PERAN NEGARA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI CALON PASANGAN KAWIN BEDA AGAMA (KBA) DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN NEGARA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI CALON PASANGAN KAWIN BEDA AGAMA (KBA) DI INDONESIA"

Transkripsi

1 PERAN NEGARA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI CALON PASANGAN KAWIN BEDA AGAMA (KBA) DI INDONESIA Kadek Wiwik Indrayanti dan Aloysius R. Entah 1 Abstrak Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak memberikan perlindungan bagi pasangan yang berniat melakukan perkawinan beda agama. Karena Pasal 2 ayat 1 yang paling sering dipakai, bahwa, Perkawinan sah bila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya. Ketentuan ini hanya dapat dilaksanakan manakala kedua mempelai memiliki agama yang sama. Kedua, soal pencatatan perkawinan. Peran pemerintah hanya sebatas melakukan pencatatan nikah. Yang artinya pemerintah hanya mengatur aspek administratif perkawinan. Sehingga ada beberapa cara yang dilakukan pasangan untuk mendapatkan pengesahan perkawinannya: a) meminta penetapan pengadilan, b) perkawinan dilakukan menurut masingmasing agama, c) penundukan sementara pada salah satu hukum agama, dan d) kawin di luar negeri. Selain UU perkawinan ada peraturan yang memberikan kesempatan yaitu Keputusan MA No.1400 K/Pdt/1986 tanggal 20 Januari 1989, menyatakan pasal 60 UU Perkawinan yang dirujuk oleh Kepala KUA dan Pegawai Pencatat Luar Biasa Pencatat Sipil DKI Jakarta untuk menolak perkawinan beda agama adalah keliru. Perkembangan peran negara dalam mencatatkan perkawinan beda agama dalam hal ini KUA dan KDCS. Untuk KUA hanya mau menikahkan dan mencatatkan sepanjanga agamanya sama. Sedangkan KDCS tidak secara seragam melakukan kewajibannya disebabkan adanya perbedaan persepsi atas pertimbangan aturan yang dipakai sebagai dasar hukumnya. Kata kunci: peran negara, kawin beda agama, catatan sipil I. Pendahuluan Dengan semakin berkembangnya teknologi dewasa ini, bentuk dan macam interaksi sosial semakin beragam membuat masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya semakin mudah. Begitu juga dengan pola berpikir yang dirasakan masyarakat semakin meluas dan kompleks. Adanya pertemuan antar nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Salah satu dampak pertemuan lintas budaya menyebabkan terjadinya suatu perkawinan salah satunya adalah perkawinan antar agama. Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir fenomena perkawinan di Indonesia telah keluar dari lingkungan tradisi biasanya. Karena 1 Penulis adalah Staf Pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Merdeka Malang. Alamat kontak: astinaagra@yahoo.com

2 Peran Negara dalam Perlindungan Hukum Bagi Calon KBA, Indrayanti dan Entah 409 para pasangan berasal dari agama yang berbeda dan menentukan pilihan mereka untuk melakukan perkawinan beda agama. Fenomena ini menyisakan pro dan kontra dikalangan masyarakat, apalagi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1979 tentang Perkawinan tidak jelas mengatur atau menolak perkawinan beda agama (KBA). Sementara fenomena perkawinan beda agama di negara-negara Barat seperti Amerika Serikat, Canada dan Australia serta negara lainnya seperti Singapore merupakan hal yang biasa terjadi. Bahkan Singapore dan Australia akhir-akhir ini merupakan negara tujuan bagi masyarakat dunia untuk melaksanakan perkawinan beda agama. Begitu juga fenomena perkawinan beda agama yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat yang sarat dengan pluralisme seperti Indonesia. Perkawinan beda agama (KBA) dewasa ini memang menjadi suatu fenomena yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat dengan pluralisme. 2 Praktek ini telah dilakukan oleh sejumlah pasangan diantaranya pasangan Ahmad Nurcholish (Islam) dengan Ang Mei Yong (Konghucu) pada tahun 2003, dan Deddy Corbusier (Kristen) dengan Karina (Islam) pada tahun Data yang ada menunjukan bahwa jumlah pasangan yang kawin beda agama terus meningkat. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) misalnya, pada tahun 1980, paling tidak terdapat 15 kasus yang kawin beda agama dari 1000 kasus perkawinan yang tercatat. Pada tahun 1990, naik menjadi 18 kasus. 3 Program yang diselenggarakan oleh Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) yaitu program Konseling dan Advokasi Keluarga Harmoni, tercatat sejak , dari seratusan pasangan yang hendak menjalani perkawinan beda agama, 60-an pasangan berhasil kawin dan bertambah tahun berikutnya. Sejak tahun tercatat perkawinan KBA sudah mencapai pasangan. Data tersebut terus meningkat. Namun sayang, keabsahan perkawinan beda agama tidak atau belum diatur secara tegas oleh peraturan perundang-undangan di Indonesia. 4 Pada dasarnya, keabsahan suatu perkawinan diatur di dalam Pasal 2 ayat (1) UUP yaitu apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayannya. Dalam penjelasan pasal 2 ayat (1) dinyatakan bahwa tidak ada perkawinan di luar hukum agamanya dan kepercayaannya itu. Kemudian dalam ayat 2 disebutkan bahwa perkawinan tersebut dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan mengenai pencatatan perkawinan diatur lebih lanjut dengan PP No.Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974(PP No. 9/1975). Apabila perkawinan dilakukan oleh orang Islam maka pencatatan dilakukan oleh pegawai pencatat sebagaimana hal Rusli dan R. Tama, Perkawinan Antar Agama dan Masalahnya, (Bandung: Pionir Jaya, 1986), 3 Abdul Rozak A. Sastra, Pengkajian Hukum Tentang Perkawinan Beda Agama: Perbandingan Beberapa Agama, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2011), hal Mohamad Monib, Kado Cinta Bagi Pasangan Nikah Beda Agama, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), hal. 29.

3 dimaksud dalam UU No. 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk.Sedangkan, bagi mereka yang melangsungkan perkawinan menurut agama dan kepercayaannya di luar agama Islam, maka pencatatan dilakukan pada Kantor Catatan Sipil (Pasal 2 PP No. 9/1975). Melihat substansi yang terkandung di dalam Undang-undang Perkawinan maupun peraturan pelaksanaannya, perkawinan beda agama memang tidak diatur, sehingga banyak penafsiran yang berbeda-beda muncul di kalangan masyarakat umum. Hal tersebut menimbulkan kekosongan hukum terkait dengan keabsahan praktek perkawinan beda agama di Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, Mahkamah Agung (MA) berpendapat bahwa tidaklah dibenarkan kalau karena kekosongan hukum maka kenyataan dan kebutuhan sosial seperti diatas dibiarkan tidak terpecah secara hukum, karena membiarkan masalah tersebut berlarut-larut pasti akan menimbulkan dampak-dampak negatif di segi kehidupan bermasyarakat maupun agama yang berupa penyelundupan-penyelundupan nilai-nilai sosial maupun agama dan atau hukum positif (Keputusan Mahkamah Agung No.1400/1986/1989). Pada umumnya ada empat cara populer yang ditempuh pasangan beda agama agar perkawinannya dapat dilangsungkan dan disahkan di Indonesia 5 yaitu:1) meminta penetapan pengadilan, 2) perkawinan dilakukan menurut masing-masing agama, 3) penundukan sementara pada salah satu hukum agama, dan 4) kawin di luar negeri. Keempat cara tersebut menunjukan seberapa besar peran negara terkait dengan persoalan ini dimana negara kita belum menjamin sepenuhnya kebebasan hak-hak warga negaranya. Peran negara menjadi semakin tidak jelas dengan tidak adanya keseragaman pencatatan yang diterapkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (DKCS) terhadap praktek KBA ini. Ada DKCS yang bersedia mencatat perkawinan beda agama bila menurutnya sah secara agama, namun ada juga DKCS yang tidak bersedia sama sekali melakukan pencatatan, dengan alasan tidak memiliki petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya. Padahal peran negara adalah menjamin kepastian hukum, yang dalam hal ini melakukan pencatatan perkawinan, dimana negara mengatur aspek administratif perkawinan. 6 Sebenarnya agar calon pasangan KBA tidak perlu melakukan perkawinan keluar negeri sebenarnya ada satu cara yang dapat dilakukan yakni dengan pengajukan permohonan ke pengadilan. Karena calon pasangan KBA tidak semua berasal dari strata ekonomi menengah keatas. Apabila kebijakan yang ada di Indonesia masih terus memunculkan persoalan berkaitan dengan perkawinan beda agama, hal tersebut jelas akan berdampak pada kinerja DKCS sebagai aparatur negara yang secara langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dasar hukumapa yang dipakai oleh instansi terkait yang dapat memberikan perlindungan terhadap hak warga 5 Wahyono Darmabrata, Tinjauan Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Beserta Undang-undang dan Peraturan Pelaksanaannya, (Jakarta: Gitama Jaya, 2003), hal Justinus P, Aribowo, Pencatatan Perkawinan Campuran Beda Agama Menurut Hukum Canonic dan Hukum Positif, (Malang: Universitas Merdeka, 2012), hal. 34.

4 Peran Negara dalam Perlindungan Hukum Bagi Calon KBA, Indrayanti dan Entah 411 negara khususnya bagi calon pasangan KBAdi Indonesia.Sementara fenomena KBA semakin meningkat dimasyarakat yang plural ini. Adanya kekosongan hukum dalam Undang-Undang Perkawinandan interpretasi yang beragam terhadap peraturan-peraturan terkait KBA di Indonesia dikalangan aparat, menyebabkan banyak pasangan melakukan upaya lari dari hukum dengan cara-cara yang seharusnya tidak perlu terjadi bila negara berperan lebih tegas. Atas dasar itulah kajian ini ini mencoba menggali beberapa hal, yaitu :1) Bagaimanakah peran negara terhadap pelaksanan teknis perkawinan beda agamadi Indonesia saat ini? 2) Peraturan perundang-undangan dan kebijakan apa saja yang mengatur tentang perkawinan beda agama di Indonesia? Adakah kendala-kendala yang dihadapi olehpara petugas pencatatdalammencatatkan perkawinan beda agama di Indonesia? II. Metode Penelitian Jenis Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris karena mencoba menggali hukum yang dikonsepkan sebagai suatu gejala empirik yang dapat diamati di dalam kehidupan, dalam hal ini peran negara dalam memberikan perlindungan hak-hak bagi calon pasangan KBA. Sumber data yang digunakan ada dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data primer digunakan untuk memperoleh informasilangsung dilapangan dengan pihak pertama. Sedangkan data sekunder data yang berupa peraturan-perundang-undangan yang mengatur perkawinan beda agama di Indonesia dan internasional dan penetapan pengadilan terkait KBA. Metode purposive dipakai untuk menentukan kota yang dipilih untuk diajdikan sampel yakni kota Denpasar dan Bogor. Adapun pengumpulan data primer dilapangan dilakukan (1) pertama menggunakan teknik wawancara dengan menggunakan kuisioner yang bersifat closed dan open ended quisiner. (2) kedua adalah dengan melakukan focus group discussion (FGD), yaitu diskusi kelompok yang lebih terarah untuk mendapatkan informasi lebih mendalam terutama yang berkaitan dengan pengalaman pegawai pencatatan perkawinan serta kebijakan yang dijadikan dasar oleh pengadilan dan DKCS. Setelah data terkumpul maka akan dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif kualiatif, yaitu menggambarkan data atau informasi apa adanya terkait dengan peran negara yang dalam penelitian ini diwakili oleh pengadilan dan DKCS berkaitan dengan peraturan dan kebijakan serta pertimbangan-pertimbangan yang digunakan sebagai dasar dalam memberikan penetapan perkawinan bagi calon pasangan kawin beda agama.

5 III. Hasil Penelitian 1. Perkembangan Peran Negara Terhadap Pelaksanan Teknis Perkawinan Beda Agama di Indonesia Untuk mengetahui perkembangan peran negara dalam memberikan perlindungan terhadap calon pasangan beda agama di Indonesia dapat ditelusuri baik dari peraturan perundang undangan yang ada maupun dari aparat pelaksana dalam hal ini hakim dan DKCS. Dalam kenayataanya ternyata ada fenomenadimana semakin banyak hakim yang menolak memberikan penetapan perkawinan sehingga kasus KBA yang dicatatkan di DKCS jumlahnya semakin sedikit. Padahal jika penetapan perkawianan diperoleh maka itu merupakan salah satu syarat oleh DKCS untuk dapatnya calon KBA dicatat perkawinannya. Penelitian yang bersifat empiris dilakukan di kota Denpasar sebagai berikut: penelitian dilakukan di Pengadilan Negeri Denpasar pada anggal 13 April Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan hakim di Pengadilan Negeri Denpasar sebagai berikut; 7 Ketika ditanya tentang pendapat hakim dengan adanya fenomena perkawinan beda agama di masyarakat, menurut hakim sebaiknya jangan dilakukan. Karena konsep suatu perkawinan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 merupakan: ikatan lahir batin antara dua orang dengan tujuan membentuk keluarga bahagia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Lebih lanjut hakim tersebut menjelaskan yang dimaksud dengan ikatan lahir batin adalah tidak hanya berdasarkan suka sama suka, cinta dan kasih sayang tetapi batin juga harus menyatu. Kalau agamanya berbeda mana bisa dikatakan sebagai ikatan lahir batin? Cinta kasih yang tertinggi adalah menuruti perintah Tuhan. Terkait dengan pertanyaan kenapa Undang-Undang Perkawinan tidak mengatur secara eksplisit tentang perkawinan beda agama? Karena pendapat pembuat undang-undang juga memiliki argumen yang sama dengan hakim merujuk pada Pasal 2 ayat 1 UU Perkawinan. Selanjutnya di Indonesia masalah agama merupakan hal yang sangat prinsipil dalam kehidupan masyarakat. Disamping itu setiap agama di Indonesia telah memberikan aturan tentang perkawinan yang semua merujuk pada perkawinan dengan agama dan keyakinan yang sama antara suami istri. Jika ada hakim memberikan penetapan perkawinan oleh hakim disamping telah memenuhi syarat-syarat formil juga karena keadaan darurat. Disinilah peranan negara memberikan kelonggaran, jalan keluar agar status anaknya mendapatkan perlindungan hukum. Pengajuan permohonan penetapan pengadilan di Pengadilan Negeri Denpasar jumlahnya sangat sedikit. Penetapan yang pernah dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Denpasar dengan Nomor: 136/Pdt.P/2009/ PN.DPS, tanggal 19 Agustus 2009 dengan pemohon Ratu Ayu Isyana 7 Wawancara dengan Hakim Sianturi di Pengadilan Negeri Denpasar 13 April 2015.

6 Peran Negara dalam Perlindungan Hukum Bagi Calon KBA, Indrayanti dan Entah 413 Bagoes Oka. Adapun beberapa pertimbangan yang diberikan oleh hakim Hj. Emmy Herawati, SH sebelum memberikan penetapan, sebagai berikut: a) Menimbang, bahwa pada hari sidang pemohon menyatakan tetap pada permohonannya. b) Menimbang, bahwa pemohon sudah mengajukan surat bukti sebagai berikut: 1) Fotokopi Kutipan akte Kelahiran, 2) fotokopi surat pernyataan dari calon mempelai perempuan, 3) Fotokop Surat Pernyataan dari calon memperlai laki-laki, 4) Fotokopi KTP aatas nama calon mempelai laki-laki dan 6) foto copi KTP Sementara atas nama calon mempelai perempuan. c) Menimbang, bahwa pengajuan surat-surat bukti dari nomor 1sampai 6 sudah sesuai dengan aslinya. d) Menimbang, bahwa selain surat tersebut bukti Pemohon juga mengajukan saksi yang didengar keterangannya dibawah sumpah, yang masing-masing menerangkan sebagai berikut Saksi dari salah satu orang tua calon suami Pemohon dan 2. Saksi dari ibu pemohon. e) Menimbang, bahwa telah didengar pula keterangan dari calon suami Pemohon. Namun dalam Penetapan yang diberikan oleh Pengadilan Negeri Bogor dengan Nomor 527/Pdt/P/2009/PN/Bgr menolak permohonan pemohon untuk memberikan penetapan perkawinan.dalam penetapan ini, hakim memberikan pertimbangan sebagai berikut: a) Pemohon I beragama Islam dan Pemohon II beragama Katolik, b) Pemohon II sudah pernah melakukan perkawinan secara Katolik dan telah bercerai dengan suaminya. c) Menurut agama Islam, perkawinan antara seorang muslim dengan non muslim tidak diperbolehkan dan menurut pandangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernikahan harus tetap berdasarkan al-qur an dan Hadits, seorang Muslin tidak boleh menikah dengan non muslim. d) Pasal 35 huruf a Undang-Undang Administrasi Kependudukan memberikan kemungkinan dicatatkannya perkawinan yang terjadi antara dua orang yang berbeda agama, sedangkan proses terjadinya perkawinan dimaksud dalam Undang-Undang perkawinan dan PP pelaksananya tidak diatur lebih lanjut dalam ketentuan tersebut sehingga hal-hal yang berkaitan dengan proses perkawinan masih mengacu pada kedua peraturan tersebut. e)menurut agama Katolik, apabila mereka telah menikah kemudian bercerai dan kemudian menikah lagi telah melanggar imam Katolik. f) Pemohon II pernah menikah secara Katolik dan sudah bercerai, maka jika ingin menikah lagi maka pernikahan itu tidak dapat diberkati. f) Pasal 2Ayat (1) UU Perkawinan tentang sahnya perkawinan apabila dilakukan menurut tata cara agama yang dianut calon pasangan suami istri pada hakekatnya merupakan ketentuan yang bersentuhan dengan tata cara penyelenggaran perkawinan menurut agama calon suami istri yang secara incasu tidak mungkin dilakukan oleh para pemohon yang memiliki perbedaan agama. g) Hakim menghormati hukum agama yang dianut para pemohon, oleh karena itu permohonan tidak berdasar hukum dan dan tidak dapat dikabulkan. Atas dasar pertimbangan itu semua, hakim menolakpermohonan pemohon untuk melangsungkan perkawinan. Hakim dalam pertimbangan

7 hukumnya menghormati agama yang dianut pemohon. Namun hakim tidak menjelaskan hal apa yang ada di dalam ajaran agama pemohon. khususnya dari sisi agama Pemohon I, yakni Islam. Hakim telah menyinggung soal ajaran agama Katolik yang mengatakan apabila mereka telah menikah kemudian bercerai dan kemudian menikah lagi, itu melanggar imam Katolik dan maka jika ingin menikah lagi, pernikahan itu tidak dapat diberkati. Dalam ajaran Kristen (II Korintus 6: 14-18) perkawinan beda agama memang dilarang. 8 Hal yang sama dilakukan pada tanggal 05 Oktober 2007 pemohon mengajukan surat permohonan dengan perihal ijin menikah kepada Pengadilan Negeri Bogor di bawah Nomor 111/Pdt.P/2007/PN.BGR tanggal 09 Oktober Beberapa hal yang menjadi dasar dan alasanalasan diajukannya permohonannya antara lain: 1) Bahwa setelah beberapa tahun menjalin hubungan, para pemohon memutuskan untuk melangsungkan perkawinan. Walaupun agama yang dianut berbeda. Adapun tuan X beragama Islam dan Nona Y beragama Kristen Katolik, kami menyakini bahwa hal tersebut (perbedaan agama) bukanlah suatu penghalang bagi kami untuk melangsungkan perkawinan, dengan ijin dari pengadilan. 2) Bahwa pemohon Tuan X dan nona Y bersamaan dengan ini hendak mengajukan permohonan izin untuk di catatkan/di daftarkan perkawinannya di catatan sipil kota Bogor. 3) Bahwa untuk memperoleh izin pencatatan atau pendaftaran perkawinan tersebut, diperlukan suatu penetapan dari Pengadilan Negeri setempat, dalam hal ini ialah Pengadilan Negeri Bogor. Persidangan tersebut juga di hadiri oleh Tuan A, Tuan B, dan Tuan C, yang masing-masing bertindak selaku saksi sekaligus sebagai orang tua dari kedua pemohon. Selanjutnya di persidangan, para pemohon telah mengajukan bukti-bukti surat, berupa fotocopy yang telah dibubuhi materai secukupnya dan telah pula dicocokkan dengan bukti aslinya, yaitu: Bukti P-1 Kartu Tanda Penduduk atas Nama Tuan X; Bukti P-2 Kartu Tanda Penduduk atas Nama Nona Y, Bukti P-3 Akta kelahiran No. 156/1975 tertanggal 24 November 1975 atas nama Tuan X ; Bukti P-4 Akta perkawinan tertanggal 20 Maret 1996 Nomor 8/1996; Bukti P-5 Akta perkawinan nomor. 565/1971; Bukti P-6 Kartu Keluarga No /98/01119 tertanggal 08 Mei 2001; Bukti P-7 Kartu Keluarga No tertanggal 20 Desember 2006; Bukti P-8 Akta kelahiran No. 448/1975 tertanggal 24 November 1975 atas nama Nona Y. Selain surat-surat bukti yang di ajukan di atas. Para pemohon di persidangan telah pula menghadirkan paman masing-masing untuk didengar sebagai saksi, yaitu: (1). Tuan A, yang pada pokoknya persidangan memberikan keterangan sebagai berikut: - Bahwa saksi kenal dengan para pemohon, dimana saksi adalah paman dari Nona Y; 8 Hukum online.com, Tanya Jawab Nikah Beda Agama Menurut Hukum Indonesia, 2014.

8 Peran Negara dalam Perlindungan Hukum Bagi Calon KBA, Indrayanti dan Entah Bahwa pemohon Tuan X lahir di Bogor pada tanggal 17 November 1975 dari seorang ayah yang bernama tuan D dan ibu bernama Nona E. (2). Sedangkan Nona Y lahir di Bogor pada tanggal 16 November dari seorang ayah bernama Tuan F dan ibu bernama Nona G; - Bahwa saksi mengetahui kalau diantara para pemohon berkeinginan untuk melangsungkan perkawinan namun antara mereka berbeda keyakinan Agamanya; - Bahwa para pemohon sendiri telah berusaha untuk mengurus perkawinan yang terjadi diantara mereka namun pihak Pencatatan Sipil Kota Bogor menyarankan agar mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Pengadilan Negeri Bogor. - Bahwa diantara para pemohon telah saling mencintai dan tidak ada keberatan dari pihak keluarga masing-masing pemohon untuk merestui hubungan perkawinan dengan tetap mempertahankan status agama masing-masing pemohon; - Bahwa atas keterangan saksi Tuan A para pemohon membenarkan. Tuan B, pada pokoknya persidangan memberikan keterangan sebagai berikut: - Bahwa saksi kenal dengan para pemohon, dimana saksi adalah paman dari Tuan X; - Bahwa pemohon Tuan X lahir di Bogor pada tanggal 17 November 1975 dari seorang ayah yang bernama tuan D dan ibu bernama Nona. Sedangkan Nona Y lahir di Bogor pada tanggal 16 November dari seorang ayah bernama Tuan F dan ibu bernama Nona G; - Bahwa para pemohon telah berpacaran sejak SMA dan itupun mengalami pacaran yang putus nyambung, dan sejak bertemu kembali pada tahun 2007 mereka berniat untuk hidup bersama walaupun tetap memegang teguh kepercayaan masing-masing; - Bahwa pemohon Tuan X pernah bercerita/curhat kepada saksi kalau berpacaran dengan Nona Y sudah saling menyukai dan akan melanjutkan ke jenjang pernikahan akan tetapi mereka berlainan agama dan keyakinan dan ingin tetap mempertahankannya walaupun setelah menikah. - Bahwa saksi ikut campur dalam menangani permasalahan para pemohon tersebut oleh karena saksi dimintai tolong oleh ayah pemohon Tuan X untuk mencari solusi atas keinginan para pemohon tersebut; - Bahwa selanjutnya saksi mencari informasi ke instansi yang terkait dengan hal tersebut dan atas informasi dari kantor Catatan Sipil Kota Bogor kalau untuk mencatat perkawinan lain agamanya tersebut maka solusinya harus meminta penetapan izin pencatatan perkawinan dari Pengadilan Negeri setempat, sehingga para pemohon tersebut; - Bahwa pemohon Tuan X beragama Islam dan Nona Y beragama Katolik; - Bahwa kedua orang tua masing-masing dari para pemohon telah setuju dengan hubungan para pemohon tersebut dan hanya terhalang oleh perbedaan Agama saja;

9 - Bahwa atas keterangan saksi Tuan B para pemohon membenarkan keterangan saksi tersebut. (3). Tuan C, pada pokoknya persidangan memberikan keterangan sebagai berikut: - Bahwa saksi kenal dengan para pemohon, namun tidak ada hubungan saudara maupun pekerjaan dengan mereka; - Bahwa saksi kenal dengan para pemohon pada saat para pemohon ingin mencacatkan perkawinannya di Kantor Catatan Sipil Kota Bogor, dimana saksi bekerja sebagai pegawai di bagian pencatatan perkawinan; - Bahwa dalam pencatatan perkawinan tersebut terdapat permasalahan karena adanya permohonan pencatatan yang berlainan agama; - Bahwa perkawinan yang berlainan Agama di atur dalam Undang- Undang dalam pasal 35 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi kependudukan; - Bahwa selama saksi bekerja di Kantor Catatan Sipil bagian pencatatan perkawinan, selama ini belum pernah terjadi permohonan seperti itu dan biasanya pencatatan perkawinan didahului oleh prosesi perkawinan Agama, namun di Bogor sendiri ada beberapa gereja yang menginginkan pencatatan perkawinan dilakukan terlebih dahulu sebelum prosesi perkawinan Agama. - Bahwa menurut hukum Negara apabila suatu perkawinan tidak di daftarkan atau dicatatkan di Kantor Catatan Sipil maka perkawinan tersebut tidaklah sah, sehingga apabila mempunyai anak maka anaktersebut adalah anak ibu; - Bahwa atas keterangan saksi Tuan C, para pemohon membenarkan keterangan saksi tersebut; Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka para pemohon mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri Bogor yang diantara lain meliputi: 1) Mengabulkan permohonan para pemohon untuk menikah yaitu Tuan X dan Nona Y. 2) Memerintahkan atau memberi kuasa kepada Pegawai Kantor Catatan Sipil Kota Bogor untuk mencatat dan atau mendaftarkan perkawinan atasnama Tuan X dan Nona Y pada buku register yang diperuntukan untukitu.3). Menetapkan biaya yang timbul menurut hukum. Dalam kasus ini yang menjadi dasar pertimbangan hakim adalah: a. Menimbang, bahwa dalam hukum positif yang berlaku di Indonesia hal-halyang berkaitan dengan perkawinan di atur dalam Undang- Undang Nomor 1 tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975, dimana dalam pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 jo pasal 10 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 ditegaskan kalau suatu perkawinan sah apabila dilakukan menurut hukum agama dan Kepercayaannya masing-masing. Ketentuan dalam pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tersebut merupakan ketentuan yang berlaku bagi perkawinan

10 Peran Negara dalam Perlindungan Hukum Bagi Calon KBA, Indrayanti dan Entah 417 antara 2 orang yang sama agamanya. Sehingga terhadap perkawinan diantara 2 orang yang berlainan statusagamanya tidaklah dapat dterapkan berdasarkan ketentuan tersebut (Putusan Mahkamah Agung Nomor 1400 K/ Pdt/ 1986 tanggal 20 Januari 1989). b. Menimbang bahwa perkawinan yang terjadi diantara 2 orang yang berlainan status agamanya hanya diatur dalam penjelasan pasal 35 hurufa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang administrasi kependudukan, dimana dalam penjelasan pasal 35 huruf a ditegaskan kalau yang dimaksud dengan perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan adalah Perkawinan yang dilakukan antar umat yang berbeda agama. Ketentuan tersebut pada dasarnya merupakan ketentuan yang memberikan kemungkinan dicatatkannya perkawinan yang terjadi diantara 2 orang yang berlainan agama setelah adanya penetapan pengadilan tentang hal tersebut, sedangkan terhadap proses terjadinya suatu perkawinan sebagaimana dimasukkan dalam Undang-Undangn Nomor 1 tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tidaklah diatur lebih lanjut dalam ketentuan tersebut. Sehingga terdapat hal-hal yang bekaitan dengan proses terjadinya suatu perkawinan itu sendiri baik tentang sahnya suatu perkawinan, syarat-syarat perkawinan, larangan perkawinan, dan tata cara pelaksanaan perkawinan masih mengacu pada ketentuanketentuan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974; c. Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi tentang hubungan di antara para pemohon sendiri, telah di peroleh suatu pernyataan hukum sebagai berikut: - Bahwa kedua pemohon saling mengenal dan jatuh cinta sejak mereka duduk di bangku SMA, namun hubungan mereka mengalami pasang surut mengingat adanya perbedaan agama antar para pemohon. - Bahwa kedua orang pemohon sudah merestui rencana hubungan mereka untuk menuju kejenjang perkawinan dengan tidak lagi atau mengindahkan prosesi perkawinan menurut keyakinan Agama mereka masing-masing. - Bahwa pemohon telah berusaha untuk mencatatkan perkawinan mereka ke kantor Catatan Sipil kota namun pihak kantor catatan sipil menghendaki adanya penetapan dari pengadilan untuk mengizinkan kantor catatan sipil mencatat perkawinan antara mereka; Menimbang, bahwa berdasarkan atas uraian-uraian pertimbangan sebelumnya dan dengan memperhatikan fakta-fakta hukum tersebut diatas, maka Pengadilan Negeri berpendapat sebagai berikut: 1. Bahwa dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tidak diatur kalau suatu perkawinan yang terjadi diantara calon suami dan calon isteri yang memiliki keyakinan agama berbeda merupakan larangan

11 perkawinan atau dengan kata lain Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tidaklah melarang terjadinya perkawinan diantara mereka yang berbeda agama; 2. Bahwa selain itu berdasarkan pasal 28B ayat (1) perubahan kedua UUD 1945 ditegaskan bahwa setiap orang berhak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. ketentuan inipun sejalan dengan pasal 29 UUD 1945 tentang di jaminnya oleh Negara kemerdekaan bagi setiap Warga Negara untuk memeluk agamanya masing-masing; 3. Bahwa berdasarkan keterangan para saksi telah memperoleh faktafakta hukum kalau para pemohon sendiri sudah saling mencintai dan bersepakat untuk melanjutkan hubungan mereka ketingkat perkawinan, dimana keinginan mereka tersebut telah mendapat restu dari kedua orang tua mereka masing-masing 4. Bahwa oleh karena pada dasarnya keinginan para pemohon untuk melangsungkan perkawinan tidaklah merupakan larangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974, dan mengingat pembentukan suatu rumah tangga melalui perkawinan adalah merupakan Hak Asasi Para pemohon sebagai Warga Negara serta Hak Asasi para pemohon untuk tetap mempertahankan Agamanya masing-masing, maka ketentuan dalam pasal 2 ayat (1) Undang- Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang sahnya suatu perkawinan apabila dilakukan menurut tata cara agama atau kepercayaan yang di anut oleh calon pasangan suami isteri yang in casu hal ini tidak mungkin dilakukan oleh para pemohon yang memiliki perbedaan agama; 5. Bahwa tentang tata cara perkawinan menurut Agama dan Kepercayaan yang tidak mungkin dilakukan oleh para pemohon karena adanya perbedaan agama, maka ketentuan dalam pasal 10 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 memberikan kemungkinan dapat dilaksanakannya perkawinan tersebut, dimana dalam ketentuan pasal 10 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 ditegaskan dengan mengindahkan tata cara perkawinan menurut masing-masing hukum Agamanya dan Kepercayaannya itu, perkawinan dilaksanakan dihadapan Pegawai Pencatat dengan dihadiri 2 (dua) orang saksi. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang didukung fakta-fakta yang benar, Hakim akhirnya menetapkan sebagai berikut: 1) Mengabulkan permohonan para pemohon tersebut; 2) Memerintahkan kepada Pegawai Pencatat Perkawinan pada Catatan Sipil Kota Bogor segera setelah menerima Salinan Penetapan ini untuk mencatat perkawinan di peruntukkan untuk itu setelah dipenuhi syarat- syarat perkawinan menurut Undang-Undang;

12 Peran Negara dalam Perlindungan Hukum Bagi Calon KBA, Indrayanti dan Entah 419 3) Menghukum para Pemohon untuk membayar biaya yang timbul akibat perkara ini yang hingga kini di taksir sebesar Rp ,- (seratus dua puluh Sembilan ribu rupiah). 2. Peraturan Perundang-undangan dan Kebijakan yang Mengatur tentang Perkawinan Beda Agama di Indonesia a. Peraturan tentang Perkawinan Campuran (Ordonansi Perkawinan Campuran Stb.1989 Nomor 158 /Regeling op de gemengde Huweliyken (GHR). Menurut ketentuan GHR yang dimaksud dengan perkawinan campuran menurut ketentuan Pasal 1 adalah: perkawinan antar orang orang di Indonesia yang tunduk pada hukum-hukum yang berlainan. Dan adalam Pasal 7 ayat (2) dinyatakan bahwa: Perbedaan agama, bangsa atau asal usul itu sama sekali bukanlah menjadi halangan untuk perkawinan itu. b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Perkawinan di Indonesia diatur melalui Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Beberapa pasal akan dideskripsiskan dibawah ini untuk mendapatkan pemahaman tentang perkawinan beda agama. Ketentuan Pasal 2 ayat 1 adalah yang paling sering dikutip untuk menegaskan sifat keagamaan dari sebuah perkawinan. Dalam pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa, Perkawinan sah bila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya. Penjelasan pasal 2 UU perkawinan ini menegaskan lagi, Tidak ada perkawinan di luar hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu, sesuai dengan UUD Dalam pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan pasal 2 ayat 2 Undang-undang ini dimana peran pemerintah sebatas melakukan pencatatan nikah. Artinya, pemerintah hanya mengatur aspek administratif perkawinan. Definisi perkawinan agama menurut Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan diatur dalam pasal 57 yang menyatakan bahwa dimaksud dengan perkawinan campuran dalam undang-undang ini adalah perkawinan antar dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia. Jadi secara jelas bahwa Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak mengatur perkawinan beda agama. Kalau dicermati bunyi pasal 57 diatas yang dimaksud dengan perkawinan campuran hanya perkawinan antar kewarganegaraan (beda warga negara). Sedangkan perkawinan antar agama dalam UU

13 Perkawinan tidak secara jelas melarang atau mengizinkan, sehingga ada beragam penafsiran. Selanjutnya ketentuan Pasal 66 dinyatakan: Untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan berdasarkan atas Undang-undang ini, maka dengan berlakunya Undang-undang ini ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek), Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen (Huwelijks Ordonantie Christen Indonesiers S No. 74), Peraturan Perkawinan Campuran (Regeling op de gemengde Huwelijken S No. 158), dan peraturan-peraturan lain yang mengatur tentang perakwinan sejauh telah diatur dalam Undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku lagi. Kalau Pasal 66 Undang-undang nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dihubungkan dengan ketentuan paasal 7 ayat (2) Peraturan tentang Perkawinan Campuran (Ordonansi Perkawinan Campuran Stb.1989 Nomor 158/Regeling op de gemengde Huweliyken (GHR), sepanjang sudah diatur didalam UU Perkawinan maka peraturan peraturan yang lainnya tidak berlaku lagi. Terkait dengan perkawinan antar agama, UU Perkawinan tidak menngatur secara jelas atau melarang, namun dalam GHR secara jelas mengatakan perkawinan antar agama tidak dilarang. c. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Di dalam pasal 10 ayat 1 disebutkan bahwa setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Dalam ayat 2 disebutkan bahwa perkawinan yang sah hanya dapat berlangsung atas kehendak bebas calon suami dan calon istri yang bersangkutan, sesuai dengan ketentuan perundangundangan. Sebenarnya dalam Undang Undang Hak Asasi Manusia tidak mencantumkan bahwa keabsahan suatu perkawinan dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan keyakinannya, tetapi atas kehendak bebas calon suami istri. Kehendak bebas disini berarti urusan bertemunya dua jiwa yang dilandasi dengan cinta kasih tanpa memepertimbangkan agam calon mempelai. Tetapi jika dibaca seluruh redaksi pasal 10 ayat 2 dari Undang undang HAM tersebut ternyatadisebutkan bahwa perkawinan yang sah hanya dapat berlangsung atas kehendak bebas calon suami dan calon istri yang bersangkutan, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Kalimat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan menimbulkan kerancuan perundang-undangan yang mana? Jika harus sesuai dengan ketentuan sahnya perkawinan menurut UU Perkawinan maka jelas calon mempelai tidak bisa memegang teguh keyakinannya.

14 Peran Negara dalam Perlindungan Hukum Bagi Calon KBA, Indrayanti dan Entah 421 Untuk dapat mereka melangsungkan perkawinan di Indonesia harus salah satu pasangan masuk keagama pasangannya. Jadi Undang-Undang HAM yang diharapkan dapat memberikan perlindungan yang mendasar dibidang kebebasan memeluk agama dan keyakinan masih bermata dua. Dengan kata lain Undang Undang Nomor 39 Tahun 1998 belum sesuai dengan rohnya sebagai undang-undang yang yang memperjuangkan hak asasi khususnya dalam kasus kawin beda agama. Hanya memberikan tambahan kata kehendak bebas tapi ujunganya kehendak bebas itu harus sesuai dengan peraturan perundangan. Kalau diartikan sesuai dengan Undang Undang Perkawinan maka kata kehendak bebas itu menjadi bukan kehendak bebas lagi. d. Keputusan Mahkamah Agung (MA) No.1400/1986/1989 Keputusan MA No.1400 K/Pdt/1986 tanggal 20 Januari 1989, menyatakan pasal 60 UU Perkawinan yang dirujuk oleh Kepala KUA dan Pegawai Pencatat Luar Biasa Pencatat Sipil DKI Jakarta untuk menolak perkawinan beda agama adalah keliru. Pasal 60 menurut Keputusan MA haruslah dihubungkan dengan pasal 57, 58 dan 59 Undang-Undang Perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan karena perbedaan kewarganegaraan (perkawinan campuran). Undang-undang Perkawinan tidak memuat suatu ketentuan apapun yang menyebutkan bahwa perbedaan agama antara calon suami dan calon istri merupakan larangan perkawinan. MA berpendapat bahwa tidaklah dibenarkan kalau karena kekosongan hukum, maka kenyataan dan kebutuhan sosial seperti diatas dibiarkan tidak terselesaikan secara hukum. Karena membiarkan masalah tersebut berlarut-larut pasti akan menimbulkan dampakdampak negatif di segi kehidupan bermasyarakat maupun agama. Keputusan MA disini menunjukkan rasa keadilan yang lebih diutamakan, dengan mempertimbangkan pluralisme masyarakat Indonesia yang kedepannya tidak dapat dibendung apalagi peraturan yang mengatur tentang perkawinan beda agama tidak jelas sehingga penafsiran yang diberikan beragam. e. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2006tentang Administrasi Kependudukan. Adanya perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 kedalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 yang menyatakan ada beberapa perubahan. Tetapi khusus pasal yang mengatur tentang pencatatan perkawinan beda agama tidak berubah. Dalam ketentuan Pasal 35 menyatakan bahwa Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 berlaku pula

15 bagi: a) Perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan; dan b) Perkawinan Warga Negara Asing yang dilakukan di Indonesia atas permintaan Warga Negara Asing yang bersangkutan. Lebih lanjut dalam ketentuan Pasal 36: Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Perkawinan, pencatatan perkawinan dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan. Paragraf 2: Pencatatan Perkawinan di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya dalam Pasal 37 (1) Perkawinan Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan pada Perwakilan Republik Indonesia. (2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan pencatatan perkawinan bagi Orang Asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik Indonesia setempat. (3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwaperkawinan dalam Register Akta Perkawinan dan menerbitkan Kutipan Akta Perkawinan. (4) Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sdilaporkan olehyang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya. perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Perkawinan, pencatatan perkawinan 3. Peraturan Internasional yang mengatur tentang Perkawinan Antar Agama a. Universal Delaration of Human Rights ( DUHAM) 1948 Didalam Pasal 16 ayat (1) disebutkan bahwa, laki-laki dan perempuan dewasa dengan tidak dibatasi kebangsaan, kewarganegaraan atau agama berhak untuk menikah dan membentuk keluarga. Mereka mempunyai hak yang sama dalam perkawianan, didalam masa perkawianan, dan dikala perceraian. Didalam ayat (2) disebutkan bahwa: Perkawinan hanya dapat dilaksanakan berdasarkan pilihan bebas dan persetujuan penuh oleh kedua mempelai. Pengertian yang diberikan DUHAM 1948 terkait dengan perkawinan adalah memberikan kebebasan penuh bagi setiap orang yang sudah dewasa untuk melangsungkan perkawinan atas pilihan sendiri tanpa membedakan kebangsaan, kewarganegaraan dan agama. b. International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) 1966 Didalam Pasal 18 ayat (1) meneyebutkan bahwa: Setiap orang berhak atas kebebasan berpikir, keyakinan dan beragama. Hak ini mencakup kebebasan untuk menetapkan agama atau kepercayaan atas pilihannya sendiri, dan kebebasan baik secara sendiri maupun

16 Peran Negara dalam Perlindungan Hukum Bagi Calon KBA, Indrayanti dan Entah 423 bersama-sama dengan orang lain, baik ditempat umum/tertutup, untuk menjalankan agama dan kepercayaannya. ICCPR telah Diratifikasi melalui undang-undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Konvenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik. c. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW) Pada Pasal 16 menyatakan bahwa terhadap Hak yang sama untuk secara bebas memilih seorang istri/suami dan untuk mengikatkan diri dalam perkawinannya hanya dengan persetujuan mereka sendiri secara bebas dan penuh. CEDAW sendiri telah diratifikasi Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 pada tanggal 24 Juli Dasar Peraturan-peraturan dan Kebijakan yang Dipakai oleh DKCS untuk Mencatatkan Perkawinan Beda Agama Dasar peraturan yang dipakai oleh DKCS dalam bertugas khusus dalam mencatatankan perkawinan beda agama adalah undang-undang Nomor 24 Tahun 2013 yang menggantikan Undang-Undang Nomor 23 Tahun Dimana dalam Pasal 35 ayat (a) dinyatakan bahwa Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 berlaku pula bagi: a) Perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan; dan b) Perkawinan Warga Negara Asing yang dilakukan di Indonesia atas permintaan Warga Negara Asing yang bersangkutan. Jadi dasar rujukan yang dipakai adalah penetapan pengadilan. Disamping itu DKCS yang memiliki wewenang untuk mencatatakan perkawinan beda agama di Indonesia berdasarkan domisili sesuai dengan KTP bukan berdasarkan dimana kejadian perkawinan itu. Sedangkan di KDCS Jogyakarta menunjukkan bahwa KDCS belum pernah mencatatkan perkawinan beda agama baik yang berasal dari perkawinan diluar negeri maupun dari penetapan pengadilan. Menurut keterangan yang diberikan oleh bapak Utoro dari Kantor Dinas Catatan Sipil Jogyakarta ada kendala dipengadilan dalam memberikan penetapan. Hal itu disebabkan adanya persepsi dikalangan para hakim bahwa pengadilan bukanlah institusi yang berwenang menikahkan calon pasangan beda agama. 9 9 Wawancara dengan Bapak Kuncoro DKCS Jogyakarta pd tanggal 25 Mei 2015.

17 a. Kendala-kendala yang dihadapi oleh pegawai pencatat dalam mencatakan perkawinan beda agama Tidak ada kendala yang dihadapi oleh pegawai pencatat karena dasar hukum yang dipakai sudah jelas yaitu Undang-Undang Nomor 24 tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan. Ketika ditanya pendapat pegawai catatan sipil tentang fenomena perkawinan beda agamabagaimana bisa negara mengatur hal-hal yang bersifat batin. Peran DKCS adalah sekedar mencatatkan bukan mengesahkan. Jika calon mempelai hendak mengajukan syarat-syarat untuk dicatatkan pekawinannya (untuk memperoleh akte), DKCS tidak mensyaratkan adanya surat rekomendasi ritual dari pemuka agama, cukup surat penetapan pengadilan dan bagi yang kawin diluar negeri cukup membawa surat kawin dari luar negeri kemudian dicatatatkan. 10 VIII. Pembahasan Berkaitan dengan peran negara dalam memberikan perlindungan hukum bagi calon pasangan kawin beda agama di Indonesia, dasar hukum yang dipakai sebenarnya sudah ada. Walau didalam Undang-Undang Nomor 1Tahun 1974 tentang Pekawinan itu sendiri terdapat kekosongan hukum. Akibatnya beberapa cara yang dapat dilakukan oleh calon pasangan yang ingin kawin tetapi tetap memegang teguh keyakinannya yaitu dengan 1) kawin diluar negeri dan setelah kembali ke Indonesia dapat dicatatkan. 2) meminta penetapan pengadilan, 3) perkawinan dilakukan menurut masing-masing agama, 4) penundukan sementara pada salah satu hukum agama. Bagi calon pasangan yang tingkat ekonominya mampu maka mereka dapat kawin ke luar negeri dan bagi yang tidak sebenarnya ada upaya hukum yang dapat dilakukan oleh calon pasangan KBA dengan mengajukan permohonan penetapan pengadilan, sehingga mereka dapat memperoleh akte perkawinan. Namun dalam realitasnya kebanyakan calon pasangan KBA memilih cara yang merak anggap mudah tidak berbelit belit yakni dengan cara salah satu pasangan menundukkan diri pada agama pasangannya dan setelah akte perkawinan diperoleh dalam kehidupan sehari-hari mereka tetap pada agama dan keyakinan masing-masing. Hal ini yang banyak dilakukan karena lebih praktis ketimbang cara yang lain dan bahkan ada indikasi dipersulit dipersulit. Setelah menyimak pertimbangan yang diberikan oleh hakim ada yang menolak dan mengabulkan permohonan calon pasangan KBA karena adanya beragam persepsi dikalangan hakim dan masyarakat berkaitan dengan perkawinan beda agama. Ada tiga persepsi terhadap hal itu yakni pendapat pertama; mengatakan bahwa perkawinan beda agama dilarang karena, perkawinan antaragama merupakan pelanggaran terhadap UU Perkawinan 10 Wawancara dengan Kabid DKCS Kota Denpasar April 2015.

18 Peran Negara dalam Perlindungan Hukum Bagi Calon KBA, Indrayanti dan Entah 425 berdasarkan Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 8 huruf f yang tegas menyatakan hal itu. Ditambah dengan adanya pendapat lainya bahwa setiap agama di Indonesia mencegah terjadinya perkawinan antaragama, minimal tidak menyenangani perkawinan antaragama. Pendapat Kedua; perkawinan antaragama adalah sah, dan oleh karena itu dapat dilangsungkan, karena perkawinan tersebut masuk dalam perkawinan campuran. Titik berat Pasal 57 UU Perkawinan mengenai perkawinan campuran terletak pada dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan. Pasal ini, menurut pandangan kedua, bukan hanya mengenai kawin antar negara, tetapi juga perkawinan antar agama. Pandangan Ketiga; menyatakan bahwa UU Perkawinan sama sekali tidak mengatur perkawinan antaragama. Berdasarkan pandangan ini, dan dengan merujuk pada Pasal 66 UU Perkawinan, peraturan lama bisa diberlakukan. Namun pengertian perkawinan campuran yang diatur dalam GHR dianggap tidak dapat diberlakukan lagi karena UU Perkawinan sudah mengatur perkawinan campuran hanya sifatnya terbatas. Pengadilan Negeri Denpasar pernah memberikan penetapan perkawinan bagi pemohon, akan tetapi sejak saat itu tidak pernah lagi ada pengajuan permohonan penetapan perkawinan beda agama. Penetapan yang pernah dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Denpasar Nomor: 136/Pdt.P/2009/ PN.DPS, tanggal 19 Agustus Sebaliknya pada tahun 2011 Pengadilan Negeri Denpasar menolak memberikan penetapan dengan alasan status agama anak anak nantinya. Ini berarti hakim didalam memberikan pandangannya sudah masuk keranah keyakinan anak-anak calon pasangan KBA yang sebenarnya merupakan urusan kedua orang tua mereka. Hakim hanya berperan sebatas memberikan atau menolak permohonan penetapan perkawinan. Pertimbangan yang diberikan hakim terhadap permohonan diatas tentunya tidak sesuai dengan keputusan Mahkamah Agung dan konsep perlindungan hak asasi manusia.alasan penolakan ini diperjelas dengan wawancara yang dilakukan dengan hakim di Pengadilan Negeri Denpasar yang memiliki persepsi kalau bisa jangan beda agama. Dasar yang dipakai adalah keabsahan perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang secara norma tidak mengatur perkawinan beda agama. Dalam kasus KBA di Indonesia, seorang hakim tidak salah memberikan putusan yang merujuk pada norma karena paradigma sebagai ilmu hukum namun jangan lupa pula hakim hendaknya berpikir lebih progresif dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat sehingga alih-alih berpijak pada norma rasa keadilan terabaikan. Bukankah tujuan hukum itu dibuat yang utama adalah untuk menciptakan? Selanjutnya, Pengadilan Negeri Bogor di bawah Nomor 111/Pdt.P/2007/PN.BGR tanggal 09 Oktober Berdasarkan pertimbanganpertimbangan yang didukung fakta-fakta yang benar, Hakim akhirnya mengabulkan permohonan para pemohon tersebut. Akan tetapi dasar pertimbangan Penetapan Pengadilan Negeri Bogor Nomor 527/Pdt/P/2009/PN/Bgr: menunjukkan Penetapan ini menolak permohonan pemohon. Seharusnya sebelum memberikan penetapan hakim juga mengkaji

19 aspek hukum Islam bagi laki-laki muslim (pemohon I), hakim hanya memperhatikan aspek agama dari pihak calon mempelai wanita, yaitu Katolik. yang mengatakan apabila mereka telah menikah kemudian bercerai dan kemudian menikah lagi, itu melanggar imam Katolik dan maka jika ingin menikah lagi, pernikahan itu tidak dapat diberkati. Dalam ajaran Kristen (II Korintus 6: 14-18) perkawinan beda agama memang dilarang. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang diberikan terhadap penetapan perkawinan yang ditolak karena hakim hanya mempertimbangkan nilai-nilai yang dianut oleh calon pasangan KBA yang sejak awal memang sudah berbeda. Seyogyanya hakim menggunakan dasar peraturan perundangundangan yang memberikan perlindungan hak asasi manusia bagi calon pasangan KBA dan juga merujuk pada norma yang lebih tinggi yaitu Pancasila dan UUD 1945 yang memberikan ruang bagi kebebasan memeluk agama dan keyakinan. Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian pencatatan perkawinan di KDCS Jogyakarta, selama ini belum pernah ada permohonan untuk memperoleh akta perkawinan bagi pasangan perkawinan beda agama melalui penetapan pengadilan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada persepsi para hakim yang ada di Pengadilan Negeri Jogya mengatakan bahwa pengadilan bukan institusi yang berwenang menikahkan calon pasangan beda agama. Memang benar tetapi pengajuan permohonan ke pengadilan merupakan salah satu upaya bagi calon pasangan KBA untuk dapat memproses perkawinannya di Indonesia. Cara berpikir hakim yang seperti ini dan makna dibalik penolakan dan pemberian penetapan tentu perlu dikajilebih mendalam. Kedepan hendaknya hakim hakim berkenan memberikan penetapan perkawinan asalkan syarat-syarat formil yang diatur telah terpenuhi. Jangan lagi ada hakim yang memberikan pertimbangan diluar norma. Malah seharusnya dengan adanya perkembangan dimasyarakat, seyogyanya hakim lebih fleksibel dengan mengkaji peraturan-peraturan perundangan-undangan dan aturan internasional terkait dengan perlindungan hukum bagi calon pasangan kawin beda agama dalam situasi kekinian. Disamping itu mengingat sudah ada peraturan perundang-undangan baik yang nasional maupun internasional dapat dipakaisebagai bahan rujukan bagi hakim dalam memberikan penetapan perkawinan. Terkait dengan tugas dari DKCSsudah jelas dengan dasar hukum Pasal 34 UU Kependudukan berlaku pula bagi: a) Perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan; dan b) Perkawinan Warga Negara Asing yang dilakukan di Indonesia atas permintaan Warga Negara Asing yang bersangkutan. KDCS akan mencatatkan perkawinan beda agama asal sudah dapat penetapan pengadilan dan syarat-syarat yang ditentukan. Jika kita perhatikan ketentuan Pasal 2 ayat1 UU Perkawinan dan Pasal 34 UU Kependuadukan, menimbulkan konflik norma. Jika hakim berpedoman bahwa KBA itu tidak sah dan dilarang berdasarkan Pasal 2 Ayat 1 UUP lalu bagaimana dengan ketentuan p Pasal 34 UU Kependudukan terkait dengan peran DKCS yang dapat mencatatkan KBA dan mengeluarkan akte perkawinan bagi mereka.

Akibat hukum..., Siti Harwati, FH UI, Universitas Indonesia

Akibat hukum..., Siti Harwati, FH UI, Universitas Indonesia 48 BAB III ANALISIS MENGENAI PERKAWINAN BEDA AGAMA YANG DIBERIKAN PENETAPAN OLEH HAKIM DAN DI DAFTARKAN KE KANTOR CATATAN SIPIL BAGI WARGA NEGARA INDONESIA 3.1 Kasus Posisi Pada tanggal 19 November 2007

Lebih terperinci

PERAN NEGARA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI CALON PASANGAN KAWIN BEDA AGAMA (KBA) DI INDONESIA

PERAN NEGARA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI CALON PASANGAN KAWIN BEDA AGAMA (KBA) DI INDONESIA Jurnal Cakrawala Hukum, Vol.6, No.1 Juni 2015, hlm. 56 66 E-mail: fhukum@yahoo.com Website: www.jchunmer.wordpress.com ISSN: 2356-4962 PERAN NEGARA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI CALON PASANGAN

Lebih terperinci

SEMINAR SEHARI PRAKTIK PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM MASYARAKAT INDONESIA

SEMINAR SEHARI PRAKTIK PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM MASYARAKAT INDONESIA SEMINAR SEHARI PRAKTIK PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM MASYARAKAT INDONESIA OLEH H.SISRUWADI, SH,M.Kn KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA YOGYAKARTA DALAM PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

bismillahirrahmanirrahim

bismillahirrahmanirrahim S A L I N A N P E N E T A P A N Nomor 30/ Pdt.P/ 2015/ PA Sit. bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa dan mengadili perkara

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENCATATAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

PENTINGNYA PENCATATAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN PENTINGNYA PENCATATAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN Oleh: Wahyu Ernaningsih, S.H.,M.Hum. Dosen Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Abstrak Putusan Mahkamah Konstitusi

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA) Sumber: LN 1974/1; TLN NO. 3019 Tentang: PERKAWINAN Indeks: PERDATA. Perkawinan.

Lebih terperinci

SALINAN PENETAPAN Nomor : 461/Pdt.P/2010/PA.TSe. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SALINAN PENETAPAN Nomor : 461/Pdt.P/2010/PA.TSe. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN PENETAPAN Nomor : 461/Pdt.P/2010/PA.TSe. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Tanjung Selor yang memeriksa dan mengadili perkara perdata

Lebih terperinci

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Perkara Permohonan, yang diajukan oleh : 1. S U B A R I,Umur 49 tahun,pekerjaan Karyawan Swasta ;

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Perkara Permohonan, yang diajukan oleh : 1. S U B A R I,Umur 49 tahun,pekerjaan Karyawan Swasta ; P E N E T A P A N Nomor : 151 /Pdt.P/2013/PN.Wnsb. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Wonosobo yang mengadili perkara perdata dalam tingkat pertama, telah menetapkan seperti

Lebih terperinci

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA P U T U S A N Nomor:0007/Pdt.P/2009/PA.Slk BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu dalam

Lebih terperinci

BAB II PENGESAHAN ANAK LUAR KAWIN DARI PASANGAN SUAMI ISTRI YANG BERBEDA KEWARGANEGARAAN BERDASARKAN PARTICULARS OF MARRIAGE

BAB II PENGESAHAN ANAK LUAR KAWIN DARI PASANGAN SUAMI ISTRI YANG BERBEDA KEWARGANEGARAAN BERDASARKAN PARTICULARS OF MARRIAGE 30 BAB II PENGESAHAN ANAK LUAR KAWIN DARI PASANGAN SUAMI ISTRI YANG BERBEDA KEWARGANEGARAAN BERDASARKAN PARTICULARS OF MARRIAGE NO. 49/08 YANG TERDAFTAR PADA KANTOR DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

Lebih terperinci

P E N E T A P A N NOMOR 01/Pdt.P/2013/PA.Msa BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

P E N E T A P A N NOMOR 01/Pdt.P/2013/PA.Msa BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM 1 P E N E T A P A N NOMOR 01/Pdt.P/2013/PA.Msa BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Marisa yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor : 04/Pdt.P/2011/PA.Gst

PENETAPAN Nomor : 04/Pdt.P/2011/PA.Gst PENETAPAN Nomor : 04/Pdt.P/2011/PA.Gst BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Gunungsitoli yang memeriksa dan mengadili perkara Perdata Permohonan Penunjukan

Lebih terperinci

Direktori 1 Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori 1 Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori 1 Putusan M P E N E T A P A N No. 319/Pdt.P/2014/PN.Mlg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Malang yang memeriksa dan mengadili perkara perdata (Permohonan) pada

Lebih terperinci

P E N E T A P A N. Nomor : 321/Pdt.P/2010/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor : 321/Pdt.P/2010/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 321/Pdt.P/2010/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sampang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu hal yang terpenting di dalam realita kehidupan umat manusia. Perkawinan dikatakan sah apabila dilaksanakan menurut hukum masingmasing agama

Lebih terperinci

ب س م الله ال رح م ن ال رح ی م

ب س م الله ال رح م ن ال رح ی م P E N E T A P A N Nomor XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm ب س م الله ال رح م ن ال رح ی م DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara tertentu

Lebih terperinci

TENTANG DUDUK PERKARA

TENTANG DUDUK PERKARA P E N E T A P A N Nomor : XX/Pdt.P/2011/PA.Ktb. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat

Lebih terperinci

SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 47/Pdt.P/2011/PA. Sgr.

SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 47/Pdt.P/2011/PA. Sgr. SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 47/Pdt.P/2011/PA. Sgr. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Singaraja yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 0198/Pdt.P/2014/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor 0198/Pdt.P/2014/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P E N E T A P A N Nomor 0198/Pdt.P/2014/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sampang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor : 06/Pdt.P/2012/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor : 06/Pdt.P/2012/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA 1 P E N E T A P A N Nomor : 06/Pdt.P/2012/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kebumen yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

SALINAN PENETAPAN Nomor : 005/Pdt.P/2013/PA.Pkc DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SALINAN PENETAPAN Nomor : 005/Pdt.P/2013/PA.Pkc DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN PENETAPAN Nomor : 005/Pdt.P/2013/PA.Pkc DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia diciptakan oleh sang kholiq untuk memiliki hasrat dan keinginan untuk melangsungkan perkawinan. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan salah satu negara dengan masyarakat yang pluralistik dengan beragam suku dan agama. Ini tercermin dari semboyan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kelas I A Bengkulu yang memeriksa dan mengadili perkara perdata

Lebih terperinci

P E N E T A P A N. ΟŠÏm 9$# uη q 9$#«!$#Οó Î0

P E N E T A P A N. ΟŠÏm 9$# uη q 9$#«!$#Οó Î0 P E N E T A P A N Nomor:001/Pdt.P/2009/PA.Wno ΟŠÏm 9$# uη q 9$#«!$#Οó Î0 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Wonosari yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap manusia di muka bumi ini diciptakan saling berpasang-pasangan. Seorang pria dan seorang wanita yang ingin hidup bersama dan mereka telah memenuhi persyaratan-persyaratan

Lebih terperinci

SALINAN PENETAPAN Nomor : 09/Pdt.P/2011/PA.Pkc.

SALINAN PENETAPAN Nomor : 09/Pdt.P/2011/PA.Pkc. SALINAN PENETAPAN Nomor : 09/Pdt.P/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor 49/Pdt.P/2015/PA.Lt DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor 49/Pdt.P/2015/PA.Lt DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA É«1 PENETAPAN Nomor 49/PdtP/2015/PALt DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Lahat yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu pada tingkat pertama, dalam persidangan

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor:004/Pdt.P/2009/PA.Wno

P E N E T A P A N Nomor:004/Pdt.P/2009/PA.Wno P E N E T A P A N Nomor:004/Pdt.P/2009/PA.Wno DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Wonosari yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama telah menjatuhkan

Lebih terperinci

BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM P E N E T A P A N Nomor 0163/Pdt.P/2015/PA.Sit BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa perkara perdata tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 0630/Pdt.G/2015/PA.Plg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 0630/Pdt.G/2015/PA.Plg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 0630/Pdt.G/2015/PA.Plg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Palembang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama dalam sidang

Lebih terperinci

PENETAPAN. NOMOR XXXX/Pdt.P/2014/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN. NOMOR XXXX/Pdt.P/2014/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENETAPAN NOMOR XXXX/Pdt.P/2014/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

P E N E T A P A N. Nomor 0164/Pdt.P/2014/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor 0164/Pdt.P/2014/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P E N E T A P A N Nomor 0164/Pdt.P/2014/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sampang yang memeriksa dan mengadili perkara perdata

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor : 0033/Pdt.P/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor : 0033/Pdt.P/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 0033/Pdt.P/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan menjamin hak asasi manusia dalam proses penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara serta memberikan

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor : 277/Pdt.P/2013/PA.SUB DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor : 277/Pdt.P/2013/PA.SUB DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA S A L I N A N P E N E T A P A N Nomor : 277/Pdt.P/2013/PA.SUB DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sumbawa Besar yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu dalam

Lebih terperinci

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM PENETAPAN Nomor: 0051/Pdt.P/2013/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat

Lebih terperinci

PENETAPAN. Nomor:0034/Pdt.P/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN. Nomor:0034/Pdt.P/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN PENETAPAN Nomor0034/Pdt.P/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat

Lebih terperinci

SALINAN P E N E T A P A N

SALINAN P E N E T A P A N SALINAN P E N E T A P A N Nomor: 0044/Pdt.P/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

Lebih terperinci

PANDUAN PERMOHONAN PENETAPAN PENGESAHAN PERKAWINAN BAGI NON MUSLIM DI PENGADILAN NEGERI

PANDUAN PERMOHONAN PENETAPAN PENGESAHAN PERKAWINAN BAGI NON MUSLIM DI PENGADILAN NEGERI PERMOHONAN PENETAPAN PENGESAHAN PERKAWINAN PERMOHONAN PENETAPAN PENGESAHAN PERKAWINAN A KATA-KATA YANG DIGUNAKAN DI PENGADILAN Pemohon : Orang yang mengajukan permohonan penetapan pengesahan perkawinan.

Lebih terperinci

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA P U T U S A N Nomor:0099/Pdt.G/2010/PA.Slk BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu dalam

Lebih terperinci

S a l i n a n P E N E T A P A N Nomor : 0031/Pdt.P/2010/PA.Dmk. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

S a l i n a n P E N E T A P A N Nomor : 0031/Pdt.P/2010/PA.Dmk. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA S a l i n a n P E N E T A P A N Nomor : 0031/Pdt.P/2010/PA.Dmk. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Demak yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara

Lebih terperinci

Nomor: 150/Pdt.G/2007/PA. Slk. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor: 150/Pdt.G/2007/PA. Slk. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor: 150/Pdt.G/2007/PA. Slk. SALINAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

SALINAN P E N E T A P A N Nomor: 002/Pdt.P/2012/PA.Skh BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SALINAN P E N E T A P A N Nomor: 002/Pdt.P/2012/PA.Skh BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P E N E T A P A N Nomor: 002/Pdt.P/2012/PA.Skh BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sukoharjo yang memeriksa dan mengadili perkara perdata

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor: 600/Pdt.G/2010/PA.Dum BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor: 600/Pdt.G/2010/PA.Dum BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor: 600/Pdt.G/2010/PA.Dum BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Dumai yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor: 0096/Pdt.P/2014/PA Pas.

P E N E T A P A N Nomor: 0096/Pdt.P/2014/PA Pas. P E N E T A P A N Nomor: 0096/Pdt.P/2014/PA Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat

Lebih terperinci

BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM P E N E T A P A N Nomor 0145/Pdt.P/2015/PA.Sit BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa perkara perdata dalam tingkat pertama

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor 0014/Pdt.P/2014/PA.Pkc

PENETAPAN Nomor 0014/Pdt.P/2014/PA.Pkc PENETAPAN Nomor 0014/Pdt.P/2014/PA.Pkc DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama, dalam sidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia 1 Direktori Putusan Maha putusan.mahhagung.go.id P E N E T A P A N No. 8482/Pdt.P/2012/PN.Sby. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Surabaya yang memeriksa dan mengadili

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor: 0087/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

P U T U S A N. Nomor: 0087/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN P U T U S A N Nomor: 0087/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sungai Penuh yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

P E N E T A P A N NOMOR : 0018/Pdt.P/ 2013/PA.Kbm BISMILAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N NOMOR : 0018/Pdt.P/ 2013/PA.Kbm BISMILAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N NOMOR : 0018/Pdt.P/ 2013/PA.Kbm BISMILAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan AGMa Kebumen yang memeriksa dan mengadili perkara perdata permohonan

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 247/Pdt.P/2014/PA.Spg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor 247/Pdt.P/2014/PA.Spg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P E N E T A P A N Nomor 247/Pdt.P/2014/PA.Spg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sampang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana di nyatakan dalam UU

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana di nyatakan dalam UU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah lembaga yang luhur untuk membentuk keluarga dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Lebih terperinci

PUBLIKASI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SITUBONDO. P E N E T A P A N Nomor 0126/Pdt.P/2015/PA.Sit BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

PUBLIKASI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SITUBONDO. P E N E T A P A N Nomor 0126/Pdt.P/2015/PA.Sit BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM P E N E T A P A N Nomor 0126/Pdt.P/2015/PA.Sit BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa perkara perdata tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor : 0814/Pdt.G/2010/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 0814/Pdt.G/2010/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 0814/Pdt.G/2010/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat pertama

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor : 1009/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 1009/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 1009/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat

Lebih terperinci

Nomor Putusan : 089/Pdt.G/2010/PA.GM Para pihak : Pemohon Vs Termohon Tahun : 2010 Tanggal diputus : 26 Mei 2010

Nomor Putusan : 089/Pdt.G/2010/PA.GM Para pihak : Pemohon Vs Termohon Tahun : 2010 Tanggal diputus : 26 Mei 2010 Nomor Putusan : 089/Pdt.G/2010/PA.GM Para pihak : Pemohon Vs Termohon Tahun : 2010 Tanggal diputus : 26 Mei 2010 Tanggal dibacakan putusan : 26 Mei 2010 Amar : Dikabulkan Kata Kunci : Polygami Jenis Lembaga

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 0053/Pdt.P/2015/PA.Sit bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor 0053/Pdt.P/2015/PA.Sit bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N Nomor 0053/Pdt.P/2015/PA.Sit bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa perkara perdata tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor: 0213/Pdt.G/2010/PA.Slk BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu dalam

Lebih terperinci

bismillahirrahmanirrahim

bismillahirrahmanirrahim P E N E T A P A N Nomor 0094/Pdt.P/2015/PA.Sit bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

P E N E T A P A N. Nomor: 0100/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

P E N E T A P A N. Nomor: 0100/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA P E N E T A P A N Nomor: 0100/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

Nomor 0435/Pdt.G/2014/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor 0435/Pdt.G/2014/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P U T U S A N Nomor 0435/Pdt.G/2014/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sampang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu dalam

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 0163/Pdt.P/2014/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor 0163/Pdt.P/2014/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P E N E T A P A N Nomor 0163/Pdt.P/2014/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sampang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor: 467/Pdt.G/2011/PA.Dum BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor: 467/Pdt.G/2011/PA.Dum BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor: 467/Pdt.G/2011/PA.Dum BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Dumai yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama

Lebih terperinci

bismillahirrahmanirrahim

bismillahirrahmanirrahim P E N E T A P A N Nomor 0062/Pdt.P/2015/PA.Sit bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa perkara perdata dalam tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting yang terjadi dalam hidup manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa untuk memberikan perlindungan,

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat

Lebih terperinci

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. pada tingkat pertama, telah melaksanakan sidang keliling bertempat di Desa

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. pada tingkat pertama, telah melaksanakan sidang keliling bertempat di Desa SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 08/Pdt.P/2012/PA.Sgr. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Singaraja yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

Lebih terperinci

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sukabumi

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sukabumi PENETAPAN No. 287/Pdt.P/2011/PN.Smi DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sukabumi yang memeriksa dan mengadili perkara Perdata Permohonan dalam peradilan tingkat pertama

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor: X/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor: X/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENETAPAN Nomor: X/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama,

Lebih terperinci

PENETAPAN. Nomor : 02/Pdt.P/2013/PA.NTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN. Nomor : 02/Pdt.P/2013/PA.NTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENETAPAN Nomor : 02/Pdt.P/2013/PA.NTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Natuna yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 038/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 038/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 038/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Muara Tebo yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor : 006/Pdt.P/2012/PA.DUM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor : 006/Pdt.P/2012/PA.DUM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENETAPAN Nomor : 006/Pdt.P/2012/PA.DUM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Dumai yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama

Lebih terperinci

Nomor 0710/Pdt.G/2014/PA.Spg

Nomor 0710/Pdt.G/2014/PA.Spg Salinan P U T U S A N Nomor 0710/Pdt.G/2014/PA.Spg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sampang yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama dalam persidangan

Lebih terperinci

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 Membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor 0001/Pdt.P/2015/PA.Pkc DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor 0001/Pdt.P/2015/PA.Pkc DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENETAPAN Nomor 0001/Pdt.P/2015/PA.Pkc DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama, dalam persidangan

Lebih terperinci

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang perkawinan BAB I DASAR PERKAWINAN. Pasal 1. Pasal 2

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang perkawinan BAB I DASAR PERKAWINAN. Pasal 1. Pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang perkawinan BAB I DASAR PERKAWINAN Pasal 1 Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri

Lebih terperinci

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Di dalam UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, pada dasarnya telah dicantumkan hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang atau warga negara. Pada

Lebih terperinci

Bismillahirrahmanirrahim

Bismillahirrahmanirrahim S A L I N A N P E N E T A P A N Nomor 0181/Pdt.P/2015/PA.Sit Bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

Lebih terperinci

SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 005/Pdt.P/2012/PA.Skh. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 005/Pdt.P/2012/PA.Skh. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 005/Pdt.P/2012/PA.Skh. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sukoharjo yang mengadili perkara perdata agama tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 0432/Pdt.G/2012/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 0432/Pdt.G/2012/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 0432/Pdt.G/2012/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Bengkulu Kelas I A yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

Lebih terperinci

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Saat ini, jaminan hak asasi manusia di Indonesia dalam tataran normatif pada satu sisi semakin maju yang ditandai dengan semakin lengkapnya

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor 0010/Pdt.P/2015/PA.Pkc

PENETAPAN Nomor 0010/Pdt.P/2015/PA.Pkc PENETAPAN Nomor 0010/Pdt.P/2015/PA.Pkc DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama dalam persidangan

Lebih terperinci

Nomor : 121/Pdt.P/2013/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor : 121/Pdt.P/2013/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 121/Pdt.P/2013/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sampang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor : 0824/Pdt.G/2010/PA.Pas BISMILLAHIRROHMAANIROHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 0824/Pdt.G/2010/PA.Pas BISMILLAHIRROHMAANIROHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 0824/Pdt.G/2010/PA.Pas BISMILLAHIRROHMAANIROHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat pertama

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM P E N E T A P A N Nomor 0160/Pdt.P/2015/PA.Sit BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa perkara perdata tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor : 0007/Pdt.P/2012/PA.Dmk.

P E N E T A P A N Nomor : 0007/Pdt.P/2012/PA.Dmk. Salinan P E N E T A P A N Nomor : 0007/Pdt.P/2012/PA.Dmk. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Demak yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara

Lebih terperinci

SALINAN. P E N E T A P A N Nomor : 0022/Pdt.P/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SALINAN. P E N E T A P A N Nomor : 0022/Pdt.P/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 0022/Pdt.P/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara

Lebih terperinci

TENTANG DUDUK PERKARANYA

TENTANG DUDUK PERKARANYA PENETAPAN Nomor: 01/Pdt.P/2012/PA.Pkc BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

PENETAPAN. Nomor : /Pdt.P/2013/PA.TPI BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN. Nomor : /Pdt.P/2013/PA.TPI BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENETAPAN Nomor : /Pdt.P/2013/PA.TPI BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Tanjungpinang yang mengadili perkara Dispensasi Kawin pada tingkat pertama,

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor : 0012/Pdt.P/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor : 0012/Pdt.P/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N Nomor : 0012/Pdt.P/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara tertentu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA. MALANG NOMOR 0038/Pdt.P/2014/PA.Mlg

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA. MALANG NOMOR 0038/Pdt.P/2014/PA.Mlg BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR 0038/Pdt.P/2014/PA.Mlg A. Analisis Pertimbangan dan Dasar Hukum Majelis Hakim Pengadilan Agama Malang Mengabulkan Permohonan Itsbat

Lebih terperinci

P E N E T A P A N. Nomor : 0096/Pdt.P/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor : 0096/Pdt.P/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N Nomor : 0096/Pdt.P/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat

Lebih terperinci

bismillahirrahmanirrahim

bismillahirrahmanirrahim SALINAN P E N E T A P A N Nomor 0563/Pdt.G/2015/PA.Sit bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa perkara perdata pada tingkat

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 0143/Pdt.P/2015/PA.Sit BISMILLAHIRAHMANNIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor 0143/Pdt.P/2015/PA.Sit BISMILLAHIRAHMANNIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P E N E T A P A N Nomor 0143/Pdt.P/2015/PA.Sit BISMILLAHIRAHMANNIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa perkara perdata tertentu pada

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 0008/Pdt.P/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor 0008/Pdt.P/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P E N E T A P A N Nomor 0008/Pdt.P/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata

Lebih terperinci

P E N E T A P A N. Nomor : 0053/Pdt.P/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor : 0053/Pdt.P/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 0053/Pdt.P/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara

Lebih terperinci