ANALISA KERUGIAN TEGANGAN DAN PENURUNAN TEKANAN PADA RUANG ALIR TERHADAP SEL BAKAR JENIS MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER KAPASITAS 20W

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA KERUGIAN TEGANGAN DAN PENURUNAN TEKANAN PADA RUANG ALIR TERHADAP SEL BAKAR JENIS MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER KAPASITAS 20W"

Transkripsi

1 ANALISA KERUGIAN TEGANGAN DAN PENURUNAN TEKANAN PADA RUANG ALIR TERHADAP SEL BAKAR JENIS MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER KAPASITAS 20W William Ryan Wijaya 1, Himsar Ambarita 2 1 Mahasiswa Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater Kampus USU, Medan lukas_willam28@yahoo.com 2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater Kampus USU, Medan himsar@gmail.com ABSTRAK Bahan bakar fosil merupakan salah satu sumber bahan bakar penggerak energi listrik, mobil, maupun peralatan - peralatan lain. Namun akibat dari penggunaan besar - besaran oleh manusia di muka bumi ini, semakin lama bahan bakar fosil yang tersedia di muka bumi ini akan habis pada saatnya. Sebelum habisnya bahan bakar fosil yang tersedia di muka bumi ini, harus dicari bahan bakar alternatif yang tidak terbatas sumbernya.salah satu bahan bakar alternatif adalah hidrogen murni.fokus kajian ini sel bahan bakar jenis Polymer Electrolyte Membrane (PEM).Tujuannya adalah salah satu dasar kajian awal untuk kajian - kajian selanjutnya.sel bahan bakarmerupakan salah satu peralatan yang menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar utama untuk menghasilkan listrik berarus DC.Hidrogen murni dihasilkan dari hidrolisis aquadest. Hidrogen yang dihasilkan dialirkan ke sel bahan bakaruntuk kemudian diproses dan akan menghasilkan tegangan listrik. Hasil kajian menunjukkan 10 liter hidrogen yang menghasilkan tegangan listrik sebesar 10V selama 30 menit. Kesimpulan dari hasil kajian menunjukkan efisiensi kipas pada stack sel bahan bakar adalah 0,579 dan aliran hidrogen yang terjadi di dalam microchannel adalah aliran laminar penuh, selain itu sel bahan bakar belum dapat berfungsi maksimal akibat tingkat ketahanan sel bahan bakar sangat rendah. Kata kunci: sel bahan bakar, tegangan, tekanan Abstract The focus of this study is the polymer electrolyte membrane fuel cell 20 watt. Where the trial will be conducted to determine the voltage that can be produced and the pressure of the incoming fuel. The goal is to determine the voltage loss and pressure drop on the flow field plate. The fuel used is hydrogen where come from hydrolysis of distilled water at hydrofill. The hydrogen then is stored in a hydrostick where then this will be connected to the fuel cell stack that can drive a cooling pad. Analysis done by mathematical calculations using the data obtained in the experiments and some of the data is assumed. Result analysis shows that the voltage loss occurs is 5.2 volts and the pressure drop on the flow field plate is Pa. The conclusion was that the performance of the fuel cell is still not optimal in general is demonstrated by the voltage generated by each fuel cell operated thus requiring further development. Keywords: fuel cell, voltage, pressure 1. Pendahuluan Kebutuhan bahan bakar yang semakin meningkat dewasa ini tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber daya alam yang ada, terutama minyak bumi, yang hingga saat ini masih merupakan sumber energi utama dunia. Untuk membantu mengatasi permasalahan di atas, maka diperlukan suatu inovasi teknologi yang efisien dan ramah lingkungan. Sel bahan bakar 44

2 adalah suatu alat elektrokimia yang mirip dengan baterai yang dapat mengubah energi dari bahan bakar menjadi energi listrik [1]. Sel bahan bakar yang pada saat ini masih merupakan produk harapan untuk masa depan, sebenarnya sudah dikenal cukup lama, tetapi pengembangannya baru dilakukan belum terlalu lama bahkan penggunaannya untuk kebutuhan baru dilakukan secara intensif pada akhir abad 20. Sel bahan bakar merupakan salah satu sumber energi alternatif sebagai pengganti minyak bumi. Dalam pembahasan skripsi ini jenis sel bahan bakar yang digunakan adalah membran elektrolit polimer. Digunakan membran elektolit polimer karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan jenis sel bahan bakar lainnya terutama dalam hal portabilitas, waktu mulai pengoperasian yang singkat, temperatur operasional yang rendah dan kesederhanaan konstruksi sistemnya. Tujuan dari tulisan ini adalah menyajikan pembahasan dasar dari sel bahan bakar dan menjelaskan parameter-parameter yang akan dianalisis yaitu besar kerugian tegangan dan penurunan tekanan pada ruang alir. 2. Sel bahan bakar 2.1 Prinsip dasar Sel bahan bakar memiliki prinsip kerja yang relatif sama dengan baterai, yaitu dengan mengubah energi kimia menjadi listrik. Perbedaannya terletak pada sumber bahan bakarnya yang berasal dari luar sel. Hal ini berbeda dengan baterai yang bahan kimianya berada dalam baterai itu sendiri sehingga ketika bahan kimia ini habis bereaksi atau berubah bentuk senyawa kimianya, maka baterai akan kehilangan kemampuannya untuk menghasilkan listrik [2]. Satu unit sel bahan bakar, atau lebih dikenal dengan sel, pada umumnya hanya mampu menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang relatif kecil sehingga diperlukan lebih dari satu sel agar daya yang dihasilkan memadai untuk aplikasi praktis. Sel-sel ini dirangkai secara seri dengan memanfaatkan plat pembatas bipolar antar sel, serupa dengan rangkaian pada baterai yang kita gunakan seharihari [3]. Gambar 1. Sel Tunggal Di anoda terdapat katalis yang mengoksidasi hidrogen yang masuk menjadi ion H + (proton) dan elektron yang bermuatan negatif. Fungsi elektrolit sebagai media agar ion-ion H + bisa lewat tapi menghalangi elektron lewat. Sehingga elektron ini terpaksa mengalir melalui kawat luar sambil membawa arus listrik. Selanjutnya ion H + tadi melewati elektrolit menuju katoda. Begitu sampai di katoda, ion positif ini berjumpa lagi dengan elektron sebelumnya yang bergerak melalui kawat, dan bergabung dengan udara (oksigen) yang masuk melalui katoda sehingga semua bersatu membentuk menjadi air murni (H 2 O) dan panas sebagai keluarannya. Gambar 2. Prinsip Kerja Sel Bahan Bakar Secara Umum 45

3 2.2 Jenis Jenis Sel bahan bakar Sel bahan bakar adalah keluarga teknologi yang menghasilkan listrik melalui proses elektrokimia, bukan pembakaran. Sel bahan bakar memiliki jenis yang beragam. Penggolongan jenis sel bahan bakar dilakukan berdasarkan jenis elektrolit yang digunakan. Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC). Jenis membran yang sering digunakan saat ini adalah nafion yaitu sejenis membran yang terbuat dari bahan polimer. PEMFC menggunakan platinum sebagai katalis karena platinum adalah katalis yang paling aktif untuk suhu rendah sel bahan bakar. PEMFC beroperasi pada temperatur yang relatif rendah, memiliki kepadatan daya tinggi, dan dapat bervariasi keluaran cepat untuk memenuhi permintaan perubahan daya. PEMFC sangat cocok untuk aplikasi daya dimana startup cepat diperlukan, seperti mobil, stasiun pembangkit panas [4]. Direct Methanol Fuel Cell (DMFC). DMFC mirip dengan PEMFC karena mereka berdua sama-sama menggunakan membran polimer sebagai elektrolit. Hanya DMFC menggunakan metanol sebagai bahan bakar bukan hidrogen. DMFC juga menggunakan platinum sebagai katalis. Suhu operasional yang rendah membuat DMFC menarik untuk aplikasi miniatur seperti ponsel, laptop, dan pengisi daya baterai dan lain-lain [4]. Alkaline Fuel Cell (AFC). NASA telah menggunakan bahan bakar hidrogen AFC ini pada misi ruang angkasa sejak tahun 1960 untuk menyediakan listrik dan air minum. AFC dapat dengan mudah teracuni oleh sejumlah kecil karbondioksida. AFC dapat menghasilkan efisiensi sampai 70%. Biayanya juga relatif mahal sehingga tidak dipakai untuk komersial. AFC dapat menggunakan berbagai non katalis logam mulia sebagai katalis [4]. Phosporic Acid Fuel Cell (PAFC). PAFC dapat beroperasi menggunakan bahan bakar hidrokarbon direformasi atau biogas. Reaksi anoda dan katoda mirip dengan PEMFC, tapi karena suhu operasi yang lebih tinggi, PAFC lebih toleran dari kotoran bahan bakar. PAFC secara komersial tersedia saat ini dengan sistem yang beroperasi di seluruh dunia pada energi tinggi seperti rumah sakit, sekolah, gedung perkantoran, toko grosir, pusat manufaktur atau pengolahan, dan perawatan tanaman air limbah. PAFC menggunakan karbon yang didukung platinum sebagai katalisnya [4]. Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC). MCFC beroperasi pada temperatur yang tinggi sehingga hanya dapat digunakan untuk keperluan industri. Suhu operasi yang tinggi dari MCFC ini menandakan bahwa bahan bakar hidrokarbon dapat diubah menjadi hidrogen dalam sel bahan bakar itu sendiri. MCFC tidak rentan terhadap oksigen atau karbondioksida. Jenis ini dapat dipakai untuk menghasilkan energi yang besar, energi sebesar 10 kw dan 2 MW yang telah diuji coba di Jepang dan Itali. MCFC menggunakan non platinum sebagai katalis [4]. Solid Oxide Fuel Cell (SOFC). SOFC menggunakan material dari keramik keras, memunngkinkan untuk operasi temperatur tinggi. SOFC ini berbentuk tabung. SOFC cocok untuk aplikasi stasioner besar, dan sedang digunakan di seluruh negara di pusat data, gedung perkantoran dan toko ritel. SOFC juga sedang ditunjukkan untuk digunakan sebagai unit daya tambahan kendaraan dan diuji untuk aplikasi stasioner kecil, seperti rumah dan apartemen di AS, Jepang, dan Jerman. SOFC juga menggunakan non platinum sebagai katalis [4]. 2.3 Komponen - komponen sel bahan bakar Sebuah sel bahan bakar secara umum memiliki komponen-komponen yang terdiri dari membran elektrolit, lapisan katalis, lapisan difusi gas dan pelat akhir. Masing-masing komponen- 46

