BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Veronika Kartawijaya
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI.1 Pegertia da Maksud Irigasi Irigasi berasal dari istilah irrigatie dalam bahasa Belada atau irrigatio dalam bahasa Iggris. Irigasi dapat diartika sebagai suatu usaha yag dilakuka utuk medatagka air dari sumberya gua keperlua pertaia, megalirka da membagika air secara teratur da setelah diguaka dapat pula diguaka dapat pula dibuag kembali. Istilah pegaira yag serig pula didegar dapat diartika sebagai usaha pemafaata air pada umumya, berarti irigasi termasuk didalamya. Maksud irigasi yaitu utuk mecukupi kebutuha air di musim huja bagi keperlua pertaia seperti membasahi taah, merabuk, megatur suhu taah, meghidarka gaggua hama dalam taah da sebagaiya. Taama yag diberi air irigasi umumya dapat dalam tiga gologa besar yaitu padi, tebu, palawija seperti jagug, kacag-kacaga, bawag, cabe da sebagaiya, (Mawardi, E da Memed 01).. Siklus Hidrologi Air di permukaa taah da laut meguap ke udara. Uap air tersebut bergerak da aik ke atmosfir yag kemudia megalami kodesasi da berubah mejadi titik-titik air yag berbetuk awa. Selajutya titik-titik air tersebut jatuh sebagia lagi tertaha oleh tumbuh-tumbuha (Itersepsi) da selebihya sampai kepermukaa taah, sebagia air huja yag masuk kepermukaa taah aka meresap dalam taah da sebagia laiya megalir di atas permukaa taah (Surfus Ru Off) megisi cekuga taah da masuk ke sugai akhirya megalir ke laut. Air megalir di dalam taah (Perkolasi) megisi taah yag kemudia keluar sebagai mata air atau megalir ke sugai. Akhirya alira air di sugai aka sampai ke laut. Proses ii terjadi terus meerus, (Triadmojo, B 008).
2 .3 Daerah Tagkapa Huja Melakuka peakara atau pecatata curah huja, kita haya aka medapatka curah huja disuatu titik tertetu (poit raifall). Megigat huja sagat bervariasi terhadap tempat (space), maka utuk kawasa yag luas, satu alat peakar huja belum dapat meggambarka curah huja wilayah tersebut. Jika di dalam suatu areal terdapat beberapa alat peakar atau alat pecatat curah huja, maka dapat diambil rata-rata utuk medapatka ilai curah huja areal. Dalam aalisis hidrologi dikeal ada tiga macam cara yag umum dipakai dalam meghitug curah huja rata-rata utuk suatu kawasa yaitu metode ratarata aritmatik (aljabar), metode poligo Thiesse, da metode Isohyet. (Suripi, 004). 1) Metode rata-rata Aljabar Metode adalah yag palig sederhaa utuk meghitug huja rata-rata disuatu daerah. Pegukura yag dilakuka di beberapa stasiu dalam waktu yag bersamaa dijumlahka da kemudia dibagi dega jumlah stasiu. Stasiu huja diguaka dalam hituga biasaya adalah yag berada di dalam DAS, tetapi stasiu di luar DAS yag masih berdekata juga bisa diperhitugka. Cara ii cocok utuk kawasa dega letak topografi rata atau datar. Huja kawasa diperoleh dari persamaa: P1 P P... P P 3...(.1) dimaa, P P 1, P, P 3,, P : huja rata-rata kawasa, : curah huja yag tercatat di pos peakar huja, : bayakya pos peakar huja.
3 ) Metode Poligo Thiesse Metode ii memperhitugka bobot dari masig-masig stasiu yag mewakili luasa di sekitarya. Pada suatu luasa di dalam DAS diaggap bahwa huja adalah sama dega yag terjadi pada stasiu terdekat, sehigga huja yag tercatat pada suatu stasiu mewakili luasa tersebut. Metode ii diguaka apabila peyebara stasiu huja di daerah yag ditijau tidak merata. Hituga curah huja rata-rata dilakuka dega memperhitugka daerah pegaruh dari tiap stasiu. Metode poligo Thiesse bayak diguaka utuk meghitug huja rata-rata kawasa yag diperoleh dari persamaa dibawah ii : P A P A p 1 1 A A 1... A P... A... (.) Dimaa : P P 1, P, P 3,, P A 1, A, A 3,, A = huja rata-rata kawasa = curah huja yag tercatat di pos peakar huja = luas areal poligo = bayakya pos peakar huja 1 A 3 A 1 4 A 3 A 4 A 5 A 7 A ) Metode Isohyet Gambar.1 Metode poligo Thiesse
4 Cara ii merupaka cara yag palig akurat utuk meetuka huja ratarata, amu diperluka keahlia da pegalama. Dega memperhitugka secara aktual pegaruh tiap-tiap pos peakar curah huja. Dega kata lai, asumsi cara Poligo Thiesse yag megaggap bahwa tiap-tiap pos peakar mecatat kedalama yag sama utuk daerah sekitarya dapat dikoreksi. Metode isohyet ii cocok utuk daerah berbukit da tidak teratur dega luas lebih dari 5000 km². Huja rata-rata kawasa dapat diperoleh dari persamaa : P A 1 I 1 I I I 3 A... A A A... A 1 I I 1... (.3) Dimaa : P I 1, I, I 3,, I A 1, A, A 3,, A = huja rata-rata kawasa = garis isohiet ke 1,, 3...,,+1 = luas areal yag dibatasi oleh garis isohiet = bayakya pos peakar huja 10mm A 45mm 57mm 0mm A 1 A 3 A 4 A 5 4mm A 6 36mm 51mm I 1 I I 3 Gambar. Metode Isohiet
