BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 5.1 Posisi Teknologi BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis Kontribusi Komponen Teknologi Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai kontribusi komponen teknologi untuk masing-masing kelompok industri seperti terlihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Nilai Kontribusi Komponen Teknologi untuk Masing-masing Kelompok Industri No Kelompok Industri Tingkat Teknologi Nilai Komponen T H I O 1 ISIC ISIC ISIC ISIC ISIC ISIC ISIC ISIC ISIC ISIC Untuk kelompok ISIC terlihat bahwa kontribusi technoware dari kelompok industri ini berada pada rentang 0,25 0,33. Hal ini mengindikasikan bahwa kontribusi dari komponen technoware terhadap TCC sebesar %, sementara kontribusi humanware berada pada rentang 0,41 berarti bahwa kontribusi dari komponen humanware terhadap TCC sebesar 41%. Kontribusi infoware pada rentang 0, , hal ini menunjukkan bahwa kontribusi dari komponen infoware terhadap TCC sebesar 19 25%. Dan V-1

2 kontribusi orgaware berada pada rentang 0,24 0,33. Hal ini mengindikasikan bahwa kontribusi dari komponen orgaware terhadap TCC sebesar 24 33%. Bervariasinya nilai dari masing-masing komponen ini disebabkan oleh karena setiap kelompok industri memiliki karakteristik yang berbeda tergantung pada jenis produk yang dihasilkan. Fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing industri tidak sama, ada yang masih menggunakan fasilitas manual biasa seperti gunting, hand press machine, dan sebagainya. Sebagian besar fasilitas yang ada menggunakan mesin semi manual, sehingga dibutuhkan ketrampilan serta kemampuan yang tinggi dalam proses. Meskipun demikian ada juga perusahaan yang sudah menggunakan mesin dengan fasilitas komputer seperti Computer Numerical Control (CNC). Informasi yang ada pada industri masih minim sehingga penguasaan informasi yang menyangkut perbaikan proses menjadi terbatas. Komputer sekalipun sudah banyak dipergunakan, tetapi pemakaiannya masih sebatas untuk penyimpanan data. Sedangkan ditinjau dari sisi organisasi, kebanyakan lebih pada bagaimana untuk menjalankan usaha yang telah ada serta melayani pesanan jangka pendek dan masih belum berorientasi kedepan Analisis Intensitas Komponen Teknologi Berdasarkan hasil pengolahan data terlihat nilai intensitas komponen teknologi untuk masing-masing kelompok industri seperti terlihat pada Tabel 5.2 Tabel 5.2 Nilai Intensitas Kontribusi Teknologi untuk Masing-masing Kelompok Industri Kelompok Industri Nilai Intensitas Kontribusi Teknologi βt βh βi βo ISIC ISIC ISIC ISIC ISIC V-2

3 ISIC ISIC ISIC ISIC ISIC Intensitas komponen teknologi ( ) dapat digunakan sebagai alat untuk memprioritaskan usaha peningkatan teknologi. Dari persamaan TCC, terlihat bahwa komponen dengan nilai tertinggi akan berkontribusi paling potensial dalam meningkatkan TCC. Dengan demikian sumberdaya dapat dialokasikan guna memaksimalkan peningkatan TCC, dengan menggunakan komponen tersebut (ESCAP, 1989) Koefisien Kontribusi Teknologi (TCC) Koefisien Kontribusi Teknologi (TCC) pada perusahaan mengindikasikan kontribusi teknologi total pada proses transformasi menjadi output (ESCAP, 1989). Tabel 5.3 memperlihatkan nilai koefisien kontribusi teknologi dari masing-masing kelompok industri. Tabel 5.3 Koefisien Kontribusi Teknologi (TCC) Kelompok Industri Nama Perusahaan Koefisien Kontribusi Teknologi (TCC) ISIC Home Industri PT PLT ISIC CV ACK PD GM PD IT PT F PT SW PD AT PT JS CV R CV GLT PD PGM PT PK LHMI ISIC PT ABS V-3

4 UD. JBS E ISIC PT SJ PT HT PD S ISIC PT CM ISIC PT PPE PT CBP ISIC PT EDPN PT NRA ISIC PD DE ISIC PD JM PD JR Home Industri ISIC UD IL UD DS UD RJ PT PCIN Dari tabel tersebut terlihat bahwa dalam kelompok industri yang sama, ada perusahaan yang memiliki nilai TCC hampir sama, ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan dalam kontribusi teknologi total dari fasilitas transformasi terhadap outputnya. Sementara disisi lain ada perusahaan yang memiliki nilai TCC yang lebih tinggi daripada perusahaan lainnya. Perusahaan yang memiliki nilai TCC tertinggi dalam satu kelompok industri dianggap sebagai perusahaan yang terbaik dalam melakukan proses transformasi input menjadi output. 5.2 Analisis Gap Analisis kandungan teknologi dapat dijadikan sebagai alat pendukung keputusan, yaitu jika 2 fasilitas transformasi dievaluasi dengan menggunakan model teknometrik, suatu perusahaan yang lebih baik dari perusahaan lain dari sisi teknologi dapat diukur dengan melihat perbedaan nilai-nilai komponennya. Alasan adanya kesenjangan ini dapat dirunut kebelakang pada derajat kecanggihan dan juga state of the art-nya. Selanjutnya informasi ini dapat digunakan untuk rencana tindakan perbaikan dan/atau program peningkatan teknologi karena penyebab kesenjangan diketahui (ESCAP, 1989). V-4

5 a. Kelompok Industri ISIC Produk dari kelompok industri ini berupa produk-produk komponen dari karet, seperti suspension untuk mesin cuci, ouring dan sheel compresor ac. Bahan baku utamanya merupakan produk lokal. Mesin yang digunakan pada fasilitas sebagian besar adalah mesin impor. Proses pembuatan produk dilakukan dengan memanaskan bahan baku karet dan pencetakan. Tingkat pendidikan tenaga kerja sebagian besar SMP dan SMA. Nilai TCC dari industri rata-rata adalah 0.266, sedangkan untuk industri terbaik sebesar 0.325, seperti yang terlihat pada Gambar Nilai TCC Kelompok Industri ISIC rata-rata industri industri terbaik Gambar 5.1 Nilai TCC Kelompok Industri ISIC Dari Gambar 5.2 terlihat bahwa nilai kontribusi teknologi dari komponen humanware pada kelompok industri ini tidak berbeda, ini berarti bahwa kondisi humanware dalam kelompok industri tersebut sama, sehingga usaha perbaikan pada komponen ini tidak akan menambah peningkatan pada output. Kesenjangan terdapat pada komponen technoware, humanware dan orgaware, sehingga usaha perbaikan untuk meningkatkan nilai TCC dilakukan pada ke-3 komponen tersebut. V-5

6 Grafik THIO Kelompok Industri ISIC T O H rata-rata industri industri terbaik I Gambar 5.2 Grafik THIO Kelompok Industri ISIC b Kelompok industri ISIC Kelompok industri ini adalah industri yang melakukan jasa untuk pekerjaan logam dan barang dari logam. Produk yang dihasilkan antara lain berupa casing untuk vcd, amplifier, shaft rotor dan break wheel untuk pompa air, dan lain-lain. Bahan baku yang digunakan adalah logam, sebagian merupakan lokal, atau impor seperti stainless bar yang disediakan oleh perusahaan besar yang mensubkontrakkan pekerjaannya. Fasilitas banyak yang menggunakan mesin semi manual. Proses yang digunakan juga relatif sederhana, yaitu pemotongan, pembuatan lubang, penekukan, pencucian dan finishing. Tetapi ada juga yang sudah menggunakan fasilitas komputer seperti CNC. Tenaga kerja yang ada sebagian besar berpendidikan SMP dan SMA atau sekolah kejuruan. Nilai TCC dari rata-rata kelompok industri ini adalah sebesar 0.317, sedangkan industri terbaik sebesar Nilai TCC dalam kelompok industri ini dapat dilihat pada Gambar 5.3. Pada Gambar 5.4 terlihat adanya perbedaan dari ke-4 komponen teknologi antara rata-rata industri dengan industri terbaik, sehingga usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai TCC pada kelompok industri ini adalah dengan melakukan perbaikan pada ke-4 komponen tersebut. V-6

7 Nilai TCC Kelompok Industri ISIC rata-rata indus tri industri terbaik Gambar 5.3 Nilai TCC Kelompok Industri ISIC Grafik THIO Kelompok Industri ISIC O T H rata-rata indus tri industri terbaik I Gambar 5.4 Grafik THIO Kelompok Industri ISIC c. Kelompok Industri ISIC Berdasarkan pengelompokan ISIC, kelompok industri ini membuat peralatan rumah tangga dengan arus listrik. Adapun produk yang dihasilkan antara lain komponen magic jar dan komponen magic com. Nilai TCC dari industri ini adalah sedangkan industri terbaik sebesar Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.5. V-7

8 Nilai TCC Kelompok Industri industri industri terbaik Gambar 5.5 Nilai TCC Kelompok Industri ISIC Nilai kontribusi dari komponen teknologi seperti yang terlihat pada Gambar 5.6 menunjukkan bahwa nilai komponen technoware adalah sama, perbedaan terdapat pada komponen inforware dan orgaware. Untuk komponen humanware terlihat bahwa kondisinya lebih baik industri daripada industri terbaik (industri dengan nilai TCC terbesar). Hal ini bisa dijelaskan mengingat bahwa responden untuk industri tersebut masingmasing hanya 1, meskipun demikian nilai TCC dapat dijadikan acuan untuk menentukan industri terbaik diantara 2 responden tersebut. Dengan demikian usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai TCC adalah dengan memperbaiki komponen inforware dan orgaware. Grafik THIO Kelompok Industri ISIC T O H industri industri terbaik I Gambar 5.6 Grafik THIO Kelompok Industri ISIC V-8

9 d. Kelompok industri ISIC Kelompok industri ini merupakan industri yang membuat power transformer dengan bahan baku utamanya berupa kawat. Adapun proses pembuatannya relatif sederhana, yaitu pengukuran kawat, pemotongan, penggulungan dan pengelakan. Fasilitas yang dimiliki adalah fasilitas manual dan semimanual. Tenaga kerja yang ada pada kelompok industri ini sebagian besar berpendidikan SMP dan SLA. Nilai TCC untuk industri rata-rata adalah 0.307, sedangkan industri terbaik sebesar seperti yang terlihat pada Gambar 5.7. Nilai TCC Kelompok Industri ISIC rata-rata indus tri industri terbaik Gambar 5.7 Nilai TCC Kelompok Industri ISIC Nilai kontribusi komponen teknologi seperti yang terlihat pada Gambar 5.8, baik komponen technoware, humanware dan orgaware memiliki nilai yang sama antara industri rata-rata dengan industri terbaik. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi ketiga komponen pada kelompok industri tersebut tidak berbeda, sehingga usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai TCC pada kelompok ini adalah dengan memperbaiki komponen inforware saja. V-9

10 Grafik THIO Kelompok Industri ISIC T O H rata-rata industri indutri terbaik I Gambar 5.8 Grafik THIO Kelompok Industri ISIC e. Kelompok industri ISIC dan kelompok industri ISIC Kelompok industri ini tidak dapat dibandingkan mengingat jumlah responden masing-masing hanya 1. Nilai TCC dari masing-masing responden adalah sebesar dan 0.335, berarti bahwa kontribusi teknologi total dari proses transformasi terhadap output adalah sebesar 31,3% dan 33,5%. Kelompok industri ini menghasilkan komponen kabel untuk kipas angin dan speaker aktive. Untuk meningkatkan kapabilitas teknologi pada kelompok industri ini dapat dilakukan dengan proses pembelajaran. Seperti yang diusulkan oleh Lundvall (1988) dan Von Hippel (1998) dalam Lal dan Oyeyinka (2006) akumulasi teknologi tidak hanya menggunakan dan mengembangkan kemampuan internal tapi juga dengan pembelajaran melalui interaksi dengan sumber-sumber lain. Sebagai contoh perusahaan berinteraksi dengan produsen teknologi, supplier dan konsumen. Pada kenyataannya, adanya design yang dominan dan kemampuan flesibilitas yang lebih besar seringkali diperoleh melalui interaksi dengan pengguna produk. Adanya bentuk interaksi yang berbeda antara produsen teknologi, supplier dan konsumen dianggap penting dalam proses penerimaan teknologi dalam perusahaan. Kerangka teoritis dapat dilihat pada Gambar 5.9. V-10

11 Proses internal yang berperan dalam membangun kapabilitas teknologi adalah learning by-doing, learning-by-using dan learning-by-searching (Lal dan Oyeyinka, 2006). Learning by-doing adalah proses pembelajaran selama menggunakan teknologi yang membuat pekerjaan menjadi lebih baik, sedangkan learning-by-using adalah pembelajaran yang menuju pada proses perbaikan manufaktur. Learning by searching termasuk perbaikan teknologi melalui R&D (Rosenberg, 1982). Hasil studi yang dilakukan oleh Rosenberg pada proses pembelajaran melalui in-house training, learning-by-doing, internet-searching, learning-by-interaction dan training ke luar negri disimpulkan bahwa learning-by-doing yang dilakukan merupakan cara yang paling efektif dalam penerimaan teknologi di industri kecil dan menengah. f. Kelompok industri ISIC Produk dari kelompok industri ini adalah dudukan lampu. Bahan baku yang digunakan berupa logam, merupakan produk lokal. Fasilitas yang dimiliki sebagian besar merupakan mesin impor. Banyak menggunakan mesin-mesin semi manual serta menggunakan proses yang relatif sederhana, yaitu pemotongan, pembuatan lubang, penekukan serta proses pengecatan. Tenaga kerja pada kelompok ini umumnya SMP dan SMA. Nilai TCC rata-rata industri pada kelompok industri ini sebesar sedangkan industri terbaik adalah 0.333, seperti terlihat pada Gambar 5.10 V-11

12 Nilai TCC Kelompok Industri ISIC indus tri indus tri terbaik Gambar 5.10 Nilai TCC Kelompok Industri ISIC Pada Gambar 5.11 terlihat bahwa terdapat kesenjangan pada ke-4 komponen teknologi, sehingga usaha untuk meningkatkan nilai TCC dilakukan dengan memperbaiki ke-4 komponen tersebut. O Grafik THIO Kelompok Industri ISIC T H industri industri terbaik I Gambar 5.11 Grafik THIO Kelompok Industri ISIC g. Kelompok Industri ISIC Kelompok industri ini menghasilkan alat komunikasi, diantaranya adalah telpon, faksimile, dan alat komunikasi di bandara. Bahan baku yang digunakan adalah biji plastik serta logam. Proses yang dilakukan berbeda tergantung produk yang dibuat. Fasilitas yang digunakan adalah mesin manual dan semi manual, bahkan ada yang menggunakan fasilitas komputer seperti CNC (Computer Numerical Control). Tenaga kerja pada V-12

