5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Teknik Reparasi di Galangan Kapal KPNDP Tata cara pelayanan reparasi Proses reparasi di lingkungan UPT BTPI Muara Angke terdiri atas administrasi perizinan dan proses reparasi kapal. Pemilik kapal yang telah melakukan reparasi mendapat Surat Keterangan Naik Dok (SKND) dari galangan kapal. SKND tersebut menjadi persyaratan untuk memperpanjang pas tahunan. Contoh Surat Keterangan Naik Dok (SKND) dapat dilihat pada Lampiran 3. Waktu yang dibutuhkan untuk reparasi adalah tiga sampai lima belas hari, bahkan dapat mencapai satu bulan terhitung dari proses penaikkan sampai penurunan kapal tergantung dari kerusakan yang dialami kapal. Perincian waktu reparasi kapal disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Waktu pelayanan reparasi kapal di galangan kapal KPNDP No Kegiatan Waktu 1 Permohonan naik dok 1 hari 2 Surat persetujuan naik dok 1 hari 3 Reparasi kapal di atas dok Ringan : 3 hari Berat : 15 hari 4 Surat Keterangan Naik Dok 1 hari Tahapan administrasi dalam kegiatan reparasi adalah sebagai berikut: 1) Pengurus atau pemilik kapal melapor ke pos terpadu dengan membawa: a. Surat Penangkapan Ikan (SPI); b. Ijin Usaha Penangkapan Ikan (IUP); dan c. Pas Tahunan Kapal. 2) Pos terpadu mengeluarkan surat pengantar doking sebanyak dua lembar; 3) Pengurus atau pemilik kapal menyerahkan surat pengantar doking yang asli ke UPT BTPI sedangkan fotokopinya dibawa ke galangan kapal yang dituju; 4) Pemilik galangan mengajukan permohonan persetujuan naik dok kepada UPT BTPI dengan melampirkan surat-surat kapal;

2 41 5) UPT BTPI mengeluarkan surat persetujuan naik dok dengan ketentuan wajib membayar retribusi alur maupun fasilitas sesuai dengan PERDA No.1 tahun 2006 tentang Retribusi Daerah, atau disesuaikan dengan Peraturan Daerah yang berlaku; 6) Setelah selesai reparasi, pemilik atau pengurus kapal membawa fotokopi surat pengantar doking yang sudah diketahui oleh galangan kapal ke UPT BTPI untuk memperoleh surat keterangan selesai doking; dan 7) Pengurus atau pemilik membawa surat keterangan doking kembali ke pos terpadu untuk memperoleh surat izin berlayar. Secara sistematis, tahapan administrasi reparasi kapal di lingkungan UPT BTPI disajikan pada Gambar 7. Sumber: UPT BTPI Muara Angke, 2008 Gambar 7 Tata cara pelayanan reparasi di UPT BTPI.

3 Tahapan reparasi kapal Reparasi tiap kapal berbeda-beda tergantung dari kerusakan yang dialami oleh kapal. Proses reparasi di galangan kapal KPNDP terdiri atas dua jenis reparasi, yaitu reparasi ringan dan reparasi berat. Reparasi ringan biasanya dilakukan untuk memperbaiki kapal yang mengalami kerusakan ringan. Prosesproses dalam reparasi ringan diantaranya adalah: penambalan pada bagian-bagian yang rusak, penambalan ke rongga antar papan dengan memasukan serat goni (mak jun), penggantian paku, pendempulan, pengecatan. Reparasi berat biasanya dilakukan untuk mengganti bagian konstruksi kapal yang mengalami kerusakan berat. Proses-proses dalam reparasi berat diantaranya adalah: penggantian lunas, gading-gading, papan lambung kapal, linggi haluan, dan linggi buritan. Kapal dengan bobot di bawah 30 GT dan akan melakukan reparasi berat diletakkan di bagian depan karena membutuhkan waktu reparasi yang lebih lama dibandingkan dengan kapal yang melakukan reparasi ringan. Hal ini dilakukan agar tidak mengganggu antrian kapal yang akan melakukan reparasi. Secara umum kegiatan reparasi kapal di galangan kapal KPNDP dilakukan dalam delapan tahapan kegiatan yang terdiri atas: persiapan, pemeriksaan, pembersihan, penggantian kayu yang rusak berat, pemakalan, pembakaran, pendempulan, dan pengecatan. Tahapan reparasi disajikan pada Gambar 8.

4 43 Persiapan Reparasi ringan Pemeriksaan Reparasi berat Pembersihan Pembersihan Pemakalan Pembakaran Penggantian kayu yang rusak berat (pecah, retak, lapuk) Pemakalan Pendempulan Pengecatan Pembakaran Proses Laminasi Ya Tidak Pendempulan Pelapisan Fiber Pendempulan Pengecatan Selesai (kapal siap diturunkan) Gambar 8 Diagram alir proses reparasi kapal kayu di galangan kapal KPNDP.

5 44 Deskripsi setiap tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Persiapan Proses persiapan dilakukan dengan mempersiapkan kapal dan alat yang akan digunakan untuk menarik kapal. Hal ini bertujuan untuk memperlancar proses penarikan kapal. Langkah awal untuk melakukan reparasi kapal yaitu mempersiapkan kapal yang akan di reparasi dengan menaikkan kapal di atas kereta luncur (lori) yang terdapat pada slipway. Proses persiapan ini membutuhkan beberapa komponen untuk menaikan kapal ke atas landasan tarik (slipway). Komponen yang dibutuhkan dalam proses penaikkan kapal yaitu: a. Mesin penarik (Yanmar 4TDGEC 4 silinder 52 PK); b. Winch; c. Sling; d. Lori; e. Loper; f. Rantai (penghubung antar lori); dan g. Klem sling. Gambar peralatan yang digunakan untuk menaikan kapal ke atas slipway disajikan pada Gambar 9. Bantalan Rantai Lori Gambar 9 Peralatan yang digunakan untuk menaikkan kapal ke atas slipway.

6 45 Mesin Klem sling Winch Loper Sling Gambar 9 Lanjutan. Sebelum dinaikkan ke atas slipway posisi kapal tidak boleh miring, tangkitangki perbekalan dalam keadaan kosong, dan perlengkapan kapal yang mudah bergerak diturunkan dari kapal. Pengosongan perbekalan melaut dimaksudkan untuk mengurangi beban dan menghindari terjadinya kecelakaan pada waktu reparasi. Langkah selanjutnya adalah persiapan landasan tarik (slipway) dengan kereta peluncur (lori) dan bantalan untuk menaikkan kapal ke atas galangan. Sebelumnya juru selam masuk ke dalam air untuk memeriksa landasan tarik dan memastikan tidak ada sesuatu yang dapat mengakibatkan kereta luncur macet. Setelah itu, juru selam memasang loper ke lori di dalam air. Kapal diposisikan tegak lurus dengan lori dan dinaikkan ke atas lori sesuai ukurannya. Sebagai contoh, apabila kapal yang akan dinaikkan memiliki length over all (LOA) 13 meter, maka jarak linggi lunas ke lori sebesar 0,5 meter dengan jarak antara lori depan dan belakang sebesar 5 meter dan disesuaikan dengan panjang kapal. Pengukuran ini didapatkan berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari pekerja galangan. Ilustrasi posisi kapal di atas slipway disajikan pada Gambar 10.

7 46 13 m 5 m 0,5 m Gambar 10 Posisi kapal di atas slipway. Bagian haluan kapal diposisikan pada lori bagian depan. Lunas harus berada tepat di titik tengah lori depan agar kapal tidak terguling saat naik ke atas slipway. Ketika posisi lunas sudah tepat di tengah lori depan, kapal ditarik menggunakan mesin penarik, dan berhenti pada saat lori depan (bagian haluan) berada di atas permukaan air. Selanjutnya dilakukan pengganjalan antara badan kapal dengan lori bagian depan agar posisi kapal tidak miring, kemudian kapal ditarik lagi sampai bagian buritan kapal kandas pada lori belakang, tepat di tengah lori. Setelah itu, dilakukan pengganjalan kembali antara sisi kiri kanan badan kapal dengan lori bagian belakang, kapal ditarik lagi sampai keseluruhan badan kapal berada di atas permukaan air. Kapal besar atau kapal yang memiliki bobot diatas 30 GT membutuhkan tiga buah lori, satu lori untuk bagian haluan dan dua lori untuk bagian buritan kapal. Penarikan kapal dihentikan dan kereta luncur (lori) dikunci setelah kapal berada di atas slipway. Posisi pengganjal diperbaiki dan ditambah balok penyangga samping yang dipasang pada lambung kanan dan kiri kapal. Pengganjalan ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan kapal dan menjaga keselamatan pekerja selama melakukan reparasi.

