BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah
|
|
- Agus Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lemak dan minyak adalah trigliserida yang berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak adalah pada temperatur kamar, lemak akan berbentuk padat dan minyak berbentuk cair. Sebagian besar gliserida pada hewan merupakan lemak yang biasa disebut lemak hewani. Sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak dan disebut sebagai minyak nabati. Pohon jarak (Ricinus communis) merupakan salah satu jenis tanaman penghasil nonedible oil. Hasil utama dari pohon jarak adalah bijinya, apabila dikeringkan biji jarak akan menghasilkan minyak jarak. Hidrolisa minyak jarak menjadi asam lemak dan gliserol dilakukan dengan cara memanaskan campuran minyak jarak dan sedikit asam sulfat. Asam lemak yang diperoleh dari hidrolisis suatu minyak atau lemak umumnya mempunyai : rantai karbon panjang dan tidak bercabang. Penggunaan langsung minyak jarak terbatas pada industri genteng, obat-obatan, minyak rem, dan minyak lincir. Diperlukan adanya hidrolisa minyak jarak menjadi asam lemak dan gliserol karena lebih banyak dibutuhkan di industri sehingga dapat meningkatkan penggunaannya. Pemanfaatan dari gliserol yaitu sebagai resin sintetis, getah ester, obat obatan, kosmetik, dan pasta gigi. 1.2 Perumusan Masalah Hidrolisa merupakan pengikatan gugus hidroksil (-OH) oleh suatu senyawa. Gugus (- OH) dapat diperolah dari air. Hidrolisa dapat dilakukan pada minyak nabati seperti minyak jarak. Untuk hidrolisa minyak nabati dapat dilakukan pada tekanan rendah akan tetapi reaksi berlangsung lambat sehingga diperlukan katalisator, misalnya HCl. Hidrolisa minyak jarak menjadi asam lemak dan gliserol dilakukan dengan cara memanaskan campuran minyak jarak dan sedikit asam klorida (HCl) di dalam labu leher tiga. Pemanasan dilakukan sampai suhu yang diinginkan sebelum air dengan suhu yang sama dimasukkan. Pada praktikum ini, akan dilakukan hidrolisa minyak jarak untuk mengetahui pengaruh perbandingan mol pereaktan terhadap konversi, konstanta kecepatan reaksi, dan arah kesetimbangan reaksi yang dihasilkan dari hidrolisa. 1
2 1.3 Tujuan Praktikum Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa mampu menjelaskan mengenai beberapa hal berikut : 1. Pengaruh variabel perbandingan mol pereaktan terhadap konversi hidrolisa minyak jarak (X). 2. Pengaruh variabel perbandingan mol pereaktan terhadap nilai konstanta kecepatan reaksi hidrolisa minyak jarak (k). 3. Pengaruh variabel perbandingan mol pereaktan terhadap arah kesetimbangan reaksi hidrolisa minyak jarak (K). 1.4 Manfaat Praktikum Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa memperoleh manfaat sebagai berikut : 1. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh variabel perbandingan mol pereaktan terhadap konversi hidrolisa minyak jarak (X). 2. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh variabel perbandingan mol pereaktan terhadap nilai konstanta kecepatan reaksi hidrolisa minyak jarak (k). 3. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh variabel perbandingan mol pereaktan terhadap arah kesetimbangan reaksi hidrolisa minyak jarak (K). 2
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hidrolisa Minyak secara Umum Hidrolisa merupakan pengikatan gugus hidroksil (-OH) oleh suatu senyawa. Gugus OH dapat diperoleh dari air. Hidrolisis dapat digolongkan menjadi hidrolisis murni, hidrolisis katalis asam, hidrolisis katalis basa, gabungan alkali dengan air dan hidrolisis dengan katalis enzim. Berdasarkan fase reaksi hidrolisis dikelompokkan menjadi hidrolisis fase cair dan fase uap. Hidrolisa minyak nabati dapat dilakukan pada tekanan rendah akan tetapi reaksinya berlangsung lambat sehingga diperlukan katalisator, misalnya H 2 SO 4. Katalisator tidak diperlukan, jika hidrolisis dilakukan pada tekanan sangat tinggi yaitu 700 psia dan 485 o F (Groggins,1985) dan konversi yang dicapai >90%. Pada proses hidrolisis, air memecah gugus alkil dalam trigliserida minyak menjadi asam lemak dan gliserol. Pada reaksi dengan air reaksi dimungkinkan terjadi pada fase cair dan fase minyak, akan tetapi menurut Lascaray (1949) reaksi pada fase minyaklah yang dominan sehingga kinetika reaksi ditentukan oleh kecepatan difusi air ke dalam fase minyak dan reaksi antara air dan minyak di fase minyak yang dapat disajikan ke dalam persamaan matematik - Kecepatan difusi air ke fase minyak: -r A = k 1a (C A * - C A1 ) mgrek/gminyak/menit (1) Dengan : C A = konsentrasi air di fase minyak yang seimbang dengan konsentrasi air difase air atau C A * = k C A2 C A1 = konsentrasi air di fase minyak, mgrek / g minyak C A2 = konsentrasi air di fase air k 1a = konstanta kecepatan difusi air ke fase minyak, menit -1 - Kecepatan reaksi di fase minyak: r A = r B = k r C A1 C B (2) dengan : C A1 = konsentrasi air di fase minyak C B = konsentrasi minyak / trigliserida 3
4 Untuk mencari langkah yang mengontrol pada kinetika reaksi, disusun neraca massa air dan neraca massa minyak di fase minyak sebagai berikut : Neraca massa air dalam fase minyak : = k 1a (C A * - C A1 ) k r C A1 C B (3) Asumsi : dengan adanya pengadukan, kecepatan transfer massa pada persamaan di atas [k 1a (C A * - C A1 )] dianggap jauh lebih besar daripada kecepatan reaksi kimia [k r C A1 C B ] maka dianggap hanya kecepatan reaksi kimia saja yang menentukan kecepatan reaksi keseluruhan. Neraca massa minyak dalam fase minyak : = k r C A1 C B (4) Bila jumlah air berlebihan dan transfer massa air ke fase minyak sangat cepat, maka fase minyak dianggap selalu jenuh dengan air, maka C A1 = C * A yang bernilai konstan pada suhu tertentu, k 1 C A1 = k sehingga : -r B = -k C B = -k C B = - k (5) ln = - k t (6) dimana : C B0 = banyaknya trigliserida mula mula, mgrek/gr minyak C B = banyaknya trigliserida suatu saat = C B0 banyaknya asam lemak bebas yang terjadi, mgrek/gr minyak Bila X =, maka X = (7) = = (1 X) (8) ln (1-X) = - k t (9) dimana: k = konstanta kecepatan reaksi tingkat satu, j -1 t = waktu reaksi, j 4
5 Nilai konstanta kecepatan reaksi kimia sebagai fungsi suhu dapat dinyatakan dengan persamaan Arrhenius : k = Ae -Ea/RT dimana : k = konstanta kecepatan reaksi, j -1 T = suhu o K R = tetapan gas Ea = energi aktivasi Minyak Jarak Minyak jarak merupakan minyak nabati yang diperoleh dengan cara pemerasan dari tanaman Ricinus communis, kegunaan langsung minyak jarak terbatas pada industry genteng, obat obatan, minyak rem, minyak lincir. Sifat fisik dari minyak jarak adalah cairan tidak berwarna atau berwarna kuning pucat, bau lemak, rasa sedikit menggigit, viscositas tinggi dan bilangan asam akan tinggi sesuai dengan waktu yang ditandai dengan biji rusak dan cara pemerasan yang tidak baik. Sifat kimia dari minyak jarak adalah mengandung 46 53% minyak. Minyak jarak mengandung 80% gliserida, asam asinolat, stearat isoresinolat, dihidroksi stearat dan palmiat. Minyak jarak juga mengandung 20% protein, 0,2 alkaloid piridin beracun, risinin serta enzim lipase minyak jarak mengandung zat toksin risin Hidrolisa Minyak Jarak Hidrolisa minyak jarak menjadi asam asam lemak dan gliserol dilakukan dengan cara memanaskan campuran minyak jarak dan sedikit asam sulfat di dalam sebuah labu leher tiga. Pemanasan dilangsungkan sampai suhu yang diinginkan sebelum air panas dimasukkan. Contoh diambil setiap waktu tertentu (10 menit) untuk dianalisa asam bebasnya, kecepatan hidrolisis terutama ditentukan oleh kecepatan reaksi antara air dan trigliserida di fase minyak. Penggunaan air yang berlebihan memungkinkan fase minyak selalu jenuh dengan air sehingga reaksi hidrolisis bertingkat satu semu terhadap konsentrasi gliserida. 5
6 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hidrolisa Minyak Jarak Suhu Kenaikan suhu akan memperbesar nilai konstanta kecepatan reaksi Suhu yang semakin tinggi akan memperbesar kelarutan air di dalam fase minyak, sehingga makin banyak pula trigliserida yang bereaksi. Menurut Rahayu (1999) hubungan antara konstanta kecepatan reaksi dengan suhu dapat dinyatakan dengan persamaan : k = 1, e -8022/T = 1,2515 e /RT Dengan: k = konstanta kecepatan reaksi T = suhu absolut o K R = tetapan gas = 1,987 cal/gmol o K Katalisator Katalisator yang dipakai dapat berupa enzim atau asam. Katalisator pada percobaan ini dipilih katalisator asam. Semakin banyak katalis asam yang ditambahkan, konversi akan semakin besar demikian juga terhadap konstanta kecepatan reaksinya. Bila katalisator makin banyak, makin banyak pula molekul molekul trigliserida yang teraktifkan. Menurut Rahayu (1999) hubungan antara konstanta kecepatan reaksi (K c ) dengan konsentrasi asam (c) mgmol H 2 SO 4 / grminyak dapat dinyatakan dengan persamaan : K c = 0,14525 c 13 Dengan c = mgmol H 2 SO 4 / grminyak Pencampuran Agar zat dapat saling bertumbukan dengan baik, maka perlu adanya pencampuran. Untuk proses batch, hal ini dapat dicapai dengan bantuan pengaduk. Apabila prosesnya kontinyu maka pengadukan dilakukan dengan cara mengatur aliran dalam reaktor agar terjadi olakan Perbandingan Zat Pereaksi Bila salah satu zat pereaksi berlebihan jumlahnya, maka kesetimbangan dapat bergeser ke sebelah kanan dengan baik, begitu pula sebaliknya, jika produk diambil, maka reaksi akan bergeser ke kanan. 6
7 2.3 Mekanisme Reaksi Hidrolisa Minyak Jarak Hidrolisa adalah suatu proses menggunakan air untuk memecah senyawa. Minyak jarak merupakan trigliserida dari lemak, yang apabila dihidrolisa oleh air akan menghasilkan asam lemak bebas dan gliserin. Dengan rumus bangun seperti Gambar di bawah ini : Gambar 2.1 Mekanisme Reaksi Hidrolisa Trigliserida (Andaka,2008) Mekanisme hidrolisa minyak jarak dengan katalis mengikuti pemecahan ester. Radikal asam lemak bebas dipindahkan dari molekul gliserida, sehingga pemecahan lemak tidak berjalan sempurna. Pemecahan terjadi antara permukaan minyak dan lemak yang merupak reaksi homogen melalui oksidasi air yang dilarutkan dalam fase minyak (Fessenden. 1984:135). 2.4 Pengaruh Surfaktan Pada Hidrolisa Minyak Jarak Pada hidrolisa minyak jarak surfaktan yang digunakan ialah emulsifier berupa sabun. Molekul surfaktan memiliki gugus yang bersifat hidrofilik dan lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran minyak dan air. Molekul yang bersifat hidrofilik (suka air) dan molekul yang bersifat lipofilik (suka minyak). Umumnya bagian nonpolar (lipofilik) merupakan rantai alkil panjang dan bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil. Di dalam molekul surfaktan salah satu gugus harus dominan jumlahnya. Bila gugus polar lebih dominan maka molekul surfaktan akan di absorpsi lebih kuat ke air dibanding minyak. Akibatnya tegangan permukaan menurun sehingga kedua fase mudah menyebar dan menjadi fase kontinyu. Demikian pula sebaliknya bila gugus non polar lebih dominan maka molekul surfaktan akan diabsorpsi lebih kuat oleh minyak dibanding air (Zuhrina,2010). 7
8 BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Rancangan Praktikum Skema Rancangan Percobaan Persiapan Alat dan Bahan Menghitung Densitas Bahan Baku Analisa Kadar Asam Lemak Analisa Kadar Asam Lemak Bebas Hidrolisa Minyak Jarak Gambar 3.1 Diagram alir praktikum hidrolisa minyak jarak Setelah dilakukan praktikum hidrolisa minyak jarak, respon yang diambil berupa kadar asam lemak bebas yang terbentuk sebagai hasil dari hidrolisa minyak jarak, sehingga besar konversi dan konstanta kecepatan reaksi yang dihasilkan dapat ditentukan Variabel Operasi a. Variabel Tetap 1. Basis campuran total : 300 ml 2. Volume Emulsifier : 15 ml 3. Volume Alkohol : 15 ml 4. Konsentrasi NaOH : 0,1 N 5. Konsentrasi HCl : 0,15 N 6. Suhu Titrasi : Suhu Hidrolisa : Interval Waktu : 0 menit, 5 menit, 10 menit, dan 15 menit b. Variabel Berubah Perbandingan mol pereaktan (mol minyak jarak : mol air = 1:8, 1:9, 1:10) 3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan Bahan yang Digunakan a. Minyak Jarak 728,6 ml b. Aquadest Menggunakan H 2 O dari proses Reverse Osmosis (RO) 110,2 ml 8
9 c. Katalis Katalis yang digunakan adalah katalis asam yaitu HCl dengan kemurnian 25% sebanyak 16,2 ml. d. NaOH Menggunakan NaOH teknis berbentuk kristal dan berwarna putih, diproduksi oleh PT.Bratako Chemika sebanyak 2 gram. e. Alkohol Menggunakan etanol dengan kemurnian 96% sebanyak 195 ml. f. Surfaktan Menggunakan Sunlight yang diproduksi PT.Unilever Tbk sebanyak 45 ml. g. Indikator Titrasi Menggunakan PP sebanyak 39 tetes Alat Percobaan a. Labu leher tiga b. Statif c. Klem d. Buret e. Heater, magnetic stirrer f. Termometer g. Pendingin Balik h. Waterbath i. Erlenmeyer 3.3 Gambar Rangkaian Alat Keterangan Alat : 1. Magnetic Stirer dan heater 2. Waterbath 3. Labu leher tiga 4. Termometer 5. Pendingin balik 6. Klem 7. Statif Gambar 3.2 Rangkaian Alat Hidrolisa 9
10 3.4 Prosedur Praktikum Menghitung densitas Densitas Minyak Jarak Timbang picnometer kosong (m 1 ), masukkan minyak jarak kedalam picnometer yang telah diketahui volumenya (V), timbang beratnya (m 2 ). Hitung densitas minyak jarak. ρ = m 2 m 1 V Densitas Katalis Timbang picnometer kosong (m 1 ), masukkan HCl teknis dilaboratorium kedalam picnometer yang telah diketahui volumenya (V), timbang beratnya (m 2 ). Hitung densitas katalis HCl Analisa Kadar Asam Lemak dalam Bahan Baku 1. Masukkan 10 ml minyak jarak ke dalam Erlenmeyer. 2. Menambahkan 15 ml alkohol 96% dan memanaskannya sambil diaduk pada suhu 60 o C. 3. Menambahkan 3 tetes indicator PP dan menitrasi dengan NaOH sampai warna berubah menjadi merah muda. 4. Mencatat kebutuhan titran Hidrolisa Minyak Jarak 1. Memasukkan minyak jarak ke dalam labu leher tiga. 2. Memasukkan katalis HCl 0.15 N ke dalam labu leher tiga. 3. Mengalirkan air pendingin selama proses hidrolisa. 4. Memanaskan campuran tersebut sampai suhu 60 o C kemudian menambahkan aquadest yang telah dipanaskan ke dalam labu leher tiga,dan emulsifier (sabun) 15 ml. 5. Mengambil sampel dalam selang waktu 5 menit untuk dianalisa asam lemak dan asam total selama 15 menit Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas 1. Memasukkan 10 ml minyak jarak yang telah dihidrolisa ke dalam Erlenmeyer 2. Menambahkan alcohol 96% 15 ml dan dipanaskan sambil diaduk pada suhu 60 o C. 3. Menitrasi dengan NaOH : penambahan 3 tetes indicator PP, kemudian dititrasi sampai warna merah muda. Kemudan mencatat kebutuhan titran. 10
11 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perbandingan Mol Pereaktan Minyak Jarak dan Air Terhadap Konversi Hidrolisa Minyak Jarak Hasil percobaan hidrolisa minyak jarak dengan pengaruh variabel perbandingan mol pereaktan minyak jarak dan air terhadap konversi hidrolisa minyak jarak dari seluruh percobaan disajikan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Percobaan Pengaruh Perbandingan Mol Pereaktan Minyak Jarak dan Air Terhadap Konversi Hidrolisa Minyak Jarak Waktu Konversi (X B ), pada perbandingan mol minyak jarak : air (Menit) 1 : 8 1 : 9 1 : ,181 0,200 0,224 0,232 0,184 0,211 0,243 0,245 0,209 0,219 0,227 0,246 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada variabel 1 dengan perbandingan mol pereaktan 1 : 8 ( minyak jarak : air) memiliki konversi yaitu 0,181; 0,2; 0,224; 0,232. Sedangkan pada variabel 2 dengan perbandingan mol pereaktan 1: 9 (minyak jarak : air) memiliki konversi sebesar 0,184; 0,211; 0,243; 0,245 dan pada variabel 3 dengan perbandingan mol pereaktan 1:10 (minyak jarak : mol air) memiliki konversi yaitu 0,209; 0,219; 0,227; 0,246. Dapat dilihat juga bahwa konversi hidrolisa minyak jarak tertinggi yaitu sebesar 0,246, dicapai pada waktu hidrolisa 15 menit dan perbandingan mol pereaktan minyak jarak dan air 1:10. Peningkatan waktu hidrolisa dan konsentrasi air pada proses hidrolisa selalu diikuti oleh peningkatan konversi. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi hidrolisa belum mencapai kesetimbangan termodinamik (Setyopratomo,2012). Selain itu, hasil percobaan juga disajikan dalam bentuk grafik konversi reaksi hidrolisa minyak jarak terhadap waktu hidrolisa pada berbagai perbandingan mol pereaktan minyak jarak dan air. Grafik tersebut disajikan pada gambar
12 Konversi (XB) P Variabel 1 Variabel 2 Variabel Waktu (menit) Gambar 4.1 Hubungan Konversi Hidrolisa Terhadap Waktu Hidrolisa pada Variabel Perbandingan Mol Pereaktan Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa konversi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya waktu hidrolisa dan semakin besar perbandingan mol pereaktan antara minyak jarak dan air. Hal ini dibuktikan dengan hasil percobaan dimana konversi tertinggi yaitu sebesar 0,246 pada waktu hidrolisa 15 menit dan perbandingan mol pereaktan minyak jarak dan air 1:10. Pada reaksi hidolisa umumnya, peningkatan volume air yang ditambahkan seiring dengan penurunan volume minyak jarak menyebabkan konversi asam lemak dan gliserol yang diperoleh semakin besar (Aziz dkk,2013). Proses hidrolisa merupakan proses pengikatan gugus hidroksil (OH - ). Gugus hidroksil dapat diperoleh dari penambahan air. Sehingga konsentrasi air dalam proses hidrolisa sangat berpengaruh terhadap konversi karena mempengaruhi jumlah molekul OH -. Semakin tinggi konsentrasi air dalam proses hidrolisa maka molekul OH - juga semakin banyak sehingga penguraian trigliserida dalam minyak jarak menjadi asam lemak dan gliserol semakin besar yang menyebabkan konversi juga semakin tinggi. Pada variabel 3 memiliki konsentrasi air yang paling tinggi yaitu dengan perbandingan mol minyak jarak dan air sebesar 1:10 sehingga pada variabel 3 jumlah molekul OH - semakin besar dan molekul molekul yang bereaksi juga semakin banyak serta molekul molekul air yang akan memecah trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol juga semakin banyak. Hal inilah yang menyebabkan konversi semakin tinggi (Aziz dkk,2013). 12
13 4.2 Pengaruh Perbandingan Mol Pereaktan Minyak Jarak dan Air Terhadap Nilai Konstanta Kecepatan Reaksi Hidrolisa Minyak Jarak Hasil percobaan hidrolisa minyak jarak dengan pengaruh variabel perbandingan mol pereaktan minyak jarak dan air terhadap nilai konstanta kecepatan reaksi hidrolisa minyak jarak dari seluruh percobaan disajikan pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Percobaan Pengaruh Perbandingan Mol Pereaktan Minyak Jarak dan Air Terhadap Nilai Konstanta Kecepatan Reaksi Hidrolisa Minyak Jarak Waktu (Menit) Nilai Konstanta Kecepatan Reaksi (-ln(1-x B )), pada perbandingan mol minyak jarak : air 1 : 8 1 : 9 1 : ,1996 0,2231 0,2536 0,2639 0,2033 0,2369 0,2783 0,2810 0,2344 0,2471 0,2574 0,2823 k (menit -1 ) 0, , ,03632 Dari tabel di atas dapat diketahui hubungan variabel perbandingan mol pereaktan minyak jarak dan air terhadap nilai konstanta kecepatan reaksi hidrolisa minyak jarak yang dihubungkan dengan nilai ln(1-x B ). Pada variabel 1 dengan perbandingan mol minyak jarak dan air (1 : 8) pada interval waktu 0,5,10,dan 15 menit diperoleh nilai ln(1-x B ) berturut turut adalah sebesar 0,1996; 0,2231; 0,2536; dan 0,2639. Sedangkan pada variabel 2 dengan besar perbandingan mol minyak jarak dan air (1 : 9) maka nilai ln(1-x B ) berturut turut adalah 0,2033; 0,2369; 0,2783; dan 0,2810. Serta pada variabel 3 dengan perbandingan mol minyak jarak dan air sebesar (1 : 10) maka nilai ln(1-x B ) dengan interval waktu yang sama berturut turut adalah 0,2344; 0,2471; 0,2574; dan 0,2823. Dapat dilihat juga bahwa nilai ln(1-x B ) tertinggi yaitu sebesar 0,2823, dicapai pada interval waktu hidrolisa 15 menit dan pada perbandingan mol pereaktan minyak jarak dan air 1:10. Selain itu, hasil percobaan juga disajikan dalam bentuk grafik nilai konstanta kecepatan reaksi hidrolisa minyak jarak (-ln(1-x B )) terhadap waktu hidrolisa pada berbagai perbandingan mol pereaktan minyak jarak dan air. Grafik tersebut disajikan pada gambar
14 -ln(1-xb) P Variabel 1 Variabel 2 Variabel Waktu (menit) Gambar 4.2 Hubungan Nilai Konstanta Kecepatan Reaksi Hidrolisa Terhadap Waktu Hidrolisa pada Variabel Perbandingan Mol Pereaktan Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa nilai konstanta kecepatan reaksi yang dihubungkan dengan nilai ln(1-x B ) semakin meningkat seiring dengan meningkatnya waktu hidrolisa dan semakin besar perbandingan mol pereaktan antara minyak jarak dan air. Hal ini dibuktikan dengan hasil percobaan dimana nilai konstanta kecepatan reaksi tertinggi yaitu sebesar 0,2823 pada waktu hidrolisa 15 menit dan perbandingan mol pereaktan minyak jarak dan air 1:10. Pada umumnya reaksi hidrolisa minyak jarak akan berlangsung cepat jika konsentrasi H 2 O semakin meningkat karena ion ion H + dan OH - semakin banyak untuk menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Sehingga jumlah asam lemak dan gliserol yang terbentuk juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan persamaan konstanta kecepatan reaksi sebagai berikut : dc A dt = k. C A C A C Ao dc A = k dt C A 0 t ln C A C Ao = kt ln C Ao (1 X A ) C Ao = kt ln 1 X A = kt (Levenspiel,1999) Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa besar ln(1-x A ) berbanding lurus dengan besarnya nilai konstanta kecepatan reaksi dan waktu hidrolisa. Semakin besar 14
15 nilai ln(1-x A ) maka nilai konstanta kecepatan reaksi semakin besar dan waktu hidrolisa juga semakin lama. Semakin lama waktu hidrolisa dan semakin banyak mol air yang ditambahkan maka kebutuhan titran NaOH semakin banyak untuk menitrasi asam lemak bebas yang terbentuk. Hal ini sesuai dengan hasil praktikum kami yaitu semakin banyak konsentrasi air yang ditambahkan dan semakin lama waktu hidrolisa maka konversi semakin besar dan nilai konstanta kecepatan reaksi juga semakin besar (Setyopratomo,2012). 4.3 Pengaruh Konstanta Kecepatan Reaksi terhadap Konversi Hidrolisa Minyak Jarak Berdasarkan percobaan yang dilakukan, penggunaan perbandingan mol pereaktan minyak jarak dengan air (1:8) menghasilkan nilai konversi lebih kecil dibandingkan nilai konversi saat perbandingan mol pereaktan (1: 9) dan (1:10). Konversi yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh nilai konstanta laju reaksi. Hal ini dapat dijelaskan dengan rumus di bawah ini : r A = dc A dt = k. C A C A C Ao dc A = k dt C A 0 ln C A C Ao = kt ln C Ao (1 X A ) C Ao t = kt ln 1 X A = kt 1 X A = e kt X A = 1 e kt (Levenspiel,1999) Dari rumus diketahui jika konstanta laju reaksi (k) semakin tinggi, maka konversi (X A ) semakin besar. Pada percobaan yang kami lakukan variabel yang digunakan adalah perbandingan mol pereaktan minyak jarak dengan air. Secara umum semakin tinggi konsentrasi air pada proses hidrolisa maka menyebabkan konversi yang dihasilkan semakin tinggi dan menyebabkan konstanta kecepatan reaksi juga semakin besar (Rahayu,1999). 15
16 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Pada variabel perbandingan mol minyak jarak : mol air (1:10) memiliki konversi yang paling besar. Hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi air maka molekul ion OH - semakin banyak sehingga penguraian trigliserida dalam minyak jarak menjadi asam lemak dan gliserol juga semakin besar. Hal inilah yang menyebabkan konversi semakin besar. 2. Pada variabel perbandingan mol minyak jarak : mol air (1:10) memiliki nilai konstanta kecepatan reaksi yang paling besar. Semakin besar nilai perbandingan mol air dan mol minyak jarak menyebabkan kebutuhan titran NaOH semakin besar karena asam lemak lemak yang terbentuk semakin besar sehingga konversi semakin besar. 3. Nilai konstanta kecepatan reaksi semakin besar dengan bertambahnya nilai konversi suatu reaksi dan waktu hidrolisa yang semakin lama. Hal ini sesuai dengan persamaan X A = 1 e kt. 5.2 Saran 1. Membaca referensi baik dari buku maupun jurnal tentang hidrolisa minyak jarak sebelum melakukan praktikum. 2. Mempelajari proposal hidrolisa minyak jarak agar praktikum dapat berjalan dengan lancer. 3. Mempelajari fenomena fenomena yang terjadi pada hidrolisa minyak jarak dari jurnal maupun sumber referensi lainnya. 16
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Tujuan Percobaan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Lemak dan minyak adalah trigliserida yang berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak adalah pada temperatur kamar, lemak akan berbentuk padat dan
Lebih terperinciPENGARUH SUHU OPERASI TERHADAP KONVERSI, NILAI KONSTANTA KECEPATAN REAKSI (k), dan ARAH KESETIMBANGAN REAKSI (K) PADA HIDROLISA MINYAK JARAK
PENGARUH SUHU OPERASI TERHADAP KONVERSI, NILAI KONSTANTA KECEPATAN REAKSI (k), dan ARAH KESETIMBANGAN REAKSI (K) PADA HIDROLISA MINYAK JARAK Badar Ilham Anggawijaya*), Christine Indira Rinai Pangesti,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Percobaan 1.3. Manfaat Percobaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring sedang berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang perindustrian di Indonesia, beragam industri terus melakukan inovasi dan perkembangan
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN PENELITIAN
BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Merujuk pada hal yang telah dibahas dalam bab I, penelitian ini berbasis pada pembuatan metil ester, yakni reaksi transesterifikasi metanol. Dalam skala laboratorium,
Lebih terperinciGambar 2.1 Reaksi Saponifikasi tripalmitin
I. JUDUL : Kinetika Reaksi Saponifikasi Etil Asetat II. TANGGAL PERCOBAAN : Rabu, 16 November 2011 III. TUJUAN : 1. Untuk memberikan gambaran bahwa reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida adalah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian
14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.
Lebih terperinciBAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:
BAB V METODELOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: 1. Analisa Fisik: A. Volume B. Warna C. Kadar Air D. Rendemen E. Densitas
Lebih terperinciPraktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat
I. Judul Percobaan Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & dalam Suasana Asam Kuat II. Tanggal Percobaan Senin, 8 April 2013 pukul 11.00 14.00 WIB III. Tujuan Percobaan Menentukan orde reaksi
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian
BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Pengertian Minyak dan Lemak 1.1 TUJUAN PERCOBAAN. Untuk menentukan kadar asam lemak bebas dari suatu minyak / lemak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN PERCBAAN Untuk menentukan kadar asam lemak bebas dari suatu minyak / lemak 1.2 DASAR TERI 1.2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini, proses pembuatan monogliserida melibatkan reaksi gliserolisis trigliserida. Sumber dari trigliserida yang digunakan adalah minyak goreng sawit.
Lebih terperinciBAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,
24 BAB III METODA PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,
Lebih terperinciBlanching. Pembuangan sisa kulit ari
BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Kedelai Proses pendahuluan Blanching Pengeringan Pembuangan sisa kulit ari pengepresan 5.1.2 Alat yang Digunakan
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK PANGAN
MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM KINETIKA ESTERIFIKASI (KIS) Disusun oleh: Dr. Megawati Zunita, S.Si., M.Si. Joanna Nadia, S.T., M.Sc. PROGRAM STUDI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2018
Lebih terperinciLAPORAN RESMI PRAKTIKUM PROSES KIMIA. Materi : Hidrolisa Minyak Jarak. Disusun Oleh. Kelompok 8 Selasa
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PROSES KIMIA Materi : Hidrolisa Minyak Jarak Disusun Oleh Kelompok 8 Selasa Anggara Eka P. 21030112120030 Febiani Dwi U. 21030112130083 Rahmat Hidayat 21030112130040 LABORATORIUM
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen
18 BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Wijen Biji Wijen Pembersihan Biji Wijen Pengovenan Pengepresan Pemisahan Minyak biji wijen Bungkil biji wijen
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU Nama NIM Prodi Anggota kelompok Disusun oleh: : Edi Siswanto : H13112071 : Kimia : 1. Alpius Suriadi 2. Gloria Sindora 3. Indri
Lebih terperinciBab III Metode Penelitian
Bab III Metode Penelitian Metode yang akan digunakan untuk pembuatan monogliserida dalam penelitian ini adalah rute gliserolisis trigliserida. Sebagai sumber literatur utama mengacu kepada metoda konvensional
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI
BAB III METODOLOGI III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembutan sabun transparan ialah : III.1.1 ALAT DAN BAHAN A. Alat : a. Kompor Pemanas b. Termometer 100 o C c.
Lebih terperinciESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]
MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] Disusun oleh: Lia Priscilla Dr. Tirto Prakoso Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Kimia Dan Peralatan. 3.1.1. Bahan Kimia. Minyak goreng bekas ini di dapatkan dari minyak hasil penggorengan rumah tangga (MGB 1), bekas warung tenda (MGB 2), dan
Lebih terperincic. Suhu atau Temperatur
Pada laju reaksi terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi. Selain bergantung pada jenis zat yang beraksi laju reaksi dipengaruhi oleh : a. Konsentrasi Pereaksi Pada umumnya jika konsentrasi
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan
BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Tabel 5. Alat yang Digunakan No. Nama Alat Ukuran Jumlah 1. Baskom - 3 2. Nampan - 4 3. Timbangan - 1 4. Beaker glass 100ml,
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA NAMA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C4 07 017 KELOMPOK PROGRAM STUDI JURUSAN : II : PENDIDIKAN KIMIA : PENDIDIKAN MIPA ASISTEN PEMBIMBING
Lebih terperinciBAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif
BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi
Lebih terperinciMETANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR
Jurnal Rekayasa Produk dan Proses Kimia JRPPK 2015,1/ISSN (dalam pengurusan) - Astriana, p.6-10. Berkas: 07-05-2015 Ditelaah: 19-05-2015 DITERIMA: 27-05-2015 Yulia Astriana 1 dan Rizka Afrilia 2 1 Jurusan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap berkesinambungan agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. Penelitian dilakukan di laboratorium
Lebih terperinciREAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK
REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat alat 1. Neraca Analitik Metter Toledo 2. Oven pengering Celcius 3. Botol Timbang Iwaki 4. Desikator 5. Erlenmayer Iwaki 6. Buret Iwaki 7. Pipet Tetes 8. Erlenmayer Tutup
Lebih terperinciSistem tiga komponen
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II KESETIMBANGAN FASA Selasa, 15 April 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha 1112016200028 KELOMPOK 4 1. Fika Rakhmalinda 1112016200005 2. Naryanto 1112016200018 PROGRAM
Lebih terperinciPenelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step)
BAB V METODOLOGI 5.1. Pengujian Kinerja Alat yang digunakan Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step) 1. Menimbang Variabel 1 s.d 5 masing-masing
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya
Lebih terperinciTITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN
TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN I. JUDUL PERCOBAAN : TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN II. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Membuat dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Gliserol dengan nama lain propana-1,2,3-triol, atau gliserin, pada temperatur kamar berbentuk cairan memiliki warna bening seperti air, kental, higroskopis dengan rasa
Lebih terperinciMETODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel
METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sabun Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, (C 17 H 35 COO Na+).Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan melalui kekuatan pengemulsian
Lebih terperinciKINETIKA REAKSI HIDROLISA PATI DARI KULIT NANGKA DENGAN KATALISATOR ASAM CHLORIDA MENGGUNAKAN TANGKI BERPENGADUK
KINETIKA REAKSI HIDROLISA PATI DARI KULIT NANGKA DENGAN KATALISATOR ASAM CHLORIDA MENGGUNAKAN TANGKI BERPENGADUK Indra B.K. 1), Retno D. 2) Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, UPN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan Laboratorium Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA
Lebih terperinciA. Sifat Fisik Kimia Produk
Minyak sawit terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat, C16:0 (jenuh),
Lebih terperincikimia LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN
KTSP & K-13 kimia K e l a s XI LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami konsep molaritas. 2. Memahami definisi dan faktor-faktor
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III.1 Metodologi Seperti yang telah diungkapkan pada Bab I, bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat katalis asam heterogen dari lempung jenis montmorillonite
Lebih terperinciZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO
SKRIPSI TK091383 PEMBUATAN HIDROGEN DARI GLISEROL DENGAN KATALIS KARBON AKTIF DAN Ni/HZSM-5 DENGAN METODE PEMANASAN KONVENSIONAL ZAHRA NURI NADA 2310100031 YUDHO JATI PRASETYO 2310100070 Dosen Pembimbing:
Lebih terperinci1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat
1.1 Latar Belakang Senyawa ester hasil kondensasi dari asam asetat dengan 1-pentanol akan menghasilkan senyawa amil asetat.padahal ester dibentuk dari isomer pentanol yang lain (amil alkohol) atau campuran
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).
Lebih terperinciPenentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah campuran ester dari asam lemak dan gliserol. Lemak dan minyak dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, baik dari tumbuh-tumbuhan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan
16 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di Laboratorium Pengolahan Limbah Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember 2012 sampai Januari 2013. Lokasi penelitian di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :
BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji nyamplung dari cangkangnya
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN PENELITIAN
BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Surfaktan methyl ester sulfonat (MES) dibuat melalui beberapa tahap. Tahapan pembuatan surfaktan MES adalah 1) Sulfonasi ester metil untuk menghasilkan
Lebih terperinciPEMBUATAN BIODIESEL. Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu Tanggal : 27 Oktober 2010
PEMBUATAN BIODIESEL Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu 109096000004 Kelompok : 7 (tujuh) Anggota kelompok : Dita Apriliana Fathonah Nur Anggraini M. Rafi Hudzaifah Tita Lia Purnamasari Tanggal : 27
Lebih terperinciI. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH
Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.
Lebih terperinciBAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN
BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN 5.1. Tujuan Percobaan Memahami reaksi penyabunan 5.2. Tinjauan Pustaka Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserida, kedua istilah ini berarti triester dari
Lebih terperinciKadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu
40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK
LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK PEMBUATAN t - BUTIL KLORIDA NAMA PRAKTIKAN : KARINA PERMATA SARI NPM : 1106066460 PARTNER PRAKTIKAN : FANTY EKA PRATIWI ASISTEN LAB : KAK JOHANNES BION TANGGAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dietil eter merupakan salah satu bahan kimia yang sangat dibutuhkan dalam industri dan salah satu anggota senyawa eter yang mempunyai kegunaan yang sangat penting.
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010
LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN
Lebih terperinciMemiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.
Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan
Lebih terperinciEsterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas
Valensi Vol. 2 No. 2, Mei 2011 (384 388) ISSN : 1978 8193 Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas Isalmi Aziz, Siti Nurbayti, Badrul Ulum Program Studi Kimia FST UIN Syarif Hidayatullah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIKO-KIMIA BIJI DAN MINYAK JARAK PAGAR Biji jarak pagar (Jatropha curcas L.) yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari PT. Rajawali Nusantara Indonesia di daerah
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERCOBAAN. - Heating mantle - - Neraca Analitik Kern. - Erlenmeyer 250 ml pyrex. - Beaker glass 50 ml, 250 ml pyrex. - Statif dan klem -
21 BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat alat - Heating mantle - - Neraca Analitik Kern - Erlenmeyer 250 ml pyrex - Pipet volume 25 ml, 50 ml pyrex - Beaker glass 50 ml, 250 ml pyrex -
Lebih terperinciGambar 7 Desain peralatan penelitian
21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah pemucat bekas yang diperoleh dari Asian Agri Group Jakarta. Bahan bahan kimia yang digunakan adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak
Lebih terperinciKELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR Disusun oleh : 1. Juliana Sari Moelyono 6103008075 2. Hendra Setiawan 6103008098 3. Ivana Halingkar 6103008103 4. Lita Kuncoro 6103008104
Lebih terperinciPENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA
PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA 1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar natrium karbonat dan natrium hidrogen karbonat dengan titrasi
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :
9 BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pembersihan kelapa sawit, kemudian dipanaskan
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI SUSPENSI PATI TERHADAP HIDROLISIS PATI YANG TERKANDUNG DALAM TEPUNG PATI RAJAWALI
PENGARUH KONSENTRASI SUSPENSI PATI TERHADAP HIDROLISIS PATI YANG TERKANDUNG DALAM TEPUNG PATI RAJAWALI Agung Kurnia Yahya, Bernard Timothy, Elfira Rizka Alfarani, Vitra Wahyu Pradana Jurusan Teknik Kimia,
Lebih terperinciPEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI
PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI TUJUAN Mempelajari pengaruh konsentrasi katalisator asam sulfat dalam pembuatan etil asetat melalui reaksi esterifikasi DASAR TEORI Ester diturunkan dari
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katalis Katalis merupakan suatu senyawa yang dapat meningkatkan laju reaksi tetapi tidak terkonsumsi oleh reaksi. Katalis meningkatkan laju reaksi dengan energi aktivasi Gibbs
Lebih terperinciLemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C
Lipid Sifat fisika lipid Berbeda dengan dengan karbohidrat dan dan protein, lipid bukan merupakan merupakan suatu polimer Senyawa organik yang terdapat di alam Tidak larut di dalam air Larut dalam pelarut
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:
BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: Tahap : Tahap Perlakuan Awal ( Pretreatment ) Pada tahap ini, biji pepaya dibersihkan dan dioven pada suhu dan waktu sesuai variabel.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas
Lebih terperinciBAB III RENCANA PENELITIAN
BAB III RENCANA PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Untuk pembuatan MCT yang memenuhi kualitas pangan dari asam lemak dan gliserol maka perlu dilakukan : a. Penelitian keefektifan metode Hartman dkk tentang
Lebih terperinciDATA PENGAMATAN. Volume titran ( ml ) ,5 0,4 0,5 6
DATA PENGAMATAN Data uji gugus karboksil ph Waktu ( menit ) Uji Gugus Karboksil Volume titran ( ml ) 1 2 3 30 0,5 0,4 0,5 6 60 0,3 0,5 0,7 90 0,5 0,6 0,6 120 0,5 0,5 0,6 30 0,5 0,5 0,6 7 60 0,6 0,5 0,7
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan Oleh : Nama : Fanny Siti Khoirunisa NRP : 123020228 Kel / Meja : H / 10 Asisten :
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI
BAB 2 DASAR TEORI Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang diproduksi dari sumber nabati yang dapat diperbaharui untuk digunakan di mesin diesel. Biodiesel mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
Lebih terperinciPERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS
PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS I. Tujuan 1. Menentukan berat molekul senyawa CHCl 3 dan zat unknown X berdasarkan pengukuran massa jenis gas secara eksperimen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mono- dan diasilgliserol merupakan molekul amfifilik, yaitu memiliki gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang lainnya. Mono- dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Percobaan 1.3 Manfaat Percobaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pati dan juga produk turunannya merupakan bahan yang multiguna dan banyak digunakan pada berbagai industri antara lain pada minuman, makanan yang diproses, kertas,
Lebih terperinciINSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA. Pembuatan Produk
Pembuatan Produk I. Pendahuluan Sabun merupakan produk kimia yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pembuatan sabun telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Metode pembuatan sabun pada
Lebih terperinciBABffl METODOLOGIPENELITIAN
BABffl METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Baban dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah CPO {Crude Palm Oil), Iso Propil Alkohol (IPA), indikator phenolpthalein,
Lebih terperinciMetodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Pembuatan larutan buffer menggunakan metode pencampuran antara asam lemah dengan basa konjugasinya. Selanjutnya larutan buffer yang sudah dibuat diuji kemampuannya dalam mempertahankan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014 Di Susun Oleh: Ipa Ida Rosita 1112016200007 Kelompok 2 Widya Kusumaningrum 1112016200005 Nurul mu nisa A. 1112016200008
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)
23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR KECEPATAN REAKSI Disusun Oleh : 1. Achmad Zaimul Khaqqi (132500030) 2. Dinda Kharisma Asmara (132500014) 3. Icha Restu Maulidiah (132500033) 4. Jauharatul Lailiyah (132500053)
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) Minyak nabati (CPO) yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak nabati dengan kandungan FFA rendah yaitu sekitar 1 %. Hal ini diketahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pisang merupakan buah yang tumbuh di daerah-daerah di Indonesia. Menurut data Direktorat Jendral Hortikultura produksi pisang pada tahun 2010 adalah sebanyak 5.755.073
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di
27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di Laboratorium Kimia dan Biokimia, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran
METDE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sebagian besar sumber bahan bakar yang digunakan saat ini adalah bahan bakar fosil. Persediaan sumber bahan bakar fosil semakin menurun dari waktu ke waktu. Hal ini
Lebih terperinciMODUL I Pembuatan Larutan
MODUL I Pembuatan Larutan I. Tujuan percobaan - Membuat larutan dengan metode pelarutan padatan. - Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan larutan yang diperlukan dengan
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. Dalam pelaksanaan percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:
BAB V METODOLOGI 5. Tahap Pelaksanaan Dalam pelaksanaan percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:. Tahap Perlakuan Awal (Pretreatment) Tahap perlakuan awal ini daging kelapa dikeringkan dengan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar dapat diperoleh suatu produk farmasi yang baik.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Suatu zat ada yang dapat larut dalam dua pelarut yang berbeda, dalam pelarut polar dan pelarut non polar. Dalam praktikum ini akan diamati kelarutan suatu zat dalam
Lebih terperinciPerbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan
Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan Tania S. Utami *), Rita Arbianti, Heri Hermansyah, Wiwik H., dan Desti A. Departemen Teknik
Lebih terperinci