IV. BIOREAKTOR SISTEM BATCH. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menyusun alur proses batch dalam bioreaktor

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. BIOREAKTOR SISTEM BATCH. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menyusun alur proses batch dalam bioreaktor"

Transkripsi

1 IV. BIOREAKTOR SISTEM BATCH Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menyusun alur proses batch dalam bioreaktor Sistem bioreaktor yang digunakan dalam bioproses ada berbagai macam, tetapi dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: Sistem batch (curah) Sistem kontinyu (sinambung) Sistem semi sinambung/semi curah (fedbatch) Pada semua sistem tersebut terjadi proses pencampuran substrat dan sel yang digunakan untuk bioproses secara sempurna dan seragam sehingga keadaan reaksi biokatalisme dalam keadaan homogen. Sistem ini ideal, sehingga wahananya disebut bioreaktor ideal dan dijadikan model untuk analisis bioreaktor. Walaupun pada kenyataannya pencampuran yang ideal sulit tercapai, terutama untuk media berviskositas tinggi atau padat. Demikian pula penggunaan makhluk hidup yang berukuran besar seperti tanaman maupun hewan, atau mikroba yang menghasilkan polimer eksoselular umumnya membentuk flok/ biofilm. Dalam penerapan rancangan bioproses ditentukan dengan penilaian kelayakan teknis/teknologis dan kelayakan ekonomis. Kelayakan teknis sangat ditentukan oleh kinerja (performance) bioreaktor. Kinerja dapat dinilai berdasarkan kinetika reaksi biokatalisis (reaksi enzimatik), dengan parameter dasar berupa produktivitas, hasil (yield), dan tingkat konversi substrat menjadi produk. Analisis bioreaktor dikembangkan atas dasar perilaku bioreaktor yang dapat dipilah menjadi sistem batch/ diskontinyu, fedbatch, dan kontinyu. A. Prinsip Sistem Batch Pada Discontinuous Stirred Tank Reaktor (DSTR), substrat (S) dan biokatalis (sel makhluk hidup yang digunakan untuk bioproses) dimasukkan ke dalam bioreaktor yang teragitasi baik di awal pengerjaan bioproses. Perubahan konsentrasi S terhadap waktu diberikan oleh neraca massa dalam bioreaktor, digambarkan dengan rumus: 17

2 18 -rs = v (ds/dt) v: volume bioreaktor (konstan), r: laju perubahan S ( mol atau g per satuan waktu, perubahan S terhadap waktu tergantung pada hukum tentang laju (rs) B. DSTR (Discontinuous Stirred Tank Reactor) Kinetika reaksi biokatalisis pada sistem homogen Dengan menganggap laju pengurangan substrat mengikuti model kinetika MICHAELIS (K M ), maka neraca massa dapat dirumuskan sebagai berikut: V(V maks. S / (K M +S)) = V (ds/dt) Vmaks adalah aktivitas enzimatik maksimal per satuan volume bioreaktor. Integrasi persamaan tersebut menghasilkan variasi substrat terhadap waktu: Vmaks.t = K M ln S 0 /S = (S 0 -S) S0: konsentrasi awal substrat, bila X: derajat konversi reaksi, maka: X = (S 0 -S)/S 0 Maka persamaan diatas menjadi: Vmaks.t = X.S 0 K M ln(1-x) V = f (S) V = Vmaks [S]/K M +[S] Secara sederhana, parameter bioproses (Vmaks, K M, S, X) dapat ditentukan dengan menggambarkan perubahan substrat atau biomassa terhadap waktu

3 19 Laju -rs (pengurangan substrat) mengikuti model Michaelis-Menten Perubahan substrat yang dikonversi menjadi produk dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut: Bioreaktor sering dibedakan menjadi bioreaktor enzimatik dan bioreaktor sel. Bioreaktor enzimatik ditinjau dari proses reaksinya yang ditentukan oleh kinetika reaksi enzimatik. Sedang bioreaktor sel ditekankan pada kinetika pertumbuhan sel makhluk hidup yang menentukan aktivitas bioproses.

4 20 Skema dasar bioreaktor enzimatik sistem batch Skema bioreaktor sel

5 21 Perubahan konsentrasi substrat, produk dan biomassa pada bioreaktor sel dapat digambarkan pada grafik berikut: Konsentrasi biomassa awal X 0, dalam media bervolume V. Substrat: sumber C, N, O2 atau senyawa dan unsur lain yang digunakan untuk pertumbuhan, maka: rx = dx/dt -rs = v ds/dt rp = v dp/dt Pertumbuhan dan hasil biomassa pada bioreaktor sel Persamaan pertumbuhan yang tidak dibatasi substrat ditulis sebagai berikut: rx = µmaks.x Laju penggunaan substrat yang berbanding proporsional dengan pertumbuhan dirumuskan: rs = rx/yx/s Yx/s: hasil rendemen biomassa serta produk reaksi yang berhubungan dengan pertumbuhan: rp = Yp/x.rx Yp/x: rendemen produk-biomassa

6 22 Maka perubahan konsentrasi X, S, dan P terhadap waktu adalah: Pembentukan biomassa berlangsung hingga substrat menjadi pembatas, dan pertumbuhan biomassa mengikuti model Monod: rx = ((µmaks.s) / (Ks+S)).X Apabila semua substrat dikonsumsi, maka konsentrasi biomassa tetap pada nilai: X 0 +Yx/s.S 0 Perubahan konsentrasi substrat digambarkan dengan persamaan: X-X 0 = Yx/s (S 0 -S) Perubahan konsentrasi produk ditulis sebagai: P = Yp/x (X-X 0 ) Dalam beberapa kasus perubahan X, S, dan P lebih kompleks, yaitu pada keadaan: Rendemen tidak konstan Fase pertumbuhan awal Kematian/flokulasi sel Penggunaan substrat secara berantai Fenomena penghambatan oleh produk Produksi metabolit yang tidak berhubungan dengan pertumbuhan C. Fedbatch reaktor Bioreaktor semi sinambung (Fedbatch), sering digunakan apabila substrat dapat menghambat reaksi. Dalam hal ini, bioproses memerlukan penambahan aliran cairan ke dalam bioreaktor batch. Untuk penambahan senyawa prekursor produk atau senyawa pengatur (inducer) agar taraf hara tetap pada konsentrasi rendah, agar tidak terjadi represi katabolit.

7 23 Skema bioreaktor semi sinambung (Fedbatch) dapat digambarkan sebagai berikut: Pada t=0, S= S(nilai optimal), dan X= X 0 Pemasokan substrat dilakukan untuk mempertahankan konsentrasi optimal Produksi biomassa pada bioreaktor semi sinambung dapat dijelaskan sebagai berikut: Neraca bioreaktor fedbatch: Neraca massa total: Q= dv/dt Neraca biomassa: Vrµtx = d(xv)/dt µxv = d(xv)/dt Karena µ = µ nilai konstan pada S = St Maka integrasi persamaan tersebut: XV = (XV) 0 eµt

8 Volume media kultur fedbatch 24

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Bioreaktor sistem batch: Bioreaktor Sistem Batch. Sistem Bioreaktor ideal:

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Bioreaktor sistem batch: Bioreaktor Sistem Batch. Sistem Bioreaktor ideal: Rekayasa Bioproses (Kode MKA: 114151462) Pertemuan Ke-4 Bioreaktor Sistem Batch Deskripsi Bioreaktor sistem batch: Prinsip sistem batch DSTR Fedbatch reaktor Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. E-mail: Sumarsih_03@yahoo.com

Lebih terperinci

Rekayasa Bioproses. Pertemuan Ke-2. Prinsip Bioreaktor & Sistem Batch

Rekayasa Bioproses. Pertemuan Ke-2. Prinsip Bioreaktor & Sistem Batch Rekayasa Bioproses (Kode MKA: 114151462) Pertemuan Ke-2 Prinsip Bioreaktor & Sistem Batch Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. E-mail: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Teknik Lingkungan-

Lebih terperinci

Bioreaktor Sistem Fedbatch & Kontinyu

Bioreaktor Sistem Fedbatch & Kontinyu MATERI KULIAH 5 REKAYASA BIOPROSES Bioreaktor Sistem Fedbatch & Kontinyu Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. Bioreaktor Semi Sinambung (Fedbatch): Untuk bioproses yang memerlukan penambahan aliran cairan ke dalam

Lebih terperinci

Rekayasa Bioproses. Pertemuan Ke-3. Bioreaktor Sistem Kontinyu

Rekayasa Bioproses. Pertemuan Ke-3. Bioreaktor Sistem Kontinyu Rekayasa Bioproses (Kode MKA: 114151462) Pertemuan Ke-3 Bioreaktor Sistem Kontinyu Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. E-mail: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Teknik Lingkungan- UPN[V]Yk

Lebih terperinci

V. BIOREAKTOR SISTEM KONTINYU. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menyusun alur proses kontinyu dalam bioreaktor

V. BIOREAKTOR SISTEM KONTINYU. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menyusun alur proses kontinyu dalam bioreaktor V. BIOREAKTOR SISTEM KONTINYU Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menyusun alur proses kontinyu dalam bioreaktor A. Prinsip sistem kontinyu Pada sistem sederhana, enzim terus-menerus dimasukkan

Lebih terperinci

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Pertemuan Ke-5 Bioreaktor Sistem Kontinyu. Bioreaktor sistem kontinyu:

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Pertemuan Ke-5 Bioreaktor Sistem Kontinyu. Bioreaktor sistem kontinyu: Rekayasa Bioproses (Kode MKA: 114151462) Pertemuan Ke-5 Bioreaktor Sistem Kontinyu Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. E-mail: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Deskripsi Bioreaktor sistem

Lebih terperinci

KULTIVASI MIKROORGANISME

KULTIVASI MIKROORGANISME KULTIVASI MIKROORGANISME Organisme Waktu Penggandaan sel Bakteri dan khamir Kapang dan Alga Rumput Ayam Babi Sapi muda Manusia (muda) 20-120 menit 2-6 jam 1-2 minggu 2-4 mingu 4-6 mingu 1-2 bulan 3-6 bulan

Lebih terperinci

VI. DASAR PERANCANGAN BIOREAKTOR. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat membuat dasar rancangan bioproses skala laboratorium

VI. DASAR PERANCANGAN BIOREAKTOR. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat membuat dasar rancangan bioproses skala laboratorium VI. DASAR PERANCANGAN BIOREAKTOR Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat membuat dasar rancangan bioproses skala laboratorium A. Strategi perancangan bioreaktor Kinerja bioreaktor ditentukan

Lebih terperinci

PROSES FERMENTASI. Iman rusmana Departemen Biologi FMIPA IPB

PROSES FERMENTASI. Iman rusmana Departemen Biologi FMIPA IPB PROSES FERMENTASI Iman rusmana Departemen Biologi FMIPA IPB Industri/Bioteknologi Sel & syw metabolit mikrob 2 proses penting : 1. Produksi Fermentasi 2. Hilir ekstraksi & purifikasi Pd fermentasi : Mikrob

Lebih terperinci

TEKNOLOGI FERMENTASI DAN ENZIM. Universitas Mercu Buana Yogyakarata

TEKNOLOGI FERMENTASI DAN ENZIM. Universitas Mercu Buana Yogyakarata TEKNOLOGI FERMENTASI DAN ENZIM Universitas Mercu Buana Yogyakarata BAB VIII KINETIKA FERMENTASI. Tipe - tipe fermentasi 1. Berdasarkan produk yang dihasilkan : a. Biomassa b. Enzim c. Metabolit ( primer

Lebih terperinci

TIN 330 (2 3) DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN 2010

TIN 330 (2 3) DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN 2010 m. k. TEKNOLOGI BIOINDUSTRI TIN 330 (2 3) DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN 2010 PENDAHULUAN Bioreaktor : peralatan dimana bahan diproses sehingga terjadi transformasi biokimia yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

PENGGANDAAN SKALA BIOREAKTOR. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menggandakan skala bioproses dengan menggunakan salah satu metoda

PENGGANDAAN SKALA BIOREAKTOR. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menggandakan skala bioproses dengan menggunakan salah satu metoda VII. PENGGANDAAN SKALA BIOREAKTOR Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menggandakan skala bioproses dengan menggunakan salah satu metoda A. Pengembangan Bioproses Bioreaktor dapat digunakan

Lebih terperinci

Chemostat Cascade gabungan antara dua atau lebih CSTRs dalam rangkaian seri menghasilkan proses multi-tahap di mana kondisi seperti ph,

Chemostat Cascade gabungan antara dua atau lebih CSTRs dalam rangkaian seri menghasilkan proses multi-tahap di mana kondisi seperti ph, 13.5.6 Chemostat Cascade gabungan antara dua atau lebih CSTRs dalam rangkaian seri menghasilkan proses multi-tahap di mana kondisi seperti ph, temperatur dan komposisi media dapat bervariasi di setiap

Lebih terperinci

KINETIKA PERTUMBUHAN MIKROBA

KINETIKA PERTUMBUHAN MIKROBA KINETIKA PERTUMBUHAN MIKROBA. Karakteristik pertumbuhan mikroba Pertumbuhan mikroba merupakan pertambahan jumlah sel mikroba Pertumbuhan mikroba berlangsung selama nutrisi masih cukup tersedia Pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN KADAR C (KARBON) DAN KADAR N (NITROGEN) MEDIA KULTIVASI Hasil analisis molases dan urea sebagai sumber karbon dan nitrogen menggunakan metode Walkley-Black dan Kjeldahl,

Lebih terperinci

Pokok Bahasan III PERTUMBUHAN MIKROBIA DALAM BIOREAKTOR

Pokok Bahasan III PERTUMBUHAN MIKROBIA DALAM BIOREAKTOR Pokok Bahasan III PERTUMBUHAN MIKROBIA DALAM BIOREAKTOR Deskripsi Singkat Pertumbuhan mikrobia adalah peningkatan semua komponen sel sehingga menghasilkan peningkatan ukuran sel dan jumlah sel (kecuali

Lebih terperinci

TEKNOLOGI FERMENTASI DAN ENZIM UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARATA

TEKNOLOGI FERMENTASI DAN ENZIM UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARATA TEKNOLOGI FERMENTASI DAN ENZIM UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARATA BAB VII KINETIKA PERTUMBUHAN MIKROBIA Pertumbuhan adalah suatu pertambahan secara teratur seluruh komponen sel hidup a. Uniseluler ( yeast,

Lebih terperinci

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Strategi Perancangan Bioreaktor: Pertemuan Ke-6 Dasar Perancangan Bioreaktor

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Strategi Perancangan Bioreaktor: Pertemuan Ke-6 Dasar Perancangan Bioreaktor Rekayasa Bioproses (Kode MKA: 114151462) Pertemuan Ke-6 Dasar Perancangan Bioreaktor Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. E-mail: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Deskripsi Dasar perancangan

Lebih terperinci

Rekayasa Bioproses. Pertemuan Ke-4 Dasar Perancangan Bioreaktor

Rekayasa Bioproses. Pertemuan Ke-4 Dasar Perancangan Bioreaktor Rekayasa Bioproses (Kode MKA: 114151462) Pertemuan Ke-4 Dasar Perancangan Bioreaktor Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. E-mail: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Teknik Lingkungan- UPN[V]Yk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN FERMENTASI Bahan baku pati sagu yang digunakan pada penelitian ini mengandung kadar pati rata-rata sebesar 84,83%. Pati merupakan polimer senyawa glukosa yang terdiri

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT BIOPROSES

RANCANGAN ALAT BIOPROSES TPE4211 RANCANGAN ALAT BIOPROSES PERTEMUAN 2 MATERI KULIAH No Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Waktu (Jam) 1 3 4 5 1. Pengantar Overview Bioreaktor 2 x 50 2. Tahap Inokulasi Dasar mikroorgmisme 2 x 50 kurva

Lebih terperinci

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan Bab IV Data dan Hasil Pembahasan IV.1. Seeding dan Aklimatisasi Pada tahap awal penelitian, dilakukan seeding mikroorganisme mix culture dengan tujuan untuk memperbanyak jumlahnya dan mengadaptasikan mikroorganisme

Lebih terperinci

Kinetika Reaksi Kimia dan Reaktor; Teori dan Soal Penyelesaian dengan SCILAB oleh Kusmiyati, S.T., M.T., Ph.D. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU

Kinetika Reaksi Kimia dan Reaktor; Teori dan Soal Penyelesaian dengan SCILAB oleh Kusmiyati, S.T., M.T., Ph.D. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Kinetika Reaksi Kimia dan Reaktor; Teori dan Soal Penyelesaian dengan SCILAB oleh Kusmiyati, S.T., M.T., Ph.D. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum industri yang berbasis hasil pertanian mempunyai persoalan dengan limbahnya. Hal ini memaksa industriawan yang bergerak dalam agroindustri tersebut untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

g/l dan 1,922 dl dengan waktu kultivasi masing-masing 30 jam

g/l dan 1,922 dl dengan waktu kultivasi masing-masing 30 jam Ni Gusti Ayu Made Dwi Adhi Suastuti. TIP 95294. Pemanfaatan Hasil Samping Industri Pertanian (Molase dan Limbah Cair Tahu) sebagai Sumber Karbon dan Nitrogen untuk Produksi Biosurfaktan oleh Bacilllrs

Lebih terperinci

II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup

II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menjelaskan aktivitas makhluk hidup yang dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan lingkungan A. Sifat pertumbuhan

Lebih terperinci

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) KINETIKA DAN KATALISIS / SEMESTER PENDEK 2009-2010 PRODI TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) Senin, 19 Juli 2010 / Siti Diyar Kholisoh, ST, MT

Lebih terperinci

11/23/2007 MATERI KULIAH 7 REKAYASA BIOPROSES

11/23/2007 MATERI KULIAH 7 REKAYASA BIOPROSES MATERI KULIAH 7 REKAYASA BIOPROSES Penggandaan Skala (Scale-up) bioreaktor Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. Pengembangan proses berdasar pendekatan empiris-pragmatispragmatis 1 Pengembangan proses berdasar

Lebih terperinci

VIII. PENGENDALIAN BIOPROSES. Kompetensi: Setelah kuliah mahasiswa dapat menetapkan kendali bioproses pada rancangan bioproses

VIII. PENGENDALIAN BIOPROSES. Kompetensi: Setelah kuliah mahasiswa dapat menetapkan kendali bioproses pada rancangan bioproses VIII. PENGENDALIAN BIOPROSES Kompetensi: Setelah kuliah mahasiswa dapat menetapkan kendali bioproses pada rancangan bioproses A. Prinsip pengendalian bioproses Bioproses merupakan reaksi biokimiawi kompleks

Lebih terperinci

KINETIKA FERMENTASI VCO SECARA SINAMBUNG DALAM BIOREAKTOR TANGKI IDEAL

KINETIKA FERMENTASI VCO SECARA SINAMBUNG DALAM BIOREAKTOR TANGKI IDEAL Jurnal Teknik Kimia, Vol.8, No.1, September 2013 KINETIKA FERMENTASI VCO SECARA SINAMBUNG DALAM BIOREAKTOR TANGKI IDEAL Sri Redjeki, Ely Kurniati Jurusan Teknik Kimia, UPN Veteran Jawa Timur Jl. Raya Rungkut

Lebih terperinci

TEKNIK FERMENTASI (FER)

TEKNIK FERMENTASI (FER) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA TEKNIK FERMENTASI (FER) Disusun oleh: Jasmiandy Dr. M. T. A. P. Kresnowati Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

Gambar IV.21 Hubungan kondisi pengudaraan dan effluen S COD untuk ketiga reaktorr

Gambar IV.21 Hubungan kondisi pengudaraan dan effluen S COD untuk ketiga reaktorr Gambar IV.21 Hubungan kondisi pengudaraan dan effluen S COD untuk ketiga reaktorr Gambar IV.17-IV.19 menunjukkan pola yang sama untuk ketiga reaktor, dimana konsumsi bahan organik terutama terjadi pada

Lebih terperinci

39 Universitas Indonesia

39 Universitas Indonesia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Secara umum komponen penyusun kulit udang terdiri dari 3 (tiga) komponen utama yaitu kitin, protein, dan mineral (Rao et al., 2000). Pada percobaan ini digunakan kulit udang

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK PANGAN

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK PANGAN MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM KINETIKA ESTERIFIKASI (KIS) Disusun oleh: Dr. Megawati Zunita, S.Si., M.Si. Joanna Nadia, S.T., M.Sc. PROGRAM STUDI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2018

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Mandalam & Palsson (1998) ada 3 persyaratan dasar untuk kultur mikroalga fotoautotropik berdensitas tinggi yang tumbuh dalam fotobioreaktor tertutup. Pertama adalah

Lebih terperinci

BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase

BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase Abstrak Jamur pelapuk putih merupakan mikroorganisme yang mampu mendegradasi lignin pada proses pelapukan kayu. Degradasi lignin melibatkan aktivitas enzim

Lebih terperinci

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan 4 Metode Penelitian ini dilakukan pada beberapa tahap yaitu, pembuatan media, pengujian aktivitas urikase secara kualitatif, pertumbuhan dan pemanenan bakteri, pengukuran aktivitas urikase, pengaruh ph,

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB Winardi Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura, Pontianak Email: win@pplh-untan.or.id ABSTRAK Reaktor batch

Lebih terperinci

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Pertemuan Ke-8 Penggandaan Skala (Scale up) Bioproses. Penggandaan skala bioproses:

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Pertemuan Ke-8 Penggandaan Skala (Scale up) Bioproses. Penggandaan skala bioproses: Rekayasa Bioproses (Kode MKA: 114151462) Pertemuan Ke-8 Penggandaan Skala (Scale up) Bioproses Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. E-mail: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Deskripsi Penggandaan

Lebih terperinci

TUTORIAL III REAKTOR

TUTORIAL III REAKTOR TUTORIAL III REAKTOR REAKTOR KIMIA NON KINETIK KINETIK BALANCE EQUILIBRIUM CSTR R. YIELD R. EQUIL R. PLUG R. STOIC R. GIBBS R. BATCH REAKTOR EQUILIBRIUM BASED R-Equil Menghitung berdasarkan kesetimbangan

Lebih terperinci

PRODUKSI ETANOL SECARA SINAMBUNG DENGAN SEL TERTAMBAT MENGGUNAKAN BIOREAKTOR TANGKI BERPENGADUK

PRODUKSI ETANOL SECARA SINAMBUNG DENGAN SEL TERTAMBAT MENGGUNAKAN BIOREAKTOR TANGKI BERPENGADUK PRODUKSI ETANOL SECARA SINAMBUNG DENGAN SEL TERTAMBAT MENGGUNAKAN BIOREAKTOR TANGKI BERPENGADUK Ronny Kurniawan, Salafudin, Hadi Nugraha, Sandi F Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri Itenas

Lebih terperinci

TIPE / METODE FERMENTASI

TIPE / METODE FERMENTASI METODE DAN KINETIKA FERMENTASI Kuliah TF ke 9 Dr.oec.troph.Ir.Krishna Purnawan Candra Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman PS Teknologi Hasil Pertanian September 2011 TIPE / METODE FERMENTASI Fermentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peruraian anaerobik (anaerobic digestion) merupakan salah satu metode

BAB I PENDAHULUAN. Peruraian anaerobik (anaerobic digestion) merupakan salah satu metode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peruraian anaerobik (anaerobic digestion) merupakan salah satu metode pengolahan limbah secara biologis yang memiliki keunggulan berupa dihasilkannya energi lewat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses produksi enzim lipase ekstraseluler dari Aspergillus niger dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis strain yang digunakan, proses fermentasi yang dilakukan

Lebih terperinci

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT BIOINDUSTRI: Kinetika Pertumbuhan Mikroba Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

REAKTOR KIMIA NON KINETIK KINETIK BALANCE R. YIELD R. STOIC EQUILIBRIUM R. EQUIL R. GIBBS CSTR R. PLUG R.BATCH

REAKTOR KIMIA NON KINETIK KINETIK BALANCE R. YIELD R. STOIC EQUILIBRIUM R. EQUIL R. GIBBS CSTR R. PLUG R.BATCH TUTORIAL 3 REAKTOR REAKTOR KIMIA NON KINETIK BALANCE R. YIELD R. STOIC EQUILIBRIUM R. EQUIL R. GIBBS KINETIK CSTR R. PLUG R.BATCH MODEL REAKTOR ASPEN Non Kinetik Kinetik Non kinetik : - Pemodelan Simulasi

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI BIOREAKTOR AIRLIFT UNTUK PRODUKSI VAKSIN

PEMODELAN DAN SIMULASI BIOREAKTOR AIRLIFT UNTUK PRODUKSI VAKSIN PEMODELAN DAN SIMULASI BIOREAKTOR AIRLIFT UNTUK PRODUKSI VAKSIN Evi Lutfiani 1, Widodo W. Purwanto 2, Yuswan Muharam 3 1 Program Studi Teknologi Bioproses, 123 Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

B T A CH C H R EAC EA T C OR

B T A CH C H R EAC EA T C OR BATCH REACTOR PENDAHULUAN Dalam teknik kimia, Reaktor adalah suatu jantung dari suatu proses kimia. Reaktor kimia merupakan suatu bejana tempat berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan dari reaktor ini tergantung

Lebih terperinci

Bab II Pemodelan. Gambar 2.1: Pembuluh Darah. (Sumber:

Bab II Pemodelan. Gambar 2.1: Pembuluh Darah. (Sumber: Bab II Pemodelan Bab ini berisi tentang penyusunan model untuk menjelaskan proses penyebaran konsentrasi oksigen di jaringan. Penyusunan model ini meliputi tinjauan fisis pembuluh kapiler, pemodelan daerah

Lebih terperinci

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari industri makanan, tekstil, kimia hingga farmasi. Dalam proses produksinya, beberapa

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian meliputi proses aklimatisasi, produksi AOVT (Asam Organik Volatil Total), produksi asam organik volatil spesifik (asam format, asam asetat, asam propionat,

Lebih terperinci

KONVERSI ENZIMATIK (ENZ)

KONVERSI ENZIMATIK (ENZ) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA KONVERSI ENZIMATIK (ENZ) Disusunoleh: Arti Murnandari Dr. Retno Gumilang Dewi Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Advisory (FAR), mengungkapkan bahwa Indonesia adalah penyumbang

BAB I PENDAHULUAN. Advisory (FAR), mengungkapkan bahwa Indonesia adalah penyumbang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Permasalahan Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Rabobank, Pawan Kumar, Rabobank Associate Director

Lebih terperinci

BAB III : MODEL 19 BAB III MODEL

BAB III : MODEL 19 BAB III MODEL BAB III : MODEL 19 BAB III MODEL Model yang akan diturunkan dan dibahas pada bab ini lebih menitikberatkan pada mekanisme korosi dari sudut pandang Teori Keadaan Peralihan bahwa logam terlebih dahulu berubah

Lebih terperinci

KINETIKA PERTUMBUHAN MIKROBA/KINETIKA ENZIM. By: KUSNADI,MSI.

KINETIKA PERTUMBUHAN MIKROBA/KINETIKA ENZIM. By: KUSNADI,MSI. KINETIKA PERTUMBUHAN MIKROBA/KINETIKA ENZIM By: KUSNADI,MSI. Karakteristik pertumbuhan mikroba Pertumbuhan mikroba merupakan pertambahan jumlah sel mikroba Pertumbuhan mikroba berlangsung selama nutrisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang

BAB I PENDAHULUAN. gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mono- dan diasilgliserol merupakan molekul amfifilik, yaitu memiliki gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang lainnya. Mono- dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkebunan kelapa sawit telah menjadi salah satu kegiatan pertanian yang dominan di Indonesia sejak akhir tahun 1990-an. Indonsia memproduksi hampir 25 juta matrik

Lebih terperinci

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Limbah cair dari sebuah perusahaan security printing 1 yang menjadi obyek penelitian ini selanjutnya disebut sebagai Perusahaan Security Printing X - memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BIOPROSES 3 SKS. By: KUSNADI,MSI.

BIOPROSES 3 SKS. By: KUSNADI,MSI. BIOPROSES 3 SKS By: KUSNADI,MSI. Pengertian dan ruang lingkup Bioproses adalah kajian mengenai prosesproses yang melibatkan organisme (mikroorganisme) sebagai jasad pemroses substat (bahan Baku) menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Terkait dengan kebijakan pemerintah tentang kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010 dan Bahan Bakar Minyak (BBM) per Januari 2011, maka tidak ada

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bioetanol berbasis tebu, baik yang berbahan baku dari ampas tebu (baggase), nira

BAB I. PENDAHULUAN. bioetanol berbasis tebu, baik yang berbahan baku dari ampas tebu (baggase), nira BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis energi menjadi topik utama dalam perbincangan dunia, sehingga pengembangan energi alternatif semakin pesat. Salah satunya adalah produksi bioetanol berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sektor industri termasuk industri kimia di dalamnya, dewasa ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia, baik dari

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) KINETIKA DAN KATALISIS / SEMESTER GENAP 2010-2011 PRODI TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) Siti Diyar Kholisoh & I Gusti S. Budiaman / Juni 2011

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA BAB V PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA V.I Pendahuluan Pengetahuan proses dibutuhkan untuk memahami perilaku proses agar segala permasalahan proses yang terjadi dapat ditangani dan diselesaikan

Lebih terperinci

KINETIKA STERILISASI (STR)

KINETIKA STERILISASI (STR) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA KINETIKA STERILISASI (STR) Disusun oleh: Kevin Yonathan Prof. Dr. Tjandra Setiadi Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

: Ilmu yang berkaitan dengan Komposisi kuantitatif senyawasenyawa. Konversi kuantitatif dalam reaksireaksi

: Ilmu yang berkaitan dengan Komposisi kuantitatif senyawasenyawa. Konversi kuantitatif dalam reaksireaksi STOIKIOMETRI MIKROBIAL (STOIKIOMETRI PEMBENTUKAN SEL & PRODUK) Definisi : Ilmu yang berkaitan dengan Komposisi kuantitatif senyawasenyawa kimia, dan Konversi kuantitatif dalam reaksireaksi kimia Tujuan

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA BIOPROSES KINETIKA REAKSI ENZIMATIS KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 KINETIKA REAKSI ENZIMATIS 1. Pendahuluan Amilase

Lebih terperinci

Gambar 7.4 skema trickle bed reactor

Gambar 7.4 skema trickle bed reactor Gambar 7.4 skema trickle bed reactor Gambar 7. 5 Skema Slurry Reactor Gambar 7.6 plug flow reactor yang dirangkai serie Reaktor tersebut dapat saja dioprasikan dalam rangkaian seri atau paralel. Dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Biogas Analisis bahan baku biogas dan analisis bahan campuran yang digunakan pada biogas meliputi P 90 A 10 (90% POME : 10% Aktivator), P 80 A 20

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR HIDRODINAMIKA (JENIS IMPELER)TERHADAP PROSES PRODUKSI HIDROGEN SECARA FERMENTATIF DI DALAM REAKTOR BERPENGADUK

PENGARUH FAKTOR HIDRODINAMIKA (JENIS IMPELER)TERHADAP PROSES PRODUKSI HIDROGEN SECARA FERMENTATIF DI DALAM REAKTOR BERPENGADUK PENGARUH FAKTOR HIDRODINAMIKA (JENIS IMPELER)TERHADAP PROSES PRODUKSI HIDROGEN SECARA FERMENTATIF DI DALAM REAKTOR BERPENGADUK Oleh : Christina Wahyu K. 237194 Iss Gagha Astried N. 2371131 Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lemak dan minyak adalah trigliserida yang berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak adalah pada temperatur kamar, lemak akan berbentuk padat dan

Lebih terperinci

Perancangan Proses Kimia PERANCANGAN

Perancangan Proses Kimia PERANCANGAN Perancangan Proses Kimia PERANCANGAN SISTEM/ JARINGAN REAKTOR 1 Rancangan Kuliah Section 2 1. Dasar dasar Penggunaan CHEMCAD/HYSYS 2. Perancangan Sistem/jaringan Reaktor 3. Tugas 1 dan Pembahasannya 4.

Lebih terperinci

BIOTEKNOLOGI FERMENTASI

BIOTEKNOLOGI FERMENTASI BIOTEKNOLOGI FERMENTASI A. Pengertian Fermentasi Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba. Produk-produk tersebut

Lebih terperinci

I. PERTUMBUHAN MIKROBA

I. PERTUMBUHAN MIKROBA I. PERTUMBUHAN MIKROBA Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel suatu jasad. Pembelahan sel adalah hasil dari pembelahan sel. Pada jasad bersel tunggal (uniseluler), pembelahan atau

Lebih terperinci

TETAPAN PERANCANGAN. Rancang ukuran RDVF yang bisa menjalankan tugas yang diberikan berdasarkan data plate and frame filter tersebut.

TETAPAN PERANCANGAN. Rancang ukuran RDVF yang bisa menjalankan tugas yang diberikan berdasarkan data plate and frame filter tersebut. TETAPAN PERANCANGAN Alat 1 Tetapan 2 Perancangan Alat 2 Tetapan 2 perancangan adalah besaran 2 yang tetap berlaku baik pada alat 1 maupun alat 2, meskipun prosesnya berbeda. Besaran2 ini sangat bermanfaat

Lebih terperinci

Studi Kinetika Konsumsi Glukosa oleh Aspergillus Niger dalam Produksi Bioethanol dari Lignoselulosa

Studi Kinetika Konsumsi Glukosa oleh Aspergillus Niger dalam Produksi Bioethanol dari Lignoselulosa Journal INTEK. April 2017, Volume 4 (1): 14-19 14 Studi Kinetika Konsumsi Glukosa oleh Aspergillus Niger dalam Produksi Bioethanol dari Lignoselulosa Setyo Erna Widiyanti 1 1,a 1 Jurusan Teknik Kimia,

Lebih terperinci

PEMBUATAN DIETIL ETER DENGAN BAHAN BAKU ETANOL DAN KATALIS ZEOLIT DENGAN METODE ADSORBSI REAKSI

PEMBUATAN DIETIL ETER DENGAN BAHAN BAKU ETANOL DAN KATALIS ZEOLIT DENGAN METODE ADSORBSI REAKSI PEMBUATAN DIETIL ETER DENGAN BAHAN BAKU ETANOL DAN KATALIS ZEOLIT DENGAN METODE ADSORBSI REAKSI Ananta Kharismadi (2306100112) Agy Yogha Pradana (2306100114) Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi,

Lebih terperinci

Pokok Bahasan V RANCANG BANGUN BIOREAKTOR

Pokok Bahasan V RANCANG BANGUN BIOREAKTOR Pokok Bahasan V RANCANG BANGUN BIOREAKTOR Deskripsi singkat Bioreaktor (fermentor) merupakan bejana fermentasi aseptis untuk produksi senyawa oleh mikrobia melalui fermentasi. Kendala yang timbul adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERNYATAAN KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL... DAFTAR ARTI LAMBANG.. ABSTRAK ABSTRACT.. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Keaslian Penelitian. 1.3. Manfaat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995) Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995) Bahan sejumlah kurang lebih 1 g ditimbang. Sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml dan ditambahkan 200 ml HCl 3%. Sampel kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasa dan tidak berwarna. Pengunaannya dalam dunia industri sangat luas. meliputi industri farmasi, kosmetik, dan bahan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. berasa dan tidak berwarna. Pengunaannya dalam dunia industri sangat luas. meliputi industri farmasi, kosmetik, dan bahan pangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ester gula asam lemak (EGAL) dikenal sebagai salah satu biosurfaktan yang memiliki biodegradabilitas yang tinggi, ramah lingkungan, serta memiliki afinitas permukaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Kegiatan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Bioproses, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN berikut ini

Lebih terperinci

Prosiding Matematika ISSN:

Prosiding Matematika ISSN: Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Model Matematika Konsentrasi Zat Pada Reaktor Alir Tangki Berpengaduk yang Disusun Seri Mathematical Model of Concentration of The Substance In CSTR Compiled Series

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES 10 II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Proses Pembuatan Disodium Fosfat Anhidrat Secara umum pembuatan disodium fosfat anhidrat dapat dilakukan dengan 2 proses berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu

Lebih terperinci

F UiMBU REKU RAYA 1994 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR. Oleh

F UiMBU REKU RAYA 1994 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR. Oleh PENENTUAN NlLAl PARAMETER PER ANCAMGAN BIO REAKTOR AEROBIK UWTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAlR PABRIK KELAPA SAWlT MENGGUNAKAN LUMPUR AKTlF TERAMOBILISASI PADA BATU APUN6 Oleh UiMBU REKU RAYA F 26. 1150 1994

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa aspek fisiologi tumbuhan berbeda dengan fisiologi hewan atau fisiologi sel. Tumbuhan dan hewan pada dasarnya telah berkembang melalui pola atau kebiasaan

Lebih terperinci

F UiMBU REKU RAYA 1994 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR. Oleh

F UiMBU REKU RAYA 1994 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR. Oleh PENENTUAN NlLAl PARAMETER PER ANCAMGAN BIO REAKTOR AEROBIK UWTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAlR PABRIK KELAPA SAWlT MENGGUNAKAN LUMPUR AKTlF TERAMOBILISASI PADA BATU APUN6 Oleh UiMBU REKU RAYA F 26. 1150 1994

Lebih terperinci

Teknik Produksi Amilase Skala Pilot dari Isolat Rekombinan Pembawa Gen Amilase

Teknik Produksi Amilase Skala Pilot dari Isolat Rekombinan Pembawa Gen Amilase Teknik Produksi Amilase Skala Pilot dari Isolat Rekombinan Pembawa Gen Amilase Nur Richana, Ahmad Thontowi, dan Pia Lestina Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengolah an Kimia

BAB I PENDAHULUAN. Pengolah an Kimia BAB I PENDAHULUAN Proses kimia terdiri dari tahapan pengolahan, yaitu: pengolahan fisika awal seperti permurnian/purifikasi bahan, perubahan fasa (cair ke uap, uap ke cair, padat ke cair); pengolahan kimia

Lebih terperinci

SNTMUT ISBN:

SNTMUT ISBN: PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK (BUAH - BUAHAN) PASAR TUGU MENJADI BIOGAS DENGAN MENGGUNAKAN STARTER KOTORAN SAPI DAN PENGARUH PENAMBAHAN UREA SECARA ANAEROBIK PADA REAKTOR BATCH Cici Yuliani 1), Panca Nugrahini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425% HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Biogas Sebelum dilakukan pencampuran lebih lanjut dengan aktivator dari feses sapi potong, Palm Oil Mill Effluent (POME) terlebih dahulu dianalisis

Lebih terperinci

Hukum Kesetimbangan Distribusi

Hukum Kesetimbangan Distribusi Hukum Kesetimbangan Distribusi Gambar penampang lintang dari kolom kromatografi cair-cair sebelum fasa gerak dialirkan dan pada saat fasa gerak dialirkan. 1 Di dalam kolom, aliran fasa gerak akan membawa

Lebih terperinci

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, 7 BB II URIN PROSES.. Jenis-Jenis Proses Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, atau phenyl carbinol. Benzil alkohol mempunyai rumus molekul 6 H 5 H OH. Proses pembuatan

Lebih terperinci

Teknik Reaksi Kimia Lanjut

Teknik Reaksi Kimia Lanjut UNIVERSITAS INDONESIA Teknik Reaksi Kimia Lanjut Pasca Sarjana Dicka A Rahim [ 110610795 ] Rindang Isnaniar Wisnu Aji [ 1106109043 ] 01 D E P O K P4 5 A Reaksi fase liquid : A + B C Mengikuti persamaan

Lebih terperinci

PERENGKAHAN TERMAL (Thermal Cracking) SERBUK GERGAJI KAYU BULIAN (Eusideroxylon Zwagery T.Et B) UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKAR MINYAK ARTIKEL ILMIAH

PERENGKAHAN TERMAL (Thermal Cracking) SERBUK GERGAJI KAYU BULIAN (Eusideroxylon Zwagery T.Et B) UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKAR MINYAK ARTIKEL ILMIAH PERENGKAHAN TERMAL (Thermal Cracking) SERBUK GERGAJI KAYU BULIAN (Eusideroxylon Zwagery T.Et B) UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKAR MINYAK ARTIKEL ILMIAH OLEH ABDUL HAKIM A1C112009 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T.

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. Pembuatan Gula Berapa banyak air yang dihilangkan didalam evaporator (lb/jam)? Berapa besar fraksi massa komponen-komponen dalam arus buangan

Lebih terperinci