8 47 2) Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan dengan teliti terhadap konstruksi kapal secara menyeluruh. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi dan tingkat kerusakan konstruksi kapal baik di atas maupun di bawah garis air. Hasil pemeriksaan ini dijadikan dasar untuk tindakan reparasi lebih lanjut dan menentukan kapal masuk dalam reparasi ringan atau reparasi berat. Blangko pemeriksaan atau pengecekan kapal dapat dilihat pada Lampiran 4. 3) Pembersihan Proses pembersihan dilakukan dengan membersihkan badan kapal dari binatang yang menempel dengan menggunakan alat. Pembersihan bertujuan untuk membersihkan badan kapal dari binatang laut, tumbuhan laut yang menempel dan sisa cat yang sudah rusak. Bagian-bagian kapal yang mengalami kerusakan akan terlihat ketika kapal sudah dalam keadaan bersih. Peralatan yang digunakan untuk proses pembersihan terdiri atas: sekrap (sekop kecil), sapu ijuk, sikat baja, sikat kuningan, dan gerinda mesin. Peralatan yang digunakan dalam aktivitas pembersihan kapal disajikan pada Gambar 11. Sekrap Sikat kawat baja Gerinda mesin Gambar 11 Aktivitas dan peralatan yang digunakan pada saat pembersihan.

9 48 Sekrap digunakan untuk menyekrap atau membersihkan bagian-bagian yang berkarat, berteritip, atau untuk merontokkan cat-cat lama yang sudah rusak. Sapu ijuk digunakan untuk menyikat bagian-bagian tertentu yang tidak terjangkau dengan tangan. Sikat kawat baja digunakan untuk membersihkan bagian-bagian kapal yang berkarat. Sikat kuningan digunakan untuk menyikat bagian-bagian yang halus, misalnya as, baut kuningan, atau bagian-bagian yang lebih lunak dibandingkan dengan bahan baja. Gerinda mesin digunakan untuk membersihkan kapal dari teritip yang menempel pada kulit atau badan kapal. 4) Penggantian kayu pada reparasi berat Kapal yang mengalami kerusakan berat seperti kerusakan badan kapal, akan dilakukan reparasi berat. Pada reparasi berat biasanya dilakukan penggantian kayu pada bagian-bagian tertentu kapal seperti penggantian lunas, gading-gading, papan lambung kapal, linggi haluan, linggi buritan, dan pondasi mesin. Proses ini terdiri atas beberapa jenis operasi, diantaranya adalah: a. Pemotongan; dilakukan untuk memotong kayu atau papan yang rusak atau rapuh dengan menggunakan gergaji; b. Pembengkokkan; dilakukan untuk membengkokkan papan yang digunakan untuk mengganti papan pada lambung kapal. Sebelum dilakukan pembengkokkan, dibuat pola menggunakan mal lengkung agar hasil pembengkokkan sesuai dengan yang dibutuhkan; dan c. Penekanan/pendesakan; jenis operasi ini biasanya dilakukan pada saat proses penggantian papan lambung kapal. Gambar 12 Penggantian kayu pada lambung kapal.

10 49 5) Pemakalan Pemakalan dilakukan dengan cara memasukkan serat goni (mak jun) ke dalam celah-celah papan, baik papan lambung maupun papan geladak. Bersamaan dengan proses ini juga dilakukan penggantian paku yang sudah aus. Penggantian paku dilakukan dengan memaku tepat disamping bagian paku yang sudah aus atau membuat lubang yang baru. Pemasangan paku baru pada badan kapal, harus tembus ke gading-gading kapal. Jika lubang terlalu lebar, maka mak jun dapat dililitkan pada paku untuk memperkecil rongga di sekitar paku. Proses pakal bermanfaat untuk menutup sambungan antar papan dan mengganti paku yang sudah aus. Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pemakalan adalah sebagai berikut: a. Martil; digunakan untuk memasang paku baru pada badan kapal dan mengangkat bagian yang berkarat pada kapal; b. Pahat besi; digunakan untuk memasang pakal atau mak jun pada sela-sela sambungan kayu geladak atau lambung; c. Mak jun; digunakan untuk mengisi celah antar papan serta melilitkan paku yang digunakan untuk mengganti paku yang sudah aus; dan d. Bor listrik; digunakan untuk melubangi badan kapal sebagai tempat paku baru yang akan digunakan. Alat dan bahan yang digunakan pada proses pemakalan disajikan pada Gambar 13. Pahat Bor listrik Gambar 13 Alat dan bahan pada aktivitas pemakalan.

11 50 Martil Mak jun Paku Gambar 13 Lanjutan. 6) Pembakaran Proses ini dilakukan untuk membakar teritip, lumut dan binatang laut lainnya yang masih menempel dan tersisa pada lambung kapal. Sekeliling kulit pada lambung kapal di bakar secara perlahan sampai binatang yang menempel terlepas atau mati. Manfaat dari proses pembakaran ini adalah untuk mematikan kutu kayu (teritip) dan menghilangkan lumut yang masih menempel pada badan kapal. Pembakaran menggunakan daun kelapa yang sudah kering atau karung yang direndam minyak tanah atau solar yang disambungkan ke pipa besi (untuk sepuluh karung membutuhkan dua puluh liter solar). Selain dengan menggunakan alat tersebut, proses pembakaran juga bisa menggunakan pipa yang dihubungkan ke tabung gas. Aktivitas pembakaran disajikan pada Gambar 14. Gambar 14 Aktivitas pembakaran permukaan kayu pada badan kapal.

12 51 7) Pendempulan Bagian-bagian yang telah dipakal selanjutnya dilapisi dengan dempul. Pendempulan pada bagian yang mengalami kerusakan ringan dilakukan dengan menggunakan serbuk dempul yang dicampur dengan solar secukupnya. Sedangkan pendempulan pada bagian yang mengalami kerusakan berat menggunakan campuran semen putih dan lem kayu karena campuran tersebut memiliki daya rekat yang lebih tinggi. Tujuan dari proses pendempulan ini adalah untuk meratakan permukaan kayu dan mendapatkan hasil kerja yang lebih rata dan rapi. Aktivitas pendempulan disajikan pada Gambar 15. Gambar 15 Aktivitas pendempulan pada badan kapal. Setelah proses ini selesai, apabila pemilik kapal menginginkan kapalnya tersebut melakukan proses laminasi maka kapal-kapal tersebut dilaminasi. Laminasi dilakukan dengan melapisi badan atau lambung kapal menggunakan fiber. Pelapisan ini dimaksudkan untuk menambah kekuatan kulit atau lambung kapal dari korosi air laut dan melindungi kulit kapal dari binatang yang menempel pada badan kapal yang dapat merusak kulit kapal. Proses laminasi ini dapat menambah biaya dan waktu perbaikan kapal, sehingga hanya sebagian kapal saja yang melakukan proses laminasi. Biasanya kapal yang dilaminasi adalah kapal berbobot di atas 30 GT dan kapal yang melakukan reparasi berat. Aktivitas laminasi disajikan pada Gambar 16.

13 52 Gambar 16 Aktivitas laminasi pada badan kapal. 8) Pengecatan Permukaan konstruksi kapal yang sudah bersih dapat segera dilakukan pengecatan. Proses pengecatan bertujuan untuk melapisi dan menjaga agar papan tidak tembus air serta untuk memberi dasar dan perlindungan terhadap kulit kapal dari korosi air laut dan penimbunan jasad laut. Alat yang digunakan dalam proses pengecatan yaitu kuas cat dan kuas rol. Prosedur dalam proses pengecatan adalah sebagai berikut: a. Cat yang digunakan khusus untuk kapal (marine paint); b. Cat dasar berupa meni (anti karat); Lapisan pertama untuk 1 liter cat kayu dapat digunakan untuk pengecatan seluas kurang lebih 4 m 2, untuk lapisan kedua setiap 1 liter cat dapat digunakan mengecat permukaan seluas kurang lebih 7 m 2. c. Cat pelindung; Cat ini dikenal dengan nama cat protektif (protective paint). Seperti halnya cat meni pengecatan ini pun menggunakan warna lain, sehingga memperoleh kepastian agar permukaan yang sudah dicat meni telah tertutup oleh cat pelindung ini. d. Cat anti fouling; dan Cat ini mempunyai formula khusus agar teritip tidak menempel, sehingga tepat digunakan pada bagian konstruksi di bawah garis air. e. Cat luar Cat luar dikenal dengan cat top side, digunakan untuk menutup konstruksi kapal yang sudah dicat dengan cat pelindung.

14 53 Kuas rol Gambar 17 Aktivitas pengecatan pada badan kapal. Berakhirnya proses pengecatan, berarti proses reparasi kapal sudah selesai. Kapal siap diluncurkan untuk beroperasi kembali. Namun sebelumnya pemilik kapal harus mengurus proses administrasi. Pemilik atau pengurus kapal dapat mengambil Surat Keterangan Naik Dok (SKND) dari UPT BTPI. Persyaratan administrasi untuk memperoleh SKND, sebagai berikut: 1) Fotokopi surat-surat kapal (IUP, SPI, Pas tahunan) Tujuan dilampirkannya fotokopi surat-surat kapal adalah: a. Untuk menentukan besarnya retribusi alur dan fasilitas; b. Untuk mengetahui bahwa kapal tersebut tidak bermasalah; c. Untuk pendataan kapal yang melakukan kegiatan reparasi; d. Untuk membantu mengingatkan para pemilik atau pengurus kapal agar segera memperpanjang surat-surat kapalnya apabila masa berlaku suratsurat kapal tersebut sudah habis; dan e. Arsip. 2) Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan Kapal (STBLK) 3) Surat Pengantar Doking 5.2 Tingkat Teknologi di Galangan Kapal KPNDP Penentuan tingkat teknologi di galangan kapal KPNDP menggunakan metode scoring berdasarkan penilaian subyektif terhadap kriteria komponen technoware, humanware, infoware, dan orgaware. Kemudian untuk selanjutnya barulah dihitung nilai kontribusi masing-masing komponen menggunakan model teknometrik. Model teknometrik digunakan untuk menghitung nilai TCC

15 54 (technology contribution coefficient). Nilai TCC merupakan nilai total kontribusi keempat komponen teknologi dalam proses transformasi di galangan kapal KPNDP. Terdapat lima langkah untuk mengestimasi nilai TCC Estimasi derajat kecanggihan Penilaian hasil estimasi derajat kecenggihan mengacu pada Tabel 3. Berdasarkan hasil penilaian derajat kecanggihan diperoleh nilai pada masingmasing komponen seperti terlihat pada Tabel 17. Tabel 17 Penilaian batas bawah dan batas atas komponen teknologi Limit Komponen Lower Upper Technoware 1 4 Humanware 1 7 Infoware 1 6 Orgaware 2 4 Berdasarkan tinjauan di lapangan, diketahui bahwa fasilitas produksi di galangan yang terkait dengan komponen technoware terdiri dari fasilitas manual (manual facilities), dan fasilitas tenaga penggerak (power facilities). Mengacu pada Tabel 3 maka nilai derajat kecanggihan komponen technoware galangan kapal KPNDP berada pada batas bawah 1 dan batas atas 4. Ini menunjukkan bahwa meskipun fasilitas galangan telah menggunakan tenaga penggerak, akan tetapi masih terdapat fasilitas galangan yang dioperasikan secara manual. Fasilitas yang sudah menggunakan tenaga penggerak diantaranya adalah mesin penarik, bor listrik, gergaji listrik, gerinda mesin, mesin las, genset dan kompressor. Fasilitas transformasi yang masih menggunakan tenaga manual adalah fasilitas yang digunakan dalam proses skrap, pengecatan dan pemakalan seperti alat skrap, kuas cat dan palu. Terdapat keragaman kemampuan pada komponen teknologi humanware. Komponen humanware pada galangan memiliki kemampuan mengoperasikan (operating abilities), kemampuan memasang (setting-up abilities), kemampuan mereparasi (repairing abilities), kemampuan reproduksi (reproducing abilities), dan kemampuan mengadaptasi (adaptation abilities). Mengacu pada Tabel 3

16 55 maka nilai derajat kecanggihan komponen humanware galangan kapal KPNDP berada pada batas bawah 1 dan batas atas 7. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan yang dimiliki oleh pekerja sudah sampai pada kemampuan mengadaptasi. Walaupun tidak semua pekerja memiliki kemampuan tersebut. Para pekerja yang memiliki kemampuan sampai batas merawat/mereparasi fasilitas galangan yaitu sekitar 64,7 %. Dengan tingkat pendidikan menengah ke bawah, kemampuan ini mereka miliki berdasarkan atas pengalaman mereka selama bekerja. Selain itu pekerja yang sudah sampai batas kemampuan reproduksi, sekitar 17,6 %. Kemampuan tersebut didapat berdasarkan pengalaman dan tingkat pendidikan yang mereka tempuh. Kemampuan mengadaptasi dimiliki oleh beberapa orang yang bekerja di galangan, kemampuan tersebut berdasarkan atas tingkat pendidikan yang sudah ditempuh. Kemampuan mengadaptasi dimiliki oleh manajer galangan, staft administrasi, dan koordinator lapangan. Kemampuan mengadaptasi sangat dibutuhkan dalam sebuah proses transformasi sehingga galangan dapat mengaplikasikan teknik baru untuk proses transformasi yang lebih baik. Berdasarkan tinjauan di lapangan terhadap komponen infoware diketahui bahwa pada galangan tersebut terdapat fakta pengenalan, fakta penguraian, fakta pengkhususan, dan fakta penggunaan. Mengacu pada Tabel 3 maka nilai derajat kecanggihan komponen infoware pada galangan tersebut berada pada batas bawah 1 dan batas atas 6. Hal ini menunjukkan bahwa galangan kapal KPNDP sudah dalam tahap kemampuan menggali informasi untuk penggunaan fasilitas secara efektif dengan pemahaman yang baik karena cukup tersedianya informasi di dalam perusahaan. Berdasarkan tinjauan di lapangan terhadap komponen orgaware diketahui kerangka kerja di galangan kapal KPNDP merupakan kerangka kerja ikatan. Mengacu pada tabel kriteria pemberian skor derajat kecanggihan maka nilai derajat kecanggihan komponen orgaware pada galangan tersebut berada pada batas bawah 2 dan batas atas 4. Hal ini menunjukkan adanya kerangka kerja ikatan galangan kapal KPNDP dengan KPNDP pusat, sehingga perizinan untuk pendanaan kegiatan operasional galangan dan peningkatan fasilitas produksi

17 56 membutuhkan persetujuan dari KPNDP pusat. Galangan kapal KPNDP wajib melaporkan peningkatan usaha dan produktivitas galangan kepada KPNDP pusat. Jika dilihat dari penilaian batas atas (upper limit) dan batas bawah (lower limit) di atas. Maka rentang nilai terbesar diperoleh oleh komponen humanware dan infoware. Rentang nilai yang besar tersebut menunjukkan variasi yang tinggi pada kemampuan sumberdaya manusia yang ada di galangan dan galangan KPNDP sudah mampu menggali informasi untuk penggunaan fasilitas secara efektif. Komponen technoware dan komponen orgaware memiliki rentang nilai yang paling kecil di antara keempat komponen teknologi. Hal tersebut dikarenakan fasilitas yang dimiliki oleh galangan belum didukung oleh fasilitas mutakhir yang dapat melancarkan kegiatan di galangan. Selain itu organisasi atau kelembagaan galangan kapal KPNDP masih bergantung kepada KPNDP pusat, baik dalam perizinan maupun dalam hal pendanaan. Hal ini disebabkan, tidak adanya kerjasama dengan pemasok maupun dengan pihak lain yang mampu melancarkan kegiatan di galangan, dalam hal ini peningkatan fasilitas dan pemasokan bahan baku untuk kegiatan reparasi kapal Pengkajian state of the art (SOTA) Berdasarkan hasil kuisioner diperoleh nilai state of the art pada masingmasing komponen technoware, humanware, infoware, dan orgaware, sebagaimana terlihat pada Tabel 18, 19, 20 dan 21. Hasil kuisioner yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5. Dapat dilihat pada tabel matriks hasil penilaian kriteria komponen technoware (Tabel 18), menunjukkan bahwa kriteria komponen technoware yang tertinggi terdapat pada kriteria keahlian teknis operator yang dibutuhkan untuk mengoperasikan mesin. Kriteria tersebut mencapai spesifikasi tertinggi dengan nilai 9. Hal ini menunjukkan bahwa para pekerja di galangan kapal KPNDP dapat mengoperasikan mesin dengan baik. Sedangkan spesifikasi terendah terdapat pada kriteria pengukuran pada setiap pekerjaan dengan nilai 2. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pengukuran dan perencanaan kerja pada galangan masih sederhana, tidak menggunakan pengukuran dan perencanaan yang kompleks serta terkomputerisasi. Hal inilah yang diduga menjadi sebab masih adanya timbul kesalahan pada saat pengerjaan.

18 57 Tabel 18 Matriks hasil penilaian kriteria komponen technoware No Kriteria Komponen Technoware Keterangan Skor 1 Tipe mesin yang digunakan Mekanik 5,00 2 Tipe proses yang diterapkan Kombinasi lebih dari satu operasi berbeda 7,50 pada suatu pekerjaan 3 Tipe operasi yang diselenggarakan Pemotongan, pembengkokkan, penggambaran, dan penekanan 7,50 4 Rata-rata kesalahan yang terjadi pada < 2% saat reparasi kapal 7,50 5 Frekuensi untuk perawatan mesin Tidak secara rutin, namun tujuannya 7,50 preventif 6 Keahlian teknis operator yang dibutuhkan untuk mengoperasikan mesin Hampir semua mesin tidak perlu keahlian teknis 9,00 7 Pemeriksaan pada setiap pekerjaan Pemeriksaan manual 5,00 8 Pengukuran pada setiap pekerjaan Sederhana dan sketsa tangan 2,00 9 Tingkat keselamatan dan keamanan Cukup aman kerja 7,50 Jumlah 58,50 Rata-rata 6,50 SOTA 0,650 Skor rata-rata dari seluruh kriteria komponen technoware sebesar 6,50 menunjukkan bahwa kriteria-kriteria komponen technoware memiliki skor yang cukup tinggi. Sebanyak 66,7 % kriteria komponen technoware berada di atas nilai rata-rata. Faktor-faktor yang menyebabkan skor tersebut cukup tinggi adalah kemudahan mengoperasikan mesin, tipe proses yang diterapkan, tipe operasi yang diselenggarakan, kesalahan pada saat reparasi kapal, frekuensi untuk perawatan mesin, serta tingkat keselamatan dan keamanan kerja yang lebih tinggi daripada nilai rata-rata. Kriteria yang berada di bawah nilai rata-rata yaitu tipe mesin yang digunakan, pemeriksaan pada setiap pekerjaan, dan pengukuran pada setiap pekerjaan. Tipe mesin utama yang digunakan di galangan adalah mesin yang dioperasikan secara mekanik, yaitu mesin penarik Yanmar 4TDGEC 4 silinder 52 PK. Mesin tersebut digunakan untuk menaikkan kapal ke atas slipway dan

19 58 menurunkan kapal dari slipway. Seluruh proses reparasi dilakukan di galangan kapal KPNDP dengan kombinasi lebih dari satu operasi berbeda pada suatu pekerjaan, sehingga dalam melakukan suatu operasi tidak harus menunggu operasi yang lainnya selesai. Jika dilihat dari rata-rata kesalahan dalam proses reparasi, kesalahan tersebut sangat jarang terjadi. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata kesalahan yang terjadi kurang dari 2%. Kesalahan tersebut berupa kebocoran kapal setelah selesai direparasi. Frekuensi untuk perawatan mesin ada yang dilakukan secara periodik dan ada yang dirawat tidak secara periodik. Tujuan dari perawatan ini adalah untuk menghindari terjadinya kerusakan mesin. Jika dilihat dari keahlian teknis operator yang dibutuhkan dalam mengoperasikan mesin, maka kriteria tersebut mendapat nilai yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan hampir semua pekerja di galangan mampu mengoperasikan mesin dengan baik. Pemeriksaan yang dilakukan pada setiap pekerjaan dilakukan secara manual oleh koordinator lapangan. Berdasarkan ketetapan yang sudah diberlakukan oleh galangan kapal KPNDP, tingkat keselamatan dan keamanan kerja yang sudah cukup aman. Akan tetapi tidak semua pekerja di galangan memakai semua alat keselamatan kerja, seperti: helm, sarung tangan, sepatu boot, wearpack dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan masih kurangnya tingkat kesadaran para pekerja dalam pentingnya alat keselamatan. Salah satu kecelakaan yang pernah terjadi seperti tergulingnya kapal, sling terputus yg mengakibatkan tembok rusak dan dapat membahayakan pekerja. Kriteria pada komponen technoware masih mempunyai nilai yang masih rendah. Upaya untuk meningkatkan nilai pada kriteria tersebut dapat dilakukan dengan cara otomatisasi mesin-mesin yang digunakan dalam proses transformasi. Hal ini berhubungan dengan investasi yang dimiliki oleh galangan harus ditingkatkan. Selain itu galangan harus meningkatkan kompleksitas pada tingkat pemeriksaan dan pengukuran kerja. Salah satu fasilitas yang harus dimiliki oleh galangan yaitu dengan penyediaan komputer sebagai sarana untuk dapat meningkatkan pemeriksaan dan pengukuran pekerjaan lebih terkomputerisasi. Namun tetap disesuaikan dengan kemampuan sumberdaya yang ada.

20 59 Tabel 19 Matriks hasil penilaian kriteria komponen humanware No Kriteria Komponen Humanware Keterangan Skor 1 Kesadaran dalam tugas Cukup tinggi 7,50 2 Kesadaran kedisiplinan dan tanggung jawab Tinggi 8,00 3 Kreativitas dan inovasi dalam menyelesaikan masalah Cukup tinggi 7,00 4 Kemampuan memelihara fasilitas produksi Rata-rata 6,00 5 Kesadaran bekerja dalam kelompok Sangat tinggi 10,00 6 Kemampuan untuk memenuhi tanggal jatuh tempo Sangat tinggi 9,00 7 Kemampuan untuk menyelesaikan masalah perusahaan Rata-rata 6,00 8 Kemampuan bekerja sama Tinggi 8,00 9 Kepemimpinan Tinggi 8,00 Jumlah 69,5 Rata-rata 7,72 SOTA 0,772 Tabel di atas menunjukkan hasil skoring dari kriteria komponen humanware. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa kesadaran bekerja dalam kelompok mendapat skor tertinggi sebesar 10. Nilai ini menunjukkan bahwa kesadaran karyawan galangan kapal KPNDP dalam bekerja secara kelompok sangat tinggi. Hal ini terlihat dari kecenderungan mereka menyelesaikan pekerjaan dan masalah-masalah pada saat melakukan pekerjaan secara bersama-sama. Kriteria kemampuan memelihara fasilitas produksi dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah perusahaan merupakan kriteria yang mendapat skor terendah sebesar 6. Skor tersebut menunjukkan bahwa kemampuan karyawan masih rata-rata dalam menyelesaikan masalah perusahaan. karyawan yang memiliki kemampuan cukup tinggi untuk kriteria tersebut. Hanya beberapa Skor rata-rata untuk seluruh kriteria komponen humanware sebesar 7,72 menunjukkan bahwa kemampuan sumberdaya manusia di galangan kapal KPNDP tinggi. Dari kriteria komponen humanware, sebanyak 7 kriteria memiliki nilai di atas rata-rata sebesar 77,8 %. Faktor-faktor yang menyebabkan skor tersebut tinggi adalah kesadaran kedisiplinan dan tanggung jawab, kesadaran bekerja dalam kelompok, kemampuan untuk memenuhi tanggal jatuh tempo, kemampuan

21 60 bekerjasama, kepemimpinan yang berada di atas skor rata-rata, serta sumberdaya manusia di galangan kapal KPNDP sudah mampu berfikir kritis terhadap lingkungan kerjanya dan memiliki kesadaran tinggi terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Kriteria yang berada di bawah skor rata-rata yaitu kesadaran dalam tugas, kreativitas dan inovasi dalam menyelesaikan masalah, kemampuan karyawan memelihara fasilitas produksi, serta kemampuan untuk menyelesaikan masalah perusahaan. Nilai-nilai pada komponen humanware masih memungkinkan untuk ditingkatkan lagi. Upaya untuk meningkatan nilai pada kriteria-kriteria tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan sumberdaya manusia seperti meningkatkan intensitas pelatihan soft skill agar para pekerja mampu berfikir lebih kritis serta mengadakan pelatihan penggunaan dan pemeliharaan fasilitas produksi. kualitas sumberdaya manusia yang ada. Pelatihan-pelatihan tesebut berguna untuk meningkatkan Tabel 20 Matriks hasil penilaian kriteria komponen infoware No Kriteria Komponen Infoware Keterangan Skor 1 Bentang informasi manajemen Bentang informasi tidak termasuk 0,00 perusahaan eksternal 2 Perusahaan menginformasikan masalah Selalu dan kondisi internal dengan segera pada 10,00 karyawan di dalam perusahaan 3 Jaringan informasi di dalam perusahaan offline 0,00 4 Prosedur untuk komunikasi antar Mudah dan anggota di perusahaan transparan 10,00 5 Sistem informasi perusahaan untuk Akses nasional mendukung aktivitas perusahaan Penyimpanan dan pengambilan Data tersimpan informasi kembali dengan rapi tetapi tidak 5,00 terkomputerisasi Jumlah 32,50 Rata-rata 5,42 SOTA 0,542 Hasil scoring dari kriteria komponen infoware pada tabel di atas menunjukkan bahwa kriteria perusahaan menginformasikan masalah dan kondisi internal dengan segera pada karyawan di dalam perusahaan serta kriteria prosedur

22 61 untuk komunikasi antar anggota di perusahaan sistem informasi perusahaan untuk mendukung aktivitas perusahaan mendapat skor tertinggi yaitu 10. Skor ini menunjukkan bahwa galangan kapal KPNDP selalu menginformasikan masalah dan kondisi internal dengan segera kepada karyawan serta prosedur untuk komunikasi antar anggota mudah dan transparan. Kriteria bentang informasi manajemen dan jaringan komunikasi di perusahaan mendapat skor terendah sebesar 0. Hal ini menunjukkan bahwa bentang informasi manajemen di galangan tersebut tidak termasuk galangan di luar galangan kapal KPNDP dan jaringan komunikasi di dalam galangan masih offline. Penyimpanan dan pengambilan data mengenai galangan kapal KPNDP sudah dilakukan dengan baik dan rapi tetapi tidak terkomputerisasi. Skor rata-rata dari seluruh kriteria komponen infoware sebesar 5,42. Nilai tersebut masih rendah dibandingkan dengan skor rata-rata kriteria komponen teknologi lainnya. Berdasarkan Tabel 20, terlihat bahwa 3 kriteria dari 6 kriteria komponen infoware yang memiliki nilai skor di atas rata-rata. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan dengan memperbaiki jaringan informasi di galangan dengan jaringan online, memperluas bentang informasi manajemen serta meningkatkan penyimpanan dan pengambilan data secara terkomputerisasi. Tidak adanya komputer di galangan kapal KPNDP sangat berpengaruh besar terhadap penilaian dan sistem administrasi serta untuk aktivitas hal-hal penting lainnya, sehingga perlu adanya fasilitas komputer pada galangan kapal KPNDP. Matriks hasil penilaian kriteria komponen orgaware (Tabel 21) menunjukkan bahwa kriteria komponen orgaware yang mempunyai skor tertinggi adalah kriteria visi perusahaan dan kriteria kemampuan perusahaan untuk menjalin hubungan dengan pelanggan sebesar 10. Skor tersebut menunjukkan visi galangan sudah berorientasi pada masa depan dan kemampuan galangan menjalin hubungan dengan pemilik kapal sangat tinggi. Visi dari galangan adalah meningkatkan teknologi di galangan demi mengefisienkan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan reparasi dan untuk mempercepat antrian. Kemampuan menjalin hubungan dengan pelanggan yang sangat tinggi dapat ditunjukkan dengan fakta bahwa kapal-kapal yang melakukan reparasi di galangan kapal KPNDP sangat banyak. Umumnya kapal-kapal yang menjadi pelanggan di galangan kapal

23 62 KPNDP berasal dari daerah sekitar galangan, pulau Jawa, bahkan sampai luar pulau. Kriteria yang mendapat skor terendah adalah kriteria kemampuan perusahaan untuk membina hubungan dengan supplier dengan skor 0. Hal ini menunjukkan kemampuan galangan untuk menjalin kerjasama dengan supplier sangat rendah, terlihat dari tidak adanya kerjasama galangan dengan supplier dalam hal memasok kebutuhan reparasi kapal. berhubungan dengan supplier adalah pemilik kapal. Tabel 21 Matriks hasil penilaian kriteria komponen orgaware Hal ini disebabkan yang No Kriteria Komponen Orgaware Keterangan Skor 1 Otonomi perusahaan Kebijakan manajemen diatur sendiri 7,50 2 Visi perusahaan Mengorientasi masa depan 10,00 3 Kemampuan perusahaan dalam Rata-rata menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mengadakan perbaikan 5,00 dan peningkatan produktivitas 4 Kemampuan perusahaan untuk Tinggi memotivasi karyawan dengan 7,50 kepemimpinan yang efektif 5 Kemampuan perusahaan untuk Rata-rata menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis yang berubah dan permintaan 5,00 eksternal 6 Kemampuan perusahaan untuk Sangat rendah bekerjasama dengan supplier 0,00 7 Kemampuan perusahaan untuk Sangat tinggi memelihara hubungan dengan pelanggan 10,00 8 Kemampuan perusahaan untuk Rata-rata mendapat dukungan sumberdaya dari 5,00 luar Jumlah 50,00 Rata-rata 6,25 SOTA 0,625 Skor rata-rata dari seluruh kriteria komponen orgaware sebesar 6,25. Mengacu pada nilai rata-rata tersebut, maka sekitar 50 % dari kriteria komponen orgaware masih berada di bawah nilai rata-rata. Nilai tersebut di nilai masih rendah, sehingga perlu dilakukan peningkatan untuk memperbesar nilai rata-rata

24 63 kriteria komponen orgaware. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mengambil alih pemenuhan kebutuhan material untuk reparasi, sehingga dapat langsung bekerjasama dengan supplier. Dengan demikian, kebutuhan bahan baku untuk mereparasi kapal dapat disediakan tepat waktu dan ada kemudahan dalam proses pembayaran bahan baku tersebut. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah penyesuaian kebijakan di dalam galangan dengan kondisi lingkungan bisnis Penentuan kontribusi komponen Penilaian kontribusi setiap komponen diperoleh dengan menggunakan nilai batasan derajat kecanggihan dan rating state of the art. Nilai tersebut didapatkan dengan menggunakan rumus (6), (7), (8), (9). Nilai kontribusi komponen teknologi untuk masing-masing komponen terlihat pada Tabel 22. Hasil penghitungan kontribusi komponen dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 22 Nilai kontribusi komponen teknologi Komponen Kontribusi Technoware 0,328 Humanware 0,626 Infoware 0,412 Orgaware 0,361 Nilai kontribusi komponen technoware sebesar 0,328 menjadi nilai kontribusi yang paling kecil bila dilihat dari pentingnya komponen technoware dalam proses transformasi pada galangan. Penyebab kecilnya nilai kontribusi tersebut karena masih digunakannya fasilitas manual dalam kegiatan reparasi walaupun terdapat fasilitas-fasilitas yang sudah menggunakan tenaga penggerak dan dioperasikan secara mekanik. Tidak adanya fasilitas komputer sebagai fasilitas serbaguna berpengaruh terhadap tipe operasi yang diselenggarakan. Nilai kontribusi tertinggi terdapat pada komponen humanware sebesar 0,626. Hal ini disebabkan karena sumberdaya manusia di galangan tersebut memiliki loyalitas yang tinggi terhadap tempat kerja. Loyalitas tersebut ditunjukkan dengan kepekaan untuk bekerja dengan baik dan mampu untuk

25 64 memelihara dan merawat fasilitas produksi. Selain itu, suasana kerja yang berbasis kekeluargaan dan gotong royong membuat para pekerja mampu bekerja secara kelompok dengan baik. Pekerja yang ada di galangan kapal KPNDP selalu bekerja tepat waktu, karena hampir sebagian besar para pekerja tinggal di mess karyawan yang terdapat di galangan. Para pekerja sangat menyadari bahwa bekerja di galangan kapal KPNDP sangat beresiko besar jika terjadi kesalahan sekecil apapun. Oleh karena itu, pentingnya kerja tim yang baik di antara para pekerja galangan. UPT BTPI sering mengadakan pelatihan untuk para pekerja galangan mengenai tata cara reparasi serta management team work. Pelatihanpelatihan tersebut memberikan dampak yang sangat baik terhadap peningkatan kemampuan sumberdaya manusia di galangan. Hal itu terbukti dengan tingginya nilai kontribusi komponen humanware. Nilai kontribusi komponen infoware sebesar 0,412. Nilai yang cukup besar tersebut dikarenakan pihak galangan selalu menginformasikan masalah perkembangan galangan kepada karyawannya. Prosedur komunikasi antar anggota di galangan mudah dan langsung. Penyimpanan dan pengambilan data rapi. Jaringan informasi di dalam perusahaan masih offline dan informasi manajemen terbatas dalam lingkup UPT BTPI. Namun pada galangan ini perlu adanya fasilitas komputer untuk penyimpanan dan pengambilan data galangan. Nilai kontribusi orgaware sebesar 0,361 menjadi nilai kontribusi yang cukup dikarenakan pihak galangan dapat mengatur sendiri kebijakan manajemen untuk mengembangkan fasilitas galangannya. Terdapat visi perusahaan yang mengorientasikan masa depan dengan mengefektifkan teknologi. Galangan dinilai mampu untuk memelihara hubungan baik dengan pelanggan. Namun untuk perluasan galangan sendiri sudah tidak bias, disebabkan karena lahan di sekitar galangan sudah tidak ada yang kosong. Adapun kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan bisnis dinilai kurang. Hal ini dikarenakan pihak galangan tidak melakukan promosi untuk menjaring pelanggan. Berdasarkan nilai kontribusi pada setiap komponen di atas, kontribusi komponen teknologi dapat diurutkan sebagai berikut: H > I > O > T. Nilai kontribusi komponen orgaware dan technoware perlu dilakukan peningkatan, yaitu dengan cara pembenahan struktur organisasi, mengkaji ulang kesepakatan

26 65 kerjasama, membeli fasilitas produksi yang memiliki tenaga penggerak dan halhal lainnya yang dapat meningkatkan nilai kontribusi komponen orgaware dan technoware. Selain itu, kontribusi komponen humanware dan infoware juga dapat ditingkatkan dengan terus melaksanakan pelatihan sumberdaya manusia yang dapat meningkatkan kemampuan pekerja di galangan dan pengunaan sistem informasi manajemen sehingga kontribusi komponen humanware dan infoware dapat meningkat Pengkajian intensitas kontribusi komponen Penentuan intensitas kontribusi setiap komponen teknologi dilakukan menggunakan Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Prosess). Nilai intensitas kontribusi komponen teknologi untuk masing-masing komponen terlihat pada Tabel 23. Hasil penilaian intensitas kontribusi komponen dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 23 Nilai intensitas kontribusi komponen teknologi Komponen Intensitas Technoware 0,399 Humanware 0,304 Infoware 0,082 Orgaware 0,215 Consistency ratio 0,050 Nilai intensitas komponen teknologi memiliki nilai yang berbeda setiap komponennya. Komponen technoware memiliki nilai intensitas terbesar yaitu 0,399 dan nilai intensitas terendah pada komponen infoware sebesar 0,082. Adapun intensitas komponen humanware dan orgaware masing-masing sebesar 0,304 dan 0,215. Penentuan intensitas kontribusi berdasarkan hasil penilaian kepentingan oleh manajer galangan. Bila diurutkan, maka nilai intensitas masingmasing komponen menurut manajer galangan tersebut sebagai berikut: β t > β h > β o > β i. Berdasarkan penilaian manajer galangan, technoware memiliki tingkat kepentingan yang paling tinggi di antara keempat komponen teknologi.

27 66 Nilai Consistency ratio sebesar 0,05 menunjukkan bahwa penilaian tingkat kepentingan yang dilakukan telah konsisten karena nilai tersebut 0, Penghitungan TCC Berdasarkan hasil perhitungan estimasi derajat kecanggihan, state of the art, kontribusi komponen dan intensitas kontribusi komponen diperoleh nilai koefisien kontribusi teknologi (technology contribution coefficient) yang disebut TCC, yang disajikan pada Tabel 24. Tabel 24 Hasil penghitungan derajat kecanggihan, pengkajian SOTA, kontribusi komponen, intensitas komponen, dan nilai TCC galangan kapal KPNDP Limit Komponen SOTA Kontribusi Intensitas TCC Lower Upper Technoware 1 4 0,650 0,328 0,399 Humanware 1 7 0,772 0,626 0,304 0,415 Infoware 1 6 0,542 0,412 0,082 Orgaware 2 4 0,625 0,361 0,215 Nilai TCC sebesar 0,415 menunjukkan bahwa tingkat teknologi di galangan kapal KPNDP berada pada tingkat wajar bila dibandingkan dengan Tabel 9. Sedangkan bila dibandingkan dengan Tabel 10 maka dapat dikatakan tingkat teknologi di galangan kapal KPNDP sudah berada pada tingkat semi modern. Pengkajian mengenai nilai TCC pernah dilakukan pada Dok Pembinaan UPT BTPI. Berdasarkan Achmad Fauzan et al. (2009), hasil penilaian TCC pada Dok Pembinaan UPT BTPI disajikan pada Tabel 25. Tabel 25 Hasil penghitungan derajat kecanggihan, pengkajian SOTA, kontribusi komponen, intensitas komponen, dan nilai TCC Dok Pembinaan Limit Komponen SOTA Kontribusi Intensitas TCC Lower Upper Technoware 1 5 0,678 0,412 0,355 Humanware 1 7 0,733 0,600 0,316 0,447 Infoware 1 6 0,583 0,435 0,087 Orgaware 2 4 0,563 0,347 0,242

28 67 Jika nilai pada Tabel 24 dan Tabel 25 dibandingkan, maka terlihat bahwa nilai TCC galangan kapal KPNDP memiliki nilai yang lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai TCC Dok Pembinaan UPT BTPI yang memiliki nilai TCC 0,447. Nilai-nilai dari komponen TCC (nilai estimasi derajat kecanggihan, state of the art dan kontribusi) pada komponen technoware dan komponen infoware pada Dok Pembinaan UPT BTPI memiliki nilai yang lebih besar. Nilainilai tersebut dipengaruhi oleh tersedianya komputer pada galangan. Hal ini berpengaruh terhadap jaringan informasi di dalam perusahaan dan tipe operasi yang diselenggarakan.

4 KEADAAN UMUM GALANGAN

4 KEADAAN UMUM GALANGAN 28 4 KEADAAN UMUM GALANGAN Galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) terletak di Jalan Mandala Bahari No.1 Muara Angke, Jakarta Utara. Galangan kapal KPNDP berada satu wilayah komplek

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 20 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Manajemen Galangan Galangan PT. Proskuneo Kadarusman memiliki fungsi sebagai tempat membangun, merawat, dan memperbaiki kapal. Jumlah kapal yang dibangun di galangan tersebut

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM GALANGAN

4 KEADAAN UMUM GALANGAN 4 KEADAAN UMUM GALANGAN 4.1 Produktivitas Galangan Galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) merupakan galangan kapal yang terletak di komplek Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Maxfield vide Nazir (2003), studi kasus merupakan penelitian tentang status subjek penelitian yang

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Peta lokasi penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Peta lokasi penelitian 12 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2011. Pengamatan dan pengumpulan data akan dilaksanakan bulan Agustus 2011 di

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 26 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Produktivitas Galangan Dok Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan (UPT BTPI) memiliki fungsi sebagai tempat membangun, merawat, dan memperbaiki

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA The Assesment of Technology Level in Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA The Assesment of Technology Level in Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA The Assesment of Technology Level in Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta Oleh: Achmad Fauzan 1 *, Yopi Novita 2, dan Vita Rumanti

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 40 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kriteria Produktivitas dan Indikator Kinerja Pengukuran dengan model OMAX (Objective Matrix) menggabungkan kriteria-kriteria produktivitas galangan ke dalam suatu bentuk yang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Salah satu cara yang dapat ditempuh manusia agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan tuntutan zaman adalah melalui penerapan dan pengembangan teknologi dalam

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENGUKURAN ASPEK TEKNOLOGI PADA INDUSTRI KREATIF KERAJINAN SANGKAR BURUNG DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK

NASKAH PUBLIKASI PENGUKURAN ASPEK TEKNOLOGI PADA INDUSTRI KREATIF KERAJINAN SANGKAR BURUNG DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK NASKAH PUBLIKASI PENGUKURAN ASPEK TEKNOLOGI PADA INDUSTRI KREATIF KERAJINAN SANGKAR BURUNG DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 35 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kriteria Produktivitas dan Indikator Kinerja Kriteria-kriteria yang akan diukur meliputi kriteria efisiensi, kriteria efektivitas, dan kriteria inferensial. Kriteria efisiensi

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 21 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kapal Kayu 5.1.1 Gambaran Umum Kapal perikanan merupakan unit penangkapan ikan yang sangat penting dalam mendukung kegiatan operasi penangkapan ikan yang terdapat di perairan

Lebih terperinci

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 1 Edisi April 2011 Hal 29-38

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 1 Edisi April 2011 Hal 29-38 BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume XIX No. 1 Edisi April 2011 Hal 29-38 ANALISIS PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI PADA GALANGAN KAPAL DI SEKITAR PPI MUARA ANGKE (The Analysis of Shipyard s Technology Level

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner penentuan sasaran KUESIONER PENENTUAN SASARAN

Lampiran 1 Kuesioner penentuan sasaran KUESIONER PENENTUAN SASARAN LAMPIRAN 66 Lampiran 1 Kuesioner penentuan sasaran KUESIONER PENENTUAN SASARAN Kuesioner lanjutan untuk keperluan : Penelitian dalam mengukur tingkat produktivitas dari variable-variabel yang berpengaruh

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Terdapat beberapa definisi mengenai kapal perikanan, menurut Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI GALANGAN KAPAL KOPERASI PEGAWAI NEGERI DINAS PERIKANAN DKI JAKARTA DI MUARA ANGKE MUHAMMAD ANGGI NATAPRAJA

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI GALANGAN KAPAL KOPERASI PEGAWAI NEGERI DINAS PERIKANAN DKI JAKARTA DI MUARA ANGKE MUHAMMAD ANGGI NATAPRAJA PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI GALANGAN KAPAL KOPERASI PEGAWAI NEGERI DINAS PERIKANAN DKI JAKARTA DI MUARA ANGKE MUHAMMAD ANGGI NATAPRAJA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan Menurut Nomura dan Yamazaki (1977) kapal perikanan sebagai kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang meliputi aktivitas penangkapan atau pengumpulan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN . HASIL DAN PEMBAHASAN yang dijadikan sampel dan diukur pada penelitian ini berjumlah 22 unit yang mempunyai wilayah pengoperasian lokal, yaitu di daerah yang tidak jauh dari teluk Palabuhanratu. Konstruksi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil survei dan penilaian kriteria komponen teknologi (1) Penilaian kriteria komponen technoware

Lampiran 1 Hasil survei dan penilaian kriteria komponen teknologi (1) Penilaian kriteria komponen technoware 48 Lampiran 1 Hasil survei dan penilaian kriteria komponen teknologi (1) Penilaian kriteria komponen technoware No Kriteria Komponen Technoware Hasil Survei Skor 1 Tipe mesin yang digunakan Mekanik (crane

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Teknologi merupakan hasil olah pikir manusia untuk mengembangkan tata cara atau sistem tertentu dan menggunakannya untuk menyelesaikan permasalahan (Maryono & Istiana,

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DAFTAR ISI 13. Standar Operasional Prosedur Pemeliharaan Berkala

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGGUNAAN GADING BAJA PADA PEMBANGUNAN KAPAL KAYU 30 GT

ALTERNATIF PENGGUNAAN GADING BAJA PADA PEMBANGUNAN KAPAL KAYU 30 GT Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 10, Nomor 2, Juli - Desember 2012 ALTERNATIF PENGGUNAAN GADING BAJA PADA PEMBANGUNAN KAPAL KAYU 30 GT Lukman Bochary & Farid Larengi Jurusan Teknik Perkapalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Produk permainan sekoci handcar anak ini termasuk permainan tradisional, yang awalnya terinspirasi dari sebuah kendaraan tradisonal Handcar. Digunakan sekitar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 6 No 3: Tahun 2017

PENDAHULUAN. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 6 No 3: Tahun 2017 Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 6 No 3: 133-144 Tahun 2017 133 Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri http://www.industria.ub.ac.id ISSN 2252-7877 (Print)

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT KONTRIBUSI TEKNOLOGI DI PT. WIRASINDO SANTAKARYA MENGGUNAKAN METODE TEKNOMERIK

PENILAIAN TINGKAT KONTRIBUSI TEKNOLOGI DI PT. WIRASINDO SANTAKARYA MENGGUNAKAN METODE TEKNOMERIK PENILAIAN TINGKAT KONTRIBUSI TEKNOLOGI DI PT. WIRASINDO SANTAKARYA MENGGUNAKAN METODE TEKNOMERIK Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Industri Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional

Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337 3539 (2301 9271 Print) 1 Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional

Lebih terperinci

Keg. Pembelajaran 2 : Praktik Mekanik dan Tindakan Keselamatan Kerja di Bengkel

Keg. Pembelajaran 2 : Praktik Mekanik dan Tindakan Keselamatan Kerja di Bengkel Keg. Pembelajaran 2 : Praktik Mekanik dan Tindakan Keselamatan Kerja di Bengkel 1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari materi kegiatan pembelajaran ini mahasiswa/peserta PPG akan dapat : 1)

Lebih terperinci

STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR

STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR Disusun Oleh: Sa adatul Munawaroh NRP: 4109100701 Dosen pembimbing: Sri Rejeki Wahyu Pribadi,ST.MT Ir. Soejitno Jurusan teknik perkapalan Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1. Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen-komponen yang akan dibuat adalah komponen yang tidak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Skema Alur Kerja Pembuatan - Skema proses pembuatan alat pneumatik transfer station adalah alur kerja proses pembuatan alat pneumatik transfer station

Lebih terperinci

Nama Alat Peraga: Ruang Ajaib Gambar Alat Peraga:

Nama Alat Peraga: Ruang Ajaib Gambar Alat Peraga: Nama Alat Peraga: Ruang Ajaib Gambar Alat Peraga: Sasaran: Siswa SMP kelas 3 untuk konsep kesebangunan Siswa SMA kelas 3 untuk konsep dilatasi Indikator: Mengenalkan kepada siswa tentang materi kesebangunan

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN Dosen : Subiyono, MP MESIN PENGUPAS SERABUT KELAPA SEMI OTOMATIS DISUSUN OLEH : NAMA : FICKY FRISTIAR NIM : 10503241009 KELAS : P1 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

PRAKARYA. by F. Denie Wahana

PRAKARYA. by F. Denie Wahana PRAKARYA by F. Denie Wahana (Produk Sederhana dengan Teknologi) Kompetensi Inti (KI) 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

Lebih terperinci

Analisis Kontribusi Komponen Teknologi Pada UKM Keripik Buah Di Kota Batu

Analisis Kontribusi Komponen Teknologi Pada UKM Keripik Buah Di Kota Batu Analisis Kontribusi Pada Keripik Buah Di Kota Batu Analysis of Contributions Component Technology In SME Fruit Chips In Batu City Sigit Prayitno 1) *, Imam Santoso 2), Usman Effendi 2) 1) Alumni Jurusan

Lebih terperinci

PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI

PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 1997 / 1998 KATA PENGANTAR Upaya para nelayan dalam mempertahankan

Lebih terperinci

PENILAIAN TEKNOLOGI UNTUK MENENTUKAN POSISI TEKNOLOGI 2 INDUSTRI PEMBUAT SKOP DENGAN METODE TEKNOMETRIK

PENILAIAN TEKNOLOGI UNTUK MENENTUKAN POSISI TEKNOLOGI 2 INDUSTRI PEMBUAT SKOP DENGAN METODE TEKNOMETRIK PENILAIAN TEKNOLOGI UNTUK MENENTUKAN POSISI TEKNOLOGI 2 INDUSTRI PEMBUAT SKOP DENGAN METODE TEKNOMETRIK Retno Indriartiningtias 1, Resta Amijaya, dan Widi Nugroho Laboratorium Manajemen Industri Program

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Kontribusi Teknologi Dalam Produksi Keripik Buah Menggunakan Metode Technology Coefficient Contribution (TCC) di Kabupaten Malang

Analisis Tingkat Kontribusi Teknologi Dalam Produksi Keripik Buah Menggunakan Metode Technology Coefficient Contribution (TCC) di Kabupaten Malang Analisis Tingkat Kontribusi Dalam Produksi Keripik Buah Menggunakan Metode Technology Coefficient Contribution (TCC) di Kabupaten Malang Analysis of Contributions of Technology in Production of Fruit Chips

Lebih terperinci

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL Syahrizal & Johny Custer Teknik Perkapalan Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau djalls@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era globalisasi seperti sekarang, alat transportasi kendaraan bermotor semakin dibutuhkan baik untuk kendaraan operasional perusahaan maupun kendaraan pribadi.

Lebih terperinci

MODUL 5 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Bekerja di Bengkel) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 5 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Bekerja di Bengkel) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K MODUL 5 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (Bekerja di Bengkel) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO 5. Bekerja di bengkel Kacamata

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Merancang Desain dan Study Literatur Proses Pembuatan Rangka -Pemotongan pipa -Proses pengelasan -Proses penggerindaan Proses Finishing -Proses

Lebih terperinci

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA 1 ¾ ¾ ½ ¾ ½ ¾ 45 0 KATA PENGANTAR Modul dengan judul Membuat Macam-macam Sambungan Pipa merupakan salah satu modul untuk membentuk kompetensi agar mahasiswa dapat melakukan

Lebih terperinci

Studi Teknis Ekonomis Pengaruh Variasi Sambungan Terhadap Kekuatan Konstruksi Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi

Studi Teknis Ekonomis Pengaruh Variasi Sambungan Terhadap Kekuatan Konstruksi Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi Studi Teknis Ekonomis Pengaruh Variasi Sambungan Terhadap Kekuatan Konstruksi Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi Febry Firghani Oemry - 4108100079 Dosen Pembimbing: Ir. Heri Supomo,

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA DOCKING KAPAL PURSE SEINE DI CV PUTRA BAROKAH KABUPATEN PATI

ANALISIS FINANSIAL USAHA DOCKING KAPAL PURSE SEINE DI CV PUTRA BAROKAH KABUPATEN PATI ANALISIS FINANSIAL USAHA DOCKING KAPAL PURSE SEINE DI CV PUTRA BAROKAH KABUPATEN PATI Business Financial Analysis Purse Seine Boat Docking at CV Putra Barokah Pati Regency Bagus Mukti Wibowo, Herry Boesono

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA BAG- TKB.001.A-76 45 JAM 1 ¾ ¾ ½ ¾ ½ ¾ 45 0 Penyusun : TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Pengalaman Membuat dan Memasang Tanda Batas Di Taman Nasional Kepulauan Seribu

Pengalaman Membuat dan Memasang Tanda Batas Di Taman Nasional Kepulauan Seribu Pengalaman Membuat dan Memasang Tanda Batas Di Taman Nasional Kepulauan Seribu A. Pemilihan pelampung Ada beberapa bahan pelampung yang bisa dipilih, tapi alasan kami memilih drum plastik ukuran 200 liter

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP RANCANGAN

BAB IV. KONSEP RANCANGAN BAB IV. KONSEP RANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS Dalam tataran lingkungan, produk rancangan yang dibuat dengan memanfaatkan limbah kayu palet secara maksimal. Palet kayu biasa digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong umbi. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

PEKERJAAN PEMASANGAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN

PEKERJAAN PEMASANGAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN PEKERJAAN PEMASANGAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN http//: www.salmanisaleh.wordpress.com A. STANDAR KOMPETENSI Melaksanakan pekerjaan konstruksi baja ringan. B. KOMPETENSI DASAR Melaksanakan pekerjaan pemasangan

Lebih terperinci

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > GSF-Aceh. Didalam Pelaksanaan Proyek, metode pelaksanaan sangat penting dilaksanakan, hal ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen komponen yang akan dibuat adalah komponen

Lebih terperinci

LAMINASI FIBERGLASS SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MELINDUNGI KONSTRUKSI LAMBUNG KAPAL KAYU

LAMINASI FIBERGLASS SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MELINDUNGI KONSTRUKSI LAMBUNG KAPAL KAYU LAMINASI FIBERGLASS SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MELINDUNGI KONSTRUKSI LAMBUNG KAPAL KAYU Oleh : Jozua CH. Huwae dan Heru Santoso Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung Jl. Tandurusa Kotak Pos. 12 BTG/Bitung

Lebih terperinci

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION)

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION) 1. KAPAN DIGUNAKAN Prosedur ini berlaku pada saat melakukan pekerjaan menggunakan chainsaw 2. TUJUAN Prosedur ini memberikan petunjuk penggunaan chainsaw secara aman dalam melakukan pekerjaan dimana chainsaw

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI SOPHISTICATED TECHNOLOGY MELALUI PENDEKATAN TEKNOMETRIK UNTUK STRATEGI BERSAING (STUDI KASUS : PT PETROKIMIA GRESIK)

ANALISIS PERFORMANSI SOPHISTICATED TECHNOLOGY MELALUI PENDEKATAN TEKNOMETRIK UNTUK STRATEGI BERSAING (STUDI KASUS : PT PETROKIMIA GRESIK) ANALISIS PERFORMANSI SOPHISTICATED TECHNOLOGY MELALUI PENDEKATAN TEKNOMETRIK UNTUK STRATEGI BERSAING (STUDI KASUS : PT PETROKIMIA GRESIK) Rina Sandora*, Udisubakti Ciptomulyono**, Hari Supriyanto*** Pascasarjana

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.283, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pengukuran Kapal. Tata cara. Metode. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGUKURAN KAPAL

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Material Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beton dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Agregat halus yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement)

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement) PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement) OLEH : LUKMAN HIDAYAT NRP. 49121110172 PROGRAM DIPLOMA IV JURUSAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA

Lebih terperinci

Indah, Awet, dan Anti Rayap

Indah, Awet, dan Anti Rayap P E T U N J U K P E M A S A N G A N Indah, Awet, dan Anti Rayap KARAKTERISTIK Indah, bertekstur kayu. Awet, tidak lapuk, dan tahan terhadap cuaca. Anti rayap. Tidak mudah terbakar. Finishing dengan cat

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB V PONDASI TELAPAK

BAB V PONDASI TELAPAK BAB V PONDASI TELAPAK I. METODA KONSTRUKSI PONDASI SETEMPAT A. Urutan Kegiatan Pekerjaan Pondasi Setempat Metoda konstruksi untuk pekerjaan pondasi setempat yaitu: 1. Penggalian tanah pondasi 2. Penulangan

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI GALANGAN KAPAL PT. PROSKUNEO KADARUSMAN MUARA BARU JAKARTA IZZA MAHDIANA APRILIANI

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI GALANGAN KAPAL PT. PROSKUNEO KADARUSMAN MUARA BARU JAKARTA IZZA MAHDIANA APRILIANI PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI GALANGAN KAPAL PT. PROSKUNEO KADARUSMAN MUARA BARU JAKARTA IZZA MAHDIANA APRILIANI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN KARYA

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN KARYA 35 BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN KARYA Dalam proses pembuatan karya seni, konsep adalah hal terpenting yang menjadi acuan dalam berkarya, yang menjadi dasar sebuah pemikiran. Konsep dari karya yang

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA

LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek Las dan Tempa Disusun Oleh: FAJAR RIZKI SAPUTRA K2513021 PTM A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Desain furnitur yang berkualitas mengandung kompleksitas nilai, ketrampilan teknik, muatan filosofi maupun metodologi. Pertimbangan perencanaan desain lampu hias

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

JARINGAN KERJA DAN EFEKTIVITAS PERBAIKAN KAPAL DI GALANGAN KPNDP DKI JAKARTA, MUARA ANGKE

JARINGAN KERJA DAN EFEKTIVITAS PERBAIKAN KAPAL DI GALANGAN KPNDP DKI JAKARTA, MUARA ANGKE Marine Fisheries ISSN 287-4235 Vol. 5, No. 1, Mei 214 Hal: 79-89 JARINGAN KERJA DAN EFEKTIVITAS PERBAIKAN KAPAL DI GALANGAN KPNDP DKI JAKARTA, MUARA ANGKE Network and Effectiveness of Ship Repair at KPNDP

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat lubang biopori. Pengerjaan yang dominan

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI BAB IV MODIFIKASI 4.1. Rancangan Mesin Sebelumnya Untuk melakukan modifikasi, terlebih dahulu dibutuhkan data-data dari perancangan sebelumnya. Data-data yang didapatkan dari perancangan sebelumnya adalah

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan merupakan kapal yang digunakan untuk aktivitas penangkapan ikan di laut (Iskandar dan Pujiati, 1995). Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU TRADISIONAL DI TANAHBERU KABUPATEN BULUKUMBA

TEKNOLOGI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU TRADISIONAL DI TANAHBERU KABUPATEN BULUKUMBA TEKNOLOGI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU TRADISIONAL DI TANAHBERU KABUPATEN BULUKUMBA Syarifuddin DEWA *1 and A. Haris MUHAMMAD 1 1 Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Makassar *E-mail:

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN : TEKNIK KONSTRUKSI KAPAL FIBERGLASS JENJANG PENDIDIKAN : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

MATA PELAJARAN : TEKNIK KONSTRUKSI KAPAL FIBERGLASS JENJANG PENDIDIKAN : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MATA PELAJARAN : TEKNIK KONSTRUKSI KAPAL FIBERGLASS JENJANG PENDIDIKAN : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) guru PEDAGOGIK 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin press serbuk kayu. Pengerjaan dominan dalam pembuatan komponen tersebut

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong kerupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan komponen

Lebih terperinci

6. PEMBAHASAN 6.1 Metode pembuatan perahu FRP

6. PEMBAHASAN 6.1 Metode pembuatan perahu FRP 6. PEMBAHASAN 6.1 Metode pembuatan perahu FRP Fiberglass Reinforcement Plastic (FRP) merupakan bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan perahu cadik yang dilakukan di Cisolok Sukabumi. FRP digunakan

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Teknologi Pembuatan Perahu Cadik Fiberglass Reinforcement Plastic (FRP) Metode pembuatan perahu dan tahapan kerja

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Teknologi Pembuatan Perahu Cadik Fiberglass Reinforcement Plastic (FRP) Metode pembuatan perahu dan tahapan kerja 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Teknologi Pembuatan Perahu Cadik Fiberglass Reinforcement Plastic (FRP) 4.1.1 Metode pembuatan perahu dan tahapan kerja Berdasarkan hasil penelitian di lapang, metode pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II a. Orisinalitas METODE PERANCANGAN Banyak produk rak buku dengan berbagai macam bentuk yang sudah beredar dipasaran, namun dari banyaknya jenis rak yang sudah ada hanya sedikit sekali yang mengeksplorasi

Lebih terperinci

BAB IV: PENGAMATAN PROYEK

BAB IV: PENGAMATAN PROYEK BAB IV: PENGAMATAN PROYEK 4.1. Proses Pelaksanaan Teknis 4.1.1 Pelaksanaan Teknis Proyek Tampak Utara Tampak Timur Gambar 4.1 : Zona Pengamatan Teknis. Ketika memulai praktik profesi, proses pengamatan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Kompetensi Kejuruan Program Keahlian : Otomotif Perbaikan Kendaraan Ringan Kelas / Semester : XI / II Standar Kompetensi : Melaksanakan Prosedur Pengelasan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada BAB IV HASIL & PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada Rangka Gokart Kendaraan Gokart terdiri atas beberapa komponen pembentuk baik komponen utama maupun komponen tambahan.

Lebih terperinci

BAB V Kegunaan Peralatan Mesin Bengkel, dibawah ini.

BAB V Kegunaan Peralatan Mesin Bengkel, dibawah ini. BAB V 4.1. Kegunaan Peralatan Mesin Bengkel, dibawah ini. a. Mesin Bubut. Meratakan bagian luar ataupun bagian dalam benda-kerja yang akan dibentuk menjadi bulat, mis: As: Pipa, Lubang dalam, dll. Membuat

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN KAPAL

PROSES PEMBUATAN KAPAL PROSES PEMBUATAN KAPAL Pada umumnya metode atau cara dalam proses pembuatan kapal terdiri dari dua cara yaitu cara pertama berdasarkan sistem, cara kedua berdasarkan tempat. Proses pembuatan kapal berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancang bangun alat. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Alur proses adalah alat yang digunakan untuk melakukan perencanaan proses, analisis proses dan mendokumentasikan proses sebagai standar pedoman produksi.

Lebih terperinci