5 .4 Debit Bulaa Dega Metode Mock Perhituga debit bulaa ii bertujua utuk medapatka taksira besarya debit adala sugai, yaitu bayakya air yag tersedia yag diperkiraka terus-meerus ada dalam sugai dega jumlah da jagka waktu (periode) tertetu yag diperluka utuk kebutuha irigasi. Metode Mock ii memperhitugka data curah huja, evapotraspirasi, da karakteristik hidrologi daerah pegalira sugai. Hasil dari permodela ii dapat dipercaya jika ada debit pegamata sebagai pembadig. Utuk itu diperluka pedekata parameter hidrologi yag lebih cermat sehigga hasil simulasi dapat diterima dega tigkat akurasi sedag tetapi masih dapat diguaka utuk aalisa selajutya. Data da asumsi yag diperluka utuk perhituga Metode Mock adalah sebagai berikut: 1. Data Curah Huja. Data curah huja yag diguaka adalah curah huja 15 (lima belas) haria. Stasiu curah huja yag dipakai adalah stasiu yag diaggap mewakili kodisi huja di daerah tersebut.. Evapotraspirasi Terbatas (Et). Eavpotraspirasi terbatas adalah evapotraspirasi actual dega mempertimbagka kodisi vegetasi da permukaa taah serta frekuesi curah huja. Utuk meghitug evapotraspirasi terbatas diperluka data: a. Curah huja setegah bulaa (P) b. Jumlah hari huja setegah bulaa () c. Jumlah permukaa kerig setegah bulaa (d) dihitug dega asumsi bahwa taah dalam suatu hari haya mampu meaha air 1 mm da selalu meguap sebesar 4 mm. d. Exposed surface (m%) ditaksir berdasarka peta tata gua laha atau dega asumsi: m = 0% utuk laha dega huta lebat, m = 0% pada akhir musim huja da bertambah 10% setiap bula kerig utuk laha sekuder, m = 10% - 40% utuk laha yag tererosi, da m = 0% - 50% utuk laha pertaia yag diolah. Sigkapa laha dapat diasumsika seperti pada table.1 berikut:
6 Tabel.1 Sigkapa Laha Sesuai Tata Gua Laha No Jeis Pegguaa Laha S Laha (%) 1 Huta Lebat 0 Laha Tererosi Laha Pertaia Sumber: Blogramdai, Faktor Karakteristik Hidrologi Faktor Bukaa Laha: m = 0% utuk laha dega huta lebat, m = 10 40% utuk laha tererosi, da m = 30 50% utuk laha pertaia yag diolah. Berdasarka hasil pegamata di lapaga utuk seluruh daerah studi yag merupaka daerah yag mempuyai tigkat kesubura redah maka dapat diasumsika utuk faktor m diambil 0% - 40%, yaitu 30%. 4. Luas Daerah Pegalira. Semaki besar daerah pegalira dari suatu alira kemugkia aka semaki besar pula ketersediaa debitya. 5. Kapasitas Kelembaba Taah (SMC). Soil Moisture Capacity adalah kapasitas kaduga air pada lapisa taah permukaa (surface soil) per m. Besarya SMC utuk perhituga ketersediaa air ii diperkiraka berdasarka kodisi porositas lapisa taah permukaa dari DPS. Semaki besar porositas taah, aka semaki besar pula SMC yag ada. Dalam perhituga ii ilai SMC diambil atara 50 mm sampai dega 00 mm. Persamaa yag diguaka utuk besarya kapasitas kelembaba taah adalah: SMC() = SMC (-1) + IS ()...(.4) dega, SMC = kelembaba taah (diambil 50 mm 00 mm), SMC() = kelembaba taah bula ke-, SMC(-1) = kelembaba taah bula ke-(-1), IS = tampuga awal (iitial storage) (mm), da
7 As = air huja yag mecapai permukaa taah. 6. Keseimbaga air di permukaa taah. Keseimbaga air di permukaa taah dipegaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1. Air huja (As),. Kaduga air taah (soil storage), da 3. Kapasitas kelembaba taah (SMC). 7. Kaduga air taah. Besar kaduga taah tergatug dari harga As, bila harga As egatif, maka kapasitas kelembaba taah aka berkurag da bila As positif maka kelembaba taah aka bertambah. 8. Alira da Peyimpaga Air Taah (ru off da groud water storage). Nilai ru off da groud water storage tergatug dari keseimbaga air da kodisi taahya. 9. Koefisie Ifiltrasi. Koefisie ilai ifiltrasi diperkiraka berdasarka kodisi porositas taah da kemiriga DPS. Laha DPS yag porous memiliki koefisie ifiltrasi yag besar. Sedagka laha yag terjadi memiliki koefisie ifitrasi yag kecil, karea air aka sulit terifiltrasi ke dalam taah. Batasa koefisie ifiltrasi adalah Faktor Resesi Alira Taah (k). Faktor resesi adalah perbadiga atara alira air taah pada bula ke- dega alira air taah pada awal bula tersebut. Faktor resesi alira taah dipegaruhi oleh sifat geologi DPS. Dalam perhituga ketersediaa air Metode FJ Mock, besarya ilai k didapat dega cara coba-coba sehigga dapat dihasilka alira seperti yag diharapka. 11. Iitial Storage (IS). Iitial storage atau tampuga awal adalah perkiraa besarya volume air pada awal perhituga. IS di lokasi studi diasumsika sebesar 100 mm. 1. Peyimpaga air taah (Groud Water Storage). Peyimpaga air taah besarya tergatug dari kodisi geologi setempat da watu. Sebagai permulaa dari simulasi harus ditetuka peyimpaga awal
8 (iitial storage) terlebih dahulu. Persamaa yag diguaka dalam perhituga peyimpaa air taah adalah sebagai berikut : V = k x ,5 (1 + k) I...(.5) V = v-v-1...(.6) dega, V = volume air taah bula ke-, K = qt/qo = faktor resesi alira taah, Qt = alira air taah pada waktu bula ke-t, Qo = alira air taah pada awal bula (bula ke-0), v-1 = volume air taah bula ke-(-1), da v = perubaha volume alira air taah. 13. Alira Sugai. Alira dasar = ifiltrasi perubaha alira air dalam taah, Alira permukaa = volume air lebih ifiltrasi, Alira sugai = alira permukaa + alira dasar. Air yag megalir di sugai merupaka jumlah dari alira lagsug (direct ru off), alira dalam taah (iterflow) da alira taah (base flow). Besarya masig-masig alira tersebut adalah: a. Iterflow = ifiltrasi volume air taah, b. Direct ru off = water surplus ifiltrasi c. Base flow = alira yag selalu ada sepajag tahu, d. Ru off = iterflow + direct ru off + base flow..4.1 Keadaa Iklim Data klimatologi merupaka data-data dasar yag diperluka utuk meetuka kebutuha pokok taama aka air yag didasarka pada keadaa pola taam yag ada. Data klimatologi yag diperluka yaitu curah huja (r), temperatur/suhu udara (t), kelembaba udara (Rh), peyiara matahari () da kecepata agi (u).