4 komponen tersebut mempunyai fungsi tersendiri untuk membantu kinerja dari sebuah sel bahan bakat agar dapat beroperasi dengan baik. Gambar 3. Komponen-Komponen Pada Tumpukan Sel Bahan Bakar Tabel 1. Fungsi Komponen-Komponen Pada Sel Bahan Bakar Komponen Fungsi Membran Menghantarkan proton yang elektrolit dihasilkan dari anoda menuju katoda dan menghalangi elektron yang akan masuk. Katalis anoda Memisahkan bahan bakar hidrogen yang masuk menjadi proton dan elektron dengan bantuan katalis. Katalis katoda Lapisan difusi gas Ruang alir Menggabungkan proton yang masuk melalui membran elektrolit dengan oksigen dari udara dan elektron yang kembali setelah melewati alat listrik membentuk air. Memberikan dukungan untuk lapisan katalis, Membantu transportasi air Menyalurkan hidrogen dan oksigen menuju elektroda, Menyalurkan air dan panas keluar dari sel bahan bakar, Mengkonduksikan elektron dari anoda menuju aliran listrik dan dari aliran listrik balik ke katoda. 2.4 Keuntungan dan Kerugian Ada beberapa keuntungan yang didapat dari penggunaan aplikasi sel bahan bakar ini [5]. Sel bahan bakar efisien. Sel bahan bakar mengubah hidrogen dan oksigen secara langsung menjadi listrik dan air, tanpa pembakaran dalam proses. Efisiensi yang dihasilkan antara 50 % dan 60 %, sekitar dua kali lipat dari mesin pembakaran internal. Sel bahan bakar bersih. Jika hidrogen bahan bakarnya, tidak ada emisi polutan dari sel bahan bakar itu sendiri, hanya produksi air murni. Berbeda dengan internal pembakaran mesin, fuel cell tidak menghasilkan emisi sulfur dioksida, yang dapat menyebabkan hujan asam, atau nitrogen oksida yang menghasilkan partikel asap atau debu. Sel bahan bakar tidak berisik. Sebuah sel bahan bakar itu sendiri tidak ada bagian yang bergerak, meskipun sistem sel bahan bakar memiliki pompa dan kipas. Akibatnya, daya listrik yang dihasilkan relatif diam. Banyak hotel dan resort di lokasi yang tenang, misalnya, bisa menggantikan diesel mesin generator dengan sel bahan bakar untuk kedua sumber tenaga utama atau untuk daya cadangan jika terjadi pemadaman listrik. Sel bahan bakar aman lingkungan. Sel bahan bakar menghasilkan produk limbah yang tidak berbahaya, dan hanya sel bahan bakar yang memproduksi air. Selain terdapat berbagai keuntungan dari sel bahan bakar ini, tentu saja juga terdapat beberapa kekurangan [5]. Membutuhkan biaya yang cukup besar dikarenakan kebutuhan material dengan sifat-sifat tertentu. Jika digunakan bahan bakar lain selain hidrogen untuk sel bahan bakar, maka performa dari sel bahan bakar akan berkurang seiring berjalannya waktu akibat dari korosi pada katalis dan sisasisa elektrolit. 2.5 Pemodelan Lapisan Katalis Lapisan sel bahan bakar elektroda merupakan tempat di mana reaksi elektrokimia terjadi. Lapisan elektroda terdiri dari lapisan katalis dan lapisan difusi gas. Ketika hidrogen dalam aliran memenuhi lapisan elektroda, terjadi difusi ke dalam lapisan difusi gas. Pada anoda, hidrogen dipecah menjadi proton dan elektron. Elektron menuju ke lapisan karbon, pelat ruang alir dan 47

5 kemudian ke beban. Proton berjalan melalui membran elektrolit ke katoda. Pada lapisan katalis katoda, oksigen bergabung dengan proton untuk membentuk air. Lapisan katalis harus sangat efektif saat memecah molekul menjadi proton dan elektron, memiliki luas permukaan yang tinggi, dan sebaiknya biaya rendah. Lapisan katalis merupakan yang tertipis di sel bahan bakar (5 sampai 30 mikron [m]), namun seringkali yang paling kompleks karena beberapa fase, porositas, dan reaksi elektrokimia. Ini adalah tantangan untuk menemukan biaya rendah katalis yang efektif dalam memecah hidrogen menjadi proton dan electron [6]. Gambar 4. Proses Pada Lapisan Katalis Luas permukaan katalis merupakan karakteristik yang sangat penting dari lapisan katalis, sehingga penting untuk memiliki partikel platinum kecil (4 nm atau lebih kecil) dengan luas permukaan besar tersebar dengan baik pada permukaan katalis pendukung, yang biasanya serbuk karbon dengan area bermesopori tinggi (>75 m²/g) [6]. Lapisan tipis katalis membantu meminimalkan kerugian sel potensial akibat tingkat transportasi proton dan permeasi gas reaktan di kedalaman lapisan elektrokatalis. Luas permukaan logam yang aktif harus dimaksimalkan. Oleh karena itu, harus dipilih Pt/C rasio yang lebih tinggi (>40% berat). Ketika rasio Pt/C meningkat melampaui 40%, kinerja sel malah menurun. Kinerja sel bahan bakar dapat ditingkatkan dengan pemanfaatan Pt yang lebih baik di lapisan katalis, bukannya meningkatkan penambahan Pt [6]. Persamaan Nernst digunakan untuk menentukan teoritis reaksi potensi listrik. Persamaan Nernst digunakan untuk menemukan potensi di lokasi yang aktif dan potensi lokal dengan menggunakan setengah reaksi... (1) Aktivasi tenaga yang berlebih dan tingkat konsumsi dan generasi ditentukan oleh elektrokimia kinetika dan kepadatan arus. Aktivasi kehilangan dan kerapatan arus diselesaikan dengan menggunakan kondisi batas yang sesuai. Pendekatan lain yang umum digunakan untuk pemodelan lapisan katalis adalah menggunakan persamaan Butler-Volmer. Kehilangan aktivasi untuk anoda adalah [6] : (2) Untuk katoda adalah (Spiegel, 2008) : (3) Pertukaran kepadatan arus tergantung pada tekanan parsial lokal reaktan dan suhu lokal. Sementara tekanan parsial dari reaktan berkurang, kepadatan pertukaran arus juga akan menurun, dimana menurunkan kinerja. Hal ini menggambarkan bagaimana aktivasi dan keterbatasan difusi mempengaruhi satu sama lain, dan mengapa flux massa harus tepat diselesaikan. Pertukaran kepadatan arus untuk anoda dan katoda adalah [6] : (4) 48

6 (5) 2.6 Pemodelan Ruang Alir Dalam sel bahan bakar dengan sel tunggal, tidak ada pelat bipolar (hanya satu sisi aliran pelat), tetapi dalam sel bahan bakar dengan lebih dari satu sel, biasanya ada setidaknya satu pelat bipolar (di kedua sisi pelat). Pelat bipolar melakukan banyak peran dalam sel bahan bakar. Mereka mendistribusikan bahan bakar dan oksidan dalam sel, memisahkan sel-sel individu dalam tumpukan, mengumpulkannya, membawa air dari setiap sel, melembabkan gas, dan menjaga sel dingin [6]. Bentuk yang umum digunakan dapat termasuk lurus, serpentin dan paralel. Bahan yang dipilih berdasarkan kompatibilitas kimia, tahan terhadap korosi, biaya, kerapatan, konduktivitas elektronik, difusivitas gas, manufakturabilitas, volume besar/ kw, kekuatan bahan, dan termal konduktivitas. Bahan yang paling sering digunakan adalah stainless steel dan grafit. Kebanyakan pelat bipolar sel bahan bakar terbuat dari grafit yang diresapi resin. Grafit padat sangat konduktif, memiliki kelembaman kimia, dan taan korosi tapi mahal dan mahal untuk memproduksinya [6]. Ada banyak jenis bahan yang telah digunakan untuk pelat ruang alir. Seperti disebutkan sebelumnya, stainless steel dan grafit adalah yang paling umum, tapi bahan seperti aluminium, baja, juga digunakan. Pelat logam yang cocok untuk produksi massal dan juga dapat dibuat menjadi lapisan sangat tipis, yang menghasilkan ringan dan tumpukan portabel. Sebuah lapisan diperlukan untuk mencegah korosi sambil menambah konduktivitas. Beberapa pelapis yang umum digunakan adalah grafit, emas, perak, paladium, platinum, karbon, polimer konduktif, dan jenis lainnya. Beberapa masalah dengan lapisan pelindung meliputi (1) ketahanan korosi lapisan, (2) pori-pori kecil dan retakanretakan kecil dalam lapisan, dan (3) perbedaan antara termal dan lapisan. Dalam banyak jenis sel bahan bakar, ruang alir biasanya disusun sebagai sejumlah paralel saluran alir, kemudian penurunan tekanan sepanjang saluran juga penurunan tekanan dalam seluruh ruang alir. Dalam saluran alir, gas bergerak dari satu ujung ke ujung lainnya pada kecepatan rata-rata tertentu. Perbedaan tekanan antara inlet dan outlet membuat cairan mengalir. Dengan meningkatkan penurunan tekanan antara outlet dan inlet, kecepatan meningkat. Aliran melalui saluran pelat bipolar biasanya laminar, dan proporsional dengan tingkat aliran. Penurunan tekanan dapat didekati dengan menggunakan persamaan untuk aliran mampat di pipa [6] : + (6) 3. Experimental Setup Pengujian ini dimulai dengan melakukan pemisahan molekul H 2 O dari aquadest menjadi H 2 dan O 2. Lalu kemudian H 2 tersebut diisi ke dalam tabung pengisian Hydrostik.Pada saat pemisahan molekul H 2 O ini dilakukan pembacaan temperatur air dengan menggunakan Agilient. Kabel kabel termocouple dihubungkan ke dalam air yang akan dielektrolisis. Flash disk dihubungkan ke Agilient untuk pembacaan data. Setelah Hydrostik penuh diisi dengan H 2 maka flash disk dicabut dan kemudian dibaca menggunakan microsoft excel. Setelah pengisian Hydrostik penuh, maka kemudian flash disk dihubungkan kembali ke Agilient untuk pembacaan pada saat hydrostik dihubungkan ke stack dan menghasilkan listrik. Kabel kabel termocouple dihubungkan pada permukaan hydrostik, lubang input dan lubang output yang terdapat pada stack fuel cell. Setelah fuel cell beroperasi secara penuh dan hidrogen yang terdapat di dalam hydrostik habis, flash 49

7 disk dicabut dan dibaca menggunakan excel untuk mengetahui temperatur pada kondisi saat pengoperasian. Gambar 7.Experimental Setup 4. Hasil dan Pembahasan Tabel 2. Temperatur aquadest saat proses hidrolisa H 2 O menjadi H 2 menggunakan Hydrofill Temperatur Aquadest Saat Hidrolisa H 2O menjadi H 2 (Tanggal 25 Mei 2012 dalam o C) Temperatur Aquadest Saat Hidrolisa H 2O menjadi H 2 (Tanggal 29 Mei 2012 dalam o C) Data diatas merupakan perbandingan data temperatur aquadest pada saat proses hidrolisa H 2 O menjadi H 2 menggunakan hydrofill. Dari hasil kajian yang dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa temperatur pada saat hidrolisa tidak memberikan pengaruh pada saat pengoperasian sel bahan bakar, walaupun terdapat perbedaan suhu maksimum pada saat hidrolisa, pengoperasian sel bahan bakar hanya bertahan ±30 menit. Setiap hidrolisa H 2 O mencapai suhu tertinggi antara o C. Tabel 3. Tabel Temperatur Output Stack sel bahan bakar Temperatur Output Temperatur Output Stack sel bahan bakar Stack sel bahan bakar (26 Mei 2012 dalam (30 Mei 2012 dalam o C) o C) Data diatas merupakan perbandingan temperatur output pada stack sel bahan bakar yang diambil masing - masing dengan loop 1 menit. Pada tanggal 26 Mei sel bahan bakar dapat beroperasi selama ±30 menit, namun pada tanggal 30 Mei sel bahan bakar hanya dapat beroperasi selama 12 menit. Ini menunjukkan bahwa temperatur pada saat proses hidrolisa tidak bergantung terhadap lamanya sel bahan bakar dapat beroperasi, akan tetapi lamanya sel bahan beroperasi lebih bergantung kepada tingkat 50

8 kemurnian daripada hidrogen yang dihasilkan dari proses hidrolisa. Performa dari sel bahan bakar ini secara umum masih tidak maksimal ditunjukkan dengan menurunnya tegangan yang dihasilkan setiap sel bahan bakar dioperasikan. Dari hasil perhitungan yang dilakukan didapatkan bahwa tegangan keluar yang dihasilkan secara teori adalah 15.6 volt. Sedangkan tegangan keluar yang dihasilkan dari percobaan ini adalah 10.4 volt. Kerugian tegangan yang dialami adalah 5.2 volt. Artinya setiap sel bahan bakar dioperasikan akan mengalami penurunan sebesar 5.2 volt. Kerugian tegangan terjadi akibat dari pelannya kecepatan reaksi kinetik pada saat proton H + bergerak dari anoda menuju katoda melewati membran elektrolit, dan juga elektron yang menuju katoda dari anoda mengelilingi lapisan membran elektrolit. Penurunan tekanan pada ruang alir yaitu Pa, sehingga tidak begitu mempengaruhi waktu dan reaksi-reaksi kimia yang sedang berlangsung. Batas tekanan masukan yang dapat diterima tumpukan sel bahan bakar ini adalah Pa. Terjadinya penurunan tekanan disebabkan adanya faktor gesekan yang terjadi di dalam saluran alir. Selain itu bentuk aliran serperntine yang berlikuliku pada ruang alir menyebabkan tekanan menjadi tidak konstan [4] Rayment, Chris and Scott Sherwin Introduction to Fuel Cell Technology. Notre Dame [5] Cook, Brian An Introduction to Fuel Cells and Hydrogen Technology. Canada [6] Spiegel, Colleen PEM Fuel cell modeling and simulation using MATLAB. Elsevier's Science & Technology Rights Department in Oxford, UK Daftar Pustaka [1] Vasquez, L.O Fuel Cell Research Trends. Nova Science Publishers.Inc. New York [2] Smithsonian PEM FuelCell. New York [3] S. M. Haile Fuel Cell Materials and Components. Acta Materialia 51

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2) 15 hidrogen mengalir melewati katoda, dan memisahkannya menjadi hidrogen positif dan elektron bermuatan negatif. Proton melewati elektrolit (Platinum) menuju anoda tempat oksigen berada. Sementara itu,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR 2.1. Pendahuluan Sel Bahan Bakar adalah alat konversi elektrokimia yang secara kontinyu mengubah energi kimia dari bahan bakar dan oksidan menjadi energi

Lebih terperinci

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA TUMPUKAN SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA TUMPUKAN SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA TUMPUKAN SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER Frans 1, Himsar Ambarita 2 1) Mahasiswa Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater

Lebih terperinci

MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR

MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR Oleh : Kelompok 9 Maratus Sholihah (115061100111019) Hairunisa Agnowara (125061100111033) PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISA EFISIENSI KIPAS DAN SIMULASI KECEPATAN HIDROGEN DI DALAM MICRO CHANNEL SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20W

ANALISA EFISIENSI KIPAS DAN SIMULASI KECEPATAN HIDROGEN DI DALAM MICRO CHANNEL SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20W ANALISA EFISIENSI KIPAS DAN SIMULASI KECEPATAN HIDROGEN DI DALAM MICRO CHANNEL SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20W Juwirianto 1, Himsar Ambarita 2 1) Mahasiswa Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peran listrik dalam kehidupan manusia sangatlah penting karena

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peran listrik dalam kehidupan manusia sangatlah penting karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang ini, kebutuhan manusia akan listrik semakin meningkat. Peran listrik dalam kehidupan manusia sangatlah penting karena listrik merupakan sumber energi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang berkelanjutan kian mengemuka di ranah global. Krisis energi terjadi di berbagai negara di dunia bahkan di Indonesia. Berdasarkan Indonesia Energy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik karena listrik merupakan sumber energi utama dalam berbagai bidang kegiatan baik dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber energi bahan bakar minyak yang berasal dari fosil saat ini diprediksi sudah tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan konsumsi hidup penduduk dunia di masa datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. portable tersebut biasanya menggunakan baterai litium yang dapat diisi ulang.

BAB I PENDAHULUAN. portable tersebut biasanya menggunakan baterai litium yang dapat diisi ulang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, peralatan elektronik yang bersifat portable semakin banyak digunakan oleh masyarakat. Sumber energi peralatan elektronik portable tersebut

Lebih terperinci

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) 2. Tinjauan Pustaka 2.1 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sel bahan bakar merupakan salah satu solusi untuk masalah krisis energi. Sampai saat ini, pemakaian sel bahan bakar dalam aktivitas sehari-hari masih

Lebih terperinci

KAJIAN TEGANGAN YANG DIBANGKITKAN DAN KONSUMSI HIDROGEN PADA SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20 W

KAJIAN TEGANGAN YANG DIBANGKITKAN DAN KONSUMSI HIDROGEN PADA SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20 W KAJIAN TEGANGAN YANG DIBANGKITKAN DAN KONSUMSI HIDROGEN PADA SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20 W Rezky Putra Pratama 1, Tekad Sitepu 2 1) Mahasiswa Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan yang ekstensif pada bahan bakar fosil menyebabkan terjadinya emisi polutan-polutan berbahaya seperti SOx, NOx, CO, dan beberapa partikulat yang bisa mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas manusia seperti penggunaan kendaraan bermotor, menjalankan mesin-mesin pabrik, proses memasak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik sifat..., Hendro Sat Setijo Tomo, FMIPA UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik sifat..., Hendro Sat Setijo Tomo, FMIPA UI, 2010. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Sel bahan bakar adalah sebuah peralatan yang mampu mengkonversi hydrogen dan oksigen secara elektrokimia menjadi energi listrik dan air, tanpa adanya emisi gas buang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM KELISTRIKAN BATERAI MOBIL LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN FUEL CELL

BAB III PERANCANGAN SISTEM KELISTRIKAN BATERAI MOBIL LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN FUEL CELL BAB III PERANCANGAN SISTEM KELISTRIKAN BATERAI MOBIL LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN FUEL CELL Tujuan dari penyusuan tugas akhir ini merancang baterai untuk memenuhi kebutuhan yang dipakai pada mobil listrik

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Oleh: Oki Andrean No. BP Melda Latif, MT NIP

Tugas Akhir. Oleh: Oki Andrean No. BP Melda Latif, MT NIP Tugas Akhir Analisa Perancangan Prototipe Microbial Fuel Cell Tipe Seri, Paralel dan Seri- Paralel dengan Pemanfaatan Bakteri Escherichia Coli Sebagai Sumber Energi Terbaharukan Oleh: Oki Andrean No. BP.

Lebih terperinci

SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA GAS DIFFUSION LAYER SEBUAH SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20 W

SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA GAS DIFFUSION LAYER SEBUAH SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20 W SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA GAS DIFFUSION LAYER SEBUAH SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20 W Ismail Rusli 1, Tekad Sitepu 2 1) Mahasiswa Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

Pembangkit Non Konvensional OTEC

Pembangkit Non Konvensional OTEC Pembangkit Non Konvensional OTEC OTEC Ada yang tahu apa itu OTEC? OTEC OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) atau Konversi Energi Termal Lautan atau dapat juga disebut : Pembangkit listrik tenaga panas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap manusia di dunia terutama energi listrik. Dewasa ini kebutuhan energi yang semakin meningkat tidak

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH VARIASI VOLUME AIR PADA WATER TANK DAN BEBAN LISTRIK TERHADAP PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC)

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH VARIASI VOLUME AIR PADA WATER TANK DAN BEBAN LISTRIK TERHADAP PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC) SKRIPSI ANALISIS PENGARUH VARIASI VOLUME AIR PADA WATER TANK DAN BEBAN LISTRIK TERHADAP PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC) Oleh : I NYOMAN JULI ADI PUTRA NIM: 0804305006 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berarti meningkat pula kebutuhan manusia termasuk dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berarti meningkat pula kebutuhan manusia termasuk dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan bertambahnya waktu maka kemajuan teknologi juga semakin bertambah. Pertumbuhan penduduk di dunia pun kian meningkat termasuk di Indonesia. Hal ini berarti meningkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan suatu kebutuhan dasar bagi masyarakat modern. Tanpa energi, masyarakat akan sulit melakukan berbagai kegiatan. Pada era globalisasi seperti sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menipis. Konsumsi energi di Indonesia sangat banyak yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. menipis. Konsumsi energi di Indonesia sangat banyak yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelangkaan bahan bakar merupakan masalah yang sering terjadi dan umum di Indonesia. Masalah ini adalah salah satu masalah yang berdampak pada masyarakat, karena permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. UU Presiden RI Kegiatan Pokok RKP 2009: b. Pengembangan Material Baru dan Nano Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1. UU Presiden RI Kegiatan Pokok RKP 2009: b. Pengembangan Material Baru dan Nano Teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gas hidrogen banyak dimanfaatkan di berbagai industri, seperti dalam industri minyak dan gas pada proses desulfurisasi bahan bakar minyak dan bensin, industri makanan

Lebih terperinci

SKRIPSI PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL DENGAN VARIASI JUMLAH SEL FUEL CELL DAN BESAR DAYA INPUT LISTRIK PADA ELEKTROLIZER

SKRIPSI PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL DENGAN VARIASI JUMLAH SEL FUEL CELL DAN BESAR DAYA INPUT LISTRIK PADA ELEKTROLIZER 1 SKRIPSI PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL DENGAN VARIASI JUMLAH SEL FUEL CELL DAN BESAR DAYA INPUT LISTRIK PADA ELEKTROLIZER OLEH RICHARD D. BUTARBUTAR NIM : 08043052 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Penghematan Gas H2 Pada Sistem PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) Sesuai Perubahan Daya Beban

Penghematan Gas H2 Pada Sistem PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) Sesuai Perubahan Daya Beban POLI REKAYASA Volume 10, Nomor 2, April 2015 ISSN : 1858-3709 Penghematan Gas H2 Pada Sistem PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) Sesuai Perubahan Daya Beban Saving Gas System H2 PEMFC (Proton Exchange

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, ketersediaan sumber energi fosil dunia semakin menipis, sumber energi ini semakin langka dan harganya pun semakin melambung tinggi. Hal ini tidak dapat dihindarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuel Cell Fuel cell atau sel bahan bakar merupakan sebuah alat elektrokimia yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik secara terus menerus (Handbook Fuel Cell,

Lebih terperinci

Pemberitahuan : dikumpulkan daftar pustaka yang digunakan dalam penulisan makalah pada waktu ujian

Pemberitahuan : dikumpulkan daftar pustaka yang digunakan dalam penulisan makalah pada waktu ujian Pemberitahuan : dikumpulkan daftar pustaka yang digunakan dalam penulisan makalah pada waktu ujian BAB I PERKEMBANGAN FUELL CELL Fuel cell merupakan sumber tenaga listrik yang menggunakan hidrogen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan energi dunia semakin meningkat sedangkan bahan bakar fosil dipilih sebagai energi utama pemenuh kebutuhan, namun bahan bakar ini tidak ramah lingkungan

Lebih terperinci

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA TUMPUKAN SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER SKRIPSI

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA TUMPUKAN SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER SKRIPSI SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA TUMPUKAN SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FRANS NIM. 080401040 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring meningkatnya kebutuhan dunia akan energi dan munculnya kesadaran mengenai dampak lingkungan dari penggunaan sumber energi yang berasal dari bahan bakar fosil,

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hingga peningkatan efesiensi energi yang digunakan. Namun sayangnya

I. PENDAHULUAN. hingga peningkatan efesiensi energi yang digunakan. Namun sayangnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini energi listrik merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia, mulai dari sektor industri, transportasi, komersial hingga perumahan. Akibatnya manusia mengembangkan

Lebih terperinci

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq) 3. ELEKTROKIMIA 1. Elektrolisis Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang dihubungkan

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra 6.2 SEL BAHAN BAKAR Pada dasarnya sel bahan bakar (fuel cell) adalah sebuah baterai ukuran besar. Prinsip kerja sel ini berlandaskan reaksi kimia, bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padilah Muslim, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padilah Muslim, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi listrik mengalami peningkatan seiring bertambahnya populasi manusia. Di Indonesia, data dari Direktorat Jendral Ketenagalistrikan Kementrian Energi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tentang Sel Bahan Bakar Perkembangan teknologi sel bahan bakar di negara-negara industri maju seperti Amerika dan Eropa dewasa ini semakin terpacu dengan semakin digalakkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hingga kini kita tidak bisa terlepas akan pentingnya energi. Energi merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup manusia. Energi pertama kali dicetuskan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pengujian panas yang dihasilkan dari pembakaran gas HHO diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan pengujian yang

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Produksi H 2 Sampai saat ini, bahan bakar minyak masih menjadi sumber energi yang utama. Karena kelangkaan serta harganya yang mahal, saat ini orang-orang berlomba untuk mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini transportasi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Transportasi dapat diartikan sebagai kegiatan pengangkutan barang oleh berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Selama ini manusia bergantung pada energi yang berasal dari minyak bumi untuk menjalankan sistem transportasi

Lebih terperinci

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA Muhammad Ilham, Moch. Arif Nurdin,Septia Eka Marsha Putra, Hanani, Robbi Hidayat. 10211078, 10211003, 10211022, 10211051, 10211063. Program Studi Fisika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan komponen yang selalu dibutuhkan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya karena hampir semua kegiatan manusia bergantung pada ketersediaan energi.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 30 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Baterai seng udara merupakan salah satu bentuk sumber energi secara elektrokimia yang memiliki peluang sangat besar untuk aplikasi sumber energi masa depan.

Lebih terperinci

Rancangan Alkaline Fuel Cell Sederhana dengan Menggunakan Stainless Steel sebagai Elektrodanya

Rancangan Alkaline Fuel Cell Sederhana dengan Menggunakan Stainless Steel sebagai Elektrodanya Rancangan Alkaline Fuel Cell Sederhana dengan Menggunakan Stainless Steel sebagai Elektrodanya I Made Suardamana 1), Made Sucipta 1)*, I Ketut Gede Sugita 1), Made Suarda 1) 1) Jurusan Teknik Mesin, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketersediaan energi yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketersediaan energi yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketersediaan energi yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang cukup penting di setiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Hal ini tidak tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Kelistrikan Semua yang ada di alam semesta ini terbuat dari benda. Benda bisa diartikan sebagai sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai berat. Benda bisa digolongkan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dielektrik.gambar 2.1 merupakan gambar sederhana struktur kapasitor. Bahan-bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dielektrik.gambar 2.1 merupakan gambar sederhana struktur kapasitor. Bahan-bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapasitor Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kemajuan teknologi yang pesat pada abad 20 dan ditambah dengan pertambahan penduduk yang tinggi seiring dengan konsumsi energi dunia yang semakin besar. Konsumsi

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MODEL MATEMATIS SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON

BAB III PERUMUSAN MODEL MATEMATIS SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON BAB III PERUMUSAN MODEL MATEMATIS SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pemodelan matematis Sel Bahan Bakar Membran Pertukaran Proton (Proton Exchange

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR A. Yudi Eka Risano Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, UNILA Jl. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145 Telp. (0721)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumsi dunia terhadap energi listrik kian meningkat seiring pesatnya teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membran elektrolit berbasis polieter-eter keton tersulfonasi untuk direct methanol fuel cell suhu tinggi Sri Handayani (2008)

BAB I PENDAHULUAN. Membran elektrolit berbasis polieter-eter keton tersulfonasi untuk direct methanol fuel cell suhu tinggi Sri Handayani (2008) dengan penurunan konduktivitas proton 300% (3 kali) dibanding dengan tanpa menggunakan aditif. Selain itu membran yang terbentuk agak rapuh sehingga tidak dapat diuji tensil strength. Pemakaian H-Yzeolit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelasan adalah suatu proses penggabungan logam dimana logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan selain digunakan untuk memproduksi suatu

Lebih terperinci

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 A. DESKRIPSI Anda tentu pernah mengalami kekecewaan, karena barang yang anda miliki rusak karena berkarat. Sepeda,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich Schönbein pada tahun 1838, sel bahan bakar telah berkembang dan menjadi salah

Lebih terperinci

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan listrik dunia semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini tentu disebabkan pertumbuhan aktivitas manusia yang semakin padat dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu campuran komplek antara hidrokarbon-hidrokarbon sederhana

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu campuran komplek antara hidrokarbon-hidrokarbon sederhana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara yang diakibatkan oleh gas buang kendaraan bermotor pada akhir-akhir ini sudah berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan dan memberikan andil yang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PENGHASIL GAS HIDROGEN UNTUK BAHAN BAKAR KOMPOR

RANCANG BANGUN ALAT PENGHASIL GAS HIDROGEN UNTUK BAHAN BAKAR KOMPOR RANCANG BANGUN ALAT PENGHASIL GAS HIDROGEN UNTUK BAHAN BAKAR KOMPOR Maria Riswanti Tadubun, Rika Winarni, Fransiskus Tayi dan Richard Samuel Waremra S.T., M.Si, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

PROSPEK PENGGUNAAN DIRECT METHANOL FUEL CELLS (DMFC) DIBANDINGKAN DENGAN HYDROGEN SOLID POLYMER FUEL CELLS (H2 SPFC)

PROSPEK PENGGUNAAN DIRECT METHANOL FUEL CELLS (DMFC) DIBANDINGKAN DENGAN HYDROGEN SOLID POLYMER FUEL CELLS (H2 SPFC) PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 004 ISSN : 1411-416 PROSPEK PENGGUNAAN DIRECT METHANOL FUEL CELLS (DMFC) DIBANDINGKAN DENGAN HYDROGEN SOLID POLYMER FUEL CELLS (H SPFC) Haifa Wahyu,

Lebih terperinci

Apakah itu Neptunuss

Apakah itu Neptunuss Apakah itu Neptunuss Neptunus adalah generator gas Hydroxy atau yang dinamakan gas HHO melalui elektrolisis air murni memproduksi terutama H 2 dan O 2 dengan memanfaatkan teknologi ZCLC (Zero Current Lost

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fuel cell merupakan sistem elektrokimia yang mengkonversi energi dari pengubahan energi kimia secara langsung menjadi energi listrik. Fuel cell mengembangkan mekanisme

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

KIMIA ELEKTROLISIS

KIMIA ELEKTROLISIS KIMIA ELEKTROLISIS A. Tujuan Pembelajaran Mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi elektrolisis larutan garam tembaga sulfat dan kalium iodida. Menuliskan reaksi reduksi yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peradaban manusia terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Perubahan ini didorong oleh perkembangan pengetahuan manusia, karena dari waktu ke waktu manusia

Lebih terperinci

Retno Kusumawati PENDAHULUAN. Standar Kompetensi : Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari.

Retno Kusumawati PENDAHULUAN. Standar Kompetensi : Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari. Retno Kusumawati Standar Kompetensi : Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan prinsip kerja elemen dan arus listrik yang ditimbulkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dibagi menjadi dua yaitu mesin pembangkit energi tidak bergerak. (stationer) dan mesin pembangkit energi bergerak (mobile).

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dibagi menjadi dua yaitu mesin pembangkit energi tidak bergerak. (stationer) dan mesin pembangkit energi bergerak (mobile). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) adalah alat pengkonversi energi yang berpotensi sebagai pembangkit energi alternatif di masa depan. Dalam sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkurangnya cadangan sumber energi dan kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia dewasa ini membutuhkan solusi yang tepat, terbukti dengan dikeluarkannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dielektrik Dielektrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau bahkan hampir tidak ada.bahan dielektrik dapat berwujud padat, cair dan gas. Pada

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA METODE PENGHEMATAN GAS H 2 PADA SISTEM PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) DENGAN MENGATUR BUKAAN VALVE SEBANDING PERUBAHAN DAYA BEBAN TESIS HABIBULLAH 0906577892 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Solar Cell Solar Cell atau panel surya adalah suatu komponen pembangkit listrik yang mampu mengkonversi sinar matahari menjadi arus listrik atas dasar efek fotovoltaik. untuk mendapatkan

Lebih terperinci

UJI KINERJA SMART GRID FUEL CELL TIPE PROTON EXCHANGE MEMBRANE (PEM) DENGAN PENAMBAHAN HIDROGEN

UJI KINERJA SMART GRID FUEL CELL TIPE PROTON EXCHANGE MEMBRANE (PEM) DENGAN PENAMBAHAN HIDROGEN Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.1 No.1 Hal -16, Edisi Januari April 2016, ISSN 14-5549 UJI KINERJA SMART GRID FUEL CELL TIPE PROTON EXCHANGE MEMBRANE (PEM) DENGAN PENAMBAHAN HIDROGEN Icmi Alif Safitri *, Bayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Aluminium merupakan jenis logam yang banyak digunakan dalam industri maupun rumah tangga. Aluminium banyak dimanfaatkan dikarenakan memiliki kelebihan diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ketersediaan energi yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang cukup penting di setiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Hal ini tidak terlepas hampir semua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. logam dan nonlogam atau unsur logam dan nonlogam padat, gabungan dari unsur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. logam dan nonlogam atau unsur logam dan nonlogam padat, gabungan dari unsur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keramik Keramik merupakan campuran padatan yang terdiri dari sebuah unsur logam dan nonlogam atau unsur logam dan nonlogam padat, gabungan dari unsur nonlogam dan unsur nonlogam

Lebih terperinci

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 30 BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 4.1 UPAL-REK Hasil Rancangan Unit Pengolahan Air Limbah Reaktor Elektrokimia Aliran Kontinyu (UPAL - REK) adalah alat pengolah air limbah batik yang bekerja menggunakan proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. premium dan solar. Kelangkaan terjadi hampir di seluruh kabupaten dan kota di

I. PENDAHULUAN. premium dan solar. Kelangkaan terjadi hampir di seluruh kabupaten dan kota di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Warga Lampung kini amat disulitkan akibat langkanya bahan bakar minyak jenis premium dan solar. Kelangkaan terjadi hampir di seluruh kabupaten dan kota di provinsi Lampung.

Lebih terperinci

Efisiensi termal proses elektrolisis pada saat ini sudah dapat dioptimalkan dengan melakukan proses penyempurnaan pada generator HHO, sehingga dapat m

Efisiensi termal proses elektrolisis pada saat ini sudah dapat dioptimalkan dengan melakukan proses penyempurnaan pada generator HHO, sehingga dapat m BAB II TEORI DASAR 2.1. Pendahuluan Dengan semakin melonjaknya harga bahan bakar minyak dan gas hampir terjadi pada setiap tahunnya dan penggunaan bahan bakar minyak yang berasal dari energi fosil yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri,

Lebih terperinci

Recovery logam dengan elektrolisis

Recovery logam dengan elektrolisis Recovery logam dengan elektrolisis Electrolysis Elektrolisis adalah proses dengan penggunaan arus listrik untuk memisahkan unsur unsur dari senyawanya. Elektrolisis membutuhkan biaya tinggi, dan karenanya

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI LUAS PERMUKAAN PLAT ELEKTRODA DAN KONSENTRASI LARUTAN ELEKTROLIT KOH TERHADAP DEBIT GAS HASIL ELEKTROLISIS AIR

PENGARUH VARIASI LUAS PERMUKAAN PLAT ELEKTRODA DAN KONSENTRASI LARUTAN ELEKTROLIT KOH TERHADAP DEBIT GAS HASIL ELEKTROLISIS AIR PENGARUH VARIASI LUAS PERMUKAAN PLAT ELEKTRODA DAN KONSENTRASI LARUTAN ELEKTROLIT KOH TERHADAP DEBIT GAS HASIL ELEKTROLISIS AIR 1) Agustinus Susanto, 1) Gatut Rubiono, 2) Bunawi 1) Universitas PGRI Banyuwangi,

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PERUBAHAN PARAMETER TEKANAN, TEMPERATUR DAN KELEMBABAN TERHADAP KINERJA FUEL CELL PEMFC

STUDI PENGARUH PERUBAHAN PARAMETER TEKANAN, TEMPERATUR DAN KELEMBABAN TERHADAP KINERJA FUEL CELL PEMFC STUDI PENGARUH PERUBAHAN PARAMETER TEKANAN, TEMPERATUR DAN KELEMBABAN TERHADAP KINERJA FUEL CELL PEMFC Anton Dwi Kusuma* SMKN 1 Majalengka*, Abstract The PEMFC polarization curve are influenced by the

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesa Garam Magnesium Klorida Garam magnesium klorida dipersiapkan melalui dua bahan awal berbeda yaitu bubuk magnesium oksida (MgO) puritas tinggi dan bubuk

Lebih terperinci

10/22/2015 BATERAI BATERAI BATERAI

10/22/2015 BATERAI BATERAI BATERAI Baterai didefinisikan sebagai peralatan (device) yang mengubah energi kimia yang terkandung di dalamnya menjadi energi listrik secara langsung dan spontan. Prinsip kerja yang digunakan dalam reaksi baterai

Lebih terperinci

Aplikasi Teknik Sputtering Untuk Deposisi Katalis Pada Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell

Aplikasi Teknik Sputtering Untuk Deposisi Katalis Pada Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell FUNDAMENTAL DAN APLIKASI TEKNIK KIMIA 28 Surabaya, 5 November 28 Aplikasi Teknik Sputtering Untuk Deposisi Katalis Pada Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell M. Nadrul Jamal, Widodo W. Purwanto, Bono

Lebih terperinci

PENGARUH HUJAN TERHADAP TEGANGAN LEWAT DENYAR ISOLATOR PIRING TERPOLUSI

PENGARUH HUJAN TERHADAP TEGANGAN LEWAT DENYAR ISOLATOR PIRING TERPOLUSI PENGARUH HUJAN TERHADAP TEGANGAN LEWAT DENYAR ISOLATOR PIRING TERPOLUSI Alfonso Manogari Siregar, Syahrawardi Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

Skala ph dan Penggunaan Indikator

Skala ph dan Penggunaan Indikator Skala ph dan Penggunaan Indikator NAMA : ENDRI BAMBANG SUPRAJA MANURUNG NIM : 4113111011 KELAS PRODI : DIK A : PENDIDIKAN JURUSAN : MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci