Berikut ini sedikit informasi beberapa macam jenis mesin stone crusher dan fungsi/ kegunaannya :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Berikut ini sedikit informasi beberapa macam jenis mesin stone crusher dan fungsi/ kegunaannya :"

Transkripsi

1 Macam Jenis Mesin Pemecah Batu "Stone Crusher" dan Fungsinya trendmesin. Mesin pemecah batu atau "stone crusher machine" secara umum mempunyai pengertian yaitu mesin untuk memecah/ menghancurkan bongkahan-bongkahan batu besar menjadi batu-batuan kecil/ sesuai ukuran yang dikehendaki. Dari segi cara kerjanya mesin stone crusher terbagi menjadi beberapa jenis/ type crusher sesuai dengan karakteristik material yang akan dihancurkan maupun ukuran produk yang akan dihasilkan. Berikut ini macam jenis mesin stone crusher. Mesin stone crusher atau mesin penghancur batu banyak dimanfaatkan dalam dunia pertambangan maupun industri. Dalam operasionalnya mesin-mesin crusher memiliki peran sendiri-sendiri dalam menghasilkan ukuran-ukuran atau spesifikasi material yang diinginkan. Ada yang menghancurkan, menggiling bahkan menghaluskan berbagai macam batu-batuan/ material lainnya sesuai karakteristik material tersebut maupun hasil yang dibutuhkan. Berikut ini sedikit informasi beberapa macam jenis mesin stone crusher dan fungsi/ kegunaannya :

2 1. Mesin Jaw Crusher Mesin Jaw Crusher merupakan jenis crusher yang paling umum dan paling utama digunakan dalam dunia pertambangan. Mesin ini mampu menekan dan menghancurkan jenis batu-batuan yang keras seperti batu pegunungan, batu kali, batu besi, batu mineral, batu mangan dan sebagainya. Kinerja mesin jaw crusher ini sangat ditentukan oleh faktor kekuatan shaft dan ukuran fly wheel-nya. Dalam operasionalnya mesin ini harus didukung oleh peralatan-peralatan lainnya. 2. Mesin Impact Crusher Mesin Impact Crusher merupakan jenis mesin crusher dengan menggunakan sistem pukul rotary. Dengan kecepatan rpm-nya yang sangat tinggi mesin ini mampu menghancurkan batu gunung dan batu kali sehingga menghasilkan batu-batu dengan ukuran yang relatif kecil, bervariasi dan homogen. Abu batu maupun jagungan yang merupakan bahan baku asphalt kering dan paving block adalah produk-produk yang dihasilkan oleh mesin impact crusher ini. Mesin ini juga harus didukung ole peralatanperalatan lain dalam operasionalnya. 3. Mesin Roll Crusher Mesin Roll Crusher adalah jenis mesin crusher yang menggunakan sistem gilas rotary. Dengan sistem yang sama dengan impact crusher namun dengan kecepatan rpm yang lebih rendah yaitu sekitar 300 rpm mesin ini mampu menghasilkan kapasitas produksi yang jauh lebih besar.

3 Dalam dunia pertambangan mesin roll crusher ini digunakan untuk menghancurkan batu-batuan dengan tingkat kekerasan dan keuletan yang relatif lebih rendah seperti batu tembaga, batu kapur, batu bara, bahan semen dan sebagainya. Namun dalam operasionalnya mesin ini harus disesuaikan antara kualitas/ jenis material gigi gilasnya, ukuran shaft dan fly wheel-nya dengan raw material dan jumlah/ target produk yang akan dihasilkan. Mesin ini juga harus didukung dengan peralatan-peralatan lainnya dalam operasionalnya. 4. Mesin Hammer Mill Mesin Hammer Mill menggunakan sistem yang sama dengan impact crusher yaitu sistem pukul rotary dengan kecepatan rpm yang tinggi. Namun mesin ini digunakan untuk menghasilkan produk dengan tingkat kehalusan hingga mesh seperti pasir halus, tepung kapur, mineral ore, konsentrat mineral, seollite, dolomite dan sebagainya. 5. Mesin Cone Crusher Mesin Cone Crusher merupakan jenis crusher yang customize dan cukup spesial. Mesin ini menggunakan sistem vertical rotary dengan kecepatan yang cukup sedang yaitu sekitar 500 rpm. Mesin cone crusher ini merupakan mesin kedua atau mesin lanjutan yang digunakan untuk menghancurkan pecahan batu yang berukuran sekitar 5-10 cm untuk menghasilkan ukuran-ukuran yang lebih kecil lagi sesuai yang diinginkan seperti bentuk cubical (kubik/ kotak). Batu pecah sebagai bahan material jalan raya adalah

4 salah satu produk yang dihasilkan oleh mesin ini. Dalam operasionalnya mesin ini juga harus didukung oleh peralatan-peralatan lainnya. 6. Hammer Roller Mill Hammer Roller Mill merupakan mesin crusher dengan sistem kerja yang sama dengan mesin hammer mill. Dengan kemampuannya dalam membuat konsentrat dari batu mineral dengan tingkat kekerasan yang tinggi seperti emas, tembaga dan sebagainya, mesin hammer roller mill ini dapat menghasilkan produk dengan tingkat kehalusan yang tinngi hingga mesh. CRUSHER DEFINISI CRUSHER Crusher merupakan mesin yang dirancang untuk mengurangi besar batu ke batu yang lebih kecil seperti kerikil atau debu batu. Crusher dapat digunakan untuk mengurangi ukuran atau mengubah bentuk bahan tambang sehingga dapat diolah lebih lanjut. Cruseher merupakan alat

5 yang digunakan dalam proses crushing, Crushing merupakan proses yang bertujuan untuk meliberasi mineral yang diinginkan dari mineral pengotornya. Crushing biasanya dilakukan dengan proses kering, dan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu Prymary crushing, secondary crushing, dan fine crushing. Prymari crushing merupakan Merupakan peremukan tahap pertama, alat peremuk yang biasanya digunakan pada tahap ini adalah Jaw Crusher dan Gyratory Crusher. Umpan yang digunakan biasanya berasal dari hasil penambangan dengan ukuran berkisar 1500 mm, dengan ukuran setting antara 30 mm sampai 100 mm. Ukuran terbesar dari produk peremukan tahap pertama biasanya kurang dari 200 mm. Secondary Cruher merupakan peremukan tahap kedua, alat peremuk yang digunakan adalah Jaw Crusher ukuran kecil, Gyratory Crusher ukuran kecil, Cone Crusher, Hammer Mill dan Rolls. Umpan yang digunakan berkisar 150 mm, dengan ukuran antara 12,5 mm sampai 25,4 mm. Produk terbesar yang dihasilkan adalah 75 m. Fine crushing merupakan peremukan tahap lanjut dari secondary crushing, alat yang digunakan adalah Rolls, Dry Ball Mills, Disc Mills dan Ring Mills. Umpan yang biasanya digunakan kurang dari 25,4 mm.untuk memperkecil material hasil penambangan yang umumnya masih berukuran bongkah digunakan alat peremuk. Material hasil dari peremukan kemudian dilakukan pengayakan atau screening yang akan menghasilkan dua macam produk yaitu produk yang lolos ayakan yang disebut undersize yang merupakan produk yang akan diolah lebih lanjut atau sebagai produk akhir, dan material yang tidak lolos ayakan yang disebut oversize yang merupakan produk yang harus dilakukan peremukan lagi. Pada makalah ini akan dijelaskan masing-masing jenis crusher yang ada pada tiga tahap tersebut, khususnya yang akan dibahas adalah Jaw Crusher, Cone Crusher, dan Roll Crusher. Dan akan sedikit menggunakan batubara sebagai umpan disetiap prinsip crusher tersebut. JAW CRUSHER Prinsip dan Mekanisme Jaw Crusher Jaw crusher merupakan crusher primer yang digunakan untuk memecahkan batuan dengan ukuran setting antara 30 mm dan 100 mm. Jaw crusher terdiri dari dua tipe yaitu blake dan dodge. Alat peremuk jaw crusher dalam prinsip kerjanya adalah alat ini memiliki 2 buah

6 rahang dimana salah satu rahang diam dan yang satu dapat digerakan, sehingga dengan adanya gerakan rahang tadi menyebabkan material yang masuk ke dalam kedua sisi rahang akan mengalami proses penghancuran. Material yang masuk diantara dua rahang akan mendapat jepitan atau kompresi. Ukuran material hasil peremukan tergantung pada pengaturan mulut pengeluaran (setting), yaitu bukaan maksimum dari mulut alat peremuk. Produk peremukan akan berukuran 85 % minus ukuran bukaan maksimum, sedangkan ukuran umpan masuk adalah 85 % x gape. Berikut ini gambar jaw crusher Gambar 1 bagian-bagian jaw cruher Alat ini mempunyai dua jaw, yang satu dapat digerakkan (swing jaw) dan yang lainnya tidak bergerak (fixed jaw). Berdasarkan porosnya jaw crusher terbagi dalam dua macam : a. Blake Jaw Crusher, dengan poros di atas b. Dodge Jaw Crusher, dengan poros di bawah Perbandingan Dodge dengan Blake Jaw Crusher, yaitu : a. Ukuran produk pada Blake Jaw lebih heterogen dibandingkan dengan Dodge Jaw yang relatif seragam. b. Pada Blake Jaw porosnya di atas sehingga gaya yang terbesar mengenai partikel yang terkecil. c. Pada Dodge Jaw porosnya di bawah sehingga gaya yang terbesar mengenai partikel yang terbesar sehingga gaya mekanis dari Dodge Jaw lebih besar doibandingkan dengan Blake Jaw. d. Kapasitas Dodge Jaw jauh lebih kecil dari Blake Jaw pada ukuran yang sama. e. Pada Dodge Jaw sering terjadi penyumbatan. Pecahnya batuan dari jaw crusher karena adanya : a. Daya tahan batuan lebih keci dari gaya yang menekan b. Nip angle c. Resultante gaya yang arahnya ke bawah

7 Gaya-gaya yang ada pada jaw crusher, adalah : a. Gaya tekan (aksi) b. Gaya gesek c. Gaya gravitasi d. Gaya yang menahan (reaksi) Arah-arah gaya tergantung dari kemiringan atau sudutnya. Resultante gaya akhir arahnya harus ke bawah, yang berarti material itu dapat dihancurkan. Tapi jika gaya itu arahnya ke atas maka material itu hanya meloncat-loncat ka atas saja. Faktor-faktor yangmempengaruhi efisiensi jaw crusher : a. Lebar lubang bukaan b. Variasi dari throw c. Kecepatan d. Ukuran umpan e. Reduction ratio (RR) f. Kapasitas yang dipengaruhi oleh jumlah umpan per jam dan berat jenis umpan Reduction ratio merupakan perbandingan antar ukuran umpan dengan ukuran produk. Reduction ratio yang baik untuk ukuran primary crushing adalah 4 7, sedangkan untuk secondary crushing adalah dan fine crushing (mill) adalah Jaw Crusher pada batubara biasanya tidak digunakan pada crushing primer tetapi sering digunakan untuk operasi penambangan open pit dimana batu baranya keras atau lapisan batuan yang sangat keras yang dijumpai dalam jumlah bervariasi. Ciri khas pada mesin tipe ini adalah 2 buah plat pengahancur yang membuka dan menutup seperti rahang binatang. Jaw diatur pada sudut kritis, 1 buah jaw diputar agar berayun terhadap yang lainnya. Ada dua tipe jaw crusher yang dapat ditemui pada penghancuran batubara : a. Single-toggle machine b. Double-toggle machine Keduanya sering digunakan sebagai Blake Crusher yang dicirikan adanya jaw bagian atas yang bergerak. Single-toggle mesin memiliki jaw ayun yang dikurung pada batang Eccentric, yang dibuat lebih ringan, lebih kompak dibanding double-toggle machine. Jaw ayun bergerak berlawanan dengan jaw tetap tidak hanya karena aksi plat toggle tetapi juga karenapergerakan vertical seperti perputaran Eccentic. Gerakan eliptikal ini membantu menggerakan batuan

8 melewati plat jaw dan menghancurkan batu. Single-toggle machine lebih baik digunakan pada batubara yang rapuh dan material bershale karena biaya pemasangan dan tenaga lebih kecil. Pada Double-toggle machine, jaw ayun bergerak bolak-bailk yang disebabkan pergerakan vertikal pitman. Hal ini disebabkan pergerakan naik turun front toggle yang dihubungkan ke jaw ayun. Bagian back toggle menyebabkan pitman bergerak ke samping. Double-toggle machine harganya 50 % lebih besar dibanding single-toggle machine pada ukuran yang sama dan umumnya dipilih untuk menghancurkan material yang liat, keras dan rapuh. Kegunaan Jaw Crusher adalah untuk memecahkan bongkah bongkah yang sangat kasar. Proses pemecahan dengan alat pemecah yang melawan bagian yang tidak bergerak, gerakannya seperti rahang yang sedang menguyah. Penghancuran akan terjadi apabila crusher melampaui batas plastis dari material yang dihancurkan.untuk memperoleh ukuran dari produk yang diinginkan dapat diperoleh dengan cara mengatur bukaan (feed). Kapasitas Jaw Crusher Gambar 2 Single-toggle machine Gambar 3 Double-toggle machine Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan energi Jaw Crusher : 1. Ukuran feed 2. Ukuran produk 3. Kapasitas mesin 4. Sifat batuan 5. Persen waktu yang tidak terpakai Kapasitas mesin peremuk jaw crusher dibedakan menjadi kapasitas desain dan kapasitas nyata. Kapasitas desain merupakan kemampuan produksi yang seharusnya dicapai oleh mesin peremuk tersebut, sedang kapasitas nyata merupakan kemampuan produksi mesin peremuk sesungguhnya yang didasarkan pada sistem produksi yang diterapkan. Kapasitas desain diketahui dari spesifikasi yang dibuat oleh pabrik pembuat mesin peremuk dan kapasitas nyata didapatkan dengan cara pengambilan conto produk yang dihasilkan. Kapasitas Crusher menurut Taggart : T = 0,6 L. S

9 Keterangan : T = kapasitas (ton/jam) L = Panjang lubang penerimaan (inchi) S = Lebar lubang pengeluaran (inchi) ROLLER CRUSHER Gambar 4 Jaw Crusher Prinsip dan Mekanisme Kerja Roller Crusher Roll Crusher adalah mesin pereduksi ukuran yang menggunting dan menekan material antara dua permukaan yang keras. Permukan yang digunakan biasanya berbentuk roll yang berputar dan besi landasan yang diam, atau dua roll dengan diameter sama yang berputar pada kecepatan sama dan arahnya berlawanan. Permukaan roll bisa rata, berkerut atau bergigi. Untuk batubara dimana diperlukan rasio pereduksiannya tinggi dan hasil yang bagus, beberapa bentuk permukaan biasanya dipilih sekaligus. Roll crusher biasanya digunakan untuk mereduksi material yang keras. Karakteristik mesin peremuk tipe ini adalah termasuk berkecepatan rendah dan relati memiliki rasio reduksi yang rendah, berkisar 3 : 1 sampai 8 : 1. karena memiliki kecepatan rendah, maka laju keausan alat ini relatif rendah. Produk dari crusher tipe ini biasanya berbentuk butiran (gravel) dan

10 sedikit yang berbentuk halus. Kandungan air yang pada material yang melebihi 5% akan menyulitkan operasi crusher, karena akan menyebabkan terjadinya penyumbatan penyumbatan, terkecuali untuk roller crusher, karena itulah maka roller crusher lebih cocok untuk material yang bersifat plastis seperti tanah liat atau batu silica yang lembab. Menurut operasinya roller crusher dan gyratory crusher termasuk klasifikasi kontinyu sedangkan jaw crusher termasuk intermittent. Roll crusher terdiri dari dua macam yaitu single roll-crusher dan double roll-crusher. Single roll-crusher Single roll-crusher biasanya digunakan untuk penghancuran primer. Mesin ini terdiri dari satu roll penghancur dan besi landasan yang melengkung. Besi landasan biasanya berada pada bagian atas untuk melewatkan material yang terperangkap tanpa merusak mesin. Kebanyakan single roll-crusher dipasang dengan pin penjepit atau bentuk lainnya untuk melindungi system pengendali. Rasio pereduksian pada crushing primer biasanya antara 4:1 dan 6:1. sedangakn untuk crushing sekunder antara 200 mm dan 20 mm. Double roll-crusher Gambar 4 Single roll-crusher Double atau tripel stage single roll merupakan pengembangan dari ukuran pereduksian bentuk primer dan sekunder unit single. Double roll-crusher yang digunakan untuk crushing primer dapat mereduksi batubara run of mine di atas 1 m 3 menjadi berukuran sekitar mm, tergantung pada sifat batubara. Mesin ini dapat digunakan sebagai secondary raw-coal crusher, middling crusher atau produk sizing crusher. Secara luas digunakan untuk menghasilkan stok produk dimana kelebihan serbuk halus harus dihindari. Dari umpan yang berukuran 350 mm, Double roll-crusher dapat menghancurkan batubara yang berukuran 50 dan 20 mm. kapasitas semua double roll-crusher antara t/unit dengan konsumsi tenaga KW. double roll-crusher juga diproduksi dalam 3 dan 4 roll, 2 tingkat konfigurasi. Tingkat paling atas menghasilkan penghancuran kasar sedangkan tingkat bawah lebih halus pada unit triple roll

11 bagian yang paling atas terdirir dari single roll-crusher, bagian yang lebih bawah terdiri dari double roll-unit. Pada four-roll unit, bagian atas dan bawah terdiri dari double roll unit. Gambar 5 Double Roll Crusher (crushing roll) Kapasitas Roll Crusher Gambar 6 Sudut gigit (Nip angle) Kapasitas roller tergantung pada kecepatan roler, lebar permukaan roller, diameter dan jarak antara roller yang satu dengan lainnya. Roller biasanya digunakan untuk batuan lunak seperti shale, lempung dan material lengket sampai setengah keras. Kapasitas roller dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : C = 0,0034 N x D x W x G x s dimana : N = jumlah putaran, rpm D = diameter roll, inchi W = lebar permukaan roll, inchi G = berat jenis material s = jarak antar roll, inchi Hancurnya material dalam roll crushing dibedakan menjadi : a. Choke Crushing Penghancuran material tidak hanya dilakukan oleh permukaan roll tetapi juga aoleh sesama material b. Free Crushing Yaitu material yang masuk langsung dihancurkan oleh roll. Kecepatan crushing tergantung pada kecepatan pemberian umpan (feed rate) dan macam reduksi yang diinginkan. CONE CRUSHER

12 Gambar 7 Bagian-bagian Cone Crusher Prinsip dan Mekanisme Cone Crusher Mesin Cone Crusher terdiri dari bingkai, perangkat transmisi, hollow eccentric shaft, bearing berbentuk mangkuk, penghancur berbentuk kerucut, springs dan tempat pengaturan tekanan hidrolik untuk mengatur discharging opening. Selama masa pengoperasian, motor menjalankan eccentric shaft shell untuk berbalik melalui poros horisontal dan sepasang bevel gear. Poros dari crushing cone berayunan dengan kekuatan eccentric shaft shell sehingga permukaan dari dinding penghancur berdekatan dengan dinding roll mortar dari waktu ke waktu. Dalam hal ini, bijih besi dan batu akan tertekan dan kemudian hancur. Pemanfaatan agregat dalam proyek konstruksi sangatlah luas. Salah satu pemanfaatan agregat adalah sebagai bahan dasar pembuat beton dan campuran aspal. Selain itu juga digunakan sebagai bahan pembuat jalan. Guna mendapatkan kerikil atau batuan pecah yang sesuai dengan ukuran yang diharapkan maka diperlukan suatu alat untuk memotong material. Alat pemecah batuan yang digunakan adalah crusher Gambar 8 Cone Crusher Cone Crusher digunakan dalam industri metalurgi, konstruksi, pembangunan jalan, kimia dan industri fosfat. Cone crusher tepat untuk batu dan bijih keras dan setengah keras, seperti bijih besi, bijih tembaga, batu kapur, kuarsa, granite, gritstone, dan sebagainya. Tipe dari lubang crushing disesuaikan dengan bijih. Standard type digunakan untuk PYZ (penghancuran sekunder); middle type untuk PYD (penghancuran tersier); short-head type untuk penghancuran pertama dan kedua. Keunggulan dari Mesin Cone Crusher 1. Tingkat produksi tinggi; kualitas tinggi 2. Mesin kurang menghentikan waktu 3. Mudah dalam perawatan dan rendah biaya 4. Sistem penghancuran yang unik meliputi primer, sekunder, dan tersier

13 3.1.2 Jenis- jenis Mesin Crusher Menurut proses pemecahannya mesin crusher dapat di bagi dua tipe antara lain: 1. Cruher tipe tekan, contohnya - Jaw cruher - Roller cruher 2. Cruher tipe pukul, contohnya - Impact cruher - 21 Hammer cruher Perbedaan antara crusher tipe tekan dan pukul adalah untuk crusher tipe pukul ini mempunyai karakteristik kecepatan tinggi dan ratio reduksinya tinggi. 1. Crusher tipe tekan jaw crusher Untuk crusher tipe ini terdapat dua macam crusher yaitu: - Single toggle jaw crusher Crusher ini beroperasi dengan memecahkan material terjadi diantara movable dan stasionery crushing jaw, dimana saat pemecahan material, penerimaan mengecilsedangkan pengeluaran membesar sebaliknya. Gerakan dari movable jaws ini di samping majju mundur juga bergerak naik turun. Crusher tipe ini penggunanya hapir sama dengan double toggle jaw crusher perbedaannya bisa untuk material yang lengket dan laju ke ausannya lebih tinggi. Single toggle jaw crusher Gambar Double toggle jaw crusher Cara pemecahannya adalah dengan menekan material yang berada diantara stationery dan movable crushing jaws (gerakan movablejaw hanya maju mundur). Crusher tipe ini biasanya

14 mempunyai kapasitas yang rendah dan mempunyai rasio produksi 5:1-7:1 dan hanya cocok untuk material yang mempunyai kadar air rendah. Double toggle jaw crusher Gambar 3.2 Roller crusher Dalam perencanaan dan proses pemecahan material roller crushernterbagi dalam dua macam yaitu single roller crusher dan double roller crusher. - Single roller crusher Proses pemecahan material dengan cara menggiling material yang ada diantara toothed rotating roller dan spring loaded jaw. Single roller crusher Gambar Double roller crusher Pemecahan material terjadi diantara dua buah roller yang bergigi, sedangkan untuk mengamankan roller dari material yang keras salah satu roller harus flexible dan satunya lagi tetap.

15 Double roller crusher Gambar Crusher tipe pukul Impact crusher Crusher tipe ini cocok untuk batuan yang kekerasannya sedang, kecepatan impelernya antara m/ det dan kecepatan impeller sangat berpengaruh terhadap ukuran materialyang dihasilkan. Hammer crusher Impact crusher Gambar 3.5 System pemecahan pada crusher ini bekerja pada impact dari hammernya dan terletak pada rotor. Crusher ini dilengkapi dengan grate basket yang berfungsi sebagai penyaring material yang keluar. Pada dasarnya hammer crushermempunyai dua jenis yaitu: - Hammer crusher single rotor Pada mesin hammer crusher single rotor yang membedakannya adalah jumlah rotor yang terdapat pada mesin tersebut. Pada mesin ini hanya memiliki satu rotor.

16 Hammer crusher single rotor Gambar Hammer crusher double rotor Begitupun sebaliknya pada mesin ini memiliki dua buah rortor dan dua buah mesin penggerak, prinsip kerjanya pun keduanya sama. Hammer Crusher Double Rotor Gambar 3.7

Serba-serbi Lengkap Mesin Pemecah atau Penghancur Batu/Stone Crusher Machine

Serba-serbi Lengkap Mesin Pemecah atau Penghancur Batu/Stone Crusher Machine Serba-serbi Lengkap Mesin Pemecah atau Penghancur Batu/Stone Crusher Machine Mesin penghancur batu atau biasa juga disebut dengan stone crusher machine menjadi alat yang sering dipakai di dunia industri.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 23 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Proses Pengolahan Batu Andesit Pengolahan andesit adalah mereduksi ukuran yang sesuai dengan berbagai kebutuhan. Untuk kegiatan ini dilaksanakan melalui unit peremukan (crushing

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 23 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Proses Pengolahan Batu Andesit Pengolahan andesit adalah mereduksi ukuran yang sesuai dengan berbagai kebutuhan. Untuk kegiatan ini dilaksanakan melalui

Lebih terperinci

BAB II. HAMMER MILL. 2.1 Landasan Teori

BAB II. HAMMER MILL. 2.1 Landasan Teori BAB II. HAMMER MILL 2.1 Landasan Teori Untuk dapat memisahkan mineral berharga dari mineral pengganggunya, material hasil penambangan harus direduksi / digerus hingga berukuran halus. Proses pengecilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tahap tahap pekerjaan pemecahan pada crusher dapat dilihat pada diagram alir sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tahap tahap pekerjaan pemecahan pada crusher dapat dilihat pada diagram alir sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pemecah Batu (stone crusher) Agregat yang digunakan dalam campuran aspal dapat diambil dari alam (quarry) yang berupa pasir, kerikil atau batuan. Kadang batuan dari alam

Lebih terperinci

TECHNOLOGY NEED ASSESMENT

TECHNOLOGY NEED ASSESMENT 1. PENINGKATAN FAKTOR DAYA MENGGUNAKAN KAPASITOR BANK Peningkatan faktor daya menggunakan kapasitor bank akan menurunkan pemakaian daya listrik sehingga efisiensi pemakaian energi dalam proses peleburan

Lebih terperinci

STONE PRODUCTION LINE

STONE PRODUCTION LINE STONE PRODUCTION LINE Pengolahan batu lini produk terdiri dari pengumpan, Rahang crusher, crusher dampak atau crusher Kerucut, bergetar layar dan poros vertikal dampak crusher dll. Didukung oleh conveyor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang diatas, kami merumuskan masalah sebagai. berikut :

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang diatas, kami merumuskan masalah sebagai. berikut : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pengolahan mineral, proses awal yang pertama dilakukan adalah crushing.crushing merupakan proses pengecilan ukuran ore atau bijih yang didapat dari proses

Lebih terperinci

12/17/2012 SIZE REDUCTION (PENGECILAN UKURAN) Karakteristik Ukuran. Ukuran yang digunakan dinyatakan dengan mesh maupun mm.

12/17/2012 SIZE REDUCTION (PENGECILAN UKURAN) Karakteristik Ukuran. Ukuran yang digunakan dinyatakan dengan mesh maupun mm. SIZE REDUCTION (PENGECILAN UKURAN) Merupakan pengecilan secara mekanis tanpa mengubah sifat-sifat kimia dari bahan Pengecilan ukuran meliputi pemotongan, penghancuran, dan penggilingan Dewi Maya Maharani

Lebih terperinci

PROSES PENAMBANGAN BATUBARA

PROSES PENAMBANGAN BATUBARA PROSES PENAMBANGAN BATUBARA 1. Pembersihan lahan (land clearing). Kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan ditambang mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran besar. Alat

Lebih terperinci

BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN Pengolahan Bahan Galian (Ore Dressing) pada umumnya dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu : preparasi, konsentrasi, dan dewatering. 2.1. PREPARASI Preparasi

Lebih terperinci

Tujuan pengecilan ukuran :

Tujuan pengecilan ukuran : SIZE REDUCTION RYN Pengecilan ukuran Merupakan pengecilan secara mekanis tanpa mengubah sifat-sifat kimia dari bahan Pengecilan ukuran meliputi pemotongan, penghancuran, dan penggilingan Tujuan pengecilan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Laporan Praktikum Proses Pemisahan & Pemurnian Dosen Pembimbing : Ir. Ahmad Rifandi, MSc 2 A TKPB Kelompok

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. harus dilakukan secara cermat dengan memperhatikan faktor-faktor yang. serta dapat menghasilkan hasil penepungan yang optimal.

BAB II DASAR TEORI. harus dilakukan secara cermat dengan memperhatikan faktor-faktor yang. serta dapat menghasilkan hasil penepungan yang optimal. 7 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Penggilingan Proses penggilingan merupakan pra-proses dalam pengolahan agar didapatkan bahan yang siap untuk diolah. Penggilingan memiliki tujuan yang sangat penting,

Lebih terperinci

SIZE REDUCTION. Pengecilan ukuran

SIZE REDUCTION. Pengecilan ukuran SIZE REDUCTION RYN Pengecilan ukuran Merupakan pengecilan secara mekanis tanpa mengubah sifat-sifat kimia dari bahan Pengecilan ukuran meliputi pemotongan, penghancuran, dan penggilingan 1 Tujuan pengecilan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Umum 3.2 Tahapan Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1 Umum 3.2 Tahapan Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Dalam penelitian ini tipe stone crusher yang digunakan adalah tipe stone crusher jaw to jaw yang banyak dan sering digunakan di lapangan dimana jaw pertama sebagai crusher primer

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi,

Lebih terperinci

REGIONAL CONSULTANT 1 (RC-1) Implementation of Energy Conservation and Emission Reduction (Phase 1) PT. Indah Kiat Pulp & Paper

REGIONAL CONSULTANT 1 (RC-1) Implementation of Energy Conservation and Emission Reduction (Phase 1) PT. Indah Kiat Pulp & Paper BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dari hasil audit dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut Penggunaan energi semakin bertambah tiap tahunnya. Dari data yang ada konsumsi energi pada tahun 2008

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. RINGKASAN... v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. RINGKASAN... v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI RINGKASAN... v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I II III PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu LAMPIRAN I ATA PENGAMATAN. ata Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu Berikut merupakan tabel data hasil penepungan selama pengeringan jam, 4 jam, dan 6 jam. Tabel 8. ata hasil tepung selama

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN PERCOBAAN

PROSEDUR DAN PERCOBAAN BAB III PROSEDUR DAN PERCOBAAN 3.1 Prosedur Percobaan Prosedur percobaan yang dilakukan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Flow chart prosedur percobaan 24 25 3.1.1 Persiapan Red

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir. III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel 1. Tanah Lempung Anorganik Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Genesa Batuan Andesit Andesit berasal dari Magma yang biasanya meletus dari stratovolcanoes pada lahar tebal yang mengalir, beberapa diantaranya penyebarannya dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB VI AGREGAT. Yang dimaksud agregat dalam hal ini adalah berupa batu pecah, krikil, pasir ataupun

BAB VI AGREGAT. Yang dimaksud agregat dalam hal ini adalah berupa batu pecah, krikil, pasir ataupun BAB VI AGREGAT Yang dimaksud agregat dalam hal ini adalah berupa batu pecah, krikil, pasir ataupun komposisi lainnya, baik hasil alam (natural aggregate), hasil pengolahan (manufactured aggregate) maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dengan kapasitas terpasang 2 x 315 MW, tiap unit PLTU 1 Jawa Tengah Rembang memiliki satu buah boiler dengan 5 mill pulveriser yang mensuplai bahan bakar ke burner (ruang bakar).

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Upaya Peningkatan Produksi (Split) Batu Andesit pada Crushing Plant di PT Mandiri Sejahtera Sentra di DesaSukamulya Kecamatan Tegal Waru, Kabupaten Purwakarta

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Kajian Pengaruh Cone Crusher Tertiary terhadap Persentase Hasil si dengan Menggunakan Uji Beltcut untuk Mendapatkan Hasil yang Optimal pada Tambang Quarry

Lebih terperinci

Kriteria Agregat Berdasarkan PUBI Construction s Materials Technology

Kriteria Agregat Berdasarkan PUBI Construction s Materials Technology Kriteria Agregat Berdasarkan PUBI 1987 Construction s Materials Technology Pasir Beton Pengertian Pasir beton adalah butiranbutiran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat dan ukuran butirnya sebagian

Lebih terperinci

PERALATAN INDUSTRI KIMIA

PERALATAN INDUSTRI KIMIA PERALATAN INDUSTRI KIMIA (SIZE REDUCTION, STORAGE, REACTOR ) Penyusun: Lely Riawati, ST., MT. Agustina Eunike, ST., MT., MBA. PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling II III Size Reduction

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Evaluasi Kinerja Crushing Plant Berdasarkan Produksi yang Dihasilkan di Tambang Andesit PT Guna Darma Putra, Desa Bantarsari, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya,

Lebih terperinci

AGRIBISNIS PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

AGRIBISNIS PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SMKN PERTANIAN PEMBANGUNAN CIANJUR AGRIBISNIS PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN MOCHAMAD ANGGA KUSUMAH,S.Pd Apa itu konversi? Pengertian Konversi Teknik konversi bahan merupakan beberapa dasar proses yang sering

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Percobaan Percobaan tabling merupakan percobaan konsentrasi gravitasi berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Sampel bijih dipersiapkan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR POLI-TEKNOLOGI VOL.11 NO.1, JANUARI 2012 PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR Amalia dan Broto AB Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri

Lebih terperinci

OPTIMASI JARAK ADJUSTMENT TENSIONING DEVICE PADA DRAG CHAIN CONVEYOR

OPTIMASI JARAK ADJUSTMENT TENSIONING DEVICE PADA DRAG CHAIN CONVEYOR OPTIMASI JARAK ADJUSTMENT TENSIONING DEVICE PADA DRAG CHAIN CONVEYOR Budi Setiyana 1) Abstrak Drag Chain Conveyor (DCC) adalah salah satu jenis alat transport untuk memindahkan material baik powder maupun

Lebih terperinci

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan

Lebih terperinci

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond 1 Teja Sukmana 1 Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl.

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif Fly Ash dengan Proses Kering Oleh : Palupi Nisa 230 030 04 Hikmatul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapis tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Apapun jenis perkerasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari unsur organik dan anorganik. Unsur organik terdiri dari protein,

II. TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari unsur organik dan anorganik. Unsur organik terdiri dari protein, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tulang Tulang merupakan jaringan peyokong utama tubuh yang struktur pembentuknya terdiri dari unsur organik dan anorganik. Unsur organik terdiri dari protein, mukopolisakarida

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mortar Mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu

Lebih terperinci

ALAT INDUSTRI KIMIA MACAM-MACAM ALAT GRINDING DISUSUN OLEH: MUNIRA NUR MU MIN JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

ALAT INDUSTRI KIMIA MACAM-MACAM ALAT GRINDING DISUSUN OLEH: MUNIRA NUR MU MIN JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Makalah ALAT INDUSTRI KIMIA MACAM-MACAM ALAT GRINDING DISUSUN OLEH: MUNIRA 0922100040 NUR MU MIN 0922100045 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

MACAM-MACAM FLOOR HARDENER DENGAN KINERJANYA

MACAM-MACAM FLOOR HARDENER DENGAN KINERJANYA MACAM-MACAM FLOOR HARDENER DENGAN KINERJANYA Leonardo Krisnanto Wijono 1, Gerry Febrian Ongko 2, Prasetio Sudjarwo 3, Januar Buntoro 4 ABSTRAK : Perkembangan bangunan industri membutuhkan permukaan lantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi perkerasan kaku ( Rigid Pavement) banyak digunakan pada kondisi tanah dasar yang mempunyai daya dukung rendah, atau pada kondisi tanah yang mempunyai daya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi BAB IV PEMBAHASAN Metode tabling adalah metode konsentrasi gravitasi yang digunakan untuk memisahkan dua atau lebih mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Kriteria

Lebih terperinci

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA Sperisa Distantina

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA Sperisa Distantina PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA Sperisa Distantina SIZE REDUCTION Isi kuliah : a. Tujuan b. Variable operasi c. Pemilihan alat dan alat-alat SR d. Kebutuhan energi dan efisiensi alat SR a. TUJUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya beton digunakan sebagai salah satu bahan konstruksi yang sering dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material penyusunnya

Lebih terperinci

Uji Kelayakan Agregat Dari Desa Galela Kabupaten Halmahera Utara Untuk Bahan Lapis Pondasi Agregat Jalan Raya

Uji Kelayakan Agregat Dari Desa Galela Kabupaten Halmahera Utara Untuk Bahan Lapis Pondasi Agregat Jalan Raya Uji Kelayakan Agregat Dari Desa Galela Kabupaten Halmahera Utara Untuk Bahan Lapis Pondasi Agregat Jalan Raya Sandro Carlos Paulus Kumendong Oscar H. Kaseke, Sompie Diantje Universitas Sam Ratulangi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah peralatan atau mesin berputar (rotary machine) sudah pasti terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah peralatan atau mesin berputar (rotary machine) sudah pasti terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada sebuah peralatan atau mesin berputar (rotary machine) sudah pasti terdapat komponen yang bergerak. Gerakan yang terjadi ini dapat berupa gerakan linier ataupun

Lebih terperinci

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN 5.1. Pengolahan Bahan Galian Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing) adalah pengolahan mineral dengan tujuan untuk memisahkan mineral berharga dan gangue-nya

Lebih terperinci

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK Oleh: Mulyati*, Saryeni Maliar** *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ** Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. harus ikut berkembang sesuai dengan kebutuhan. Saat ini banyak sekali

I. PENDAHULUAN. harus ikut berkembang sesuai dengan kebutuhan. Saat ini banyak sekali I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia pada era globalisasi seperti sekarang ini sangat pesat dan merata, terutama pembangunan sarana transportasi. Sekarang ini, pembangunan sarana transportasi

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 20/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN SPESIFIKASI TEKNIS BAHAN PERKERASAN JALAN KERIKIL

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN MESIN PENGHANCUR LIMBAH BATU MERAH DAN GENTENG (Studi kasus : Perusahaan Genteng ATIN Karanggeneng Boyolali)

PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN MESIN PENGHANCUR LIMBAH BATU MERAH DAN GENTENG (Studi kasus : Perusahaan Genteng ATIN Karanggeneng Boyolali) PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN MESIN PENGHANCUR LIMBAH BATU MERAH DAN GENTENG (Studi kasus : Perusahaan Genteng ATIN Karanggeneng Boyolali) Hafidh Munawir, Ratnanto Fitriadi, Ibnu Satoto Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Variabel bebas yaitu variasi perbandingan agregat kasar, antara lain : Variasi I (1/1 : 1/2 : 2/3 = 3 : 1 : 2) Variasi II (1/1 : 1/2 : 2/3 = 5 : 1 : 3) Variasi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian mengenai kuat tekan awal beton ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Maksud dantujuan Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan pembuatan perencanaan peremuk andesit adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN Maksud dantujuan Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan pembuatan perencanaan peremuk andesit adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan kebutuhan transportsi di dunia saat ini yang semakin tinggi menyebabkan terjadinya peningkatan kendaraan bermotor, yang menyebabkan pembangunan jalan raya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING)

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING) PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING) Kimia Industri (TIN 4206) PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling II Size Reduction III Storage IV Reaktor V Crystallization VI Heat treatment

Lebih terperinci

UJI KINERJA HAMMER MILL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG [Performance Test Hammer Mill With Corn Feed Corncob]

UJI KINERJA HAMMER MILL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG [Performance Test Hammer Mill With Corn Feed Corncob] Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 1, No. 1, Oktober 2012: 1 1-16 UJI KINERJA HAMMER MILL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG [Performance Test Hammer Mill With Corn Feed Corncob] Oleh : Octa rahmadian 1, Sugeng

Lebih terperinci

TINJAUAN KUALITAS BATAKO DENGAN PEMAKAIAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS EX COLD MILLING. Naskah Publikasi

TINJAUAN KUALITAS BATAKO DENGAN PEMAKAIAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS EX COLD MILLING. Naskah Publikasi TINJAUAN KUALITAS BATAKO DENGAN PEMAKAIAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS EX COLD MILLING Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil diajukan oleh : BAMBANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Beton Beton dibentuk oleh pengerasan campuran semen, air, agregat halus, agregat kasar (batu pecah atau kerikil), udara dan kadang-kadang campuran tambahan lainnya. Campuran yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Opak Sungai Opak atau kali opak adalah nama sungai yang mengalir di Daerah Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan galian tersebut dari mineral pengotor yang melekat bersamanya.

BAB I PENDAHULUAN. bahan galian tersebut dari mineral pengotor yang melekat bersamanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kominusi adalah suatu proses untuk mengubah ukuran suatu bahan galian menjadi lebih kecil, hal ini bertujuan untuk memisahkan atau melepaskan bahan galian tersebut

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan III. METODOLOGI PENELITIAN Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan langkah-langkah sistematis yang harus dilakukan diantaranya adalah : A. Populasi Populasi adalah subyek

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block II. TINJAUAN PUSTAKA A. Paving Block 1. Definisi Paving Block Bata beton (paving block) adalah suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari bebatuan yang sudah mengalami pelapukan oleh gaya gaya alam.

BAB I PENDAHULUAN. dari bebatuan yang sudah mengalami pelapukan oleh gaya gaya alam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu tahapan paling awal dalam perencanaan pondasi pada bangunan adalah penyelidikan tanah. Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN: PENGARUH JUMLAH KANDUNGAN FRAKSI BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS BERGRADASI HALUS Windy J. Korua Oscar H. Kaseke, Lintong Elisabeth

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur,

Lebih terperinci

Analisis Persentase Fraksi Massa Lolos Ayakan Batu Granit Hasil Peremukan Jaw Crusher dan Double Roll Crusher

Analisis Persentase Fraksi Massa Lolos Ayakan Batu Granit Hasil Peremukan Jaw Crusher dan Double Roll Crusher POLITEKNOSAINS, Vol. XVII, No 1, Maret 2018 77 Analisis Persentase Fraksi Massa Lolos Ayakan Batu Granit Hasil Peremukan Jaw Crusher dan Double Roll Crusher Sy. Indra Septiansyah 1, Idris Herkan Afandi

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS Praesillia Christien Ator J. E. Waani, O. H. Kaseke Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

MESIN PENGGILING JAGUNG TIPE HAMMER MILL

MESIN PENGGILING JAGUNG TIPE HAMMER MILL MESIN PENGGILING JAGUNG TIPE HAMMER MILL A. Dimensi Keseluruhan - Tipe/Merek : BEJE-UT 18 - Panjang : 1155 mm - Lebar : 780 mm - Tinggi : 1485 mm - Bobot operasi : 470 kg - B. Ruang Penggiling - Dimensi

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar Lampung dan pengujian sampel dilaksanakan di laboratorium Analisis Bahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama digunakan di seluruh dunia. Penggunaan batu bata di Indonesia sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN. lama digunakan di seluruh dunia. Penggunaan batu bata di Indonesia sudah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengunaan batu bata sebagai bahan bangunan (non sturuktural) sudah sejak lama digunakan di seluruh dunia. Penggunaan batu bata di Indonesia sudah banyak digunakan sebagai

Lebih terperinci

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan BAB HI LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Konstruksi perkerasan lentur terdiri dan lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1.Tanah Lempung Tanah Lempung merupakan jenis tanah berbutir halus. Menurut Terzaghi (1987) tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokopis sampai dengan sub mikrokopis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur BAB I PENDAHULUAN I.1. UMUM Secara umum struktur perkerasan dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur perkerasan kaku (Rigid Pavement).

Lebih terperinci

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK Pengertian Paving block atau blok beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah suatuko mposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah bahan homogen yang didapatkan dengan mencampurkan agregat kasar, agregat halus, semen dan air. Campuran ini akan mengeras akibat reaksi kimia dari air dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Paving block (bata beton) banyak digunakan dalam bidang konstruksi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Paving block (bata beton) banyak digunakan dalam bidang konstruksi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paving block (bata beton) banyak digunakan dalam bidang konstruksi dan merupakan salah satu alternatif pilihan untuk lapis perkerasan permukaan tanah, kemudahan dalam

Lebih terperinci

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Tanah Dasar Tanah dasar atau suhgrade adalah permukaan tanah semula, tanah galian atau tanah timbiman yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruksi Perkerasan Lentur Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Konstruksi perkerasan lentur terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam satu dekade ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat pesat. Pertumbuhan ekonomi yang pesat ini membawa konsekuensi meningkatnya pendapatan per kapita dan masuknya

Lebih terperinci

PENGARUH PECAHAN BATA PRESS SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON TERHADAP NILAI KUAT TEKAN

PENGARUH PECAHAN BATA PRESS SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON TERHADAP NILAI KUAT TEKAN PENGARUH PECAHAN BATA PRESS SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON TERHADAP NILAI KUAT TEKAN Bambang Hariyono (1) Anton Ariyanto,ST.M.Eng (2) Arie Syahrudin Sibarani, ST.MT

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat 81 BAB V PEMBAHASAN Pada pengujian kualitas batubara di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, menggunakan conto batubara yang diambil setiap ada pengiriman dari pabrik. Conto diambil sebanyak satu sampel

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 51 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan Pembuatan Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN Rudolvo Wenno Steenie E. Wallah, Ronny Pandaleke Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga 20 III. METODE PENELITIAN A. Umum Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Obyek dalam penelitian ini adalah paving block dengan

Lebih terperinci

Berat Tertahan (gram)

Berat Tertahan (gram) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan obyek berupa paving blok mutu rencana 400 Kg/ dan 500 Kg/ sebanyak masing-masing 64 blok. Untuk setiap percobaan kuat tekan dan tarik belah paving

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI PABRIK PEREMUK BATU ANDESIT PT. PERWITA KARYA DI DESA BEBER KECAMATAN SUMBER CIREBON JAWA BARAT SKRIPSI

PENINGKATAN PRODUKSI PABRIK PEREMUK BATU ANDESIT PT. PERWITA KARYA DI DESA BEBER KECAMATAN SUMBER CIREBON JAWA BARAT SKRIPSI PENINGKATAN PRODUKSI PABRIK PEREMUK BATU ANDESIT PT. PERWITA KARYA DI DESA BEBER KECAMATAN SUMBER CIREBON JAWA BARAT SKRIPSI Oleh ASTYA ARADEA AJI SAPUTRA NIM. 112.020.029 JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON PERTEMUAN KE-3 AGREGAT. Ferdinand Fassa

TEKNOLOGI BETON PERTEMUAN KE-3 AGREGAT. Ferdinand Fassa TEKNOLOGI BETON PERTEMUAN KE-3 AGREGAT Ferdinand Fassa Outline Pertemuan 3 Pendahuluan Agregat Klasifikasi agregat Ukuran agregat Bentuk Agregat Tektur permukaan agregat Mekanisme lekatan antara agregat

Lebih terperinci