9 .4. Temperatur Udara Suhu mempegaruhi curah huja, laju evaporasi da traspirasi. Suhu juga diaggap sebagai salah satu faktor yag dapat memperkiraka da mejelaska kejadia da peyebara air di muka bumi. (Chay Asdak, 010). Temperatur sedikit bervariasi dari bula ke bula da variasi bulaa jarag melebihi 1 o C. Temperatur bisa dihubugka dega elevasi: T = 6 0,006 ( ±1 o C). Temperatur di Itroduksi dega ketepata secukupya di dalam persamaa Pema. Variabilitas 1 o C berpegaruh ± -3% pada Evapotraspirasi..4.3 Kelembaba Relatif Salah satu fugsi utama kelembaba udara adalah sebagai lapisa pelidug permukaa bumi. Kelembaba udara dapat meuruka suhu dega cara meyerap atau mematulka, sekurag-kuragya, setegah radiasi matahari gelombag pedek yag meuju kepermukaa bumi, kelembaba relatif (R h ) yag dapat ditulis dalam betuk (e a /e s ) x 100%. (Chay Asdak, 010). Kelembaba relatif rata-rata tahua bervariasi atara 80% da 90% dari stasiu ke stasiu. Harga bulaa jarag yag kurag dari 70% atau lebih dari 95%. Variasi kelembaba relatif ± 5% berpegaruh terhadap evapotraspirasi sebesar -3%..4.4 Peyiara Matahari Radiasi (S) matahari sagat bervariasi diseluruh faktor-faktor di Idoesia, itu tergatug pada musim lokasi atau ketiggia. Radiasi biasaya diukur lagsug dari suatu hubuga lama peyiara matahari dalam betuk: R e = R ( a + Bs )... `(.7) Dega, R e : radiasi yag diterima suatu pembukaa. Hubuga ii dapat di rumuska dalam betuk Pema sebagai berikut: R e = R ( 0,18 + 0,55 S ). Percobaa faktor S sagat kuat pegaruhya dalam evapotraspirasi, variabilitas ± 10% siar matahari ( meliputi rata-rata S = 65% ) aka berpegaruh
10 ± 9%. Hal ii begitu jauh salig berpegaruh dega 3 faktor laiya dalam daerah variabilitas ormal..4.5 Kecepata Agi Dalam satu hari, kecepata da arah agi dapat berubah-ubah. Perubaha ii serigkali disebabka oleh adaya beda suhu atara darata da lauta. Agi umumya bertiup dari bidag permukaa lebih digi ke bidag permukaa yag lebih hagat. Pada siag hari di bula kemarau, arah agi cederug bertiup dari lauta ke arah darata yag lebih hagat, (Chay Asdak, 010). Kecepata agi (W) pada sabuk tropis umumya lemah da lembab tidak secara peuh megeai kecepata agi dega ketiggia. Kecepata udara ratarata adalah -3 m/det. variasi ±1 m/det (53,7 mil/hari) berpegaruh ±3% terhadap evapotraspirasi..5 Debit Adal Debit adal adalah debit sugai yag di harapka selalu ada sepajag tahu utuk keperlua irigasi. Megigat bahwa debit sugai dapat berubah dari waktu ke waktu, sedagka debit utuk kebutuha irigasi haruslah kotiu da selalu ada, maka peetua besarya debit adal utuk setiap bulaya adalah petig. Hal ii dimaksudka utuk mecukupi kebutuha secara teratur agar tercipta recaa pola taam yag sesuai dega debit yag tersedia. Dalam hal ii Direktorat irigasi memberi batasa/defiisi bahwa debit adal adalah debit miimum sugai utuk kemugkia terpeuhi yag sudah ditetuka yag dapat dipakai utuk irigasi, ( Labdul. B 199 ). Kemugkia terpeuhi ditetapka 80 %, atau dega kata lai kemugkia bahwa debit sugai lebih redah dari debit adal 0 %. Debit ii biasa pula disebut sebagai debit dega peluag 80 % atau Q 80. Utuk meetuka kemugkia terpeuhi atau tidak terpeuhi, data debit yag ada disusu dega uruta kecil ke besar. Catata mecakup N tahu sehigga omor tigkata m debit dega kemugkia tak terpeuhi dapat dihitug dega rumus: m = 0,0 x N....(.8)
11 .6 Kebutuha Air Total kebutuha air di sawah (gross field water requiremet) umumya ditetuka oleh faktor-faktor yag meliputi: Pegguaa kosumtif taama, peyiapa laha, perkolasi atau rembesa da peggatia lapisa air. Sedagka kebutuha air bersih di sawah (et field water requiremet) disampig memperhitugka faktor-faktor di atas juga memperhitugka curah huja efektif pada daerah yag diteliti. Selajutya utuk memperhitugka kebutuha air di sawah, maka efisiesi dari jariga irigasi turut diperhitugka. Hal ii megigat sebelum air sampai ke petaka sawah, sebelumya air tersebut dialirka melalui salura-salura distribusi, yaitu salura-salura tersier, sekuder da salura iduk. Didalam salura-salura tersebut terjadi kehilaga-kehilaga air, terutama pada salura taah karea rembesa, da sebagaiya. Sehigga utuk perhituga pegambila dari sumberya (bedug), maka bayakya air irigasi tersebut perlulah ditambahka bayakya air yag hilag pada sistem jariga tersebut. Perhituga kebutuha air pada daerah irigasi ii didasarka pada eraca air (water balace) da kebutuha air di sawah. Hal ii di maksudka agar terciptaya pola taam akhir yag sesuai utuk daerah irigasi ii, (KPI-01 Hal 8).
12 .6.1 Pegguaa Kosumtif Taama Pegguaa Kosumtif Taama (Crop Comsumtive use) didefiisika sebagai jumlah air pada suatu areal taah yag diperguaka utuk traspirasi, pembetuka jariga tumbuh-tumbuha da evaporasi yaitu air diuapka dari taah da air yag diitersepsi oleh taama, (KPI-01 hal 3). Metode pedugaa evapotraspirasi (estimate method) dilakuka berdasarka faktor-faktor iklim yag mempegaruhi evapotraspirasi. Metode ii lebih bayak diguaka disebabka oleh sulitya medapatka pegukurapegukura yag akurat dilapaga. Suatu kelompok peeliti dari FAO megeai kebutuha kosumtif taama megemukaka suatu hubuga atara evapotraspirasi taama (Et crop) dega evapotraspirasi taama acua (Eto) dega koefisie taama (kc). Hubuga yag direkomedasika oleh FAO ii dalam betuk rumus dapat ditulis sebagai berikut: Etc = kc x Eto...(.9) Dimaa, Etc : pegguaa kosumtif taama (mm/hr) Eto : evapotraspirasi taama acua (mm/hr) kc : koefisie taama. Disampig itu pula FAO megajurka dimaa utuk daerah terdapat data pegukura megeai suhu, kelembaba, kecepata agi da lama peyiara matahari atau radiasi, betuk persamaa pema yag dimodifikasi meurut FAO ii adalah: ETo = w (0,75 Rs R1) + (1 w) f(u) (ea ed)...(.10) Dimaa, Eto : evapotraspirasi taama acua (mm/hr) W : faktor utuk memperhitugka suhu R : radiasi bersih (etto) dega evaporai (mm/hr) F (u) : fugsi yag berhubuga dega agi (ea-ed) : perbedaa atara tekaa uap jeuh pada suhu udara rata-ratadega tekaa uap udara sebearya rata-rata (m bar).
13 c : faktor peyesuaia utuk megkompesasi kodisi siag da malam..6. Peyiapa Laha da Peggatia Lapisa Air Tidaka operasioal pertama yag dilaksaaka secara umum pada jadwal peaama (pola taam) pada suatu daerah irigasi adalah peyiapa laha (lad prepiratio). Peyiapa laha ii meliputi: pegolaha laha sawah (puddlig), pejeuha (presaturatio) da peggeaaga sawah pada awal trasplatasi. Kebutuha air utuk pegolaha laha (puddlig water requiremet) umumya meetuka kebutuha maksimum air irigasi pada suatu daerah irigasi. Pegolaha laha utuk keperlua peaama padi sawah aka membutuhka air irigasi lebih bayak dari pada pegolaha laha utuk palawija. Faktor-faktor petig yag meetuka besarya kebutuha air utuk meyalesaika pekerjaa peyiapa laha da jumlah air yag diperluka selama peyiapa laha berlagsug. Jagka waktu peyiapa laha bervariasi da umumya ditetuka oleh tersediaya teaga kerja da terak peghela atau traktor utuk meggarap taah. Perhituga kebutuha air irigasi selama peyiapa laha diguaka metode yag dikembagka oleh Va de Goor da Zijlstra (1968),(KPI-01 hal 30) Metode tersebut didasarka pada laju air kosta dalam I/det selama peyiapa laha da meghasilka rumus sebagai berikut: M. e k IR =... (.11) (e k - 1) Dimaa, IR : Kebutuha air irigasi ditigkat persawaha (mm/hr) M : Kebutuha air utuk meggati/megkompesasi kehilaga air akibat evaporasi da perkolasi disawah yag sudah dijeuhka: M = Eo + P (mm/hr) Eo : evaporasi air terbuka yag diambil 1,1 Eto selama peyiapa laha (mm/hr) P : perkolasi.
14 .6.3 Perkolasi Perkolasi diartika sebagai kecepata air yag meresap ke bawah atau ke sampig taah. Perkolasi merupaka faktor yag meetuka kebutuha air taama (ETc = evaporasi kosumtif). Laju perkolasi sagat bergatug kepada sifat-sifat taah, tekstur taah da kemampua butir-butir taah utuk megikat air (sifat phisis taah) serta kedalama air taah. Maki berat taahya (silt clay) agkaya maki kecil da maki riga taahya (pasir) agkaya maki besar. Besarya agka perkolasi hampir sama sepajag musim taam, kecuali bila pada suatu saat terjadi kekeriga, sehigga permukaa sawah mejadi retak-retak, dega demikia agka perkolasi aka besar. Dari hasil-hasil peyelidika taah pertaia da peyelidika kelulusa, besarya laju perkolasi serta tigkat kecocoka taah utuk pegolaha taah dapat ditetapka da diajurka pemakaia ya. Gua meetuka laju perkolasi, tiggi muka air taah juga harus diperhitugka. Perembesa terjadi akibat meresapya air melalui taggul sawah, (KPI-01 hal 36).6.4 Curah Huja Efektif Curah huja efektif adalah curah huja yag jatuh selama tumbuh taama yag dapat diperguaka utuk memeuhi kebutuha kosumtif taama. Kebutuha air taama dapat dipeuhi secara peuh atau sebagia oleh curah huja. Namu tidak semua curah huja adalah efektif da sebagia bisa hilag oleh limpasa permukaa (surface ru off), perkolasi dalam (deep perkolasi) atau evaporasi. Sebagia dari huja yag besar da itesitas tiggi yag dapat masuk da tersimpa di daerah aka dega keefektifa yag redah..6.5 Efisiesi Irigasi Efisiesi irigasi (e) adalah agka perbadiga dari jumlah debit air irigasi yag dipakai dega jumlah debit air irigasi yag dialirka da diyataka dalam perse (%). Utuk tujua-tujua perecaaa, diaggap seperempat atau sepertiga dari jumlah air yag diambil aka hilag sebelum air itu sampai di sawah. Kehilaga ii disebabka oleh kegiata eksploitasi, evaporasi da rembesa. Efisiesi irigasi keseluruha rata-rata berkisar atara 59% - 73%. Kebutuha air
15 didalam jariga atau kebutuha air yag harus disadap dari pitu sadap pada bedug utuk dimasukka kedalam jariga, lebih besar dari pada kebutuha air dipetak sawah, karea masih diperluka utuk meggati air yag hilag didalam jariga. Kehilaga air didalam jariga ii dapat disebabka oleh kehilaga pada saat eksploitasi (operatio loos) da kehilaga pada peghatara (coveyace loos). Kehilaga pada eksploitasi ii dipegaruhi oleh keterampila dari petugas-petugas eksploitasi da juga dipegaruhi oleh kodisi jariga (pitu-pitu, bagua-bagua pegatur da bagua-bagua pegukur debit)..7 Pola Taam da Kebutuha Air Perhituga kebutuha air pada daerah irigasi ii didasarka pada eraca air (water balace) atara lai yag tersedia pada sugai (debit adala) da kebutuha air irigasi (di sawah). Hal ii dimaksudka tercipta pola taam akhir yag sesuai utuk daerah irigasi ii. Pada umumya jumlah air yag dibutuhka utuk peyiapa laha dapat ditetuka berdasarka kedalama serta porositas taah di sawah, (KPI-01 hal 8).
ANALISIS CURAH HUJAN WILAYAH
Lapora Praktikum Hari/taggal : Rabu 7 Oktober 2009 HIDROLOGI Nama Asiste : Sisi Febriyati M. Yohaes Ariyato. ANALISIS CURAH HUJAN WILAYAH Lilik Narwa Setyo Utomo J3M108058 TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah.
BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Perumusa - Sasara - Tujua Pegidetifikasia da orietasi - Masalah Studi Pustaka Racaga samplig Pegumpula Data Data Primer Data Sekuder
Lebih terperinciKata kunci : kebutuhan air, ketersediaan air, efisiensi.
KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI JARINGAN IRIGASI TERHADAP KEBUTUHAN AIR PADA TANAMAN PADI (STUDI KASUS IRIGASI KAITI SAMO KECAMATAN RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU) AHMAD ANSORI 1 ANTON ARIYANTO, M.Eg 2 SYAHRONI,
Lebih terperinciBab 3 Metode Interpolasi
Baha Kuliah 03 Bab 3 Metode Iterpolasi Pedahulua Iterpolasi serig diartika sebagai mecari ilai variabel tergatug tertetu, misalya y, pada ilai variabel bebas, misalya, diatara dua atau lebih ilai yag diketahui
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Debit rencana adalah besarnya debit pada periode ulang tertentu yang
BAB III LANDASAN TEORI 3. Debit Recaa Debit recaa adalah besarya debit pada periode ulag tertetu yag diperkiraka aka melalui bagua air yag telah direcaaka. 3... Huja rerata kawasa Huja rerata kawasa adalah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI. Uraia Umum Bedug merupaka bagua air, dimaa dalam perecaaa da pelaksaaaya melibatka berbagai disipli ilmu yag medukug, seperti ilmu hidrologi, irigasi, tekik sugai, podasi, mekaika
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da Waktu peelitia Peelitia dilakuka pada budidaya jamur tiram putih yag dimiliki oleh usaha Yayasa Paguyuba Ikhlas yag berada di Jl. Thamri No 1 Desa Cibeig, Kecamata Pamijaha,
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
6 BAB ANALISIS DAN PEMBAHASAN Lokasi objek peelitia berada di ruas jala Solo Jogja, dimulai dari Km 15+000 da berakhir di Km 15+500, lebar bada jala 7,5 m da lebar bahu jala m, sedagka jala pembadig berada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Umum Bajir Meurut Suripi (2003) adalah suatu kodisi di maa tidak tertampugya air dalam salura pembuag (palug sugai) atau terhambatya alira air di dalam salura
Lebih terperinciREGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan
REGRESI LINIER DAN KORELASI Variabel dibedaka dalam dua jeis dalam aalisis regresi: Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yag mudah didapat atau tersedia. Dapat diyataka dega X 1, X,, X k
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Pengumpulan Data Pembuatan plot contoh
BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat da Waktu Peelitia Pegambila data peelitia dilakuka di areal revegetasi laha pasca tambag Blok Q 3 East elevasi 60 Site Lati PT Berau Coal Kalimata Timur. Kegiata ii dilakuka
Lebih terperinciMANAJEMEN RISIKO INVESTASI
MANAJEMEN RISIKO INVESTASI A. PENGERTIAN RISIKO Resiko adalah peyimpaga hasil yag diperoleh dari recaa hasil yag diharapka Besarya tigkat resiko yag dimasukka dalam peilaia ivestasi aka mempegaruhi besarya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Racaga da Jeis Peelitia Racaga peelitia ii adalah deskriptif dega pedekata cross sectioal yaitu racaga peelitia yag meggambarka masalah megeai tigkat pegetahua remaja tetag
Lebih terperinciKONTRIBUSI WADUK PEUDADA TERHADAP KEBUTUHAN AIR KABUPATEN BIREUEN
KONTRIBUSI WADUK PEUDADA TERHADAP KEBUTUHAN AIR KABUPATEN BIREUEN Wesli Jurusa Tekik Sipil Uiversitas Malikussaleh email: wesli@uimal.ac.id Abstrak Kebutuha air di Kabupate Bireue semaki hari semaki meigkat,
Lebih terperinciBAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH
89 BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Dalam upaya mearik kesimpula da megambil keputusa, diperluka asumsi-asumsi da perkiraa-perkiraa. Secara umum hipotesis statistik merupaka peryataa megeai distribusi probabilitas
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di Kawasa Patai Ayer, Kabupate Serag Provisi Bate. Lokasi ii dipilih secara segaja atau purposive karea Patai Ayer merupaka salah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Variabel da Defiisi Operasioal Variabel-variabel yag diguaka pada peelitia ii adalah: a. Teaga kerja, yaitu kotribusi terhadap aktivitas produksi yag diberika oleh para
Lebih terperinci2. BAB II KAJIAN PUSTAKA KAJIAN PUSTAKA
. BAB II KAJIAN PUSTAKA KAJIAN PUSTAKA.. TINJAUAN UMUM Dalam perecaaa pekerjaa selalu dibutuhka kajia pustaka. Sebab dega kajia pustaka dapat ditetuka spesifikasi spesifikasi yag mejadi acua dalam pelaksaaa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28
5 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Peelitia da Waktu Peelitia Sehubuga dega peelitia ii, lokasi yag dijadika tempat peelitia yaitu PT. Siar Gorotalo Berlia Motor, Jl. H. B Yassi o 8 Kota Gorotalo.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA
BAB IV ANALII HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA 4.1. TINJAUAN UMUM Dalam merecaaka ormalisasi sugai, aalisis yag petig perlu ditijau adalah aalisis hidrologi. Aalisis hidrologi diperluka utuk meetuka besarya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Hidrologi Air di bumi ii megulagi terus meerus sirkulasi peguapa, presipitasi da pegalira keluar (outflow). Air meguap ke udara dari permukaa taah da laut, berubah mejadi awa
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA 4.1 Meetuka udara masuk (efisiesi volumetrik) da efisiesi pegirima pada hasil uji 4.1.1 Rumus udara masuk (efisiesi volumetrik) da efisiesi pegirima Jumlah volume
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
I I BAB II LANDASAN TEORI.. URAIAN UMUM Dalam suatu perecaaa pekerjaa, diperluka pemahama terhadap teori pedukug agar didapat hasil yag maksimal. Oleh karea itu, sebelum memulai perecaaa rehabilitasi bedug
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Desa Pringgondani Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur, dengan areal
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat da waktu peelitia Peelitia dilaksaaka pada laha pertaama padi sawah irigasi Kelompok Tai Sri Mulya Desa Priggodai Kecamata Sukadaa Kabupate Lampug Timur, dega areal pertaama
Lebih terperinciPERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN
BAB II DASAR TEORI.1 TINJAUAN UMUM Dalam pekerjaa perecaaa suatu beduga diperluka bidag-bidag ilmu pegetahua yag salig medukug demi kesempuraa hasil perecaaa. Bidag ilmu pegetahua itu atara lai geologi,
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da waktu Peelitia ii dilakuka di PD Pacet Segar milik Alm Bapak H. Mastur Fuad yag beralamat di Jala Raya Ciherag o 48 Kecamata Cipaas, Kabupate Ciajur, Propisi Jawa Barat.