13 kelompok ini adalah SMA atau kejuruan dan perguruan tinggi. Nilai TCC industri adalah sedangkan industri terbaik sebesar sebagaimana terlihat pada Gambar Nilai TCC Kelompok Industri ISIC industri industri terbaik Gambar 5.12 Nilai TCC Kelompok Industri ISIC Nilai kontribusi komponen dapat dilihat pada Gambar 5.13 terdapat kesenjangan pada ke-4 komponennya, sehingga usaha untuk meningkatkan nilai TCC adalah dengan memperbaiki ke-4 komponennya. Grafik THIO Kelompok Industri ISIC T O H indus tri indus tri terbaik I Gambar 5.13 Grafik THIO Kelompok Industri ISIC h. Kelompok Industri ISIC Kelompok industri ini membuat kabinet untuk speaker aktif. Bahan baku yang digunakan menggunakan bahan baku lokal. Proses pembuatannya relatif sederhana dan masih banyak menggunakan mesin-mesin manual V-13

14 sehingga tidak membutuhkan tingkat ketrampilan tertentu untuk mengoperasikannya. Tenaga kerja yang ada pada kelompok ini sebagian besar hanya berpendidikan SD. Pada kelompok ini, nilai rata-rata TCC kelompok industri ini sebesar 0.25, sedangkan industri terbaik 0.33, seperti yang terlihat pada Gambar adalah Nilai TCC Kelompok Industri ISIC rata-rata indus tri industri terbaik Gambar 5.14 Nilai TCC Kelompok Industri ISIC Dari Gambar 5.15 terlihat bahwa pada kelompok industri ini nilai komponen technoware, humanware dan inforware adalah sama. Hal ini mangindikasikan bahwa kondisi komponen-komponen tersebut pada industri rata-rata dan industri terbaik adalah sama, sehingga usaha perbaikan pada ke-3 komponen tersebut tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan output. Kesenjangan terjadi pada komponen orgaware, sehingga usaha untuk mengatasi kesenjangan ini adalah dengan perbaikan pada komponen ini sehingga akan meningkatkan nilai TCC. Grafik THIO Kelompok Industri ISIC O T H rata-rata industri industri terbaik I Gambar 5.15 Grafik THIO Kelompok industri ISIC V-14

15 h. Kelompok Industri ISIC Kelompok industri ini menghasilkan produk-produk hasil cetakan, seperti: impeler untuk mesin pompa air. Bahan baku produk ini merupakan hasil daur ulang dari logam, seperti srub kuningan yang diperoleh dari sisa industri serta produk yang usang. Proses pembuatannya relatif sederhana, bahan baku biasanya dilebur pada suhu tinggi lalu dituangkan kedalam cetakan sesuai bentuk yang diinginkan. Tingkat pendidikan tenaga kerja sebagian besar SD, SMP dan SMA. Nilai TCC dari rata-rata industri pada kelompok ini sebesar 0.287, sedangkan industri terbaik adalah Hal ini dapat dilihat pada Gambar Permasalahan utama yang ada pada kelompok industri ini adalah masih terbatasnya kemampuan untuk membuat cetakan, hal ini lebih disebabkan karena biaya yang dibutuhkan untuk membuatnya relatif mahal, sehingga pengusaha lebih menyukai untuk melakukan order pembuatan cetakan pada pengusaha lain. Gambar 5.17 memperlihatkan bahwa kelompok industri ini memiliki nilai yang sama untuk komponen humanware, hal ini menunjukkan bahwa kondisi humanware pada rata-rata industri dengan industri terbaik tidak berbeda. Kesenjangan terjadi pada komponen technoware, inforware dan orgaware, sehingga usaha peningkatan nilai TCC pada kelompok industri ini dilakukan dengan menggunakan ketiga komponen tadi. Nilai TCC Kelompok Industri ISIC rata-rata industri industri terbaik Gambar 5.16 Nilai TCC Kelompok Industri ISIC V-15

16 Grafik THIO Kelompok Industri ISIC T O 0 H rata-rata indus tri indus tri terbaik I Gambar 5.17 Nilai THIO Kelompok Industri ISIC Karakteristik IKM Komponen Elektronika Berdasarkan analisis kandungan teknologi serta analisis kondisi internal dan eksternal, maka Industri Kecil Menengah (IKM) komponen elektronika memiliki karakteristik sebagai berikut : Mempunyai keterkaitan yang luas, baik terhadap industri penghasil bahan baku, industri elektronika dan sektor pemakai Industri Kecil Menengah (IKM) komponen elektronika merupakan industri dengan teknologi yang relatif sederhana sampai menengah Memiliki ketergantungan yang besar pada industri elektronika Secara geografis, lokasi IKM tersebar serta pada masing-masing lokasi dalam jumlah kecil 5.4 Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan hasil analisis gap dan analisis kondisi internal dan eksternal diketahui bahwa perlu adanya suatu usaha untuk meningkatkan teknologi pada masing-masing kelompok industri. Untuk itulah disusun suatu rekomendasi kebijakan seperti yang terdapat pada Tabel 5.4, yang terdiri dari kelompok industri, aspek teknologi, rencana aksi serta program yang akan dilakukan. Adapun tujuan dari kebijakan serta strategi yang diusulkan adalah sebagai berikut: V-16

17 Tujuan kebijakan adalah untuk meningkatkan kemampuan teknologi pada masing-masing kelompok industri, selanjutnya dari hasil analisis gap dikembangkan suatu strategi untuk mencapai tujuan tersebut yaitu melalui perbaikan komponen-komponennya dengan prioritas berdasarkan nilai intensitas kontribusi komponen-komponennya (technoware, humanware, inforware dan orgaware). V-17

18 Tabel 5.4 Rekomendasi Usulan Kebijakan Kelompok Industri Aspek Teknologi Permasalahan Rencana Aksi Program ISIC Technoware Fasilitas design produk, design cetakan dan pengujian kepresisian masih manual Fasilitas membuat cetakan tidak ada Peningkatan fasilitas design produk, design cetakan, pembuatan cetakan dan pengujian kepresisian Pengadaan komputer untuk design produk, design cetakan dan fasilitas pengujian kepresisian yang lebih teliti Pengadaan fasilitas membuat cetakan Humanware Inforware Orgaware Pengusaha jarang meningkatkan skill tenaga kerja Penyimpanan data masih manual Tidak memiliki SOP Tidak pernah mengikuti pameran Sistem managemen mutu tidak dilaksanakan Tidak ada perencanaan Peningkatan skill tenaga kerja Peningkatan sistem informasi perusahaan Berpartisipasi dalam kegiatan pameran Perbaikan sistem managemen perusahaan Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja Pelatihan komputer dan jaringan internet Pelatihan pembuatan SOP Menyelenggarakan pameran Pelatihan managemen bagi pengusaha Pelatihan membuat perencanaan V-18

19 Kelompok Industri Aspek Teknologi Permasalahan Rencana Aksi Program ISIC Technoware Fasilitas design produk dan pengujian kepresisian masih manual Peningkatan fasilitas design produk dan pengujian kepresisian Pengadaan komputer untuk design produk dan fasilitas pengujian kepresisian yang lebih teliti Humanware Pengusaha jarang meningkatkan skill tenaga kerja Peningkatan pengetahuan dan skill tenaga kerja Pelatihan in-house Magang pada perusahaan Kerjasama dengan perusahaan lain Inforware Tidak memiliki SOP Tidak pernah mengikuti pameran Peningkatan sistem informasi perusahaan Berpartisipasi dalam kegiatan pameran Pelatihan pembuatan SOP Menyelenggarakan pameran Orgaware Tidak ada perencanaan Perbaikan sistem managemen perusahaan Pelatihan membuat perencanaan ISIC Technoware Fasilitas desain produk masih manual Fasilitas design cetakan dan pembuatan cetakan tidak ada Peningkatan fasilitas design produk, design cetakan dan pembuatan cetakan Pengadaan komputer untuk design produk Pengadaan fasilitas design cetakan dan pembuatan cetakan V-19

20 Kelompok Industri Aspek Teknologi Permasalahan Rencana Aksi Program Humanware Inforware Kemampuan merawat mesin rendah Pengusaha jarang meningkatkan skill tenaga kerja Penyimpanan data masih manual Memiliki SOP tapi tidak dilaksanakan Tidak pernah mengikuti pameran Mengikuti perkembangan produk terbaru Peningkatan skill tenaga kerja Perbaikan sistem informasi bagi kegiatan Berpartisipasi dalam kegiatan pameran Mengikuti berbagai pameran produk di dalam maupun luar negri Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja Pelatihan komputer dan jaringan internet Sosialisasi pentingnya pelaksanaan SOP bagi kegiatan Menyelenggarakan pameran Orgaware Sistem managemen mutu tidak baik Tidak ada perencanaan Perbaikan sistem managemen perusahaan Pelatihan managemen mutu Pelatihan membuat perencanaan ISIC Technoware Fasilitas design produk masih manual Peningkatan design produk Pengadaan komputer untuk design produk V-20

21 Kelompok Industri Aspek Teknologi Permasalahan Rencana Aksi Program Humanware Pengusaha jarang meningkatkan skill tenaga kerja Peningkatan skill tenaga kerja Pelatihan bagi tenaga kerja Inforware Penyimpanan data masih manual Tidak memiliki SOP Perusahaan tidak pernah mengikuti pameran Peningkatan sistem informasi perusahaan Berpartisipasi dalam pameran Pelatihan komputer dan jaringan internet Pelatihan membuat SOP Menyelenggarakan pameran Orgaware Perusahaan tidak memiliki visi Tidak ada perencanaan Perbaikan sistem managemen perusahaa Pelatihan managemen bagi pengusaha Pelatihan membuat perencanaan ISIC Technoware Fasilitas design produk dan pengujian kepresisian masih manual Peningkatan fasilitas design produk dan pengujian kepresisian Pengadaan komputer untuk design produk dan fasilitas pengujian kepresisian yang lebih teliti V-21

22 Kelompok Industri Aspek Teknologi Permasalahan Rencana Aksi Program Humanware Kurangnya kemampuan berkreasi dan berinovasi Kurangnya kemampuan merawat mesin Pengusaha jarang meningkatkan skill tenaga kerja Peningkatan skill tenaga kerja Mengikuti perkembangan produk terbaru Pelatihan bagi tenaga kerja Kerjasama dg perusahaan lain Inforware Tidak memiliki SOP Perusahaan tidak pernah mengikuti pameran Perbaikan sistem informasi perusahaan Berpartisipasi dalam kegiatan pameran Pelatihan membuat SOP Menyelenggarakan pameran V-22

23 Kelompok Industri Aspek Teknologi Permasalahan Rencana Aksi Program Orgaware Perusahaan tidak memiliki visi Kurangnya penciptaan lingkungan yang kondusif Kurang efektifnya kepemimpinan perusahaan Kurangnya kemampuan perusahaan untuk bersaing dg perusahaan sejenis Tidak ada perencanaan ISIC Technoware Fasilitas membuat cetakan tidak ada Humanware Pengusaha jarang meningkatkan skill tenaga kerja Inforware Memiliki SOP tapi tidak dilaksanakan Perusahaan tidak pernah mengikuti pameran Perbaikan sistem managemen perusahaan Peningkatan efisiensi perusahaan Peningkatan fasilitas membuat cetakan Peningkatan skill tenaga kerja Peningkatan sistem informasi perusahaan Berpartisipasi dalam kegiatan pameran Pelatihan managemen bagi pengusaha Pelatihan membuat perencanaan Pengadaan fasilitas membuat cetakan Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja Sosialisasi pentingnya pelaksanaan SOP bagi kegiatan Menyelenggarakan pameran V-23

24 Kelompok Industri Aspek Teknologi Permasalahan Rencana Aksi Program Orgaware Kurang efektifnya kepemimpinan Tidak ada perencanaan Perbaikan sistem managemen perusahaan Pelatihan managemen bagi pengusaha Pelatihan membuat perencanaan ISIC Technoware Fasilitas design produk dan pengujian kepresisian masih manual Peningkatan fasilitas design produk dan pengujian kepresisian Pengadaan fasilitas komputer untuk design produk dan fasilitas pengujian kepresisian yang lebih teliti Humanware Tingkat pendidikan tenaga kerja sebagian besar SD Kurangnya kemampuan mengatasi permasalahan Pengusaha tidak pernah meningkatkan skill tenaga kerja Peningkatan pengetahuan dan skill tenaga kerja Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja Kerjasama dg perusahaan lain Magang V-24

25 Kelompok Industri Aspek Teknologi Permasalahan Rencana Aksi Program Inforware Penyimpanan data masih manual Tidak memiliki SOP Jarang ada pertemuan antar pengusaha Perusahaan tidak pernah mengikuti pameran Peningkatan sistem informasi perusahaan Mengadakan pertemuan usaha sejenis dibawah kordinasi Departemen terkait Pelatihan komputer dan jaringan internet Pelatihan membuat SOP Pembentukan asosiasi Menyelenggarakan pameran Orgaware Sistem manageman mutu tidak baik Tidak ada perencanaan Perbaikan sistem managemen Pelatihan sistem managemen mutu Pelatihan membuat perencanaan ISIC Technoware Fasilitas design produk, design cetakan, membuat cetakan dan pengujian kepresisian masih manual Humanware Pengusaha jarang meningkatkan skill tenaga kerja Peningkatan fasilitas design produk, design cetakan, pembuatan cetakan dan pengujian kepresisian Peningkatan skill tenaga kerja Pengadaan fasilitas komputer untuk design produk, design cetakan, pembuatan cetakan dan fasilitas pengujian kepresisian yang lebih teliti Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja V-25

26 Kelompok Industri Aspek Teknologi Permasalahan Rencana Aksi Program Inforware Penyimpanan data masih manual Memiliki SOP tapi tidak melaksanakannya Perusahaan tidak pernah mengikuti pameran Perbaikan sistem informasi Berpartisipasi dalam kegiatan pameran Pelatihan komputer dan jaringan internet Sosialisasi pentingnya pelaksanaan SOP bagi kegiatan Menyelenggarakan pameran Orgaware Tidak ada perencanaan Perbaikan sistem managemen perusahaan Pelatihan membuat perencanaan V-26

27 5.5 Jadual Implementasi Tabel selama 5 tahun kedepan. berikut ini merupakan jadual implementasi yang akan dilaksanakan Tabel 5.5. Jadual implementasi Kelompok Industri ISIC No Rencana Aksi 1 Pengadaan komputer untuk design produk, design cetakan dan fasilitas pengujian kepresisian yang lebih teliti 2 Pengadaan fasilitas membuat cetakan 3 Pelatihan komputer dan jaringan internet Tahun Stakeholder Depperin Depperin 4 Pelatihan pembuatan SOP 5 Menyelenggarakan pameran 6 Pelatihan managemen bagi pengusaha 7 Pelatihan membuat perencanaan V-27

28 Tabel 5.6. Jadual implementasi Kelompok Industri ISIC No Rencana Aksi 1 Pengadaan komputer untuk design produk 2 Pengadaan fasilitas design cetakan dan pembuatan cetakan Tahun Stakeholder Depperin Depperin 3. Pelatihan in-house 4 Magang pada perusahaan Perusahaan besar 5 Kerjasama dengan perusahaan lain Perusahaan besar 6 Pelatihan pembuatan SOP 7 Menyelenggarakan pameran 8 Pelatihan membuat perencanaan V-28

29 Tabel 5.7. Jadual Implementasi Kelompok Industri ISIC No Rencana Aksi 1 Pelatihan komputer dan jaringan internet 2 Sosialisasi pentingnya pelaksanaan SOP bagi kegiatan Tahun Stakeholder 3 Menyelenggarakan pameran 4 Pelatihan managemen mutu 5 Pelatihan membuat perencanaan V-29

30 Tabel Jadual Implementasi Kelompok Industri ISIC No Rencana Aksi 1 Pelatihan komputer dan jaringan internet Tahun Stakeholder 2 Pelatihan membuat SOP 3 Menyelenggarakan pameran V-30

31 Tabel Jadual Implementasi Kelompok Industri ISIC No Rencana Aksi 1 Pengadaan komputer untuk design produk dan fasilitas pengujian kepresisian yang lebih teliti Tahun Stakeholder Depperin 2 Pelatihan bagi tenaga kerja 3 Kerjasama dg perusahaan lain Perusahaan besar 4 Pelatihan membuat SOP 5 Menyelenggarakan pameran 6 Pelatihan managemen bagi pengusaha 7 Pelatihan membuat perencanaan V-31

32 Tabel 5.10 Jadual Implementasi Kelompok Industri ISIC No Rencana Aksi 1 Pengadaan fasilitas membuat cetakan 2 Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja 3 Sosialisasi pentingnya pelaksanaan SOP bagi kegiatan Tahun Stakeholder Depperin 4 Menyelenggarakan pameran 5 Pelatihan managemen bagi pengusaha 6 Pelatihan membuat perencanaan V-32

33 Tabel Jadual Implementasi Kelompok Industri ISIC No Rencana Aksi 1 Pelatihan sistem managemen mutu 2 Pelatihan membuat perencanaan Tahun Stakeholder Tabel Jadual Implementasi Kelompok Industri ISIC No Rencana Aksi 1 Pengadaan fasilitas komputer untuk design produk, design cetakan, pembuatan cetakan dan fasilitas pengujian kepresisian yang lebih teliti 2 Pelatihan komputer dan jaringan internet 3 Sosialisasi pentingnya pelaksanaan SOP bagi kegiatan Tahun Stakeholder Depperin 4 Menyelenggarakan pameran 5 Pelatihan membuat perencanaan V-33

34

11. Yaudil H, 2003, Aspek Pengembangan Kerjasama Industri Kecil dan Menengah IKM dan Implikasinya terhadap Kebijakan Pengembangan IKM, Tesis Magister

11. Yaudil H, 2003, Aspek Pengembangan Kerjasama Industri Kecil dan Menengah IKM dan Implikasinya terhadap Kebijakan Pengembangan IKM, Tesis Magister DAFTAR PUSTAKA 1. Buku I. Kebijakan dan Strategi Umum Pengembangan Industri Kecil Menengah, Depperindag RI, 22 2. ESCAP, 1988, A Framework Technology Based Development-an Overview, Volume One, Asian and

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan gambaran tentang Industri Kecil dan Menengah ( IKM) komponen elektronika yang ada. Data primer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini telah mengubah struktur ekonomi sesuai dengan pola umum yang terjadi di negara-negara berkembang, yaitu semakin kecilnya peran

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI TEKNOLOGI PADA INDUSTRI ( Studi Kasus : Industri Kecil dan Menengah (IKM) Komponen Elektronika)

ANALISIS KONTRIBUSI TEKNOLOGI PADA INDUSTRI ( Studi Kasus : Industri Kecil dan Menengah (IKM) Komponen Elektronika) ANALISIS KONTRIBUSI TEKNOLOGI PADA INDUSTRI ( Studi Kasus : Industri Kecil dan Menengah (IKM) Komponen Elektronika) TESIS Karya Tulis ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembentukan klaster industri kecil tekstil dan produk tekstil pada Bab IV. Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap model

Lebih terperinci

PENILAIAN TEKNOLOGI UNTUK MENENTUKAN POSISI TEKNOLOGI 2 INDUSTRI PEMBUAT SKOP DENGAN METODE TEKNOMETRIK

PENILAIAN TEKNOLOGI UNTUK MENENTUKAN POSISI TEKNOLOGI 2 INDUSTRI PEMBUAT SKOP DENGAN METODE TEKNOMETRIK PENILAIAN TEKNOLOGI UNTUK MENENTUKAN POSISI TEKNOLOGI 2 INDUSTRI PEMBUAT SKOP DENGAN METODE TEKNOMETRIK Retno Indriartiningtias 1, Resta Amijaya, dan Widi Nugroho Laboratorium Manajemen Industri Program

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Peta lokasi penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Peta lokasi penelitian 12 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2011. Pengamatan dan pengumpulan data akan dilaksanakan bulan Agustus 2011 di

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Maxfield vide Nazir (2003), studi kasus merupakan penelitian tentang status subjek penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Adanya kebijakan otonomi daerah memberikan perubahan yang sangat mendasar bagi dunia usaha dalam menunjang pembangunan perekonomian daerah. Salah satu unsur

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI SOPHISTICATED TECHNOLOGY MELALUI PENDEKATAN TEKNOMETRIK UNTUK STRATEGI BERSAING (STUDI KASUS : PT PETROKIMIA GRESIK)

ANALISIS PERFORMANSI SOPHISTICATED TECHNOLOGY MELALUI PENDEKATAN TEKNOMETRIK UNTUK STRATEGI BERSAING (STUDI KASUS : PT PETROKIMIA GRESIK) ANALISIS PERFORMANSI SOPHISTICATED TECHNOLOGY MELALUI PENDEKATAN TEKNOMETRIK UNTUK STRATEGI BERSAING (STUDI KASUS : PT PETROKIMIA GRESIK) Rina Sandora*, Udisubakti Ciptomulyono**, Hari Supriyanto*** Pascasarjana

Lebih terperinci

Keywords: Technology management, Technometric, Technologi Contribution Coefficient (TCC), Analytical Hierarchi Process (AHP).

Keywords: Technology management, Technometric, Technologi Contribution Coefficient (TCC), Analytical Hierarchi Process (AHP). ASSESMENT TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI PRESS TOOL DI PT. KENZA PRESISI PRATAMA DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK Akbar Arsyad, Udisubekti Cipto Mulyono, Haryono Program Pascasarjana Program Studi Magister Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam industri manufaktur terdapat persaingan yang kuat terutama di era

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam industri manufaktur terdapat persaingan yang kuat terutama di era BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam industri manufaktur terdapat persaingan yang kuat terutama di era global. Pada era tersebut banyak perusahaan yang memperkenalkan produk mereka melalui dunia

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA The Assesment of Technology Level in Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA The Assesment of Technology Level in Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA The Assesment of Technology Level in Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta Oleh: Achmad Fauzan 1 *, Yopi Novita 2, dan Vita Rumanti

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Salah satu cara yang dapat ditempuh manusia agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan tuntutan zaman adalah melalui penerapan dan pengembangan teknologi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya serap tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya serap tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia, terutama ditinjau dari segi jumlah unit usaha dan daya serap tenaga kerja. Berdasarkan

Lebih terperinci

Mengukur Kapabilitas Teknologi Industri Kecil Batik (Studi Kasus Batik Komar Bandung)

Mengukur Kapabilitas Teknologi Industri Kecil Batik (Studi Kasus Batik Komar Bandung) Performa (2010) Vol. 9, No.2: 11-18 Mengukur Kapabilitas Teknologi Industri Kecil Batik (Studi Kasus Batik Komar Bandung) Retno Indriartiningtias * Bidang Minat Manajemen Industri, Universitas Trunojoyo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era sekarang ini dimana industri sudah semakin maju dan kompetisi

BAB I PENDAHULUAN. Pada era sekarang ini dimana industri sudah semakin maju dan kompetisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada era sekarang ini dimana industri sudah semakin maju dan kompetisi produk kian transparan serta inovasi-inovasi bermunculan demi mendapatkan hasil yang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENGUKURAN ASPEK TEKNOLOGI PADA INDUSTRI KREATIF KERAJINAN SANGKAR BURUNG DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK

NASKAH PUBLIKASI PENGUKURAN ASPEK TEKNOLOGI PADA INDUSTRI KREATIF KERAJINAN SANGKAR BURUNG DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK NASKAH PUBLIKASI PENGUKURAN ASPEK TEKNOLOGI PADA INDUSTRI KREATIF KERAJINAN SANGKAR BURUNG DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 20 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Manajemen Galangan Galangan PT. Proskuneo Kadarusman memiliki fungsi sebagai tempat membangun, merawat, dan memperbaiki kapal. Jumlah kapal yang dibangun di galangan tersebut

Lebih terperinci

Kemampuan Teknologi. Sumber: United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific A Framework for Technology-Based Development, 1989

Kemampuan Teknologi. Sumber: United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific A Framework for Technology-Based Development, 1989 Kemampuan Teknologi Sumber: United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific A Framework for Technology-Based Development, 1989 Wieke Irawati Kodri fe_bandung@yahoo.com Empat komponen

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR GAMBAR. 1.1 Latar Belakang 12 DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1.1. Kerangka Teknologi ATLAS... 1 2. Gambar.1.2. Diagram Keterkaitan... 4 3. Gambar 1.3. Alur Penelitian... 7 4. Gambar 2.1. Proses Input dan Output... 8 5. Gambar 2.2. Skema

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI KEUNGGULAN BERSAING PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN MELALUI PENILAIAN KINERJA TEKNOLOGI

PERUMUSAN STRATEGI KEUNGGULAN BERSAING PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN MELALUI PENILAIAN KINERJA TEKNOLOGI PERUMUSAN STRATEGI KEUNGGULAN BERSAING PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN MELALUI PENILAIAN KINERJA TEKNOLOGI Ari Basuki Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura, e-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. molding) dan pembuatan checking fixture. Injection molding/plastic molding

BAB I PENDAHULUAN. molding) dan pembuatan checking fixture. Injection molding/plastic molding BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri komponen otomotif di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan industri otomotif. Industri penunjang komponen otomotif juga ikut berkembang salah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUKURAN ASPEK TEKNOLOGI PADA INDUSTRI KREATIF KERAJINAN SANGKAR BURUNG DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUKURAN ASPEK TEKNOLOGI PADA INDUSTRI KREATIF KERAJINAN SANGKAR BURUNG DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUKURAN ASPEK TEKNOLOGI PADA INDUSTRI KREATIF KERAJINAN SANGKAR BURUNG DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya pembuatan, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat uji, diagram alir pembuatan alat uji serta langkah-langkah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN i iii iv v I. PENDAHULUAN.. 1 A. Latar Belakang.. 1 B. Identifikasi dan rumusan masalah. 4 C. Tujuan 6 D. Manfaat. 6 E. Ruang Lingkup..

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Kontribusi Teknologi Dalam Produksi Keripik Buah Menggunakan Metode Technology Coefficient Contribution (TCC) di Kabupaten Malang

Analisis Tingkat Kontribusi Teknologi Dalam Produksi Keripik Buah Menggunakan Metode Technology Coefficient Contribution (TCC) di Kabupaten Malang Analisis Tingkat Kontribusi Dalam Produksi Keripik Buah Menggunakan Metode Technology Coefficient Contribution (TCC) di Kabupaten Malang Analysis of Contributions of Technology in Production of Fruit Chips

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada bidang telkomunikasi, teknologi menjadi hal yang sangat penting. Teknologi di bidang telekomunikasi berkembang dengan sangat cepat. Perkembangan tersebut didorong

Lebih terperinci

PENILAIAN TEKNOLOGI DENGAN METODE TEKNOMETRIK DI PT. INDO ACIDATAMA CHEMICAL INDUSTRY SOLO. Ratna Purwaningsih, Heru Prastawa, Zainal Fanani R 1

PENILAIAN TEKNOLOGI DENGAN METODE TEKNOMETRIK DI PT. INDO ACIDATAMA CHEMICAL INDUSTRY SOLO. Ratna Purwaningsih, Heru Prastawa, Zainal Fanani R 1 PENILAIAN TEKNOLOGI DENGAN METODE TEKNOMETRIK DI PT. INDO ACIDATAMA CHEMICAL INDUSTRY SOLO Ratna Purwaningsih, Heru Prastawa, Zainal Fanani R 1 ABSTRAK Dalam dunia industri yang terus menerus berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh

BAB I PENDAHULUAN. apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi global mempengaruhi kondisi ekonomi di Indonesia, apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh Danareksa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang elektronika saat ini berkembang cepat sekali dan berpengaruh dalam pembuatan alat-alat canggih, yaitu alat yang dapat bekerja secara otomatis

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT KONTRIBUSI TEKNOLOGI DI PT. WIRASINDO SANTAKARYA MENGGUNAKAN METODE TEKNOMERIK

PENILAIAN TINGKAT KONTRIBUSI TEKNOLOGI DI PT. WIRASINDO SANTAKARYA MENGGUNAKAN METODE TEKNOMERIK PENILAIAN TINGKAT KONTRIBUSI TEKNOLOGI DI PT. WIRASINDO SANTAKARYA MENGGUNAKAN METODE TEKNOMERIK Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Industri Fakultas

Lebih terperinci

MEKANIKA Volume 8 Nomor 2, Maret 2010

MEKANIKA Volume 8 Nomor 2, Maret 2010 158 PENILAIAN TINGKAT KANDUNGAN TEKNOLOGI (TECHNOLOGY CONTENT ASSESSMENT) PENGECORAN BAJA DI CV. X DAN CV. Y DENGAN METODE AHP DAN TECHNOLOGY CONTRIBUTION COEFFICIENT (TCC) Taufiq Rochman 1, Wakhid A.

Lebih terperinci

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data. BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah istilah dalam bahasa Jepang berarti perbaikan terus-menerus (continuous

BAB I PENDAHULUAN. adalah istilah dalam bahasa Jepang berarti perbaikan terus-menerus (continuous BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis percetakan semakin maju dan tumbuh semakin cepat dengan menggunakan teknologi mesin cetak yang modern. Persaingan percetakan semakin banyak dikarenakan

Lebih terperinci

Analisis Kontribusi Komponen Teknologi Pada PDP Kahyangan Kabupaten Jember

Analisis Kontribusi Komponen Teknologi Pada PDP Kahyangan Kabupaten Jember Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 20, ISBN : 9-02-9-- Analisis Kontribusi Komponen Teknologi Pada PDP Kahyangan Kabupaten Jember Naning Retnowati ), Financia Mayasari

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI DI INDUSTRI KREATIF BATIK LAWEYAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK

NASKAH PUBLIKASI IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI DI INDUSTRI KREATIF BATIK LAWEYAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK NASKAH PUBLIKASI IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI DI INDUSTRI KREATIF BATIK LAWEYAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

Analisis Kontribusi Komponen Teknologi Pada UKM Keripik Buah Di Kota Batu

Analisis Kontribusi Komponen Teknologi Pada UKM Keripik Buah Di Kota Batu Analisis Kontribusi Pada Keripik Buah Di Kota Batu Analysis of Contributions Component Technology In SME Fruit Chips In Batu City Sigit Prayitno 1) *, Imam Santoso 2), Usman Effendi 2) 1) Alumni Jurusan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan

PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan gurulah

Lebih terperinci

Andi Sultan Warafakih 1, Endang Chumaidiyah 2, Rio Aurachman 3

Andi Sultan Warafakih 1, Endang Chumaidiyah 2, Rio Aurachman 3 ANALISIS KANDUNGAN TEKNOLOGI 3G PADA LAYANAN TELKOMSEL FLASH DENGAN METODE TEKNOMETRIK DI PT. TELKOMSEL JAKARTA SELATAN ANALYSIS OF CONTENT TECHNOLOGY 3G FOR TELKOMSEL FLASH SERVICES USING TECHNOMETRIC

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun diperkirakan sekitar 1,15%

I. PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun diperkirakan sekitar 1,15% I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2008 adalah 227.779.100 orang. Tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2005-2010 diperkirakan sekitar 1,15% per tahun dan pada tahun

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Desain furnitur yang berkualitas mengandung kompleksitas nilai, ketrampilan teknik, muatan filosofi maupun metodologi. Pertimbangan perencanaan desain lampu hias

Lebih terperinci

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 1 Edisi April 2011 Hal 29-38

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 1 Edisi April 2011 Hal 29-38 BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume XIX No. 1 Edisi April 2011 Hal 29-38 ANALISIS PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI PADA GALANGAN KAPAL DI SEKITAR PPI MUARA ANGKE (The Analysis of Shipyard s Technology Level

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industrialisasi dan inovasi teknologi yang semakin pesat membuat perusahaan menjadi lebih kompetitif dalam mengahadapi persaingan yang semakin

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan gurulah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POTENSI PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL Kasus Industri Kecil Mebel Kayu di Pekanbaru

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POTENSI PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL Kasus Industri Kecil Mebel Kayu di Pekanbaru ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POTENSI PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL Kasus Industri Kecil Mebel Kayu di Pekanbaru Ruzikna Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri percetakan adalah salah satu industri yang selalu berhubungan dengan gambar dan tulisan untuk dijadikan sebuah hardcopy. Semakin berkembangnya zaman, industri

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI.. ii DAFTAR TABEL.. iv DAFTAR GAMBAR.. vi DAFTAR LAMPIRAN vii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. 1 B. Visi dan Misi.. 3 C. Identifikasi Masalah 4 D. Perumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan sepatu, sandal berbahan dasar karet dan bahan baku dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan sepatu, sandal berbahan dasar karet dan bahan baku dasar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UD Eka merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang pembuatan sepatu, sandal berbahan dasar karet dan bahan baku dasar untuk pembuatan sol. Perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini dihadapkan pada era

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini dihadapkan pada era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini dihadapkan pada era perdagangan bebas dan globalisasi dunia usaha. Adanya globalisasi dapat dilihat dengan tumbuhnya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan National Garment merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pembuatan barang fashion seperti kaos,kemeja,celana,jaket

Lebih terperinci

TECHNOLOGY ATLAS PROJECT METHOD DAN MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH SEBAGAI ALAT PENJAMINAN MUTU JASA PENDIDIKAN 1

TECHNOLOGY ATLAS PROJECT METHOD DAN MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH SEBAGAI ALAT PENJAMINAN MUTU JASA PENDIDIKAN 1 TECHNOLOGY ATLAS PROJECT METHOD DAN MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH SEBAGAI ALAT PENJAMINAN MUTU JASA PENDIDIKAN 1 Moh. Adam Jerusalem, S.T., S.H. Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini, kebutuhan primer hingga tersier manusia terus meningkat bersamaan dengan berkembangnya teknologi. Yang kemudian berdampak pada bertambahnya sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis dewasa ini menunjukkan intensitas yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis dewasa ini menunjukkan intensitas yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis dewasa ini menunjukkan intensitas yang semakin tinggi diberbagai bidang industri. Industri elektronik merupakan salah satu industri yang saat ini

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui cacat terbesar yaitu cacat produk salah ukuran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah CNC dalam Wikipedia yang diakses tahun maret 2013, mempunyai pengertian sebagai berikut: Computer Numerical Control / CNC (berarti "komputer kontrol numerik")

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA Oleh : Azwar Harahap Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas, setiap perusahaan dituntut untuk dapat selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas, setiap perusahaan dituntut untuk dapat selalu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era perdagangan bebas, setiap perusahaan dituntut untuk dapat selalu meningkatkan daya saingnya agar bisa tangguh menghadapi persaingan. Dalam kaitan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Teknologi merupakan hasil olah pikir manusia untuk mengembangkan tata cara atau sistem tertentu dan menggunakannya untuk menyelesaikan permasalahan (Maryono & Istiana,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Grafik pertumbuhan penduduk Indonesia. (sumber : ariwahyudi.web.id pada tgl 28 september 2015 )

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Grafik pertumbuhan penduduk Indonesia. (sumber : ariwahyudi.web.id pada tgl 28 september 2015 ) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wajan merupakan perkakas dapur yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Wajan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia terutama dalam hal pangan. Di dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Atlas Technology 2.1.1. Konsep Teknologi Mayoritas pengambil keputusan kurang memiliki pemahaman mengenai technology perspective,1 sehingga banyak keputusan didasarkan atas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang. Perkembangan industri di Indonesia dari tahun ke tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang. Perkembangan industri di Indonesia dari tahun ke tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara kita merupakan salah satu negara industri yang masih berkembang. Perkembangan industri di Indonesia dari tahun ke tahun berkembang dengan pesat, seiring

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan : oleh pemilik akan mempengaruhi kinerja usaha tersebut.

BAB V KESIMPULAN. diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan : oleh pemilik akan mempengaruhi kinerja usaha tersebut. BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan metode dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan : 1. Variabel aspek kewirausahaan berpengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi masyarakat, peningkatan konsumsi masyarakat dan aktivitas kehidupan masyarakat di perkotaan, menimbulkan bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan produksi yang kegiatan utamanya yaitu mengolah bahan mentah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan produksi yang kegiatan utamanya yaitu mengolah bahan mentah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri merujuk ke suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produksi yang kegiatan utamanya yaitu mengolah bahan mentah menjadi barang setengah

Lebih terperinci

Pernilaian Teknologi 2 Industri Pembuat Skop Dengan Metode Teknometrik

Pernilaian Teknologi 2 Industri Pembuat Skop Dengan Metode Teknometrik Jurnal Metris, 15 (2014): 89 96 Jurnal Metris ISSN: 1411-3287 Pernilaian Teknologi 2 Industri Pembuat Skop Dengan Metode Teknometrik Abstract. Retno Indriartiningtias, Resta Amijaya, Widi Nugroho Laboratorium

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) II YULIATI, SE, MM PRINSIP DASAR JUST IN TIME ( JIT ) 3. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste) Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap

Lebih terperinci

ANALISA TINGKAT KECANGGIHAN HUMANWARE DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK DI PABRIK GULA CANDI BARU, SIDOARJO

ANALISA TINGKAT KECANGGIHAN HUMANWARE DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK DI PABRIK GULA CANDI BARU, SIDOARJO ANALISA TINGKAT KECANGGIHAN HUMANWARE DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK DI PABRIK GULA CANDI BARU, SIDOARJO Hana Catur Wahyuni, Udisubakti Ciptomulyono, Hari Supriyanto Jurusan Teknik Industri ITS Email :

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dicapai hanya dengan mempertimbangkan dari sisi keuangan atau dari kinerja

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dicapai hanya dengan mempertimbangkan dari sisi keuangan atau dari kinerja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif disertai dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat, kapabilitas suatu perusahaan tidak dapat dicapai hanya

Lebih terperinci

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH: HENDRA YUDHO PRAKOSO L2D 004 318 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rotan yang terdapat di Dunia, yang terdiri dari 9 genus. Negara berkembang lainnya, Indonesia hanya mampu mengekspor bahan mentah

BAB I PENDAHULUAN. rotan yang terdapat di Dunia, yang terdiri dari 9 genus. Negara berkembang lainnya, Indonesia hanya mampu mengekspor bahan mentah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini Indonesia merupakan Negara penghasil rotan terbesar di dunia dengan perkiraaan 85% bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 608/MPP/Kep/10/1999 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 608/MPP/Kep/10/1999 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 608/MPP/Kep/10/1999 TENTANG PETUNJUK PENGGUNAAN (MANUAL) DAN KARTU JAMINAN/GARANSI DALAM BAHASA INDONESIA BAGI PRODUK ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KANDUNGAN TEKNOLOGI BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN ASPEK TEKNOLOGI MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK

UPAYA PENINGKATAN KANDUNGAN TEKNOLOGI BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN ASPEK TEKNOLOGI MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK UPAYA PENINGKATAN KANDUNGAN TEKNOLOGI BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN ASPEK TEKNOLOGI MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK (Studi kasus: Industri Kerajinan Rotan Desa Trangsan, Gatak, Sukoharjo) Disusun sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aplikasi logam dalam industri manufaktur sangat luas. Logam dapat dimanfaatkan sebagai bahan perakit suatu produk hingga dalam proses packaging. Pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Sejarah dan Perkembangan PT Leoco Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Sejarah dan Perkembangan PT Leoco Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi 1.1.1 Sejarah dan Perkembangan PT Leoco Indonesia PT Leoco Indonesia didirikan pada tahun 1981, Leoco adalah produsen kelas dunia interkoneksi dan mencapai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 6 No 3: Tahun 2017

PENDAHULUAN. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 6 No 3: Tahun 2017 Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 6 No 3: 133-144 Tahun 2017 133 Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri http://www.industria.ub.ac.id ISSN 2252-7877 (Print)

Lebih terperinci

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan. INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan.  INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL 2014-2016 http://www.bps.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. offset dan digital printing. Perusahaan ini merupakan percetakan dimana jumlah

BAB I PENDAHULUAN. offset dan digital printing. Perusahaan ini merupakan percetakan dimana jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah CV. Lintas Nusa adalah perusahaan yang bergerak di bidang percetakan offset dan digital printing. Perusahaan ini merupakan percetakan dimana jumlah minimal

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN TEKNOLOGI UKM BATIK MENGGUNAKAN METODE TEKNOMETRIK GUNA MENINGKATKAN DAYA SAING ANTAR UKM BATIK

ANALISIS KANDUNGAN TEKNOLOGI UKM BATIK MENGGUNAKAN METODE TEKNOMETRIK GUNA MENINGKATKAN DAYA SAING ANTAR UKM BATIK TUGAS AKHIR ANALISIS KANDUNGAN TEKNOLOGI UKM BATIK MENGGUNAKAN METODE TEKNOMETRIK GUNA MENINGKATKAN DAYA SAING ANTAR UKM BATIK Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percetakan merupakan suatu proses memindahkan tulisan atau gambar pada kertas atau objek lainnya dengan melalui sebuah mesin cetak. Percetakan biasanya memproduksi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik karena banyaknya penduduk yang bekerja di sektor pertanian, maupun karena kontribusinya yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. CAD (Computer Aided Design) adalah program komputer yang

BAB II LANDASAN TEORI. CAD (Computer Aided Design) adalah program komputer yang 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 CAD/CAM CAD (Computer Aided Design) adalah program komputer yang memungkinkan seorang perancang (designer) untuk mendisain gambar rekayasa (design engineering) dengan mentransformasikan

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan

Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan KATALOG BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL 2012-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KATALOG BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam 219 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan 8.1.1. Berdasarkan pengujian, diperoleh hasil bahwa guncangan ekspor nonagro berpengaruh positip pada kinerja makroekonomi Indonesia, dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kritis bagi kelangsungan kegiatan operasional dan beban keuangan

I. PENDAHULUAN. kritis bagi kelangsungan kegiatan operasional dan beban keuangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jatuhnya nilai rupiah beberapa tahun belakangan ini menjadi hal kritis bagi kelangsungan kegiatan operasional dan beban keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai, baik dalam merencanakan

BAB I PENDAHULUAN. baik sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai, baik dalam merencanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dunia perekonomian dan usaha, terdapat banyak perusahaan dengan berbagai aktivitas dan bidang usaha serta produk yang berbeda. Secara umum, tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan baku untuk menciptakan suatu produk. Derivasi dari kata. manufaktur mencerminkan arti asli: membuat dengan tangan.

BAB I PENDAHULUAN. bahan baku untuk menciptakan suatu produk. Derivasi dari kata. manufaktur mencerminkan arti asli: membuat dengan tangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manufaktur adalah aktifitas industri yang mengubah bentuk bahan baku untuk menciptakan suatu produk. Derivasi dari kata manufaktur mencerminkan arti asli: membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada era globalisasi ini, setiap perusahaan menghadapi situasi serta permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatakan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aksesoris otomotif bermotor didasarkan oleh perkembangan dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. aksesoris otomotif bermotor didasarkan oleh perkembangan dari jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor industri manufaktur khususnya industri aksesoris otomotif bermotor didasarkan oleh perkembangan dari jumlah penjualan kendaraan bermotor yang kian

Lebih terperinci

Analisis Kontribusi Teknologi pada Industri Susu Pasteurisasi di KUD Dau Malang

Analisis Kontribusi Teknologi pada Industri Susu Pasteurisasi di KUD Dau Malang Analisis Kontribusi Teknologi pada Industri Susu Pasteurisasi di KUD Dau Malang Wenny B. Sunarharum 1) dan Imam Santoso ) 1) Staf Pengajar Jur. TIP, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang, Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi Komparasi Hasil Pembelajaran Oleh Guru dengan Hasil Pembelajaran Simulator CNC oleh Peneliti

BAB I PENDAHULUAN. Studi Komparasi Hasil Pembelajaran Oleh Guru dengan Hasil Pembelajaran Simulator CNC oleh Peneliti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, terutama dunia pendidikan di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) hal yang paling ditekankan untuk lulusannya ialah mempunyai kompetensi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang mempunyai tujuan antara lain untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi kala ini. Peralatan-peralatan yang biasa dijalankan secara

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi kala ini. Peralatan-peralatan yang biasa dijalankan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemakaian listrik dari hari ke hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi kala ini. Peralatan-peralatan yang biasa dijalankan secara manual, sekarang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agroindustri akan berdampak pada penciptaan kesempatan kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub sektor agroindustri

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Teknik Reparasi di Galangan Kapal KPNDP 5.1.1 Tata cara pelayanan reparasi Proses reparasi di lingkungan UPT BTPI Muara Angke terdiri atas administrasi perizinan dan proses reparasi

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci