IV STUDI KASUS. sebagai stasiun awal. Rute 5 meliputi stasiun. 3, 9, 13, 14, 15, 16, 17 dengan stasiun 3. 4, 10, 15, 18, 19, 22, 23 dengan stasiun 4
|
|
- Sugiarto Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 0 IV STUDI KASUS Misalkan pada suatu daerah terdapat jaringan rel kereta. Jaringan rel kereta tersebut memiliki 3 stasiun dengan 3 edge antarstasiun. Gambar jaringan dapat dilihat pada Gambar 6. Angka di setiap simpul/verteks menyatakan stasiun, sedangkan angka pada setiap edge menyatakan banyaknya penumpang pada edge (rute kereta antarstasiun) tersebut. Setiap edge terdiri atas dua jalur yang memiliki arah yang berbeda. Arah merupakan arah perjalanan kereta yang menjauhi stasiun awal, sedangkan arah merupakan arah perjalanan kereta yang mendekati stasiun awal. Banyaknya penumpang yang tertera pada Gambar 6 merupakan banyaknya penumpang antarstasiun pada setiap arah. Jaringan tersebut memiliki 5 rute kereta. Rute meliputi stasiun, 6,, 3, 4, 5 dengan stasiun sebagai stasiun awal. Rute meliputi stasiun, 7, 8,, 3, 4, 5 dengan stasiun sebagai stasiun awal. Rute 3 meliputi stasiun 3, 9, 3, 4, 5, 6, 7 dengan stasiun 3 sebagai stasiun awal. Rute 4 meliputi stasiun 4, 0, 5, 8, 9,, 3 dengan stasiun 4 sebagai stasiun awal. Rute 5 meliputi stasiun 5,, 7, 0,,, 3 dengan stasiun 5 sebagai stasiun awal. Perjalanan kereta dimulai dari stasiun awal ke stasiun tepat setelahnya sampai ke stasiun akhir kemudian kembali ke stasiun awal untuk setiap rutenya. Pada setiap rute, kereta harus berhenti di setiap stasiun secara berurut. Gambar 6 Jaringan rel kereta. Tipe kereta yang tersedia ada 8 tipe. Setiap tipe kereta memiliki karakteristik dan biaya masing-masing. Karakteristiknya terdiri dari waktu perjalanan kereta antarstasiun, waktu maksimum dan minimum perjalanan kereta antarstasiun, waktu tunggu kereta di stasiun, kapasitas tiap gerbong, serta waktu kereta dari stasiun awal sampai kembali lagi ke stasiun tersebut (cycle time). Setiap rute memiliki jarak tertentu dan akan dilalui satu tipe kereta. Biayanya terdiri dari biaya tetap mesin kereta dan gerbong kereta, biaya taktetap mesin kereta dan gerbong kereta. Pada kasus kali ini, waktu periodiknya adalah 60 menit (P = 60 menit). Jadi selisih waktu keberangkatan kereta di stasiun awal untuk setiap rute adalah 60 menit. Data yang ada dapat dilihat pada Lampiran. Data dan jaringan rute rel kereta pada karya ilmiah ini merupakan data hipotetik. Banyaknya gerbong yang tersedia adalah, 4, 6, atau 8 gerbong pada setiap tipe kereta. Data yang ada kemudian diolah dalam program dengan menggunakan perangkat lunak LINGO.0. Pada pembahasan penyelesaian masalah karya ilmiah ini akan dijelaskan penyelesaian setiap subprolem beserta penyelesaian tahapan setiap subproblem. Penyelesaian masalah ini
2 tidak dapat dilakukan dalam satu tahap. Terdapat 4 tahapan yang diperlukan dalam memecahkan setiap subproblem yang ada. Tahapannya yaitu pemilihan kereta, penjadwalan tahap I, penjadwalan tahap II (perbaikan jadwal dengan penundaan waktu tiba atau waktu keberangkatan), kemudian pemeriksaan kefisibelan. Pada tahap, yaitu pemilihan kereta, data yang diperlukan adalah waktu keberangkatan kereta dari stasiun awal sampai kembali lagi ke stasiun tersebut (cycle time), selisih waktu keberangkatan antarkereta dari stasiun awal, biaya tetap mesin kereta dan gerbong kereta, biaya taktetap mesin kereta dan gerbong kereta, jarak setiap rute, kapasitas gerbong kereta, kapasitas penumpang antarstasiun. Tahap ini hanya menggunakan sebagian formulasi model MCSP yaitu fungsi objektif (), serta kendala () dan (3) yang terdapat di Bab III. Pada tahap, penjadwalan tahap I, data yang diperlukan adalah waktu perjalanan kereta antarstasiun dan waktu tunggu kereta di stasiun. Pada tahap ini formulasi yang digunakan yaitu persamaan (5) dan (6) yang terdapat pada Bab III. Pada tahap 3, penjadwalan tahap II, data yang diperlukan adalah waktu keberangkatan dan kedatangan kereta yang diperoleh dari tahap. Formulasi yang digunakan pada tahap ini yaitu kondisi (7), fungsi objektif (8), kendala (9), serta persamaan (0), (), (), (3), (4), (5), (5), dan (7) pada Bab III. Pada tahap 4, pemeriksaan kefisibelan, data yang diperlukan adalah waktu perjalanan maksimum dan minimum, serta waktu keberangkatan dan kedatangan yang diperoleh dari tahap 3. Pada tahap ini fomulasi model MCSP yang digunakan yaitu kendala (4) pada Bab III.. Subproblem Pada Subproblem, himpunan tipe kereta yang dapat digunakan pada suatu rute masih lengkap. Tahap Data yang ada pada tahap ini dimasukkan ke dalam program menggunakan perangkat lunak LINGO.0 (dapat dilihat di Lampiran 4) dan diperoleh hasil pada Tabel 3 Lampiran 3. Pada rute terpilih kereta tipe 5 dengan banyaknya gerbong adalah 4. Pada rute terpilih kereta tipe 7 dengan banyaknya gerbong adalah 6. Pada rute 3 terpilih kereta tipe 5 dengan banyaknya gerbong adalah 6. Pada rute 4 terpilih kereta tipe 4 dengan banyaknya gerbong adalah 6. Pada rute 5 terpilih kereta tipe 5 dengan banyaknya gerbong adalah 6. Pemilihan kereta ini mengeluarkan biaya Rp ,-. Biaya ini menjadi batas bawah untuk biaya minimum pada proses selanjutnya. Tahap Pada tahap selanjutnya dibuat penjadwalan tahap I dari tipe kereta yang terpilih. Penjadwalan dibuat dengan perangkat lunak Penjadwalannya dibuat untuk satu perjalanan kereta dari stasiun awal kembali ke stasiun awal lagi. Jeda kereta berikutnya pada rute yang sama adalah 60 menit. Hasil penjadwalan tahap I dapat dilihat pada Tabel. Tahap 3 Dari penjadwalan tahap I didapat bahwa terjadi tabrakan kereta di rute 4 dan 5 antara stasiun dan 3 pada arah. Pada rute 4 dan 5 berturut-turut kereta berangkat dari stasiun 3 ke pada menit ke-379 dan menit ke-384 sedangkan kereta datang di stasiun dari 3 pada menit ke-439 dan menit ke-437 dengan kecepatan kereta konstan untuk setiap kereta. Oleh karena itu, dilakukan penjadwalan tahap II dengan melakukan penundaan yang efektif antara waktu keberangkatan atau waktu tiba di rute 4 atau rute 5 dengan perangkat lunak Dari proses ini, didapatkan hasil bahwa penundaan terjadi pada kedatangan kereta di stasiun dari stasiun 3 pada rute 5 selama menit, tetapi keberangkatan kereta dari stasiun 3 ke stasiun tidak mengalami penundaan. Hal ini mengakibatkan kecepatan kereta di rute 5 mengalami penurunan antara stasiun dan 3 pada arah dibandingkan dengan sebelum penundaan tetapi kecepatannya tetap konstan sehingga tidak terjadi tabrakan. Perbaikan penjadwalannya dapat dilihat pada Tabel. Tahap 4 Pada tahap berikutnya dilakukan pemeriksaan kefisibelan perjalanan antarstasiun setelah dilakukan penjadwalan. Pemeriksaan dilakukan dengan perangkat lunak LINGO.0 (dapat dilihat di Lampiran 4). Pada tahap ini didapat hasil bahwa rute 5 antara stasiun dan 3 takfisibel pada arah. Hal ini dikarenakan waktu perjalanan tidak berada pada rentang waktu perjalanan minimum dan maksimum akibat penundaan kereta pada tahp sebelumnya. Karena kendala (5) tidak terpenuhi, dapat disimpulkan bahwa Subproblem takfisibel.
3 Tabel Penjadwalan kereta tahap I Subproblem (dalam menit) R,K5,C Datang Berangkat Datang Berangkat (dalam menit) R,K7,C3 Datang Berangkat Datang Berangkat (dalam menit) R3,K5,C3 Datang Berangkat Datang Berangkat (dalam menit) R4,K4,C3 Datang Berangkat Datang * - Berangkat * (dalam menit) R5,K5,C3 Datang Berangkat Datang * - Berangkat * Tabel Penjadwalan tahap II Subproblem untuk rute 5 (dalam menit) R5,K5,C3 Datang Berangkat Datang * - Berangkat Subproblem Pada Subproblem, himpunan tipe kereta yang dapat digunakan pada suatu rute berkurang. Himpunan tipe kereta yang dapat digunakan pada suatu rute di Subproblem adalah himpunan kereta seluruhnya dikurangi himpunan penyelesaian pada Subproblem yang takfisibel yaitu kereta 5 pada rute 5. Tahap Data yang ada dimasukkan dalam program dengan menggunakan perangkat lunak LINGO.0 (dapat dilihat di Lampiran 4) kemudian diperoleh hasil pada Tabel 4 Lampiran 3. Pada rute terpilih kereta tipe 5 dengan banyaknya gerbong adalah 4. Pada rute terpilih kereta tipe 7 dengan banyaknya gerbong adalah 6. Pada rute 3 terpilih kereta tipe 5 dengan banyaknya gerbong adalah 6.
4 3 Pada rute 4 terpilih kereta tipe 4 dengan banyaknya gerbong adalah 6. Pada rute 5 terpilih kereta tipe 7 dengan banyaknya gerbong adalah 6. Pada pemilihan kereta ini biaya minimumnya sejumlah Rp ,. Biaya ini menjadi batas bawah terbaru pada proses selanjutnya. Tahap Pada tahap selanjutnya dibuat penjadwalan tahap I dari tipe kereta yang terpilih. Penjadwalan dibuat dengan perangkat lunak Penjadwalannya dapat dilihat pada Tabel 3. Tahap 3 Dari penjadwalan tahap I didapat bahwa terjadi tabrakan kereta di rute 4 dan 5 antara stasiun dan 3 pada arah. Pada rute 4 dan 5 berturut-turut kereta berangkat dari stasiun ke 3 pada menit ke-3 dan menit ke-30 sedangkan kereta datang di stasiun 3 dari pada menit ke-37 dan menit ke-36 dengan kecepatan kereta konstan untuk setiap kereta. Oleh karena itu, dilakukan penjadwalan tahap II dengan melakukan penundaan yang efektif antara waktu keberangkatan atau waktu tiba di rute 4 atau rute 5 dengan perangkat lunak Dari proses ini, didapatkan hasil bahwa penundaan terjadi pada keberangkatan kereta dari stasiun ke stasiun 3 pada rute 4 selama menit, tetapi kedatangan kereta di stasiun 3 dari stasiun tidak mengalami penundaan. Hal ini mengakibatkan kecepatan kereta di rute 4 harus ditingkatkan antara stasiun dan 3 pada arah dibandingkan dengan sebelum penundaan tetapi kecepatannya tetap konstan sehingga tidak terjadi keterlambatan waktu kedatangan kereta di stasiun 3 dari stasiun pada rute 4. Perbaikan penjadwalannya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 3 Penjadwalan kereta tahap I Subproblem (dalam menit) R,K5,C Datang Berangkat Datang Berangkat (dalam menit) R,K7,C3 Datang Berangkat Datang Berangkat (dalam menit) R3,K5,C3 Datang Berangkat Datang Berangkat (dalam menit) R4,K4,C3 Datang * Berangkat * - Datang Berangkat (dalam menit) R5,K7,C3 Datang * Berangkat * - Datang Berangkat
5 4 Tabel 4 Penjadwalan tahap II Subproblem untuk rute 4 (dalam menit) R4,K4,C3 Datang Berangkat * - Datang Berangkat Tahap 4 Pada tahap berikutnya dilakukan pemeriksaan kefisibelan perjalanan antarstasiun setelah dilakukan penjadwalan. Pemeriksaan dilakukan dengan perangkat lunak LINGO.0 (dapat dilihat di Lampiran 4). Pada tahap ini didapat hasil bahwa rute 4 antara stasiun dan 3 takfisibel pada arah. Hal ini dikarenakan waktu perjalanan tidak berada pada rentang waktu perjalanan minimum dan maksimum. Dapat disimpulkan Subprobem takfisibel karena kendala (5) tidak terpenuhi. 3. Subproblem 3 Pada Subproblem 3, himpunan tipe kereta yang dapat digunakan pada suatu rute berkurang. Himpunan tipe kereta yang dapat digunakan pada suatu rute di Subproblem 3 adalah himpunan kereta pada Subproblem dikurangi himpunan penyelesaian pada subproblem yang takfisibel yaitu kereta 4 pada rute 4. Tahap Data yang ada dimasukkan dalam program dengan menggunakan perangkat lunak LINGO.0 (dapat dilihat di Lampiran 4) kemudian diperoleh hasil pada Tabel 5 Lampiran 3. Pada rute terpilih kereta tipe 5 dengan banyaknya gerbong adalah 4. Pada rute terpilih kereta tipe 7 dengan banyaknya gerbong adalah 6. Pada rute 3 terpilih kereta tipe 5 dengan banyaknya gerbong adalah 6. Pada rute 4 terpilih kereta tipe 7 dengan banyaknya gerbong adalah 6. Pada rute 5 terpilih kereta tipe 7 dengan banyaknya gerbong adalah 6. Pada pemilihan kereta ini biaya minimumnya sejumlah Rp ,-. Biaya ini menjadi batas bawah terbaru pada proses selanjutnya. Tahap Pada tahap selanjutnya dibuat penjadwalan tahap I dari tipe kereta yang terpilih. Penjadwalan dibuat dengan program menggunakan perangkat lunak LINGO.0 (dapat dilihat di Lampiran 4). Hasil penjadwalannya dapat dilihat pada Tabel 5. Dari penjadwalan tahap I didapat bahwa tidak terjadi tabrakan antarkereta yang melalui stasiun dan jalur yang sama pada arah yang sama. Oleh karena itu, tidak dilakukan tahap 3 yaitu penjadwalan tahap II. Tahap 4 Pada tahap berikutnya dilakukan pemeriksaan kefisibelan perjalanan antarstasiun setelah dilakukan penjadwalan. Pemeriksaan dilakukan dengan perangkat lunak LINGO.0 (dapat dilihat di Lampiran 4). Pada tahap ini diperoleh hasil bahwa seluruh kendala terpenuhi maka solusi yang ada pada Subproblem 3 fisibel. Karena penjadwalan yang ada fisibel, maka proses dihentikan dan didapatkan solusi yang optimal pada Subproblem 3 yaitu rute terpilih kereta tipe 5 dengan banyaknya 4 gerbong, rute terpilih kereta tipe 7 dengan banyaknya 6 gerbong, rute 3 terpilih kereta tipe 5 dengan banyaknya 6 gerbong, rute 4 terpilih kereta tipe 7 dengan banyaknya 6 gerbong, dan rute 5 terpilih kereta tipe 7 dengan banyaknya 6 gerbong dengan biaya minimum Rp ,-. Tabel 5 Penjadwalan kereta tahap I Subproblem 3 (dalam menit) R,K5,C Datang Berangkat Datang Berangkat
6 5 Penjadwalan kereta tahap I Subproblem 3 (Lanjutan) (dalam menit) R,K7,C3 Datang Berangkat Datang Berangkat (dalam menit) R3,K5,C3 Datang Berangkat Datang Berangkat (dalam menit) R4,K7,C3 Datang Berangkat Datang Berangkat (dalam menit) R5,K7,C3 Datang Berangkat Datang Berangkat Tabel 5 merupakan penjadwalan akhir pada penyelesaian masalah ini. Ilustrasi perjalanan kereta dari penjadwalan akhir (Tabel 5) dapat dilihat pada Lampiran 5. yang ada tertera dalam satuan menit dihitung dari waktu tiba kereta pada stasiun awal. tersebut diperuntukkan kereta pertama pada setiap rute. Kereta berikutnya memiliki jeda 60 menit (P = 60 menit) setelahnya dengan kereta pertama pada seluruh waktu tiba dan waktu berangkat untuk setiap rute. Begitu seterusnya sampai kereta terakhir yang dioperasikan untuk setiap rute. Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam karya ilmiah ini dapat dilihat pada Gambar 7. Ada 3 subproblem dalam penyelesaian kasus di karya ilmiah ini. Solusi optimal diperoleh pada Subproblem 3 dengan biaya minimum Rp ,-.
sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat
sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif nilai variabel-variabel keputusannya memenuhi suatu himpunan kendala yang berupa persamaan
Lebih terperinciIII PEMODELAN MASALAH PENJADWALAN KERETA API DAN APLIKASINYA
8 sidding petak jalan petak blok Keterangan: Stasiun Sinyal Crossing Overtaking Gambar 5 Ilustrasi dari istilah perkeretaapian. III PEMODELAN MASALAH PENJADWALAN KERETA API DAN APLIKASINYA 3.1 Model Matematika
Lebih terperinciI PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin tingginya mobilitas penduduk di suatu negara terutama di kota besar tentulah memiliki banyak permasalahan, mulai dari kemacetan yang tak terselesaikan hingga moda
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN MASALAH
BAB III PEMODELAN MASALAH Masalah penjadwalan kereta api jalur tunggal dapat dimodelkan sebagai sebuah kasus khusus dari masalah penjadwalan Job-Shop. Hal ini dilakukan dengan menganggap perjalanan sebuah
Lebih terperinciMINIMALISASI KETERLAMBATAN KERETA API (STUDI KASUS PADA JADWAL KERETA API DI PT KERETA API INDONESIA DAOP IV SEMARANG)
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 MINIMALISASI KETERLAMBATAN KERETA API (STUDI KASUS PADA JADWAL KERETA API DI PT KERETA API INDONESIA DAOP
Lebih terperinciPENJADWALAN KERETA API MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER DWI SETIANTO
PENJADWALAN KERETA API MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER DWI SETIANTO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK DWI SETIANTO.
Lebih terperinciII LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,.
II LANDASAN TEORI Pada pembuatan model penjadwalan pertandingan sepak bola babak kualifikasi Piala Dunia FIFA 2014 Zona Amerika Selatan, diperlukan pemahaman beberapa teori yang digunakan di dalam penyelesaiannya,
Lebih terperinciIII DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH RUTE DAN JADWAL PESAWAT UNTUK MEMENUHI PERMINTAAN PENUMPANG
t = 1 SUBPROBLEM 1 x 1 = 3,75, x 2 = 2, 25, z = 41, 25 x 1 4 x 1 3 t = 2 SUBPROBLEM 2 x 1 = 4, x 2 = 1, 8, z = 41 SUBPROBLEM 3 t = 7 x = x 3, z = 39, LB = 40 1 2 = x 2 2 x 2 1 SUBPROBLEM 4 t = 3 TAK FISIBEL
Lebih terperinciI PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam merupakan interupsi signifikan terhadap kegiatan operasional sehari-hari yang bersifat normal dan berkesinambungan. Interupsi ini dapat menyebabkan entitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama ini akan diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi, dan sistematika pembahasan dalam Tugas Akhir ini. 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciBab III Metode Perancangan Sistem
23 Bab III Metode Perancangan Sistem Perancangan sistem yang digunakan dalam membangun sistem ini adalah dengan menggunakan metode prototyping. Proses pada model prototyping yang digambarkan pada Gambar
Lebih terperinciMASALAH GROUND-HOLDING DENGAN DUA TERMINAL DALAM PENGENDALIAN LALU LINTAS UDARA
MASALAH GROUND-HOLDING DENGAN DUA TERMINAL DALAM PENGENDALIAN LALU LINTAS UDARA W. PRASETYO 1, F. HANUM 2, P. T. SUPRIYO 2 Abstrak Setiap maskapai penerbangan memiliki strategi untuk meminimumkan biaya
Lebih terperinciI PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Sepak bola merupakan olahraga yang populer di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Sepak bola sebenarnya memiliki perangkat-perangkat penting yang harus ada dalam penyelenggaraannya,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI
I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah penentuan rute bus karyawan mendapat perhatian dari para peneliti selama lebih kurang 30 tahun belakangan ini. Masalah optimisasi rute bus karyawan secara matematis
Lebih terperinciKINERJA OPERASI KERETA BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA
KINERJA OPERASI KERETA BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA Dewi Rosyani NRP: 0821049 Pembimbing: Dr. Budi Hartanto S., Ir., M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
Lebih terperinciI PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kamar darurat (Emergency Room/ER) adalah tempat yang sangat penting peranannya pada rumah sakit. Aktivitas yang cukup padat mengharuskan kamar darurat selalu dijaga oleh
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming
4 II TINJAUAN PUSTAKA Untuk memahami permasalahan yang berhubungan dengan penentuan rute optimal kendaraan dalam mendistribusikan barang serta menentukan solusinya maka diperlukan beberapa konsep teori
Lebih terperinciOleh: Dwi Agustina Sapriyanti (1) Khusnul Novianingsih (2) Husty Serviana Husain (2) ABSTRAK
MODEL OPTIMASI PENJADWALAN KERETA API (Studi Kasus pada Jadwal Kereta Api di PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 2 Bandung Lintasan Bandung-Cicalengka) Oleh: Dwi Agustina Sapriyanti (1) Khusnul Novianingsih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan ditengah-tengah badai persaingan. darat, laut dan udara. Salah satu alat transportasi darat yang digunakan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis jasa saat ini sedang ketat ketatnya, berbagai macam perusahaan jasa menjamur di mana-mana dan saling bersaing satu sama lain. Untuk menghadapi
Lebih terperinciPENJADWALAN KERETA API JALUR GANDA: MODEL JOB-SHOP DAN APLIKASINYA. Nur Aprianti Dwiyatcita, Farida Hanum, Toni Bakhtiar
PENJADWALAN KERETA API JALUR GANDA: MODEL JOB-SHOP DAN APLIKASINYA Nur Aprianti Dwiyatcita, Farida Hanum, Toni Bakhtiar Departemen Matemata FMIPA, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga,
Lebih terperinciANALISIS KINERJA OPERASIONAL KERETA API SRIWEDARI JURUSAN SOLO-YOGYA BAYU ROSIDA SUMANTRI
ANALISIS KINERJA OPERASIONAL KERETA API SRIWEDARI JURUSAN SOLO-YOGYA BAYU ROSIDA SUMANTRI 3111.106.005 Latar Belakang Yogyakarta dan kota Solo merupakan dua daerah penting di Jawa Tengah. Letaknya yang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI
I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Manajemen operasi suatu industri penerbangan merupakan suatu permasalahan Operations Research yang kompleks Secara umum, perusahaan dihadapkan pada berbagai persoalan dalam
Lebih terperinciIV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1
14 IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini ialah DKI Jakarta dan khususnya jalur busway Koridor 1 Blok M Kota. Berikut ialah rute
Lebih terperinciPemanfaatan Teori Graf untuk Menguraikan Permasalahan dalam Pemodelan Persoalan Penjadwalan Kereta Api
Pemanfaatan Teori Graf untuk Menguraikan Permasalahan dalam Pemodelan Persoalan Penjadwalan Kereta Api Muhammad Dhito Prihardhanto - 13507118 Prodi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Lebih terperinciIII DESKRIPSI PERMASALAHAN PENGOPERASIAN BRT
8 x 2 1 Subproblem 1 x 1 = 11,33; x 2 = 1,2; z = 40,11 (batas atas) t = 1 x 2 2 Subproblem 2 x 1 = 11,6; x 2 = 1; z = 39,8 t = 2 Subproblem 3 x 1 = 9; x 2 = 2; z = 37 t = 9 x 1 11 Subproblem 4 x 1 = 11;
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kereta api merupakan salah satu alat transportasi modern saat ini yang paling sering digunakan sebagai alat transportasi utama di beberapa kota besar di Indonesia,
Lebih terperinciIV PENYELESAIAN MASALAH PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ZERO INVENTORY
abel abel kefisibelan adwal dengan setiap kemungkinan pasangan pelanggan G untuk setiap adwal fisibel yang dihapus dari adwal dan nilai \ ( ik, ) Kefisibelan G \{,} 0,,4,, fisibel 0 \{,4} 0,,,,4 fisibel
Lebih terperinciLampiran 1. Syntax Program LINGO 11.0 untuk Menyelesaikan Masalah Pemrograman Linear dengan Metode Branch and Bound beserta Hasil yang Diperoleh
2 LAMPIRAN 22 Lampiran Syntax Program LINGO. untuk Menyelesaikan Masalah Pemrograman Linear dengan Metode Branch and Bound beserta Hasil yang Diperoleh ) PLrelaksasi dari ILP (8) Maksimumkan z = 6x + x2
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab terakhir ini akan menjelaskan kesimpulan dan saran Tugas Akhir. Kesimpulan dan saran terdiri atas dua bagian, yaitu kesimpulan dan saran mengenai pemodelan dan penyelesaian
Lebih terperinciPada perkembangannya ternyata model transportasi ini dapat juga digambarkan dan diselesaikan dalam suatu bentuk jaringan
MODEL ARUS JARINGAN DEFINISI Jaringan (network) = (N, A); N=node, A=arc = sisi=busur. Arc (sisi) terarah mempunyai arah. Jaringan terarah mempunyai semua sisi yang terarah. Path (lintasan) = sekumpulan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) E-1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-1 Analisis Kinerja Operasional Kereta Api Sriwedari Ekspress Jurusan Solo - Yogya Bayu Rosida Sumantri dan Wahju Herijanto
Lebih terperinciANALISIS KINERJA OPERASIONAL KERETA API SRIWEDARI EKSPRESS JURUSAN SOLO - YOGYA
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 1 ANALISIS KINERJA OPERASIONAL KERETA API SRIWEDARI EKSPRESS JURUSAN SOLO - YOGYA Bayu Rosida Sumantri dan Ir. Wahju Herijanto, MT Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada aspek aspek pola operasi jalur ganda lintas layanan Stasiun Betung Stasiun Sumber Agung untuk mendukung perjalanan kereta api
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1 Deskripsi Perjalanan Kereta Api Jalur Tunggal Pokok-Pokok Perjalanan Kereta Api Jalur Tunggal
BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai deskripsi perjalanan kereta api yang terkait dengan masalah penjadwalan. Hal ini meliputi pokok-pokok perjalanan kereta api dan aturan-aturan atau
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN Karakteristik Pengguna Dari Segi Sosial
BAB V KESIMPULAN Dalam bab ini akan disajikan sebuah penyimpulan dari analisa-analisa yang telah dijelaskan secara lengkap pada bab IV. Nantinya akan berisi antara lain mengenai karakteristik pengguna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara yang memiliki banyak jenis transportasi darat dari transportasi yang menggunakan mesin (bus, angkutan umum, dan kereta api) sampai
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Analisis Objek penelitian berupa rencana sistem angkutan kereta api khusus penumpang yang menghubungkan antara stasiun Tanjungkarang dengan stasiun Kertapati. Dengan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini akan melakukan pengembangan dari model yang sudah ada tentang penanganan logistik bantuan. Penentuan rute dan jumlah alokasi komoditi ke setiap titik permintaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. mendekati kapasitas lintas maksimum untuk nilai headway tertentu. Pada
BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pendekatan Analisis Optimasi pada tujuan penelitian dilakukan dengan pendekatan sistem dimana pola operasi adalah optimum bila frekwensi perjalanan kereta api mendekati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif. Untuk mendukung aktivitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi, manusia dituntut untuk melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif. Untuk mendukung aktivitas tersebut, diperlukan mobilitas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai Profil Pengguna Jasa Transportasi Kereta Api Stasiun Rancaekek Kabupaten Bandung sebagai bab akhir dari penulisan skripsi
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari penelitian berdasarkan pada tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan pada Kereta Api Prambanan Ekspres rute Kutoarjo-Yogyakarta-Solo
Lebih terperinciKINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA
KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA Dewi Rosyani Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Jalan Suria Sumantri 65 Bandung, Indonesia, 40164 Fax: +62-22-2017622 Phone:
Lebih terperinciPanduan Booking Tiket Kereta
Panduan Booking Tiket Kereta 1. Login ke sistem https://transaksi.klikmbc.co.id/ 2. Klik submenu Kereta yang terletak di Homepage 3. Silahkan isi data: kota asal, kota tujuan, tanggal pergi dan jumlah
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1571, 2014 KEMENHUB. Kereta Api. Angkutan Umum. Standar Pelayanan Minimum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 47 TAHUN 2014 TENTANG2
Lebih terperinciIMPLEMENTASI FLEET SIZE AND MIX VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS PADA PENDISTRIBUSIAN KORAN
IMPLEMENTASI FLEET SIZE AND MIX VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS PADA PENDISTRIBUSIAN KORAN Maya Widyastiti *), Farida Hanum, Toni Bakhtiar Departemen Matematika FMIPA, Institut Pertanian Bogor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebagai pihak pengelola, PT. KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) masih perlu
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu angkutan massa terbesar di Indonesia, Kereta Rel Listrik (KRL) memiliki potensi besar untuk menjadi solusi bagi permasalahan transportasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riset Operasi Masalah pengoptimalan timbul sejak adanya usaha untuk menggunakan pendekatan ilmiah dalam memecahkan masalah manajemen suatu organisasi. Sebenarnya kegiatan yang
Lebih terperinciModel Arus Jaringan. Rudi Susanto
Model Arus Jaringan Rudi Susanto Pengertian Jaringan Jaringan adalah suatu susunan garis edar (path) yang terhubung pada berbagai titik, dimana satu atau beberapa barang bergerak dari satu titik ke titik
Lebih terperinciLecture 3: Graphical Sensitivity Analysis
Lecture 3: Meskipun Program Linear dianggap sebagai model yang deterministic (koefisien-koefisiennya dianggap sudah pasti, konstan, sehingga nilainilai peubah dapat diperkirakan dengan kepastian tinggi;
Lebih terperinciIV STUDI KASUS DAN PENYELESAIANNYA
IV STUDI KASUS DAN PENYELESAIANNYA Pada bagian ini akan diberikan contoh kasus dengan data hipotetik. PT Riyadi Yoghurt merupakan sebuah perusahaan berskala kecil yang memproduksi yoghurt. PT Riyadi Yoghurt
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi yang dimiliki oleh PT.KAI yang berada di masing masing
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) beberapa tahun dibelakang dikenal dengan pelayanannya yang kurang begitu memuaskan. Seperti PT. KAI yang merupakan
Lebih terperinci2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Perat
No.57, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Lalu Lintas Kereta Api. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 Tahun 2017 TENTANG LALU LINTAS KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Malang telah dinobatkan sebagai kota pendidikan dan juga merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Kurang
Lebih terperinci2 2015, No.322 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722) 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publi
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.322, 2015 KEMENHUB. Angkutan Orang. Kereta Api. Pelayanan Minimum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 48 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR
Lebih terperinciOPTIMASI BIAYA OPERASIONAL KERETA API DALAM SISTEM LOOP LINE MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN INTEGER TAKLINEAR NOVARIA YUSRI
OPTIMASI BIAYA OPERASIONAL KERETA API DALAM SISTEM LOOP LINE MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN INTEGER TAKLINEAR NOVARIA YUSRI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah. Dipo Lokomotif Sidotopo merupakan tempat perawatan sarana lokomotif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dipo Lokomotif Sidotopo merupakan tempat perawatan sarana lokomotif yang berada di wilayah kerja Daerah Operasional (Daop) VIII Surabaya, PT Kereta Api Indonesia
Lebih terperinciganjil di DAOP VI ) menginginkan lama waktu crossing dan
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis-analisis diatas dan mengingat tujuan penulisan tugas akhir ini, maka kami menyimpulkan hal - hal sebagai berikut ini: 1. Analisis Kuisioner
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Evaluasi Sistem Transportasi Suatu sistem transportasi dapat dinyatakan sebagai sebuah rangkaian tindakan yang konsisten yang juga dapat disebut sebagai suatu proyek, dimana dalam
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta api adalah salah satu moda transportasi darat disamping angkutan umum pada jalan raya yang diharapkan dapat meningkatkan mobilitas dan melancarkan distribusi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciTablet I x Tablet II y Batasan Vitamin A 5 10 Minimal 20 Vitamin B 3 1 Minimal 5 Harga/Biji 4 8
2. Program Linier a. Defenisi Program linier adalah metode untuk mendapatkan penyelesaian optimum dari suatu fungsi sasaran yang mengandung kendala atau batasan yang dapat dibuat dalam bentuk sistem pertidaksamaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. barang, jaringan jalan raya, atau dalam masalah komputasi yaitu jaringan penjadwalan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia berkaitan erat dengan jaringan. Jaringan pendistribusian barang, jaringan jalan raya, atau dalam masalah komputasi yaitu jaringan penjadwalan. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daftar atau tabel kegiatan atau rencana kegiatan dengan pembagian waktu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Jadwal adalah pembagian waktu berdasarkan rencana pengaturan urutan kerja, daftar atau tabel kegiatan atau rencana kegiatan dengan pembagian waktu pelaksanaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesawat terbang merupakan moda transportasi tercepat yang ada saat ini. Dengan kecepatan berkisar 500-900 km/jam, transportasi udara menggunakan pesawat terbang merupakan
Lebih terperinciDynamic Programming. Pemrograman Dinamis
Pemrograman Dinamis Pemrograman dinamis merupakan suatu teknik analisa kuantitatif untuk membuat tahapan keputusan yang saling berhubungan. Teknik ini menghasilkan prosedur yang sistematis untuk mencari
Lebih terperinciII LANDASAN TEORI (ITDP 2007)
2 II LADASA EORI Untuk membuat model optimasi penadwalan bus ransakarta diperlukan pemahaman beberapa teori. erikut ini akan dibahas satu per satu. 2.1 Penadwalan 2.1.1 Definisi Penadwalan Penadwalan merupakan
Lebih terperinciMATERI 8 MODEL ARUS JARINGAN
MATERI 8 MODEL ARUS JARINGAN Jaringan Jaringan adalah suatu susunan garis edar (path) yang menghubungkan berbagai titik Komponen jaringan : simpul ( nodes) dan cabang ( branches) Simpul melambangkan titik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Travelling Salesman Problem (TSP) merupakan salah satu permasalahan yang penting dalam dunia matematika dan informatika. TSP dapat diilustrasikan sebagai perjalanan
Lebih terperinciIII MODEL PENJADWALAN
3 Ax = B N x B x = Bx B + Nx N = b. (5) N Karena matriks B adalah matriks taksingular, maka B memiliki invers, sehingga dari (5) x B dapat dinyatakan sebagai: x B = B 1 b B 1 Nx N. (6) Kemudian fungsi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN Analisis Cabang Rute Tersibuk Penerbangan Lion Air Tahun 2005
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data 4.1.1 Analisis Cabang Rute Tersibuk Penerbangan Lion Air Tahun 2005 Dalam Penulisan ini Penulis mengambil 2 contoh rute, berdasarkan frekuensi pesawat (rute tersibuk)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Kereta api merupakan salah satu angkutan darat yang banyak diminati masyarakat, hal ini dikarenakan biaya yang relatif murah dan waktu tempuh yang
Lebih terperincipenumpang dalam jumlah besar (masal), memiliki kenyamanan keselamatan perjalanan yang lebih baik dan lebih sedikit halangannya dibandingkan dengan
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian KA KA (Kereta Api) merupakan salah satu alat transportasi yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar (masal), memiliki kenyamanan keselamatan perjalanan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kereta api merupakan salah satu jenis transportasi darat yang menjadi andalan masyarakat. Pelayanan jasa angkutan kereta api sepenuhnya dijalankan oleh manajemen
Lebih terperinciBAB III ALGORITMA ANT DISPERSION ROUTING (ADR)
BAB III ALGORITMA ANT DISPERSION ROUTING (ADR) Pada permasalahan pencarian rute optimal dalam rangka penyebaran rute lalu lintas untuk mencapai keseimbangan jaringan lalu lintas sebagai upaya untuk mengurangi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab penutup berisi pemaparan mengenai simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. 5.1 Simpulan Antrian terjadi
Lebih terperinciImplementasi Model Penjadwalan Job-Shop dalam Masalah Penjadwalan Kereta Api Jalur Tunggal dengan Pendekatan Constraint Programming
Abstrak Implementasi Model Penjadwalan Job-Shop dalam Masalah Penjadwalan Kereta Api Jalur Tunggal dengan Pendekatan Constraint Programming Fajar Yuliawan NIM: 13503022 Program Studi Teknik Informatika,
Lebih terperinciOptimisasi Penjadwalan Proses Pada Central Processing Unit Dengan Menggunakan Algoritma Greedy
Optimisasi Penjadwalan Proses Pada Central Processing Unit Dengan Menggunakan Algoritma Greedy Irdham Mikhail Kenjibriel (13508111) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak beroperasinya Bandara Internasional Kuala Namu tanggal 25 Juli 2013 yang lalu sebagai pengganti Bandara Polonia, menyebabkan semakin meningkatnya mobilitas (pergerakan)
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Menurut Aminudin (2005), program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data Pengguna Kereta Api
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kereta merupakan salah satu jenis transportasi yang terdapat di Indonesia dan dapat digunakan oleh siapa saja. Di Indonesia, perkembangan kereta mulai meningkat dari
Lebih terperinciGambar I-1 Komponen Isolating Cock
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Waktu dalam proses produksi merupakan hal terpenting bagi suatu perusahaan selain kualitas hasil produksi. Semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk memproduksi suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan yang dilakukan di Indonesia pada saat ini semakin meningkat, disertai dengan pesatnya tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal tersebut
Lebih terperinciPELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT
PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT Ilustrasi LRT Kota Medan merupakan salah satu dari 5 kota di Indonesia dengan jumlah penduduk diatas 2 juta jiwa (BPS, 2015). Dengan luas 26.510 Hektar (265,10
Lebih terperinciDaerah fisibel untuk masalah IP di atas diberikan pada gambar berikut :
L A M P I R A N 3 4 Lampiran Contoh penyelesaian suatu LP dengan metode branch and bound Dari LP pada Contoh Misalkan diberikan integer programming berikut: Maksimumkan z = 7x + 5x () Terhadap : x + x
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
49 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Program Penelitian Langkah-langkah penelitian dapat dijelaskan dengan gambar di bawah ini : Mulai Identifikasi Masalah Studi Pustaka Menentukan Tujuan Pilot Survey
Lebih terperinciOleh : CAHYA GUNAWAN JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2012
Oleh : CAHYA GUNAWAN 1.05.08.215 JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2012 PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari sering dilakukan perjalanan
Lebih terperinciBAB 8 TEORI ANTRIAN (QUEUEING THEORY)
BAB 8 TEORI ANTRIAN (QUEUEING THEORY) Analisis pertama kali diperkenalkan oleh A.K. Erlang (93) yang mempelajari fluktuasi permintaan fasilitas telepon dan keterlambatan annya. Saat ini analisis banyak
Lebih terperinciI PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sukarelawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya tanpa mengharapkan imbalan. Sukarelawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi eksternal terdapat dua jalur dalam penerapannya, yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi organisasi merupakan suatu sistem yang saling bergantung yang mencangkup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi eksternal terdapat
Lebih terperinciPERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM (Studi Kasus : Kereta Api Prambanan Ekspres Solo-Yogyakarta)
PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM (Studi Kasus : Kereta Api Prambanan Ekspres Solo-Yogyakarta) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai Sarjana S-1 Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan
BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan 1. Analisis kapasitas lintas Dari hasil analisis Grafik perjalanan kereta api (Gapeka) 2015 didapatkan kesimpulan mengenai persentase jenis kereta api pada jalur Rewulu-Wojo.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. membantu kemajuan perekonomian bagi masyarakat disekitarnya.
77 BAB V KESIMPULAN Stasiun kereta api Padangpanjang menjadi salah satu bagian asset pemerintah yang bernilai dalam sejarah transportasi perkeretaapian Indonesia. Kontribusinya dalam memberikan pelayanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Alat transportasi ini memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta api merupakan alat transportasi darat utama yang digunakan hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Alat transportasi ini memiliki multi keunggulan komparatif,
Lebih terperinciPENJADWALAN DAN PENENTUAN RUTE KENDARAAN PADA INDUSTRI BAHAN KIMIA MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA PENCARIAN TABU
PRESENTASI TUGAS AKHIR KS091336 PENJADWALAN DAN PENENTUAN RUTE KENDARAAN PADA INDUSTRI BAHAN KIMIA MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA PENCARIAN TABU Oleh : Maya Sagita W. 5208
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori graf 2.1.1 Defenisi graf Graf G adalah pasangan {,} dengan adalah himpunan terhingga yang tidak kosong dari objek-objek yang disebut titik (vertex) dan adalah himpunan pasangan
Lebih terperinciF.1 Kereta Api F.1.1 Pembelian F.1.1.1 Pilih Tanggal, Jumlah Penumpang dan Rute Perjalanan
Pada menu transaksi lain ini digunakan untuk melakukan transaksi lain di luar yang produk - produk yang ada pada menu transaksi, dimana produk - produk tersebut dapat dilihat pada bagian sub menu. F.1
Lebih terperinci