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1 URAIAN UMUM
BAB II DASAR TEORI.1 URAIAN UMUM Bedug merupaka bagua air, dimaa dalam perecaaa da pelaksaaaya melibatka berbagai disipli ilmu yag medukug, seperti ilmu hidrologi, hidrolika, irigasi, tekik sugai, podasi,
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1 URAIAN UMUM
BAB II DASAR TEORI. URAIAN UMUM Bedug merupaka bagua air, dimaa dalam perecaaa da pelaksaaaya melibatka berbagai disipli ilmu yag medukug, seperti ilmu hidrologi, irigasi, tekik sugai, podasi, mekaika
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman Padi sawah tadah hujan (Oryza
III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Tempat da Waktu Peelitia Peelitia dilaksaaka pada laha pertaama Padi sawah tadah huja (Oryza Sativa L.) di Kelompok Tai Karya Tai I Desa Karag Rejo Kecamata Jati Agug Kabupate
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 2 (2018), Hal ISSN :
Estimasi Curah Huja di Kota Potiaak Megguaka Metode Propagasi Balik Berdasarka Parameter Cuaca da Suhu Permukaa Laut Ika Oktaviaigsih a, Muliadi b*, Apriasyah c a Prodi Fisika, b Prodi Geofisika, c Prodi
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI.1 Tijaua Umum Dalam pekerjaa perecaaa suatu embug diperluka bidag-bidag ilmu pegetahua yag salig medukug demi kesempuraa hasil perecaaa. Bidag ilmu pegetahua itu atara lai geologi, hidrologi,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pengertian
TINJAUAN PUSTAKA Pegertia Racaga peelitia kasus-kotrol di bidag epidemiologi didefiisika sebagai racaga epidemiologi yag mempelajari hubuga atara faktor peelitia dega peyakit, dega cara membadigka kelompok
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Aalisis regresi mejadi salah satu bagia statistika yag palig bayak aplikasiya. Aalisis regresi memberika keleluasaa kepada peeliti utuk meyusu model hubuga atau pegaruh
Lebih terperinciANALISIS INTENSITAS HUJAN DI STASIUN KALIBAWANG KABUPATEN KULONPROGO
ANALISIS INTENSITAS HUJAN DI STASIUN KALIBAWANG KABUPATEN KULONPROGO Titiek Widyasari 1 1 Program Studi Tekik Sipil, Uiversitas Jaabadra Yogyakarta, Jl. Tetara Rakyat Mataram 55 57 Yogyakarta Email: myso_jayastu@yahoo.co.id
Lebih terperinciKAJIAN METODE EMPIRIS UNTUK MENGHITUNG DEBIT BANJIR SUNGAI NEGARA DI RUAS KECAMATAN SUNGAI PANDAN (ALABIO)
ISSN 085-5761 (Prit) Jural POROS TEKNIK, Volume 8 No., Desember 016 : 55-103 ISSN 44-7764 (Olie) KAJIAN METODE EMPIRIS UNTUK MENGHITUNG DEBIT BANJIR SUNGAI NEGARA DI RUAS KECAMATAN SUNGAI PANDAN (ALABIO)
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi da Waktu Pegambila Data Pegambila data poho Pius (Pius merkusii) dilakuka di Huta Pedidika Guug Walat, Kabupate Sukabumi, Jawa Barat pada bula September 2011.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB LANDASAN TEORI.1 Aalisis Regresi Istilah regresi pertama kali diperkealka oleh seorag ahli yag berama Facis Galto pada tahu 1886. Meurut Galto, aalisis regresi berkeaa dega studi ketergatuga dari suatu
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA II-1
BAB II STUDI PUSTAKA.. Hidrologi Data hidrologi adalah kumpula keteraga atau fakta megeai feomea hidrologi seperti besarya : curah huja, temperatur, peguapa, lamaya peyiara matahari, kecepata alira, kosetrasi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
30 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Peelitia Metode yag diguaka dalam peelitia adalah metode deskriptif, yaitu peelitia yag didasarka pada pemecaha masalah-masalah aktual yag ada pada masa sekarag.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di alam kita ini. Meliputi berbagai bentuk air, yang menyangkut
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Uraia Umum Hidrologi adalah suatu ilmu yag mejelaska tetag kehadira da geraka air yag ada di alam kita ii. Meliputi berbagai betuk air, yag meyagkut perubaha-perubahaya atara
Lebih terperinciANALISA KAPASITAS SALURAN PRIMER TERHADAP PENGENDALIAN BANJIR (Studi Kasus Sistem Drainase Kota Langsa)
ANALISA KAPASITAS SALURAN PRIMER TERHADAP PENGENDALIAN BANJIR (Studi Kasus Sistem Draiase Kota Lagsa) Fachrizal 1), Wesli 2) 1) Alumi Tekik Sipil, 2) Dose Jurusa Tekik Sipil, Uiversitas Malikussaleh email:
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crantz)
III. METODE PENELITIAN A. Tempat da Waktu Peelitia dilaksaaka di laha pertaama ubi kayu (Maihot esculeta Cratz) PT Nusatara Tropical Fruit Blok 731 (Gambar 1, lampira) Kecamata Labuha Ratu Lampug Timur,
Lebih terperincikesimpulan yang didapat.
Bab ii merupaka bab peutup yag merupaka hasil da kesimpula dari pembahasa serta sara peulis berdasarka kesimpula yag didapat. BAB LANDASAN TEORI. Kosep Dasar Peramala Peramala adalah kegiata utuk memperkiraka
Lebih terperincib. Penyajian data kelompok Contoh: Berat badan 30 orang siswa tercatat sebagai berikut:
Statistik da Peluag A. Statistik Statistik adalah metode ilmiah yag mempelajari cara pegumpula, peyusua, pegolaha, da aalisis data, serta cara pegambila kesimpula berdasarka data-data tersebut. Data ialah
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia ii dilaksaaka di Kota Bogor Pemiliha lokasi peelitia berdasarka tujua peelitia (purposive) dega pertimbaga bahwa Kota Bogor memiliki jumlah peduduk yag
Lebih terperinciMATERI 13 ANALISIS TEKNIKAL ANALISIS TEKNIKAL
MATERI 13 ANALISIS TEKNIKAL ASUMSI-ASUMSI DASAR ANALISIS TEKNIKAL KEUNTUNGAN DAN KRITIK TERHADAP ANALISIS TEKNIKAL TEKNIK-TEKNIK DALAM ANALISIS TEKNIKAL - The Dow Theory - Chart Pola Pergeraka Harga Saham
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia Daerah peelitia adalah Kota Bogor yag terletak di Provisi Jawa Barat. Pemiliha lokasi ii berdasarka pertimbaga atara lai: (1) tersediaya Tabel Iput-Output
Lebih terperinciTINJAUAN LITERATUR. berlangsung terus-menerus. Serangkaian peristiwa tersebut dinamakan siklus
TINJAUAN LITERATUR Siklus Hidrologi Secara keseluruha jumlah air di plaet bumi relatif tetap dari masa ke masa. Air di bumi megalami suatu siklus melalui seragkaia peristiwa yag berlagsug terus-meerus.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya
5 BAB II LANDASAN TEORI Dalam tugas akhir ii aka dibahas megeai peaksira besarya koefisie korelasi atara dua variabel radom kotiu jika data yag teramati berupa data kategorik yag terbetuk dari kedua variabel
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman padi (Oryza sativa L.) Kelompok
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat da Waktu Peelitia Peelitia dilaksaaka pada laha pertaama padi (Oryza sativa L.) Kelompok Tai Karya Subur Desa Pesawara Idah Kecamata Padag Cermi Kabupate Pesawara dega
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Peelitia Peelitia ii dilaksaaka di kawasa huta magrove, yag berada pada muara sugai Opak di Dusu Baros, Kecamata Kretek, Kabupate Batul. Populasi dalam peelitia ii adalah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung
42 III. METODE PENELITIAN 3.. Lokasi da Waktu Peelitia Lokasi peelitia dilakuka di Provisi Sumatera Barat yag terhitug mulai miggu ketiga bula April 202 higga miggu pertama bula Mei 202. Provisi Sumatera
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORI
BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 ISTILAH KEENDUDUKAN 2.1.1 eduduk eduduk ialah orag atatu idividu yag tiggal atau meetap pada suatu daerah tertetu dalam jagka waktu yag lama. 2.1.2 ertumbuha eduduk ertumbuha peduduk
Lebih terperinciANALISIS TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN Erie Sadewo
ANALISIS TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2010 Erie Sadewo Kodisi Makro Ekoomi Kepulaua Riau Pola perekoomia suatu wilayah secara umum dapat diyataka meurut sisi peyediaa (supply), permitaa
Lebih terperinciHubungan Antara Panjang Antrian Kendaraan dengan Aktifitas Samping Jalan
Hubuga Atara Pajag Atria Kedaraa dega Aktifitas Sampig Jala Frasiscus Mitar Ferry Sihotag Jurusa Tekik Sipil Fakultas Desai da Tekik Perecaaa Uiversitas Pelita Harapa. fmitarfs@yahoo.com, fmitarfs@uph.edu
Lebih terperinciANALISA KAPASITAS EMBUNG UNTUK SUPLAI AIR IRIGASI (STUDI KASUS : DESA SENDAYAN, KECAMATAN KAMPAR UTARA)
ANALISA KAPASITAS EMBUNG UNTUK SUPLAI AIR IRIGASI (STUDI KASUS : DESA SENDAYAN, KECAMATAN KAMPAR UTARA) Apdai Irpa 1, Bambag Sujatmoko, Ady Hedri, 1 Jurusa Tekik Sipil, Program S-1, Fakultas Tekik Uiversitas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu:
4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Model matematis da tahapa matematis Secara umum tahapa yag harus ditempuh dalam meyelesaika masalah matematika secara umerik da megguaka alat batu komputer, yaitu: 2.1.1 Tahap
Lebih terperinciJARINGAN STASIUN HUJAN DITINJAU DARI TOPOGRAFI PADA DAS WIDAS KABUPATEN NGANJUK - JAWA TIMUR
JARINGAN STASIUN HUJAN DITINJAU DARI TOPOGRAFI PADA DAS WIDAS KABUPATEN NGANJUK - JAWA TIMUR Eri Prawati Jurusa Tekik Sipil Uiversitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewatara 15 A Metro, Lampug. Email
Lebih terperinciUkuran Pemusatan. Pertemuan 3. Median. Quartil. 17-Mar-17. Modus
-Mar- Ukura Pemusata Pertemua STATISTIKA DESKRIPTIF Statistik deskripti adalah pegolaha data utuk tujua medeskripsika atau memberika gambara terhadap obyek yag diteliti dega megguaka sampel atau populasi.
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Dalam merencanakan bangunan air, analisis awal yang perlu ditinjau adalah
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Tijaua Umum Dalam merecaaka bagua air, aalisis awal yag perlu ditijau adalah aalisa hidrologi. Aalisa hidrologi diperluka utuk meetuka besarya debit bajir recaa yag maa
Lebih terperinciBAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA DAN FAKTOR DISKON
BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARA DAN FAKTOR DIKON 3.1 Ecoomic Order Quatity Ecoomic Order Quatity (EOQ) merupaka suatu metode yag diguaka utuk megedalika
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian tentang Potensi Ekowisata Hutan Mangrove ini dilakukan di Desa
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia tetag Potesi Ekowisata Huta Magrove ii dilakuka di Desa Merak Belatug, Kecamata Kaliada, Kabupate Lampug Selata. Peelitia ii dilaksaaka atara
Lebih terperinciBab III Metoda Taguchi
Bab III Metoda Taguchi 3.1 Pedahulua [2][3] Metoda Taguchi meitikberatka pada pecapaia suatu target tertetu da meguragi variasi suatu produk atau proses. Pecapaia tersebut dilakuka dega megguaka ilmu statistika.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dalam penelitian ini termasuk ke dalam data yang diambil dari Survei Pendapat
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jeis da Sumber Data Jeis peelitia yag aka diguaka oleh peeliti adalah jeis peelitia Deskriptif. Dimaa jeis peelitia deskriptif adalah metode yag diguaka utuk memperoleh
Lebih terperinciFORECASTING (Peramalan)
FORECASTING (Peramala) PENDAHULUAN Forecastig adalah ramala tetag apa yag aka terjadi dimasa yag aka datag. Forecast Demad atau peramala permitaa mejadi dasar yag sagat petig dalam perecaaa suatu keputusa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB PENDAHULUAN. Latar Belakag Didalam melakuka kegiata suatu alat atau mesi yag bekerja, kita megeal adaya waktu hidup atau life time. Waktu hidup adalah lamaya waktu hidup suatu kompoe atau uit pada
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. kelas VIII semester ganjil SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011
III. METODE PENELITIAN A. Latar Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia yag megguaka total sampel yaitu seluruh siswa kelas VIII semester gajil SMP Sejahtera I Badar Lampug tahu pelajara 2010/2011 dega
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB LANDASAN TEORI.1 Distribusi Ekspoesial Fugsi ekspoesial adalah salah satu fugsi yag palig petig dalam matematika. Biasaya, fugsi ii ditulis dega otasi exp(x) atau e x, di maa e adalah basis logaritma
Lebih terperinciPedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai
PENGUJIAN HIPOTESIS Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai ilai-ilai parameter populasi,
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI PENELITIAN
BAB V METODOLOGI PEELITIA 5.1 Racaga Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia kualitatif dega metode wawacara medalam (i depth iterview) utuk memperoleh gambara ketidaklegkapa pegisia berkas rekam medis
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN
III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peelitia Metode peelitia merupaka suatu cara tertetu yag diguaka utuk meeliti suatu permasalaha sehigga medapatka hasil atau tujua yag diigika, meurut Arikuto (998:73)
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman jagung (Zea mays, L.) Kelompok
III. BAHAN DAN METODE A. Tempat da Waktu Peelitia Peelitia dilaksaaka pada laha pertaama jagug (Zea mays, L.) Kelompok Tai Tai Makmur yag secara admiistratif berada di wilayah Desa Siar Mulya Kecamata
Lebih terperinciSOAL PRAPEMBELAJARAN MODEL PENILAIAN FORMATIF BERBANTUAN WEB-BASED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA
Lampira 1. Prapembelajara SOAL PRAPEMBELAJARAN MODEL PENILAIAN FORMATIF BERBANTUAN WEB-BASED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA Satua Pedidika : SMK Mata Pelajara : Fisika Kelas/ Semester
Lebih terperinciBAB V ANALISIS HIDROLIKA
47 BAB V ANALISIS HIDROLIKA 5. URAIAN UMUM Dalam perecaaaa draiase da pegedalia bajir, aalisis yag perlu ditijau adalah aalisis hidrologi da aalisis hidrolika. Aalisis hidrolika dalam tugas akhir ii diperluka
Lebih terperinciKIMIA. Sesi. Sifat Koligatif (Bagian II) A. PENURUNAN TEKANAN UAP ( P)
KIMIA KELAS XII IA - KURIKULUM GABUNGAN 02 Sesi NGAN Sifat Koligatif (Bagia II) Iteraksi atara pelarut da zat megakibatka perubaha fisik pada kompoekompoe peyusu laruta. Salah satu sifat yag diakibatka
Lebih terperinci6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi
6. Pecacaha Lajut Relasi Rekuresi Relasi rekuresi utuk dereta {a } adalah persamaa yag meyataka a kedalam satu atau lebih suku sebelumya, yaitu a 0, a,, a -, utuk seluruh bilaga bulat, dega 0, dimaa 0
Lebih terperinciLEVELLING 1. Cara pengukuran PENGUKURAN BEDA TINGGI DENGAN ALAT SIPAT DATAR (PPD) Poliban Teknik Sipil 2010LEVELLING 1
LEVELLING 1 PENGUKURAN SIPAT DATAR Salmai,, ST, MS, MT 21 PENGUKURAN BEDA TINGGI DENGAN ALAT SIPAT DATAR (PPD) Jika dua titik mempuyai ketiggia yag berbeda, dikataka mempuyai beda tiggi. Beda tiggi dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hidrologi Siklus hidrologi menunjukkan gerakan air di permukaan bumi. Selama berlangsungnya Siklus hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bagi Negara yang mempunyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi lautan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Bagi Negara yag mempuyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yag dikeliligi lauta, laut merupaka saraa trasportasi yag dimia, sehigga laut memiliki peraa yag petig bagi
Lebih terperinciREGRESI DAN KORELASI SEDERHANA
REGRESI DAN KORELASI SEDERHANA Apa yag disebut Regresi? Korelasi? Aalisa regresi da korelasi sederhaa membahas tetag keterkaita atara sebuah variabel (variabel terikat/depede) dega (sebuah) variabel lai
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di SMA Negeri Way Jepara Kabupate Lampug Timur pada bula Desember 0 sampai dega Mei 03. B. Populasi da Sampel Populasi dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. bukit yang mengalirkan air dari hulu sampai ke hilir (Effendi, 2012).
BAB II KAJIAN PUSTAKA.1. Daerah Alira Sugai (DAS) Daerah Alira Sugai (DAS) adalah daerah yag dibatasi oleh puggug bukit yag megalirka air dari hulu sampai ke hilir (Effedi, 01). Debit merupaka jumlah air
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS.1 Pegertia-pegertia Lapaga pekerjaa adalah bidag kegiata dari pekerjaa/usaha/ perusahaa/kator dimaa seseorag bekerja. Pekerjaa utama adalah jika seseorag haya mempuyai satu pekerjaa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif karena bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik mahasiswa
54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeis Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia deskriptif dega pedekata kuatitatif karea bertujua utuk megetahui kompetesi pedagogik mahasiswa setelah megikuti mata kuliah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Umum Draiase merupaka sebuah sistem yag dibuat utuk meagai persoala kelebiha air yag berada di atas permukaa taah maupu air yag berada dibawah permukaa taah. Kelebiha air dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB PENDAHULUAN. Latar Belakag Statistika iferesi merupaka salah satu cabag statistika yag bergua utuk meaksir parameter. Peaksira dapat diartika sebagai dugaa atau perkiraa atas sesuatu yag aka terjadi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Peelitia Pada bab ii aka dijelaska megeai sub bab dari metodologi peelitia yag aka diguaka, data yag diperluka, metode pegumpula data, alat da aalisis data, keragka
Lebih terperinciSta Kalibaku ng (mm/thn ) CH Wilayah (X) (mm/th n) 138, ,00 176, ,33 181,00 188, , , , ,00 135,66 133,00
Tahu Margas ari (mm/th Dukuh Warigi (mm/th Kalibaku g (mm/th 35 5 3 2 3 28 43 3 22 9 29 4 3 42 6 5 65 253 25 6 22 25 39 64 55 84 8 8 63 4 9 29 46 36 5 24 2 53 2 2 6 8 6 3 29 29 4 25 52 25 CH Wilayah (X
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Saham Saham adalah surat berharga yag dapat dibeli atau dijual oleh peroraga atau lembaga di pasar tempat surat tersebut diperjualbelika. Sebagai istrumet ivestasi, saham memiliki
Lebih terperinciPENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA D. PENAKSIRAN BIAYA JANGKA PANJANG E. PERAMALAN BIAYA
PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA Ari Darmawa, Dr. S.AB, M.AB Email: aridarmawa_fia@ub.ac.id A. PENDAHULUAN B. PENAKSIRAN DAN PRAKIRAAN FUNGSI BIAYA C. PENAKSIRAN JANGKA PENDEK - Ekstrapolasi sederhaa - Aalisis
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur
0 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di SMA Negeri Way Jepara Kabupate Lampug Timur pada bula Desember 0 sampai Mei 03. B. Populasi da Sampel Populasi dalam peelitia
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA.. Tijaua Umum Dalam pekerjaa perecaaa suatu embug diperluka bidag-bidag ilmu pegetahua yag salig medukug demi kesempuraa hasil perecaaa. Bidag ilmu pegetahua itu atara lai geologi,
Lebih terperinciBAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL
BAB VIII MASAAH ESTIMASI SAT DAN DA SAMPE 8.1 Statistik iferesial Statistik iferesial suatu metode megambil kesimpula dari suatu populasi. Ada dua pedekata yag diguaka dalam statistik iferesial. Pertama,
Lebih terperinciDr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR
3.1. Kebutuhan Air Untuk Irigasi BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan
Lebih terperincii adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas.
4 D E R E T Kosep deret merupaka kosep matematika yag cukup populer da aplikatif khusuya dalam kasus-kasus yag meyagkut perkembaga da pertumbuha suatu gejala tertetu. Apabila perkembaga atau pertumbuha
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disai Peelitia Tujua Jeis Peelitia Uit Aalisis Time Horiso T-1 Assosiatif survey Orgaisasi Logitudial T-2 Assosiatif survey Orgaisasi Logitudial T-3 Assosiatif survey Orgaisasi
Lebih terperinciTINJAUAN LITERATUR. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau,
TINJAUAN LITERATUR Siklus Hidrologi Air permukaa, baik yag megalir maupu yag tergeag (daau, waduk, rawa), da sebagia air bawah permukaa aka terkumpul da megalir membetuk sugai da berakhir ke laut. Proses
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Maajeme risiko merupaka salah satu eleme petig dalam mejalaka bisis perusahaa karea semaki berkembagya duia perusahaa serta meigkatya kompleksitas aktivitas perusahaa
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
III-1 BAB III 3.1 URAIAN UMUM Bedug merupaka bagua air, dimaa dalam perecaaa da pelaksaaaya melibatka berbagai disipli ilmu yag medukug, seperti ilmu hidrologi, hidrolika, irigasi, tekik sugai, podasi,
Lebih terperinciANALISIS DEBIT BANJIR SUNGAI RANOYAPO MENGGUNAKAN METODE HSS GAMA-I DAN HSS LIMANTARA
ANALISIS DEBIT BANJIR SUNGAI RANOYAPO MENGGUNAKAN METODE HSS GAMA-I DAN HSS LIMANTARA Jeffier Adrew Robot Tiy Maaoma, Evelie Wuisa, Hay Tagkudug Fakultas Tekik, Jurusa Tekik Sipil Uiversitas Sam Ratulagi
Lebih terperinci