan PDB menurut Lapangan Usaha... Grafik II.10 Laju Inflasi Grafik II.11 Perkembangan BI Rate dan SBI 3 Bulan, Grafik II.12 Perkembangan Suku Bunga Kredit... Grafik II.13 Perkembangan DPK, Kredit Perbankan, Outstanding SBI, dan LDR... Grafik II.14 Perkembangan Harga Minyak Dunia... Grafik II.15 Sumber Pertumbuhan PDB... Grafik II.16 Pembentukan Modal Tetap Bruto Grafik II.17 Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha ( )... Grafik II.18 Perkembangan Harga Beras dan Gula Pasir... Grafik II.19a Pertumbuhan Harga Komoditas Primer... Grafik II.19b Harga Minyak... Grafik II.20 Sumber Pertumbuhan Grafik II.21 Inflasi... Grafik II.22 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah dan Cadangan Devisa... Grafik II.23 Perkembangan Suku Bunga SBI 3 Bulan... Grafik II.24 Pertumbuhan Konsumsi Masyarakat... Grafik II.25 Sumber-sumber Investasi (PMTB) Grafik II.26 Rasio Tabungan dan Investasi terhadap PDB... Grafik II.27 Pertumbuhan Ekspor Grafik II.28 Sumber Pertumbuhan Per Sektoral II-3 II-4 II-4 II-5 II-5 II-7 II-7 II-8 II-9 II-10 II-11 II-11 II-12 II-13 II-15 II-16 II-17 II-19 II-22 II-22 II-24 II-25 II-26 II-27 II-29 II-29 II-30 II-31 II-32 xi

13 Daftar Grafik Halaman Grafik II.29 Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah... Grafik II.30 Penerimaan Negara Bukan Pajak... Grafik II.31 Perkembangan Belanja Negara... Grafik II.32 Perkembangan Alokasi Transfer ke Daerah... Grafik II.33 Perkembangan Defisit APBN , APBNP 2007, dan APBN Grafik III.1 Perkembangan Penerimaan Dalam Negeri di Luar Cukai dan PPh Migas... Grafik III.2 Perkembangan Produksi Rokok per Jenis Tahun Grafik III.3 Perkembangan Produksi Rokok per Golongan Pabrik Tahun Grafik III.4 Penerimaan SDA Migas Tahun Grafik III.5 Perkembangan Penerimaan SDA Non Migas Tahun Grafik III.6 Penerimaan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN dalam APBN tahun Grafik III.7 Perkembangan PNBP Depdiknas Tahun Grafik III.8 Perkembangan PNBP Depkes Tahun Grafik III.9 Perkembangan PNBP Depkominfo Tahun Grafik III.10 Perkembangan PNBP Polri Tahun Grafik III.11 Perkembangan PNBP BPN Tahun Grafik III.12 Perkembangan PNBP Depkumham Tahun Grafik III.13 Perkembangan PNBP Deplu Tahun Grafik III.14 Perkembangan PNBP Dephub Tahun Grafik III.15 Perkembangan PNBP Depnakertrans Tahun Grafik III.16 Proporsi PNBP Tahun 2007 dan Grafik III.17 Perkiraan Penerimaan SDA Migas Tahun Grafik III.18 Perkiraan Penerimaan SDA Non Migas Tahun Grafik III.19 Penerimaan SDA Pertambangan Umum Tahun Grafik III.20 Penerimaan SDA Kehutanan Tahun Grafik III.21 Penerimaan SDA Perikanan Tahun Grafik III.22 Target Dividen Per Sektor Tahun II-37 II-38 II-39 II-41 II-51 III-10 III-11 III-12 III-20 III-22 III-25 III-26 III-27 III-28 III-28 III-29 III-30 III-30 III-31 III-31 III-43 III-44 III-44 III-44 III-45 III-45 III-46 xii

14 Daftar Grafik Halaman Grafik III.23 Target PNBP Depdiknas tahun 2007 dan Grafik III.24 Target PNBP Depkes tahun 2007 dan Grafik III.25 Target PNBP Depkominfo tahun 2007 dan Grafik III.26 Target PNBP Polri tahun 2007 dan Grafik III.27 Target PNBP BPN tahun 2007 dan Grafik III.28 Target PNBP Depkumham tahun 2007 dan Grafik III.29 Target PNBP Deplu tahun 2007 dan Grafik III.30 Target PNBP Dephub tahun 2007 dan Grafik III.31 Target PNBP Depnakertrans tahun 2007 dan Grafik IV.1 Perkembangan Belanja K/L dan Non K/L Grafik IV.2 Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat menurut Fungsi, Grafik IV.3 Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat menurut Jenis, Grafik V.1 Perkembangan Realisasi Transfer ke Daerah, 1996/1997 s.d Grafik V.2 Peta Dana Bagi Hasil SDA se-provinsi di Indonesia, Grafik V.3 Peta Dana Bagi Hasil Pajak se-provinsi di Indonesia, Grafik V.4 Peta Dana Alokasi Umum se-provinsi di Indonesia, Grafik V.5 Peta Indeks Kemahalan Kontruksi (IKK) Kabupaten/Kota Se-Provinsi di Indonesia, tahun Grafik V.6 Peta Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota se- Provinsi di Indonesia, Tahun Grafik V.7 Peta Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita Kabupaten/Kota se-provinsi di Indonesia, tahun Grafik V.8 Proporsi Alokasi Dasar terhadap DAU, Grafik V.9 Peta Dana Alokasi Khusus Kabupaten/Kota se-provinsi di Indonesia, Grafik V.10 Peta Dana Dekosentrasi dan Tugas Pembantuan Kabupaten/ Kota se-provinsi di Indonesia Tahun III-48 III-48 III-49 III-49 III-50 III-50 III-51 III-52 III-52 IV-40 IV-79 VI-81 V-3 V-6 V-6 V-7 V-10 V-11 V-11 V-12 V-14 V-15 xiii

15 Halaman Grafik V.11 Peta PAD se-provinsi di Indonesia, Tahun Grafik V.12 Peta APBD per Bidang Belanja se-provinsi di Indonesia, Grafik V.13 Peta APBD per jenis Belanja se-provinsi di Indonesia, Tahun Grafik V.14 Perbandingan Belanja Terhadap Total Belanja se-provinsi di Indonesia, tahun Grafik V.15 Persentase Kenaikan Belanja Pusat ke Daerah dan Persentase Kenaikan PDRB Provinsi tahun 2006 dibanding tahun 2005 Grafik V.16 Perkembangan Jumlah Daerah Otonom Tahun 1999 s.d. Juli Grafik V.17 Jumlah DAK Bidang Prasarana Pemerintahan, Tahun Grafik VI.1 Perkembangan Pembiayaan Defisit Anggaran Grafik VI.2 Profil Jatuh Tempo Total Utang Negara Per Juni Grafik VI.3 Perkembangan Rasio Utang Terhadap PDB Tahun Grafik VI.4 Perkembangan Rasio Pembayaran Bunga dan Pokok Utang Tahun Grafik VI.5 Perkembangan Rasio Pembayaran Bunga dan Pokok Utang Luar Negeri Tahun Grafik VI.6 Perkembangan Rasio Pembayaran Bunga terhadap Penerimaan dan Pengeluaran Tahun Grafik VI.8 Perkembangan Kinerja Utang Luar Negeri Pemerintah Tahun Grafik VI.9 Perkembangan Rating Indonesia... Grafik VI.10 Profil Jatuh Tempo Surat Utang Negara Rupiah dan Kurva Imbal Hasil Obligasi Negara... Grafik VI.11 Kontribusi BUMN Terhadap APBN... Grafik VI.12 PMN BUMN V-16 V-19 V-20 V-21 V-23 V-40 V-41 VI-19 VI-28 VI-30 VI-32 VI-36 VI-38 VI-44 VI-45 VI-58 VI-64 VI-65 xiv

16 Daftar Boks DAFTAR BOKS Halaman Boks III.1 Beberapa Pokok-Pokok Perubahan Ketentuan Umum Perpajakan (KUP)... Boks III.2 Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai... Boks III.3 ASEAN-Korea Free Trade Agreement (FTA)... Boks IV.1 Sistem Perencanaan Dan Penganggaran... Boks IV.2 Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara / Lembaga (RKA-KL) sebagai Instrumen Penganggaran Boks IV.3 Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja... Boks IV.4 Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah... Boks V.1 Data Dasar Perhitungan DAU... Boks VI.1 Pinjaman Luar Negeri... Boks VI.2 Kebijakan Pemerintah di Bidang Pembiayaan Syariah... Boks VI.3 Obligasi Negara Republik Indonesia Seri SRBI-01/MK/ Boks VI.4 Surat Utang Nomor SU-002/MK/1998 (SU-002) dan Nomor SU-004/MK/1999 (SU-004)... Boks VI.5 Kebijakan Umum Pengelolaan Utang Negara... Boks VI.6 Kinerja Pasar Sekunder Surat Utang Negara... Boks VI.7 PT Pertamina (Persero)... Boks VI.8 PT PLN (Persero)... Boks VI.9 PT Garuda Indonesia (Persero)... Boks VI.10 PT Askrindo... Boks VI.11 Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU)... Boks VI.12 PT Bank Mandiri Tbk... Boks VI.13 Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun III-2 III-14 III-17 IV-4 IV-6 IV-42 IV-43 V-10 VI-11 VI-15 VI-22 VI-25 VI-33 VI-60 VI-66 VI-67 VI-68 VI-69 VI-70 VI-71 VI-80 xv

17 Daftar Lampiran DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Tahun 2007 dan Lampiran 2 Penerimaan Perpajakan, Tahun 2007 dan Lampiran 3 Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Hibah, Tahun 2007 dan Lampiran 4 Penerimaan dan Pengeluaran Rekening Dana Investasi (RDI), Tahun 2007 dan Lampiran 5 Belanja Pemerintah Pusat Menurut Klasifikasi Jenis, Tahun 2007 dan Lampiran 6 Alokasi Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi (Kementerian Negara/Lembaga), RAPBN 2008 Lampiran 7 Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2008 Menurut Fungsi... Lampiran 8 Transfer ke Daerah, Tahun 2007 dan Lampiran 9 Pembiayaan Defisit Anggaran, Tahun 2007 dan Halaman L-1 L-2 L-3 L-4 L-5 L-6 L-20 L-22 L-23 Lampiran Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 xvi

18 Pendahuluan Bab I BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Pada tanggal tujuh belas Agustus 2007 bangsa Indonesia merayakan hari ulang tahun kemerdekaannya yang ke enam puluh dua tahun. Enam puluh dua tahun bukanlah waktu yang amat panjang bagi perjalanan sebuah bangsa. Namun, enam puluh dua tahun juga bukanlah waktu yang pendek untuk melihat kemajuan dan kekurangan di dalam perjalanan bangsa ini. Proses upaya perbaikan ekonomi tak berjalan dengan begitu mudah, berbagai faktor eksternal dan internal sering mengganggu perekonomian Indonesia, seperti: fluktuasi harga minyak di pasar internasional, dinamika di pasar keuangan global, serta bencana alam di berbagai tempat di Indonesia. Situasi ekonomi di tahun 2006, khususnya pertumbuhan ekonomi dalam semester pertama tahun 2006 melemah sebagai akibat dari keputusan pemerintah yang amat berat untuk menaikkan harga bahan bakar minyak sebanyak dua kali pada tahun Melemahnya pertumbuhan ekonomi tercermin dari melambatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat, yang diikuti oleh melambatnya penurunan tingkat produksi dan rendahnya investasi. Tingginya laju inflasi dan tingkat bunga perbankan juga mengakibatkan menurunnya ekspansi dunia usaha. Namun, upaya keras pemerintah dan Bank Indonesia melalui serangkaian kebijakan fiskal dan moneter serta paket-paket perbaikan iklim investasi, telah mampu mengatasi kondisi ini. Perekonomian menunjukkan pembalikan dengan arah yang positif. Hingga akhir tahun 2006, indikator-indikator ekonomi makro menunjukkan bahwa ekonomi tumbuh sebesar 5,48 persen; tingkat inflasi mencapai 6,6 persen (y-o-y); BI Rate mencapai 9,75 persen; rata-rata nilai tukar rupiah sekitar Rp9.164 per US$; dan indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level poin. Memasuki tahun 2007, perbaikan ekonomi makro terus terjadi sejalan dengan membaiknya perekonomian negara-negara ASEAN. IHSG terus meningkat secara tajam dan mencapai 2.359,2 poin pada akhir September Pertumbuhan ekonomi pada Semester I 2007 meningkat menjadi 6,13 persen. Tingkat inflasi sampai periode Januari- Oktober 2007 tercatat sebesar 5,14 persen. Nilai tukar juga relatif stabil pada kisaran Rp9.100 per US$. Kredit perbankan, terutama dalam bulan Juni 2007 meningkat cukup tajam. Beberapa indikator menunjukkan bahwa perekonomian sebenarnya sudah menyentuh titik terendahnya dalam triwulan kedua tahun 2006, dan setelah itu terus meningkat sampai saat ini. Hal ini konsisten dengan beberapa indikator seperti pertumbuhan penjualan motor, retail, semen, dan terutama mobil. Impor bahan baku tumbuh 24 persen dalam periode Mei 2007 (dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya). Artinya investasi dan proses produksi mulai terjadi. Stabilitas ekonomi makro yang terjaga dengan baik ini juga membawa dampak kepada penurunan angka pengangguran terbuka dari 10,4 persen pada bulan Februari 2006 menjadi 9,75 persen pada bulan Februari Upaya untuk mengurangi kemiskinan pun mulai menunjukkan hasil, terlihat dari angka Badan Pusat Statistik yang menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin menurun dari 39,3 juta jiwa atau 17,75 persen dari jumlah NK dan APBN 2008 I-1

19 Bab I Pendahuluan penduduk menjadi 37,17 juta jiwa atau 16,58 persen dalam periode Maret 2006 Maret Walaupun demikian, harus diakui bahwa upaya mengurangi pengangguran dan tingkat kemiskinan masih harus terus dilanjutkan dan dipercepat karena masih belum membuahkan hasil optimal seperti yang diharapkan. Jumlah pengangguran harus diakui masih tinggi, begitu pula dengan tingkat kemiskinan. Penurunan yang terjadi belumlah mampu menyelesaikan persoalan besar ini. Itu sebabnya, upaya untuk memperbaiki kesejahteraan dan membangun bangsa ini terus dilakukan. Dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) Tahun , telah ditetapkan tiga agenda pembangunan nasional, yang merupakan arah kebijakan pembangunan jangka menengah, yaitu: (i) menciptakan Indonesia yang aman dan damai; (ii) menciptakan Indonesia yang adil dan demokratis; serta (iii) meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ketiga agenda pembangunan tersebut merupakan pilar pokok untuk mencapai tujuan pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD Keberhasilan pelaksanaan satu agenda erat kaitannya dengan kemajuan pelaksanaan agenda lainnya, yang dalam pelaksanaan tahunan dirinci ke dalam rencana kerja pemerintah (RKP). Sesuai dengan tantangan dan masalah yang dihadapi dalam rangka mempercepat tercapainya sasaran-sasaran pembangunan jangka menengah, maka dalam RKP Tahun 2008, sebagai tahun keempat dari pelaksanaan RPJM Nasional Tahun , tema pembangunan nasional yang ditetapkan adalah Percepatan pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran. Untuk mewujudkan tema tersebut, maka dalam RKP 2008 ditetapkan delapan prioritas pembangunan nasional. Kedelapan pioritas pembangunan tersebut adalah: (1) peningkatan investasi, ekspor dan kesempatan kerja; (2) revitalisasi pertanian, perikanan, kehutanan, dan pembangunan perdesaan; (3) percepatan pembangunan infrastruktur dan peningkatan pengelolaan energi; (4) peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan dan kesehatan; (5) peningkatan efektivitas penanggulangan kemiskinan; (6) pemberantasan korupsi dan percepatan pelaksanaan reformasi birokrasi; (7) penguatan kemampuan pertahanan dan pemantapan keamanan dalam negeri; dan (8) penanganan bencana, pengurangan risiko bencana, dan peningkatan penanggulangan flu burung. Selanjutnya, kedelapan prioritas pembangunan nasional tersebut kemudian dicerminkan di dalam arah dan postur APBN Peran Strategis Kebijakan Fiskal Salah satu perangkat yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk mencapai sasaran pembangunan di atas adalah kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal mempunyai tiga fungsi utama, yaitu fungsi alokasi anggaran untuk tujuan pembangunan, fungsi distribusi pendapatan dan subsidi dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, dan juga fungsi stabilisasi ekonomi makro di dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dalam kondisi perekonomian yang lesu, pengeluaran pemerintah yang bersifat autonomous, khususnya belanja barang dan jasa serta belanja modal, dapat memberi stimulasi kepada perekonomian untuk bertumbuh. Sebaliknya dalam kondisi ekonomi yang memanas akibat terlalu tingginya permintaan agregat, kebijakan fiskal dapat berperan melalui kebijakan yang kontraktif untuk menyeimbangkan kondisi permintaan dan penyediaan sumber-sumber perekonomian. Itu sebabnya kebijakan fiskal memiliki fungsi strategis dalam mempengaruhi perekonomian dan mencapai sasaran pembangunan. I-2 NK dan APBN 2008

20 Pendahuluan Bab I Dampak dari kebijakan fiskal terhadap perekonomian pada tahun 2008 dapat dilihat dari dampak APBN 2008 terhadap tiga besaran pokok, yaitu: (i) Dampak terhadap sektor riil (permintaan agregat). Dalam tahun 2008, komponen konsumsi pemerintah dalam APBN 2008 mencapai Rp393,6 triliun atau sekitar 9,1 persen dari PDB. Sejalan dengan komitmen pemerintah dalam upaya pemantapan pelaksanaan desentralisasi fiskal, kontribusi terbesar dalam pembentukan konsumsi pemerintah berasal dari komponen belanja barang dan jasa oleh daerah yang mencapai Rp189,8 triliun. Sedangkan komponen pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) mencapai Rp190,8 triliun (4,5 persen dari PDB). Dengan stimulus belanja barang dan jasa serta PMTB, maka perekonomian dapat dipacu lebih tinggi; (ii) Dampak terhadap sektor moneter. Secara total, transaksi keuangan pemerintah dalam tahun 2008 diperkirakan akan berdampak ekspansif sebesar Rp125,9 triliun (2,9 persen dari PDB). Tetap ekspansifnya operasi fiskal pemerintah tersebut konsisten dengan upaya pemerintah untuk memberikan stimulus fiskal secara terukur dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi melalui belanja pemerintah. Dengan stimulus ini diharapkan pertumbuhan ekonomi tahun 2008 akan meningkat lebih tinggi; (iii) Dampak Neraca Pembayaran (Cadangan Devisa). Secara keseluruhan dampak operasi keuangan Pemerintah diperkirakan meningkatkan jumlah cadangan devisa nasional sebesar Rp64,9 triliun atau sekitar US$7,1 miliar (asumsi nilai tukar Rp9.100 per US$), lebih rendah bila dibandingkan dengan APBN-P tahun 2007 sebesar Rp65,5 triliun atau setara dengan US$7,2 miliar. Hal tersebut didasarkan perkiraan transaksi berjalan pemerintah yang mengalami surplus sebesar Rp96,7 triliun, sedangkan transaksi modal pemerintah mengalami defisit sebesar Rp31,9 triliun. Perlu dicatat, seperti juga yang terjadi di negara-negara lain, dewasa ini kebijakan fiskal masih sangat penting, namun perannya sebagai sumber pertumbuhan (source of growth) cenderung berkurang dibandingkan dengan peran sektor swasta yang memang diharapkan akan semakin meningkat. Dewasa ini dan di masa depan peran pemerintah lebih difokuskan sebagai regulator. Peran lain yang juga amat penting dari kebijakan fiskal adalah peran redistribusi dan alokasi anggaran pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam konteks ini, kebijakan fiskal dapat dipergunakan untuk mempengaruhi sektor-sektor ekonomi atau kegiatan tertentu, untuk menyeimbangkan pertumbuhan pendapatan antarsektor ekonomi, antardaerah, atau antargolongan pendapatan. Peran kebijakan fiskal juga menjadi penting dalam menanggulangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam, wabah penyakit, dan konflik sosial. Di dalam peran strategis kebijakan fiskal, hal lain yang tak boleh dilupakan adalah proses politik anggaran yang terdiri dari perencanaan, implementasi dan pertanggungjawaban kebijakan fiskal. Hal ini menjadi penting mengingat Indonesia adalah negara yang sedang dalam transisi menuju demokratisasi. Implikasinya, kebijakan fiskal direncanakan, ditetapkan, dan dilaksanakan melalui proses yang transparan, prosedur yang relatif panjang, serta harus melibatkan peran dan persetujuan berbagai pihak. Ini adalah konsekuensi logis dari peningkatan transparansi, demokratisasi dan keterlibatan seluruh elemen masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, kunci keberhasilan kebijakan fiskal akan sangat terletak pada pemahaman bersama akan pentingnya perencanaan yang baik, pelaksanaan yang efektif, dan pertanggungjawaban kebijakan fiskal yang akuntabel dari seluruh aparat yang terkait, dan masyarakat sebagai penerima manfaat kebijakan fiskal. NK dan APBN 2008 I-3

21 Bab I Pendahuluan 1.3. Dasar Hukum Penyusunan NK dan APBN Penyusunan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) didasarkan pada ketentuan pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang telah diubah menjadi pasal 23 ayat (1), (2), dan (3) Amandemen UUD 1945 yang berbunyi (1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; (2) Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah; (3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu. Pengajuan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2008 ini, merupakan perwujudan dari pelaksanaan amanat pasal 23 Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 tersebut. Penyusunan APBN 2008 mengacu pada ketentuan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dengan berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun , Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2008, Kerangka Ekonomi Makro, dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2008 sebagaimana telah disepakati dalam pembicaraan pendahuluan antara Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia tanggal 12 Juni 2007 yang lalu. Selanjutnya, siklus dan mekanisme APBN meliputi: (a) tahap penyusunan RAPBN oleh Pemerintah; (b) tahap pembahasan dan penetapan RAPBN menjadi APBN dengan Dewan Perwakilan Rakyat; (c) tahap pelaksanaan APBN; (d) tahap pengawasan pelaksanaan APBN oleh instansi yang berwenang, antara lain Badan Pemeriksa Keuangan; dan (e) tahap pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Siklus APBN 2008 akan berakhir pada saat Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) disampaikan kepada DPR enam bulan setelah tahun anggaran berakhir Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2008 Perhitungan besaran-besaran APBN 2008 dihitung berdasarkan asumsi dasar ekonomi makro yang diperkirakan akan terjadi pada tahun tersebut. Asumsi-asumsi dasar ekonomi makro tersebut adalah: (i) Pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 6,8 persen, lebih tinggi dibandingkan asumsi APBN maupun APBN-P Pertumbuhan ekonomi tahun 2008 diperkirakan dapat meningkat lebih tinggi karena mengalami perbaikan, baik dari sisi permintaan agregat maupun dari sisi penawaran. Dari sisi permintaan agregat, pertumbuhan ekonomi tersebut diperkirakan bersumber dari membaiknya konsumsi masyarakat, meningkatnya kegiatan investasi dari sektor swasta dan belanja modal pemerintah, serta meningkatnya ekspor karena membaiknya stabilitas perekonomian. Sebaliknya dari sisi penawaran agregat, pertumbuhan ekonomi akan sangat dipengaruhi oleh berbagai upaya pembenahan di sektor riil dan kemajuan dalam pembangunan infrastruktur; (ii) Laju inflasi sebesar 6,0 persen, membaik dibanding tahun sebelumnya. Koordinasi yang baik dan harmonisasi kebijakan antara Bank I-4 NK dan APBN 2008

22 Pendahuluan Bab I Indonesia dan Pemerintah akan menjadikan sasaran inflasi lebih kredibel. Di samping kehati-hatian Bank Indonesia dalam menjalankan kebijakan moneternya serta kestabilan nilai tukar rupiah, kegiatan perekonomian yang semakin meningkat diperkirakan masih dapat diimbangi dari sisi produksi seiring dengan membaiknya investasi. Akibatnya, tekanan harga dari sisi permintaan dan penawaran tidak memberikan tekanan terhadap harga barang-barang secara keseluruhan. Sementara itu, produksi pangan yang meningkat diiringi oleh manajemen pasokan yang efektif diperkirakan mendorong penurunan inflasi kelompok volatile foods; (iii) Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika diperkirakan sebesar Rp9.100 per US$. Dari sisi fundamental, Neraca Pembayaran Indonesia akan tetap mencatat surplus yang berpotensi meningkatkan cadangan devisa. Cadangan devisa yang meningkat berpengaruh positif terhadap pergerakan nilai tukar rupiah; (iv) Sejalan dengan menurunnya inflasi dan nilai tukar yang stabil, maka ada ruang untuk menurunkan tingkat bunga ke tingkat yang lebih rendah secara bertahap dan hati-hati. Rata-rata suku bunga SBI 3 bulan diperkirakan sebesar 7,5 persen; (v) Rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) di pasar internasional sebesar US$60 per barel. Harga ini sama dengan perkiraan realisasi ratarata harga minyak ICP dalam tahun 2007; dan (vi) Dalam tahun 2008, lifting minyak mentah Indonesia diperkirakan meningkat menjadi 1,034 juta barel per hari Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Sejalan dengan tema pembangunan nasional yaitu Percepatan pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran, kebijakan alokasi anggaran belanja pemerintah pusat dalam tahun 2008 diarahkan kepada upaya untuk mendukung kegiatan ekonomi nasional dalam memacu pertumbuhan, menciptakan dan memperluas lapangan kerja, meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan mengurangi kemiskinan. Di samping hal tersebut di atas, kebijakan alokasi anggaran akan diarahkan untuk tetap menjaga stabilitas nasional, kelancaran kegiatan penyelenggaraan operasional pemerintahan, dan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Alokasi anggaran dalam tahun 2008 akan diletakkan pada: (i) belanja investasi, terutama di bidang infrastruktur dasar untuk mendukung kegiatan ekonomi nasional; (ii) bantuan sosial, terutama untuk menyediakan pelayanan dasar kepada masyarakat, khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan, dengan memperhatikan peningkatan rasio anggaran pendidikan sesuai amanat UUD 1945, serta meningkatkan upaya pemerataan; (iii) perbaikan penghasilan dan kesejahteraan aparatur negara dan pensiunan; (iv) peningkatan kualitas pelayanan dan efisiensi penyelenggaraan kegiatan operasional pemerintahan; (v) penyediaan subsidi untuk membantu menstabilkan harga barang dan jasa pada tingkat yang terjangkau masyarakat; serta (vi) pemenuhan kewajiban pembayaran bunga utang. Berdasarkan arah dan strategi kebijakan fiskal di atas, maka postur APBN 2008 akan meliputi pokok-pokok besaran sebagai berikut: a. Pendapatan negara dan hibah diperkirakan sebesar Rp781,4 triliun (18,1 persen terhadap PDB), dimana sejumlah Rp592,0 triliun bersumber dari penerimaan pajak, sehingga tax ratio diperkirakan mencapai 13,7 persen terhadap PDB, lebih tinggi dibandingkan dengan tax ratio APBN-P tahun 2007 yang diperkirakan sekitar 13,1 persen. NK dan APBN 2008 I-5

23 Bab I Pendahuluan b. Total Belanja Negara diperkirakan sebesar Rp854,7 triliun (19,8 persen terhadap PDB), yang terdiri atas Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah. Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp573,4 triliun (13,3 persen terhadap PDB) yang meliputi: (a) belanja pegawai sebesar Rp128,3 triliun, (b) belanja barang sebesar Rp69,4 triliun, (c) belanja modal sebesar Rp95,4 triliun, (d) pembayaran bunga utang sebesar Rp91,4 triliun, (e) subsidi sebesar Rp97,9 triliun, (f) bantuan sosial sebesar Rp66,2 triliun, dan (g) belanja lain-lain Rp24,9 triliun. Dalam belanja pemerintah pusat tersebut sudah termasuk alokasi untuk Fungsi Pendidikan sebesar Rp64,0 triliun. Transfer ke Daerah sebesar Rp281,2 triliun, yang terdiri dari (a) Dana Perimbangan sebesar Rp266,8 triliun dan (b) Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian sebesar Rp14,4 triliun. c. Keseimbangan Primer (primary balance) diperkirakan sebesar Rp18,1 triliun (0,4 persen terhadap PDB), sedangkan secara keseluruhan APBN 2008 diperkirakan mengalami defisit sebesar Rp73,3 triliun (1,7 persen terhadap PDB). d. Pembiayaan Defisit dalam APBN 2008 akan bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri. Pembiayaan dalam negeri diperkirakan sebesar Rp90,0 triliun (2,1 persen terhadap PDB) dan pembiayaan luar negeri (neto) diperkirakan sebesar minus Rp16,7 triliun (0,4 persen terhadap PDB) Uraian Singkat Isi Masing-masing Bab Nota Keuangan dan APBN 2008 terdiri dari enam bab, yang diawali dengan Bab I Pendahuluan, yang menguraikan gambaran umum, peran strategis kebijakan fiskal, landasan hukum, asumsi dasar ekonomi makro APBN 2008, pokok-pokok kebijakan fiskal, dan uraian singkat isi masing-masing bab dalam Nota Keuangan ini. Bab II Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal APBN 2008, menguraikan tentang perkembangan ekonomi Indonesia terkini dan kebijakan ekonomi makro tahun 2008, yang keduanya akan menjadi dasar perkiraan dan prospek ekonomi 2008 sebagai dasar pertimbangan penentuan asumsi dasar ekonomi makro APBN Secara ringkas, bab ini menguraikan bahwa stabilitas ekonomi makro masih tetap terjaga, sehingga diharapkan dapat menjadi landasan bagi peningkatan kinerja ekonomi nasional di tahun mendatang. Harapan akan meningkatnya kinerja perekonomian di tahun 2008 juga ditandai dengan perkiraan kondisi perekonomian dunia yang masih relatif tinggi, yang ditandai dengan masih relatif tingginya pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang seperti di Kawasan Asia dan Amerika Latin. Kondisi ini diharapkan akan memberikan imbas positif kepada perekonomian nasional. Pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh menguatnya konsumsi dan ekspor, serta peningkatan investasi karena semakin kondusifnya iklim investasi sebagai dampak dikeluarkannya serangkaian paket kebijakan, yaitu Inpres 6 Tahun 2007 yang diharapkan akan memberikan dampak positif di tahun Bab III Pendapatan Negara. Bab ini membahas realisasi pendapatan negara tahun 2006, proyeksi mutakhir 2007 dalam APBN-P 2007, dan target 2008 dalam APBN Pembahasan tahun 2006 didasarkan pada realisasi pendapatan negara yang tercatat, I-6 NK dan APBN 2008

24 Pendahuluan Bab I sedangkan proyeksi mutakhir 2007 didasarkan pada realisasi satu semester 2007 dan prognosis semester kedua tahun Sementara itu, target pendapatan dalam APBN 2008 didasarkan pada berbagai faktor, seperti kondisi ekonomi makro, realisasi pendapatan pada tahun sebelumnya, kebijakan yang dilakukan dalam bidang tarif, subyek dan obyek pengenaan, serta perbaikan dan efektivitas administrasi pemungutan. Satu hal yang cukup signifikan berpengaruh pada perhitungan target pendapatan tahun 2008 adalah berbagai macam perundang-undangan serta peraturan pelaksanaannya yang telah selesai pada tahun UU tersebut diantaranya adalah paket UU Perpajakan, UU Kepabeanan, UU Cukai, serta berbagai UU sektoral. Pembahasan Bab ini juga mengkaitkan perkembangan pendapatan negara, khususnya perpajakan dan kepabeanan menurut sektor ekonomi untuk menggambarkan dinamika sektor ekonomi. Bab IV Kebijakan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat 2008, menguraikan pencapaian pembangunan tahun , masalah dan tantangan pokok pembangunan tahun 2008, alokasi anggaran belanja pemerintah pusat berdasarkan prioritas, dan alokasi anggaran pemerintah pusat menurut organisasi, jenis belanja, dan fungsi. Di dalam bab ini diuraikan tiga agenda pembangunan nasional, yang merupakan arah kebijakan pembangunan jangka menengah, serta penetapan delapan prioritas pembangunan nasional untuk mencapai tiga agenda utama tersebut. Bab ini juga menguraikan bagaimana tema Percepatan pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran diterjemahkan ke dalam alokasi belanja pemerintah pusat berdasarkan prioritas, menurut organisasi dan jenis belanja. Dalam konteks ini, kebijakan di bidang belanja pemerintah pusat diupayakan untuk memberikan stimulasi terhadap perekonomian dan mendukung pencapaian target agenda pembangunan nasional melalui program-program yang lebih berpihak pada pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dan pengurangan kemiskinan, termasuk melanjutkan rehabilitasi dan rekonstruksi sejumlah daerah yang terkena bencana alam. Bab V Kebijakan Desentralisasi Fiskal dan Pengelolaan Keuangan Daerah. Bab ini membahas mengenai perkembangan pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia, permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia, pelaksanaannya ke depan, serta kebijakan alokasi anggaran transfer ke daerah tahun Di dalam bab ini, dibahas bagaimana kebijakan alokasi transfer ke daerah dalam tahun 2008 tetap diarahkan untuk mendukung kegiatan prioritas nasional, dengan tetap menjaga konsistensi dan keberlanjutan pelaksanaan desentralisasi fiskal guna menunjang pelaksanaan otonomi daerah. Kebijakan transfer ke daerah pada tahun 2008 akan lebih dipertajam untuk: (i) mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah (vertical fiscal imbalance), dan antardaerah (horizontal fiscal imbalance); (ii) meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan antardaerah; (iii) mendukung kesinambungan fiskal; (iv) meningkatkan kapasitas daerah dalam menggali potensi pendapatan asli daerah; (v) meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional; (vi) meningkatkan transparansi dan akuntabilitas alokasi transfer ke daerah; serta (vii) meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah yang proporsional, dengan meniadakan kebijakan hold harmless dalam pengalokasian DAU. Bab VI Pembiayaan Defisit Anggaran, Pengelolaan Utang dan Pengelolaan Risiko Fiskal, menguraikan bagaimana pembiayaan defisit anggaran, yang mencakup NK dan APBN 2008 I-7

25 Bab I Pendahuluan sumber pembiayaan nonutang dan utang. Struktur pembiayaan anggaran yang bersumber dari nonutang pada tahun 2008 direncanakan melalui perbankan dalam negeri, yang berasal dari rekening pemerintah yang ada di Bank Indonesia, yaitu yang berasal dari Rekening Dana Investasi (RDI), dan nonperbankan dalam negeri. Struktur pembiayaan yang berasal dari utang pada tahun 2008 direncanakan melalui pembiayaan utang dalam negeri dan luar negeri. Bab ini juga menyinggung isu, tantangan dan dinamika pengelolaan utang, seperti diplomasi utang pasca pembubaran CGI, Millenium Development Goals (MDGs) dan aid effectiveness. Satu hal penting dalam Nota Keuangan APBN 2008 kali ini adalah dimasukkannya analisis mengenai risiko fiskal. Pengungkapan risiko fiskal dalam Nota Keuangan ini diperlukan terutama dalam rangka kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) dan keterbukaan (transparency). Pernyataan risiko fiskal dalam Nota Keuangan 2008 ini merupakan yang pertama kali dalam sejarah Nota Keuangan Republik Indonesia dan direncanakan akan terus dicantumkan dalam Nota Keuangan berikutnya. Sebagai langkah awal, pernyataan risiko fiskal kali ini akan memuat beberapa hal yang berpotensi menimbulkan risiko fiskal, antara lain: sensitivitas asumsi ekonomi makro, utang pemerintah, proyek kerjasama pembangunan infrastruktur, badan usaha milik negara, dana pensiun pegawai negeri sipil, Bank Indonesia, lembaga penjamin simpanan, tuntutan hukum kepada pemerintah, keanggotaan organisasi internasional, serta bencana alam dan lumpur Sidoarjo. I-8 NK dan APBN 2008

26 Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal APBN 2008 Bab II BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL APBN Pendahuluan Kondisi perekonomian dunia dalam tahun 2006 lebih baik dari yang diperkirakan. Membaiknya perekonomian ini didukung oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju seperti di kawasan Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang yang ratarata tumbuh sekitar 3,1 persen, lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,6 persen. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi ini juga diiringi oleh peningkatan volume perdagangan dunia menjadi sekitar 9,4 persen dalam tahun 2006, lebih tinggi dibandingkan tahun 2005 dengan pertumbuhan 7,5 persen. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang mengalami peningkatan hingga mencapai 8,1 persen dari sebelumnya sebesar 7,5 persen. Seperti halnya perekonomian negara-negara berkembang di kawasan lainnya, pertumbuhan ekonomi di negara ASEAN-4 (Filipina, Malaysia, Thailand, dan Indonesia) juga meningkat dari 5,1 persen dalam tahun 2005 menjadi sekitar 5,4 persen dalam tahun Perekonomian Indonesia dalam tahun 2006 menghadapi tantangan yang cukup berat. Hal ini timbul sebagai dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri pada bulan Oktober 2005 yang mencapai rata-rata di atas 100,0 persen. Kebijakan tersebut dilakukan untuk memperbaiki struktur ekonomi Indonesia dengan melakukan pengurangan subsidi BBM yang tidak fokus ditujukan pada kelompok miskin dan mengalihkannya untuk pengeluaran anggaran yang langsung dapat dirasakan oleh masyarakat, seperti bantuan langsung tunai (BLT), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), kesehatan gratis untuk kelompok miskin, dan pengeluaran sosial lainnya. Sebagai akibat kenaikan BBM yang tinggi menjelang akhir tahun 2005 yang menyebabkan kenaikan inflasi sebesar 17,11 persen selama tahun 2005, pada awal tahun 2006 perekonomian Indonesia mengalami kelesuan. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama dan kedua masing-masing berada pada level di bawah 5,0 persen, lebih lambat dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang masing-masing sekitar 6,0 persen. Perlambatan pertumbuhan ekonomi dalam tahun 2006 juga tercermin pada melambatnya kinerja konsumsi dan investasi. Upaya pemerintah untuk mengembalikan stabilitas harga yang dikombinasikan dengan ekspansi fiskal dalam bentuk kebijakan daftar isian pelaksanaan anggaran(dipa) luncuran tahun anggaran 2005 ke tahun anggaran 2006, telah memberikan dampak yang positif terhadap kegiatan perekonomian. Sejak semester II 2006, perekonomian nasional berangsur-angsur mulai membaik dan menunjukkan percepatan pertumbuhan yang tercermin pada pertumbuhan kuartal ketiga dan keempat yang masing-masing mencapai 5,87 persen dan 6,11 persen. Secara keseluruhan, dalam tahun 2006 konsolidasi ekonomi sudah semakin kokoh yang ditunjukkan oleh indikator-indikator ekonomi yang membaik dengan pertumbuhan mencapai 5,48 persen, tingkat inflasi mencapai 6,6 persen (y-o-y), NK dan APBN 2008 II-1

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Enam puluh tiga tahun merdeka memberikan pengajaran kepada bangsa Indonesia bahwa perjalanan sebuah bangsa adalah sebuah perjalanan yang penuh perjuangan dan kerja keras. Proses

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELAN NJA NEGAR RA TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... Daftar

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2009 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2009 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2009 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... Daftar

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Enam puluh tiga tahun merdeka memberikan pengajaran kepada bangsa Indonesia bahwa perjalanan sebuah bangsa adalah sebuah perjalanan yang penuh perjuangan dan kerja keras. Proses

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%.

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010 ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010 Penyusun: 1. Bilmar Parhusip 2. Basuki Rachmad Lay Out Budi Hartadi Bantuan dan Dukungan Teknis Seluruh Pejabat/Staf Direktorat Akuntansi

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. APBN. Tahun 2015. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 44) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan Bab I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Sebagaimana layaknya setiap bangsa, bangsa ini punya cita-cita. Cita-cita untuk menjadi negeri yang sejahtera, demokratis, dan adil. Indonesia adalah negeri

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak No.44, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. APBN. Tahun 2015. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5669) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DOKUMEN TAMBAHAN NOTA KEUANGAN

DOKUMEN TAMBAHAN NOTA KEUANGAN DOKUMEN TAMBAHAN NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2009 REPUBLIK INDONESIA DOKUMEN TAMBAHAN NOTA KEUANGAN DAN RAPBN TA 2009 Pendahuluan Pada tahun anggaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 110, 2005 APBN. Pendapatan. Pajak. Bantuan. Hibah. Belanja Negara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Penetapan KUPA Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Kompleks Kepatihan Danurejan Yogyakarta (0274)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah) Tabel 1a APBN 2004 dan 2004 Keterangan APBN (1) (2) (3) (4) (5) A. Pendapatan Negara dan Hibah 349.933,7 17,5 403.769,6 20,3 I. Penerimaan Dalam Negeri 349.299,5 17,5 403.031,9 20,3 1. Penerimaan Perpajakan

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK -P DAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : dan.......... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995...... 2 Tabel 3 : Penerimaan Perpajakan, 1994/1995.........

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK -P 2007 DAN -P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 :, 2007 dan 2008......... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995 2008...... 2 Tabel 3 : Penerimaan Perpajakan,

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN

DATA POKOK APBN DATA POKOK - DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan...... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995...... 2 Tabel 3 : Penerimaan

Lebih terperinci

21 Universitas Indonesia

21 Universitas Indonesia BAB 3 GAMBARAN UMUM DEPARTEMEN KEUANGAN DAN BALANCED SCORECARD TEMA BELANJA NEGARA 3.1. Tugas, Fungsi, dan Peran Strategis Departemen Keuangan Republik Indonesia Departemen Keuangan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah) Tabel 1a 2004 dan -P 2004 Keterangan -P ( (3) (4) (5) A. Pendapatan Negara dan Hibah 349.933,7 17,5 403.769,6 20,3 I. Penerimaan Dalam Negeri 349.299,5 17,5 403.031,8 20,3 1. Penerimaan Perpajakan 272.175,1

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014 Jakarta, 10 Juni 2014 Kunjungan FEB UNILA Outline 1. Peran dan Fungsi APBN 2. Proses Penyusunan APBN 3. APBN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

RINGKASAN APBN TAHUN 2017

RINGKASAN APBN TAHUN 2017 RINGKASAN APBN TAHUN 2017 1. Pendahuluan Tahun 2017 merupakan tahun ketiga Pemerintahan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk mewujudkan sembilan agenda priroritas (Nawacita)

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.142, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN. Tahun anggaran 2014. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5547) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini diuraikan perihal mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang

Lebih terperinci

2013, No makro yang disertai dengan perubahan kebijakan fiskal yang berdampak cukup signifikan terhadap besaran APBN Tahun Anggaran 2013 sehingg

2013, No makro yang disertai dengan perubahan kebijakan fiskal yang berdampak cukup signifikan terhadap besaran APBN Tahun Anggaran 2013 sehingg No.108, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN. Tahun Anggaran 2012. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5426) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA PROGRAM KERJASAMA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 130, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4442)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 130, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4442) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 130, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4442) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848) No. 63, 2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN 2008. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Prioritas RKP 2010... 1.3 Peran Strategis Kebijakan Fiskal... 1.4 Dasar Hukum Penyusunan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA

KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA Kuliah SEI pertemuan 11 NANANG HARYONO, S.IP., M.Si DEPARTEMEN ADMINISTRASI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012 Perencanaan Pembangunan Ekonomi ARTHUR LEWIS dalam buku DEVELOPMENT

Lebih terperinci

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang akan dicapai dalam tahun 2004 2009, berdasarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005

NOTA KEUANGAN DAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 NOTA KEUANGAN DAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5907 KEUANGAN NEGARA. APBN. Tahun 2016. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 146). PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA K E M E N T E R I A N K E U A N G A N PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA Budget Goes To Campus UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA, 21 NOVEMBER 2017 POKOK BAHASAN PENDAHULUAN PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

Lebih terperinci

Pidato Presiden - Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN serta..., Jakarta, 16 Agustus 2016 Selasa, 16 Agustus 2016

Pidato Presiden - Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN serta..., Jakarta, 16 Agustus 2016 Selasa, 16 Agustus 2016 Pidato Presiden - Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN serta..., Jakarta, 16 Agustus 2016 Selasa, 16 Agustus 2016 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENYAMPAIAN KETERANGAN PEMERINTAH ATAS RANCANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, ketersediaan sumber daya, teknologi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otonomi Daerah Otonomi selalu dikaitkan atau disepadankan dengan pengertian kebebasan dan kemandirian. Sesuatu akan dianggap otonomi jika ia menentukan diri sendiri, membuat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam Pendahuluan Sejalan dengan semakin meningkatnya dana yang ditransfer ke Daerah, maka kebijakan terkait dengan anggaran dan penggunaannya akan lebih

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DASAR PEMIKIRAN HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH DAERAH HARUS MEMPUNYAI SUMBER-SUMBER KEUANGAN YANG MEMADAI DALAM MENJALANKAN DESENTRALISASI

Lebih terperinci

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Kondisi yang memungkinkan dilakukan penyesuaian APBN melalui mekanisme APBN Perubahan atau pembahasan internal di Badan Anggaran berdasarkan UU No. 27/2009 1. Pasal 14 Undang-Undang No.47 Tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

No koma dua persen). Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan meningkatkan kredibilitas kebijakan fiskal, menjaga stabilitas ekonomi ma

No koma dua persen). Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan meningkatkan kredibilitas kebijakan fiskal, menjaga stabilitas ekonomi ma TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6111 KEUANGAN. APBN. Tahun 2017. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 186) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN NOMOR 74/DPD RI/IV/2012 2013 PERTIMBANGAN TERHADAP KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL SERTA DANA TRANSFER DAERAH DALAM RANCANGAN UNDANG-UNDANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN-P 2006 DAN APBN 2007 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN-P 2006 DAN APBN 2007 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK -P DAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : -.......... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1989/1990...... 2 Tabel 3 : Penerimaan Perpajakan, 1989/1990...... 3 Tabel

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat:

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2006 disempurnakan untuk memberikan gambaran ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

REALISASI SEMENTARA APBNP

REALISASI SEMENTARA APBNP I. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH REALISASI SEMENTARA 1 Dalam tahun, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp1.014,0 triliun (16,0 persen dari PDB). Pencapaian ini lebih tinggi Rp21,6 triliun (2,2

Lebih terperinci

RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA Disampaikan oleh: Direktur Pembiayaan dan Kapasitas Daerah Dr. Ahmad Yani, S.H., Akt., M.M., CA. MUSRENBANG

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada hakikatnya bertujuan untuk menghapus atau mengurangi kemiskinan, mengurangi ketimpangan pendapatan, dan menyediakan lapangan pekerjaan dalam konteks

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... i iii iv vi vii BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF... I-1 A. PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003... I-1 B. TANTANGAN DAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH.

UNDANG-UNDANG TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK APBN 2005 2010 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : Asumsi Ekonomi Makro, 2005 2010.. 1 Tabel 2 : Ringkasan APBN, 2005 2010..... 2 Tabel 3 : Pendapatan Negara, 2005

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran/Sisa Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2009

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2009 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1 Umum... 1.2 Pokok-pokok Perubahan Asumsi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DR. TJAHJANULIN DOMAI, MS Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya 1. Pendahuluan - Pengantar - Tujuan - Definisi 2. Ketentuan Pengelolaan

Lebih terperinci

STAN KEBIJAKAN FISKAL PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA. oleh: Rachmat Efendi

STAN KEBIJAKAN FISKAL PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA. oleh: Rachmat Efendi PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA KEBIJAKAN FISKAL oleh: Rachmat Efendi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Prodip III Kepabeanan Dan Cukai Tahun 2015 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami Kebijakan Fiskal yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK APBN 2005 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : Asumsi Ekonomi Makro, 2005.. 1 Tabel 2 : Ringkasan APBN, 2005..... 2 Tabel 3 : Pendapatan Negara, 2005. 3 Tabel 4 : Belanja

Lebih terperinci