PENGENDALIAN BIOPROSES

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENDALIAN BIOPROSES"

Transkripsi

1 PENGENDALIAN IOPROSES

2 Penyebab Keterlambatan Pengendalian ioproses : 1. ioproses jauh lebih kompleks 2. Kesulitan untuk mengembangkan model yang realistis 3/.Pengukuran parameter kunci biokimiawi dan fisiologik3sangat sulitorganisme yang mempunyai mekanisme regulasi intraselular sehingga regulasi terjadi secara internal

3 Sistem pengendalian proses ada empat kelompok peubah: (1) Peubah yang dikontrol (2) Peubah gangguan (3) Peubah yang dimanipulasi dan, (4) Peubah acuan

4 Tujuan pengendalian proses (ioproses) adalah memanipulasi peubah peubah didalam sistem pengendalian proses. Manipulasi itu untuk : (1) Mencapai keluaran pada suatu tetapan nilai yang diinginkan (2) Menstabilkan proses proses yang tidak stabil atau berpotensi tidak stabil, seperti operasi sinambung (masalah stabilisasi) (3) Mengoptimasi kinerja yang telah didefinisikan oleh pengukuran pengukuran seperti rendemen, produktivitas, atau keuntungan (masalah optimasi)

5 erbagai masalah dapat dihubungkan dengan rancang bangunsuatu sistem pengendalian bioproses. (1) Apa tujuan pengendalian? (2) Apa yang harus diukur dalam pengendalian? (3) Apa yang harus dimanipulasi? (4) Mana peubah peubah pengendali yang harus dipasangkan dengan keluaran yang diukur? (5) agaimana seharusnya pengontrol, khususnya parameter parameter pengontrol PID (Proportion Integral Differential), diukur? (6) agaimana membuat suatu keputusan tentang kondisi kondisi operasi terbaik (nilai nilai konstan atau profil peubah untuk set point)?

6 2 Intrumentasidan sensor untuk pemantauan dan pengendalian bioproses 1. Sensor sensor mikrobial a. Sensor OD b. Sensor etanol c. Sensor asam asetat d. Sensor karbondioksida

7 2. Sensor sensor lain untuk bioproses a. Rotameter (flow meter) dan thermal mass flow meter b. Sensor pengukur panas c. Sensor pengendali busa d. Sensor pengendali ph e. Sensor pengukur oksigen f. Sensor enzim

8 Elemen elemen dasar dari teknologi pengukuran dan pengendalian yang diterapkan pada suatu bioreaktor baku yang terdiri dari peubah peubah yang diketahui dengan dengan baik dari rekayasa proses klasik. Misalnya, - Suhu dalam cairan (T I ) dan jaket ganda (T DJ ) - Tekanan didalam ruang hampa reaktor (P G ) - Laju alir volume gas pada kondisi normal (F GnE ) - Kecepatan pengadukan (N st ) - Aliran motor (I st ) - Konsumsi energi motor (P st ) - Volume cairan/bobot reaktor (V L )

9 TERIMA KASIH

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19 Kurva hubungan distribusi produk sebagai fungsi dari jenis reaktor (Pipa ideal, RPI dan tangki ideal, RTI)

20 Pemilihan Reaktor Proses skala besar reaktor sinambung, mempunyai kapasitas lebih besar Proses dengan volume lebih kecil, tahapan operasi yang kompleks, dan waktu penanganan sangat lama reaktor curah. Proses sinambung reaktor pipa koil panjang, ikatan pipa -pipa sejajar, tangki atau bejana teraduk, menara kosong, berkemas atau berbaffle unggun, atau mempunyai baffle. Reaksi fasa tunggal dengan waktu lama kumparan (coil) tunggal memberikan kecepatan tinggi dan sedikit pencampuran balik.

21 2. Hasil akhir produk yang diinginkan tidak sebesar bila menggunakan reaktor pipa ideal (RPI). Reaktor Katalitik Digunakan industri kimia organik dan bioindustri (biokatalis: enzim) tipe unggun tetap atau diam. Partikel katalis berada dalam keadaan terimobilisasi dalam bentuk unggun dan gas/cairan pereaksi mengalir melalui unggun katalis tersebut. Unggun katalis imobil dapat dipilah untuk jenis pipa dan tangki. Dua kelemahan reaktor dengan pencampuran (RTI) adalah : 1. Untuk tingkat konversi tertentu, jumlah katalis dan ukuran reaktor yang diperlukan lebih besar ketimbang reaktor pipa ideal (RPI).

22 Pada reaktor katalitik dengan tipe unggun-tetap umumnya lebih banyak digunakan sistem pipa. Kelemahannya : 1. Sangat sulit untuk diopersikan pada proses dengan perpindahan panas dari atau ke dalam unggun katalis dengan kecepatan yang khusus untuk mencegah perbedaan suhu dalam unggun atau pelet katalis. 2. ila laju difusi melalui pori-pori pelet katalis rendah dibandingkan laju reaksi, maka tidak mungkin untuk menggunakan luasan katalis. 3. Pada regenerasi katalis secara berkala, biaya regenerasi akan sangat mahal selama reaktor bekerja.

23 Contoh soal 1. Dalam reaksi : A + R + S adalah reaksi fasa gas terjadi dengan katalis suatu padatan, dengan persamaan laju : r = k 1 P A P 1 + k 2 P A + k 3 PR ila reaksi tersebut di atas dilakukan dalam suatu reaktor unggun pipa tetap, dan beroperasi secara isotermal, pada suhu 540 o C, berapa katalis yang diperukan untuk tingkat konversi 95 %, dengan menggunakan nisbah umpan dan tak ada daur ulang. Laju produksi adalah 1000 R per jam. Reaktor bekerja pada tekanan 2 atm dan penurunan tekanan diabaikan.

24 Penyelesaian : Masalah seperti tersebut diatas, dipecahkan dengan tata cara sebagai berikut : 1. Tentukan nilai-nilai tetapan laju reaksi k1, k2,k3 pada suhu reaksi 2. Tentukan PA dan P untuk berbagai nilai x (konversi) dari , dengan menggunakan neraca bahan. 3. Hitung nilai nilai reaksi pada setiap harga x 4. Hubungkan 1/r terhadap x 5. Tentukan luasan daerah dibawah kurva 1/r vs x dari x=0 sampai dengan x=0.95 (tingkat konversi) 6. Daerah ini adalah merupakan nilai W/F yang diinginkan, dengan F adalah laju umpan dan W adalah bobot katalis yang diinginkan untuk konversi 95 %. Karena F diketahui maka harga W dapat dihitung.

25 ahan Konstruksi untuk Reaktor 1. Logam atau campuran : Mild steel, Low alloys steel, Cast iron, Stainless steel, Ni, Monel, Cu, rass, Al, Dural, Pb, Ti 2. Plastik : Termoplastik (PVC,PE), termosetting (poliester, epoxy-resin) 3. Karet : Karet alami atau sintetik (hipalon, viton) 4. Keramik : Kaca porselin, bata tahan asam, bata dan semen refaktori

26 Sifat mekanik yang penting untuk bahan reaktor meliputi : 1. Strength - tensile strength (daya tarik) 2. Stiffness - Modulus elastis (elastisitas) 3. Toughness 4. Hardness (kekerasan) 5. Pengaruh suhu (tinggi/rendah) 6. Ketahanan terhadap keausan 7. Persyaratan khusus : konduktivitas termal, ketahanan elektris, sifat magnetik 8. Mudah pengerjaannya : pembentukan, penyambungan, casting 9. Tersedia dalam jenis baku : lembaran, penghubung/ sambungan, tabung. 10. iaya sebanding dengan tingkat penggunaan.

27 Sifat mekanik penting logam dan campuran Tensil Strength (N/mm2) 0,1% Stress Proof (N/mm 2 ) Modulus Elastisitas (KN/mm 2 ) Hardness rincill obot Jenis Mild steel ,9 Low alloys steel ,9 Cast iron ,2 Stainless steel ,0 Ni ,9 Monel ,8 Cu ,9 rass ,6 Al ,7 Dural ,7 Pb ,3 Ti ,5

28 Sifat umum untuk pengerjaan logam dan campuran ( Alloys ) Machining Kerja panas Kerja dingin Casting Penyambungan Suhu (º C ) Mild steel S 750 Low alloys steel S S 750 Cast iron T T S/T - Stainless steel S 1050 Ni 1150 Cu S S 800 rass S 700 Al S 550 Dural Pb Ti T T S - Keterangan : aik, S : Cukup baik, T : Tidak baik

29 Dalam pemilihan bahan untuk pengerjaan reaktor, faktor biaya perlu diperhatikan. Secara nisbi (relatif) nilai biaya berbagai jenis logam dan paduan adalah sebagai berikut : Carbon steel 1 Al-alloys (Mg) 4 Stainless steel 5 Incomel 12 rass Al 18 Monel 19 Cu 27 Ni 35

30 Peningkatan Skala (Scale-up) Reaktor Peningkatan skala : perancangan dan penyusunan sistem yang lebih besar (prototipe) berdasarkan hasil percobaan dengan menggunakan model yang berukuran lebih kecil. Tiga fenomena penting : 1. Fenomena termodinamik (tidak tergantung pada skala) 2. Fenomena kinetika mikro (tidak tergantung pada skala) 3. Fenomena perpindahan (tergantung pada skala).

31 Proses perpindahan dalam reaktor terjadi menurut dua mekanisme perpindahan : 1. Pengaliran (konveksi) 2. Difusi (konduksi) Fenomena yang berkaitan erat dengan pengaliran dan difusi : 1. Gaya geser (shear) 2. Pencampuran 3. Perpindahan massa (Kla) 4. Perpindahan panas 5. Kinetika makro (suatu bentuk kinetika nyata dari perpaduan kinetika mikro dan difusi, misalnya dalam sistem imobilisasi )

32 Perancangan ioreaktor Kekompleksan bioreaktor dibanding reaktor kimiawi terjadi karena sifat dan ciri mikroba, seperti pertumbuhan, penyesuaian, peluruhan, dan kepekaan terhadap gaya geser. Secara teori perancangan suatu bioreaktor dapat dilakukan dengan tahapan : 1. Perilaku galur terpilih (kinetika pertumbuhan dan pembentukan produk) ditetapkan pada beragam keadaan lingkungan antara lain konsentrasi unsur hara, oksigen, dan gaya geser. 2. erdasarkan hasil itu dipilih kondisi optimal untuk pertumbuhan dan pembentukan produk. 3. Kinetika dimasukkan ke dalam neraca massa.

33 Namun tidak selalu tatacara tersebut berhasil dengan mulus, karena : 1. Untuk menetapkan kinetika secara rinci diperlukan percobaan cukup banyak dan berulang-ulang (ekstensif) 2. Pemecahan persamaan neraca-mikro untuk "semua kasus" pada kondisi alir dan geometrik sederhana dalam praktik adalah tidak mungkin. 3. Kondisi lingkungan optimal acapkali merupakan nilai peubah operasional yang saling bergantungan (sebagai contoh adanya gaya geser menyebabkan nilai P/V tinggi untuk perpindahan massa, sebaliknya rendah untuk sel mikroba)

34 Teknik lain dalam perancangan bioreaktor teknik pengecilan ukuran (scale-down) berdasarkan pendekatan lingkungan. Skala Penuh Reaktor skala penuh (yang ada/ rancangan awal) Penerapan pada skala penuh Skala Kecil Simulasi pada skala kecil Kondisi lingkungan Pemilihan galur optimasi kondisi lingkungan Tata cara pengecilan skala (Kossen dan Oosterhius, 1985)

35 Metoda untuk meningkatkan skala reaktor, yaitu : 1. Metoda dasar (pemecahan neraca mikro untuk perpindahan momentum, massa, dan panas) 2. Metoda semi-dasar (pemecahan neraca disederhanakan) 3. Analisis dimensional (termasuk analisis regime) 4. Kaidah ibu jari (rules of thumb) 5. Coba-coba (trial and error)

36 1. Metoda Dasar Metoda dasar digunakan untuk sistem yang paling sederhana. Sifat : 1) Kondisi aliran jelas (misal aliran laminar) 2) Tidak ada aliran (contoh difusi nutrien pada pelapisan mikroba yang diam). Dalam metoda dasar, neraca mikro digunakan untuk perpindahan momentum, massa, dan panas. Jika neraca mikro digunakan dalam perancangan reaktor, maka terdapat sejumlah kesulitan : 1) ila neraca diterapkan untuk bejana berpengaduk, maka harus menggunakan komponen perpindahan dalam tiga arah dengan kondisikondisi batas (boundary) yang sangat kompleks.

37 2) Neraca bersifat ganda. Artinya pemecahan neraca momentum menghasilkan komponen alir yang harus digunakan dalam neraca massa dan panas 3) Neraca momentum umumnya digunakan untuk zat alir serba sama (homogen) yang sangat tidak realistik untuk cairan fermentasi aerob. Penerapan penting neraca mikro adalah pada sistem imobilisasi mikroba. ila perilaku lapisan tipis diketahui, maka peningkatan ketebalan lapisan dapat diperkirakan.

38 2. Metoda Semi-Dasar Metoda ini didasarkan pada penggunaan persamaan aliran yang disederhanakan. Tiga model aliran yang banyak digunakan adalah : 1) Aliran piston (plug flow) 2) Aliran piston dengan dispersi 3) Aliran tercampur baik: satu tangki atau rangkaian beberapa tangki.

39 3. Analisis Dimensional (AD) Metoda analisis dimensional merupakan teknik yang menggunakan bilangan nirmatra (tidak berdimensi) sebagai parameter dalam perancangan reaktor. eberapa pembatasan metoda analisis dimensional : 1) Kadang-kadang tidak mungkin mempertahankan semua gugus tidak berdimensi tetap selama peningkatan skala, sehingga suatu gugus menentukan gugus yang paling penting dan mengabaikan yang lain (analisis regim). 2) Penerapan AD kadang-kadang membawa keadaan yang secara teknik tidak realistik (antara lain penggunaan tenaga dan kecepatan pengaduk sangat tinggi) 3) eberapa sistem bersifat otonom. Misalnya ukuran gelembung dalam sistem koalesensi adalah tak bergayut terhadap ukuran dan kondisi proses sehingga tidak sesuai dengan prinsip dasar AD (kesamaan geometrik). 4) Pemilihan parameter dalam AD tidak selalu dapat dilakukan.

40 ila pada keadaan awal neraca momentum, massa, panas, dan batas (boundary) nya ditulis dalam bentuk nirmatra (tidak berdimensi), maka sejumlah bilangan nirmatra akan muncul dengan sendirinya. Dipilah menurut kelompok : 1) Parameter geometri (D, H, dp) 2) Sifat zat alir/padatan/gas (ρ, η, σ) 3) Peubah proses ( N, P,v) 4) Tetapan bermatra (g, R)

41 ilangan nirmatra (tak berdimensi) yang dapat digunakan untuk kajian peningkatan skala reaktor

42 ilangan nirmatra (tak berdimensi) yang dapat digunakan untuk kajian peningkatan skala reaktor (lanjutan)

43 ilangan nirmatra (tak berdimensi) yang dapat digunakan untuk kajian peningkatan skala reaktor (lanjutan)

44 ilangan nirmatra (tak berdimensi) yang dapat digunakan untuk kajian peningkatan skala reaktor (lanjutan) Catatan : a) menunjukkan bahwa D atau λ berkaitan dengan fasa terdispersi b) untuk bejana berpengaduk

45 4. Kaidah Ibu Jari Einsele (1978) menemukan sejumlah kaidah peningkatan skala yang digunakan oleh beberapa industri fermentasi di Eropa yang merupakan penerapan dari kaidah ibu jari (Tabel 2). Patokan itu berhubungan dan mengacu pada perpindahan oksigen (p o2 adalah fungsi dari K la yang merupakan fungsi dari P/V ). Tabel 2. Penggunaan patokan peningkatan skala dalam industri fermentasi Persentase Industri Yang menggunakan Patokan Peningkatan Skala Yang Digunakan tetapan P/V tetapan K la tetapan V ip tetapan Po2

46 5. Coba-coba (trial and error ) Coba-coba pada perkembangan kebudayaan manusia merupakan metode untuk meningkatkan proses. Saat ini metoda coba-coba masih banyak digunakan dalam optimasi proses. Sebaliknya dalam peningkatan skala sudah jarang atau bahkan tidak digunakan lagi.

47 Suatu pilot-plant yang baik adalah "pabrik yang diperkecil" bukan "peningkatan percobaan laboratorium".

48 eberapa aspek produksi yang diperlukan dalam perancangan pabrik skala penuh antara lain : 1. Efek jangka panjang (korosi, akumulasi selama pendaurulangan, dan lain-lain) dari bahan reaktor yang digunakan 2. Pengendalian proses 3. Produksi batch 4. Uji untuk pemasaran 5. Demonstrasi proses

49 Masalah peningkatan Skala tidak Semua Paramet er diketahui tidak ya Persamaa n Neraca diketahui tidak ya Pemecahan analiktik ya Penelitian Untuk parameter Analisis dimensional Penetapan "regim" tidak Pemecaha n dengan komputer ya Pecahkan persamaan neraca Penelitian Skala kecil Kaidah peningkatan Skala tentatif Penelitian lanjut Kaidah peningkatan Skala tentatif Diagram alir penentuan peningkatan skala reaktor

50

51

52

53 Contoh Soal 2. Dalam rangka untuk pendayagunaan hasil pertanian, oleh suatu tim di lakukan kajian pengembangan proses produksi vanilin dari bahan baku eugenol (yang terlebih dahulu diekstrak dari minyak Daun Cengkeh). Proses yang dipilih : Isomerasi eugenol menjadi iso-eugenol yang dilakukan dalam suatu bejana, pada suhu 160ºC dengan penambahan larutan KOH (10%). Isoeugenol yang terbentuk dioksidasi dengan bantuan suatu oksidator, yakni Notrobenzena (C6H5N02) dan terbentuk Vanilin tercampur dalam larutan alkalis. Penambahan asam khlorida akan mengendapkan Vanilin tersebut yang selanjutnya dapat dipisahkan. Tahapan paling kritis dalam pembentukan Vanilin adalah reaksi oksidasi dari Iso-eugenol menjadi Vanilin. Oleh karenanya tim pengaji, melakukan percobaan pada tahap reaksi ini lebih rinci.

54 Reaksi : OH OCH3 KOH OH OCH3 C6H5NO2 OH OCH3 CH2CH=CH2 CH=CHCH3 CHO Eugenol Isoeugenol Vanilin

55 1. erdasarkan informasi awal tersebut, susunlah suatu diagram alir yang juga menggambarkan peralatan yang diperlukan (nantinya). 2. Kajian oksidasi isoeugenol menjadi Vanilin, dilakukan secara curah/batch untuk mengetahui pola atau kinerja reaksi oksidasi tersebut. Konsentrasi isoeugenol : 15M, konsentrasi Nitrobenzena : 10M. Pemantauan hasil reaksi produksi (Vanilin) diperoleh hasil sbb : Waktu ( Menit ) Vanilin ( Molar ) erdasarkan hasil tersebut, parameter apa yang dapat anda tentukan untuk perancangan proses lebih lanjut.

56 3. Apabila reaksi oksidasi tersebut kemudian akan diterapkan dalam proses produksi, dan Anda diminta untuk memilih jenis reaktor yang akan digunakan, mana yang menurut anda paling ekonomis : ( Proses akan dilakukan secara kontinyu ) - Reaktor Tangki Ideal (RTI) - Reaktor Pipa Ideal (RPI) Apabila diinginkan derajat konversi sebesar 80 %, tunjukkan berapa perbedaan waktu proses/ waktu tinggal kedua reaktor tersebut.

57 4. Pada evaluasi lebih lanjut, akan dipilih reaktor piston sebagai wahana reaksi pembuatan Vanilin dan untuk itu dilakukan pengajian tentang kemungkinan skala untuk skala 'pilot plant' maupun untuk tujuan/skala industri. Percobaan dilaboratorium dikerjakan pada reaktor dengan ukuran : - Diameter (d ) : 5 cm dan panjang (1) : 50 cm - Sifat larutan yang terukur antara lain : densitas (p) : 1000 kg/m³ Kecepatan alir (U) : 160 cm/menit Viskositas μ : 20 cp (0.020 N detik/m²) - Reaktor tersebut mampu bekerja pada perolehan 0.5 kg produk/ l larutan /menit. Kini akan dirancang suatu reaktor sama dengan kapasitas 300 kg/jam Apakah reaktor dengan ukuran diameter 5 cm dan panjang 500 cm layak dan memenuhi persyaratan untuk bekerja dengan kapasitas yang diinginkan?

58 eberapa hubungan/ rumus antara lain disediakan berikut (Kalau dipandang perlu Anda boleh menggunakan rumus/hubungan lain) : JH=C/(Uld ) (I2/d 2) C2/(U 2d 2) = ( I /d )CI /C(U Id I)0.675 C2(U 2/U I)0.325=CI(d 2/d I)1.675 JH: faktor perpindahan massa C: tetapan tak berdimensi. Hubungan antara C dan panjang pipa (diameter 5 cm) disajikan pada gambar berikut

59 Penyelesaian : 1. Penyusunan diagram alir proses, dari bahan dasar eugenol menjadi vanilin 2. Reaksi : isoeugenol + nitrobenzenza vanilin + etilnitrobenzena A + P + R Laju reaksi pembentukan vanilin, rp = dcp = - ra=dct dt dt -ra=kca.c k ditetapkan dengan memplot : 1 ln CAo (CAo-CP). vs kt. CAo-Co CAo(CAo-CP) CAo : 5M Co :10M

60 T, ( Menit ) Vanilin (C P ),M 1 In C Ao (C Ao -C P ) C Ao -C o C Ao (C Ao -C P ) X10-2 Cbo ( CAo -Cp) K= mol/menit

61 3. Pemilihan Reaktor : a. RTI : Q C A0 C 0 Q C A.C P C.C R CAo = 30 M Konversi 80 % C0 = 25 M Cp = 0.80 X 30 = 24 M Jadi CA= = 6M anyaknya yang digunakan untuk pembentukan P juga 24 M Jadi C= 25-24=1M Disusun neraca Massa Komponen A. Q C Ao -V ra = Q C A + d ( VC A ) = 0 dt Dalam keadaan tunak : d ( VC A ) = 0 dt z = V = (C Ao -C A ) Q r A = (C Ao -C A ) KC A.C = (30-6 ) = Menit (0.23) (6) (1) = 2.9 Jam

62 b. RPI : dv Lihat Komponen A : Q C Ao C o C AV C AV V Integrasi menghasilkan : -kc. V = In C A /C Ao V = 1 In C A /C Ao Q Q -k C Q C A, C P C, C R QC Av -r A dv = Q C Av + QdC A -KC A.C dv = QdC A - KC.dV = dc A Q CA Z = 1 In 6/30 (-0.023) (1) Z = 70 Menit = 1.2 jam erdasarkan tersebut akan lebih ekonomis dipih reaktor jenis RPI yang = 2.5 kali lebih cepat.

63 4. Penggandaan skala : - Ukuran/reaktor laboratorium : di1 = 5 cm = li1 = 50 cm (0.5m) " Scale Up " : di2 = 5 cm li2 = 500 cm (5m) Jadi digandakan : 10 kali - Kapasitas produksi : 0.5 kg produk/menit Kapasitas produksi Sacle up : 300 kg produk/jam atau 5 kg/menit C2 (Ui2/Ui1) = C1 (di2/di1) di1 = di2 =5cm C1=C2 (Ui2/Ui1) C2 dicari dari kurva untuk I2 = 5M τ C = C1 = (10.Ui2/Ui1 ) = (0.335)(2.113)=0.708 erdasakan kurva untuk li = 0.5 τ C1 = Jadi ukuran reaktor yang dirancang kurang/tidak layak.

64 TERIMA KASIH

PENGGANDAAN SKALA BIOREAKTOR. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menggandakan skala bioproses dengan menggunakan salah satu metoda

PENGGANDAAN SKALA BIOREAKTOR. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menggandakan skala bioproses dengan menggunakan salah satu metoda VII. PENGGANDAAN SKALA BIOREAKTOR Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menggandakan skala bioproses dengan menggunakan salah satu metoda A. Pengembangan Bioproses Bioreaktor dapat digunakan

Lebih terperinci

11/23/2007 MATERI KULIAH 7 REKAYASA BIOPROSES

11/23/2007 MATERI KULIAH 7 REKAYASA BIOPROSES MATERI KULIAH 7 REKAYASA BIOPROSES Penggandaan Skala (Scale-up) bioreaktor Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. Pengembangan proses berdasar pendekatan empiris-pragmatispragmatis 1 Pengembangan proses berdasar

Lebih terperinci

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Pertemuan Ke-8 Penggandaan Skala (Scale up) Bioproses. Penggandaan skala bioproses:

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Pertemuan Ke-8 Penggandaan Skala (Scale up) Bioproses. Penggandaan skala bioproses: Rekayasa Bioproses (Kode MKA: 114151462) Pertemuan Ke-8 Penggandaan Skala (Scale up) Bioproses Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. E-mail: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Deskripsi Penggandaan

Lebih terperinci

VI. DASAR PERANCANGAN BIOREAKTOR. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat membuat dasar rancangan bioproses skala laboratorium

VI. DASAR PERANCANGAN BIOREAKTOR. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat membuat dasar rancangan bioproses skala laboratorium VI. DASAR PERANCANGAN BIOREAKTOR Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat membuat dasar rancangan bioproses skala laboratorium A. Strategi perancangan bioreaktor Kinerja bioreaktor ditentukan

Lebih terperinci

Rekayasa Bioproses. Pertemuan Ke-2. Prinsip Bioreaktor & Sistem Batch

Rekayasa Bioproses. Pertemuan Ke-2. Prinsip Bioreaktor & Sistem Batch Rekayasa Bioproses (Kode MKA: 114151462) Pertemuan Ke-2 Prinsip Bioreaktor & Sistem Batch Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. E-mail: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Teknik Lingkungan-

Lebih terperinci

TIN 330 (2 3) DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN 2010

TIN 330 (2 3) DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN 2010 m. k. TEKNOLOGI BIOINDUSTRI TIN 330 (2 3) DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN 2010 PENDAHULUAN Bioreaktor : peralatan dimana bahan diproses sehingga terjadi transformasi biokimia yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

B T A CH C H R EAC EA T C OR

B T A CH C H R EAC EA T C OR BATCH REACTOR PENDAHULUAN Dalam teknik kimia, Reaktor adalah suatu jantung dari suatu proses kimia. Reaktor kimia merupakan suatu bejana tempat berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan dari reaktor ini tergantung

Lebih terperinci

LAMPIRAN A REAKTOR. = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil. = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin

LAMPIRAN A REAKTOR. = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil. = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin LAMPIRAN A REAKTOR Fungsi = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil Asetat. Jenis = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin Waktu tinggal = 62 menit Tekanan, P Suhu operasi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

VIII. PENGENDALIAN BIOPROSES. Kompetensi: Setelah kuliah mahasiswa dapat menetapkan kendali bioproses pada rancangan bioproses

VIII. PENGENDALIAN BIOPROSES. Kompetensi: Setelah kuliah mahasiswa dapat menetapkan kendali bioproses pada rancangan bioproses VIII. PENGENDALIAN BIOPROSES Kompetensi: Setelah kuliah mahasiswa dapat menetapkan kendali bioproses pada rancangan bioproses A. Prinsip pengendalian bioproses Bioproses merupakan reaksi biokimiawi kompleks

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Mandalam & Palsson (1998) ada 3 persyaratan dasar untuk kultur mikroalga fotoautotropik berdensitas tinggi yang tumbuh dalam fotobioreaktor tertutup. Pertama adalah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses Proses pembuatan Metil Laktat dengan reaksi esterifikasi yang menggunakan bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Benzaldehyde dari Kulit Kayu Manis Kapasitas 600 ton/tahun REAKTOR (R)

Prarancangan Pabrik Benzaldehyde dari Kulit Kayu Manis Kapasitas 600 ton/tahun REAKTOR (R) REAKTOR (R) Deskripsi Tugas : Mereaksikan cinnamaldehyde menjadi benzaldehyde dan acetaldehyde dengan katalis larutan 2HPb-CD dan NaOH Jenis : Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Suhu : 50 o C (323 K) Tekanan

Lebih terperinci

IV. BIOREAKTOR SISTEM BATCH. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menyusun alur proses batch dalam bioreaktor

IV. BIOREAKTOR SISTEM BATCH. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menyusun alur proses batch dalam bioreaktor IV. BIOREAKTOR SISTEM BATCH Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menyusun alur proses batch dalam bioreaktor Sistem bioreaktor yang digunakan dalam bioproses ada berbagai macam, tetapi

Lebih terperinci

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP FENOMENA PERPINDAHAN LUQMAN BUCHORI, ST, MT luqman_buchori@yahoo.com JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP Peristiwa Perpindahan : Perpindahan Momentum Neraca momentum Perpindahan Energy (Panas) Neraca

Lebih terperinci

Rekayasa Bioproses. Pertemuan Ke-4 Dasar Perancangan Bioreaktor

Rekayasa Bioproses. Pertemuan Ke-4 Dasar Perancangan Bioreaktor Rekayasa Bioproses (Kode MKA: 114151462) Pertemuan Ke-4 Dasar Perancangan Bioreaktor Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. E-mail: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Teknik Lingkungan- UPN[V]Yk

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian 17 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Juni 2011, bertempat di Laboratorium Surya, Bagian Teknik Energi Terbarukan, Departemen

Lebih terperinci

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT  JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP FENOMENA PERPINDAHAN LUQMAN BUCHORI, ST, MT luqman_buchori@yahoo.com luqmanbuchori@undip.ac.id JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP Peristiwa Perpindahan : Perpindahan Momentum Neraca momentum Perpindahan

Lebih terperinci

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Strategi Perancangan Bioreaktor: Pertemuan Ke-6 Dasar Perancangan Bioreaktor

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Strategi Perancangan Bioreaktor: Pertemuan Ke-6 Dasar Perancangan Bioreaktor Rekayasa Bioproses (Kode MKA: 114151462) Pertemuan Ke-6 Dasar Perancangan Bioreaktor Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. E-mail: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Deskripsi Dasar perancangan

Lebih terperinci

Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.

Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Contoh difusi : a. Difusi gas b. Difusi air Hukum I Ficks : Q = - D dc/dx Ket : D Q dc/dx = Koofisien

Lebih terperinci

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) KINETIKA DAN KATALISIS / SEMESTER PENDEK 2009-2010 PRODI TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) Senin, 19 Juli 2010 / Siti Diyar Kholisoh, ST, MT

Lebih terperinci

METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Surya bagian Teknik Energi Terbarukan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2011 Juni 2011.

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLIN FILM EVAPORATOR DENAN ADANYA ALIRAN UDARA Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi BAB II DASAR TEORI Pengujian reduksi langsung ini didasari oleh beberapa teori yang mendukungnya. Berikut ini adalah dasar-dasar teori mengenai reduksi langsung yang mendasari penelitian ini. 2.1. ADSORPSI

Lebih terperinci

DECANTER (D) Sifat Fisis Komponen Beberapa sifat fisis dari komponen-komponen dalam decanter ditampilkan dalam tabel berikut.

DECANTER (D) Sifat Fisis Komponen Beberapa sifat fisis dari komponen-komponen dalam decanter ditampilkan dalam tabel berikut. DECANTER (D) Deskripsi Tugas : Memisahkan benzaldehyde dari campuran keluar reaktor yang mengandung benzaldehyde, cinnamaldehyde, serta NaOH dan katalis 2 HPb-CD terlarut dalam air Suhu : 50 o C (323 K)

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

Rekayasa Bioproses. Prinsip pengendalian bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Pertemuan Ke-9 Pengendalian Bioproses

Rekayasa Bioproses. Prinsip pengendalian bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Pertemuan Ke-9 Pengendalian Bioproses Rekayasa Bioproses (Kode MKA: 114151462) Pertemuan Ke-9 Pengendalian Bioproses Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. E-mail: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Deskripsi Pengendalian bioproses:

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI BAB 2 DASAR TEORI Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang diproduksi dari sumber nabati yang dapat diperbaharui untuk digunakan di mesin diesel. Biodiesel mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari bahan utama yaitu biji kesambi yang diperoleh dari bantuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Lebih terperinci

selanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai

selanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dipakai adalah laboratorium BKT FTSP UII, laboratorium Teknik Lingkungan dan laboratorium terpadu Universitas Islam Indonesia. Adapun

Lebih terperinci

V. BIOREAKTOR SISTEM KONTINYU. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menyusun alur proses kontinyu dalam bioreaktor

V. BIOREAKTOR SISTEM KONTINYU. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menyusun alur proses kontinyu dalam bioreaktor V. BIOREAKTOR SISTEM KONTINYU Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menyusun alur proses kontinyu dalam bioreaktor A. Prinsip sistem kontinyu Pada sistem sederhana, enzim terus-menerus dimasukkan

Lebih terperinci

Bioreaktor Sistem Fedbatch & Kontinyu

Bioreaktor Sistem Fedbatch & Kontinyu MATERI KULIAH 5 REKAYASA BIOPROSES Bioreaktor Sistem Fedbatch & Kontinyu Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. Bioreaktor Semi Sinambung (Fedbatch): Untuk bioproses yang memerlukan penambahan aliran cairan ke dalam

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA BAB V PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA V.I Pendahuluan Pengetahuan proses dibutuhkan untuk memahami perilaku proses agar segala permasalahan proses yang terjadi dapat ditangani dan diselesaikan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI DISTILAT ASAM LEMAK MINYAK SAWIT (DALMS) DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS 100.

TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI DISTILAT ASAM LEMAK MINYAK SAWIT (DALMS) DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS 100. EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI DISTILAT ASAM LEMAK MINYAK SAWIT (DALMS) DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS 100.000 TON/TAHUN Oleh: RUBEN

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Nitrogliserin dari Gliserin dan Asam Nitrat dengan Proses Biazzi Kapasitas Ton/ Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Nitrogliserin dari Gliserin dan Asam Nitrat dengan Proses Biazzi Kapasitas Ton/ Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Bahan Baku 1. Gliserin (C3H8O3) Titik didih (1 atm) : 290 C Bentuk : cair Spesific gravity (25 o C, 1atm) : 1,261 Kemurnian : 99,5 %

Lebih terperinci

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN NURUL ANGGRAHENY D NRP 2308100505, DESSY WULANSARI NRP 2308100541, Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Ali

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kompor induksi type JF-20122

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kompor induksi type JF-20122 BAB III METODE PENELITIAN.. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Research and Development Akademi Teknologi Warga Surakarta Jl.Raya Solo-Baki KM. Kwarasan, Grogol, Solo Baru, Sukoharjo...

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT PROSES ESTERIFIKASI DENGAN KATALIS H 2 SO 4 KAPASITAS 18.000 TON/TAHUN Oleh : EKO AGUS PRASETYO 21030110151124 DIANA CATUR

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

III. METODA PENELITIAN

III. METODA PENELITIAN III. METODA PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium Proses Balai Besar Industri Agro (BBIA), Jalan Ir. H. Juanda No 11 Bogor. Penelitian dimulai pada bulan Maret

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

Pokok Bahasan V RANCANG BANGUN BIOREAKTOR

Pokok Bahasan V RANCANG BANGUN BIOREAKTOR Pokok Bahasan V RANCANG BANGUN BIOREAKTOR Deskripsi singkat Bioreaktor (fermentor) merupakan bejana fermentasi aseptis untuk produksi senyawa oleh mikrobia melalui fermentasi. Kendala yang timbul adalah

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara 11 II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara lain : 1. Pembuatan Metil Akrilat dari Asetilena Proses pembuatan metil akrilat adalah

Lebih terperinci

ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE

ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE Ir.Bambang Setiawan,MT 1. Chandra Abdi 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine, Faculty of Engineering,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014 MODUL PEMBIMBING : Mixing : Ir. Gatot Subiyanto, M.T. Tanggal Praktikum : 03 Juni 2014 Tanggal Pengumupulan : 10 Juni 2014 (Laporan)

Lebih terperinci

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Pertemuan Ke-5 Bioreaktor Sistem Kontinyu. Bioreaktor sistem kontinyu:

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Pertemuan Ke-5 Bioreaktor Sistem Kontinyu. Bioreaktor sistem kontinyu: Rekayasa Bioproses (Kode MKA: 114151462) Pertemuan Ke-5 Bioreaktor Sistem Kontinyu Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. E-mail: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Deskripsi Bioreaktor sistem

Lebih terperinci

Cellulose Nano Crystallines (CNC) yang merupakan salah satu biomaterial maju yang mempunyai

Cellulose Nano Crystallines (CNC) yang merupakan salah satu biomaterial maju yang mempunyai 1. DESKRIPSI RISET I Sintesis Biomaterial Maju Cellulose Nano Crystallines (CNC) dari Tandan Kelapa Sawit sebagai Material Penyangga Katalis Pt/Rh/Ce untuk Konverter Katalitik 1.1 Deskripsi singkat Seiring

Lebih terperinci

I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.Eng. MEKANIKA FLUIDA

I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.Eng. MEKANIKA FLUIDA I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.Eng. MEKANIKA FLUIDA DEFINISI Mekanika fluida gabungan antara hidraulika eksperimen dan hidrodinamika klasik Hidraulika dibagi 2 : Hidrostatika Hidrodinamika PERKEMBANGAN HIDRAULIKA

Lebih terperinci

Pemodelan Numerik Reaksi Enzimatik Imobilisasi

Pemodelan Numerik Reaksi Enzimatik Imobilisasi Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 4() Juli 5 : 8 5 ISSN 4-784 Pemodelan Numerik Reaksi Enzimatik Imobilisasi Zuhrina Masyithah Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS 44.000 TON / TAHUN MURTIHASTUTI Oleh: SHINTA NOOR RAHAYU L2C008084 L2C008104 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH Sampah adalah sisa-sisa atau residu yang dihasilkan dari suatu kegiatan atau aktivitas. kegiatan yang menghasilkan sampah adalah bisnis, rumah tangga pertanian dan pertambangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT BIOINDUSTRI: BIOREAKTOR Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya Email : nimas.sunyoto@ub.ac.id

Lebih terperinci

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) KINETIKA DAN KATALISIS / SEMESTER GENAP 2010-2011 PRODI TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) Siti Diyar Kholisoh & I Gusti S. Budiaman / Juni 2011

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Solar Menurut Syarifuddin (2012), solar sebagai bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yang diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun dan batang nilam yang akan di suling di IKM Wanatiara Desa Sumurrwiru Kecamatan Cibeurem Kabupaten Kuningan. Daun

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007) BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum industri yang berbasis hasil pertanian mempunyai persoalan dengan limbahnya. Hal ini memaksa industriawan yang bergerak dalam agroindustri tersebut untuk

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan Bab IV Data dan Hasil Pembahasan IV.1. Seeding dan Aklimatisasi Pada tahap awal penelitian, dilakukan seeding mikroorganisme mix culture dengan tujuan untuk memperbanyak jumlahnya dan mengadaptasikan mikroorganisme

Lebih terperinci

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) KINETIKA KIMIA Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. B. Tempat dan Waktu Pengerjaan sampel dilakukan di laboratorium Teknik Kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lemak dan minyak adalah trigliserida yang berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak adalah pada temperatur kamar, lemak akan berbentuk padat dan

Lebih terperinci

Rekayasa Bioproses. Pertemuan Ke-3. Bioreaktor Sistem Kontinyu

Rekayasa Bioproses. Pertemuan Ke-3. Bioreaktor Sistem Kontinyu Rekayasa Bioproses (Kode MKA: 114151462) Pertemuan Ke-3 Bioreaktor Sistem Kontinyu Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. E-mail: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Teknik Lingkungan- UPN[V]Yk

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Reaksi pembentukan C8H4O3 (phthalic anhydride) adalah reaksi heterogen fase gas dengan katalis padat, dimana terjadi reaksi oksidasi C8H10 (o-xylene) oleh

Lebih terperinci

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T.

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. Pembuatan Gula Berapa banyak air yang dihilangkan didalam evaporator (lb/jam)? Berapa besar fraksi massa komponen-komponen dalam arus buangan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Alat Penukar Panas Alat penukar panas yang dirancang merupakan tipe pipa ganda dengan arah aliran fluida berlawanan. Alat penukar panas difungsikan sebagai pengganti peran

Lebih terperinci

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu), komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat)

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? Aplikasi dasar-dasar ilmu pengetahuan alam yang dirangkai dengan dasar ekonomi dan hubungan masyarakat pada bidang yang berkaitan Iangsung dengan proses dan

Lebih terperinci

FENOMENA PERPINDAHAN LANJUT

FENOMENA PERPINDAHAN LANJUT FENOMENA PERPINDAHAN LANJUT LUQMAN BUCHORI, ST, MT luqman_buchori@yahoo.com DR. M. DJAENI, ST, MEng JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP Peristiwa Perpindahan : Perpindahan Momentum Neraca momentum

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA I TC Dr. Ifa Puspasari

KIMIA FISIKA I TC Dr. Ifa Puspasari KIMIA FISIKA I TC20062 Dr. Ifa Puspasari TEORI KINETIK GAS (1) Dr. Ifa Puspasari Apa itu Teori Kinetik? Teori kinetik menjelaskan tentang perilaku gas yang didasarkan pada pendapat bahwa gas terdiri dari

Lebih terperinci

KONVERSI KATALITIK GLYCEROL MENJADI ACETOL (HYDROXI-2 PROPANON) Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA

KONVERSI KATALITIK GLYCEROL MENJADI ACETOL (HYDROXI-2 PROPANON) Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA KONVERSI KATALITIK GLYCEROL MENJADI ACETOL (HYDROXI-2 PROPANON) Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA Presentasi Tesis 1 Pebruari 2010 Oleh : Abdul Chalim (NRP. 2307 201 008) Program Magister Jurusan

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

Heri Rustamaji Jurusan Teknik Kimia Universitas Lampung

Heri Rustamaji Jurusan Teknik Kimia Universitas Lampung Heri Rustamaji Jurusan Teknik Kimia Universitas Lampung Optimasi mencakup dua proses : ❶ formulasi problem optimasi dalam bentuk persamaan matematis, ❷ penyelesaian problem matematis yang terbentuk Tujuan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 RANCANGAN OBSTACLE Pola kecepatan dan jenis aliran di dalam reaktor kolom gelembung sangat berpengaruh terhadap laju reaksi pembentukan biodiesel. Kecepatan aliran yang tinggi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN 1 METODOLOGI PENELITIAN LAMPIRAN 1 METODOLOGI PENELITIAN L1.1 Flowchart Prosedur Penelitian L1.1.1 Flowchart Prosedur Analisa M-Alkalinity Mulai Dimasukkan 5 ml sampel ke dalam beaker glass Ditambahkan aquadest hingga volume

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB II DESKRIPSI PROSES

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi Bahan Baku 1. Acrylonitrile Fase : cair Warna : tidak berwarna Aroma : seperti bawang merah dan bawang putih Specific gravity

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. KLASIFIKASI FLUIDA Fluida dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, tetapi secara garis besar fluida dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu :.1.1 Fluida Newtonian

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia saat ini sedang berusaha untuk tumbuh dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki negara agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Nilam kering yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dari bagian daun dan batang tanaman

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton/Tahun LAMPIRAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton/Tahun LAMPIRAN 107 R e a k t o r (R-01) LAMPIRAN Fungsi : mereaksikan asam sulfat dan natrium nitrat membentuk asam nitrat dan natrium bisulfat Kondisi operasi: 1.Tekanan 1 atm 2.Suhu 150⁰C kec reaksi 3.Konversi 90%

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Motor Bakar. Motor bakar torak merupakan internal combustion engine, yaitu mesin yang fluida kerjanya dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar di ruang mesin tersebut. Fluida

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 %

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 % BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Spesifikasi Bahan Baku a. Metanol (PT. KMI, 2015) Fase : Cair Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85%

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. : ton/thn atau kg/jam. d. Trigliserida : 100% - ( % + 2%) = 97.83% Tabel A.1. Komposisi minyak jelantah

LAMPIRAN A. : ton/thn atau kg/jam. d. Trigliserida : 100% - ( % + 2%) = 97.83% Tabel A.1. Komposisi minyak jelantah LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA Hasil perhitungan neraca massa pada prarancangan pabrik biodiesel dari minyak jelantah adalah sebagai berikut : Kapasitas produksi Waktu bekerja / tahun Satuan operasi

Lebih terperinci

VIII Sistem Kendali Proses 7.1

VIII Sistem Kendali Proses 7.1 VIII Sistem Kendali Proses 7.1 Pengantar ke Proses 1. Tentang apakah pengendalian proses itu? - Mengenai mengoperasikan sebuah proses sedemikian rupa hingga karakteristik proses yang penting dapat dijaga

Lebih terperinci

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Bioreaktor sistem batch: Bioreaktor Sistem Batch. Sistem Bioreaktor ideal:

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Bioreaktor sistem batch: Bioreaktor Sistem Batch. Sistem Bioreaktor ideal: Rekayasa Bioproses (Kode MKA: 114151462) Pertemuan Ke-4 Bioreaktor Sistem Batch Deskripsi Bioreaktor sistem batch: Prinsip sistem batch DSTR Fedbatch reaktor Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. E-mail: Sumarsih_03@yahoo.com

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN A. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototipe produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana 34 BAB III METODE PENELITIAN Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana reaktor diisi dengan seed stirena berupa campuran air, stirena, dan surfaktan dengan jumlah stirena yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan saat ini bidang industri di negara Indonesia mengalami peningkatan salah satunya yaitu industri kimia. Tetapi Indonesia masih banyak mengimpor bahan-bahan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan di Indonesia. Dewasa ini, perkebunan kelapa sawit semakin meluas. Hal ini dikarenakan kelapa sawit dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, 7 BB II URIN PROSES.. Jenis-Jenis Proses Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, atau phenyl carbinol. Benzil alkohol mempunyai rumus molekul 6 H 5 H OH. Proses pembuatan

Lebih terperinci

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA Proses Produksi I MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA by Asyari Daryus Universitas Darma Persada OBJECTIVES Mahasiswa dapat menerangkan sifat dan jenis bahan plastik Mahasiswa dapat menerangkan cara pengolahan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci