KAJIAN HUKUM PAJAK: KEUNTUNGAN METODE SALDO MENURUN DARI METODE GARIS LURUS DALAM PENYUSUTAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN HUKUM PAJAK: KEUNTUNGAN METODE SALDO MENURUN DARI METODE GARIS LURUS DALAM PENYUSUTAN"

Transkripsi

1 KAJIAN HUKUM PAJAK: KEUNTUNGAN METODE SALDO MENURUN DARI METODE GARIS LURUS DALAM PENYUSUTAN Siana M. Widjaja (Dosen Akuntansi ) Businesses use a variety of fixed assets, such as equipment, furniture, tools, machinery, buildings, and land. Fixed assets are long term or relatively permanent assets. They are tangible assets because they exist physically. They are owned and used by the business and are not offered for sale as part of normal operation. Other descriptive titles for these assets are plant assets or property, plant, and equipment. Fixed assets, except land, such as equipment, buildings and land improvements lose their ability, over time, to provide services. As a result, the costs of equipment, buildings and land improvements should be transferred to expense accounts in a systematic manner during their expected useful lives. This periodic transfer of cost to expense is called depreciation. Factors that cause a decline in the ability of a fixed asset to provide services may be identified as physical depreciation or functional depreciation. Physical depreciation occurs from wear and tear while in use and from the action from the weather. Functional depreciation occurs when a fixed asset is no longer able to provide services at the level for which it was intended. Pursuant to article 11 of Act No. 17'/Year 2000 about Income Tax, tangible assets are grouped as Buildings and Non-Building. Buildings are divided into Permanent and Non-Permanent. The only depreciation method used for Buildings complied with Act No. 17'/Year 2000 is Straight Line Method. But there is choice of methods for Non-Building, Straight Line Method or Declining Balance Method. If Declining Balance Method is used, it will accelerate the depreciation. Another way to accelerate the depreciation is to short expected useful life of fixed asset. But this way cannot be done for the asset's expected useful life has already been fixed on by government. Is there any benefit of using Declining Balance Method? Keywords : tangible assets, fixed assets, plant assets, depreciation, straight line method, declining balanced methods. 108 Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. 1, No. 2, Nov. 2001

2 PENDAHULUAN Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud (tangible assets) yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dengan cara mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta tersebut melalui penyusutan. Pengeluaran - pengeluaran untuk memperoleh tanah hak milik, termasuk tanah berstatus hak guna bangunan, hak guna usaha dan hak pakai yang pertama kali tidak boleh disusutkan, kecuali apabila tanah tersebut dipergunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk memperoleh penghasilan dengan syarat nilai tanah tersebut berkurang karena penggunaannya untuk memperoleh penghasilan, misalnya tanah dipergunakan untuk perusahaan genteng, perusahaan keramik atau perusahaan batu bata. Pengertian pengeluaran untuk memperoleh tanah hak guna bangunan, hak guna usaha dan hak pakai yang pertaaia kali adalah biaya perolehan tanah berstatus hak guna bangunan, hak guna usaha atau hak pakai dari pihak ketiga dan pengurusan hak-hak tersebut dari instansi yang berwenang untuk pertama kalinya. Sedangkan biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha dan hak pakai diamoritsasikan selama jangka waktu hak-hak tersebut. Metode penyusutan yang dibolehkan berdasarkan peraturan perpajakan adalah: a) dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan bagi harta tersebut, metode ini disebut: metode garis lurus atau straight line method. b) dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku, metode ini disebut: metode saldo menurun atau declining balance method. Harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus sedangkan harta berwujud selain bangunan dapat disusutkan dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun. Dalam hal metode saldo menurun dipergunakan maka nilai sisa buku pada akhir masa manfaat harus disusutkan sekaligus. Sebagai akibat adanya dua metode penyusutan ini timbul perbedaan persentase penyusutan fiscal. Besarnya biaya penyusutan pertahun berbeda-beda tetapi pada akhir masa manfaat jumlah akumulasi penyusutan Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. 1, No. 2, Nov

3 adalah sama. Dalam perpajakan perbedaan besarnya biaya penyusutan disebut sebagai beda waktu atau beda sementara (timing different /temporary different). Dari adanya dua metode penyusutan ini yang berbeda-beda biaya penyusutannya pertahun maka salah satu metode ini ada yang penyusutannya lebih cepat yaitu lebih besar jumlah penyusutannya pada tahun-tahun awal. Tulisan ini akan membahas keuntungan apakah yang akan didapat bila menggunakan metode yang mempercepat penyusutan itu. PENYUSUTAN BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 17 mengatur tentang Akuntansi Penyusutan dan PSAK nomor 16 tentang Aktiva Tetap dan Aktiva Lainlain. Penyusutan adalah alokasi sistematis suatu jumlah aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang dapat diestimasi. Penyusutan periode akuntansi dibebankan kependapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Tanah biasanya memiliki masa manfaat yang tidak terbatas dan biasanya tidak dianggap sebagai suatu aktiva yang dapat disusutkan. Namun tanah yang memiliki masa manfaat terbatas bagi perusahaan diperlakukan sebagai aktiva tetap yang dapat disusut. Begitu pula untuk Land Improvements seperti taman, lapangan parkir, pagar (fences) dapat disusut pula. Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount) adalah jumlah perolehan suatu aktiva atau jumlah lain yang disubsitusikan untuk biaya perolehan dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisanya. Pengukuran penyusutan aktiva tetap dapat didasarkan pada umur ekonomis maupun pada umur teknis. Umur ekonomis bisa lebih pendek dari umur teknis misalnya karena perubahan teknologi yang cepat. Nilai sisa atau nilai residu (residual or salvage value) adalah jumlah netto yang diharapkan dapat diperoleh pada akhir masa manfaat suatu aktiva setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan. Nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu aktiva mungkin dapat ditukar 110 IMW Review, Fakullas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. 1, No. 2, Nov. 2001

4 atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkepentingan untuk melakukan transaksi wajar (arm's length transaction). Jumlah tercatat (carrying amount) adalah nilai buku yaitu biaya perolehan suatu aktiva setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Karakteristik dari aktiva yang dapat disusutkan. Erly Suandy dalam bukunya Perencanaan Pajak (halaman 31-32) menyebutkan ada 6 (enam) karakteristik dari aktiva yang dapat disusutkan, yaitu: 1. Digunakan/dipakai dalam kegiatan usaha (use in a trade or business). Aktiva yang boleh disusut adalah aktiva yang dipakai dalam usaha atau menjalankan usaha. Aktiva ini dapat dibedakan menjadi business assets, mixed assets dan private assets. Untuk business assets dapat disusut semuanya, sedangkan untuk mixed asset boleh disusut sebagian sesuai dengan yang digunakan dalam kegiatan usaha. 2. Nilainya menurun secara bertahap (gradual declining in value). Nilai aktiva yang dapat disusut harus menurun secara perlahan atau bertahap karena semakin buruk fisiknya atau karena factor kualitas. Kalau nilainya tidak menurun secara perlahan/bertahap maka tidak dapat disusut tetapi langsung dibiayakan. Adapun aktiva yang tidak disusut adalah tanah, financial assets, barang dagangan dan persediaan. 3. Aktiva berwujud (tangible assets) dan aktiva tidak berwujud (intangible-assets). Aktiva berwujud maupun aktiva tidak berwujud yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode dapat disusut. Untuk aktiva tidak berwujud penyusutannya disebut dengan amortisasi. 4. Pihak yang berhak melakukan penyusutan (claiming depreciations). Pihak yang berhak melakukan penyusutan adalah: a. Pihak yang menggunakan aktiva tersebut dalam kegiatan usaha; b. Pemilik, dapat dibagi menjadi legal owner dan beneficial owner. 5. Saat dilakukan penyusutan (timing of depreciation). Secara umum saat dilakukan penyusutan adalah saat digunakan (put in to use), tetapi adakalanya pada tahun perolehan. Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. 1, No. 2, Nov

5 6. Dasar untuk melakukan penyusutan (basis of depreciation). Pada umunya dapat dibedakan menjadi tiga: a) Harga perolehan (historical cost). Termasuk di dalamnya adalah harga, ongkos dan pajak. Untuk pajak terutama Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dapat dikreditkan dengan pajak keluaran, maka untuk PPN tidak masuk dalam harga perolehannya. b) Harga penggantian (repalacement cost). Pada prinsipnya harga penggantian tidak diperkenankan, karena untuk kepentingan pencatatan menggunakan harga perolehan (historical cost). c) Revaluasi. Suatu aktiva yang telah direvaluasi biasanya disusut berdasarkan nilai revaluasinya. Metode Penyusutan. Smith & Skousen dalam Intermediate Accounting (halaman ) menjelaskan macam-macam metode penyusutan yang ada, yaitu: I. Time Factor Methods. A. Straight-line depreciation. B. Decreasing charge (acceleated) methods: B.l. Sum of the years digits depreciation. B.2. Declining balance depreciation. C. Accelerated cost recovery system (ACRS) and Modified accelerated cost recovery system (MACRS). II. Use Factor Methods. A. Service hours depreciation. B. Productive output depreciation. III. Group Rate and Composite Rate Methods. A. Group depreciation. B. Composite depreciation. Tulisan ini hanya membahas metode penyusutan yang diperbolehkan oleh undang-undang perpajakan maka metode yang dibahas dalam tulisan ini hanya metode Straight line depreciation dan Declining balance depreciation. Straight line depreciation (Metode Penyusutan Garis Lurus). Misalkan PT ABC membeli mesin untuk membungkus dan mengisi 112 Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. 1, No. 2, Nov. 2001

6 kecap ke dalam botol pada awal tahun 2001 seharga Rp ,= dengan perkiraan nilai sisa seharga Rp ,=. Masa manfaat mesin tersebut berdasarkan ketentuan pemerintah adalah 4 tahun. Berdasarkan data tersebut di atas maka untuk menghitung berapa biaya penyusutan mesin tersebut tiap tahun adalah sebagai berikut: D = D = Biaya penyusutan.; C = Biaya mesin; n = masa manfaat. R Hasilnya: D = Rp ,= - Rp. = Rp. Penghitungan biaya penyusutan per tahun dapat juga dilakukan dengan memakai persentase sebagai berikut: 1 : n atau 1 : 4 yaitu sama dengan 0.25 atau 25 %. Dari contoh di atas maka perhitungan biaya penyusutan mesin pertahun adalah sebagai berikut: 25 % x (Rp ,= - Rp ,=) = Rp = Tabel biaya penyusutan mesin tersebut menurut metode Straight line depreciation: Tahun Penyusutan Rp : 4 = Rp Rp : 4 = Rp Rp : 4 = Rp Rp : 4 = Rp Rp Akumulasi Rp Rp Rp Rp Nilai Buku Rp Rp Rp Rp Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. 1, No. 2, Nov

7 Widjaja : Kajian Hukwn Pajak Dalam praktek bila nilai residu relatif kecil maka nilai residu itu sering diabaikan, jadi biaya penyusutan dap tahun menjadi Rp ,= dan nilai sisa (residu) menjadi nol. Begitu pula menurut undang-undang perpajakan nilai sisa atau residu pada tahun terakhir masa manfaat adalah nol. Declining Balance Depreciation (Metode Penyusutan Saldo Menurun) Metode penyusutan Declining Balance dengan masa manfaat 4 tahun menurut undang-undang perpajakan tarifnya adalah sebesar 50 % pertahun dan pada tahun terakhir seluruh nilai buku disusutkan semuanya (tidak ada nilai sisa) sehingga perhitungan tiap tahunnya sebagai berikut: Misalkan PT ABC dari contoh di atas membeli mesin tersebut pada bulan Juli 2001 maka untuk tahun 2001 biaya penyusutannya pertahun dikali Vi karena pemakaiannya pada tahun 2001 itu hanya Vi tahun (dari Juli 2001 sampai dengan Desember 2001). Tahun Tarif Penyusutan Harga perolehan 2001 Vi X 50% Rp % Rp % Rp % Rp (sekaligus) Rp Akumulasi Rp Rp Rp Rp Rp Nilai Buku. Rp Rp Rp Rp Rp Rp. Nol PENYUSUTAN MENURUT PERATURAN PERPAJAKAN Menurut pasal 11 Undang-undang No. 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, atau perubahan harta berwujud, 114 Law Review, Fakultas Hukum Univi kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dengan bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut. Pasal 11 ini menjelaskan bahwa Pelita Harapan, Vol. 1, No. 2, Nov. 2001

8 pengeluaran untuk memperoleh tanah tidak boleh disusutkan, tetapi dalam penjelasan pasal 11 itu ada pengecualiannya yaitu bila tanah tersebut dipergunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk memperoleh penghasilan, dengan syarat nilai tanah tersebut berkurang karena penggunaannya untuk memperoleh penghasilan, maka pengeluaran untuk memperoleh tanah tersebut boleh disusutkan. Contohnya adalah tanah yang dipergunakan untuk perusahaan genteng, perusahaan keramik atau perusahaan batu bata. Penyusutan atas pengeluaran untuk harta berwujud itu dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut. Pengertian 'dilakukan dalam bagianbagian yang sama besar selama masa manfaat' adalah dilakukan sesuai metode garis lurus (Straight line depreciation). Pasal 11 ayat 2 menyatakan bahwa harta berwujud bukan bangunan dapat menggunakan metode garis lurus atau metode saldo menurun (Declining Balance Method) yaitu dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan secara taat azas. Tabel masa manfaat dan tarif penyusutan: KELOMPOK HARTA BERWUJUD I. BUKAN BANGUNAN KELOMPOK 1. KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4 II. BANGUNAN PERMANEN TIDAK PERMANEN MASA MANFAAT 4 TAHUN 8 TAHUN 16 TAHUN 20 TAHUN 20 TAHUN 10 TAHUN GARIS LURUS 25% 12.5 % 6.25 % 5% 5% 10% TARIF = SALDO MENURUN 50% 25% 12.5 % 10% Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut. Penyusutan dapat dimulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan atau pada Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. 1, No. 2, Nov

9 bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan dengan syarat telah mendapat persetujuan Direktur Jenderal Pajak. Contoh penggunaan metode garis lurus: Sebuah gedung yang harga perolehannya Rp ,= dan masa manfaatnya 20 (dua puluh) tahun, penyusutannya setiap tahun adalah sebesar Rp = yaitu Rp = : 20. Contoh penggunaan metode saldo menurun. Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Januari 2001 dengan harga perolehan sebesar Rp ,=. Masa manfaat dari mesin tersebut adalah 4 (empat) tahun. Kalau tarif penyusutan misalnya ditetapkan 50 % (lima puluh persen), maka penghitungannya adalah sebagai berikut: TAHUN TARIF HARGA PEROLEHAN % % % 2004 (sekaligus) Rp. Rp. Rp. RP. Rp. PENYUSUTAN = = = = = NILAI SISA BUKU Rp = Rp = Rp = 0 Dalam penjelasan pasal 11 Undang-undang No. 17 Tahun 2000 dinyatakan bahwa alat-alat kecil (small tools) yang sama atau sejenis dapat disusutkan dalam satu golongan. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa biaya penyusutan secara umum dilakukan terhadap unit harta berwujud secara masing-masing (unit depreciation), tetapi untuk alat-alat kecil diperkenankan untuk disusutkan secara golongan (group). Penyusutan secara golongan ada dua yaitu: 1) Penyusutan group (Group Depreciation); 2) Penyusutan kelompok (Composite Depreciation). PENYUSUTAN GROUP (GROUP DEPRECIATION). Penyusutan group dilakukan dengan cara melakukan penyusutan terhadap satu golongan harta berwujud yang sama bukan terhadap unit-unit harta berwujud tersebut. Penyusutan group ini merupakan adaptasi dari metode garis sebagai berikut: Misalkan 100 mesin yang sama yang 116 Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. 1, No. 2, Nov. 2001

10 mempunyai masa manfaat yang sama selama 4 tahun dibeli pada awal tahun 2001 dengan harga semuanya Rp =. Dari kelompok mesin ini, 30 mesin dihentikan pemakaiannya pada akhir 2003, 40 mesin pada akhir 2004 dan sisanya, 30 pada akhir Berdasarkan data diketahui masa manfaat rata-rata: 4 tahun, maka tarif untuk penyusutan golongan atau group mesin ini adalah 25 % tiap-tiap tahun atau sebesar Rp ,= yang perinciannya sebagai berikut: GROUP DEPRECIATION (DALAM RIBUAN RUPIAH) TAHUN BIAYA ASSETS DEBET (CREDIT) SALDO ( ) ( ) ( ) ( (» nol AKUMULASI DEBET (CREDIT) - SALDO ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) nol ( ) Keterangan: Pada tahun 2003 ada 30 mesin berhenti digunakan dengan nilai Rp ,=, sehingga assets berkurang Rp ,= dan saldo assets tinggal Rp ,=. Bila 30 mesin ini dapat dijual misal dengan harga Rp ,= maka jurnalnya adalah sebagai berikut: Kas Rp ,= Akumulasi penyusutan Rp ,= Mesin Rp ,= Hal ini menyebabkan beban penyusutan pada tahun 2004 hanya Rp ,= (bukan Rp ,= lagi) karena 25 % dari Rp adalah Rp ,=. Pada tahun 2005 juga menyebabkan beban penyusutan hanya Rp ,= (yaitu 25 % dari Rp ,=) karena saldo assets tinggal Rp ,=. PENYUSUTAN KELOMPOK (COMPOSITE DEPRECIATION). Perlakuan metode penyusutan kelompok adalah sebagai berikut: Misalkan ada 3 (tiga) kelompok assets Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. 1, No. 2, Nov

11 yang berbeda dengan data sebagai berikut: Asset Biaya Perolehan Nilai Residu Masa Manfaat Beban Penyusutan (dalam ribuan Rp) Total - Per Tahun A Rp Rp Tahun Rp Rp B C Dari data di atas maka dapat ditentukan nilai penyusutan kelompok (composite depreciation) adalah Rp ,= untuk harga perolehan Rp ,= sehingga tarifnya : Rp ,= : Rp ,= adalah 12.5 %. Masa manfaat rata-rata dari kelompok harta berwujud tersebut adalah: Rp ,= : Rp ,= adalah 7.35 tahun. ANALISIS DAN KESIMPULAN Dalam rangka mengetahui metode mana yang lebih menguntungkan maka perlu dianalisis kedua metode penyusutan yang diperbolehkan oleh peraturan perpajakan yaitu metode garis lurus dan metode saldo menurun. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa perusahaan dalam keadaan untung atau tidak merugi. Contoh kasus adalah sebagai berikut: PT Karunia memperoleh sebuah peralatan dengan harga Rp ,=. Peralatan ini termasuk kategori aktiva tetap bukan bangunan kelompok I yang disusutkan selama 4 tahun. Maka perbandingan beban penyusutan dengan metode garis lurus (straight line method) dan dengan metode saldo menurun (declining balance method) dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: 118 Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. 1, No. 2, Nov. 2001

12 Tabel 1 BEBAN PENYUSUTAN PERTAHUN DENGAN METODE GARIS LURUS DAN SALDOMENURUN TAHUN BEBAN PENYUSUTAN GARIS LURUS SALDO MENURUN HARGA PEROLEHAN Rp = 1 Rp = = = = = Rp ,= = = = = Dari tabel 1 di atas dapat kita ketahui bahwa jumlah akumulasi penyusutan pada akhir masa manfaat peralatan baik dengan metode garis lurus maupun dengan metode saldo menurun adalah sama yaitu Rp =, tetapi beban penyusutan setiap tahunnya berbeda. Karena beban penyusutan tiap tahunnya berbeda maka perbedaan ini bila dihitung NILAI TUNAI DI MASA DATANG (FUTURE VALUE) jelas akan berbeda pula. Berapakah perbedaan yang akan didapat bila penyusutan tiap tahun itu dihitung nilai tunai di masa dating (3 tahun mendatang) bila bunga uang (discount factor) adalah 17 %? Besamya perbedaan future value dari beban penyusutan dan akumulasi penyusutan dari masing-masing metode penyusutan yang diper-bolehkan oleh hukum pajak adalah seperti yang tercantum dalam tabel 2 berikut ini: TABEL 2 JUMLAH NOMINAL BEBAN PENYUSUTAN DAN FUTURE VALUE DISCOUNT FACTOR 17 % TAHUN GARIS LURUS SALDO MENURUN PERBEDAAN FUTURE VALUE I ,= = = = ) ( ) = ) ) Selisih atau penghematan yang didapat adalah: Rp : Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. 1, No. 2, Nov

13 Bila dihitung dari nilai uang sebenarnya yang dapat dihemat selama 4 tahun, dengan dimisalkan BUNGA UANG PERTAHUN ADALAH 17 % maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Tahun 1: Dengan memakai metode penyusutan garis lurus, beban penyusutan Rp = Bila menggunakan metode saldo menurun, maka beban penyusutan menjadi Rp =. Selisih dari mempergunakan metode saldo menurun dibanding dengan metode garis lurus adalah sebesar Rp = bila tarif pajak dianggap tunggal sebesar 30 % maka hal ini berarti bahwa bila perusahaan pada tahun pertama mempergunakan metode saldo menurun maka terdapat penghematan pajak sebesar Rp = X 30 % = Rp = dibanding bila mempergunakan metode garis lurus. Penghematan pajak sebesar Rp = ini bila dihitung future valuenya pada akhir tahun keempat (3 tahun) maka nilai tersebut menjadi: Rp = (1+0.17) 3 = Rp = Tahun II. Pada tahun kedua jumlah beban penyusutan memakai metode garis maupun metode saldo menurun adalah sama karena itu tidak perbedaan nilai. Tahun III. Pada tahun ketiga beban penyusutan dengan metode garis lurus adalah Rp = sedangkan dengan metode saldo menurun adalah Rp = sehingga terdapat perbedaan negatif sebesar (Rp =). Tahun ketiga terdapat perbedaan negatif karena beban penyusutan dengan metode garis lebih besar dibandingkan dengan metode saldo menurun. Pajak yang diboroskan pada tahun ketiga bila mempergunakan metode saldo menurun adalah sebesar: Rp =(1+0.17)' ( Rp =) Tahun IV. Pada tahun keempat juga terjadi sama dengan tahun keempat yaitu terjadi perbedaan negatif sebesar Rp = karena beban dengan metode garis lurus lebih besar dibandingkan dengan beban dengan metode saldo menurun. Pajak yang diboroskan pada tahun keempat adalah sebesar: Rp = X 1 = (Rp =). Kesimpulannya adalah dengan mempergunakan metode penyusutan saldo menurun terdapat penghematan 120 Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. 1, No. 2, Nov. 2001

14 sebesar Rp = dibandingkan bila mempergunakan metode garis lurus. DAFTAR PUSTAKA Indonesia, Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Smith, Jay M. & K. Fred Skousen (1995). Intermediate Accounting. 12th edition. Cincinnati, OH.: South Westren College Publishinh. Standar Akuntansi Keuangan Suandy, Erly. (2001). Perencanaan Pajak. Salemba Empat. Warren, James M., et al. (1998). Accounting. 19th edition. Cincinnati, OH: South Western College Publishing Law Review, Fgkultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. 1, No. 2, Nov

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aktiva Tetap 2.1.1 Definisi Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen, seperti peralatan, tanah, bangunan, gedung, dimana merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Akuntansi Keuangan Eksistensi suatu perusahaan sangat tergantung pada transaksitransaksi yang dilakukannya. Perusahaan yang dapat melakukan transaksi dengan baik berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan bagian dari harta kekayaan perusahaan yang memiliki manfaat ekonomi lebih dari satu periode akuntansi. Manfaat menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Aktiva Tetap 2.1.1. Pengertian Aktiva Tetap Beberapa pendapat ahli dan sumber lain memberikan pengertian mengenai aktiva tetap, antara lain : Dalam Standar Akuntansi Keuangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian akuntansi Menurut Accounting Principle Board (ABP) Statement

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian akuntansi Menurut Accounting Principle Board (ABP) Statement BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Akuntansi Pengertian akuntansi Menurut Accounting Principle Board (ABP) Statement No.4 dalam Smith Skousen (1995:3), pengertian akuntansi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap akhir tahun perusahaan akan membuat laporan keuangan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak khususnya para pemakai laporan keuangan yang berguna

Lebih terperinci

AKTIVA TETAP DAN AKTIVA TAK BERWUJUD (Plant Assets and Intangible Assets)

AKTIVA TETAP DAN AKTIVA TAK BERWUJUD (Plant Assets and Intangible Assets) AKTIVA TETAP DAN AKTIVA TAK BERWUJUD (Plant Assets and Intangible Assets) Sifat Aktiva Tetap dan Tak Berwujud (Nature of Plant Assets and Intangible Assets) Tangible Assets yang berumur panjang, sifatnya

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap 2.1.1 Definisi Aset Tetap Aset tetap merupakan aset jangka panjang atau aset yang relatif permanen yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun atau lebih dari satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap merupakan aset yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas usaha dan sifatnya relatif tetap atau jangka waktu perputarannya

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap Aset tetap merupakan aset tidak lancar yang diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, serta merupakan komponen aset yang paling besar nilainya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Akuntansi Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aktiva Tetap 2.1.1 Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun atau lebih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan digunakan oleh perusahaan untuk membantu operasi perusahaan dalam. Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2010) mengemukakan :

BAB II LANDASAN TEORI. dan digunakan oleh perusahaan untuk membantu operasi perusahaan dalam. Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2010) mengemukakan : BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori II.1.1 Pengertian Aset Tetap Pengertian aset tetap dalam akuntansi yaitu semua aset berwujud yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan untuk membantu operasi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Kebijakan Akuntansi Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) tercantum sebagai berikut: Kebijakan akuntansi meliputi pilihan-pilihan, dasar-dasar, konvensi peraturan

Lebih terperinci

PENGARUH PENYUSUTAN AKTIVA TETAP TERHADAP LABA DAN PENGHEMATAN PAJAK PADA PT. KUKAR MANDIRI SHIPYARD. Popi Surita Kartini

PENGARUH PENYUSUTAN AKTIVA TETAP TERHADAP LABA DAN PENGHEMATAN PAJAK PADA PT. KUKAR MANDIRI SHIPYARD. Popi Surita Kartini PENGARUH PENYUSUTAN AKTIVA TETAP TERHADAP LABA DAN PENGHEMATAN PAJAK PADA PT. KUKAR MANDIRI SHIPYARD Popi Surita Kartini popi_surita@yahoo.co.id Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. equipment, machinery, building, and land.

BAB II LANDASAN TEORI. equipment, machinery, building, and land. 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aktiva Tetap 2.1.1 Pengertian Aktiva Tetap According to the opinion of Carl S. Warren (2011 :415 ) Fixed assets are long-term or relatively permanent assets such as equipment,

Lebih terperinci

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I Modul ke: AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I DEPRESIASI ASET, PENURUNAN NILAI, REVALUASI ASET TETAP, PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN Fakultas FEB Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menghadapi perkembangan dunia usaha yang semakin maju, sebuah perusahaan harus memiliki suatu tujuan agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam kedaan siap dipakai atau dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset tetap adalah aset berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktiva Tetap Setiap perusahaan menggunakan berbagai aktiva tetap, seperti peralatan, perabotan, alat-alat, mesin-mesin, bangunan, dan tanah. Aset tetap (fix asset)

Lebih terperinci

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Kriteria Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap Setiap perusahaan apapun jenis usahanya pasti memiliki kekayaan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Aktiva Tetap

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Aktiva Tetap BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, dimiliki oleh perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual serta memiliki

Lebih terperinci

BAB V AKTIVA TETAP PENDAHULUAN

BAB V AKTIVA TETAP PENDAHULUAN BAB V AKTIVA TETAP PENDAHULUAN Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam keadaan siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dijual dalam

Lebih terperinci

Investments In Noncurrent Operating Assets Utilization and Retirement

Investments In Noncurrent Operating Assets Utilization and Retirement Investments In Noncurrent Operating Assets Utilization and Retirement Depreciation Depreciation adalah pengalokasian cost of an assets secara sistematik dan rasional selama masa manfaat dari asset bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aset Tetap Aset tetap (fixed assets) merupakan aset jangka panjang atau aset yang relatif permanen. Aset tetap sering disebut aset berwujud (tangible assets) karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Akuntansi dan Perlakuan Akuntansi. Pengertian akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Akuntansi dan Perlakuan Akuntansi. Pengertian akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi dan Perlakuan Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Pengertian akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari sudut pandang seseorang, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, dunia usaha telah mengalami perubahan dengan kecepatan yang luar biasa. Selain globalisasi dan perubahan teknologi, kita juga dapat menyaksikan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Kebijakan Akuntansi Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) tercantum sebagai berikut : Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasardasar, konvensi peraturan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Terdapat beberapa definisi mengenai analisis, yaitu:

BAB II KAJIAN TEORITIS. Terdapat beberapa definisi mengenai analisis, yaitu: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Analisis Pengertian Analisis Terdapat beberapa definisi mengenai analisis, yaitu: Menurut Kamus Bahasa Indonesia : Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya

Lebih terperinci

BAB III TOPIK PENELITIAN. aktiva tetap yang dilakukan PT. Agung Sumatera Samudera Abadi. Berdasarkan

BAB III TOPIK PENELITIAN. aktiva tetap yang dilakukan PT. Agung Sumatera Samudera Abadi. Berdasarkan BAB III TOPIK PENELITIAN A. Sistem Pengawasan Intern Aktiva Tetap Dalam BAB III ini penulis akan membahas sistem pengawasan intern aktiva tetap yang dilakukan PT. Agung Sumatera Samudera Abadi. Berdasarkan

Lebih terperinci

AKTIVA TETAP (FIXED ASSET)

AKTIVA TETAP (FIXED ASSET) AKTIVA TETAP (FIXED ASSET) PENGERTIAN AKTIVA TETAP sebagai aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB 5 Aktiva Tetap Berwujud (Tangible - Assets)

BAB 5 Aktiva Tetap Berwujud (Tangible - Assets) BAB 5 Aktiva Tetap Berwujud (Tangible - Assets) Tujuan Pengajaran: Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan pengertian aktiva tetap berwujud 2. Menerangkan penentuan harga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap merupakan harta kekayaan perusahaan yang dimiliki setiap perusahaan. Aset tetap yang dimiliki perusahaan digunakan untuk menjalankan operasionalnya

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Aktiva Tetap Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, dalam buku Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (ETAP) (2010:68) bahwa yang dimaksud dengan Aktiva Tetap adalah: Aktiva

Lebih terperinci

30/06/2010 MARKETABLE SECURITIES STOCKS BONDS NERACA SHORT-TERM INVESTMENTS STOCKS BONDS OTHER SECURITIES LONG-TERM INVESTMENTS

30/06/2010 MARKETABLE SECURITIES STOCKS BONDS NERACA SHORT-TERM INVESTMENTS STOCKS BONDS OTHER SECURITIES LONG-TERM INVESTMENTS INVESTASI & AKTIVA TETAP PERTEMUAN 4 INSTRUKTUR : HENDRO SASONGKO ARIEF TRI HARYANTO INVESTASI ( INVESTMENT ) DEFINISI Harta (aset) yang dimiliki oleh suatu perusahaan dengan tujuan untuk menambah kekayaan

Lebih terperinci

SALWA VALENSIA FIXED ASSET. PT. Ansa Sehati S M K N E G E R I 23 J A K A R T A. XI Akuntansi I. Jalan Mawar Indah No.

SALWA VALENSIA FIXED ASSET. PT. Ansa Sehati S M K N E G E R I 23 J A K A R T A. XI Akuntansi I. Jalan Mawar Indah No. SALWA VALENSIA FIXED ASSET PT. Ansa Sehati Jalan Mawar Indah No. 21, Jakarta Pusat XI Akuntansi I S M K N E G E R I 23 J A K A R T A Kata Pengantar Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Sebelum membahas lebih khusus mengenai aset tetap, perlu dipahami

BAB II BAHAN RUJUKAN. Sebelum membahas lebih khusus mengenai aset tetap, perlu dipahami BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap Sebelum membahas lebih khusus mengenai aset tetap, perlu dipahami pengertian aset. Definisi aset menurut Weygant, et all (2007:11-12), Aset

Lebih terperinci

ANALISIS METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP TERHADAP PERHITUNGAN BIAYA POKOK PENJUALAN (COST OF GOODS SOLD) DAN LABA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN MS.

ANALISIS METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP TERHADAP PERHITUNGAN BIAYA POKOK PENJUALAN (COST OF GOODS SOLD) DAN LABA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN MS. ABSTRAK ANALISIS METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP TERHADAP PERHITUNGAN BIAYA POKOK PENJUALAN (COST OF GOODS SOLD) DAN LABA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN MS. EXCEL SUHARTONO Akademi Sekretari dan Manajemen Bina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam melakukan kegunaan operasionalnya tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam melakukan kegunaan operasionalnya tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan dalam melakukan kegunaan operasionalnya tidak akan lepas dari penggunaan aktiva tetap walaupun proporsi penggunaan aktiva tetap ini berbeda antara

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Aktiva Tetap 2.1.1. Definisi Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun atau lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan. Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan. Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PENYUSUTAN TERHADAP BEBAN POKOK PENJUALAN

PENGARUH METODE PENYUSUTAN TERHADAP BEBAN POKOK PENJUALAN PENGARUH METODE PENYUSUTAN TERHADAP BEBAN POKOK PENJUALAN HW Darmoko 1 1 adalah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Madiun Abstract The company must generate financial statement, that provide information

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jakarta, November Dewika Handayani Safitri

Kata Pengantar. Jakarta, November Dewika Handayani Safitri Kata Pengantar Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas limpahan karunia, rahmat, taufik dan hidayah-nya saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah aktiva tetap ini. Makalah ini sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktiva Tetap Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, dalam buku Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomer 16 tentang Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain paragraf 5 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi keuangan Akuntansi memegang peranan penting dalam entitas karena akuntansi adalah bahasa bisnis (bussnines language). Akuntansi menghasilkan informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktiva Tetap Bukan Bangunan Aktiva tetap bukan bangunan dapat diakui sebagai aktiva jika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan suatu aktiva dalam kerangka dasar penyusunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dipercaya mengenai transaksi-transaksi yang terjadi dalam perusahaan. Akuntansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dipercaya mengenai transaksi-transaksi yang terjadi dalam perusahaan. Akuntansi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Akuntansi Akuntansi merupakan seperangkat pengetahuan yang berfungsi secara sistematis sebagai proses pencatatan, penggolongan, pengolahan, peringkasan,

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Aset Tetap Definisi Aset Tetap

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Aset Tetap Definisi Aset Tetap BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Aset Tetap 2.1.1. Definisi Aset Tetap Aset tetap merupakan aset jangka panjang atau aset yang relatif permanen dan memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, seperti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. jangka waktu kurang dari 1 tahun (seperti tagihan) modal, semua milik usaha yang

BAB II KAJIAN TEORI. jangka waktu kurang dari 1 tahun (seperti tagihan) modal, semua milik usaha yang BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Aktiva Menurut Mardiasmo (2009:158) Aktiva merupakan (harta) kekayaan, baik yang berupa uang maupun benda lain yang dapat dinilai dengan uang ataupun yang tidak berwujud

Lebih terperinci

FIXED ASSETS. Click to edit Master subtitle style 4/25/12

FIXED ASSETS. Click to edit Master subtitle style 4/25/12 FIXED ASSETS Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau menyediakan barang dan jasa untuk di sewakan atau untuk keperluan administrasi dan di harapkan

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Aktiva Berwujud

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Aktiva Berwujud AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: Akuntansi Pajak atas Aktiva Berwujud Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA : 081218888013 Email

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Aset Tetap Pengertian aset tetap menurut IAI, PSAK No 16 (2011 : 16.2) adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau

Lebih terperinci

AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN (P3B) SUMATERA UNIT PENGATUR BEBAN (UPB) SUMBAGUT

AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN (P3B) SUMATERA UNIT PENGATUR BEBAN (UPB) SUMBAGUT AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN (P3B) SUMATERA UNIT PENGATUR BEBAN (UPB) SUMBAGUT TUGAS AKHIR Ditulis untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP DAN KETERKAITANNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PG. TOELANGAN SIDOARJO

ANALISIS PENERAPAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP DAN KETERKAITANNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PG. TOELANGAN SIDOARJO ANALISIS PENERAPAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP DAN KETERKAITANNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PG. TOELANGAN SIDOARJO Ayu Lestari, Masthad, Arief Rahman Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi,Universitas

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Aktiva Tetap 2.1.1. Definisi Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun atau lebih

Lebih terperinci

Tinjauan Perencanaan Pajak Sehubungan Pembelian Aktiva Tetap Berwujud Secara Tunai, Kredit dan Leasing

Tinjauan Perencanaan Pajak Sehubungan Pembelian Aktiva Tetap Berwujud Secara Tunai, Kredit dan Leasing Tinjauan Perencanaan Pajak Sehubungan Pembelian Aktiva Tetap Berwujud Secara Tunai, Kredit dan Leasing Daniel Benyamin de Poere dan Siti Ita Rosita Program Studi Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Aktiva tetap memiliki pengertian yang berbeda-beda tapi pada prinsipnya

BAB III PEMBAHASAN. Aktiva tetap memiliki pengertian yang berbeda-beda tapi pada prinsipnya BAB III PEMBAHASAN A. AKTIVA TETAP 1. Definisi Aktiva Tetap Aktiva tetap memiliki pengertian yang berbeda-beda tapi pada prinsipnya pengertian aktiva tetap ini memiliki makna dan tujuan yang sama. Ada

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: SFAS 16 (Revised 2007), fixed assets, the recognition, measurement, disclosure, reporting. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: SFAS 16 (Revised 2007), fixed assets, the recognition, measurement, disclosure, reporting. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT The role of fixed assets is very large for the company both in terms of its functions, in terms of the amount of money invested, in terms of processing that involves many people, and in terms

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Aktiva Tetap A. Definisi Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal,

Lebih terperinci

ARTI. Penurunan nilai pasar bagi asset Penurunan nilai bagi pemilik. depreciable life. digunakan. lebih baik lagi

ARTI. Penurunan nilai pasar bagi asset Penurunan nilai bagi pemilik. depreciable life. digunakan. lebih baik lagi DEPRESIASI ARTI Penurunan nilai pasar bagi asset Penurunan nilai bagi pemilik Alokasi sistematis biaya asset dibagi depreciable life Deterioration : penurunan fungsi karena digunakan Obsolence : fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Akuntansi Menurut Dwi (2012:4) Akuntansi adalah informasi yang menjelaskan kinerja keuangan entitas dalam suatu periode tertentu dan kondisi keuangan entitas pada

Lebih terperinci

PENYUSUTAN. pajak (tax deductions) yang disebabkan karena adanya pengeluaran kas, baik untuk. menimbulkan masalah dalam penentuan pajak penghasilan.

PENYUSUTAN. pajak (tax deductions) yang disebabkan karena adanya pengeluaran kas, baik untuk. menimbulkan masalah dalam penentuan pajak penghasilan. PENYUSUTAN 1. Latar Belakang Penyusutan Pada umumnya perusahaan dalam kegiatan usahanya melakukan pemotongan pajak (tax deductions) yang disebabkan karena adanya pengeluaran kas, baik untuk pembelian barang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2009:4) Akuntansi adalah sebuah sistem yang mengidentifikasi, merekam, dan mengkomunikasikan kejadian ekonomi suatu

Lebih terperinci

DEPRESIASI DAN AMORTISASI FISKAL

DEPRESIASI DAN AMORTISASI FISKAL Jurnal Cakrawala Akuntansi ISSN 1979-4851 Vol. 6 No. 2, September 2014, hal. 194-200 http://jca.unja.ac.id DEPRESIASI DAN AMORTISASI FISKAL Wiwik Tiswiyanti 1) 1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN PADA PT. MANADO PERSADA MADANI

ANALISIS PENERAPAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN PADA PT. MANADO PERSADA MADANI ANALISIS PENERAPAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN PADA PT. MANADO PERSADA MADANI THE ANALYSIS OF THE APPLICATION OF FIXED ASSETS DEPRECIATION METHOD AND THE IMPLICATION

Lebih terperinci

Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP

Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP Listian Nurbaeni Program Studi Akuntansi STIE STEMBI, listian.nurbaeni@gmail.com Abstrak Tujuan_Untuk mengetahui bagaimana implementasi PSAK 16 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk dipergunakan dalam operasional perusahaan bukan untuk diperjualbelikan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk dipergunakan dalam operasional perusahaan bukan untuk diperjualbelikan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Aktiva Tetap Menurut peneliti aktiva tetap adalah harta milik perusahaan yang bertujuan untuk dipergunakan dalam operasional perusahaan bukan untuk diperjualbelikan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Aktiva a. Pengertian Aktiva Aktiva/harta adalah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan, yang lebih dikenal dengan istilah asset perusahaan. Jadi, aktiva (asset)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aset Tetap Menurut Reeve, Warren, dkk (2013:2) Aset tetap (fixed asset) adalah aset yang bersifat jangka panjang atau secara relatif memiliki sifat permanen serta

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap Aset tetap merupakan Aset tidak lancar yang diperoleh untuk digunakan dalam operasi perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta tidak

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Aset adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana menurut Grady (2000 : 12) transaksi atau kejadian dalam suatu cara tertentu dan dalam ukuran uang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana menurut Grady (2000 : 12) transaksi atau kejadian dalam suatu cara tertentu dan dalam ukuran uang yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Akuntansi Ada banyak pengertian akuntansi yang diartikan oleh para ahli akuntansi, sehingga memberikan pengetian yang berbeda sesuai pandangan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan disebut aset atau harta. Aset merupakan sumber daya bagi perusahaan untuk melakukan usaha, sumber pembelanjaan, dilain pihak menunjukan

Lebih terperinci

SPA MENTORING. Akuntansi Keuangan 1

SPA MENTORING. Akuntansi Keuangan 1 SPA MENTORING Akuntansi Keuangan 1 Dilarang Memperbanyak Mojakoe ini tanpa seijin SPA FEUI Mojakoe dapat didownload di www.spa-feui.com Fb: SPA FEUI Twitter: @spafeui 1. Capitalization of Interest PT Elka

Lebih terperinci

BAB X SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP DAN AMORTISASI ASET TIDAK BERWUJUD

BAB X SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP DAN AMORTISASI ASET TIDAK BERWUJUD BAB X SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP DAN AMORTISASI ASET TIDAK BERWUJUD A. UMUM 1. Definisi Menurut PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, penyusutan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEPRESIASI AKTIVA TETAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PADA PT. PRIMA JAYA PERSADA NUSANTARA SURABAYA

PENERAPAN METODE DEPRESIASI AKTIVA TETAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PADA PT. PRIMA JAYA PERSADA NUSANTARA SURABAYA PENERAPAN METODE DEPRESIASI AKTIVA TETAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PADA PT. PRIMA JAYA PERSADA NUSANTARA SURABAYA Rizkha Surya Hasanah, Kusni Hidayati, Widya Susanti Prodi Akuntansi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori a. Pengertian Akuntansi Manfaat akuntansi dalam menyediakan informasi keuangan sangat berguna untuk perencanaan dan pengelolaan keuangan serta memudahkan pengendalian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Koperasi Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menegah Republik Indonesia Nomor 13/Per/M.KUKM/IX/2015, koperasi adalah: Badan usaha yang beranggotakan

Lebih terperinci

MAKALAH PENGATAR PAJAK. Diajukan Untuk Mmenuhi Tugas Pengantar Pajak

MAKALAH PENGATAR PAJAK. Diajukan Untuk Mmenuhi Tugas Pengantar Pajak MAKALAH PENGATAR PAJAK Diajukan Untuk Mmenuhi Tugas Pengantar Pajak Diusulkan oleh: Fredericko Dananto (155030400111035) Widy Iswahyudi (155030400111051) Nur Istito ah (155030407111049) KELOMPOK 5 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP BERWUJUD DAN HUBUNGANNYA TERHADAP KEWAJARAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT MULYA JATRA SIDOARJO

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP BERWUJUD DAN HUBUNGANNYA TERHADAP KEWAJARAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT MULYA JATRA SIDOARJO ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP BERWUJUD DAN HUBUNGANNYA TERHADAP KEWAJARAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT MULYA JATRA SIDOARJO Fina Rohmatul Ummah, Masyhad, Siti Rosyafah Prodi Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan hal yang paling penting bagi manajemen perusahaan sebagai basis data biaya untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian, Pengakuan, dan Penggolongan Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva adalah sumber daya ekonomi yang diperoleh dan dikuasai oleh suatu perusahaan sebagai hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan selalu berusaha untuk mencapai tujuannya. Untuk menunjang tercapainya tujuan itu, setiap perusahaan mempunyai aktiva tetap tertentu untuk memperlancar

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN. ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN (Skripsi) OLEH Nama : Veronica Ratna Damayanti NPM : 0641031138 No Telp :

Lebih terperinci

AKUNTANSI AKTIVA TETAP DAN KERUGIAN KARENA KEBAKARAN

AKUNTANSI AKTIVA TETAP DAN KERUGIAN KARENA KEBAKARAN Akuntansi Aktiva Tetap dan Kerugian Karena Kebakaran 297 AKUNTANSI AKTIVA TETAP DAN KERUGIAN KARENA KEBAKARAN Krisnawati Br Tarigan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Krida Wacana Abstract Fixed Asset

Lebih terperinci

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I Modul ke: AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I DEFINISI ASET TETAP, AKUISISI ASET TETAP, PENILAIAN ASET TETAP, BIAYA SETELAH AKUISISI, DISPOSISI ASET TETAP Fakultas FEB Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap adalah suatu aktiva yang berwujud yang dipergunakan dalam operasi perusahaan sehari-hari dan merupakan aktiva tahan lama yang secara berangsur-angsur

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pada bab ini akan dikemukakan teori-teori yang dikutip dari literatur

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pada bab ini akan dikemukakan teori-teori yang dikutip dari literatur BAB II BAHAN RUJUKAN Pada bab ini akan dikemukakan teori-teori yang dikutip dari literatur sebagai landasan untuk melakukan pembahasan dalam permasalahan yang dijadikan topik tugas akhir ini. 2.1. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP BERWUJUD PADA PT HERFINTA FRAM AND PLANTATION

BAB III SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP BERWUJUD PADA PT HERFINTA FRAM AND PLANTATION BAB III SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP BERWUJUD PADA PT HERFINTA FRAM AND PLANTATION A. Pengertian Sistem Akuntansi Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi

Lebih terperinci

Perlakuan Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Kewajiban Pajak pada PT Synergy Indonesia

Perlakuan Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Kewajiban Pajak pada PT Synergy Indonesia Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis Vol. 1, No. 2, December 2013, 167-174 p-issn: 2337-7887 Article History Received October, 2013 Accepted November, 2013 Perlakuan Akuntansi Penyusutan Aktiva

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Asset Berbagai pendapat telah dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian asset dalam bukunya berbagai pengertian muncul dengan keanekaragamanya. Adapun salah satunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aktiva Tetap 1. Definisi Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan bagian dari aktiva perusahaan yang digunakan perusahaan dalam kegiatan operasionalnya. Standar Akuntansi Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai, maka semua faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai, maka semua faktor-faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan pada umumnya menjalankan kegiatan operasionalnya selain bertujuan mencari laba juga mempertahankan pertumbuhan perusahaan itu sendiri. Agar

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP BERWUJUD DAN PENGARUHNYA PADA LAPORAN KEUANGAN PTPN X PG WATOETOELIS SIDOARJO

ANALISIS PENERAPAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP BERWUJUD DAN PENGARUHNYA PADA LAPORAN KEUANGAN PTPN X PG WATOETOELIS SIDOARJO ANALISIS PENERAPAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP BERWUJUD DAN PENGARUHNYA PADA LAPORAN KEUANGAN PTPN X PG WATOETOELIS SIDOARJO Sagita Santiana Dewi, Tri Lestari, Widya Susanti Progam Studi Akuntansi Fakultas

Lebih terperinci

BAB II I LANDASAN TEORI

BAB II I LANDASAN TEORI BAB II I LANDASAN TEORI A. Aset Tetap Menurut PSAK No. 16 (2009; 16.2 16.13) 1. Aset Tetap (16.2; 6) Aset tetap merupakan salah satu alat yang penting dan pokok dalam suatu perusahaan. Aset tetap dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan dananya pada suatu perusahaan. Apabila perusahaan setiap tahun

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan dananya pada suatu perusahaan. Apabila perusahaan setiap tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laba merupakan salah satu pertimbangan utama bagi para investor untuk menanamkan dananya pada suatu perusahaan. Apabila perusahaan setiap tahun selalu memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan Untuk mengetahui pengertian yang jelas mengenai aktiva tetap tanaman menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Aktiva Aktiva adalah harta atau kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang digunakan dalam kegiatan atau operasi perusahaan yang sewaktu waktu

Lebih terperinci