BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh sektor pariwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, sektor pariwisata memberikan kontribusi sebesar 65 persen terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto ( PDRB) Bali tahun Hal ini menunjukkan pentingnya pembangunan untuk menunjang perkembangan sektor pariwisata sekaligus menjaga pertumbuhan ekonomi di Bali, yang dapat dilakukan dengan cara mengelola serta merawat dengan baik objek-objek wisata yang ada. Pariwisata di Bali tidak hanya mengandalkan eksotika alam dan seni tradisi budaya yang kuat, namun juga menyajikan wisata sejarah dan cagar budaya yang sangat menarik. Salah satu objek wisata sejarah yang layak untuk dikunjungi di Bali yaitu Museum Bali. Museum Bali adalah museum yang berada di wilayah Kota Denpasar dan terletak di lokasi strategis pusat kota, tepatnya di jalan Mayor Wisnu. Museum Bali merupakan museum tertua yang ada di Provinsi Bali dan dibangun pertama kali pada tahun Museum di atas lahan seluas m 2 ini merupakan tempat yang baik untuk mengetahui dan belajar lebih banyak tentang Bali. Di dalam Museum Bali terdapat penyimpanan peninggalan masa lampau manusia dan koleksi benda-benda etnografi, antara lain peralatan dan perlengkapan hidup, kesenian, keagamaan, bahasa, tulisan dan lain-lainnya yang mencerminkan 1

2 2 kehidupan dan perkembangan kebudayaan Bali. Koleksi ditata menurut konsep Tri Mandala (Utama Mandala, Madya Mandala, Nista Mandala). Dalam rangka penerapan konsep Tri Mandala tersebut, benda benda yang tergolong sakral di masyarakat ditata pada gedung Tabanan dan gedung Karangasem. Kain-kain tradisional Bali dan koleksi yang tidak bersifat sakral seperti koleksi seni rupa (lukisan, patung, kerajinan) dipamerkan di gedung Buleleng yang merupakan bagian tengah Museum Bali. Koleksi yang berhubungan dengan peninggalan prasejarah (sarkofagus/peti mayat dari batu, bekal kubur) ditata di gedung Timur. Berdasarkan data kunjungan wisatawan ke Museum Bali beberapa tahun terakhir, dapat diketahui bahwa telah terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke Museum Bali pada 3 tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1. Data jumlah kunjungan wisatawan ke Bali dan ke Kota Denpasar dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Museum Bali Tahun Tahun Wisatawan Domestik Wisatawan Mancanegara Total Sumber: Dinas Pariwisata Kota Denpasar (2013)

3 3 Tahun Tabel 1.2 Jumlah Wisatawan ke Bali dan Kota Denpasar Tahun Jumlah Wisatawan ke Bali Jumlah Wisatawan ke Kota Denpasar Domestik Mancanegara Total Domestik Mancanegara Total Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Dinas Pariwisata Kota Denpasar (2013) Bila melihat data yang ada pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 di atas, maka dapat dilihat adanya realitas yang berlawanan arah antara jumlah kunjungan wisatawan ke Museum Bali dengan jumlah wisatawan ke Bali dan Kota Denpasar pada 3 tahun terakhir. Berdasarkan data, saat terjadi peningkatan jumlah wisatawan ke Bali, di sisi lain terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke Museum Bali. Ini menunjukkan adanya penurunan daya tarik Museum Bali terhadap wisatawan yang berkunjung ke Bali. Wisatawan lebih memilih untuk mengunjungi objek wisata lain dibandingkan mengunjungi Museum Bali. Dari data pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2, maka dapat diperoleh rasio persentase jumlah wisatawan ke Museum Bali berbanding dengan jumlah wisatawan ke Bali dan jumlah wisatawan ke Kota Denpasar, yang dapat dilihat masing-masing pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2.

4 4 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0, Rasio Jumlah Total Wisatawan ke Museum Bali dengan Jumlah Total Wisatawan ke Bali (%) Rasio Jumlah Wisatawan Domestik ke Museum Bali dengan Jumlah Wisatawan Domestik ke Bali (%) Rasio Jumlah Wisatawan Mancanegara ke Museum Bali dengan Jumlah Wisatawan Mancanegara ke Bali (%) Gambar 1.1 Rasio Persentase Jumlah Wisatawan ke Museum Bali dengan Jumlah Wisatawan ke Bali Rasio Jumlah Total Wisatawan ke Museum Bali dengan Jumlah Total Wisatawan ke Kota Denpasar (%) Rasio Jumlah Wisatawan Domestik ke Museum Bali dengan Jumlah Wisatawan Domestik ke Kota Denpasar (%) Rasio Jumlah Wisatawan Mancanegara ke Museum Bali dengan Jumlah Wisatawan Mancanegara ke Kota Denpasar (%) Gambar 1.2 Rasio Persentase Jumlah Wisatawan ke Museum Bali dengan Jumlah Wisatawan ke Kota Denpasar

5 5 Pada sisi pendapatan yang diterima, dapat dilihat pendapatan retribusi yang diperoleh Museum Bali dan pendapatan yang diperoleh seluruh objek wisata di Kota Denpasar pada tahun yang terlihat pada Tabel 1.3 sebagai berikut. Tahun Tabel 1.3 Jumlah Pendapatan Retribusi Museum Bali dan Objek Wisata di Kota Denpasar Tahun Pendapatan Retribusi Museum Bali Pendapatan Retribusi Objek Wisata Kota Denpasar Rasio 2008 Rp ,00 Rp ,00 3, Rp ,00 Rp ,00 4, Rp ,00 Rp ,00 4, Rp ,00 Rp ,00 3, Rp ,00 Rp ,00 2,33 Sumber: Dinas Pariwisata Kota Denpasar, BPS Kota Denpasar (diolah) Rasio dari pendapatan retribusi Museum Bali dengan pendapatan seluruh objek wisata di Kota Denpasar dapat dilihat pada gambar berikut.

6 6 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0, Rasio Persentase Pendapatan Retribusi Museum Bali dengan Seluruh Objek Wisata di Kota Denpasar Gambar 1.3 Rasio Persentase Pendapatan Retribusi Museum Bali dengan Seluruh Objek Wisata di Kota Denpasar Dalam konsep Total Economic Value (TEV), suatu lokasi atau kawasan yang memiliki nilai sejarah dan budaya (cultural heritage site) dapat memberikan dua jenis nilai yaitu use dan non-use value. Travel Cost Method (TCM) merupakan pendekatan penilaian non-market yang paling umum digunakan untuk mengukur nilai manfaat ekonomi dari suatu lokasi yang memiliki potensi rekreasi (use value). Dalam pendekatan TCM, biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung untuk mengkonsumsi jasa dari suatu kawasan wisata digunakan sebagai proxy untuk menentukan harga dari kawasan tersebut (Fauzi, 2010: 214). Dengan demikian, willingness to pay (WTP) untuk mengunjungi kawasan wisata dapat diestimasi berdasarkan jumlah kunjungan dengan besar biaya perjalanan yang berbeda-beda. Pendekatan lain yang digunakan adalah Contingent Valuation Method (CVM) untuk mengukur WTP pengunjung dalam memanfaatkan non-use value museum dan perubahan-perubahan yang terjadi pada museum tersebut.

7 Rumusan masalah Bali dikenal sebagai daerah destinasi wisata yang tidak hanya dikunjungi oleh wisatawan domestik, namun juga oleh wisatawan dari berbagai negara. Namun demikian, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Museum Bali mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Penurunan jumlah kunjungan tersebut tentunya juga berpengaruh terhadap penurunan pendapatan retribusi atau tiket masuk ke Museum Bali. Hal ini mengindikasikan bahwa Museum Bali sebagai objek wisata sejarah, seni dan budaya di Bali saat ini belum menjadi tujuan wisata utama bagi para wisatawan di Bali, khususnya di Kota Denpasar. Bila ingin memperoleh pendapatan yang lebih baik, tentu ada baiknya pengelola Museum Bali mengetahui kesediaan membayar dari individu dalam mengunjungi Museum Bali. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kesediaan membayar individu atas Museum Bali di Kota Denpasar? 2. Berapakah nilai ekonomi Museum Bali dengan menggunakan konsep Contingent Valuation Method? 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian yang terkait dengan penilaian ekonomi cagar budaya dan kawasan wisata yang pernah dilakukan, yaitu sebagai berikut.

8 8 Fonseca dan Rebelo (2010) meneliti Museum Lamego di Alto Douro Wine Region, Portugal. Variabel independen yang diteliti pada penelitian ini adalah biaya perjalanan, pendidikan, jenis kelamin, pendapatan, umur, kepuasan, dan kunjungan ke museum lain. Penelitian ini menyimpulkan bahwa biaya perjalanan berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke Museum Lamego, serta tingkat pendidikan dan gender perempuan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke Museum Lamego. Pakdeeburee, Denpaiboon, dan Kanegae (2011) menggunakan Contingent Valuation Method dan Travel Cost Method untuk meneliti mengenai pengaruh pendapatan, usia, pendidikan, jenis kelamin, dan tujuan perjalanan terhadap jumlah kunjungan individu dan kesediaan membayar individu atas Ayutthaya Historical Park di Thailand. Hasil penelitian tersebut adalah responden bersedia membayar lebih untuk nilai heritage Ayutthaya. Kesediaan membayar turis lokal dan mancanegara masing-masing sebesar 177,71 Baht dan 162,40 Baht. Mwebaze dan Bennett (2011) meneliti nilai ekonomi pada tiga taman botanik di Australia dengan mengkombinasikan Travel Cost Method dan Contingent Valuation Method. Dengan mengaplikasikan model truncated count data, penelitian ini menyatakan bahwa nilai estimasi rata-rata surplus konsumen per kunjungan adalah AUD34 per satu taman botanik, sehingga diperkirakan sekitar AUD105 untuk total social welfare dari kunjungan ke tiga lokasi taman botanik. Penelitian ini juga menghasilkan rata-rata nilai WTP adalah AUD3-5 per kunjungan per orang.

9 9 Hakim, Subanti, dan Tambunan (2011) mengadakan penelitian mengenai Economic Valuation of Nature-Based Tourism Object in Rawapening, Indonesia dengan mengkombinasikan Travel Cost Method dan Contingent Valuation Method. Hasil dari penelitian ini yaitu nilai ekowisata Rawapening adalah Rp7,41 trilyun untuk surplus konsumen dan Rp1,65 trilyun untuk total benefit per tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk membayar peningkatan kualitas lingkungan (WTP) secara signifikan adalah pendapatan, pendidikan, dan jumlah biaya masuk (entrance fee). Twerefou dan Ababio (2012) melakukan penelitian di Taman Nasional Kakum dengan menggunakan individual Travel Cost Method. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui estimasi nilai ekonomi dari Taman Nasional Kakum dan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan atas objek wisata tersebut. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa faktor-faktor penting yang mempengaruhi jumlah kunjungan objek wisata Taman Nasional Kakum adalah biaya perjalanan, gender, dan pengetahuan mengenai objek wisata itu sendiri. Untuk surplus konsumen didapatkan nilai sebesar GHC67,28 (US$46,40) per individu per tahun, yang jika dikalikan dengan jumlah pengunjung selama satu tahun akan didapatkan nilai ekonomi Taman Nasional Kakum sebesar GHC ,20 atau US$ ,00.

10 10 Tabel 1.4 Penelitian-penelitian Terdahulu No. Penulis Objek Penelitian Variabel Alat Analisis Hasil 1 Fonseca dan Rebelo (2010) 2 Pakdeeburee, Denpaiboon dan Kanegae (2011) 3 Mwebaze dan Bennett (2011) 4 Hakim, Subanti dan Tambunan (2011) 5 Twerefou dan Ababio (2012) Museum Lamego, Alto Douro Wine Region, Portugal Ayutthaya Historical Park, Thailand Tiga taman botanik di Australia (di kota Melbourne, Canberra dan Sydney) Wisata Alam Rawapening, Jawa Tengah, Indonesia Taman Nasional Kakum, Ghana, Afrika Jumlah kunjungan, biaya perjalanan, pendidikan, jenis kelamin, pendapatan, umur, kepuasan, kunjungan ke museum lain. Jumlah kunjungan, kesediaan membayar, pendapatan, usia, pendidikan, jenis kelamin, tujuan perjalanan. Jumlah kunjungan, kesediaan membayar, biaya perjalanan, substitusi, usia, jenis kelamin, pendapatan. Jumlah kunjungan, kesediaan membayar (WTP), pengalaman berkunjung, biaya perjalanan, pendapatan, umur, jenis kelamin, pendidikan, persepsi. Jumlah kunjungan, biaya perjalanan, umur, pendapatan, jumlah keluarga, tingkat pendidikan, pengetahuan pengunjung atas objek wisata, gender, status pernikahan, substitusi. Travel Cost Method Travel Cost dan Contingent Valuation Method Travel Cost dan Contingent Valuation Method Travel Cost dan Contingent Valuation Method Individual Travel Cost Method Biaya perjalanan berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke Museum Lamego dan sebaliknya tingkat pendidikan serta gender perempuan berpengaruh positif terhadap kunjungan ke Museum Lamego. Kesediaan membayar turis lokal dan mancanegara masingmasing sebesar 177,71 Baht dan 162,40 Baht. Nilai estimasi rata-rata surplus konsumen per kunjungan adalah AUD34 per satu taman botanik. Rata-rata nilai WTP adalah AUD3-5 per kunjungan per orang. Nilai ekonomi dari Wisata Alam Rawapening berdasarkan surplus konsumen adalah Rp ,00. Berdasarkan nilai dari manfaat yang diperoleh konsumen sebesar Rp ,00. Nilai objek wisata Taman Nasional Kakum sebesar GHC ,20 atau US$ ,00. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maka untuk mendapatkan hasil yang optimal, penilaian terhadap benda cagar budaya, kawasan wisata alam,

11 11 dan taman rekreasi dapat dilakukan dengan menggunakan Contingent Valuation Method untuk melihat kesediaan membayar dari individu secara langsung (willingness to pay) atas Museum Bali. Dengan menggunakan metoda di atas, maka selanjutnya dapat dilihat jumlah nilai ekonomi yang dihasilkan dari kesediaan membayar individu atas Museum Bali, serta dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi willingness to pay atas Museum Bali. Sesuai dengan data penelitian valuasi ekonomi cagar budaya dan kawasan wisata di atas, dapat dinyatakan bahwa penelitian ini akan berbeda dibandingkan penelitian-penelitian terdahulu, sebagai berikut. 1. Lokasi penelitian yaitu Museum Bali di Denpasar, Bali. 2. Penelitian dilaksanakan pada tahun Variabel dependen yang diestimasi dengan menggunakan menggunakan Contingent Valuation Method (CVM) yaitu jumlah kesediaan membayar individu (willingness to pay) atas Museum Bali. 4. Variabel independen yang digunakan adalah biaya perjalanan yang dikeluarkan individu untuk mengunjungi lokasi, pendapatan individu, lama pendidikan, usia, persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi, serta objek wisata substitusi yang mungkin ada di tempat lain.

12 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah disebutkan di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar individu atas Museum Bali di Kota Denpasar. 2. Mengestimasi nilai ekonomi Museum Bali dengan menggunakan konsep Contingent Valuation Method Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian mengenai nilai ekonomi Museum Bali ini adalah. 1. Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran kepada pembuat kebijakan untuk mengembangkan dan mempromosikan keberadaan Museum Bali dengan mempertimbangkan variabel yang berkaitan dan nilai ekonomi yang akan diestimasi. 2. Sebagai tambahan pemikiran dalam penilaian benda cagar budaya dan sejarah. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I pengantar, memuat tentang latar belakang, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II tinjauan pustaka dan alat analisis, menguraikan tentang landasan teoritis dan alat analisis. Bab III analisis data,

13 13 memberikan uraian tentang cara penelitian, hasil analisis data dan pembahasan. Bab IV kesimpulan dan saran, merupakan bab penutup yang berisikan uraian singkat mengenai hasil penelitian dan pembahasannya, menyampaikan saran kepada pihak terkait sehubungan dengan hasil penelitian.