BAB 2 AKSIOMATIKA. Obyek Matematika. /Aksiomatika

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 AKSIOMATIKA. Obyek Matematika. /Aksiomatika"

Transkripsi

1 BAB 2 AKSIOMATIKA Giovanni Girolamo Saccheri (5 September Oktober 1733)berkebangsaan itali, pendeta kristen dan ahli Matematika. Saccheri masuk Kristen sejak tahun 1685 dan menjadi pendeta Dia mengajar filsafat di Turin dari tahun tahun 1697, dan filsafat ilmu tentang ketuhanan, ilmu matematika di Pavia dari tahun 1697 sampai dia meninggal. Dia telah mengemukakan The Matematicion Tommaso Ceva dan menerbitkan beberapa hasil kerjanya termasuk Quaesito Geomatrica (1693), logica demontrativa (1697), dan neo-statica (1708). Tidak jelas teori yang dikemukakan. Saccheri mempunyai dampak dalam penerjemahan kerjanya atau dalam membangun kebebasan idenya. The Hipotasis Of The Acute Angle Is Absolute False adalah buku pertamanya, sekarang dia menghasilkan teori hiperbolik geometri, buku pertamanya merupakan garis yang langsung kontradiksi dengan postulat euclide yang kedua. Saccheri membuang koreksinya setiap saat sekarang ini prinsipnya merupakan masukan dalam eliptik geometri.saccheri merupakan orang yang berpengaruh dalam matematika. Dia banyak menemukan teori-teori yang sangat bermanfaat dalam memecahkan masalah metematika, salah satunya ditemukannya teori segi empat yang masih digunakan sampai sekarang. Obyek Matematika 38 /Aksiomatika

2 Menurut Soedjadi (2000), objek dasar matematika yang menjadi bahan kajian dasar adalah (1) fakta, (2) konsep, (3) relasi-operasi dan (4) prinsip. Fakta adalah suatu konvensi yang merupakan suatu cara khas untuk menyajikan ide-ide matematika dalam bentuk kata atau simbol. Dengan demikian fakta dalam matematika adalah segala sesuatu yang telah disepakati, dia dapat berupa simbol atau lambang dan dapat pula berupa kata-kata. Bila ada seseorang yang mengucapkan kata tiga, maka yang akan terbayang di benak kita adalah simbol 3. Sebaliknya bila kita melihat simbol 3, maka padanan yang kita buat adalah kata tiga. Kata tiga dan simbol 3 merupakan fakta dalam matematika. Contoh fakta yang lain adalah, kita sepakat menggunakan notasi untuk menyatakan suatu penjumlahan. Konsep adalah ide abstrak tentang klasifikasi objek atau kejadian. Seseorang yang memahami suatu konsep akan dapat menyatakan apakah sesuatu termasuk dalam konsep yang dipahaminya atau tidak. Dengan memahami suatu konsep, seseorang juga akan dapat memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang dimaksud. Jadi, konsep dalam matematika merupakan suatu ide abstrak yang digunakan untuk melakukan klasifikasi atau penggolongan atau pengelompokan terhadap objek. Dengan adanya suatu konsep, dapat diterangkan apakah sesuatu termasuk atau merupakan contoh atau bukan contoh dari ide tersebut. Pada umumnya konsep dalam matematika disusun dari konsep-konsep terdahulu atau fakta. Contoh konsep : segiempat, bilangan, fungsi, vektor, kubus. Aksiomatika / 39

3 Relasi merupakan suatu aturan untuk mengawankan anggota suatu himpunan dengan anggota himpunan lain, yang dapat sama dengan himpuan semula. Operasi adalah aturan untuk mendapatkan elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang diketahui. Elemen yang diketahui disebut elemen yang dioperasikan. Jika suatu operasi memerlukan 2 buah elemen untuk pemberlakuannya, operasi tersebut dinamakan operasi biner. Suatu operasi yang hanya memerlukan satu elemen untuk memberlakukannya disebut operasi uner, missal. Untuk mengoperasikannya hanya memerlukan sebuah bilangan, misal 9 = 3. Dalam hal ini bilangan yang dioperasikan adalah 9 dan hasil operasinya adalah 3. Prinsip adalah objek matematika yang paling kompleks. Kekompleksan tersebut dikarenakan adanya sekelompok konsep yang dikombinasikan dengan suatu relasi. Jadi prinsip merupakan hubungan antara 2 atau lebih objek matematika. Contoh : jumlah dua bilangan gasal adalah bilangan genap Meskipun di atas telah dikatakan bahwa matematika disusun berdasarkan pola berpikir deduktif, tetapi matematika terbentuk atau berkembang dari pola piker induktif atau deduktif. Artinya, sifat-sifat dalam matematika ada yang diketemukan berdasar olah pikir manusia. Apakah perkembangan itu berguna atau tidak dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut bukanlah hal yang merisaukan para matematisi. Karena itulah matematika sering mendapat julukan sebagai suatu ilmu yang kering, sukar dipelajari, dan tidak berguna dalam kehidupan sehari-hari. 40 /Aksiomatika

4 A. Pola Pikir Induktif Dan Deduktif Geometri berasal dari kata Latin Geometria, Geo yang berarti tanah dan metria berarti pengukuran. Menurut sejarahnya, geometri tumbuh pada zaman jauh sebelum Masehi karena keperluan pengukuran tanah setiap kali sesudah sungai Nil di Mesir banjir. Sebagai cabang Matematika, geometri mempelajari titik, garis, bidang dan benda-benda ruang serta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya dan hubungannya satu sama lain. Jadi geometri dapat dipandang sebagai suatu studi tentang ruang fisik. Kita telah mempelajari garis, segitiga, segiempat, balok, bola, kerucut dan sebagainya. Bangun-bangun atau benda-benda perlu didefinisikan dan untuk mendefinisikan sesuatu diperlukan pengertianpengertian sebelumnya. Jadi tidak mungkin semuanya didefinisikan. Untuk menghindari lingkaran dari definisi perlu ada pengertian-pengertian pangkal atau unsur-unsur yang tidak didefinisikan. Contoh dari lingkaran definisi misalnya : 1. Titik adalah perpotongan dua garis Garis adalah penghubung dua titik 2. Sudut siku-siku adalah sudut yang tidak lancip Sudut lancip adalah sudut yang tidak siku-siku Hal semacam ini tidak benar Suatu definisi harus dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat yang memuat bila dan hanya bila atau reversible (dapat dibalik). Misalnya : Suatu segitiga samasisi adalah suatu segitiga yang ketiga sisinya sama. Ini harus berarti : Aksiomatika / 41

5 Jika suatu segitiga samasisi maka ketiga sisinya sama. Jika suatu segitiga sisinya sama maka segitiga itu samasisi. Sehingga dapat dikatakan : Suatu segitiga disebut samasisi bila dan hanya bila ketiga sisinya sama. Mengingat perlu adanya unsur-unsur yang tidak didefinisikan, maka tentu juga tidak semua relasi dapat didefinisikan. Jadi harus pula ada relasi yang tidak didefinisikan. Unsur-unsur dan relasi-relasi yang tidak didefinisikan ini disebut pengertian pangkal atau primitive concept. Dalam kehidupan ini, kita selalu menghadapi permasalahan yang perlu diselesaikan. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut kita perlu berpikir kritis. Dalam berpikir kritis itu, kita bisa menggunakan pola pikir induktif atau deduktif. Berikut ini akan dibahas pola piker deduktif dan induktif tersebut. Seseorang menggunakan penalaran induktif jika orang tersebut berpikir dari hal-hal yang bersifat khusus ke hal-hal yang bersifat umum. Seseorang mengadakan pola pikir deduktif jika orang tersebut berpikir dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus. Pada pola pikir deduktif, harus diperhatikan bahwa kebenaran suatu pernyataan haruslah didasarkan pada kebenaran pernyataanpernyataan lain. Secara umum dapatlah dikatakan bahwa pola pikir induktif berperan penting dalam bidang nonmatematika, namun berperan kecil dalam matematika. Pola pikir deduktif berperan kecil dalam bidang non- 42 /Aksiomatika

6 matematika, namun berperan besar dalam matematika. Dalam pola pikir deduktif, kebenaran setiap pernyataan harus didasarkan pernyataan sebelumnya. Matematika disusun berdasarkan pola berpikir deduktif, tetapi matematika terbentuk atau berkembang dari pola pikir induktif atau deduktif. Artinya, sifat-sifat dalam matematika ada yang diketemukan berdasarkan kenyataan di lapangan, ada pula yang diketemukan berdasar pola pikir manusia. Untuk memahami bahwa kajian matematika itu adalah abstrak dapat diingat pelajaran yang pernah dikaji selama ini. Misalnya, "bilangan" adalah abstrak, sedang yang kita tulis adalah lambangnya atau simbolnya. Lambang-Iambang itulah yang termasuk dalam "fakta". Sedangkan bilangannya sendiri adalah suatu konsep abstrak, Garis lurus" misalnya, adalah abstrak. Sebenamya tidak pernah dijumpai garis lurus seperti yang dibicarakan dalam matematika. Yang digambar dengan penggaris, misalnya, adalah gambaran garis lurus. Demikian juga bangun-bangun geometri. (Karena abstrak itulah maka diperlukan peragaan-peragaan untuk mempermudah mempelajarinya). Berbagai macam bilangan, istilah serta pengertiannya merupakan kesepakatan-kesepakatan yang penting dalam matematika. Lambang bilangan yang dipakai sekarang ini, misalnya, adalah juga suatu kesepakatan. Setelah kesepakatan-kesepakatan semacam itu maka dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya secara konsisten digunakan. Sebagaimana beberapa ilmu yang lain maka sifat-sifat atau prinsip-prinsip dalam matematika dibentuk atau ditemukan melalui pola pikir deduktif Aksiomatika / 43

7 ataupun induktif. Dengan kata lajn sifat-sifat atau prinsip-prinsip dalam matematika ada yang ditemukan melalui pengalaman lapangan, ada pula yang tanpa pengalaman lapangan ataupun malah secara intuitif. Berikut ini akan disajikan garis besar Struktur Deduktif Aksiomatik matematika (tidak tunggal): AKSIOMA (Pernyataan Pangkal) KONSEP PRIMITIF (Pengertian Pangkal/ Undefined Term) TEOREMA 1 TEOREMA 2 KONSEP 1 (Definisi 1) TEOREMA 3 KONSEP 2 (Definisi 2) DST DST B. Pengertian Pangkal Dan Pernyataan Pangkal Dalam suatu struktur matematika disepakati terdapat pernyataan pangkal" atau biasa disebut aksioma" dan pengertian atau unsur pangkal" atau sering disebut unsur primitif atau undefined term". Aksioma diperlukan dalam suatu struktur matematika agar dapat dihindarkan berputar-putar dalam pembuktian" atau circulus in probando". Sedangkan unsur primitif dalam suatu struktur matematika perlu untuk menghindarkan berputar-putar dalam pendefinisian" atau circulus in definiendo". Hal 44 /Aksiomatika

8 tersebut sekaligus menunjukkan bahwa kebenaran suatu pernyataan dalam matematika sangat tergantung pada kebenaran pernyataan-pernyataan dan unsurunsur terdahulu yang telah diterima sebagai benar/disepakati. Ini jelas menunjukkan bahwa dalam matematika dianut kebenaran koherensi atau kebenaran konsistensi. Contoh yang mudah diingat dan dipahami dapat diambil dari Geometri Euclides, misalnya: (1) titik, garis dan bidang dipandang sebagai unsur primitif; (2) melalui dua buah titik ada tepat sebuah garis lurus yang dapat dibuat, sebagai salah satu aksioma. Dari unsur-unsur primitif dan aksioma tertentu dapat diturunkan suatu pernyataan lain yang sering disebut sebagai teorema. Demikian juga dapat dibuat definisi tentang suatu konsep lain. C. Membedakan Beberapa Aksioma Untuk suatu struktur matematika biasanya didahului dengan beberapa unsur primitif dan beberapa pernyataan atau aksioma. Beberapa aksioma tersebut sering juga disebut sistem aksioma. Agar suatu kumpulan aksioma dapat merupakan sebuah sistem, diperlukan syarat-syarat yang penting. Syaratsyarat itu adalah: (1) Konsisten (taat asas) (2) Independen (bebas) (3) Komplit atau lengkap (4) Ekonomis Aksiomatika / 45

9 Dari ketiga syarat tersebut yang utama adalah nomor (1), (2) dan (3), sebab nomor (4) seringkali dapat juga dipandang sebagai akibat syarat nomor (2). Suatu sistem aksioma dikatakan memenuhi syarat "konsisten" bila pernyataan-pernyataan dalam kumpulan aksioma itu tidak kontradiktif. Nonkontradiktif itu bukan hanya dalam makna pernyataannya saja, tetapi juga dalam hal istilah serta simbol yang digunakan. Contoh 2.1 Perhatikan contoh berikut ini. Aksioma 1: 2 * 6 = 4 Aksioma 2: 4 * 1 = 1 Aksioma 3: Jumlah dua hal yang sama akan menghasilkan sesuatu yang sama Aksioma 4: (2 * 6) * (4 * 1) = 5 Keempat aksioma tersebut tidak konsisten, sebab berdasarkan aksioma 1, 2, dan 3 didapat: (2 * 6) * (4 * 1) = 4 * 1 = 1 yang bertentangan dengan aksioma 4. Suatu sistem aksioma dikatakan memenuhi syarat independen bila masing-masing pernyataan dalam kumpulan aksioma itu tidak saling bergantung, artinya pemyataan atau aksioma yang satu harus tidak diturunkan atau diperoleh dari aksioma-aksioma yang lain. Contoh 2.2 Aksioma 1: Jumlah dua bilangan genap adalah bilangan genap. Aksioma 2: Jumlah dua bilangan gasal adalah bilangan genap. Aksioma 3: = 8 46 /Aksiomatika

10 Suatu Sistem aksioma tersebut tidak independen, sebab aksioma 3 dapat diturunkan dari aksioma 2. Suatu sistem aksioma dikatakan "lengkap" bila setiap pernyataan yang diturunkan dari sistem itu dapat dibuktikan kebenaran atau kesalahannya. (Tentu dalam lingkup logika dikotomis). Bila aksioma dalam suatu sistem aksiomatik tidak lengkap, maka tidak dapat diperoleh) teorema-teorema. Misal salah satu aksioma dalam geometri Euclides dihilangkan, maka tidak akan diperoleh teorema-teorema dalam sistem tersebut. Suatu sistem aksioma dikatakan memenuhi syarat ekonomis" bila simbol-simbol atau istilahistilah yang digunakan tidak berlebihan (tidak redundan). selain itu juga pemyataan dalam kumpulan aksioma itu tidak ada yang memiliki makna sama. Contoh 2.3 Aksioma 1: 2 * 6 = 4 Aksioma 2: 4 * 1 = 1 Aksioma 3: Jumlah dua hal yang sama akan menghasilkan sesuatu yang sama. Aksioma 4: (2 * 6) * (4 * 1) = 1 Keempat aksioma tersebut bersifat redundan atau tidak ekonomis sebab (2 * 6) * (4 * 1) = 4 * 1 = 1 Diskusi Perlukah aksioma 4? Dalam setiap ilmu terdapat suatu cara klasifikasi, yang masing-masing cara klasifikasi itu tentu saja memiliki dasar tertentu. Klasifikasi yang diadakan tidak dimaksudkan untuk mempersulit mereka yang mempelajarinya ilmu malah sebaliknya akan dapat mempermudah mereka yang mempelajari Aksiomatika / 47

11 ilmu tersebut. Dalam matematika dikenal beberapa klasifikasi aksioma. Berikut ini diperkenalkan dua cara klasifikasi, yakni: a. Aksioma yang "self evident truth" dan yang "non-self evident truth" b. Aksioma "material", "formal dan "diformalkan". Suatu aksioma dikatakan "self evident truth" bila dalam pernyataannya memang telah langsung tergambar kebenarannya. Ini tampak jelas pada aksioma dari Geometri Euclides, misalnya dalam planimetri: "Melalui dua buah titik berlainan hanya dapat dibuat tepat satu garis. Suatu aksioma dikatakan "non-self evident truth" akan terlihat sebagaj pernyataan yang mengaitkan fakta dan konsep (dapat lebih dari satu) dengan menggunakan suatu relasi tertentu, sehingga lebih terlihat sebagai suatu kesepakatan saja. Ingat sistem aksioma Ruang Metrik, Grup, Topologi, Poset, dan masih banyak yang lain. Justru karena cara pengangkatan aksioma semacam itulah yang memberikan kemungkinan lebih besar atas perkembangan matematika. Suatu aksioma dikatakan aksima "material", bila unsur-unsur serta relasi yang terdapat dalam aksioma itu masih dikaitkan langsung dengan realitas atau dikaitkan dengan materi tertentu atau dianggap ada yang sudah diketahui. (Perhatikan aksioma Euclides; yang temyata juga diketahui bahwa tidak lengkap). Suatu aksioma dikatakan aksioma "formal" bila unsur-unsumya dikosongkan dari arti, namun masih dimungkinkan adanya unsur atau relasi yang dinyatakan dengan bahasa biasa antara lain terlihat 48 /Aksiomatika

12 dengan masih bermaknanya kata atau", "dan" dan sebagainya dalam logika. Suatu aksioma dikatakan aksioma "diformalkan" bila semua unsur termasuk tanda logika dikosongkan dari makna, sedemikian hingga semua unsur diperlakukan sebagai simbol belaka. D. Konsep Bukan Pangkal Di bagian terdahulu telah dikemukakan adanya pengertian pangkal atau unsur primitif. Secara kurang tepat sering juga konsep tak didefinisikan". Dalam suatu struktur tertentu banyak dijumpai konsepkonsep yang didefinisikan berdasarkan konsep-konsep terdahulu. Konsep-konsep semacam ini dalam tulisan ini disebut konsep bukan pangkal. Selain itu dalam tulisan ini pengertian konsep yang dipakai adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk melakukan penggolongan atau klasifikasi". Suatu konsep dapat dibentuk melalui suatu abstraksi. Sebagai contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengatakan bahwa sepeda, kereta api, mobil, becak adalah kendaraan. Tetapi rumah, pohon, batu bukan kendaraan. Ini berarti kendaraan" adalah suatu konsep. Konsep kendaraan itu dapat saja dipandang sebagai suatu abstraksi dari beberapa kendaraan khusus tertentu. Di bagian terdahulu telah disebutkan selintas tentang pembentukan sutu konsep. Demikian juga pengertian konsep yang digunakan dalam tulisan ini. Dalam matematika dikenal banyak konsep. Misal : segitiga", segiempat" dan sebagainya, dikenal juga konsep ruang metrik", grup", dan masih banyak lagi. Aksiomatika / 49

13 Jika disebut segitiga", maka ide itu dapat digunakan untuk melakukan pengelompokan atau klasifikasi. sedemikian hingga suatu bangun datar dapat termasuk segitiga atau tidak. Demikian juga konsep-konsep yang lain. Bagaimanakah pembentukan suatu konsep itu? Pembentukan suatu konsep bisa melalui : (1) abstraksi, misalnya : pembentukan bilangan melalui dua kali abstraksi, (2) Idelisasi, misalnya : kerataan" suatu bidang dan "kelurusan" suatu garis, (3) abstraksi dan idealisasi, misalnya : kubus", kerucut", dan (4) penambahan syarat pada konsep terdahulu, misalnya: belahketupat" dari jajargenjang" Definisi merupakan bagian penting dari geometri. Definisi suatu konsep menurut Soedjadi (2000) ialah ungkapan yang dapat digunakan untuk membatasi suatu konsep. Segiempat seperti jajargenjang, persegipanjang, persegi, belahketupat, layang-layang dan trapesium merupakan contoh konsep, sedangkan jajargenjang ialah segiempat yang mempunyai dua pasang sisi berhadapan sejajar merupakan contoh definisi. Ungkapan pada definisi tersebut membatasi konsep. Soedjadi (2000) membedakan definisi menjadi 3 yaitu definisi analitik, definisi ginetik dan definisi dengan rumus. Pada geometri tidak di jumpai definisi dengan rumus. Dikatakan definisi analitik bila definisi tersebut menyebutkan genus proksimum (keluarga dekat) dan deferensia spesifika (pembeda khusus). Definisi jajargenjang di atas merupakan definisi analitik dengan genus proksimum segiempat dan deferensia spesifika mempunyai dua sepasang sisi berhadapan sejajar. Definisi genetik ialah definisi yang menunjukkan atau 50 /Aksiomatika

14 mengungkapkan cara terjadinya atau terbentuknya konsep yang didefinisikan. Contoh definisi genetik layang-layang ialah bangun segiempat yang terjadi jika dua segitiga samakaki dengan alas kongruen diimpitkan alasnya. Selanjutnya Soedjadi (2000) mengemukakan bahwa ada empat unsur definisi yaitu: latar belakang, genus, istilah yang didefinisikan, dan atribut. Contoh definisi jajargenjang di atas, latar belakangnya ialah segiempat, genus ialah segiempat, istilah yang didefinisikan ialah jajargenjang, dan atribut ialah sepasang sisi berhadapan sejajar. Definisi yang digunakan pada segiempat mempunyai dampak terhadap hubungan antarsegiempat. Jika trapesium didefinisikan sebagai segiempat yang tepat sepasang sisinya sejajar atau segiempat yang sepasang sisinya sejajar, maka kedua definisi yang berbeda itu akan akan berdampak terhadap hubungan antarsegiempat. Jika definisi yang pertama digunakan maka himpunan jajargenjang dan himpunan trapesium saling asing, tetapi jika definisi yang kedua digunakan maka himpunan jajargenjang merupakan himpunan bagian dari himpunan trapesium. Jajargenjang dapat didefinisikan sebagai berikut: (1) jajargenjang ialah segiempat yang dua pasang sisi yang berhadapan sejajar; (2) jajargenjang ialah segiempat yang dua pasang sisi yang berhadapan sama panjang; dan (3) jajargenjang ialah segiempat yang sepasang sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang. Ketiga definisi jajargenjang di atas adalah sama, dan menurut Soedjadi (2000) ketiga definisi itu mempunyai ekstensi (jangkauan) yang sama, dan dua atau lebih definisi yang memiliki ekstensi sama disebut Aksiomatika / 51

15 definisi yang ekuivalen. Estensi menurut Poespoprojo (1999, h.91) ialah keseluruhan hal-hal yang atasnya suatu ide dapat diterapkan, atau lingkungan (suatu konsep) yang dapat ditunjuk dengan konsep tersebut. Atribut yang digunakan definisi (1) memiliki dua pasang sisi yang sejajar, atribut yang digunakan definisi (2) memiliki dua pasang sisi yang sama panjang, dan atribut yang digunakan definisi (3) memiliki sepasang sisi yang sejajar dan sama panjang, menurut Soedjadi (2000) definisi itu mempunyai intensi (makna kata) yang berbeda. Pengertian jajargenjang yang dikonstruk siswa dikatakan akurat jika ekuivalen dengan definisi jajargenjang di atas. Persegipanjang dapat didefinisikan sebagai berikut:: (1) persegipanjang ialah segiempat yang dua pasang sisi yang berhadapan sejajar dan satu sudut siku-siku; (2) persegipanjang ialah segiempat yang dua pasang sisi yang berhadapan sama panjang dan satu sudutnya siku-siku; dan (3) persegipanjang ialah segiempat yang sepasang sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang serta satu sudut siku-siku. Dengan demikian ketiga definisi di atas adalah definisi yang mempunyai ektensi sama tetapi dengan intensi yang berbeda. Belahketupat, persegi, layang-layang dan trapesium yang digunakan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut. Belahketupat ialah segiempat yang keempat sisi sama panjang. Persegi adalah segiempat yang keempat sisi sama panjang dan satu sudut siku-siku. Layang-layang ialah segiempat yang dua pasang sisi berdekatan sama panjang dan sisi tersebut tidak tumpang tindih. Trapesium ialah: (1) segiempat yang sepasang sisi berhadapan sejajar; atau 52 /Aksiomatika

16 (2) segiempat yang tepat sepasang sisi berhadapan sejajar. Jika definisi analitis yang digunakan, maka persegipanjang ialah jajargenjang yang satu sudutnya siku-siku; belahketupat ialah jajargenjang yang keempat sisi sama atau layang-layang yang keempat sisi sama; dan persegi ialah persegipanjang yang keempat sisi sama atau persegi ialah belahketupat yang satu sudutnya siku-siku. Jika definisi trapesium digunakan definisi (1) yaitu segiempat yang sepasang sisi berhadapan sejajar, maka jajargenjang ialah trapesium yang mempunyai dua pasang sisi sejajar. Berdasar peta konsep di atas, trapesium didefinisikan dengan menggunakan genus proksimum segiempat dengan menambah syarat mempunyai sepasang sisi yang sejajar. Dengan demikian trapesium ialah segiempat yang mempunyai sepasang sisi sejajar. Dengan cara sama, jajargenjang ialah trapesium yang mempunyai dua pasang sisi sejajar dan persegipanjang ialah jajargenjang yang satu sudutnya siku-siku. Demikian juga untuk layang-layang, belahketupat dan persegi. Diberikan segiempat ABCD, AB s1, BC s2, CD s 3, dan s4 m s1, s2 AD dengan gradien berturut-turut m, m s3, m s4. Jika P pusat lingkaran dalam segiempat ABCD, maka dp s1 menyatakan jarak pusat P ke sisi 1 s. Peta konsep berdasarkan intensi definisi dikemukakan Soedjadi (2005) disajikan Gambar 2.7. Aksiomatika / 53

17 PETA KONSEP SEGIEMPAT (berdasarkan itensi definisinya) SEGIEMPAT sdt = 360 o SEGI-4 TALIBUSUR A + C = sdt = 360 o TRAPESIUM ms1 = ms3 sdt = 360 o JAJARGENJANG ms1=ms3, ms2=ms4 sdt=360 o LAYANG-2 s1=s2, s3=s4 sdt = 360 o SEGI-4 GRS.SING sdt = 360 o ; dps1=dps2 dps2 =dps3, dps3 = dp s4 PERSEGIPANJANG sdt = 360 o ms1 = ms3; ms2 = ms4; A = 90 o BELAHKETUPAT sdt = 360 o ; ms1 = ms3 ms2 = ms4; s1 = s2 PERSEGI sdt = 360 o ; ms1 = ms3 ms2 = ms4; A = 90 o s1 = s2 Jika intensi definisi diubah, skema di atas akan berubah, sehingga jajargenjang, persegipanjang, belahketupat berada di bawah trapesium. Jadi peta konsep sangat dipengaruhi oleh bunyi definisi (semantik) yang digunakan atau hubungan yang diutamakan. Diagram di atas menunjukkan bahwa posisi segiempat talibusur dan trapesium ialah setingkat, karena keduanya didefinisikan dari segiempat dengan menambah satu syarat. Demikian juga dengan jajargenjang dan layang-layang juga setingkat, karena keduanya didefinisikan dari segiempat dengan menambah dua syarat. Segiempat garis singgung, persegipanjang dan belahketupat juga setingkat, karena ketiganya didefinisikan dari segiempat dengan menambah tiga syarat. Persegi 54 /Aksiomatika

18 berada ditingkat paling bawah karena persegi didefinisikan dari segiempat dengan menambah empat syarat. Diagram di atas menunjukkan bahwa makin ke bawah syarat yang diperlukan makin bertambah. Sebagai akibat dari pembuatan diagram yang memperhatikan posisi atau tingkat, akan berakibat jika segiempat talibusur ditambah satu syarat akan menjadi trapesium, ditambah tiga syarat menjadi persegipanjang, dan ditambah empat syarat menjadi persegi. Demikian juga jika trapesium ditambah satu syarat menjadi segiempat talibusur atau jajargenjang, ditambah tiga syarat menjadi segiempat garis singgung. E. Pernyataan Bukan Pangkal Di depan telah dikenalkan aksioma yang juga dapat disebut sebagai pernyataan pangkal. Pemyataan yang disepakati, dan oleh karena itu tidak memerlukan pembuktian. Sekarang akan dibicarakan pernyataan lain, yang dapat diturunkan dari aksioma ataupun teorema sebelumnya. Pada umumnya suatu teorema dapat dinyatakan sebagai suatu implikasi (Jika... maka...). Di bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa suatu teorema atau suatu sifat tertentu tidak selalu didapat dengan pemikiran deduktif, tetapi juga mungkin ditemukan melalui pengalaman lapangan ataupun data empirik. Namun demikian akhimya kebenarannya harus dapat dibuktikan dengan pola pikir deduktif dalam strukturnya. Jadi, suatu teorema atau suatu sifat tertentu dapat saja diperoleh melalui langkah-iangkah induktif, baru kemudian dibuktikan kebenarannya dengan cara Aksiomatika / 55

19 deduktif. Sifat-sifat suatu barisan dapat saja "ditemukan" secara coba-coba, baru kemudian dapat dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan induksi matematika. Demikian juga beberapa sifat atau teorema dalam teori jaringan atau graph Telah dikemukakan bahwa pada umumnya suatu teorema berupa suatu implikasi. Namun ada juga yang berupa biimplikasi. Berbeda dengan definisi, kalimatnya selalu harus diartikan sebagai suatu biimplikasi. Dalam pembicaraan teorema, termasuk di dalamnya lemma dan corrolary. Jika suatu teorema dipandang sebagai suatu implikasi Jika.maka.., dapatlah ditinjau unsur-unsurnya. Unsur-unsur suatu teorema adalah: 1) Latar belakang Latar belakang suatu teorema merupakan keterangan atau penjelasan yang memungkinkan teorema tersebut berlaku. 2) Hipotesis/anteseden Hipotesis biasanya terdapat di belakang kata jika. Hipotesis merupakan pemyataan yang menjadi landasan untuk dapat membuat simpulan yang berupa pemyataan lain. 3) Konklusilkonsekuen Konklusi biasanya terdapat di belakang kata "maka". Konklusi adalah pemyataan yang merupakan analisis atau hasil telaah dari hipotesis. Perhatikan teorema berikut Sudut-sudut alas suatu segitiga samakaki sama besarnya. Pemyataan tersebut dapat diubah menjadi: Jika sebuah segitga samakaki maka sudut-sudut alasnya sama. Dengan bentuk pernyataan Jika maka.. ini lebih mudah menentukan unsur-unsur teorema tersebut, yaitu: 1) 56 /Aksiomatika

20 latar belakangnya adalah segitiga, 2) hipotesisnya adalah segitiga samakaki, dan 3) konlusinya adalah sudut-sudut alasnya sama. Dari contoh di atas jelas bahwa hipotesis suatu teorema adalah bagian yang dianggap diketahui. sedangkan konklusi suatu teorema adalah bagian yang akan dibuktikan kebenarannya. LATIHAN 2 1. Berikan contoh lingkaran definisi yang tidak matematik 2. Berikan contoh lingkaran definisi yang matematik 3. Selidiki pernyataan mana yang dapat dinyatakan dengan bila dan hanya bila atau yang reversible. a. Suatu merpati adalah burung b. Suatu persegi adalah suatu segiempat c. Suatu jajargenjang adalah suatu segiempat yang 2 sisinya yang berhadapan sama dan sejajar. d. Amat itu anak yang berambut panjang. e. Suatu garis lurus terletak pada suatu bidang datar jika paling sedikit 2 titiknya terletak pada bidang itu. 4. Apakah yang dimaksud dengan suatu deduksi dalam geometri itu? 5. Harus mempunyai apa saja suatu sistem deduktif itu? 6. Diketahui : Geometri 4 titik Aksioma 1: Terdapat tepat 4 buah titik. dan tidak ada tiga di antaranya yang segaris. Aksioma 2: Melalui duah bua titik dapat dibuat tepat sebuah garis. a. Susunlah Teorema 1 yang menyatakan banyaknya garis lurus, dan buktikan. Aksiomatika / 57

21 b. Jika kemudian disisipkan Definisi 1: Melalui tiga buah titik dapat dibuat sebuah segitiga, maka susunlah Teorema 2 yang menyatakan banyaknya segitiga. c. Jika kemudian disisipkan Definisi 2: Dua garis dikatakan sejajar jika tidak mempunyai titik serikat, maka susunlah Teorema 3 yang menyatakan banyaknya pasangan garis sejajar. d. Susunlah Teorema 4 yang menyatakan banyaknya diagonal. 7. Diketahui: geometri 5 titik. Diketahui aksioma-aksioma berikut. Aksioma 1 : Terdapat tepat 5 buah titik, dan tidak ada tiga di antaranya yang segaris. Aksioma 2 : Melalui duah bua titik dapat dibuat tepat sebuah garis. a. Susunlah Teorema 1 yang menyatakan banyaknya garis lurus, dan buktikan. b. Jika kemudian disisipkan Definisi 1: Melalui tiga buah titik dapat dibuat sebuah segitiga, maka susunlah Teorema 2 yang menyatakan banyaknya segitiga. c. Jika kemudian disisipkan Definisi 2: Dua garis dikatakan sejajar jika tidak mempunyai titik serikat, maka susunlah Teorema 3 yang menyatakan banyaknya pasangan garis sejajar. d. Susunlah Teorema 4 yang menyatakan banyaknya diagonal. 8. Diketahui : Geometri 8 titik Aksioma 1: Terdapat tepat 8 buah titik, dan tidak ada tiga di antaranya yang segaris. Aksioma 2: Melalui dua buah titik dapat dibuat tepat sebuah garis. 58 /Aksiomatika

22 b. Susunlah Teorema 1 yang menyatakan banyaknya garis lurus, dan buktikan. c. Jika kemudian disisipkan Teorema 1: Melalui tiga buah titik dapat dibuat sebuah segitiga, maka susunlah Teorema 2 yang menyatakan banyaknya segitiga. d. Jika kemudian disisipi Teorema 2: Dua garis dikatakan sejajar jika tidak mempunyai titik serikat, maka susunlah Teorema 3 yang menyatakan banyaknya pasangan garis sejajar. e. Susunlah Teorema 4 yang menyatakan banyaknya diagonal. 9. Diketahui : Geometri n titik Aksioma 1: Terdapat tepat n buah titik, dan tidak ada tiga diantaranya yang segaris. Aksioma 2: Melalui dua buah titik dapat dibuat tepat sebuah garis. a. Susunlah Teorema 1 yang menyatakan banyaknya garis lurus, dan buktikan. b. Jika kemudian disisipkan Definisi 1: Melalui tiga buah titik dapat dibuat sebuah segitiga, maka susunlah Teorema 2 yang menyatakan banyaknya segitiga. c. Jika kemudian disisipi Definisi 2: Dua garis dikatakan sejajar jika tidak mempunyai titik serikat, maka susunlah Teorema 3 yang menyatakan banyaknya pasangan garis sejajar. d. Susunlah Teorema 4 yang menyatakan banyaknya diagonal Aksiomatika / 59

DASAR-DASAR MATEMATIKA

DASAR-DASAR MATEMATIKA DASAR-DASAR MATEMATIKA Manfaat Matematika Pengertian Karakteristik Matematika Perbedaan matematika dan Pendidikan Matematika Refleksi Pengantar Dasar Matematika 1 MANFAAT MEMPELAJARI MATEMATIKA PERDAGANGAN

Lebih terperinci

Matematika dan Pendidikan Matematika

Matematika dan Pendidikan Matematika Modul 1 Matematika dan Pendidikan Matematika Dra. Susanah, M.Pd. B PENDAHULUAN erbicara tentang hakikat matematika berarti berbicara tentang apa sebenarnya matematika itu, baik itu ditinjau dari pengertian

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN KELAS VII SEMESTER I. Mata Pelajaran : Matematika

PROGRAM PEMBELAJARAN KELAS VII SEMESTER I. Mata Pelajaran : Matematika PROGRAM PEMBELAJARAN KELAS VII SEMESTER I Mata Pelajaran : Matematika 191 PROGRAM SEMESTER TAHUN PELAJARAN 20 / 20 Nama Sekolah : Kelas/ Semester : VII/1 Mata Pelajaran : Matematika Aspek : BILANGAN Standar

Lebih terperinci

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam MAKALAH GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata geometri berasal dari bahasa Yunani yang berarti ukuran bumi. Maksudnya mencakup segala sesuatu

Lebih terperinci

Oleh : Sutopo, S.Pd., M.Pd. Prodi P Mat-Jurusan PMIPA FKIP UNS

Oleh : Sutopo, S.Pd., M.Pd. Prodi P Mat-Jurusan PMIPA FKIP UNS Oleh : Sutopo, S.Pd., M.Pd. Prodi P Mat-Jurusan PMIPA FKIP UNS Materi KKD I Konsep dasar geometri dan segitiga (termasuk teorema dan aksioma terkait) KKD II Poligon dan Lingkaran (sifat dan luas) KKD III

Lebih terperinci

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai

Lebih terperinci

UKURAN RUAS-RUAS GARIS PADA SEGITIGA SKRIPSI

UKURAN RUAS-RUAS GARIS PADA SEGITIGA SKRIPSI UKURAN RUAS-RUAS GARIS PADA SEGITIGA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

KISI-KISI PENULISAN SOAL UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS KISI-KISI PENULISAN SAL UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Mata Pelajaran : Matematika Materi Pokok : Segiempat dan Segitiga Kelas / semester : VII / 2 Standar Komptensi : Memahami konsep segi empat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI A.

BAB II KAJIAN TEORI A. BAB II KAJIAN TEORI A. Tahap-tahap Berpikir van Hiele Pierre van Hiele dan Dina van Hiele-Geldof adalah sepasang suami-istri bangsa Belanda yang mengabdi sebagai guru matematika di negaranya. Pada tahun

Lebih terperinci

Objek Pembelajaran Matematika Sekolah

Objek Pembelajaran Matematika Sekolah Modul 1 Objek Pembelajaran Matematika Sekolah Drs. Soemoenar M odul ini menyajikan kajian tentang Objek Pembelajaran Matematika Sekolah. Didahului dengan penjelasan tentang ilmu matematika yang memiliki

Lebih terperinci

Geometri dan Pengukuran dalam Kurikulum Matematika

Geometri dan Pengukuran dalam Kurikulum Matematika Geometri dan Pengukuran dalam Kurikulum Matematika Farida Nurhasanah 2012 SI SD kelas I smt 1 Geometri dan Pengukuran 2. Menggunakan pengukuran waktu dan panjang 3. Mengenal beberapa bangun ruang 2.1 Menentukan

Lebih terperinci

Pertemuan I HAKEKAT MATEMATIKA Oleh: A.N. Cahyono, S.Pd., M.Pd. IKIP PGRI Semarang

Pertemuan I HAKEKAT MATEMATIKA Oleh: A.N. Cahyono, S.Pd., M.Pd. IKIP PGRI Semarang Pertemuan I HAKEKAT MATEMATIKA Oleh: A.N. Cahyono, S.Pd., M.Pd. IKIP PGRI Semarang MATHEMATICS it s difficult to give a precise definition of mathematics too which all mathematicians would agree Pure mathematics

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA KISI-KISI ULANGAN KENAIKAN KELAS (SEMESTER GENAP) TAHUN PELAJARAN 2012/2013

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA KISI-KISI ULANGAN KENAIKAN KELAS (SEMESTER GENAP) TAHUN PELAJARAN 2012/2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA KISI-KISI ULANGAN KENAIKAN KELAS (SEMESTER GENAP) TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Satuan Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas : VII (TUJUH) Jumlah : 40 Bentuk

Lebih terperinci

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai

Lebih terperinci

Geometri I. Garis m dikatakan sejajar dengan garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan kedua garis tidak berpotongan

Geometri I. Garis m dikatakan sejajar dengan garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan kedua garis tidak berpotongan Definisi 1.1 Garis m dikatakan memotong garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan bertemu satu bidang datar dan bertemu pada satu titik Definisi 1.2 Garis m dikatakan sejajar dengan

Lebih terperinci

SILABUS PEMELAJARAN. Indikator Pencapaian Kompetensi. Tes tertulis

SILABUS PEMELAJARAN. Indikator Pencapaian Kompetensi. Tes tertulis Sekolah :... Kelas : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : Matematika Semester : II (dua) SILABUS PEMELAJARAN ALJABAR Standar : 4. Menggunakan konsep dan diagram Venn dalam pemecahan masalah Kegiatan 4.1 Mema-hami

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada Bab II ini akan diuraikan berbagai konsep dasar yang digunakan pada bagian pembahasan. Pada bab II ini akan dibahas pengenalan Geometri Non- Euclid, Geometri Insidensi, Geometri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep, Konsepsi, dan Miskonsepsi Konsep menurut Berg (1991:8) adalah golongan benda, simbol, atau peristiwa tertentu yang digolongkan berdasarkan sifat yang dimiliki

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN-BANGUN SEGIEMPAT MELALUI PENGGUNAAN JARINGAN KONSEP. Sri Tresnaningsih 1) Dosen Universitas Terbuka-UPBJJ Surabaya

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN-BANGUN SEGIEMPAT MELALUI PENGGUNAAN JARINGAN KONSEP. Sri Tresnaningsih 1) Dosen Universitas Terbuka-UPBJJ Surabaya PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN-BANGUN SEGIEMPAT MELALUI PENGGUNAAN JARINGAN KONSEP 1) Sri Tresnaningsih 1) Dosen Universitas Terbuka-UPBJJ Surabaya Abstract Geometry is a part of mathematics that

Lebih terperinci

15. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMP/MTs

15. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMP/MTs 15. KOMPETENSI INTI DAN MATEMATIKA SMP/MTs KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

Inisiasi 2 Geometri dan Pengukuran

Inisiasi 2 Geometri dan Pengukuran Inisiasi 2 Geometri dan Pengukuran Apa kabar Saudara? Semoga Anda dalam keadaan sehat dan semangat selalu. Selamat berjumpa pada inisiasi kedua pada mata kuliah Pemecahan Masalah Matematika. Kali ini topik

Lebih terperinci

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan 09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

Geometri Dimensi Dua

Geometri Dimensi Dua Geometri Dimensi Dua Materi Pelatihan Guru SMK Model Seni/Pariwisata/Bisnis Manajemen Yogyakarta, 28 November 23 Desember 2010 Oleh Dr. Ali Mahmudi JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII ( 1 ) SEMESTER I

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII ( 1 ) SEMESTER I KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII ( 1 ) SEMESTER I 16 KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN: MATEMATIKA Sekolah : SMP/MTs... Kelas : VII Semester : I

Lebih terperinci

. A.M. A. Titik, Garis, dan Bidang BANGUN GEOMETRI

. A.M. A. Titik, Garis, dan Bidang BANGUN GEOMETRI A. Titik, Garis, dan Bidang BANGUN GEOMETRI Suatu titik menyatakan letak atau posisi dari sesuatu yang tidak mempunyai ukuran, maka titik tidak mempunyai ukuran. Dikatakan bahwa titik berdimensi nol (tak

Lebih terperinci

BAB IV PENALARAN MATEMATIKA

BAB IV PENALARAN MATEMATIKA BAB IV PENALARAN MATEMATIKA A. Pendahuluan Materi penalaran matematika merupakan dasar untuk mempelajari materimateri logika matematika lebih lanjut. Logika tidak dapat dilepaskan dengan penalaran, karena

Lebih terperinci

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA Wahyudi Pendahuluan D alam menyelesaikan permasalahan matematika, penalaran matematis sangat diperlukan. Penalaran matematika menjadi pedoman atau tuntunan sah atau tidaknya

Lebih terperinci

Silabus Matematika Kelas VII Semester Genap 44

Silabus Matematika Kelas VII Semester Genap  44 Indikator : 1. Menentukan banyaknya cara persegi panjang dapat menempati bingkainya. 2. Menggunakan sifat-sifat persegi panjang, sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dalam perhitungan. 3. Menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B. Tujuan. D. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B. Tujuan. D. Rumusan Masalah I PENDHULUN. Latar elakang Geometri (daribahasayunani, geo = bumi, metria = pengukuran) secaraharfiah berarti pengukuran tentang bumi, adalahcabangdarimatematika yang mempelajari hubungan di dalamruang.

Lebih terperinci

SARANA BERFIKIR ILMIAH

SARANA BERFIKIR ILMIAH SARANA BERFIKIR ILMIAH Konsep terbaru filsafat abad 20 didasarkan atas dasar fungsi berfikir, merasa, cipta talent dan kreativitas. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Untuk

Lebih terperinci

Kisi kisi Soal Tes. Bentuk Nomor. Uraian 1

Kisi kisi Soal Tes. Bentuk Nomor. Uraian 1 44 Lampiran 1 : Kisi-kisi So_al Tes Kisi kisi Soal Tes No Materi Uraian Materi 1 Bangun Segi datar empat adalah bangu n datar yang dibatas i oleh empat sisi Indikator Soal Siswa dapat mengenal jenis jenis

Lebih terperinci

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains.

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains. ILMU DAN MATEMATIKA ILMU Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains. John Warfield; Ilmu dipandang sebagai suatu proses. Pandangan

Lebih terperinci

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2 KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Matematika. : SMP/MTs. : VII s/d IX /1-2 Nama Guru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep, Konsepsi dan Prakonsepsi Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek, misalnya benda-benda atau kejadian-kejadian yang mewakili kesamaan ciri khas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari matematika adalah mempunyai obyek dasar yang abstrak. Objek-objek

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari matematika adalah mempunyai obyek dasar yang abstrak. Objek-objek 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Objek Matematika Soedjadi menyatakan bahwa salah satu karakteristik atau ciri-ciri khusus dari matematika adalah mempunyai obyek dasar yang abstrak. Objek-objek tersebut merupakan

Lebih terperinci

Drs. Slamin, M.Comp.Sc., Ph.D. Program Studi Sistem Informasi Universitas Jember

Drs. Slamin, M.Comp.Sc., Ph.D. Program Studi Sistem Informasi Universitas Jember Penalaran Dalam Matematika Drs. Slamin, M.Comp.Sc., Ph.D Program Studi Sistem Informasi Universitas Jember Outline Berpikir Kritis 1 p 2 Penalaran Induktif 3 Bekerja dengan Pola Pola Bilangan Pola Geometri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pikiran-pikiran manusia berhubungan dengan ide dan penalaran. Ide-ide yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pikiran-pikiran manusia berhubungan dengan ide dan penalaran. Ide-ide yang 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Matematika Pendefinisian matematika sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat, namun demikian dapat dikenal melalui karakteristiknya. Matematika timbul karena

Lebih terperinci

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF Unit 6 PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF Wahyudi Pendahuluan U nit ini membahas tentang penalaran induktif dan deduktif yang berisi penarikan kesimpulan dan penalaran indukti deduktif. Dalam penalaran induktif

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak

Lebih terperinci

Geometri di Bidang Euclid

Geometri di Bidang Euclid Modul 1 Geometri di Bidang Euclid Dr. Wono Setya Budhi G PENDAHULUAN eometri merupakan ilmu pengetahuan yang sudah lama, mulai dari ribuan tahun yang lalu. Berpikir secara geometris dari satu bentuk ke

Lebih terperinci

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI D. GEOMETRI 1. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta diklat memahami dan dapat menjelaskan unsur-unsur geometri, hubungan titik, garis dan bidang; sudut; melukis bangun geometri; segibanyak;

Lebih terperinci

KI dan KD Matematika SMP/MTs

KI dan KD Matematika SMP/MTs KI dan KD Matematika SMP/MTs Kelas VIII Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,

Lebih terperinci

Geometri Bangun Datar. Suprih Widodo, S.Si., M.T.

Geometri Bangun Datar. Suprih Widodo, S.Si., M.T. Geometri Bangun Datar Suprih Widodo, S.Si., M.T. Geometri Adalah pengukuran tentang bumi Merupakan cabang matematika yang mempelajari hubungan dalam ruang Mesir kuno & Yunani Euclid Geometri Aksioma /postulat

Lebih terperinci

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

SEGITIGA DAN SEGIEMPAT SEGITIGA DAN SEGIEMPAT A. Pengertian Segitiga Jika tiga buah titik A, B dan C yang tidak segaris saling di hubungkan,dimana titik A dihubungkan dengan B, titik B dihubungkan dengan titik C, dan titik C

Lebih terperinci

SILABUS MATEMATIKA KELAS VII. Menjelaskan jenis-jenis. segitiga. berdasarkan sisisisinya. berdasarkan besar. pengertian jajargenjang,

SILABUS MATEMATIKA KELAS VII. Menjelaskan jenis-jenis. segitiga. berdasarkan sisisisinya. berdasarkan besar. pengertian jajargenjang, LAMPIRAN 1. Silabus SILABUS MATEMATIKA KELAS VII Standar Kompetensi : GEOMETRI 4.Memahami konsep segi empat dan serta menentukan ukurannya Kompetensi 6.1 Segiempat dan Mengident i fikasi sifat-sifat berdasarka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika, menurut Ruseffendi adalah bahasa simbol; ilmu deduktif

BAB I PENDAHULUAN. Matematika, menurut Ruseffendi adalah bahasa simbol; ilmu deduktif BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Matematika, menurut Ruseffendi adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktiaan secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur

Lebih terperinci

BAB 7 GEOMETRI NETRAL

BAB 7 GEOMETRI NETRAL BAB 7 GEOMETRI NETRAL Ilmuwan besar matematika ini lahir pada bulan April 1777, di Brunswick, Daerah duke Brunswick (sekarang Negara Jerman). Gauss tumbuh didalam keluarga yang agak sederhana, bukan kaya

Lebih terperinci

- Segitiga dengan dua sisinya sama panjang dan terbentuk dari dua segitiga siku-siku yang kongruen disebut segitiga samakaki

- Segitiga dengan dua sisinya sama panjang dan terbentuk dari dua segitiga siku-siku yang kongruen disebut segitiga samakaki SEGITIG DN SEGIEMPT. SEGITIG 1. Mengenal Segitiga Jika persegi panjang PQRS dipotong melalui diagonal PR, maka akan didapat dua bangun yang berbentuk segitiga yang sama dan sebangun atau kongruen. Semua

Lebih terperinci

BELAJAR VAN HIELE. Oleh: Andi Ika Prasasti Abrar Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Papopo

BELAJAR VAN HIELE. Oleh: Andi Ika Prasasti Abrar Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Papopo BELAJAR VAN HIELE Oleh: Andi Ika Prasasti Abrar Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Papopo Abstrak: Dalam pembelajaran geometri terdapat teori belajar yang dikemukakan oleh Pierre Van Hiele,

Lebih terperinci

PENALARAN DALAM MATEMATIKA

PENALARAN DALAM MATEMATIKA PENALARAN DALAM MATEMATIKA A. PENDAHULUAN Siswa belajar dimulai dari mengamati contoh-contoh atau fenomena Dari informasi-informasi yang diperoleh secara khusus siswa mencoba melakukan generalisasi secara

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Sekolah : MTs... Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Semester : VII / 1 dan 2 Tahun pelajaran : Target Nilai Portah : 55

PROGRAM TAHUNAN. Sekolah : MTs... Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Semester : VII / 1 dan 2 Tahun pelajaran : Target Nilai Portah : 55 PROGRAM TAHUNAN Sekolah : MTs.... Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Semester : VII / 1 dan 2 Tahun pelajaran : Target Nilai Portah : 55 Standar Sem Kompetensi 1 BILANGAN 1. Memahami sifat-sifat operasi

Lebih terperinci

BAB 3 PENALARAN DALAM GEOMETRI

BAB 3 PENALARAN DALAM GEOMETRI BAB 3 PENALARAN DALAM GEOMETRI A. Kompetensi dan Indikator A.1 Kompetensi Memahami penalaran dalam geometri A.2 Indikator 1. Menjelaskan penalaran induksi 2. Menjelaskan contoh sangkalan 3. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geometri berasal dari kata latin Geometria. Geo artinya tanah, dan

BAB I PENDAHULUAN. Geometri berasal dari kata latin Geometria. Geo artinya tanah, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geometri berasal dari kata latin Geometria. Geo artinya tanah, dan metria artinya pengukuran. Menurut sejarahnya, Geometri tumbuh pada zaman jauh sebelum masehi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geometri berasal dari kata Latin Geometria. Kata geo memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. Geometri berasal dari kata Latin Geometria. Kata geo memiliki arti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geometri berasal dari kata Latin Geometria. Kata geo memiliki arti tanah dan metria memiliki arti pengukuran. Berdasarkan sejarah, Geometri tumbuh jauh sebelum

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN : MATEMATIKA

PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN : MATEMATIKA PERANGKAT PEMBELAJARAN PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN : MATEMATIKA Kelas VII SEMESTER 1 & 2 MTs.... PROGRAM TAHUNAN Sekolah : MTs.... Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Semester : VII / 1 dan 2 Tahun

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMP... Kelas : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : Matematika Semester : I (satu) SILABUS PEMBELAJARAN BILANGAN Standar : 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan

Lebih terperinci

UNIT TEORI BELAJAR VAN HIELE. Purwoko PENDAHULUAN

UNIT TEORI BELAJAR VAN HIELE. Purwoko PENDAHULUAN UNIT 4 TEORI BELAJAR VAN HIELE Purwoko PENDAHULUAN D alam mata kuliah Kapita Selekta, Anda telah diperkenalkandengan Teori Belajar Van Hiele. Selanjutnya, dalam bahan ajar Anda masih akan diperkenalkan

Lebih terperinci

Dr. Winarno, S. Si, M. Pd. - Modul Matematika PGMI - 1 BAB I PENDAHULUAN

Dr. Winarno, S. Si, M. Pd. - Modul Matematika PGMI - 1 BAB I PENDAHULUAN Dr. Winarno, S. Si, M. Pd. - Modul Matematika PGMI - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada beberapa pendapat yang disampaikan para ahli mengenai definisi dari istilah matematika. Matematika didefinisikan

Lebih terperinci

A. Jumlah Sudut dalam Segitiga. Teorema 1 Jumlah dua sudut dalam segitiga kurang dari Bukti:

A. Jumlah Sudut dalam Segitiga. Teorema 1 Jumlah dua sudut dalam segitiga kurang dari Bukti: Geometri Netral? Geometri yang dilengkapi dengan sistem aksioma-aksioma insidensi, sistem aksioma-aksioma urutan, sistem aksioma kekongruenan (ruas garis, sudut, segitiga) dan sistem aksioma-aksioma archiemedes

Lebih terperinci

13. Menyelesaikan masalah-masalah dalam matematika atau bidang lain yang penyelesaiannya menggunakan konsep aritmetika sosial dan perbandingan.

13. Menyelesaikan masalah-masalah dalam matematika atau bidang lain yang penyelesaiannya menggunakan konsep aritmetika sosial dan perbandingan. ix S Tinjauan Mata Kuliah elamat bertemu, selamat belajar, dan selamat berdiskusi dalam mata kuliah Materi Kurikuler Matematika SMP. Mata kuliah ini berisi tentang materi matematika SMP yang terdiri dari

Lebih terperinci

1 SOAL Latihan UAS 2 2017/2018 Mapel: Matematika Kelas 7 Topik: Himpunan I. Pilihan Ganda 1. Pernyataan di bawah ini yang bukan merupakan himpunan adalah..... A. Himpunan siswa SMP di Kota Tangerang Selatan

Lebih terperinci

SILABUS PEMELAJARAN. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan jenisjenis. berdasarkan sisisisinya. berdasarkan besar sudutnya

SILABUS PEMELAJARAN. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan jenisjenis. berdasarkan sisisisinya. berdasarkan besar sudutnya 42 43 SILABUS PEMELAJARAN Sekolah :... Kelas : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : Matematika Semester : II (dua) GEOMETRI Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya

Lebih terperinci

Tabel 1. Rata-rata Nilai Ujian Nasional Secara Nasional

Tabel 1. Rata-rata Nilai Ujian Nasional Secara Nasional Rekap Nilai Ujian Nasional tahun 2011 Pada tahun 2011 rata-rata nilai matematika 7.31, nilai terendah 0.25, nilai tertinggi 10, dengan standar deviasi sebesar 1.57. Secara rinci perolehan nilai Ujian Nasional

Lebih terperinci

BAGAIMANA MENENTUKAN BENAR TIDAKNYA SUATU PERNYATAAN?

BAGAIMANA MENENTUKAN BENAR TIDAKNYA SUATU PERNYATAAN? BAGAIMANA MENENTUKAN BENAR TIDAKNYA SUATU PERNYATAAN? Fadjar Shadiq Dimulai sejak kecil, setiap manusia, sedikit demi sedikit akan melengkapi perbendaharaan kata-katanya. Di saat berkomunikasi, seseorang

Lebih terperinci

Geometri Insidensi. Modul 1 PENDAHULUAN

Geometri Insidensi. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Geometri Insidensi M PENDAHULUAN Drs. Rawuh odul Geometri Insidensi ini berisi pembahasan tentang pembentukkan sistem aksioma dan sifat-sifat yang mendasari geometri tersebut. Sebelumnya Anda akan

Lebih terperinci

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

DASAR-DASAR GEOMETRI Suatu Pengantar Mempelajari Sistem-sistem Geometri

DASAR-DASAR GEOMETRI Suatu Pengantar Mempelajari Sistem-sistem Geometri DASAR-DASAR GEOMETRI Suatu Pengantar Mempelajari Sistem-sistem Geometri Budiyono Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo Abstrak Dengan memandang geometri sebagai sistem deduktif,

Lebih terperinci

Silabus. Kegiatan Pembelajaran Instrumen

Silabus. Kegiatan Pembelajaran Instrumen NAMA SEKOLAH : MATA PELAJARAN : Matematika KELAS : XI STANDAR KOMPETENSI : Menerapkan logika matematka dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor KODE KOMPETENSI

Lebih terperinci

Matematika Semester IV

Matematika Semester IV F U N G S I KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan perbedaan konsep relasi dan fungsi Menerapkan konsep fungsi linear Menggambar fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi trigonometri

Lebih terperinci

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SDLB TUNANETRA

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SDLB TUNANETRA - 105 - I. KOMPETENSI INTI DAN MATEMATIKA SDLB TUNANETRA KELAS I Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

GEOMETRI Geometri Dasar Oleh: WIDOWATI Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

GEOMETRI Geometri Dasar Oleh: WIDOWATI Jurusan Matematika FMIPA UNDIP GEOMETRI Geometri Dasar Oleh: WIDOWATI Jurusan Matematika FMIPA UNDIP 1 Geometri dasar Himpunan berbentuk beserta sistem aksioma yang melibatkan 5 aksioma disebut Struktur Geometri Euclid, dengan unsurunsur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Wayan Memes (2000), mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB II HAKIKAT DAN PERANAN MATEMATIKA

BAB II HAKIKAT DAN PERANAN MATEMATIKA BAB II HAKIKAT DAN PERANAN MATEMATIKA Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan

Lebih terperinci

1. BARISAN ARITMATIKA

1. BARISAN ARITMATIKA MATEMATIKA DASAR ARITMATIKA BARISAN ARITMATIKA 1. BARISAN ARITMATIKA Sering disebut barisan hitung, adalah barisan bilangan yang setiap sukunya diperoleh dari suku sebelumnya dengan menambah atau mengurangi

Lebih terperinci

Kue yang bulat, Lingkungan. Garis bilangan Termometer. Tangga rumah. 1x40 menit Buku teks. Instrumen. dan kurang dari 10.

Kue yang bulat, Lingkungan. Garis bilangan Termometer. Tangga rumah. 1x40 menit Buku teks. Instrumen. dan kurang dari 10. Sekolah : Kelas : VII Mata Pelajaran : Matematika Semester : I(satu) SILABUS Standar Kompetensi : BILANGAN 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah Kompetensi

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab pembahasan ini akan dibahas mengenai Geometri Hiperbolik yang

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab pembahasan ini akan dibahas mengenai Geometri Hiperbolik yang BAB III PEMBAHASAN Pada bab pembahasan ini akan dibahas mengenai Geometri Hiperbolik yang didasarkan kepada enam postulat pada Geometri Netral dan Postulat Kesejajaran Hiperbolik. Akan dibahas sifat-sifat

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL MATEMATIKA SMP KELAS 8

KUMPULAN SOAL MATEMATIKA SMP KELAS 8 KUMPULAN SOAL MATEMATIKA SMP KELAS 8 Dirangkum oleh Moch. Fatkoer Rohman Website: http://fatkoer.co.cc http://zonamatematika.co,cc Email: fatkoer@gmail.com 009 Evaluasi Bab 1 Untuk nomor 1 sampai 5 pilihlah

Lebih terperinci

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) 42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL-SOAL UN TAHUN 2012 KODE : D45. NO SOAL PEMBAHASAN 1 Hasil dari adalah... Ingat!

PEMBAHASAN SOAL-SOAL UN TAHUN 2012 KODE : D45. NO SOAL PEMBAHASAN 1 Hasil dari adalah... Ingat! PEMBAHASAN SOAL-SOAL UN TAHUN 01 KODE : D45 NO SOAL PEMBAHASAN 1 Hasil dari 8 5 3 adalah... 1. a A. 10 5 = a a a a a B. 5. a 1 n n = a C. 3 3. a m n n = a m D. 64 Hasil dari 8 3 adalah... A. 6 B. 8 C.

Lebih terperinci

SISTEM DEDUKTIF AKSIOMATIS DALAM MATEMATIKA DAN MATEMATIKA SEKOLAH

SISTEM DEDUKTIF AKSIOMATIS DALAM MATEMATIKA DAN MATEMATIKA SEKOLAH SISTEM DEDUKTIF AKSIOMATIS DALAM MATEMATIKA DAN MATEMATIKA SEKOLAH Amin Suyitno Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Semarang ABSTRACT In school mathematics, words definition, axiom, or theorem

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Pembelajaran Matematika. 1. Pengertian belajar. Menurut Pedoman Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar dan Menengah, Dirjen Dikdasmen, Depdikbud, Jakarta (1997-1998)

Lebih terperinci

Rasio. atau 20 : 10. Contoh: Tiga sudut memiliki rasio 4 : 3 : 2. tentukan sudut-sudutnya jika:

Rasio. atau 20 : 10. Contoh: Tiga sudut memiliki rasio 4 : 3 : 2. tentukan sudut-sudutnya jika: Rasio Rasio adalah perbandingan ukuran. Rasio digunakan untuk membandingkan besaran dengan pembagian. Misal dua segitiga memiliki bentuk yang sama tetapi ukurannya berbeda. Salah satu sisinya yang seletak

Lebih terperinci

Sifat-Sifat Bangun Datar

Sifat-Sifat Bangun Datar Sifat-Sifat Bangun Datar Bangun datar merupakan sebuah bangun berupa bidang datar yang dibatasi oleh beberapa ruas garis. Jumlah dan model ruas garis yang membatasi bangun tersebut menentukan nama dan

Lebih terperinci

Modul 3 SIMETRI, PERSEGIPANJANG, PERSEGI, DAN KESEJAJARAN GARIS

Modul 3 SIMETRI, PERSEGIPANJANG, PERSEGI, DAN KESEJAJARAN GARIS Modul 3 SIMETRI, PERSEGIPANJANG, PERSEGI, DAN KESEJAJARAN GARIS A. Pengantar Materi yang akan di bahas pada kegiatan pembelajaran ini terdiri atas pengertian simetri lipat, simetri putar, setengah putaran,

Lebih terperinci

SOAL PERSIAPAN UJIAN AKHIR SEMESTER 2 SMP KELAS 7 MATEMATIKA A.

SOAL PERSIAPAN UJIAN AKHIR SEMESTER 2 SMP KELAS 7 MATEMATIKA A. SOAL PERSIAPAN UJIAN AKHIR SEMESTER 2 SMP KELAS 7 MATEMATIKA A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar, dengan memberikan tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d!. Pernyataan berikut yang merupakan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA

Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA A. Pengantar Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dijarkan di SD. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaklah mengetahui

Lebih terperinci

DALIL PYTHAGORAS DAN PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI

DALIL PYTHAGORAS DAN PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI DALIL PYTHAGORAS DAN PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI Segitiga 1. Beberapa sifat yang berlaku pada segitiga adalah : Jumlah sudut-sudut sembarang segitiga adalah 180 0 Pada segitiga ABC berlaku AC = BC B = A

Lebih terperinci

50 LAMPIRAN NILAI SISWA SOAL INSTRUMEN Nama : Kelas : No : BERILAH TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG DIANGGAP BENAR! 1. Persegi adalah.... a. Bangun segiempat yang mempunyai empat sisi dan panjang

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG MGMP MATEMATIKA SMPN SATAP TRYOUT UN menit

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG MGMP MATEMATIKA SMPN SATAP TRYOUT UN menit DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG MGMP MATEMATIKA SMPN SATAP P.0 TRYOUT UN 201 Mata Pelajaran Matematika Hari/Tanggal Waktu 120 menit 1. Hasil dari -1 + (-12 : ) adalah... a -19 b -11 c -9 d 9 2. Hasil

Lebih terperinci

A. Pengantar B. Tujuan Pembelajaran Umum C. Tujuan Pembelajaran Khusus

A. Pengantar B. Tujuan Pembelajaran Umum C. Tujuan Pembelajaran Khusus Modul 5 LINGKARAN A. Pengantar Materi yang akan di bahas pada kegiatan pembelajaran ini terdiri atas pengertian berbagai macam segiempat: jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan trapesium. Disamping

Lebih terperinci

Daftar Simbol. akar pangkat tiga adalah anggota dari. Glosarium 237

Daftar Simbol. akar pangkat tiga adalah anggota dari. Glosarium 237 Daftar Simbol sudut m gradien D diameter r jari-jari + tambah; plus; positif kurang; minus; negatif kali : bagi = sama dengan tidak sama dengan < lebih kecil daripada > lebih besar daripada lebih kecil

Lebih terperinci

Ruang Lingkup Pengukuran di SD

Ruang Lingkup Pengukuran di SD PENGUKURAN DI SD Ruang Lingkup Pengukuran di SD Pengukuran tentang: 1. panjang dan keliling 2. luas 3. luas bangun gabungan 4. volum 5. volum bangun gabungan 6. sudut 7. suhu 8. waktu, jarak dan kecepatan

Lebih terperinci

KONSISTENSI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI HIPERBOLIK

KONSISTENSI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI HIPERBOLIK KONSISTENSI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI HIPERBOLIK (Jurnal 9) Memen Permata Azmi Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia Setelah beberapa pertemuan mempelajari tentang

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami pengertian relasi, relasi ekuivalen, hasil ganda suatu

Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami pengertian relasi, relasi ekuivalen, hasil ganda suatu BAB IV RELASI DAN FUNGSI Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami pengertian relasi, relasi ekuivalen, hasil ganda suatu relasi, relasi invers, relasi identitas, pengertian fungsi, bayangan invers

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL-SOAL UN TAHUN 2012 KODE : D45 NO SOAL PEMBAHASAN. Ingat! a = a a a a a A. 10. Ingat!

PEMBAHASAN SOAL-SOAL UN TAHUN 2012 KODE : D45 NO SOAL PEMBAHASAN. Ingat! a = a a a a a A. 10. Ingat! PEMBAHASAN SOAL-SOAL UN TAHUN 0 KODE : D45 NO SOAL PEMBAHASAN 5 Hasil dari 8 adalah... 5. a = a a a a a A. 0 B. 5. = C.. = D. 64 Hasil dari 8 adalah... A. 6 B. 8 C. 6 D. 4 6 4 Hasil dari 7 ( ( 8)) adalah...

Lebih terperinci

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B) 43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. A. PERHITUNGAN ALOKASI WAKTU I. Banyaknya pekan yang tersedia II. Banyaknya Pekan Yang Tidak Efektif

PROGRAM TAHUNAN. A. PERHITUNGAN ALOKASI WAKTU I. Banyaknya pekan yang tersedia II. Banyaknya Pekan Yang Tidak Efektif PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN : MATEMATIKA SATUAN PENDIDIKAN : SMP NEGERI PAREPARE KELAS : VIII SEMESTER : 1 dan TAHUN PELAJARAN : 00-009 A. PERHITUNGAN ALOKASI WAKTU I. Banyaknya pekan yang tersedia

Lebih terperinci

BAB UNSUR DAN SIFAT BANGUN DATAR SEDERHANA

BAB UNSUR DAN SIFAT BANGUN DATAR SEDERHANA BAB 8 UNSUR DAN SIFAT BANGUN DATAR SEDERHANA Dio sedang mengamati benda-benda dalam ruang kelasnya. Ada penggaris segitiga, buku tulis, kertas lipat, papan tulis, beberapa hiasan dinding, atap berbentuk

Lebih terperinci

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan 08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci