KAJIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BENGKEL DI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BENGKEL DI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNY"

Transkripsi

1 51 KAJIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BENGKEL DI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNY Nur Hdayat, Indah Wahyun Penddkan Teknk Spl dan Perencanaan FT UNY Emal: ABSTRACT The objectve of ths study was to analyse: (1) the plan (2) the mplementaton, and (3) the evaluaton of the Occupatonal Safety and Health (OSH) management n the workshop of the Department of Cvl Engneerng and Plannng Educaton, Faculty of Engneerng, Yogyakarta State Unversty (YSU). Ths study was categorsed nto descrptve study that scentfcally explaned the workplace envronment of the workshop specfcally n terms of the OSH management. The data collecton technques used observatons, ntervews and questonnares. The data of ths study was analysed descrptvely. Ths study presented the detaled descrptons of the collected data n the feld. The results revealed (1) It s crucal to develop a more systematc OSH management plan n the workshop of the Department of Cvl Engneerng and Plannng Educaton, Faculty of Engneerng, YSU (2) the plannng polces and the mplementaton of the OSH management need a contnual mprovement and (3) the evaluaton of the OSH management should be conducted smultaneously by the stakeholders, the lecturers and the techncans. (4) The OSH polcy n the practces should be properly organsed to promote the OSH culture n the workshop. (5) The OSH management control and revew were prortsed for fosterng the effectveness of the OSH management mplementaton. Keywords: occupatonal safety and health, OSH culture, OSH management system ABSTRAK Peneltan n bertujuan untuk mengetahu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) d Bengkel Jurusan Penddkan Teknk Spl dan Perencanaan FT UNY. Peneltan n merupakan peneltan deskrptf (descrptve reasearch) yang memaparkan secara lmah keadaan d lngkungan bengkel khususnya mengena aspek K3. Metode pengumpulan data menggunakan observas, wawancara, dan angket. Analss data menggunakan analss deskrptf. Peneltan n mendeskrpskan secara detal terhadap apa yang dtemukan dalam pengamblan data. Hasl peneltan n menunjukkan bahwa: (1) Perencanaan K3 d bengkel mash perlu dperbak agar lebh matang dan sstemats. (2) Pelaksanaan K3 d bengkel mash perlu dtngkatkan terkat dengan kebjakan perencanaan dan pelaksanaan. (3) Evaluas K3 d bengkel perlu dlakukan secara smultan oleh phak penentu kebjakan, dosen, dan tekns. (4) Budaya K3 d bengkel mash perlu dtngkatkan dengan penetapan kebjakan mengena K3 dalam proses pembelajaran praktk. (5) Faktor pennjauan dan penngkatan knerja K3 perlu dlakukan untuk menjamn kesesuaan dan efektvtas penerapan sesua Sstem Manajemen K3. Kata kunc: budaya K3, keselamatan dan kesehatan kerja, sstem manajemen K3 PENDAHULUAN Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan bagan pentng pada suatu pekerjaan d laboratorum, perusahaan, maupun bengkel. Resko kegagalan (rsk of falures) akan selalu ada pada suatu aktftas pekerjaan yang dsebabkan perencanaan yang kurang sempurna, pelaksanaan yang kurang cermat, maupun akbat yang tdak dsengaja. Salah satu resko pekerjaan yang dapat terjad adalah adanya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja (work accdent) akan mengakbatkan adanya efek kerugan (loss) seberapapun jumlahnya. Oleh karena tu sedapat mungkn kecelakaan kerja harus dcegah, apabla memungknan dapat dhlangkan, atau setdaktdaknya dkurang dampaknya. Penanganan masalah keselamatan kerja d tempat kerja harus dlakukan secara serus. Penanganan d tempat kerja tersebut juga

2 52 Jurnal Penddkan Teknolog dan Kejuruan, Volume 23, Nomor 1, Me 2016 termasuk d lembaga penddkan sepert d lngkungan Jurusan Penddkan Teknk Spl dan Perencanaan FT UNY yang terdapat bengkelbengkel sebaga tempat praktk. Semua orang (dosen, tekns, dan mahasswa) yang terlbat d bengkel harus kut menjaga keselamatan dan kesehatan kerja. Urusan K3 tdak hanya sekedar pemasangan spanduk, poster, atau semboyan. Lebh jauh dar tu K3 harus menjad nafas setap pekerja yang berada d tempat kerja. Kuncnya adalah kesadaran akan adanya resko bahaya dan perlaku yang merupakan kebasaan untuk bekerja secara sehat dan selamat. Kebasaan bekerja sepert nlah yang serng terlupakan oleh praktkan ketka d bengkel. Untuk tu, kesadaran bekerja secara selamat dan sehat hendaknya sudah menjad kebasaan. Alasan efsens kerja serng kal menyebabkan terjad kelalaan terhadap bahaya yang mengancam, msalnya penggunaan alat yang rusak yang dapat menmbulkan bahaya atau kecelakaan kerja. Selan tu, keterbatasan baya juga serng menjad alasan penggunaan peralatan yang terkesan apa adanya. Upaya optmalsas memang dperlukan tetap harus memenuh syarat keselamatan dan kesehatan kerja. Banyak phak yang kurang menyadar bahwa baya yang terjad akbat adanya suatu kecelakaan kerja dapat jauh lebh besar dar pada pencegahannya. Besarnya baya untuk rehabltas kecelakaan dan penyakt akbat kerja harus dtekan salah satunya dengan upaya pencegahan maupun pengendalan. Tarwaka (2008) menjelaskan pengendalan resko dapat mengkut Pendekatan Hrark Pengendalan (Hrarchy of Control). Hrark pengendalan resko adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalan resko yang mungkn tmbul terdr dar beberapa tngkatan secara berurutan. Dalam hrark pengendalan resko terdapat 2 (dua) pendekatan, yatu pendekatan long term gan (pengendalan berorentas jangka panjang dan bersfat permanen) dan Pendekatan short term gan (pengendalan berorentas jangka pendek dan bersfat temporar atau sementara). Pencegahan maupun pengendalan tersebut dlakukan untuk menghndar akbat yang muncul, bak yang bersfat sementara maupun yang permanen. Hubungan K3 dengan akbat yang dapat dtmbulkan dapat ddentfkas sesua potens bahaya yang ada. Potens bahaya merupakan sesuatu yang berpotens dapat menyebabkan terjadnya kerugan, kerusakan, cedera, sakt, kecelakaan, atau bahkan dapat menyebabkan kematan yang berhubungan dengan proses dan sstem kerja. Soehatman (2009) menjelaskan dentfkas bahaya merupakan suatu teknk komprehensf untuk mengetahu potens bahaya dar suatu bahan, alat, atau sstem. Bahaya dapat dketahu dengan berbaga cara dan dar berbaga sumber antara lan dar perstwa atau kecelakaan yang terjad, pemerksaan ke tempat kerja, melakukan wawancara dengan pekerja d lokas kerja, nformas dar pabrk atau asosas ndustr, data keselamatan bahan (materal safety data sheet) dan lannya. Dalam PP RI No 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sstem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) djelaskan bahwa terdapat beberapa aspek SMK3, yatu melput: penetapan kebjakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan K3, pemantauan serta evaluas K3, dan pennjauan serta penngkatan K3. Selan tu, sstem manajemen K3 telah datur menurut Peraturan Menter Tenaga Kerja Republk Indonesa, yatu Permenaker No.05/MEN/1996, yang menyatakan bahwa Sstem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan bagan dar sstem manajemen secara keseluruhan, yang melput struktur organsas, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dbutuhkan bag pengembangan, penerapan, pencapaan, pengkajan, dan pemelharaan kebjakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalan resko yang terjad semnmal mungkn berkatan dengan kegatan kerja guna tercptanya tempat kerja yang aman efsen dan produktf. Maro (2007) menyatakan bahwa dalam membuat kurkulum, SMK telah memasukkan perencanaan K3 sebaga pedoman pelaksanaan pembelajaran praktk. Pengawasan dan juga

3 Nur Hdayat dkk, Kajan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bengkel d Jurusan Penddkan Teknk Spl dan Perencanaan Fakultas Teknk UNY 53 pembnaan guru dalam pelaksanaan cukup bak terkat dengan pekerjaan yang dlakukan. Salah satu kekurangannya adalah evaluas K3 yang tdak sepenuhnya dlakukan dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal n terkat dengan kebjakan dan penyempurnaan pengembangan evaluas sebaga dasar pelaksanaan pembelajaran yang akan datang. Metode sstem pelaporan hendaknya dapat dlakukan sebaga usaha dalam rehabltas dan penyempurnaan knerja atau standarsas kerja. Putut (2007) menjelaskan (a) Jens bahaya yang terdapat d bengkel atau laboratorum SMK melput semblan kelompok pekerjaan, yatu yang berkatan dengan penanganan bahan, penggunaan alat-alat tangan, perlndungan mesn, desan tempat kerja, pencahayaan, cuaca kerja, pengendalan bahaya bsng, getaran dan lstrk, fasltas pekerja, dan organsas kerja; (b)grerata tngkat resko bahaya yang terdapat d bengkel atau laboratorum SMK melput: tdak berbahaya (68 kasus atau 54%), perlu tndakan penanganan (43 kasus atau 34%), dan perlu prortas tndakan penanganan (10 kasus atau 8%), sedangkan lannya sebesar 4% atau 6 kasus tdak ada datanya; (c) Pengendalan bahaya dengan urgens tngg pada konds beresko untuk dlakukan prortas tndakan perbakan pada kasus yang perlu tndakan perbakan, sedangkan yang terakhr adalah mempertahankan dan memperbak konds pada kasus yang tdak perlu tndakan perbakan; (4)Rekomendas untuk perbakan konds dlakukan dengan tahapan sebaga berkut: menetapkan sasaran, memlh pendekatan, menetapkan prosedur serta melakukan evaluas terus menerus terhadap konds K3 d bengkel atau laboratorum. Indrayan dan Ika (2014) menyatakan bahwa penlaan terhadap tngkat pengetahuan K3 dar dosen, laboran, tekns, maupun mahasswa pada pembelajaran d laboratorum dan bengkel Polteknk Neger Srwjaya menunjukkan bahwa mash perlu dtngkatkan. Ketersedaan peralatan K3 d bengkel mash sangat kurang jka dbandngkan dengan raso orang yang menggunakannya. Apabla dkaj dar aspek manajemen K3, penerapannya sudah dlaksanakan akan tetap mash perlu dperbak. Pada dasarnya sstem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja perlu drencanakan sebak mungkn. Perencanaan tersebut hendaknya dsusun berdasar keadaan nyata yang ada d tempat kerja. Keadaan lngkungan bengkel maupun peralatan harus dketahu dengan jelas untuk mengetahu potens bahaya yang dapat dtmbulkan. Selan tu, pelaksanaan K3 harus dlakukan sesua rencana yang telah dsusun. Pelaksanaan tersebut hendaknya dlakukan oleh semua phak yang terlbat d lngkungan bengkel, yatu dosen, tekns, dan mahasswa. Apabla pelaksanaan telah sesua dengan yang telah drencanakan, potens kecelakaan dharapkan akan dapat dkurang dan bahkan dhlangkan. Tahapan dar sstem manajemen K3 yang selanjutnya harus dlakukan adalah evaluas. Proses n hendaknya terus dlakukan secara bertahap dan terus menerus bak tap semester maupun tap tahun. Dar tahap evaluas n dharapkan dapat mengetahu kekurangan dar pelaksanaan sehngga dapat dsusun perencanaan yang lebh bak. Hal-hal tersebut yang menjad latar belakang dlakukannya peneltan n. Peneltan n bertujuan untuk mengetahu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluas K3 d Bengkel Jurusan Penddkan Teknk Spl dan Perencanaan FT UNY. METODE Peneltan n merupakan peneltan deskrptf (descrptve reasearch). Dalam peneltan n, penelt mendeskrpskan secara lmah keadaan d lngkungan bengkel Jurusan Teknk Spl dan Perencanaan Fakultas Teknk Unverstas Neger Yogyakarta yang erat katannya dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Peneltan n tdak memberkan perlakuan terhadap apa yang dtelt tetap hanya sebatas mendeskrpskan secara detal terhadap apa yang dtemukan dalam pengamblan data. Metode pengumpulan data dalam peneltan n menggunakan observas, wawancara, dan angket. Observas dlakukan langsung ke

4 54 Jurnal Penddkan Teknolog dan Kejuruan, Volume 23, Nomor 1, Me 2016 bengkel-bengkel yang ada d Jurusan Teknk Spl dan Perencanaan FT UNY. Wawancara dlakukan dengan dosen maupun tekns untuk memperoleh data pendukung peneltan. Selan tu, data dar angket mengena K3 dberkan kepada responden. Data tersebut menggunakan skala Lkert. Instrumen peneltan dsusun berdasarkan kr-ks nstrumen yang melput perencanaan, pelaksanaan, dan evaluas. Instrumen n berbentuk angket pernyataan yang ds oleh dosen, tekns, dan mahasswa. Responden dmnta memberkan penlaan maupun tanggapan yang ada d lembar nstrumen. Penlaan berupa san skor 5 (Sangat Bak), 4 (Bak), 3 (Cukup Bak), 2 (Kurang Bak), dan 1 (Sangat Kurang Bak). Ks-ks nstrumen yang telah dsusun berdasarkan ndkator yang dnyatakan oleh Rdley (2009) dsajkan dalam Tabel 1 sebaga berkut: Tabel 1. Ks-ks Instrumen Faktor Indkator Nomor Butr Pernyataan Jumlah Butr Perencanaan Komtmen terhadap K3 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 6 Pelaksanaan Komunkas 7, 8, dan 9 3 Kompetens 10, 11, 12, 13, dan 14 5 Lngkungan kerja 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 9 dan 23 Peralatan 24, 25, 26, 27, 28, dan 29 6 Keterlbatan mahasswa dan 30, 31, 32, dan 33 4 tekns Evaluas Program penlaan Resko 34 dan 35 2 Identfkas bahaya 36 dan 37 2 Strateg Pencegahan 38 1 Jumlah Butr Pernyataan 38 Angket tersebut ds oleh 30 mahasswa secara acak untuk masng-masng bengkel. Dar 30 mahasswa tersebut, 15 mahasswa adalah mahasswa semester I serta 15 mahasswa semester III dan V. Pemlhan mahasswa pada semester I ddasarkan pada pertmbangan bahwa mahasswa pada semester tersebut sedang melakukan praktk d tga bengkel sehngga mengetahu konds K3 d bengkel-bengkel tersebut saat peneltan dlakukan. Pemlhan mahasswa semester III dan V ddasarkan pada pertmbangan bahwa mahasswa pada semester tersebut sudah pernah mengalam hampr secara keseluruhan konds K3 d bengkel. Analss data yang dgunakan dalam peneltan n menggunakan analss deskrptf. Hasl observas dan wawancara dpaparkan dalam hasl peneltan. Data angket danalss secara kuanttatf. Data tersebut berupa rerata setap ndkator (skala 5) yang d konverskan sebagamana pada Tabel 2 sebaga berkut: Tabel 2. Konvers Skor Ideal Nla Skor Kategor 5 M 1,80SD Sangat Bak 4 M 0,60SD X M 1,80SD Bak 3 M 0,60SD X M 0,60SD Cukup Bak 2 M 1,80SB X M 0,60SD Kurang Bak M 1,80SD Sangat Kurang Bak 1 Selanjutnya perolehan skor dalam data konvers skor deal tersebut dmasukkan dalam kategor penlaan akhr Sangat Bak, Bak, Cukup Bak. Kurang Bak, atau Sangat Kurang Bak sepert dsajkan pada Tabel 3 sebaga berkut:

5 Nur Hdayat dkk, Kajan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bengkel d Jurusan Penddkan Teknk Spl dan Perencanaan Fakultas Teknk UNY 55 Tabel 3. Kategor Skor Nla Skor Kategor 5 X > 4,21 Sangat Bak 4 3,40 < X 4,21 Bak 3 2,60 < X 3,40 Cukup Bak 2 1,79 < X 2,60 Kurang Bak 1 X 1,79 Sangat Kurang Bak HASIL DAN PEMBAHASAN Penelt melakukan observas secara langsung d tga bengkel Penddkan Teknk Spl dan Perencanaan FT UNY, yatu d Bengkel Kayu, Bengkel Plambng, dan Bengkel Batu. Dalam observas tersebut, penelt juga melakukan wawancara dengan tekns bengkel. Observas yang dlakukan d Bengkel Kayu menghaslkan data pada Tabel 4 berkut: Tabel 4. Hasl Observas d Bengkel Kayu No Peralatan Konds yang Kurang 1. Mesn Gergaj Potong berlengan 1. Tdak ada cover atau pelndung mata psau 2. Tdak ada pengendal gergaj potong 2. Mesn Ketam Perata 1. Tdak ada cover atau pelndung mata psau 2. Adanya kebsngan akbat mesn yang sudah tua 3. Tdak ada penghsab debu pada mesn 3. Mesn Ketam Penebal 1. Adanya kebsngan akbat mesn yang sudah tua 2. Mata psau yang sudah tdak halus 4. Mesn Gergaj Belah 1. Tdak ada cover atau pelndung mata psau 2. Penahan kunc pengaturan yang sudah tdak akurat 5. Mesn Gergaj Pta 1. Tdak ada cover atau pelndung mata psau 6. Mesn Pahat 1. Penahan kunc pengaturan yang sudah tdak akurat 7. Ketam Lstrk Portable 1. Mata psau yang sudah bergerg 8. Gergaj Tangan 1. Mata psau yang sudah tdak standar antara gergaj potong dan gergaj belah 9. Ketam Tangan Manual 1. Ketam tangan yang sudah lama 2. Pengaturan ketam yang sudah tdak berfungs 3. Mata ketam yang sudah bergerg 4. Mata ketam yang sudah pendek akbat serng d gernda 10. Pahat tangan 1. Pahat tangan yang sudah tumpul dan bergerg 2. Pahat tangan yang sudah berkarat 11. Mesn Bubut Kayu 1. Mesn bubut kayu yang sudah berkarat 2. Pengaturan bubut yang macet Selan karena konds yang kurang, konds mesn d Bengkel Kayu sudah berumur lebh dar 20 tahun. Hal tu mengakbatkan produktvtas mesn sudah tdak maksmal, adanya kebsngan oleh mesn, dan komponen mesn yang sudah tdak lengkap sepert cover pelndung. Tdak adanya peredam kebsngan d bengkel serta tdak adanya penghsap debu dapat mengakbatkan sesak nafas karena debu kayu serta bsng mesn kayu. Kecelakaan-kecelakaan kecl juga kadang terjad d Bengkel Kayu, dantaranya tangan tersayat pahat, jar terpukul palu, dan tangan tertusuk serat kayu. Hasl observas yang telah dlakukan d Bengkel Plambng dsajkan pada Tabel 5 sebaga berkut:

6 56 Jurnal Penddkan Teknolog dan Kejuruan, Volume 23, Nomor 1, Me 2016 Tabel 5. Hasl Observas d Bengkel Plambng No Peralatan Konds yang Kurang 1. Mesn Las Lstrk Terdapat tga mesn las lstrk: 1. Sambungan kabel antara sumber lstrk dengan mesn las kurang kuat 2. Meja kerja yang terdapat kerak-kerak hasl las 3. Tuas pengontrol arus lstrk tdak berfungs dengan bak 4. Penjept elektroda yang sudah longgar 2. Mesn Pemotong Plat Hdrols 1. Area pemotongan merupakan jalur lalu lntas 2. Kabel dar sumber lstrk yang berada d jalur lalu lntas 3. Pemotong Plat Manual 1. Area alat pemotong merupakan area kerja alat pelpat 4. Mesn Pemotong Bes 1. Area pengoperasan alat rol penggulung tdak berada dalam area yang cukup nyaman 5. Pelpat Plat Tps 1. Terdapat penjept yang kurang kencang pada salah satu alat pelpat 6. Mesn Gernda 1. Pelndung untuk serphan benda yang dgernda tdak ada 7. Rol Penggulung 1. Area pengoperasan alat rol penggulung tdak berada dalam area yang sterl 8. Perangkat Las Gas Terdapat empat perangkat las gas: 1. Tekanan gas yang berbeda pada masng-masng alat walaupun bersumber dar tabung yang sama. 2. Srkulas udara yang kurang bak. 3. Pemantk ap tdak terseda pada masng-masng alat las 9. Mesn Bor 1. Pelndung mata bor untuk serphan ssa pengeboran tdak ada 2. Plat yang d bor dapat kut berputar bersama mata bor Selan karena konds yang kurang datas, kecelakaan-kecelakaan kecl juga kadang terjad d Bengkel Plambng, dantaranya tangan tergores plat, jar terpukul palu, tangan terbentur sne karena terlalu kuat ketka mengayun, sesak nafas karena asap, dan bsng mesn plambng. Hasl observas yang dlakukan d Bengkel Batu, penelt tdak menemukan potens kecelakaan kerja yang berat. Hal tersebut karena d Bengkel Batu tdak terdapat peralatan besar yang dapat menmbulkan potens kecelakaan. Hasl observas tersebut ddukung oleh nformas dar tekns Bengkel Batu yang menyatakan bahwa tdak terdapat potens kecelakaan maupun kecelakaan berat yang telah terjad d Bengkel Batu. Kecelakaan kerja yang pernah terjad d Bengkel Batu hanya kecelakaan-kecelakaan rngan, dantaranya: rtas pada telapak tangan, tangan tergores paku, mata terkena debu, dan terklr karena mengangkat beban terlalu berat. Uj valdtas dlakukan untuk mengetahu valdnya nstrumen yang dgunakan. Dalam uj valdtas n, duj 38 butr pernyataan dengan jumlah responden 90 (N=90). Data tersebut dnyatakan vald apabla r tabel yang dperoleh dengan taraf sgnfkans 1% adalah d atas 0,2673. Dar data yang dperoleh setelah duj valdtasnya menggunakan SPSS vers 22 ddapatkan semua skor berada datas 0,2673. Berdasarkan hasl tersebut dapat dsmpulkan bahwa 38 butr pernyataan yang dgunakan dalam angket dnyatakan vald. Selan uj valdtas d atas, butr pernyataan juga duj relabltasnya. Uj relabltas n juga menguj 38 butr pernyataan dengan jumlah responden 90 (N=90). Data tersebut dnyatakan relabel apabla r tabel yang dperoleh dengan taraf sgnfkans 1% adalah datas 0,2673. Dar data yang dperoleh setelah uj relabltas menggunakan SPSS vers 22 ddapatkan skor 0,924. Berdasarkan hasl tersebut dapat dsmpulkan bahwa 38 butr pernyataan dnyatakan relabel atau terpercaya. Indkator komtmen pada perencanaan K3 d Bengkel Kayu reratanya adalah 3,64. Rerata tersebut berada dalam rentang nla 3,40< x 4,2 sehngga masuk dalam kategor bak. Indkator komtmen pada perencanaan K3 d Bengkel Kayu dsajkan dalam Tabel 6 sebaga berkut:

7 Nur Hdayat dkk, Kajan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bengkel d Jurusan Penddkan Teknk Spl dan Perencanaan Fakultas Teknk UNY 57 Tabel 6. Indkator Komtmen (Perencanaan) K3 d Bengkel Kayu , , ,33 3,64 Bak , ,67 Jumlah ,00 Indkator komunkas pada pelaksanaan K3 d Bengkel Kayu reratanya adalah 3,74. Rerata tersebut berada dalam rentang nla 3,40 < x 4,2 sehngga masuk dalam kategor bak. Data ndkator komtmen pada pelaksanaan K3 d Bengkel Kayu dsajkan dalam Tabel 7. Tabel 7. Indkator Komunkas (Pelaksanaan) d Bengkel Kayu , , ,11 3, , ,67 Jumlah ,00 Bak Indkator kompetens pada pelaksanaan K3 d Bengkel Kayu reratanya adalah 3,93. Rerata tersebut berada dalam rentang nla 3,40 < x 4,2 sehngga masuk dalam kategor bak. Indkator kompetens pada pelaksanaan K3 d Bengkel Kayu dsajkan dalam Tabel 8. Tabel 8. Indkator Kompetens (Pelaksanaan) d Bengkel Kayu , , ,67 3,93 Bak , ,00 Jumlah ,00 Indkator lngkungan kerja pada pelaksanaan K3 d Bengkel Kayu reratanya adalah 3,87 dantara rentang nla 3,40 < x 4,2 sehngga masuk dalam kategor bak. Data ndkator lngkungan kerja pada pelaksanaan K3 d Bengkel Kayu dsajkan dalam Tabel 9 sebaga berkut: Tabel 9. Indkator Lngkungan Kerja (Pelaksanaan) d Bengkel Kayu , , ,81 3,87 Bak , ,81 Jumlah ,00 Indkator peralatan pada pelaksanaan K3 d Bengkel Kayu reratanya adalah 3,78. Rerata tersebut berada dalam rentang nla 3,40< x 4,2 sehngga masuk dalam kategor bak. Data ndkator peralatan pada pelaksanaan K3 d Bengkel Kayu dsajkan dalam Tabel 10 berkut:

8 58 Jurnal Penddkan Teknolog dan Kejuruan, Volume 23, Nomor 1, Me 2016 Tabel 10. Indkator Peralatan (Pelaksanaan) d Bengkel Kayu , , ,33 3,78 Bak , ,00 Jumlah ,00 Indkator keterlbatan mahasswa pada pelaksanaan K3 d Bengkel Kayu reratanya adalah 3,94 dantara rentang nla 3,40 < x 4,2 sehngga masuk dalam kategor bak. Data tersebut dsajkan dalam Tabel 11 sebaga berkut: Tabel 11. Indkator Keterlbatan Mahasswa (Pelaksanaan) d Bengkel Kayu , , ,67 3,94 Bak , ,33 Jumlah ,00 Indkator program penlaan resko pada evaluas K3 d Bengkel Kayu reratanya adalah 3,83. Rerata tersebut berada dalam rentang nla 3,40 < x 4,2 sehngga masuk dalam kategor bak. Data ndkator program penlaan resko pada evaluas K3 d Bengkel Kayu dsajkan dalam Tabel 12 sebaga berkut: Tabel 12. Indkator Program Penlaan Resko (Evaluas) d Bengkel Kayu , , ,00 3,83 Bak , ,00 Jumlah ,00 Indkator dentfkas bahaya pada evaluas K3 d Bengkel Kayu reratanya adalah 3,72. Rerata tersebut berada dalam rentang nla 3,40 < x 4,2 sehngga masuk dalam kategor bak. Data ndkator dentfkas bahaya pada evaluas K3 d Bengkel Kayu dsajkan dalam Tabel 13 sebaga berkut: Tabel 13. Indkator Identfkas Bahaya (Evaluas) d Bengkel Kayu , , ,00 3,72 Bak , ,00 Jumlah ,00 Indkator strateg pencegahan pada evaluas K3 d Bengkel Kayu reratanya adalah 4,00. Rerata tersebut berada dalam rentang nla 3,40 < x 4,2 sehngga masuk dalam kategor

9 Nur Hdayat dkk, Kajan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bengkel d Jurusan Penddkan Teknk Spl dan Perencanaan Fakultas Teknk UNY 59 bak. Data ndkator strateg pencegahan pada evaluas K3 d Bengkel Kayu dsajkan dalam Tabel 14 sebaga berkut: Tabel 14. Indkator Strateg Pencegahan (Evaluas) d Bengkel Kayu , , ,67 4,00 Bak , ,33 Jumlah ,00 Selan perolehan data d atas, responden juga memberkan komentar yang dantaranya adalah kelengkapan alat yang perlu dtambah, pergantan alat yang sudah tdak layak, penyedaan alat K3 yang perlu dtambah, penanganan suara mesn yang lebh bak, perlunya penghsap serbuk kayu, penyedaan srkulas udara yang lebh bak, pengawasan terhadap penggunaan alat, konds ruangan yang sempt, penambahan poster mengena K3, dan strateg penngkatan kualtas K3. Indkator komtmen pada perencanaan K3 d Bengkel Plambng reratanya adalah 3,37. Rerata tersebut berada dalam rentang nla 2,60 < x 3,40 sehngga masuk dalam kategor cukup bak. Data ndkator komtmen pada perencanaan K3 d Bengkel Plambng dsajkan dalam Tabel 15 berkut: Tabel 15. Indkator Komtmen (Perencanaan) d Bengkel Plambng , , ,33 3,37 Cukup Bak , ,11 Jumlah ,00 Indkator komunkas pada pelaksanaan K3 d Bengkel Plambng reratanya adalah 2,81. Rerata tersebut berada dalam rentang nla 2,60 < x 3,40 sehngga masuk dalam kategor cukup bak. Data ndkator komtmen tersebut dsajkan dalam Tabel 16 berkut: Tabel 16. Indkator Komunkas (Pelaksanaan) d Bengkel Plambng Cukup Bak Jumlah Indkator kompetens pada pelaksanaan K3 d Bengkel Plambng reratanya adalah 3,61. Rerata tersebut berada dalam rentang nla 3,40 < x 4,2 sehngga masuk dalam kategor bak. Indkator kompetens pada pelaksanaan K3 d Bengkel Plambng dsajkan dalam Tabel 17.

10 60 Jurnal Penddkan Teknolog dan Kejuruan, Volume 23, Nomor 1, Me 2016 Tabel 17. Indkator Kompetens (Pelaksanaan) d Bengkel Plambng , , ,33 3,61 Bak , ,00 Jumlah ,00 Indkator lngkungan kerja pada pelaksanaan K3 d Bengkel Plambng reratanya adalah 3,28 yang berada dalam rentang nla 2,60< x 3,40 sehngga masuk dalam kategor cukup bak. Indkator lngkungan kerja pada pelaksanaan K3 d Bengkel Plambng dsajkan dalam Tabel 18. Tabel 18. Indkator Lngkungan Kerja (Pelaksanaan) d Bengkel Plambng , , ,56 3,28 Cukup Bak , ,63 Jumlah ,00 Indkator peralatan pada pelaksanaan K3 d Bengkel Plambng reratanya adalah 3,06 yang berada dalam rentang nla 2,60 < x 3,40 sehngga masuk dalam kategor cukup bak. Data ndkator peralatan pada pelaksanaan K3 d Bengkel Plambng dsajkan dalam Tabel 19. Tabel 19. Indkator Peralatan (Pelaksanaan) d Bengkel Plambng , , ,67 3,06 Cukup Bak , ,33 Jumlah ,00 Indkator keterlbatan mahasswa pada pelaksanaan K3 d Bengkel Plambng reratanya adalah 3,19 yang berada dalam rentang nla 2,60 < x 3,40 sehngga masuk dalam kategor cukup bak. Data ndkator keterlbatan mahasswa pada pelaksanaan K3 tersebut dsajkan dalam Tabel 20. Tabel 20. Indkator Keterlbatan Mahasswa (Pelaksanaan) d Bengkel Plambng , , ,83 3,19 Cukup Bak , ,33 Jumlah ,00 Indkator program penlaan resko pada evaluas K3 d Bengkel Plambng rerata sebesar 2,93 berada dalam rentang 2,60 < x 3,40 sehngga masuk kategor cukup bak. Indkator program penlaan resko pada evaluas K3 tersebut sebagamana dsajkan dalam Tabel 21.

11 Nur Hdayat dkk, Kajan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bengkel d Jurusan Penddkan Teknk Spl dan Perencanaan Fakultas Teknk UNY 61 Tabel 21. Indkator Program Penlaan Resko (Evaluas) d Bengkel Plambng , , ,00 2,93 Cukup Bak , ,00 Jumlah ,00 Indkator dentfkas bahaya pada evaluas K3 d Bengkel Plambng reratanya adalah 2,70 yang berada dalam rentang nla 2,60 < x 3,40 sehngga masuk dalam kategor cukup bak. Data ndkator dentfkas bahaya pada evaluas K3 d Bengkel Plambng dsajkan dalam Tabel 22 berkut: Tabel 22. Indkator Identfkas Bahaya (Evaluas) d Bengkel Plambng , , ,00 2,70 Cukup Bak , ,67 Jumlah ,00 Indkator strateg pencegahan pada evaluas K3 d Bengkel Plambng reratanya adalah 3,13 yang berada dalam rentang nla 2,60 < x 3,40 sehngga masuk dalam kategor cukup bak. Data ndkator strateg pencegahan pada evaluas K3 d Bengkel Plambng dsajkan dalam Tabel 23 berkut: Tabel 23. Indkator Strateg Pencegahan (Evaluas) d Bengkel Plambng , , ,67 3,13 Cukup Bak , ,33 Jumlah ,00 Selan perolehan data d atas, responden juga memberkan komentar pada nstrumen yang dantaranya adalah penngkatan kualtas K3, penambahan peralatan K3, perbakan alat yang sudah tdak layak, penngkatan kejelasan jobsheet, penanganan terhadap kebsngan, pengawasan terhadap praktk mahasswa, pemberan tanda bahaya pada alat, dan kurangnya kualtas maupun kuanttas peralatan. Indkator komtmen pada perencanaan K3 d Bengkel Batu reratanya adalah 3,24 yang berada dalam rentang nla 2,60 < x 3,40 sehngga masuk dalam kategor cukup bak. Data ndkator komtmen pada perencanaan K3 d Bengkel Batu sebagamana dsajkan dalam Tabel 24 berkut: Tabel 24. Indkator Komtmen (Perencanaan) d Bengkel Batu , , ,67 3,24 Cukup Bak , ,00 Jumlah ,00

12 62 Jurnal Penddkan Teknolog dan Kejuruan, Volume 23, Nomor 1, Me 2016 Indkator komunkas pada pelaksanaan K3 d Bengkel Batu reratanya adalah 2,81. Rerata tersebut berada dalam rentang nla 2,60 < x 3,40 sehngga masuk dalam kategor cukup bak. Data ndkator komunkas pada pelaksanaan K3 d Bengkel Batu dsajkan dalam Tabel 25 berkut: Tabel 25. Indkator Komunkas (Pelaksanaan) d Bengkel Batu , , ,89 2,81 Cukup Bak , ,56 Jumlah ,00 Indkator kompetens pada pelaksanaan K3 d Bengkel Batu reratanya adalah 3,56. Rerata tersebut berada dalam rentang nla 3,40 < x 4,2 sehngga masuk dalam kategor bak. Indkator kompetens pada pelaksanaan K3 d Bengkel Batu dsajkan pada Tabel 26. Tabel 26. Indkator Kompetens (Pelaksanaan) d Bengkel Batu , , ,67 3,56 Bak , ,67 Jumlah ,00 Indkator lngkungan kerja dalam pelaksanaan K3 d Bengkel Batu reratanya adalah 3,39. Rerata tersebut berada dalam rentang nla 2,60 < x 3,40 sehngga masuk dalam kategor cukup bak. Data ndkator lngkungan kerja pada pelaksanaan K3 d Bengkel Batu dsajkan dalam Tabel 27. Tabel 27. Indkator Lngkungan Kerja (Pelaksanaan) d Bengkel Batu , , ,44 3,39 Cukup Bak , ,52 Jumlah ,00 Indkator peralatan pada pelaksanaan K3 d Bengkel Batu reratanya adalah 3,32 yang berada dalam rentang nla 2,60 < x 3,40 sehngga masuk dalam kategor cukup bak. Data ndkator peralatan pada pelaksanaan K3 d Bengkel Batu dsajkan dalam Tabel 28 berkut: Tabel 28. Indkator Peralatan (Pelaksanaan) d Bengkel Batu , , ,78 3,32 Cukup Bak , ,44 Jumlah ,00

13 Nur Hdayat dkk, Kajan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bengkel d Jurusan Penddkan Teknk Spl dan Perencanaan Fakultas Teknk UNY 63 Indkator keterlbatan mahasswa pada pelaksanaan K3 d Bengkel Batu reratanya 3,30 berada dalam rentang 2,60 < x 3,40 sehngga masuk kategor cukup bak. Data ndkator keterlbatan mahasswa pada pelaksanaan K3 d Bengkel Batu dsajkan dalam Tabel 29 Tabel 29. Indkator Keterlbatan Mahasswa (Pelaksanaan) d Bengkel Batu , , ,00 3,30 Cukup Bak , ,67 Jumlah ,00 Indkator program penlaan resko pada evaluas K3 d Bengkel Batu reratanya 3,08 dalam rentang nla 2,60 < x 3,40 (cukup bak). Data tersebut dsajkan dalam Tabel 30 berkut: Tabel 30. Indkator Program Penlaan Resko (Evaluas) d Bengkel Batu , , ,33 3,08 Cukup Bak , ,33 Jumlah ,00 Indkator dentfkas bahaya pada evaluas K3 d Bengkel Batu reratanya adalah 2,92 berada dalam rentang nla 2,60 < x 3,40 sehngga masuk dalam kategor cukup bak. Data ndkator dentfkas bahaya pada evaluas K3 d Bengkel Batu dsajkan dalam Tabel 31 berkut: Tabel 31. Indkator Identfkas Bahaya (Evaluas) d Bengkel Batu , , ,00 2,92 Cukup Bak , ,67 Jumlah ,00 Indkator strateg pencegahan pada evaluas K3 d Bengkel Batu reratanya adalah 2,90 berada dalam rentang nla 2,60 < x 3,40 sehngga masuk dalam kategor cukup bak. Data ndkator strateg pencegahan pada evaluas K3 d Bengkel Batu dsajkan dalam Tabel 32 berkut: Tabel 32. Indkator Strateg Pencegahan (Evaluas) d Bengkel Batu , , ,33 2,90 Cukup Bak , ,33 Jumlah ,00

14 64 Jurnal Penddkan Teknolog dan Kejuruan, Volume 23, Nomor 1, Me 2016 Selan perolehan data d atas, responden juga memberkan komentar d nstrumen peneltan yang dantaranya adalah pergantan alat yang sudah tdak layak, penngkatan kualtas K3, pengawasan terhadap praktkan yang lebh bak, penempatan peralatan yang lebh rap, kurangnya kesadaran mahasswa terhadap K3, dan konds tempat praktk yang kurang luas. Hasl analss pada masng-masng ndkator setap faktor d Bengkel Kayu, Bengkel Plambng, dan Bengkel Batu d atas apabla drekap sepert dalam Tabel 33 berkut: Tabel 33. Kategor Penlaan Indkator Setap Bengkel Faktor Indkator Bengkel Kayu Bengkel Plambng Bengkel Batu Perencanaan Komtmen Bak Cukup Bak Cukup Bak Pelaksanaan Komunkas Bak Cukup Bak Cukup Bak Kompetens Bak Bak Bak Lngkungan Kerja Bak Cukup Bak Cukup Bak Peralatan Bak Cukup Bak Cukup Bak Keterlbatan Mahasswa Bak Cukup Bak Cukup Bak Evaluas Program Penlaan Resko Bak Cukup Bak Cukup Bak Identfkas Bahaya Bak Cukup Bak Cukup Bak Strateg Pencegahan Bak Cukup Bak Cukup Bak Hasl peneltan menunjukkan bahwa faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) d Bengkel Kayu, Bengkel Plambng, dan Bengkel Batu Penddkan Teknk Spl dan Perencanaan FT UNY mash perlu dtngkatkan. Hal tersebut dkarenakan mash terdapat potens bahaya (kecelakaan) yang mungkn terjad. Potens bahaya tersebut hendaknya dkurang atau bahkan dhlangkan agar tercpta K3 yang standar. K3 hendaknya djadkan budaya kerja d bengkel, termasuk d Bengkel Kayu, Bengkel Plambng, dan Bengkel Batu. Budaya kerja tersebut dapat dlaksanakan dengan bak apabla seluruh phak yang terlbat d bengkel dapat menjalankan K3 dengan penuh kesadaran. Bengkel Kayu dan Plambng merupakan bengkel yang sangat besar terjad potens kecelakaan. Hal n ddukung oleh data survey PT Thess (yang juga ddampng penelt), salah satu perusahaan tambang yang sangat memperhatkan faktor K3 dalam aktvtas pekerjaan sehar-har. Hasl tersebut menyatakan bahwa potens terjadnya bahaya d Bengkel Kayu dan Plambng sangat mungkn mengngat konds bengkel saat n dmana faktor-faktor K3 belum terpenuh dengan bak. Sejalan dengan hal tersebut, PT Thess dalam surveynya d Bengkel Batu menyatakan bahwa potens bahaya yang dapat terjad tdak terlalu besar. Hal n terjad karena d Bengkel Batu tdak ada peralatan mesn yang besar. Hanya saja ketka penelt berdskus dengan surveyor dar PT Thess, pada pekerjaan semacam d Bengkel Batu n sangat besar potens bahayanya ketka dlakukan dalam suatu pelaksanaan d proyek. Hasl peneltan berupa angket yang ds mahasswa mengena perencanaan, pelaksanaan, serta evaluas K3 d Bengkel Kayu, Bengkel Plambng, dan Bengkel Batu menunjukkan bahwa mash perlunya penngkatan kualtas K3. Hal tersebut dbuktkan dengan komentar dan skor yang dberkan mahasswa yang terdapat pada angket. Bengkel Kayu yang pada kenyataannya terdapat banyak mesn yang besar mendapatkan nla yang masuk dalam kategor bak pada semua ndkator masng-masng faktor. Dar hal tersebut dapat dnterpretaskan bahwa mahasswa menganggap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluas ketka praktk sudah bak. Hanya saja nla yang termasuk rendah d Bengkel Kayu adalah ndkator peralatan dan dentfkas bahaya. Respon tersebut memang tdak salah karena beberapa peralatan terutama mesn yang terdapat d Bengkel Kayu sudah tdak lengkap sepert ketka konds awal dahulu. Hal tersebut akan menmbulkan potens bahaya. Selan tu, mahasswa juga mengngnkan perbakan peralatan yang sudah tdak layak paka

15 Nur Hdayat dkk, Kajan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bengkel d Jurusan Penddkan Teknk Spl dan Perencanaan Fakultas Teknk UNY 65 karena serngnya dgunakan untuk praktk. Indkator dentfkas bahaya d Bengkel Kayu juga drasa kurang. Keadaan poster dan tanda perngatan bahaya selan memang kurang juga sudah usang. Oleh karena tu, mahasswa mengngnkan perbakan pada ndkator tersebut. Bengkel Plambng yang juga terdapat beberapa peralatan mesn berat dnla mahasswa dalam keadaan cukup bak kecual ndkator kompetens yang mendapat kategor bak. Hal tersebut tentunya perlu dperhatkan mengngat besarnya potens bahaya yang terdapat d Bengkel Plambng. Identfkas bahaya, program penlaan resko, dan komunkas merupakan ndkator yang nlanya rendah dantara ndkatorndkator lannya. Dua ndkator pada faktor evaluas masuk dalam nla rendah. Hal tersebut memang terjad d Bengkel Plambng yang kurang daftar dentfkas serta tngkat bahayanya. Selan tu mahasswa juga mengngnkan perbakan serta penambahan peralatan yang erat katannya dengan K3. Indkator-ndkator d Bengkel Batu juga dnla mahasswa cukup bak kecual ndkator kompetens yang mendapat kategor bak. Hanya saja penlaan tersebut tdak terlalu mengkhawatrkan karena potens kecelakaan besar d Bengkel Batu cukup kecl. Hal tersebut tdak lepas dar konds d Bengkel Batu yang hampr tdak pernah terjad kecelakaan yang sfatnya membahayakan. Jens kecelakaan yang basa terjad d Bengkel Batu hanya kecelakaan kecl saja. Akan tetap hal tersebut tdak boleh dabakan karena potens kecelakaan kerja yang mungkn terjad ketka d proyek cukup besar. Pencapaan K3 yang bak perlu usaha yang terencana dan stemats. Phak yang terkat d Bengkel Kayu, Bengkel Plambng, dan Bengkel Batu perlu menerapkan budaya K3 dalam praktk sehar-har. Kebjakan untuk menerapkan K3 perlu dbuat agar dosen, tekns, maupun mahasswa mematuh pelaksanaannya. Peraturan atau tata tertb pada masng-masng bengkel perlu untuk selalu dtekankan dalam setap praktk. Hal tersebut dlakukan agar praktkan selalu memperhatkan K3 sehngga dapat bekerja dengan aman. Dosen dan tekns hendaknya selalu mengngatkan mahasswa agar dalam bekerja selalu memperhatkan faktor K3. Arahan tersebut hendaknya dlakukan dengan penuh keteladanan. Dosen dan tekns juga dharuskan dapat member contoh kepada mahasswa akan pentngnya K3. Hal tersebut salah satunya dapat dlakukan dengan perlaku tertb bekerja menggunakan Alat Pelndung Dr (APD). Hal n sangat mudah ducapkan tetap sult dlakukan ketka praktk terutama d bengkel. Dosen dan tekns hendaknya menyadar bahwa tanpa keteladanan, mental mahasswa untuk pedul terhadap K3 akan sult terbentuk. Pengetahuan mengena K3 pentng untuk dketahu oleh praktkan (mahasswa, dosen, dan tekns). Praktkan hendaknya mengetahu bahwa bahaya dapat terjad sewaktu-waktu sehngga perlu untuk selalu memperhatkan K3. Praktkan sebaknya juga memaham potens bahaya sekecl apapun yang dapat terjad terhadap pekerjaan yang dlakukannya. Untuk tu d Penddkan Teknk Spl dan Perencanaan perlu dadakannya mata kulah yang khusus membahas K3 maupun menyertakan aspek K3 dalam setap mata kulah. Potens kecelakaan kerja hampr selalu ada ketka bekerja, bak potens dar kelalaan manusa maupun konds bengkel. Menyadar adanya potens kecelakaan kerja tersebut hendaknya kta selalu berhat-hat dalam bekerja. Hal tersebut termasuk ketka kta menggunakan peralatan dalam bekerja terutama mesn. Penggunaan peralatan dalam bekerja sebaknya sesua dengan Standard Operatng Procedure (SOP). Hal tersebut dlakukan agar keselamatan alat dan manusa dapat terjamn. Potens kecelakaan kerja d bengkel mash dapat terjad walaupun kta sudah bekerja sesua prosedur. Hal tersebut terjad karena kecelakaan kerja serng terjad akbat ketdaksengajaan. Dosen dan tekns hendaknya selalu mengawas mahasswa ketka praktk. Prosedur kerja yang bak dan aman djelaskan ketka praktk, sementara tu pengawasan dlakukan untuk memnmalsr kesalahan mahasswa. Kecelakaan kerja yang pernah terjad

16 66 Jurnal Penddkan Teknolog dan Kejuruan, Volume 23, Nomor 1, Me 2016 walaupun sudah dantspas sebelumnya, hendaknya djadkan sebaga sarana refleks oleh praktkan. Phak-phak yang terkat d bengkel (dosen dan tekns) dapat menjadkan kecelakaan tersebut sebaga pengalaman yang tdak boleh terjad lag. Langkah tersebut dapat dlakukan dengan merekam kecelakaan yang terjad, penyebab kecelakaan, maupun akbat dar kecelakaan. Rekaman kecelakaan tersebut nantnya dsampakan kepada mahasswa yang selalu bergant. SIMPULAN Berdasarkan hasl dan pembahasan dalam peneltan n dapat dsmpulkan bahwa: (1) Perencanaan K3 d Bengkel Kayu, Bengkel Plambng, dan Bengkel Batu Jurusan Penddkan Teknk Spl dan Perencanaan FT UNY mash perlu dperbak agar lebh matang serta sstemats. Hal tersebut pentng dlakukan mengngat adanya potens bahaya yang tmbul akbat konds bengkel saat n. (2) Pelaksanaan K3 d Bengkel Kayu, Bengkel Plambng, dan Bengkel Batu Penddkan Teknk Spl dan Perencanaan FT UNY mash perlu dtngkatkan. Hal tersebut dkarenakan kebjakan dan perencanaan yang belum bak sehngga dalam pelaksanaannya perlu usaha yang lebh. (3) Evaluas K3 d Bengkel Kayu, Bengkel Plambng, dan Bengkel Batu Penddkan Teknk Spl dan Perencanaan FT UNY perlu dlakukan secara smultan. Pemantauan dan evaluas pentng dlakukan oleh phak penentu kebjakan, dosen, dan tekns. Hal tersebut harus dlakukan oleh phak yang kompeten terhadap K3 serta konds bengkel. (4) Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) d Bengkel Kayu, Bengkel Plambng, dan Bengkel Batu Penddkan Teknk Spl dan Perencanaan FT UNY mash perlu dtngkatkan. Hal tersebut hendaknya dawal dengan penetapan kebjakan mengena K3 sehngga dapat dterapkan dalam proses dan praktk selanjutnya. (5) Faktor pennjauan dan penngkatan knerja K3 perlu dlakukan untuk menjamn kesesuaan dan efektvtas penerapan sesua Sstem Manajemen K3. DAFTAR RUJUKAN Peraturan Menter Tenaga Kerja Nomor 05/MEN/1996 Tentang Sstem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Kementeran Tenaga Kerja Republk Indonesa Peraturan Pemerntah Republk Indonesa Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sstem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Kementeran Sekretarat Negara Republk Indonesa Indrayan dan Ika Sulant Kajan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam Proses Belajar Mengajar d Bengkel dan Laboratorum Polteknk Neger Srwjaya. PILAR Jurnal Teknk Spl. Volume 10 No. 1 Maret 2014 Maro Merly Herman Kajan Penerapan Pelaksanaan K3 pada Sswa-sswa SMK Bdang Keahlan Teknk Bangunan d Malang. Skrps. Unverstas Neger Malang Putut Hargyarto Analss Konds dan Pengendalan Bahaya pada Bengkel Atau Laboratorum untuk Menjamn Keselamatan dan Kesehatan Kerja d Sekolah Menengah Kejuruan. [Experment/ Research] (Unpublshed). Unverstas Neger Yogyakarta Rdley, John Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Alh Bahasa: Son Astranto, Edtor Lemeda Smarmata. Jakarta: Erlangga Soehatman Raml Pedoman Prakts Manajemen Resko dalam Perspektf K3 OSH Rsk Management. Jakarta: PT. Dan Rakyat Tarwaka Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementas K3 d Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak

BAB I PENDAHULUAN. melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan lmu pengetahuan dan teknolog dalam bdang ndustr d Indonesa berkembang dengan pesat, sehngga menghaslkan mesn dan alat-alat canggh yang berguna sebaga alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Produk model pengembangan pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan teman sejawat dan permanan. Pemberdayaan teman

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Model Pengembangan Peneltan n merupakan jens peneltan pengembangan yang dkenal dengan stlah Research and Development ( R& D ). Menurut Sukmadnata (2005:164), peneltan pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Peneltan n adalah peneltan pengembangan yang berorentas pada pembuatan meda dan pengembangan meda pembelajaran IPA tentang pesawat sederhana. Meda Ajar

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN :

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : Jurnal Bakt Saraswat Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : 2088-2149 PEMANFAATAN PROGRAM APLIKASI MAPLE SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KALKULUS I MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode 34 BAB III METODE PENELITIAN A Metode yang Dgunakan Metode peneltan merupakan suatu pendekatan yang dgunakan untuk mencar jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dbahas Metode peneltan juga dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RINGKASAN OPTIMALISASI PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN GROUP RESUME DAN CONCEPT MAP DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI Oleh: Endang Mulyan Daru Wahyun Peneltan n bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadap era globalsas yang penuh tantangan, aparatur negara dtuntut untuk dapat memberkan pelayanan yang berorentas pada kebutuhan masyarakat dalam pemberan pelayanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equation Modeling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equation Modeling BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pemodelan Persamaan Struktural Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equaton Modelng (SEM) merupakan analss multvarat yang dapat menganalss hubungan varabel secara

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT KELAS VII D SMP NEGERI 7 JEMBER TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Guru Pendidikan Sekolah Dasar pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Guru Pendidikan Sekolah Dasar pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYUSUN KARANGAN BERDASARKAN RANGKAIAN GAMBAR SERI MELALUI METODE PENUGASAN DAN LATIHAN PADA SISWA KELAS V SDN JAMBEAN 03 SEMESTER 1 KECAMATAN MARGOREJO KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM Aula Rahmatka Dew, Wdjanto, Dw Haryoto Unverstas Neger Malang e-mal:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anema adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobn (HB) atau proten pembawa oksgen dalam sel darah merah berada d bawah normal,anema dalam kehamlan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu korelasional dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu korelasional dan 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desan Peneltan Jens peneltan yang dlakukan oleh penuls yatu korelasonal dan verfkatf yatu suatu metode yang dgunakan untuk menentukan apakah terdapat hubungan antara dua

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan harus dsesuakan dengan masalah dan tujuan peneltan, hal n dlakukan untuk kepentngan perolehan dan analss data. Mengena pengertan metode peneltan,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai 3 BAB III METODELOGIPENELITIAN 3. Lokas dan Waktu Peneltan 3.. Lokas Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger Bonepanta pada kelas X pada semester genap tahun ajaran 0/03. 3.. Waktu Peneltan Peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukan, guna menjawab persoalanpersoalan yang d hadap. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan BAB III METODE PENELITIAN Peneltan n adalah peneltan yang berorentas pada pembuatan modul pembelajaran dengan mengembangkan model pembelajaran kooperatf dengan tpe TGT (Team Game

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Lokas peneltan adalah d kampus Jurusan Penddkan Teknk Spl FPTK UPI yang beralamat d Jl. Dr. Setabud No. 07 Bandung, 40154. 3. Metode Peneltan Metode peneltan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB Putr Har Ikhtarn ), Bety Nurltasar 2), Hafdz Alda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh 44 BAB III METODE PENELITIAAN A. Jens Peneltaan Jens peneltaan n adalah peneltan kuanttatf, karena data yang dperoleh berupa data kuanttatf. Dsampng tu jens peneltan n adalah peneltaan ekspermen, karena

Lebih terperinci

Dua cara melakukan proyeksi risiko : 1. Probabilitas di mana risiko adalah nyata 2. Konsekuensi masalah yang berhubungan dengan risiko

Dua cara melakukan proyeksi risiko : 1. Probabilitas di mana risiko adalah nyata 2. Konsekuensi masalah yang berhubungan dengan risiko PROYEKSI RISIKO / PERKIRAAN RISIKO Dua cara melakukan proyeks rsko : 1. Probabltas d mana rsko adalah nyata 2. Konsekuens masalah yang berhubungan dengan rsko Perencanaan proyek bersama dengan manajer

Lebih terperinci

MENTERI KOORD[NATOR BlDANG POLITlK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORD[NATOR BlDANG POLITlK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA . MENTER KOORD[NATOR BlDANG POLTlK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLK NDONESA PERATURAN MENTER KOORDNATOR BDANG POLTK, HUKUM, DAN KEAMANAN NOMOR: PER-07 MENKO/POLHUKAM/1212011 TEN-TANG ORGANSAS DAN TATA KERJA

Lebih terperinci