Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)"

Transkripsi

1 KINETIKA DAN KATALISIS / SEMESTER GENAP PRODI TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) Siti Diyar Kholisoh & I Gusti S. Budiaman / Juni 2011 KOMPETENSI DASAR: Berikut ini adalah kompetensi dasar yang terkait dengan materi kuliah Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) : 1. Memahami gambaran reaksi yang berlangsung pada sistem alir (kontinyu). 2. Memahami perbedaan antara sistem alir dengan sistem batch (yang sudah dipelajari pada materi 2 kuliah sebelumnya). 3. Memahami perbedaan 2 mendasar antara sistem reaktor alir tangki ideal (Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB) = Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) = Mixed Flow Reactor (MFR)) dan sistem reaktor alir pipa ideal (Reaktor Alir Pipa (RAP) = Plug Flow Reactor (PFR) = Reaktor Aliran Sumbat (RAS)). 4. Mampu melakukan perhitungan 2 sederhana untuk kinetika reaksi homogen pada sistem reaktor alir tangki ideal dan pipa ideal, dengan menggabungkannya dengan konsep 2 : (a) persamaan kecepatan/kinetika reaksi (bentuk hukum pangkat & bentuk non-hukum pangkat), (b) hubungan stoikiometri reaksi (untuk kasus reaksi tunggal & reaksi kompleks), (c) sistem constant-density & variable-density, serta (d) persamaan 2 pendukung, seperti persamaan keadaan gas ideal, persamaan/korelasi Arrhenius untuk pengaruh T terhadap k, hubungan kesetimbangan reaksi, dsb. SOAL-SOAL LATIHAN: 1. Umpan gas dengan C A0 = 100 mm, C B0 = 250 mm, dan C I0 = 50 mm, dialirkan ke dalam sebuah reaktor alir steady-state, melalui reaksi: A + 3 B 6 R Reaksi dijaga pada kondisi suhu dan tekanan tetap, serta C A = 40 mm pada aliran keluaran reaktor. Manakah limiting reactant dalam kasus ini? Berapakah C B, X A, dan X B? Kunci: B merupakan limiting reactant; X A = 50%; C B = 80 mm; X B = 60% (UAS Genap ) Reaksi fase gas: N2 + H2 NH3 2 2 berlangsung dalam sebuah reaktor alir pada kondisi isotermal dan isobarik, dengan umpan yang berupa campuran ekuimolar N 2 dan H 2, dengan 40%-mol inert. (a) Susunlah tabel stoikiometri reaksi ini secara lengkap (didasarkan pada limiting reactant-nya). (b) Jika umpan masuk reaktor dengan tekanan total 16,4 atm dan suhu 1727 o C, hitunglah konsentrasi semua zat/komponen yang terlibat, pada keluaran reaktor (pada tingkat konversi limiting reactant sebesar 60%). Kunci: H 2 merupakan limiting reactant; C H2,0 = C N2,0 = 0,03 mol/liter; C inert,0 = 0,04 mol/liter; C H2 = 0,02 mol/liter; C N2 = 0,04 mol/liter; C NH3 = 0,02 mol/liter; C inert = 0,067 mol/liter 3. Dekomposisi gas ozon (O 3 ) untuk menghasilkan oksigen (O 2 ) berlangsung menurut persamaan reaksi: 2 O 3 3 O 2 atau: 2 A 3 R 2 CA Persamaan kinetika yang teramati dari eksperimen berbentuk: ra = k C R Reaksi ini berlangsung dalam sebuah RATB steady (volume = 2 liter) pada suhu dan tekanan tetap. A murni diumpankan ke dalam reaktor dengan laju alir 1 liter/menit. Laju alir gas keluaran reaktor = 1,30 liter/menit. (a) Berapakah X A (the fractional conversion of A) pada kondisi ini? (b) Jabarkan persamaan untuk C A dan C R sebagai fungsi X A. (c) Perkirakan nilai k dan tuliskan juga satuannya. Kunci: (a) X A = 60%; (b), ;,, ; (c) k = 4,39 menit -1

2 4. Oksidasi formaldehida yang menghasilkan asam formiat berlangsung dalam fase gas pada sebuah reaktor alir steady menurut reaksi sbb: HCHO + ½ O 2 HCOOH (i) 2 HCHO HCOOCH 3 (ii) Laju alir volumetrik umpan = 100 dm 3 /menit pada 5 atm dan 140 o C (tekanan & suhu tetap). Umpan reaktor mengandung: HCHO 66,7%-mol dan O 2 33,3%-mol. (a) Berapakah laju alir mol total umpan? Berapakah laju alir mol HCHO dalam umpan? (b) Susunlah tabel stoikiometri reaksi untuk kasus ini (dalam mol/menit) yang dinyatakan sebagai fungsi molar extent of reaction (i) dan (ii). (c) Berapakah konversi HCHO? Diketahui: yield HCOOH terhadap O 2 = 40% dan komposisi molar HCOOH dalam aliran keluar reaktor = 35%. (d) Berapakah selektivitas produk HCOOH dan HCOOCH 3 masing-masing terhadap reaktan HCHO? Kunci: (a) F t0 = 14,76 mol/menit; F HCHO,0 = 9,84 mol/menit; (c) X HCHO = 71,43%; (d) S HCOOH/HCHO = 56%; S HCOOCH3/HCHO = 44% 5. Gas A murni diumpankan dengan laju alir 50 liter/detik (25 C, 1 atm) ke dalam sebuah well-mixed CSTR (volume: 1000 L), yang dijaga pada kondisi 200 C dan 2 atm. Di dalamnya berlangsung reaksi: A 2 R. Berkurangnya A mengikuti kinetika order satu. Gas keluaran reaktor mengandung A dengan komposisi 15 %-mol. (a) Berapakah kecepatan reaksi berkurangnya A, -r A (mol/liter-detik)? (b) Berapakah nilai konstanta kecepatan reaksinya? Tuliskan juga satuannya. Kunci: (a) r A = 0,00151 mol/(liter.detik), dengan: X A = 73,91%; (b) k = 0,1953 detik Reaksi fase gas penguraian t-butyl peroxide: 2 (CH 3 ) 3 CO 2 (CH 3 ) 2 CO + C 2 H 6 atau: 2 A 2 B + C dengan keberadaan N 2 (D) sebagai carrier-gas berlangsung dalam sebuah RATB bervolume 0,276 liter. Umpan A masuk dengan laju alir F A0 = 6,97 x 10-6 mol/detik pada suhu dan tekanan tetap (481,5 K dan 27 torr). F D0 /F A0 = 7,8. Jika konversi A pada keluaran reaktor = 0,158 dan reaksi ini berorder satu terhadap reaktannya, tentukan nilai konstanta kecepatan reaksinya (dan tuliskan juga satuannya)! Kunci: k = 0,013 detik Tinjaulah reaksi homogen fase-gas: A + 2 B R + S. Kecepatan reaksi ini berorder satu terhadap A dan berorder nol terhadap B. Umpan yang dialirkan ke dalam sebuah reaktor alir (kontinyu) mengandung 40%-mol A dan 60%-mol B. Pada keadaan steady, aliran keluaran reaktor mengandung 20%-mol A. (a) Untuk reaktor yang digambarkan tersebut di atas, hitunglah konversi A (X A )! (b) Dengan umpan ini, berapakah konversi maksimum A yang mungkin dicapai? Kunci: (a) X A = 62,5%; (b) X A maksimum = 75% 8. (Kinetika Reaksi Ireversibel dalam RATB/CSTR Steady-State) Tinjaulah sebuah reaksi homogen n fase-cair: A P, dengan persamaan kinetika: ra = k CA, dengan orde reaksi (n) dan konstanta kecepatan (k) yang tidak diketahui. Percobaan reaksi dilakukan dengan memvariasikan laju alir ke dalam sebuah CSTR (V R = 10 liter). Pengukuran pada keadaan steady dilakukan pada 2 laju alir yang berbeda dan pada suhu yang sama. Jika C A0 = 0,10 molar, serta diperoleh data sbb.: Laju alir (liter/detik) C A (molar) 0,5 0,027 1,5 0,059 (a) Tentukan orde reaksi ini (n)! (b) Berapakah nilai k pada suhu ini? Tuliskan juga satuannya. Kunci: (a) n = 0,667; (b) k = 0,0407 (mol/liter) 0,333.detik (Kinetika Reaksi Ireversibel dalam RATB Steady-State, Pengaruh Laju Alir Umpan terhadap Konversi Reaktan) Umpan gas (60 o C, 1 atm) yang mengandung 50%-mol A dan tidak mengandung R dialirkan ke dalam sebuah CSTR (20 liter) yang beroperasi pada T dan P yang sama. Reaksi homogen yang berlangsung adalah: A 2 R, dengan laju reaksi berorde dua. Pada laju alir umpan sebesar 5 liter/ menit, A terkonversi sebesar 80%.

3 (a) Berapakah laju alir yang diperlukan untuk mencapai konversi A sebesar 90%? (b) Berapakah nilai konstanta kecepatan reaksinya? (Tuliskan juga satuannya) Kunci: (a) debit = 1,0358 liter/menit; (b) k = 535,52 liter/(mol.menit) 10. Reaksi homogen fase-gas: 2 A B berlangsung dalam sebuah RATB (bervolume V R [liter]) yang beroperasi secara steady pada P dan T tetap (1,2 atm dan 210 o C). Gas A murni diumpankan ke dalam reaktor dengan laju alir F A0 [mol/menit]. Persamaan kinetika yang dianggap mewakili reaksi ini berbentuk: Tentukan nilai k 1 dan k 2! Tuliskan juga satuannya. Dua percobaan pada kondisi tersebut di atas menghasilkan data sbb: V R /F A0 3,0 1,8 F A /F A0 (= f) 0,2 0,3 11. Gas A murni pada 3 atm dan 30 o C (120 mmol/liter) diumpankan ke dalam sebuah RATB (volume = 1 liter), pada berbagai laju alir yang berbeda. Reaksi yang terjadi: A 3 R dan konsentrasi A yang keluar reaktor diukur pada setiap variasi laju alir tersebut. Dari data berikut, tentukan orde reaksi dan konstanta kecepatan reaksi penguraian A ini! Q 0 (liter/menit) 0,06 0,48 1,5 8,1 C A (mmol/liter) Kunci: Orde reaksi = 2; k = 0,004 liter/(mmol.menit) 12. Reaksi homogen fase-gas: 2 A B berlangsung dalam sebuah RATB (bervolume V R liter). P 0 = 2 atm dan T 0 = 170 o C (kondisi tekanan & suhu tetap). Umpan berupa gas A murni dialirkan dengan laju alir F A0 mol/menit. Dua percobaan pada kondisi steady menghasilkan data sbb.: F A0 /V R 0,10 0,15 F A /F A0 (= f) 0,20 0,30 Tentukan orde reaksi dan konstanta kecepatan reaksi ini! Tuliskan juga satuannya. Kunci: Orde reaksi = 0,84; k = 2,261 (mol/liter) 0,16.menit Reaksi homogen fase-gas reversible: 2 A B + C dipelajari dalam sebuah RATB yang beroperasi pada kondisi steady. A murni diumpankan pada 600 K dan 40 atm (T & P tetap). Pada kondisi ini, equilibrium conversion of A = 90%. Sebuah percobaan dengan rasio V R /F A0 = 2,61 [V R dalam liter; F A0 dalam mol/detik] menghasilkan konversi A = 70%. Jika orde reaksi ini sesuai dengan kemolekulan reaksinya, berapakah nilai konstanta kecepatan reaksinya (ke arah kanan dan juga kiri)? Tuliskan juga satuannya. Kunci: k 1 = k ke kanan = 4,84 liter/(mol.detik); k 2 = k ke kiri = 0,06 liter/(mol.detik) 14. Reaksi homogen fase-cair: A 2 R berlangsung dalam RATB bervolume 5 liter. Umpan masuk mengandung A dengan C A0 = 1 mol/liter (C R0 = 0). Berdasarkan data eksperimen sbb.: Nomor Eksperimen T ( o C) q 0 (cc/detik) C R (mol/liter) , , ,8 (a) Berapakah orde reaksi ini? Petunjuk: Gunakan data pada T yang sama. (b) Berapakah konstanta kecepatan reaksi pada 13 dan 84 o C? Tuliskan juga satuannya. (c) Dengan pendekatan korelasi Arrhenius, tentukan nilai A dan Ea reaksi ini! Kunci: (a) Orde reaksi = 2; (b) k pada 13 o C = 0,036 liter/(mol.detik); k pada 84 o C = 0,27 liter/(mol.detik); (c) A = 904,2 liter/(mol.detik); Ea = 24,09 kj/mol 15. (Kinetika Reaksi Kompleks (Seri-Paralel) dalam RATB Steady-State) Tinjaulah reaksi homogen fase-cair dengan skema kinetika berikut: A B + C r B = k 1 C A A + C 2 D r D = 2 k 2 C A C C Reaksi berlangsung dalam sebuah RATB isotermal pada steady-state, dengan C A0 = 3 mol/liter (C B0 = C C0 = C D0 = 0). Jika reaktor dioperasikan pada waktu tinggal, τ, sebesar 15 menit, dan

4 konsentrasi A dan B yang keluar reaktor masing-masing sebesar C A = 1,5 mol/liter dan C B = 1,2 mol/liter, hitunglah: (a) C C dan C D keluar reaktor (b) harga k 1 dan k 2 (beserta satuannya) Kunci: (a) C C = 0,9 mol/liter; C D = 0,6 mol/liter; (b) k 1 = 0,0533 menit -1 ; k 2 = 0,0148 liter/(mol.menit) 16. Reaksi homogen fase-cair bolak-balik: 2 A B berlangsung dalam sebuah RATB steady. Umpan reaktor berupa A dan B dengan konsentrasi: C A0 = 1,5 mol/m 3 dan C B0 = 0,5 mol/m 3. Kesetimbangan reaksi ini tercapai pada rasio C A /C A0 = 0,20. Pengoperasian reaktor dengan waktu tinggal τ = 1,07 jam menghasilkan rasio C A /C A0 = 0,60. Jika reaksi tersebut di atas elementer, berapakah nilai k 1 dan k 2? Tuliskan juga satuannya. Kunci: k 1 =.. m 3 /(mol.jam); k 2 =.. jam -1 (Silakan diselesaikan sendiri, dengan memanfaatkan: (i) mole balance untuk RATB steady, (ii) persamaan kinetika, (iii) hubungan stoikiometri untuk C A dan C B, misal: sebagai fungsi X A, pada sistem reaksi fase-cair, serta: (iv) hubungan kesetimbangan reaksi) 17. (UAS Genap ) Reaksi fase-cair: A B + C, dipelajari melalui beberapa eksperimen dalam sebuah reaktor alir tangki berpengaduk (RATB) bervolume 3 liter pada steady state, dan diperoleh data berikut: Eksperimen Q (cm 3 /detik) T ( o C) C A (mol/liter) 1 0, , , , , ,025 C A0 untuk masing-masing tempuhan eksperimen adalah 0,250 mol/l. Dengan menganggap bahwa kecepatan reaksi mempunyai bentuk: n Ea ( n ra ) = k CA = ko exp CA R T dengan k o dan Ea menyatakan parameter persamaan Arrhenius, maka tentukan harga-harga: (a) orde reaksi (n) (b) konstanta kecepatan reaksi (k) pada 25 o C dan 35 o C (c) k o dan Ea. Tuliskan juga satuannya. 18. (Kinetika Reaksi Ireversibel dalam PFR/ RAP Steady-State, Pengaruh Laju Alir Umpan terhadap Konversi Reaktan) Reaksi homogen fase-cair: A P berlangsung dengan mengikuti bentuk kinetika berorder dua. Reaksi dilangsungkan dengan mengumpankan A (pada konsentrasi 0,12 molar) ke dalam sebuah steady-state plug flow reactor (bervolume 10 liter). Pada laju alir umpan sebesar 1 liter/menit, 75% A terkonversi. (a) Berapakah nilai konstanta kecepatan reaksi ini? Tuliskan juga satuannya. (b) Berapakah A yang terkonversi jika laju alir umpan diperbesar menjadi 3 liter/menit? Kunci: (a) k = 2,5 liter/(mol.menit); (b) X A2 = 50% 19. (UAS Genap ): Reaksi homogen fase gas pembentukan karbon disulfida (CS 2 ) dari metana (CH 4 ) dan sulfur (S 2 ): CH S 2 CS H 2 S atau: A + 2 B C + 2 D berlangsung dalam reaktor alir pipa (RAP) ideal pada 600 o C dan 1 atm (dengan T dan P tetap). Reaksi ini diyakini berorder satu terhadap masing-masing reaktan. Umpan reaktor berupa gas S 2 dan CH 4 dengan perbandingan mol = 2:1. Eksperimen dengan volume reaktor (V R ) = 67 cm 3 dan F A0 = 0,119 mol/jam menghasilkan X A = 0,180. (a) Berapakah order total (atau keseluruhan) reaksi ini? (b) Kasus ini merupakan sistem reaksi dengan constant-density atau bukan? Jelaskan. (c) Tentukan nilai konstanta kecepatan reaksi ini! Tuliskan juga satuannya. Catatan: Gas-gas dapat dianggap berkelakuan ideal. R = 82,05 cm 3.atm/(mol.K) Kunci: (a) order reaksi total = = (Reaksi Homogen Kompleks (Reversibel) dalam PFR Steady-State) Sebuah plug flow reactor (V R = 2 m 3 ) mereaksikan umpan berupa cairan (100 liter/menit) yang hanya mengandung reaktan A (C A0 = 100 mmol/liter). Reaksi ini berlangsung reversibel: A R, dengan: -r A = k 1 C A k 2 C R.

5 Jika konversi kesetimbangan reaksi ini (X Ae ) adalah sebesar 80% dan konversi A aktual (X A ) keluaran reaktor sebesar 50,57%, tentukan nilai k 1 dan k 2! Tuliskan juga satuannya. Kunci: k 1 = 0,04 menit -1 ; k 2 = 0,01 menit Dekomposisi dimethyl ether (CH 3 ) 2 O (E) menjadi CH 4, H 2, dan CO merupakan reaksi irreversible berorder satu. Reaksi ini dilangsungkan dalam sebuah PFR steady (V R = 23,3 m 3 ). Umpan reaktor yang berupa eter murni masuk pada 504 o C dan 1 bar (reaktor beroperasi pada T dan P tetap), dengan laju alir 0,1 mol/detik. Jika 60% eter terkonversi pada aliran keluar reaktor, berapakah konstanta kecepatan reaksi pada kondisi ini? Kunci: k = 4, detik Reaksi homogen fase gas ireversibel elementer: A + B R berlangsung dalam sebuah reaktor alir pipa steady-state pada kondisi isotermal. Reaktor bervolume 0,1 liter dan percobaan dilakukan dengan mengukur konsentrasi A yang keluar reaktor pada berbagai variasi laju alir volumetrik umpan (q 0 ), dengan data sbb.: Percobaan q 0 (liter/jam) C A (mmol/liter) , , ,5 33 Umpan reaktor mengandung A dan B dengan perbandingan ekuimolar. Jika konsentrasi A di dalam umpan tetap, sebesar C A0 = 100 mmol/liter, tentukan persamaan laju reaksinya. Kunci: -r A = k C A C B ; dengan k = 0,304 liter/(mmol.jam) 23. (UAS Gasal ) Studi kinetika reaksi homogen fase-gas: CH 3 CHO CH 4 + CO pada 518 o C dan 1 atm dipelajari melalui sebuah RAP ideal (ID = 3,3 cm; L = 80 cm). Reaksi berlangsung secara isotermal pada tekanan tetap. Umpan reaktor berupa asetaldehida murni (BM asetaldehida = 44 g/mol), dengan variasi data pada kondisi steady sbb.: Laju alir umpan (g/jam) Fraksi asetaldehida terurai 0,05 0,15 0,25 0,35 (a) Berdasarkan semua data di atas, buktikanlah bahwa reaksi ini berorder satu! (b) Berapakah konstanta kecepatan reaksi pada kondisi ini? Tuliskan juga satuannya. Kunci: (a) Nilai k individual relatif konstan pada masing-masing tempuhan, yaitu: 15,31; 15,48; 15,44; dan 15,44 jam -1 ; sehingga: (b) k rerata = 15,42 jam Reaksi fase-gas: A P + Q berlangsung dalam sebuah RAP isotermal (V R = 1080 liter). Gas A murni diumpankan ke dalam reaktor dengan laju 1,5 liter/detik, dan tekanan reaktor dijaga tetap pada 150 kpa. Reaksi ini berorder tiga terhadap konsentrasi reaktannya. C A0 = 0,030 mol/liter dan konversi reaktan pada keluaran reaktor = 50%. Berapakah konstanta kecepatan reaksi ini? Tuliskan juga satuannya. Kunci: k = 5,65 (liter/mol) 2.detik Reaksi homogen fase-gas: A 3 R pada 215 o C dan 5 atm (T dan P tetap) dilaporkan mempunyai persamaan kecepatan berorde ½ terhadap A. Umpan berupa A dan inert dengan perbandingan ekuimolar diumpankan ke dalam sebuah PFR yang beroperasi secara steady, dengan waktu tinggal τ = 32 detik. C A0 = 0,0625 mol/liter dan A terkonversi 80% pada aliran keluaran reaktor. Tentukan nilai konstanta kecepatan reaksi ini! Tuliskan juga satuannya. Kunci: k = 0,01 (mol/liter) 0,5.detik Reaksi homogen fase-gas penguraian phosphine: 4 PH 3 P H 2 diyakini berorder satu pada 649 o C. Studi kinetika ini dipelajari dengan sebuah RAP bervolume 150 liter dan beroperasi pada 649 o C dan 460 kpa (T dan P tetap). Umpan berupa PH 3 murni dialirkan dengan laju molar F A0 = 40 mol/jam. Kondisi reaksi menghasilkan X A = 80%. Berapakah konstanta kecepatan reaksi ini? 27. Reaksi fase-cair: A + B C dilangsungkan dalam sebuah RATB isotermal. Persamaan kecepatan reaksinya adalah: -r A = k C A C B. (a) Tentukanlah nilai k (beserta satuannya)! (b) Berapakah C A, C B, dan C C pada aliran keluaran reaktor?

6 Diketahui: C A0 = 0,2 mol liter -1 ; C B0 = 0,1 mol liter -1 ; volume reaktor = liter; debit umpan = 1,5 liter detik -1 ; X A = 40%. Kunci: (a) k = 0,005 liter/(mol.detik); (b) C A = 0,12 mol/liter; C B = 0,02 mol/liter; C C = 0,08 mol/liter 28. Reaksi homogen berorde-dua: A B dilangsungkan dalam sebuah RAP ideal bervolume 80 liter. Diberikan umpan dengan laju alir pemasukan 3,75 mol menit -1 dan 2,5 liter menit -1. Jika A terkonversi 66,7 % pada aliran keluar reaktor, berapakah nilai konstanta kecepatan reaksinya? Kunci: k = 0,042 liter/(mol.menit) 29. Reaksi fase-cair: A + 2 B C, dilangsungkan dalam sebuah RATB bervolume 200 liter pada kondisi steady. Reaksi berorde satu terhadap masing-masing reaktan. Kecepatan volumetrik umpan = 25 liter menit -1. Konsentrasi reaktan pada umpan: C A0 = 0,1 mol liter -1 dan C B0 = 0,2 mol liter -1. Jika diinginkan 75% A terkonversi di keluaran reaktor, berapakah konstanta kecepatan reaksi ini? 30. Sebuah RAP isotermal yang bervolume 2,4 liter digunakan untuk mereaksikan: A 2 P + Q dalam fase-gas. Umpan dialirkan dengan debit 2 liter s -1, mengandung 50%-mol A dan 50%-mol gas inert. Reaksi ini berorde satu terhadap A. Pada kondisi steady, dicapai X A = 80%. (a) Berapakah debit aliran keluaran reaktor? (b) Berapakah nilai konstanta kecepatan reaksinya? Nyatakan setiap asumsi yang Anda ambil. Kunci: (a) debit = 3,6 liter detik -1 ; (b) k = 2,02 detik Reaksi homogen fase-gas: A + 2 B 2 D dilangsungkan secara isotermal dalam RAP ideal yang beroperasi secara steady pada 5 atm. Fraksi mol aliran umpan: A = 0,20; B = 0,50; dan sisanya berupa gas inert. (a) Berapa konsentrasi A dalam umpan, jika suhu umpan = 55 o C? (b) Jika volume reaktor = 16 liter, debit aliran umpan = 50 dm 3 /menit, A terkonversi 70%, dan persamaan kecepatan reaksinya: -r A = k C A 0,5 C B, berapa nilai k? Tuliskan juga satuannya. Kunci: (a) C A0 = 0,0372 mol/liter Petunjuk: Pada soal (b), bentuk integral yang ada akan lebih mudah diselesaikan secara numerik. Misal: menggunakan metode Simpson s 1/3 dengan membagi rentang X A dari X A = 0 hingga X A = 70% menjadi 6 atau 8 segmen/ inkremen. 32. Reaksi fase-cair elementer: A + B hasil, dilangsungkan dalam sebuah RATB (volume = 750 m 3 ) secara isotermal pada suhu 25 o C. Konsentrasi A dan B dalam umpan sama, yaitu 0,08 kmol/m 3. Debit umpan = 0,3 m 3 /k.detik. A terkonversi 80% di keluaran reaktor. Berapakah nilai k? Kunci: k = 10-4 m 3 /(kmol.detik) 33. (UAS Remidi Gasal ) Reaksi homogen fase-cair elementer: berlangsung dalam sebuah reaktor alir tangki berpengaduk (RATB) steady, V R = 5 liter. Umpan reaktor mempunyai debit 10 liter/menit dan C A0 = 1 mol/liter (C R0 = C S0 = 0). Jika: C R = 0,7 mol/liter dan C S = 0,1 mol/liter pada aliran keluar reaktor, berapakah nilai k 1 dan k 2? Tuliskan juga satuannya. Petunjuk: Susunlah tabel stoikiometri sistem reaksi seri ini dalam mol/menit, sebagai fungsi molar extent of reaction (1) dan (2), atau: ε 1 dan ε 2. Selanjutnya, susunlah mole balance yang dinyatakan terhadap 2 dari 3 komponen reaksi yang ada, yaitu: A, R, atau S. 34. (UAS Gasal ) Reaksi homogen penguraian A, yaitu: 2 A 3 R berlangsung dalam fase gas. Persamaan kinetika reaksi ini mempunyai bentuk non-hukum pangkat:, Sebuah RATB ideal (V R = 5 liter) digunakan untuk melangsungkan reaksi pada kondisi suhu dan tekanan tetap. Umpan reaktor (debit = 1 liter/menit) berupa campuran A dan inert dengan rasio molar (F A0 /F I0 ) = 1:3, dengan C A0 = 0,01 mol/liter. Debit aliran keluar reaktor = 1,1 liter/menit. Berapakah nilai k? Tuliskan juga satuannya. Kunci: k =.. (mol/liter) 0,5.menit -1 (Soal ini mirip dengan soal latihan nomor 3 di atas. Persamaan kinetika yang ditinjau berupa persamaan non-hukum pangkat)

7 35. Reaksi fase-cair elementer: A + B C + D diuji dalam sebuah CSTR yang beroperasi secara steady dengan hasil sebagai berikut: τ (waktu tinggal, jam) 0,8 5,0 % konversi A Konsentrasi umpan: C A0 = 2 mol/liter; C B0 = 1,5 mol/liter; C C0 = C D0 = 0. Tentukan laju spesifik reaksi ini (dalam arah forward maupun reverse). Kunci: k f = 3,25 liter/(mol.jam); k r = 0,375 liter/(mol.jam) 36. Reaksi homogen fase-gas: A 3 B berorde dua dan berlangsung pada suhu dan tekanan tetap. Untuk umpan dengan laju alir 4 m 3 /jam berupa A murni pada 5 atm dan 350 o C, sebuah reaktor pilot-scale berupa pipa dengan ID = 2,5 cm dan L = 2 m menghasilkan 60% konversi A. Berapakah konstanta kecepatan reaksi ini? Kunci: k = 2, liter/(mol.jam) 37. Heksamina ((CH 2 ) 6 N 4 ) dihasilkan dari reaksi fase-cair antara amonia (NH 3 ) dan formaldehida (HCHO) menurut persamaan: 4 NH HCHO (CH 2 ) 6 N H 2 O atau: A + 3/2 B produk Persamaan kinetikanya mempunyai bentuk: -r A = k C A C B 2 Reaksi ini dipelajari pada 36 o C dalam sebuah reaktor alir bejana yang bervolume 490 cc dan dilengkapi pengadukan pada 1800 rpm. Umpan reaktor merupakan gabungan dari umpan 1 dan umpan 2. Umpan 1: debit = 1,5 cc/detik; C A01 = 4,06 mol/liter (tidak mengandung B). Umpan 2: debit = 1,5 cc/detik; C B01 = 6,32 mol/liter (tidak mengandung A). (a) Tentukan C A dan C B pada aliran umpan gabungan yang masuk reaktor! (b) Jika pada aliran keluaran reaktor: C A = 0,39 mol/liter, berapakah nilai k? Tuliskan juga satuannya. Kunci: (a) C A0 = 2,03 mol/liter; C B0 = 3,16 mol/liter; (b) k = 0,065 (liter/mol) 2.detik -1 *** Selamat belajar! ***

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) KINETIKA DAN KATALISIS / SEMESTER PENDEK 2009-2010 PRODI TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) Senin, 19 Juli 2010 / Siti Diyar Kholisoh, ST, MT

Lebih terperinci

n Biasa disebut juga sebagai piston flow, ideal n Reaktor ini juga disebut sebagai reaktor alir pipa n Di dalam RAP, fluida mengalir dengan pola

n Biasa disebut juga sebagai piston flow, ideal n Reaktor ini juga disebut sebagai reaktor alir pipa n Di dalam RAP, fluida mengalir dengan pola Kinetika dan Katalisis Semester Gasal 1/11 KINETIK REKSI HOMOGEN SISTEM REKTOR LIR Siti D iyar K holisoh PRODI TEKNIK KIMI - FTI UPN VETERN YOGYKRT Jum at, 3 Desember 1 PENGNTR Klasifikasi sistem reaktor

Lebih terperinci

PENGANTAR. Continuous Stirred Tank Flow Reactor (CSTFR)

PENGANTAR. Continuous Stirred Tank Flow Reactor (CSTFR) Kinetika dan Katalisis Semester Genap / KINETIK REKSI HOMOGEN PD SISTEM REKTOR LIR Siti Diyar Kholisoh PRODI TEKNIK KIMI - TI UPN ETERN YOGYKRT Kamis, 9 Juni PENGNTR Klasifikasi sistem reaktor (secara

Lebih terperinci

4/16/2017. Start-up CSTR A, B Q A, B A, B. I Gusti S. Budiaman, Gunarto, Endang Sulistyawati Siti Diyar Kholisoh. (Levenspiel, 1999, page 84)

4/16/2017. Start-up CSTR A, B Q A, B A, B. I Gusti S. Budiaman, Gunarto, Endang Sulistyawati Siti Diyar Kholisoh. (Levenspiel, 1999, page 84) April 2017 I Gusti S. Budiaman, Gunarto, Endang Sulistyawati Siti Diyar Kholisoh PERANCANGAN REAKTOR (1210323) SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2016-2017 JURUSAN TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA Reaktor

Lebih terperinci

TUTORIAL III REAKTOR

TUTORIAL III REAKTOR TUTORIAL III REAKTOR REAKTOR KIMIA NON KINETIK KINETIK BALANCE EQUILIBRIUM CSTR R. YIELD R. EQUIL R. PLUG R. STOIC R. GIBBS R. BATCH REAKTOR EQUILIBRIUM BASED R-Equil Menghitung berdasarkan kesetimbangan

Lebih terperinci

Dari Neraca Massa A di Reaktor

Dari Neraca Massa A di Reaktor Kinetika dan Katalisis Semester Genap Tahun kademik 010-011 NLISIS & INTERPRETSI DT KINETIK - SISTEM REKTOR BTCH - siti diyar kholisoh PROGRM STUDI TEKNIK KIMI FTI UPN VETERN YOGYKRT Thursday, 19 th May

Lebih terperinci

REAKTOR KIMIA NON KINETIK KINETIK BALANCE R. YIELD R. STOIC EQUILIBRIUM R. EQUIL R. GIBBS CSTR R. PLUG R.BATCH

REAKTOR KIMIA NON KINETIK KINETIK BALANCE R. YIELD R. STOIC EQUILIBRIUM R. EQUIL R. GIBBS CSTR R. PLUG R.BATCH TUTORIAL 3 REAKTOR REAKTOR KIMIA NON KINETIK BALANCE R. YIELD R. STOIC EQUILIBRIUM R. EQUIL R. GIBBS KINETIK CSTR R. PLUG R.BATCH MODEL REAKTOR ASPEN Non Kinetik Kinetik Non kinetik : - Pemodelan Simulasi

Lebih terperinci

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA BANK SOAL SELEKSI MASUK PERGURUAN TINGGI BIDANG KIMIA 1 BAB VI 1. Padatan NH 4 NO 3 diaduk hingga larut selama 77 detik dalam akuades 100 ml sesuai persamaan reaksi berikut: NH 4 NO 2 (s) + H 2 O (l) NH

Lebih terperinci

Perancangan Proses Kimia PERANCANGAN

Perancangan Proses Kimia PERANCANGAN Perancangan Proses Kimia PERANCANGAN SISTEM/ JARINGAN REAKTOR 1 Rancangan Kuliah Section 2 1. Dasar dasar Penggunaan CHEMCAD/HYSYS 2. Perancangan Sistem/jaringan Reaktor 3. Tugas 1 dan Pembahasannya 4.

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi reaksi kimia reversible dan irreversible..

Lebih terperinci

Gambar 7.4 skema trickle bed reactor

Gambar 7.4 skema trickle bed reactor Gambar 7.4 skema trickle bed reactor Gambar 7. 5 Skema Slurry Reactor Gambar 7.6 plug flow reactor yang dirangkai serie Reaktor tersebut dapat saja dioprasikan dalam rangkaian seri atau paralel. Dalam

Lebih terperinci

Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?

Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung? Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Chapter 8 Kinetika Kimia Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?

Lebih terperinci

Perancangan dan Simulasi Reaktor Plug Flow Adiabatis untuk Reaksi Pembuatan 1,3 Butadiena Menggunakan Program Scilab 5.1.1

Perancangan dan Simulasi Reaktor Plug Flow Adiabatis untuk Reaksi Pembuatan 1,3 Butadiena Menggunakan Program Scilab 5.1.1 Perancangan dan Simulasi Reaktor Plug Flow Adiabatis untuk Reaksi Pembuatan 1,3 Butadiena Menggunakan Program Scilab 5.1.1 Disusun Oleh: Sherly Zagita L.N 21030113120023 Farel Abdala 21030113130195 LABORAORIUM

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN TANGKI REAKTOR BIODIESEL

BAB 3 PEMODELAN TANGKI REAKTOR BIODIESEL BAB 3 PEMODELAN TANGKI REAKTOR BIODIESEL 3.1. Proses Reaksi Biodiesel Dari serangkaian proses pembuatan biodiesel, proses yang terpenting adalah proses reaksi biodiesel yang berlangsung di dalam tangki

Lebih terperinci

Kinetika kimia. Shinta Rosalia Dewi

Kinetika kimia. Shinta Rosalia Dewi Kinetika kimia Shinta Rosalia Dewi Pendahuluan Termodinamika Kinetika Reaksi Mekanika fluida Pindah panas neraca massa ekonomi mendesain reaktor kimia Pendahuluan (cont ) Kinetika reaksi adalah studi tentang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Metanol merupakan cairan polar yang dapat bercampur dengan air, alkohol alkohol

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Metanol merupakan cairan polar yang dapat bercampur dengan air, alkohol alkohol BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metanol Metanol merupakan cairan polar yang dapat bercampur dengan air, alkohol alkohol lain seperti, ester, keton, eter, dan sebagian besar pelarut organik. Metanol sedikit

Lebih terperinci

Azas Teknik Kimia I. 2 Sks

Azas Teknik Kimia I. 2 Sks Azas Teknik Kimia I 2 Sks PERSAMAAN KIMIA & STOIKIOMETRI Contoh Persamaan Kimia: C 4 H 8 + 6 O 2 4 CO 2 + 4 H 2 O Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa 1 mol (bukan massa atau volume) butana akan

Lebih terperinci

NME D3 Sperisa Distantina BAB III NERACA MASSA DENGAN REAKSI KIMIA

NME D3 Sperisa Distantina BAB III NERACA MASSA DENGAN REAKSI KIMIA NME D3 Sperisa Distantina 1 BAB III NERACA MASSA DENGAN REAKSI KIMIA Pada kuliah terdahulu telah diberikan contoh kasus neraca massa tanpa reaksi kimia. Berikut ini akan dibahas neraca massa dimana reaksi

Lebih terperinci

Prosiding Matematika ISSN:

Prosiding Matematika ISSN: Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Model Matematika Konsentrasi Zat Pada Reaktor Alir Tangki Berpengaduk yang Disusun Seri Mathematical Model of Concentration of The Substance In CSTR Compiled Series

Lebih terperinci

Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan kondisi kesetimbangan

Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan kondisi kesetimbangan KINETIKA Pendahuluan Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan kondisi kesetimbangan Namun persamaan reaksi tidak dapat menjawab :. Seberapa cepat reaksi berlangsung 2. Bagaimana

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES 10 II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Proses Pembuatan Disodium Fosfat Anhidrat Secara umum pembuatan disodium fosfat anhidrat dapat dilakukan dengan 2 proses berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu

Lebih terperinci

Bab 10 Kinetika Kimia

Bab 10 Kinetika Kimia D e p a r t e m e n K i m i a F M I P A I P B Bab 0 Kinetika Kimia http://chem.fmipa.ipb.ac.id Ikhtisar 2 3 Laju Reaksi Teori dalam Kinetika Kimia 4 Mekanisme Reaksi 5 46 Faktor Penentu Laju Reaksi Enzim

Lebih terperinci

Kinetika Reaksi Kimia dan Reaktor; Teori dan Soal Penyelesaian dengan SCILAB oleh Kusmiyati, S.T., M.T., Ph.D. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU

Kinetika Reaksi Kimia dan Reaktor; Teori dan Soal Penyelesaian dengan SCILAB oleh Kusmiyati, S.T., M.T., Ph.D. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Kinetika Reaksi Kimia dan Reaktor; Teori dan Soal Penyelesaian dengan SCILAB oleh Kusmiyati, S.T., M.T., Ph.D. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398;

Lebih terperinci

KINETIKA KIMIA. SHINTA ROSALIA DEWI

KINETIKA KIMIA. SHINTA ROSALIA DEWI KINETIKA KIMIA. SHINTA ROSALIA DEWI Kinetika kimia Shinta Rosalia Dewi Pendahuluan Kinetika Reaksi Mekanika fluida mendesain reaktor kimia Pindah panas neraca massa ekonomi Termodinamika Pendahuluan (cont

Lebih terperinci

c. Kenaikan suhu akan meningkatkan konversi reaksi. Untuk reaksi transesterifikasi dengan RD. Untuk percobaan dengan bahan baku minyak sawit yang

c. Kenaikan suhu akan meningkatkan konversi reaksi. Untuk reaksi transesterifikasi dengan RD. Untuk percobaan dengan bahan baku minyak sawit yang KESIMPULAN Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Studi eksperimental pembuatan biodiesel dengan Reactive Distillation melalui rute transesterifikasi trigliserida

Lebih terperinci

Pokok Bahasan. Teori tentang asam, basa dan garam Kesetimbangan asam-basa Skala ph Sörensen (Sörensen ph scale) Konstanta keasaman

Pokok Bahasan. Teori tentang asam, basa dan garam Kesetimbangan asam-basa Skala ph Sörensen (Sörensen ph scale) Konstanta keasaman Kesetimbangan Ionik Pokok Bahasan Teori tentang asam, basa dan garam Kesetimbangan asam-basa Skala ph Sörensen (Sörensen ph scale) Konstanta keasaman Teori tentang asam dan basa Arrhenius: Asam: zat yg

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Tritolyl Phosphate dari Cresol dan POCl3 Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Tritolyl Phosphate dari Cresol dan POCl3 Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus melakukan pembangunan di berbagai sektor untuk mengurangi ketergantungan dari negara lain. Menurut Prosiding Simposium Nasional

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA (II) Dr. Ifa Puspasari

TERMODINAMIKA (II) Dr. Ifa Puspasari TERMODINAMIKA (II) Dr. Ifa Puspasari PV Work Irreversible (Pressure External Constant) Kompresi ireversibel: Kerja = Gaya x Jarak perpindahan W = F x l dimana F = P ex x A W = P ex x A x l W = - P ex x

Lebih terperinci

H 2 O (l) H 2 O (g) Kesetimbangan kimia. N 2 O 4 (g) 2NO 2 (g)

H 2 O (l) H 2 O (g) Kesetimbangan kimia. N 2 O 4 (g) 2NO 2 (g) Purwanti Widhy H Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia tercapai jika: Laju reaksi maju dan laju reaksi balik sama besar

Lebih terperinci

MODUL 1 TERMOKIMIA. A. Hukum Pertama Termodinamika. B. Kalor Reaksi

MODUL 1 TERMOKIMIA. A. Hukum Pertama Termodinamika. B. Kalor Reaksi MODUL 1 TERMOKIMIA Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan energi kimia. Sebagai prasyarat untuk mempelajari termokimia, kita harus mengetahui tentang perbedaan kalor (Q)

Lebih terperinci

Teknik Reaksi Kimia Lanjut

Teknik Reaksi Kimia Lanjut UNIVERSITAS INDONESIA Teknik Reaksi Kimia Lanjut Pasca Sarjana Dicka A Rahim [ 110610795 ] Rindang Isnaniar Wisnu Aji [ 1106109043 ] 01 D E P O K P4 5 A Reaksi fase liquid : A + B C Mengikuti persamaan

Lebih terperinci

KINETIKA KIMIA LAJU DAN MEKANISME DALAM REAKSI KIMIA

KINETIKA KIMIA LAJU DAN MEKANISME DALAM REAKSI KIMIA KINETIKA KIMIA LAJU DAN MEKANISME DALAM REAKSI KIMIA Pendahuluan Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan koefisien seimbang Namun persamaan reaksi tidak dapat menjawab 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering dijumpai dalam industri kimia. Pada industri berskala besar, reaktor alir tangki berpengaduk lebih sering

Lebih terperinci

BAB 9. KINETIKA KIMIA

BAB 9. KINETIKA KIMIA BAB 9 BAB 9. KINETIKA KIMIA 9.1 TEORI TUMBUKAN DARI LAJU REAKSI 9.2 TEORI KEADAAN TRANSISI DARI LAJU REAKSI 9.3 HUKUM LAJU REAKSI 9.4 FAKTOR-FAKTOR LAJU REAKSI 9.5 MEKANISME REAKSI 9.6 ENZIM SEBAGAI KATALIS

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku 2.1.1.1. Ethylene Dichloride (EDC) a. Rumus Molekul : b. Berat Molekul : 98,96 g/mol c. Wujud : Cair d. Kemurnian

Lebih terperinci

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA DAN ALAT UKUR REAKTOR KIMIA

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA DAN ALAT UKUR REAKTOR KIMIA MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA DAN ALAT UKUR REAKTOR KIMIA Disusun oleh: Andri Heri K 1314017 Deddy Wahyu Priyatmono 1414904 Defrizal Rizki Pradana 1414909 Ferry Setiawan 1314048 Nungki Merinda Sari 1514030

Lebih terperinci

REAKTOR BATCH Chp. 12 Missen, 1999

REAKTOR BATCH Chp. 12 Missen, 1999 REKTOR BTCH Chp. 12 Missen, 1999 BTCH VERSUS CONTINUOUS OPERTION DESIGN EQUTIONS FOR BTCH RECTOR (BR) Pertimbangan umum t adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk mencapai konversi f 1 sampai f 2 adalah

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN STOIKIOMETRI DAN HUKUM-HUKUM KIMIA Haris Puspito Buwono

KIMIA TERAPAN STOIKIOMETRI DAN HUKUM-HUKUM KIMIA Haris Puspito Buwono KIMIA TERAPAN STOIKIOMETRI DAN HUKUM-HUKUM KIMIA Haris Puspito Buwono Semester Gasal 2012/2013 STOIKIOMETRI 2 STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari komposisi

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara 11 II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara lain : 1. Pembuatan Metil Akrilat dari Asetilena Proses pembuatan metil akrilat adalah

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA BAB V PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA V.I Pendahuluan Pengetahuan proses dibutuhkan untuk memahami perilaku proses agar segala permasalahan proses yang terjadi dapat ditangani dan diselesaikan

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES.1 Jenis-jenis bahan baku dan proses Proses pembuatan VAM dapat dibuat dengan dua proses, yaitu proses asetilen dan proses etilen. 1. Proses Dasar Asetilen Reaksi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI BAB 2 DASAR TEORI Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang diproduksi dari sumber nabati yang dapat diperbaharui untuk digunakan di mesin diesel. Biodiesel mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. A b d u l W a h i d S u r h i m

Kesetimbangan Kimia. A b d u l W a h i d S u r h i m Kesetimbangan Kimia A b d u l W a h i d S u r h i m 2 0 1 4 Rujukan Chapter 12 dan 14: Masterton, William L. and Hurley, Cecile N. 2009. Chemistry: Principles and Reactions. Sixth Edition. Books/Cole.

Lebih terperinci

MODUL LAJU REAKSI. Laju reaksi _ 2013 Page 1

MODUL LAJU REAKSI. Laju reaksi _ 2013 Page 1 MODUL LAJU REAKSI Standar Kompetensi ( SK ) : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Kompetensi

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN 1. Suatu reaksi dikatakan mencapai kesetimbangan apabila. A. laju reaksi ke kiri sama dengan ke kanan B. jumlah koefisien reaksi ruas kiri sama dengan ruas kanan

Lebih terperinci

KAJIAN KERANGKA BERPIKIR

KAJIAN KERANGKA BERPIKIR KAJIAN Materi kimia merupakan salah satu materi essensial yang sebagian besar konsepnya bersifat invisible. Dimulai dengan reaksi searah dan dua arah, keadaan setimbang dinamis, reaksi homogen dan heterogen,

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Bab 4

Kesetimbangan Kimia. Bab 4 Kesetimbangan Kimia Bab 4 Standar Kompetensi 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri Kompetensi

Lebih terperinci

Waktu (t) Gambar 3.1 Grafik hubungan perubahan konsentrasi terhadap waktu

Waktu (t) Gambar 3.1 Grafik hubungan perubahan konsentrasi terhadap waktu 3 LAJU REAKSI Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: Menghitung konsentrasi larutan (molaritas larutan). Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas permukaan,

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROSES. pereaksian sesuai dengan permintaan pasar sehingga layak dijual.

DESKRIPSI PROSES. pereaksian sesuai dengan permintaan pasar sehingga layak dijual. II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses Proses pembuatan Metil Laktat dengan reaksi esterifikasi yang menggunakan bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI LIMBAH PUPUK ZA DENGAN PROSES SODA. Suprihatin, Ambarita R.

KINETIKA REAKSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI LIMBAH PUPUK ZA DENGAN PROSES SODA. Suprihatin, Ambarita R. KINETIKA REAKSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI LIMBAH PUPUK ZA DENGAN PROSES SODA Suprihatin, Ambarita R. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Jawa Timur Jl. Raya Rungkut Madya

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci

STUDI REAKSI POLIMERISASI UREA-FORMALDEHIDA

STUDI REAKSI POLIMERISASI UREA-FORMALDEHIDA STUDI REAKSI POLIMERISASI UREA-FORMALDEHIDA ABSTRAK TESIS Dengan semakin luasnya penggunaan resin urea-formaldehida dalam industri perekat dan barang cetak dewasa ini maka merupakan suatu masalah yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan Absorbtivitas Molar I 3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan dilakukan dengan mereaksikan KI

Lebih terperinci

H 2 O (L) H 2 O (G) KESETIMBANGAN KIMIA. N 2 O 4 (G) 2NO 2 (G)

H 2 O (L) H 2 O (G) KESETIMBANGAN KIMIA. N 2 O 4 (G) 2NO 2 (G) H 2 O (L) H 2 O (G) KESETIMBANGAN KIMIA. N 2 O 4 (G) 2NO 2 (G) Purwanti Widhy H Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Proses Pembuatan Trimetiletilen Secara umum pembuatan trimetiletilen dapat dilakukan dengan 2 proses berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu pembuatan trimetiletilen dari n-butena

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Etil Akrilat dari Asam Akrilat dan Etanol Kapasitas ton/tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. Rumus molekul : C2H5OH

Prarancangan Pabrik Etil Akrilat dari Asam Akrilat dan Etanol Kapasitas ton/tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. Rumus molekul : C2H5OH DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Spesifikasi Bahan Baku Utama a. Etanol Sifat fisis : Rumus molekul : C2H5OH Berat molekul, gr/mol : 46,07 Titik didih, C : 78,32 Titik lebur,

Lebih terperinci

Bioreaktor Sistem Fedbatch & Kontinyu

Bioreaktor Sistem Fedbatch & Kontinyu MATERI KULIAH 5 REKAYASA BIOPROSES Bioreaktor Sistem Fedbatch & Kontinyu Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. Bioreaktor Semi Sinambung (Fedbatch): Untuk bioproses yang memerlukan penambahan aliran cairan ke dalam

Lebih terperinci

V. BIOREAKTOR SISTEM KONTINYU. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menyusun alur proses kontinyu dalam bioreaktor

V. BIOREAKTOR SISTEM KONTINYU. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menyusun alur proses kontinyu dalam bioreaktor V. BIOREAKTOR SISTEM KONTINYU Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menyusun alur proses kontinyu dalam bioreaktor A. Prinsip sistem kontinyu Pada sistem sederhana, enzim terus-menerus dimasukkan

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku tert-butyl alkohol (TBA) Wujud Warna Kemurnian Impuritas : cair : jernih : 99,5% mol : H 2 O

Lebih terperinci

BAB II PEMILIHAN DAN DESKRIPSI PROSES. Paraldehida merupakan senyawa polimer siklik asetaldehida yang

BAB II PEMILIHAN DAN DESKRIPSI PROSES. Paraldehida merupakan senyawa polimer siklik asetaldehida yang BAB II PEMILIHAN DAN DESKRIPSI PROSES A. Macam-macam Proses Paraldehida merupakan senyawa polimer siklik asetaldehida yang dihasilkan dengan mereaksikan katalis asam dengan asetaldehida. Beberapa jenis

Lebih terperinci

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Pertemuan Ke-5 Bioreaktor Sistem Kontinyu. Bioreaktor sistem kontinyu:

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Pertemuan Ke-5 Bioreaktor Sistem Kontinyu. Bioreaktor sistem kontinyu: Rekayasa Bioproses (Kode MKA: 114151462) Pertemuan Ke-5 Bioreaktor Sistem Kontinyu Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. E-mail: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Deskripsi Bioreaktor sistem

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Chapter 9 P N2 O 4. Kesetimbangan akan. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi

Kesetimbangan Kimia. Chapter 9 P N2 O 4. Kesetimbangan akan. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia

Lebih terperinci

KONVERSI KATALITIK GLYCEROL MENJADI ACETOL (HYDROXI-2 PROPANON) Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA

KONVERSI KATALITIK GLYCEROL MENJADI ACETOL (HYDROXI-2 PROPANON) Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA KONVERSI KATALITIK GLYCEROL MENJADI ACETOL (HYDROXI-2 PROPANON) Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA Presentasi Tesis 1 Pebruari 2010 Oleh : Abdul Chalim (NRP. 2307 201 008) Program Magister Jurusan

Lebih terperinci

Abdul Wahid Surhim 2014

Abdul Wahid Surhim 2014 Abdul Wahid Surhim 2014 Kerangka Pembelajaran Persamaan Kimia Pola Reaktivitas Kimia Berat Atom dan Molekul Mol Rumus Empirik dari Analisis Informasi Kuantitatif dari Persamaan yang Disetarakan Membatasi

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis besar,

Lebih terperinci

LAMPIRAN A REAKTOR. = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil. = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin

LAMPIRAN A REAKTOR. = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil. = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin LAMPIRAN A REAKTOR Fungsi = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil Asetat. Jenis = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin Waktu tinggal = 62 menit Tekanan, P Suhu operasi

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia KIM 2 A. PENDAHULUAN B. REAKSI KESETIMBANGAN. α = KESETIMBANGAN KIMIA. materi78.co.nr. setimbang

Kesetimbangan Kimia KIM 2 A. PENDAHULUAN B. REAKSI KESETIMBANGAN. α = KESETIMBANGAN KIMIA. materi78.co.nr. setimbang konsentrasi laju reaksi materi78.co.nr Kesetimbangan Kimia A. PENDAHULUAN Reaksi satu arah (irreversible) atau reaksi tidak dapat balik adalah reaksi yang terjadi pada satu arah, dan produknya tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengolah an Kimia

BAB I PENDAHULUAN. Pengolah an Kimia BAB I PENDAHULUAN Proses kimia terdiri dari tahapan pengolahan, yaitu: pengolahan fisika awal seperti permurnian/purifikasi bahan, perubahan fasa (cair ke uap, uap ke cair, padat ke cair); pengolahan kimia

Lebih terperinci

Gambar 1 Proses Reaksi Kimia

Gambar 1 Proses Reaksi Kimia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Industri kimia, penggunaan reaktor merupakan jantung dari proses kimia untuk mendapatkan produk yang diinginkan. Untuk perancangan reaktor skala industri tersebut,

Lebih terperinci

Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam

Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam sistem pada kesetimbangan Uap mengembun dengan laju

Lebih terperinci

Soal-Soal. Bab 4. Latihan. Laju Reaksi. 1. Madu dengan massa jenis 1,4 gram/ cm 3 mengandung glukosa (M r. 5. Diketahui reaksi:

Soal-Soal. Bab 4. Latihan. Laju Reaksi. 1. Madu dengan massa jenis 1,4 gram/ cm 3 mengandung glukosa (M r. 5. Diketahui reaksi: Bab Laju Reaksi Soal-Soal Latihan. Madu dengan massa jenis, gram/ cm 3 mengandung glukosa (M r = 80) sebanyak 35 % b/b. Kemolaran glukosa dalam madu adalah... 0,8 M (D),7 M,8 M (E) 3,0 M, M. Untuk membuat

Lebih terperinci

Kinetika Reaksi Transesterifikasi Minyak Goreng Bekas

Kinetika Reaksi Transesterifikasi Minyak Goreng Bekas Kinetika Reaksi Transesterifikasi Minyak Goreng Bekas Isalmi Aziz Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta emi_uin@yahoo.co.id Abstrak Biodiesel (metil ester) yang

Lebih terperinci

PERALATAN INDUSTRI KIMIA

PERALATAN INDUSTRI KIMIA PERALATAN INDUSTRI KIMIA (SIZE REDUCTION, STORAGE, REACTOR ) Penyusun: Lely Riawati, ST., MT. Agustina Eunike, ST., MT., MBA. PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling II III Size Reduction

Lebih terperinci

Rekayasa Bioproses. Pertemuan Ke-3. Bioreaktor Sistem Kontinyu

Rekayasa Bioproses. Pertemuan Ke-3. Bioreaktor Sistem Kontinyu Rekayasa Bioproses (Kode MKA: 114151462) Pertemuan Ke-3 Bioreaktor Sistem Kontinyu Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. E-mail: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Teknik Lingkungan- UPN[V]Yk

Lebih terperinci

B T A CH C H R EAC EA T C OR

B T A CH C H R EAC EA T C OR BATCH REACTOR PENDAHULUAN Dalam teknik kimia, Reaktor adalah suatu jantung dari suatu proses kimia. Reaktor kimia merupakan suatu bejana tempat berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan dari reaktor ini tergantung

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, 7 BB II URIN PROSES.. Jenis-Jenis Proses Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, atau phenyl carbinol. Benzil alkohol mempunyai rumus molekul 6 H 5 H OH. Proses pembuatan

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PROSES

BAB II DISKRIPSI PROSES 19 BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pembantu, dan Produk 2.1.1 Spesifikasi bahan baku a. N-Butanol (PT. Petro Oxo Nusantara) Rumus molekul : C4H9OH Fase : Cair Berat Molekul :

Lebih terperinci

TRY OUT SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2010 TIM OLIMPIADE KIMIA INDONESIA 2011 Waktu: 150 Menit PUSAT KLINIK PENDIDIKAN INDONESIA (PKPI) bekerjasama dengan LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SSCIntersolusi

Lebih terperinci

BAB III KESETIMBANGAN KIMIA. AH = 92 kj

BAB III KESETIMBANGAN KIMIA. AH = 92 kj BAB III KESETIMBANGAN KIMIA Amonia (NH 3 ) merupakan salah satu zat kimia yang paling banyak diproduksi. Amonia digunakan terutama untuk membuat pupuk, yaitu urea dan ZA. Penggunaan amonia yang lain, yaitu

Lebih terperinci

kimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran

kimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi kesetimbangan.

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI. Massa molekul relatif suatu zat sama dengan jumlah massa atom relatif atomatom penyusun molekul zat tersebut.

STOIKIOMETRI. Massa molekul relatif suatu zat sama dengan jumlah massa atom relatif atomatom penyusun molekul zat tersebut. STOIKIOMETRI Istilah STOIKIOMETRI berasal dari kata-kata Yunani yaitu Stoicheion (partikel) dan metron (pengukuran). STOIKIOMETRI akhirnya mengacu kepada cara perhitungan dan pengukuran zat serta campuran

Lebih terperinci

HUKUM DASAR KIMIA. 2CUO. 28GRAM NITROGEN 52 GRAM MAGNESIUM NITRIDA 3 MG + N 2 MG 3 N 2

HUKUM DASAR KIMIA. 2CUO. 28GRAM NITROGEN 52 GRAM MAGNESIUM NITRIDA 3 MG + N 2 MG 3 N 2 HUKUM DASAR KIMIA. 2CUO. 28GRAM NITROGEN 52 GRAM MAGNESIUM NITRIDA 3 MG + N 2 MG 3 N 2 HUKUM DASAR KIMIA 1) Hukum Kekekalan Massa ( Hukum Lavoisier ). Yaitu : Dalam sistem tertutup, massa zat sebelum

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES II. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk II... Spesifikasi bahan baku. Epichlorohydrin Rumus Molekul : C 3 H 5 OCl Wujud : Cairan tidak berwarna Sifat : Mudah menguap Kemurnian : 99,9%

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hexamine Hexamine merupakan produk dari reaksi antara amonia dan formalin dengan menghasilkan air sebagai produk samping. 6CH 2 O (l) + 4NH 3(l) (CH 2 ) 6 N 4 + 6H 2 O Gambar

Lebih terperinci

Contoh-contoh reaksi berkatalis padat di dalam industri:

Contoh-contoh reaksi berkatalis padat di dalam industri: SEMESTER GENP THUN KDEMIK 2010/2011 PRODI TEKNIK KIMI FTI UPNVY Kinetika dan Katalisis KINETIK REKSI BERKTLIS PDT Siti Diyar Kholisoh Contoh-contoh reaksi berkatalis padat di dalam industri: Kamis, 23

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 18 3. METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan pekerjaan penelitian yang akan dilakukan mulai dari persiapan alat dan bahan, bahan dan alat uji yang digunakan serta pengolahan data. 3.1 Rancangan Penelitian

Lebih terperinci

Kinetika Kimia dan Mekanisme Reaksi

Kinetika Kimia dan Mekanisme Reaksi Kinetika Kimia dan Mekanisme Reaksi Kinetika Kimia Kinetika kimia adalah ilmu yang mempelajari laju reaksi, atau seberapa cepat proses reaksi berlangsung dalam waktu tertentu. Kinetika kimia menjelaskan

Lebih terperinci

BAB V PERHITUNGAN KIMIA

BAB V PERHITUNGAN KIMIA BAB V PERHITUNGAN KIMIA KOMPETENSI DASAR 2.3 : Menerapkan hukum Gay Lussac dan hukum Avogadro serta konsep mol dalam menyelesaikan perhitungan kimia (stoikiometri ) Indikator : 1. Siswa dapat menghitung

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. : jernih, tidak berwarna

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. : jernih, tidak berwarna BAB II DESKRIPSI PROSES 1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 1.1. Spesifikasi Bahan Baku a. Metanol (www.kaltimmethanol.com) Fase (25 o C, 1 atm) : cair Warna : jernih, tidak berwarna Densitas (25 o C)

Lebih terperinci

TL 2104 PTL TL 2104 PENGANTAR TEKNIK LINGKUNGAN. Prodi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung

TL 2104 PTL TL 2104 PENGANTAR TEKNIK LINGKUNGAN. Prodi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung TL 2104 PENGANTAR TEKNIK LINGKUNGAN Prodi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung Pendahuluan Tugas seorang Environmental Engineer: Desain unit-unit pengolahan

Lebih terperinci

Kinetika Kimia. Abdul Wahid Surhim

Kinetika Kimia. Abdul Wahid Surhim Kinetika Kimia bdul Wahid Surhim 2014 Kerangka Pembelajaran Laju Reaksi Hukum Laju dan Orde Reaksi Hukum Laju Terintegrasi untuk Reaksi Orde Pertama Setengah Reaksi Orde Pertama Reaksi Orde Kedua Laju

Lebih terperinci

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom KIMIA XI SMA 3 S OAL TES SEMESTER I I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!. Elektron dengan bilangan kuantum yang tidak diizinkan n = 3, l = 0, m = 0, s = - / n = 3, l =, m =, s = / c. n = 3, l =, m =

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 %

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 % BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Spesifikasi Bahan Baku a. Metanol (PT. KMI, 2015) Fase : Cair Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85%

Lebih terperinci

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar 1) Mahasiswa memahami Asas Le Chatelier 2) Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi reaksi kesetimbangan dalam dunia industry 3) Mahasiswa

Lebih terperinci

REAKSI KESETIMBANGAN Reaksi dua arah

REAKSI KESETIMBANGAN Reaksi dua arah REAKSI KIMIA REAKSI HABIS Reaksi satu arah REAKSI KESETIMBANGAN Reaksi dua arah REAKSI KIMIA REAKSI Irreversible / reaksi habis / Reaksi tidak dapat balik Reaksi satu arah REAKSI Reversible/ reaksi dapat

Lebih terperinci

TETAPAN PERANCANGAN. Rancang ukuran RDVF yang bisa menjalankan tugas yang diberikan berdasarkan data plate and frame filter tersebut.

TETAPAN PERANCANGAN. Rancang ukuran RDVF yang bisa menjalankan tugas yang diberikan berdasarkan data plate and frame filter tersebut. TETAPAN PERANCANGAN Alat 1 Tetapan 2 Perancangan Alat 2 Tetapan 2 perancangan adalah besaran 2 yang tetap berlaku baik pada alat 1 maupun alat 2, meskipun prosesnya berbeda. Besaran2 ini sangat bermanfaat

Lebih terperinci

Soal Soal Kesetimbangan Kimia. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau produksi ammonia berdasarkan reaksi:

Soal Soal Kesetimbangan Kimia. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau produksi ammonia berdasarkan reaksi: Nama : Fitria Puspita NIM : 1201760 Kelas : Pendidikan Kimia A Soal Soal Kesetimbangan Kimia SBMPTN 2014 Untuk soal no 1-3, bacalah narasi berikut. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau

Lebih terperinci