BAB 7 GEOMETRI NETRAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 7 GEOMETRI NETRAL"

Transkripsi

1 BAB 7 GEOMETRI NETRAL Ilmuwan besar matematika ini lahir pada bulan April 1777, di Brunswick, Daerah duke Brunswick (sekarang Negara Jerman). Gauss tumbuh didalam keluarga yang agak sederhana, bukan kaya maupun terdidik. Gauss mulai sekolah dasar saat usia tujuh tahun, saat itulah kecerdasannya ditemukan hampir dengan seketika. Dia menjadi sangat terkenal ketika dia diminta untuk menjumlahkan angka-angka 1 sampai 100, dia juga memberitahukan pola bilangan dan dijawab dengan menjumlahkannya. Gauss bisa mengkalkulasi angka-angka pada umur yang sangat muda bahkan dia dapat membantu ayahnya untuk menghitung gajinya. Gauss telah berbuat banyak hal-hal mengagumkan di Matematika. Saat di Brunswick itulah Gauss memformulasikan prinsip kuadrat terkecil dan hasil perkiraan yang dianggap benar jika geometri Euclid tidak benar, dan berbagai temuan kecil lainnya, seperti halnya Euler, Gauss berfikir aljabar secara numerik. Ketika Gauss berumur duapuluh tahun, ia mengalami suatu perkembangan yang sangat cepat, kecepatan yang tidak masuk akal, di bidang penyelidikan matematika dan teori konstruksi. Meskipun keluarganya miskin, Gauss dibiayai oleh adipati Brunswick untuk masuk perguruan tinggi Caroline. Di perguruan tinggi itu gauss melanjutkan studinya di bidang geometri, aljabar dan analisis. Setelah belajar selama 3 tahun, Gauss datang ke universitas gottingen, disini gauss mendapatkan keberhasilan Geometri Netral / 161

2 terbesarnya. Setelah hanya satu tahun di universitas Gottigen, Gauss bekerja di sambil membuat penemuan yang besar. Di tahun 1799, Gauss berprofesi sebagai doctor di Universitas Helmstedt. Gauss benar-benar hidup sukses walaupun tumbuh dewasa dalam keluarga yang tak sehat dan miskin, menakjubkan!!!!!! A. Pengertian Pangkal, Postulat, Dfinisi pada Geometri Netral Dalam geometri netral tidak diperhatikan pastulat kesejajaran dari Euclides, maka geometri ini disebut geometri absolut atau gemoetri netral. Geometri absolut ini termuat dalam geometri terurut, jadi pengertian pangkal geometri terurut juga menjadi pengertian pangkal geometri absolut. Selain itu diperkenalkan pengertian pangkal ketiga yaitu kongruensi, suatu relasi untuk pasangan titik, segmen dan interval. Jika segmen AB kongruen dengan segmen CD, maka untuk menyatakan ini digunakan notasi AB CD. Pengertian ini tidak didefenisikan. Pengertian pangkal geometri absolut, menurut Pasch ialah a. Titik-titik A, B, C, D, b. Keantaraan c. Kongruensi. Titik dipandang sebagai unsur yang tidak didefinisikan dan keantaraan dan kongruensi sebagai relasi-relasi yang tidak didefinisikan. Adapun aksioma-aksioma kongruensi adalah sebagai berikut : Aksioma / Geometri Netral

3 Jika A dan B titik berlainan, maka pada sebarang sinar yang berpangkal di C dan tepat satu titik D sedemikian, hingga AB CD. Aksioma 6.2 Jika AB CD dan CD EF, maka AB EA. Aksioma 6.3 AB BA Aksioma 6.4 Jika [ABC] dan [A B C ] dan AB A B dan BC B C, maka AC A C. Aksioma 6.5 Jika ABC dan A B C adalah dua segitiga dengan BC B C, CA C A. AB A B, sedang D dan D adalah dua titik berikutnya sedemikian, hingga [BCD] dan [B C D ] dan BD B D, maka AD A D. Dari aksioma-aksioma ini dapat diturunkan, bahwa kongruensi suatu relasi ekuivalensi. Aksioma 5.2 menunjukkan dipenuhinya sifat transitif. Dari aksioma 5.1 dan 5.3 dapat diturunkan, bahwa sifat refleksif dan simetrik juga dipenuhi. Jika kita perhatikan aksioma 5.4, tampak adanya penjumlahan segmen garis yang menjadi dasar untuk teori panjang. D D 1 C C 1 A B A 1 B 1 Geometri Netral / 163

4 Menurut Aksioma 5.5 kongruensi segmen dapat diperluas menjadi kongruensi sudut. Jika ABC dan A B C adalah dua segitiga dengan BC B C, CA C A, AB A B, maka biasa dikatakan kedua segitiga itu sisi-sisinya sama (S, S, S) yang secara diam-diam mengakibatkan sudut ABC sama dengan sudut A B C atau susut ABD sama dengan sudut A B D. Bagian kedua dari Aksioma 5.5 dapat disimpulkan, bahwa jika AB A B, sudut ABD sama dengan A B D dan BD B D, maka AD A D (S, Sdt, S). Kongruensi dua segitiga tidak didefinisikan dengan jelas. Kongruensi dua segmen AB CD ekivalen dengan AB = CD untuk panjang. Jadi symbol untuk segmen sama dengan symbol untuk panjang. Diskusi Buktikan: Jika AB CD maka CD AB Definisi 6.1 Suatu sudut siku-siku ialah suatu sudut yang kongruen dengan pelurusnya (suplemennya); besarnya suatu sudut siku-siku sama dengan ½. Definisi 6.2 Lingkaran dengan pusat O dan jari-jari r ialah tempat kedudukan titik P sedemikian hingga OP = r. Suatu titik Q yang memenuhi Q > r dikatakan ada di luar lingkaran. Suatu titik yang tidak pada dan tidak di luar lingkaran, dikatakan ada di dalam lingkaran. Kegagalan dalam usaha membuktikan postulat kesejajaran Euclides telah memberikan suatu isyarat 164 / Geometri Netral

5 adanya perkembangan teori-teori geometri yang kontradiksi dengan postulat kesejajaran ini. Pada bab ini akan dipelajari konsekuensi postulat Euclides selain postulat kesejajaran Euclides. Bab ini bertujuan untuk menjelaskan peran postulat kesejajaran dalam geometri Euclides, membukakan jalan untuk mempelajari geometri non-euclides pada bab berikutnya, dan menghasilkan teorema yang cocok untuk geometri non-euclides. B. Teori Saccheri dalam Geometri Netral Teorema geometri netral ini tepatnya disimpulkan dari empat postulat pertama Euclides kecuali postulat kesejajaran. Dalam mempelajari geometri netral kita bertolak dari sebagian teori Saccheri, tetapi tidak menggunakan apa yang ditetapkan Saccheri, yakni postulat kesejajaran Euclides harus dianggap valid. Sebaliknya, kita periksa kemungkinan penyatuan postulat lain sehingga pengetahuan geometri kita menjadi lebih dalam. Kita pelajari geometri netral dengan cara mengamati teorema-teorema. Karena teorema akibatnya dibuktikan sebelum pengenalan postulat kesejajaran, demikian juga pada proposisi-proposisi geometri netral. Istilah yang digunakan dalam pengukuran segmen garis dan sudut, misalnya sudut siku-siku dan ukuran derajat sudut juga merupakan bagian dari geometri netral. 1. Jumlah sudut-sudut suatu segitiga Lemma 6.1 Geometri Netral / 165

6 Jika diberikan ABC dan A. Maka ada segitiga A1B1C1 sedemikian hingga A1B1C1 mempunyai jumlah sudut yang sama dengan ABC, dan A1 < 1 2 A. Bukti : Misalkan E titik tengah BC, dan F dipilih pada AE sedemikian hingga AE = EF dan E terletak antara A dan F. Maka BEA CEF dan sudut-sudut yang bersesuaian sama. Kita tunjukan AFC adalah A1B1C1 yang kita cari. Dengan memberikan nama sudut-sudutnya seperti pada gambar, kita tahu bahwa : 2 = 2, 3 = 3 dan A + B + C = = = CAF + AFC + FCA Untuk melengkapi bukti, perhatikan A = yang berakibat A = Pada persamaan tersebut, salah satu dari ruas kanan, 1 atau 2 harus kurang atau sama dengan setengah dari suku di ruas kiri yaitu A. Jika 1 < 2 1 A namakan A sebagai A1 ; jika tidak, namakan F sebagai A1 kemudian namakan dua titik 166 / Geometri Netral

7 yang lain dari AFC dengan B1 dan C1, maka lemma terbukti. Secara sederhana lemma di atas menyatakan bahwa kita dapat mengganti sebuah segitiga baru dengan merampingkan segitiga awal tanpa mengubah jumlah sudut-sudutnya. Hal ini bisa dilakukan dengan memotong ABE dari ABC dengan meletakkan di belakang FCE. Sepintas, lemma ini tidak ada artinya, pada hal tidak, sebab dalam geometri netral kita tidak dapat mengasumsikan bahwa jumlah sudut dalam segitiga selalu konstan, yang hal ini merupakan teorema Euclides yang buktinya tergantung pada postulat kesejajaran. Oleh karena itu, lemma ini penting sebab lemma itu menunjukkan bahwa jika diberikan suatu segitiga tertentu, kita dapat membuat segitiga yang nonkongruen, tetapi mempunyai jumlah sudut yang sama. Dengan demikian berarti ada tak berhingga segitiga yang tidak kongruen, tetapi semuanya mempunyai jumlah sudut yang sama dengan segitiga yang diberikan. Sekarang kita dapat membuktikan banyak sekali teorema yang merupakan konsekuensi dari usaha Saccheri yang menyalahkan hipotesis sudut tumpul. Bukti bebasnya diberikan oleh A.M. Legendre ( ). Teorema 6.1 (SACCHERI LEGENDRE). Jumlah sudut sebarang segitiga kurang atau sama dengan Bukti (tak langsung) Geometri Netral / 167

8 Andaikan ada ABC dengan jumlah sudut = 180 o + o, bilangan positif. Menurut lemma, ada A1B1C1 dengan jumlah sudut = 180 o + o sedemikian 1 hingga A1 < 2 A. dengan menggunakan lemma lagi, berarti ada A2B2C2 dengan jumlah sudut = 180 o + o sedemikian hingga A2 < 2 1 A1 < ( 21 ) 2 A. Dan seterusnya dengan cara yang sama, kita dapat membuat barisan segitiga-segitiga A1B1C1, A2B2C2, A3B3C3,.., yang masingmasing jumlah sudutnya 180 o + o, sedemikian hingga 1 An < n A, untuk sebarang bilangan bulat 2 positif n. Jelaslah kita dapat memilih n yang cukup besar sedemikian hingga An sekecil mungkin, misalnya An < o. Karena An + Bn + Cn = 180 o + o, yang berarti bahwa : Bn + Cn > 180 o Berarti, kontradiksi dengan Teorema 5.3 dari Bab 5. Jadi pengandaian salah, dan teorema 6.1 di atas benar. Contoh 6.1 Misalkan = 1 dan A = 25 0 maka dalam ABC didapatkan A + B + C = 180 o dan A = 25 o. Menurut lemma ada A1B1C1 sedemikian hingga A1 + B1 + C1 = 181 o dan A1 < 25 o / 2. Dengan cara yang sama : Ada A2B2C2 sedemikian hingga A2 + B2 + C2 = 181 o dan A2 < 25 o / 4. Untuk menunjukkan 168 / Geometri Netral

9 terjadinya kontradiksi, gunakan lemma tiga kali lagi untuk mendapatkan A5B5C5 dengan A5 + B5 + C5 = 180 o dan A5 < 25 o / Akibatnya B5 + C5 > 180 (tidak mungkin terjadi). Teorema Akibat (corollary). Jumlah sudut sebarang segiempat kurang atau sama dengan 360. Teorema akibat ini sejalan dengan kesimpulan Saccheri bahwa hipotesis sudut tumpul adalah salah. Demikian juga, teorema ini menyangkal bahwa jumlah sudut suatu segitiga dapat melebihi 180. Tetapi kemungkinan bahwa jumlah sudut dalam segitiga kurang dari 180, yang bersesuaian dengan hipotesis Saccheri tentang sudut lancip menarik perhatian kita sendiri. 2. Adakah persegipanjang itu? Adanya persegipanjang dalam geometri merupakan yang penting. Bayangkan, bagaimana bentuk geometri Euclides jika kita tidak punya atau tidak dapat menggunakan persegipanjang. Tentu saja sulit sekali akan membuat suatu persegipanjang tanpa mengasumsikan kebenaran postulat kesejajaran Euclides, atau salah satu dari teorema akibatnya, misalnya jumlah sudut segitiga adalah 180. Akibatnya, seluruh teorema dalam pembahasan ini dapat dianggap bahwa persegipanjang itu ada. Untuk menghindari kesalahpahaman, secara formal kita definisikan istilah persegipanjang sebagai berikut. Definisi 6.3 Geometri Netral / 169

10 Suatu segiempat disebut persegipanjang jika semua sudutnya adalah siku-siku. Ingat, karena kita mempelajari geometri netral, tidak otomatis kita dapat menggunakan proposisi Euclides yang terkenal, seperti : (a) sisi-sisi yang berhadapan dari suatu persegipanjang adalah sejajar, atau (b) sisi-sisi tersebut sama panjang, atau (c) diagonal persegipanjang membagi persegipanjang menjadi dua segitiga yang kongruen. Jika kita ingin menyatakan sebarang akibat, kita harus membuktikannya dengan berdasarkan definisi di atas tanpa menggunakan postulat kesejajaran. Teorema 6.2. Jika ada sebuah persegipanjang, maka akan ada juga sebuah persegipanjang dengan salah satu sisinya lebih panjang dari pada ruas garis tertentu. Dengan kata lain, jika ada persegipanjang ABCD dan ruas garis XY. Maka ada persegipanjang yang satu sisinya lebih panjang dari pada XY. B C C 2 C 3 C n A X D Bukti : Kita gunakan ABCD sebagai kotak pembangun (building block), untuk melukis persegipanjang yang kita inginkan. Lukis segi empat D2C2CD yang 170 / Geometri Netral D 2 D 3 Y D n

11 kongruen dengan ABCD sedemikian hingga C2D2 dan BA berlainan pihak terhadap CD. (Caranya dengan memperpanjang BC ke arah C sehingga panjang CC2 sama dengan BC dan memperpanjang AD ke arah D sehingga panjang DD2 sama dengan AD). Maka D2C2CD adalah persegipanjang. Lebih dari itu, B, C, C2 terletak pada satu garis, karena hanya ada satu garis yang tegak lurus pada CD di C. demikian juga A, D, D2 terletak dalam satu garis. Jadi ABCC2D2D merupakan segiempat ABC2D2, dan merupakan persegipanjang. Ingat bahwa ABC2D2 mempunyai sifat : AD2 = 2 AD Dengan cara yang sama, lukis D3C3C2D2 kongruen dengan DCC2D2 sehingga C3D3 dan CD bersesuaian letaknya dan berlainan pihak terhadap C2D2. Akibatnya ABC3D3 adalah persegipanjang, dan AD3 = 3 AD Selanjutnya dengan cara yang sama, kita dapatkan bahwa untuk sebarang bilangan bulat positif n ada persegipanjang ABCnDn sedemikian hingga : ADn = n AD Pilih n cukup besar sehingga n AD > XY. Dengan demikian, persegipanjang ABCnDn merupakan persegipanjang yang kita inginkan. Teorema akibat. Jika ada sebuah persegipanjang, maka ada sebuah persegipanjang yang dua sisinya yang berdekatan panjangnya masing-masing lebih panjang dari dua segmen tertentu. G H W Geometri Netral / 171

12 Dengan kata lain. Jika ada persegipanjang ABCD dan segmen garis XY dan ZW diberikan. Maka ada persegipanjang PQRS sedemikian hingga PQ > XY dan PS > ZW. Bukti : Sesuai dengan Teorema 6.2. Ada persegipanjang ABEF dengan AF > XY. Dengan melukis persegipanjang yang kongruen dengan persegipanjang ABEF berulang-ulang dan menempatkan di atasnya, kita dapat melukis AFHG dengan AG > ZW. Karena AF > XY, maka AFHG merupakan persegipanjang PQRS yang dimaksudkan pada teorema akibat di atas. Teorema 6.3. Jika ada sebuah persegipanjang, maka ada persegipanjang dengan panjang dua sisi yang berdekatan masing-masing sama dengan XY dan ZW. S R R W S R* Z P Q Q X Y Bukti : Cara kita membuktikan seperti apa yang dilakukan penjahit. Dengan menggunakan teorema akibat terdahulu, maka kita memiliki persegipanjang 172 / Geometri Netral

13 PQRS dengan PQ > XY dan PS > ZW; kemudian kita potongnya sedemikian hingga panjang PQ = XY dan PS = ZW. Jadi ada titk Q pada PQ sedemikian hingga PQ = XY. Dari titik Q ditarik garis yang tegak lurus RS dengan kaki R. kita tunjukkan bahwa PQ R S adalah persegipanjang. Sudut P, R dan S adalah siku-siku. Kita tunjukkan pula bahwa PQ R juga siku-siku. Andaikan PQ R S > 360, kontradiksi dengan akibat dari teorema 6.1. Andaikan PQ R < 90, maka QQ R > 90 dan jumlah sudut segi empat PQ R S > 360, kontradiksi dengan akibat dari teorema 6.1. Andaikan PQ R < 90, maka QQ R > 90 jumlah sudut segiempat QQ R R > 360 (kontradiksi). Jadi satu-satunya kemungkinan adalah PQ R = 90, dan PQ R S adalah persegipanjang. Dengan cara yang sama, ada titik S pada PS sedemikian hingga PS = ZW. Tarik garis S tegak lurus Q R dengan kaki R*. maka, sebagaiman di atas, PQ R*S adalah persegipanjang. Sisi-sisinya yang berdekatan PQ dan PS masing-masing sama dengan XY dan ZW, dan teorema terbukti. Teorema 6.4. Jika ada sebuah persegipanjang, maka setiap segitiga siku-siku mempunyai jumlah sudut 180. A A D Bukti : q B C p Geometri Netral / 173 B C

14 (1) Prosedur pembuktiannya adalah dengan cara menunjukkan bahwa : 1) Setiap segitiga siku-siku adalah tiruan dari sebuah segitiga yang dibentuk dengan cara membelah persegipanjang pada diagonalnya. 2) Segitiga tersebut mempunyai jumlah sudut 180. Misalkan ABC siku-siku di B. menurut Teorema 5.3, ada persegipanjang A B C D dengan A B = AB dan B C = BC. Hubungkan A dan C. Maka ABC A B C, dengan demikian ABC dan A B C mempunyai jumlah sudut yang sama. Misalkan : p adalah jumlah sudut A B C dan Maka : q adalah jumlah sudut A D C p + q = 4.90 = 360,... Kita tunjukkan bahwa p = 180. Menurut Teorema 5.1, p = 180 atau p < 180. Andaikan p < 180. Dari persamaan (1) diperoleh q > 180 (bertentangan dengan teorema 1). Jadi p = 180. Teorema 6.5. Jika ada sebuah persegipanjang, maka setiap segitiga memiliki jumlah sudut 180. Bukti : B / Geometri Netral A 1 2 D C

15 Sekarang ABC dapat dipotong menjadi dua segitiga siku-siku dengan menarik salah satu garis tinggi. Masing-masing segitiga ini mempunyai jumlah sudut 180 (Teorema 4). Oleh karena itu, sifat tersebut berlaku juga untuk sebarang ABC. Ini merupakan hasil yang agak menyolok. Adanya satu persegipanjang yang kecil dengan satu sisi yang sangat kecil sekali yang menempati bagian daerah terpencil menjamin bahwa setiap segitiga yang mungkin (yang dapat dipikirkan) mempunyai jumlah sudut 180. Karena hal ini merupaka ciri khusus geometri Euclides, kita berusaha mengatakan bahwa jika dalam geometri itu menjadi geometri Euclides. Pernyataan ini benar, tetapi masih belum sepenuhnya ditunjukkan alasannya. Karena, untuk menggolongkan suatu geometri sebagai geometri Euclides, kita harus menunjukkan bahwa geometri tersebut memenuhi postulat kesejajaran Euclides. Hal ini akan dibahas pada bab berikutnya. 3. Jumlah sudut suatu segitiga Adanya persegipanjang dapat digunakan untuk mempertajam teorema I, teorema Saccheri Legendre tentang jumlah sudut segitiga. Hal ini mudah sekali dilakukan, seperti pada Teoerma 6.5, adanya segitiga dengan jumlah sudut 180 adalah ekivalen dengan adanya persegipanjang. Teorema 6.5 Jika ada sebuah segitiga dengan jumlah sudut 180, maka akan ada sebuah persegipanjang. Geometri Netral / 175

16 B p q Bukti : Misalkan ABC mempunyai jumlah sudut 180, pertama kita tunjukkan bahwa ada segitiga siku-siku dengan jumlah sudut 180. Potong ABC menjadi dua segitiga siku-siku yang masing-masing mempunyai jumlah sudut p dan q, dengan menarik garis tinggi tertentu, misalnya AD, maka : p + q = = 360. A Kita tunjukkan p = 180. Menurut teorema 6.1, p 180. Jika p < 180, q > 180 bertentangan dengan Teorema 6.1. Jadi ada segitiga siku-siku, misalnya ABD dengan sudut siku-siku di D, yang mempunyai jumlah sudut 180. Sekarang kita mengambil dua segitiga siku-siku, kedua segitiga tersebut kita tempelkan bersama untuk membentuk persegipanjang. E D 1 2 A C 2 B 176 / Geometri Netral 1 D

17 Lukis BAE ABD dengan E berlainan pihak dengan D dari sisi AB, dan BE bersesuaian dengan AD. Karena jumlah sudut ABD adalah 180, maka : = 90 karena 1 = 1, 2 = 2 maka kita peroleh : Tetapi Jadi = 90, dan = = EBD, dan = EAD. EAD = EBD = 90 Berarti ADBE persegipanjang. Akibat 1 Teorema 6.6 Jika sebuah segitiga mempunyai jumlah sudut 180 0, maka setiap segitiga mempunyai jumlah sudut 180 o. Bukti : Gunakan Teorema 6.6 dan 6.5 Akibat 2 Teorema 6.6 Jika sebuah segitiga mempunyai jumlah sudut kurang dari 180 o, maka setiap segitiga mempunyai jumlah sudut kurang dari 180 o. Bukti : Misalkan ABC mempunyai jumlah sudut kurang dari 180 o. Perhatikan sebarang PQR. Menurut Teorema 6.1, jumlah sudutnya, dan < 180 o. Misalkan = 180 o. Maka menurut akibat Teorema 6.6 di atas, ABC mempunyai jumlah sudut 180 o, Geometri Netral / 177

18 bertentangan dengan permisalan di atas. Jadi < 180 o. Dengan membandingkan teorema akibat 1 dan 2 dari Teorema 6.6, kita amati suatu fakta penting yang tidak termuat dalam Teorema Saccheri Legendre. Geometri netral adalah homogen, dalam arti bahwa semua segitiga mempunyai jumlah sudut 180 o, atau semua segitiga mempunyai jumlah sudut kurang dari 180 o. Jenis geometri netral yang pertama tersebut merupakan geometri Euclides. Sedangkan yang kedua secara historis muncul sebagai geometri non-euclides. Keduanya akan dipelajari pada bab yang akan datang. Kita simpulkan daftar referensi Proposisi Geometri Netral Bidang yang boleh digunakan dalam menyelesaikan Latiahan 6 di bawah. Contoh 6.1 Buktikan Dua Segitiga adalah kongruen jika dua sudut dan sisi di hadapan salah satu sudut dari dua segitiga yang bersesuaian adalah sama. A C C= R 1 B P R Q Diketahui: Lihat gambar di samping I. Buktikan: ABC PQR Bukti: Teorema kongruensi yang ada ádalah proposisi 8 (s,sd,s), (sd,s,sd), (s,s,s).tidak ada yang cocok. Terpaksa menggunakan P 11 A=P 111 P 1 B= Q 1 Postulat V sebagai berikut: 178 / Geometri Netral

19 Bentuk geometri dapat dipindah tanpa mengubah ukuran dan bentuknya. Langkahnya PQR diimpitkan ke ABC Alternatif yang mungkin P terletak di: a) antara A dan B, b) pada perpanjangan BA dan c) berimpit dengan A. (mengapa?) PQR P 1 Q 1 R 1 (postulat V). Lihat ACP 1 berarti A < ACP 1 (mengapa?)... 1) Padahal CP 1 B adalah sudut luar ACP 1 berarti A < CP 1 B (teorema sudut luar)... 2) Dari 1) dan 2) terjadi kontradiksi. Analog jika terjadi: b) kontradiksi juga c) A = P 111 maka AB = P 111 G 1 sehingga ABC PQR Proposisi-proposisi Geometri Netral Bidang 1. Dua garis yang tidak berimpit mempunyai paling banyak satu titik potong. 2. Setiap segmen garis mempunyai tepat satu titik tengah. 3. Setiap sudut mempunyai tepat satu garis bagi. 4. Komplemen dari sudut-sudut yang sama adalah sama. 5. Sudut yang bertolak belakang besarnya sama. 6. Kongruensi dua segitiga adalah ss-sd-ss, sd-ss-sd, ss-ss-ss. 7. Jika dua sisi suatu segitiga adalah sama, sudutsudut di hadapannya sama. Geometri Netral / 179

20 8. Jika dua sudut suatu segitiga sama, dua sisi di hadapannya sama. 9. Hanya ada satu garis yang tegak lurus garis tertentu melalui satu titik pada garis tertentu tersebut. 10. Hanya ada satu garis yang tegak lurus garis tertentu melalui satu titik di luar garis tertentu tersebut. 11. Titik T terletak pada sumbu segmen garis AB jika dan hanya jika TA = TB. 12. Jika dua sisi suatu segitiga tidak sama, maka sudutsudut di hadapannya juga tidak sama, dan sudut yang lebih besar berhadapan dengan sisi yang lebih panjang. 13. Jika dua sudut suatu segitiga tidak sama, maka sisisisi di hadapannya juga tidak sama, dan sisi yang lebih panjang berhadapan dengan sudut yang lebih besar. 14. Segmen garis terpendek yang menghubungkan sebuah titik dan sebuah garis adalah segmen yang tegak lurus. 15. Jumlah panjang dua sisi lebih besar dari sisi yang ketiga. 16. Jika dua sisi dari segitiga yang pertama masingmasing sama dengan dua sisi segitiga yang kedua, dan sudut apit segitiga pertama lebih besar dari sudut apit segitiga kedua, maka sisi ketiga dari segitiga pertama lebih panjang dari sisi ketiga dari segitiga kedua. 17. Jika dua sisi dari segitiga yang pertama masingmasing sama dengan dua sisi segitiga yang kedua, dan sisi ketiga dari segitiga pertama lebih panjang dari sisi ketiga dari segitiga kedua, maka sudut apit 180 / Geometri Netral

21 dari segitiga pertama lebih besar dari sudut apit dari segitiga kedua. 18. Besar sudut luar suatu segitiga adalah lebih besar dari salah satu sudut dalamnya yang tidak bersisian dengan sudut luar tersebut. 19. Jumlah dua sudut dari suatu segitiga adalah kurang dari 180 o. 20. Jika dua garis dipotong oleh garis lain dan membentuk sepasang sudut dalam berseberangan yang sama dua garis tersebut sejajar. 21. Dua garis yang tegak lurus pada garis yang sama adalah sejajar. 22. Sekurang-kurangnya ada satu garis yang sejajar dengan suatu garis tertentu yang melalui titik di luar garis tertentu tersebut. 23. Misalkan garis 1 melalui titik C yang jaraknya ke pusat lingkaran kurang dari panjang jari-jarinya. Maka garis 1 memotong lingkaran di dua titik. 24. Sebuah garis merupakan garis singgung lingkaran jika dan hanya jika garis tersrebut tegak lurus pada jari-jari lingkaran. 25. Jika diketahui ABC dan segmen garis PQ sedemikian hingga PQ = AB, maka ada titik R di luar PQ sedemikian hingga PQR ABC. 26. Sebuah lingkaran dapat digambarkan melalui sebarang segitiga. LATIHAN 6 Bagian A 1. Buktikan : Dua segitiga adalah kongruen jika dua sudut dan sisi di hadapan salah satu sudut dari dua segitiga yang bersesuaian adalah sama. Geometri Netral / 181

22 2. Buktikan : Dua segitiga siku-siku adalah konguren jika sisi miring dan salah satu kaki segitiga yang satu sama dengan sisi miring dan salah satu kaki segitiga yang lain. 3. Buktikan : Jika dua garis dipotong oleh garis lain dan membentuk sudut dalam berseberangan yang sama, maka kedua garis tersebut mempunyai satu garis tegak lurus persekutuan. Definisi : Segiempat ABCD disebut segiempat Saccheri jika B = C = 90 o, dan AB = DC. BC disebut sisi alas segiempat Sachheri, AB dan DC disebut sisi (kaki)nya dan AD adalah sisi atas (summit)nya, D adalah sudut puncaknya. Buktikan : Sudut-sudut puncak dari segiempat Saccheri adalah sama dan tidak tumpul. 4. Buktikan : Garis yang menghubungkan titik tengah sisi atas dan titik tengah sisi alas segiempat Saccheri adalah tegak lurus pada sisi atas dan sisi alasnya. Simpulkan bahwa sisi atas dan sisi alas segiempat Saccheri adalah sejajar. 5. Buktikan : Sumbu sisi alas segiempat Saccheri juga merupakan sumbu sisi atasnya. 6. Buktikan : Dua garis mempunyai satu garis tegak lurus persekutuan jika dan hanya jika pada salah satu garis tersebut terdapat dua titik yang jaraknya sama ke garis yang lain. 7. Pada segiempat ABCD, diketahui B = C = Buktikan bahwa AB > DC jika dan hanya jika D > A. 182 / Geometri Netral

23 8. Pada segiempat ABCD, diketahui B = C = 90 0, buktikan : jika A = D maka AB = DC. 9. Buktikan : sisi atas segiempat Saccheri lebih besar atau sama dengan sisi alasnya. 10. Buktikan : Segmen garis yang menghubungkan titik tengah sisi atas dan titik tengah sisi alas segiempat Saccheri adalah lebih kecil atau sama dengan kaki segiempat Saccheri. 11. Buktikan : Jika segiempat mempunyai tiga sudut siku-siku, maka sisi yang berdekatan dengan sudut keempat lebih besar atau sama dengan sisi dihadapannya (disebut segi-4 Lambert). 12. Buktikan : Jika dua garis mempunyai satu garis tegak lurus persekutuan, maka segmen garis terpendek menghubungkan kedua garis tersebut adalah garis tegak lurus persekutuan tersebut. 13. Jika diketahui sebuah segitiga siku-siku. Lukislah segitiga siku-siku yang baru yang mempunyai sudut lancip yang sama yang baru yang mempunyai sudut lancip yang sama dengan segitiga siku-siku yang pertama, dan panjang garis miringnya dua kali sisi miring segitiga siku-siku yang pertama. Buktikan bahwa sisi yang berhadapan dengan sudut lancip tersebut paling tidak dua kali dari sisi yang bersesuaian dari segitiga yang pertama. Pikirlah bagaimana dengan sisi yang berdekatan dengan sisi tersebut. Coba jelaskan jawaban anda. 14. Diketahui dua garis l dan m berpotongan di O. Titik P terletak di antara O dan Q di l. PP m di P : QQ m di Q. Buktikan QQ > PP, (Berarti jika sebuah Geometri Netral / 183

24 titik di l menjauhi O maka jaraknya ke m bertambah panjang). 15. Pada soal 15 tunjukkan bahwa jika OP bertambah panjang terus maka PP juga bertambah panjang. Hal ini memantapkan sifat (A) dari Bab 2 bagian 5, bahwa jika sebuah titik pada L menjauhi O terus menerus, maka jaraknya ke m juga bertambah terus. Kunci Soal No 8 Pada segiempat ABCD diketahui B = C = 90 0, buktikan bahwa AB>DC jika hanya jika D > A. E A B Diketahui: Lihat gambar Buktikan : D a) AB > DC D > A b) D > A AB > DC Bukti: C a) Pilih titik E pada AB sedemikian hingga BE = CD, maka EBCD segiempat Saccheri (definisi) berarti E2 = D2 = <= 90 0 (Soal no 4)... 1) Pada ADE, A < E2 (teorema sudut luar)... 2) D2 < D ) Dari 1), 2), 3) didapat A < D2 < D12 A < D (sifat transitif) Alternatif yang mungkin b) D < A i) AB < DC ii) AB = DC 184 / Geometri Netral

25 iii) AB > DC i) AB < DC D< A (bukti A) kon indikasi dengan D > A ii) AB = DC maka D = A (mengapa dengan D > A yang mungkin AB < DC. Dari a) dan b) terbukti soal no 8 AB > DC D > A B A Soal ini mirip dengan proposisi 12 dan 13 pada C AB > AC C < B Soal 8 sering dipakai pada penyelesasian soal berikutnya bersama-sama dengan soal 4 Bagian B 1. Buktikan : garis yang tegak lurus ke garis yang menghubungkan titik-titik tengah dua sisi segitiga dari ujung-ujung sisi ketiga membentuk segiempat Saccheri. Lebih jelasnya, jika M, N adalah titik-titik tengah sisi AB dan AC dari segitiga ABC dan BP MN di P, CQ MN di Q maka BPQC adalah B segiempat Saccheri. P M A N C Q Geometri Netral / 185

26 Definisi : Suatu segitiga dan segiempat Saccheri yang berhubungan seperti pada soal no. 1 dikatakan berasosiasi. Sebuah segitiga mempunyai tiga segiempat Saccheri yang berasosiasi dengan segitiga tersebut. 2. Buktikan bahwa (sesuai gambar pada soal no. 1 di atas) : MN < 21 BC dan MN / / BC. Definisi : Dua poligon, q adalah ekivalen jika dapat dipecah-pecah atas segitiga 1, 2,., n dan q dapat dipecah-pecah atas segitiga q1, q2,.., qn sedemikian hingga i qi, untuk i = 1, 2,.., n. Definisi : Dua poligon, q adalah ekivalen jika : a) Keduanya ekivalen dengan cara dipecah-pecah; atau b) Ada poligon, q yang keduanya ekivalen dengan dipecah-pecah sedemikian hingga dapat dipecah menjadi dan sejumlah segitiga 1, 2,., n, dan q dapat dipecah menjadi q dan sejumlah segitiga q1, q2,.., qn, dengan i qi, i = 1, 2,., n. Asumsikan bahwa relasi ekivalen dari poligon-poligon adalah transitif, yakni : Jika ekiv. q dan q ekiv. r maka ekiv. r 3. Buktikan : Sebuah segitiga adalah ekivalen dengan setiap segiempat Saccheri yang berasosiasi dengan segitiga tersebut, dan jumlah sduut segitiga tersebut sama dengan jumlah sudut puncak segiempat Saccheri yang berasosiasi. 186 / Geometri Netral

27 4. Buktikan : Jika dua segitiga memiliki bersama suatu segiempat Saccheri berasosiasi, maka dua segitiga tersebut ekivalen dan mempunyai jumlah sudut yang sama. 5. Buktikan : Jika sisi atas segiempat Saccheri adalah satu sisi segitiga, dan sisi alas segiempat Saccheri tersebut membagi dua sama sisi kedua segitiga tersebut tentu (sisi alas tersebut) juga akan membagi dua sama sisi ketiga, maka segiempat Saccheri tersebut berasosiasi dengan segitiga tersebut. 6. Diketahui sebuah segiempat Saccheri. Buktikan ada sebuah segitiga yang berasosiasi, dengan panjang salah satu sisinya adalah x, dan x paling sedikit dua kali panjang kaki segiempat Saccheri tersebut. 7. Diketahui segitiga ABC. Buktikan bahwa ada segitiga lain yang ekivalen dengan segitiga ABC dan jumlah sudutnya sama dengan segitiga ABC, serta punya sisi yang panjangnya x, dengan x > panjang salah satu sisi segitiga ABC. 8. Buktikan : Setiap segiempat Saccheri punya segitiga samakaki yang berasosiasi. Simpulkan bahwa sebarang segitiga ABC punya jumlah sudut yang sama dengan alas AB dan keduanya ekivalen. Bagian C 1. Buktikan : Jika dalam geometri netral ada segiempat Saccheri yang sisi atasnya sama dengan sisi alasnya, maka geometri tersebut adalah geometri Euclides. 2. Buktikan : Jika dalam geometri netral segmen garis yang menghubungkan titik tengah dua sisi segitiga Geometri Netral / 187

28 selalu sama dengan separoh sisi yang ketiga, maka geometri tersebut adalah geometri Euclides. 3. Buktikan : Jika dalam geometri netral setiap segitiga dapat dilalui oleh sebuah lingkaran, maka geometri tersebut adalah geometri Euclides. 4. Buktikan : Jika dalam geometri netral sebarang garis yang melalui titik di dalam daerah sudut pasti memotong sudut tersebut, maka geometri tersebut adalah geometri Euclides. 5. Buktikan : Jika dalam geometri netral jumlah sudut segitiga adalah konstan, maka geometri tersebut adalah geometri Euclides. 6. Buktikan : Geometri netral merupakan geometri Euclides jika memuat dua segitiga sebangun yang tidak kongruen. 7. Buktikan : Jika dalam geometri netral ada segitiga sedemikian hingga segmen garis yang menghubungkan titik tengah dari sepasang sisi tertentu dan panjangnya separuh sisi ketiga, maka geometri tersebut adalah geometri Euclides. 8. Buktikan : Jika teorema Pythagoras berlaku pada geometri netral, maka geometri tersebut adalah geometri Euclides. 9. Dalam geometri netral, misalkan segiempat ABCD mempunyai sudut siku-siku di A dan B, AD = BC dan sumbu AAB membagi dua CD. Buktikan : geometri tersebut adalah geometri Euclides. Bagian D 1. Buktikan : Jika sisi-sisi yang berhadapan suatu segiempat sama, maka sudut-sudut yang berhadapan juga sama. 188 / Geometri Netral

29 2. Dalam segiempat ABCD, misalkan sudut A dan B adalah siku-siku. Buktikan : bahwa ABCD adalah segiempat Saccheri jika memenuhi salah satu syarat berikut : (i) sumbu AB CD, (ii) sumbu CD AB. (iii) Sumbu CD membagi dua AB. 3. Buktikan : sisi-sisi yang berhadapan suatu persegi panjang sama. 4. Buktikan : diagonal persegipanjang saling membagi dua. 5. Buktikan : jika diagonal segiempat Saccheri saling membagi dua, maka gambar segiempat tersebut adalah persegipanjang. 6. Buktikan : Pada segiempat Saccheri, garis yang menghubungkan titik tengah sisi alas dengan titik tengah sisi atas melalui perpotongan kedua diagonal. 7. Dalam segiempat Saccheri, buktikan bahwa garis yang menghubungkan titik tengah kaki-kakinya dibagi dua oleh sumbu dari garis yang menghubungkan titik-titik tengah sisi alas dan sisi atas. 8. Buktikan : Garis yang menghubungkan titik-titik tengah dua sisi segitiga adalah tegak lurus terhadap sumbu sisi ketiga. 9. Buktikan : Sumbu dari sisi-sisi segitiga berpotongan di suatu titik, dengan menetapkan dua diantaranya berpotongan. Simpulkan : (i) tiga sumbu dari sisi segitiga adalah melalui 1 titik atau sejajar. Geometri Netral / 189

30 (ii) Sebuah lingkaran bisa melalui sebuah segitiga atau sumbu sisi-sisinya sejajar. 10. Buktikan : Sumbu sisi-sisi segitiga merupakan garis tinggi segitiga yang dibentuk dengan menghubungkan titik tengah sisi-sisinya. 11. Buktikan : Sebarang segitiga siku-siku ekivalen dengan segiempat dengan tiga sudut siku-siku dan sebaliknya. Definisi : Jajargenjang adalah segiempat yang mempunyai dua sisi yang berhadapan sama dan dua sudut yang berdekatan saling bersuplemen dan berdekatan pada sisi yang sama. Alasnya adalah sisi yang menghubungkan titik sudut yang saling bersuplemen. Ingat bahwa sebarang segiempat Saccheri adalah jajargenjang. 12. Buktikan : Sisi-sisi yang berhadapan jajargenjang adalah sejajar. 13. Buktikan : Sebarang segitiga adalah ekivalen dengan jajargenjang ; jumlah sudutnya sama dengan jumlah sudut jajargenjang dikurangi Diketahui segitiga siku-siku, lukislah segitiga sikusiku yang mempunyai sebuah sudut lancip yang sama dengan salah satu sudut dari segitiga pertama, dan sisi yang berdekatan panjangnya dua kali sisi yang berdekatan dari sisi segitiga pertama. Buktikan bahwa luas segitiga tersebut > dua kali sisi luas segitiga pertama. 15. Pada segiempat Saccheri, buktikan bahwa garis yang menghubungkan titik tengah kaki-kakinya membagi dua masing-masing diagonalnya. 190 / Geometri Netral

A. Jumlah Sudut dalam Segitiga. Teorema 1 Jumlah dua sudut dalam segitiga kurang dari Bukti:

A. Jumlah Sudut dalam Segitiga. Teorema 1 Jumlah dua sudut dalam segitiga kurang dari Bukti: Geometri Netral? Geometri yang dilengkapi dengan sistem aksioma-aksioma insidensi, sistem aksioma-aksioma urutan, sistem aksioma kekongruenan (ruas garis, sudut, segitiga) dan sistem aksioma-aksioma archiemedes

Lebih terperinci

BAB 5 POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES

BAB 5 POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES BAB 5 POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES Leonhard Euler dilahirkan di Basel (Switzerland), pada tanggal 15 April 1707 di St Petersburg (Rusia).Keluarga Leonhard Euler pindah ke Riehen, daerah yang tidak jauh

Lebih terperinci

DALIL PYTHAGORAS DAN PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI

DALIL PYTHAGORAS DAN PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI DALIL PYTHAGORAS DAN PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI Segitiga 1. Beberapa sifat yang berlaku pada segitiga adalah : Jumlah sudut-sudut sembarang segitiga adalah 180 0 Pada segitiga ABC berlaku AC = BC B = A

Lebih terperinci

BAB II MATERI. sejajar dengan garis CD. B

BAB II MATERI. sejajar dengan garis CD. B BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penulisan makalah ini merupakan pemaparan mengenai definisi garis sejajar, jarak dan jumlah sudut. Dengan materi yang diambil dari sumber tertentu. Pembahasan ini terkhusus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada Bab II ini akan diuraikan berbagai konsep dasar yang digunakan pada bagian pembahasan. Pada bab II ini akan dibahas pengenalan Geometri Non- Euclid, Geometri Insidensi, Geometri

Lebih terperinci

IKIP BUDI UTOMO MALANG GEOMETRI HAND OUT 2

IKIP BUDI UTOMO MALANG GEOMETRI HAND OUT 2 IKIP BUDI UTOMO MALANG GEOMETRI HAND OUT 2 ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd 4/14/2012 KUMPULAN DEFINISI DAN AKSIOMA DALAM GEOMETRI Nama Definisi 2.1 Definisi 2.2 Definisi 2.3 Definisi 2.4 Definisi 2.5

Lebih terperinci

UKURAN RUAS-RUAS GARIS PADA SEGITIGA SKRIPSI

UKURAN RUAS-RUAS GARIS PADA SEGITIGA SKRIPSI UKURAN RUAS-RUAS GARIS PADA SEGITIGA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI D. GEOMETRI 1. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta diklat memahami dan dapat menjelaskan unsur-unsur geometri, hubungan titik, garis dan bidang; sudut; melukis bangun geometri; segibanyak;

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab pembahasan ini akan dibahas mengenai Geometri Hiperbolik yang

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab pembahasan ini akan dibahas mengenai Geometri Hiperbolik yang BAB III PEMBAHASAN Pada bab pembahasan ini akan dibahas mengenai Geometri Hiperbolik yang didasarkan kepada enam postulat pada Geometri Netral dan Postulat Kesejajaran Hiperbolik. Akan dibahas sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB V BAHAN LATIHAN DAN SARAN PEMECAHANNYA

BAB V BAHAN LATIHAN DAN SARAN PEMECAHANNYA V HN LTIHN N SRN PMHNNY. ahan Latihan Kerjakanlah soal-soal berikut. Jangan mencoba melihat petunjuk atau kunci, sebelum benar-benar nda mengalami jalan buntu. 1. alam sebuah persegipanjang ditarik 40

Lebih terperinci

Rasio. atau 20 : 10. Contoh: Tiga sudut memiliki rasio 4 : 3 : 2. tentukan sudut-sudutnya jika:

Rasio. atau 20 : 10. Contoh: Tiga sudut memiliki rasio 4 : 3 : 2. tentukan sudut-sudutnya jika: Rasio Rasio adalah perbandingan ukuran. Rasio digunakan untuk membandingkan besaran dengan pembagian. Misal dua segitiga memiliki bentuk yang sama tetapi ukurannya berbeda. Salah satu sisinya yang seletak

Lebih terperinci

KONSISTENSI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI HIPERBOLIK

KONSISTENSI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI HIPERBOLIK KONSISTENSI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI HIPERBOLIK (Jurnal 9) Memen Permata Azmi Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia Setelah beberapa pertemuan mempelajari tentang

Lebih terperinci

A. Pengantar B. Tujuan Pembelajaran Umum C. Tujuan Pembelajaran Khusus

A. Pengantar B. Tujuan Pembelajaran Umum C. Tujuan Pembelajaran Khusus Modul 4 SEGIEMPAT A. Pengantar Materi yang akan di bahas pada kegiatan pembelajaran ini terdiri atas pengertian berbagai macam segiempat: jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan trapesium. Disamping

Lebih terperinci

BAB 8 PENGANTAR GEOMETRI NON-EUCLIDES

BAB 8 PENGANTAR GEOMETRI NON-EUCLIDES BAB 8 PENGANTAR GEOMETRI NON-EUCLIDES Riemann dilahirkan pada tanggal 17 September 1826 di Breselenz, sebuah desa di dekat Dannenberg di kerajaan Han-nover Jerman. Ayahnya bernama Friedrich Bernard Riemann

Lebih terperinci

GEOMETRI Geometri Dasar Oleh: WIDOWATI Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

GEOMETRI Geometri Dasar Oleh: WIDOWATI Jurusan Matematika FMIPA UNDIP GEOMETRI Geometri Dasar Oleh: WIDOWATI Jurusan Matematika FMIPA UNDIP 1 Geometri dasar Himpunan berbentuk beserta sistem aksioma yang melibatkan 5 aksioma disebut Struktur Geometri Euclid, dengan unsurunsur

Lebih terperinci

PENGAYAAN MATERI OLIMPIADE MATEMATIKA SD GEOMETRI. Oleh : Himmawati P.L

PENGAYAAN MATERI OLIMPIADE MATEMATIKA SD GEOMETRI. Oleh : Himmawati P.L PENGAYAAN MATERI OLIMPIADE MATEMATIKA SD GEOMETRI Oleh : Himmawati P.L Soal matematika yang diujikan di sekolah-sekolah maupun di Ujian Nasional pada umumnya dapat diselesaikan dengan cara-cara biasa.

Lebih terperinci

Kajian Matematika SMP Palupi Sri Wijiyanti, M.Pd Semester/Kelas : 3A3 Tanggal Pengumpulan : 14 Desember 2015

Kajian Matematika SMP Palupi Sri Wijiyanti, M.Pd Semester/Kelas : 3A3 Tanggal Pengumpulan : 14 Desember 2015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA TAHUN 2015 Mata Kuliah Dosen Pengampu : : Kajian Matematika SMP Palupi Sri Wijiyanti, M.Pd Semester/Kelas

Lebih terperinci

Geometri I. Garis m dikatakan sejajar dengan garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan kedua garis tidak berpotongan

Geometri I. Garis m dikatakan sejajar dengan garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan kedua garis tidak berpotongan Definisi 1.1 Garis m dikatakan memotong garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan bertemu satu bidang datar dan bertemu pada satu titik Definisi 1.2 Garis m dikatakan sejajar dengan

Lebih terperinci

RUAS GARIS BERARAH. Andaikan sekarang ada 2 ruas garis berarah AB dan CD. Dalam

RUAS GARIS BERARAH. Andaikan sekarang ada 2 ruas garis berarah AB dan CD. Dalam RUAS GARIS BERARAH 9.1 Definisi dan Sifat-sifat ang Sederhana Untuk melajutkan penelidikan tentang isometri diperlukan pengertian tentang ruas garis berarah sebagai berikut: Definisi: Suatu ruas garis

Lebih terperinci

A. Menemukan Dalil Pythagoras

A. Menemukan Dalil Pythagoras A. Menemukan Dalil Pythagoras 1. Menemukan Dalil Pythagoras. Pada setiap segitiga siku-siku, luas daerah persegi pada sisi miring (hipotenusa) sama dengan jumlah luas daerah persegi pada sisi-sisi siku-sikunya

Lebih terperinci

GEOMETRI EUCLID D I S U S U N OLEH :

GEOMETRI EUCLID D I S U S U N OLEH : GEOMETRI EUCLID D I S U S U N OLEH : SARI MEILANI (11321435) TITIS SETYO BAKTI (11321436) DEWI AYU FATMAWATI (11321439) INKA SEPIANA ROHMAH (11321460) KELAS II B MATEMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

Lebih terperinci

SILABUS PEMELAJARAN. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan jenisjenis. berdasarkan sisisisinya. berdasarkan besar sudutnya

SILABUS PEMELAJARAN. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan jenisjenis. berdasarkan sisisisinya. berdasarkan besar sudutnya 42 43 SILABUS PEMELAJARAN Sekolah :... Kelas : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : Matematika Semester : II (dua) GEOMETRI Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya

Lebih terperinci

- Segitiga dengan dua sisinya sama panjang dan terbentuk dari dua segitiga siku-siku yang kongruen disebut segitiga samakaki

- Segitiga dengan dua sisinya sama panjang dan terbentuk dari dua segitiga siku-siku yang kongruen disebut segitiga samakaki SEGITIG DN SEGIEMPT. SEGITIG 1. Mengenal Segitiga Jika persegi panjang PQRS dipotong melalui diagonal PR, maka akan didapat dua bangun yang berbentuk segitiga yang sama dan sebangun atau kongruen. Semua

Lebih terperinci

Oleh : Sutopo, S.Pd., M.Pd. Prodi P Mat-Jurusan PMIPA FKIP UNS

Oleh : Sutopo, S.Pd., M.Pd. Prodi P Mat-Jurusan PMIPA FKIP UNS Oleh : Sutopo, S.Pd., M.Pd. Prodi P Mat-Jurusan PMIPA FKIP UNS Materi KKD I Konsep dasar geometri dan segitiga (termasuk teorema dan aksioma terkait) KKD II Poligon dan Lingkaran (sifat dan luas) KKD III

Lebih terperinci

Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Provinsi. Tutur Widodo. Bagian Pertama : Soal Isian Singkat

Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Provinsi. Tutur Widodo. Bagian Pertama : Soal Isian Singkat Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 013 Seleksi Tingkat Provinsi Tutur Widodo Bagian Pertama : Soal Isian Singkat 1. Diberikan tiga lingkaran dengan radius r =, yang saling bersinggungan. Total luas dari

Lebih terperinci

Relasi, Fungsi, dan Transformasi

Relasi, Fungsi, dan Transformasi Modul 1 Relasi, Fungsi, dan Transformasi Drs. Ame Rasmedi S. Dr. Darhim, M.Si. M PENDAHULUAN odul ini merupakan modul pertama pada mata kuliah Geometri Transformasi. Modul ini akan membahas pengertian

Lebih terperinci

SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

SEGITIGA DAN SEGIEMPAT SEGITIGA DAN SEGIEMPAT A. Pengertian Segitiga Jika tiga buah titik A, B dan C yang tidak segaris saling di hubungkan,dimana titik A dihubungkan dengan B, titik B dihubungkan dengan titik C, dan titik C

Lebih terperinci

LAMPIRAN Data Penelitian Nilai Siswa

LAMPIRAN Data Penelitian Nilai Siswa LAMPIRAN Data Penelitian Nilai Siswa No Parameter Satuan Baku mutu Metode analisis G43 67 44 53 51 G44 67 43 39 39 G45 68 37 45 52 G46 71 41 41 53 G47 61 33 45 52 G48 66 39 41 53 G49 67 44 40 42 G50 75

Lebih terperinci

Geometri Dimensi Dua

Geometri Dimensi Dua Geometri Dimensi Dua Materi Pelatihan Guru SMK Model Seni/Pariwisata/Bisnis Manajemen Yogyakarta, 28 November 23 Desember 2010 Oleh Dr. Ali Mahmudi JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

Modul 3 SIMETRI, PERSEGIPANJANG, PERSEGI, DAN KESEJAJARAN GARIS

Modul 3 SIMETRI, PERSEGIPANJANG, PERSEGI, DAN KESEJAJARAN GARIS Modul 3 SIMETRI, PERSEGIPANJANG, PERSEGI, DAN KESEJAJARAN GARIS A. Pengantar Materi yang akan di bahas pada kegiatan pembelajaran ini terdiri atas pengertian simetri lipat, simetri putar, setengah putaran,

Lebih terperinci

PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*)

PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*) PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*) A. Faktor Prima Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan faktor prima sebuah bilangan adalah pembagi habis dari sebuah bilangan

Lebih terperinci

Tabel 1. Rata-rata Nilai Ujian Nasional Secara Nasional

Tabel 1. Rata-rata Nilai Ujian Nasional Secara Nasional Rekap Nilai Ujian Nasional tahun 2011 Pada tahun 2011 rata-rata nilai matematika 7.31, nilai terendah 0.25, nilai tertinggi 10, dengan standar deviasi sebesar 1.57. Secara rinci perolehan nilai Ujian Nasional

Lebih terperinci

50 LAMPIRAN NILAI SISWA SOAL INSTRUMEN Nama : Kelas : No : BERILAH TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG DIANGGAP BENAR! 1. Persegi adalah.... a. Bangun segiempat yang mempunyai empat sisi dan panjang

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

KISI-KISI PENULISAN SOAL UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS KISI-KISI PENULISAN SAL UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Mata Pelajaran : Matematika Materi Pokok : Segiempat dan Segitiga Kelas / semester : VII / 2 Standar Komptensi : Memahami konsep segi empat

Lebih terperinci

BAB III MASALAH GEOMETRI DAN PEMECAHANNYA

BAB III MASALAH GEOMETRI DAN PEMECAHANNYA BB III MSLH GEOMETRI N PEMECHNNY Menurut Posamentier dan Stepelmen (1986), masalah dalam geometri mencakup: 1. Membuktikan teorema atau berbagai akibat situasi geometri secara sistematis a. menggunakan

Lebih terperinci

Bab 9. Segitiga. Standar Kompetensi. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar

Bab 9. Segitiga. Standar Kompetensi. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar Bab 9 Segitiga Standar Kompetensi Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi susdutnya. 6.3 Menghitung

Lebih terperinci

1. Jika B = {bilangan prima kurang dari 13} maka jumlah himpunan penyelesaiannya... A. 4

1. Jika B = {bilangan prima kurang dari 13} maka jumlah himpunan penyelesaiannya... A. 4 1. Jika B = {bilangan prima kurang dari 13} maka jumlah himpunan penyelesaiannya... A. 4 C. 6 B. 5 D. 7 Kunci : B B = (bilangan prima kurang dan 13) Anggota himpunan B = (2, 3, 5, 7, 11) Sehingga banyaknya

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 013 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 014 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL BAGIAN PERTAMA Disusun oleh : Solusi Olimpiade Matematika Tk Provinsi 013

Lebih terperinci

Sifat-Sifat Bangun Datar

Sifat-Sifat Bangun Datar Sifat-Sifat Bangun Datar Bangun datar merupakan sebuah bangun berupa bidang datar yang dibatasi oleh beberapa ruas garis. Jumlah dan model ruas garis yang membatasi bangun tersebut menentukan nama dan

Lebih terperinci

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 01 MATEMATIKA SMA/MA PETUNJUK UNTUK PESERTA: 1. Tes terdiri dari dua bagian. Tes bagian pertama terdiri dari 0 soal isian singkat dan tes

Lebih terperinci

MATEMATIKA. Pertemuan 2 N.A

MATEMATIKA. Pertemuan 2 N.A MATEMATIKA Pertemuan 2 N.A smile.akbar@yahoo.co.id Awali setiap aktivitas dengan membaca Basmallah Soal 1 (Operasi Bentuk Aljabar) Bentuk Sederhana dari adalah a. b. c. d. Pembahasan ( A ) Soal 2 (Pola

Lebih terperinci

LOGO JARAK DUA TITIK

LOGO JARAK DUA TITIK LOGO JARAK DUA TITIK JARAK TITIK A KE TITIK B Jakarta Bandung Lintasan yang ditempuh kereta-api Lintasan yang ditempuh sebuah mobil Ruas garis yang menghubungkan kedua kota LOGO www.themegallery.com POSTULAT

Lebih terperinci

SOAL 1. Diketahui bangun persegi panjang berukuran 4 6 dengan beberapa ruas garis, seperti pada gambar.

SOAL 1. Diketahui bangun persegi panjang berukuran 4 6 dengan beberapa ruas garis, seperti pada gambar. SOAL 1. Diketahui bangun persegi panjang berukuran 4 dengan beberapa ruas garis, seperti pada gambar. Dengan menggunakan ruas garis yang sudah ada, tentukan banyak jajar genjang tanpa sudut siku-siku pada

Lebih terperinci

Matematika Semester IV

Matematika Semester IV F U N G S I KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan perbedaan konsep relasi dan fungsi Menerapkan konsep fungsi linear Menggambar fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi trigonometri

Lebih terperinci

TEOREMA PYTHAGORAS. Contoh Hitunglah nilai kuadrat bilangan-bilangan berikut

TEOREMA PYTHAGORAS. Contoh Hitunglah nilai kuadrat bilangan-bilangan berikut Teorema pythagoras berasal dari seorang matematikawan dari Yunani yang bernama Pythagoras, tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa teorema pythagoras berasal dari Cina karena ada sebuah buku yang merupakan

Lebih terperinci

KONGRUENSI PADA SEGITIGA

KONGRUENSI PADA SEGITIGA KONGRUENSI PADA SEGITIGA (Jurnal 6) Memen Permata Azmi Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia Perkuliah geometri kembali pada materi dasar yang kita anggap remeh selama ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Geometri adalah struktur matematika yang membicarakan unsur dan relasi yang ada antara unsur tersebut. Titik, garis, bidang, dan ruang merupakan benda abstrak yang menjadi

Lebih terperinci

C. 30 Januari 2001 B. 29 Januari 2001

C. 30 Januari 2001 B. 29 Januari 2001 1. Notasi pembentuk himpunan dari B = {1, 4, 9} adalah... A. B = {x x kuadrat tiga bilangan asli yang pertama} B. B = {x x bilangan tersusun yang kurang dari 10} C. B = {x x kelipatan bilangan 2 dan 3

Lebih terperinci

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 MATEMATIKA SMA/MA PETUNJUK UNTUK PESERTA: 1. Tes terdiri dari dua bagian. Tes bagian pertama terdiri dari 20 soal isian singkat dan

Lebih terperinci

Modul 2 SEGITIGA & TEOREMA PYTHAGORAS

Modul 2 SEGITIGA & TEOREMA PYTHAGORAS Modul 2 SEGITIGA & TEOREMA PYTHAGORAS A. Pengantar Materi yang akan di bahas pada kegiatan pembelajaran ini terdiri atas pengertian segitiga, hubungan sisi-sisi segitiga, jenis-jenis segitiga ditinjau

Lebih terperinci

Segiempat. [Type the document subtitle]

Segiempat. [Type the document subtitle] Segiempat [Type the document subtitle] [Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents of the document. Type the abstract of the document here. The abstract

Lebih terperinci

Geometri Insidensi. Modul 1 PENDAHULUAN

Geometri Insidensi. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Geometri Insidensi M PENDAHULUAN Drs. Rawuh odul Geometri Insidensi ini berisi pembahasan tentang pembentukkan sistem aksioma dan sifat-sifat yang mendasari geometri tersebut. Sebelumnya Anda akan

Lebih terperinci

GEOMETRI NETRAL I. SEJARAH GEOMETRI NETRAL

GEOMETRI NETRAL I. SEJARAH GEOMETRI NETRAL 1 GEOMETRI NETRAL I. SEJARAH GEOMETRI NETRAL Sejarah mencatat bahwa geometri non-euclides lahir oleh karena para matematikawan berusaha membuktikan kebenaran dari postulat yang kelima dari Euclid dengan

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR SISWA

KEGIATAN BELAJAR SISWA KEGIATAN BELAJAR SISWA Bidang studi : Matematika Satuan Pendidikan: SLTP Kelas: 3 (tiga) Caturwulan: 1 (satu) Pokok Bahasan: Transformasi Subpokok Bahasan: Refleksi Waktu: 150 Menit Endang Mulyana 2003

Lebih terperinci

1. BARISAN ARITMATIKA

1. BARISAN ARITMATIKA MATEMATIKA DASAR ARITMATIKA BARISAN ARITMATIKA 1. BARISAN ARITMATIKA Sering disebut barisan hitung, adalah barisan bilangan yang setiap sukunya diperoleh dari suku sebelumnya dengan menambah atau mengurangi

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 TINGKAT PROVINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 TINGKAT PROVINSI HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 TINGKAT PROVINSI BIDANG MATEMATIKA Waktu : 210 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Menemukan Dalil Pythagoras

Menemukan Dalil Pythagoras Dalil Pythagoras Menemukan Dalil Pythagoras 1. Perhatikan gambar di bawah ini. Segitiga ABC adalah sebuah segitiga siku-siku di B dengan sisi miring AC. Jika setiap petak luasnya 1 satuan, tentukan luas

Lebih terperinci

abcde dengan a, c, e adalah bilangan genap dan b, d adalah bilangan ganjil? A B C D E. 3000

abcde dengan a, c, e adalah bilangan genap dan b, d adalah bilangan ganjil? A B C D E. 3000 Hal. 1 / 7 METHODIST-2 EDUCATION EXPO LOMBA SAINS PLUS ANTAR PELAJAR TINGKAT SMA SE-SUMATERA UTARA TAHUN 2015 BIDANG WAKTU : MATEMATIKA : 120 MENIT PETUNJUK : 1. Pilihlah jawaban yang benar dan tepat.

Lebih terperinci

C. 9 orang B. 7 orang

C. 9 orang B. 7 orang 1. Dari 42 siswa kelas IA, 24 siswa mengikuti ekstra kurikuler pramuka, 17 siswa mengikuti ekstrakurikuler PMR, dan 8 siswa tidak mengikuti kedua ekstrakurikuler tersebut. Banyak siswa yang mengikuti kedua

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah geometri selain aksioma diperlukan juga unsur-unsur tak terdefinisi. Untuk. 2. Himpunan titik-titik yang dinamakan garis.

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah geometri selain aksioma diperlukan juga unsur-unsur tak terdefinisi. Untuk. 2. Himpunan titik-titik yang dinamakan garis. 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geometri Insidensi Suatu geometri dibentuk berdasarkan aksioma yang berlaku dalam geometrigeometri tersebut. Geometri insidensi didasari oleh aksioma insidensi. Di dalam sebuah

Lebih terperinci

Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis Lurus

Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis Lurus Modul 1 Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis Lurus Drs. Sukirman, M.Pd. D alam Modul Pertama ini, kita akan membahas tentang Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis

Lebih terperinci

SOAL&PEMBAHASAN MATEMATIKATKDSAINTEK SBMPTN. yos3prens.wordpres.com

SOAL&PEMBAHASAN MATEMATIKATKDSAINTEK SBMPTN. yos3prens.wordpres.com SOAL&PEMBAHASAN MATEMATIKATKDSAINTEK SBMPTN 05 yosprens.wordpres.com SOAL DAN PEMBAHASAN MATA UJI MATEMATIKA TKD SAINTEK SBMPTN 05 Berikut ini 5 soal mata uji matematika beserta pembahasannya yang diujikan

Lebih terperinci

PENGERTIAN PHYTAGORAS

PENGERTIAN PHYTAGORAS Pythagoras adalah seorang ahli filsafat. Ia tidak hanya mempelajari matematika, tetapi juga music dan ilmu-ilmu lain. Ia lahir di Yunani, tetapi pergi belajar ke Mesir dan Babilonia. Ia terkenal karena

Lebih terperinci

Pembahasan Soal UN Matematika SMP Tahun Ajaran 2010/2011 Paket 12

Pembahasan Soal UN Matematika SMP Tahun Ajaran 2010/2011 Paket 12 Pembahasan Soal UN Matematika SMP Tahun Ajaran 2010/2011 Paket 12 Tim Pembahas : Th. Widyantini Untung Trisna Suwaji Wiworo Choirul Listiani Estina Ekawati Nur Amini Mustajab PPPPTK Matematika Yogyakarta

Lebih terperinci

Jika persegi panjang ABCD di atas diketahui OA = 26 cm, maka panjang BO adalah... A. 78 cm. C. 26 cm B. 52 cm. D. 13 cm Kunci : C Penyelesaian :

Jika persegi panjang ABCD di atas diketahui OA = 26 cm, maka panjang BO adalah... A. 78 cm. C. 26 cm B. 52 cm. D. 13 cm Kunci : C Penyelesaian : 1. Jika persegi panjang ABCD di atas diketahui OA = 26 cm, maka panjang BO adalah... A. 78 cm C. 26 cm B. 52 cm D. 13 cm 2. Gambar disamping adalah persegi panjang. Salah satu sifat persegi panjang adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Titik, Garis, dan Bidang Pada geometri, tepatnya pada sistem aksioma, terdapat istilah tak terdefinisi. Istilah tak terdefinisi adalah istilah dasar yang digunakan dalam membangun

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBANDINGAN SEGIEMPAT SACCHERI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI NON EUCLID. Universitas Negeri Yogyakarta

SKRIPSI PERBANDINGAN SEGIEMPAT SACCHERI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI NON EUCLID. Universitas Negeri Yogyakarta SKRIPSI PERBANDINGAN SEGIEMPAT SACCHERI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI NON EUCLID Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

Pelatihan-osn.com Konsultan Olimpiade Sains Nasional contact person : ALJABAR

Pelatihan-osn.com Konsultan Olimpiade Sains Nasional  contact person : ALJABAR ALJABAR 1. Diberikan a 4 + a 3 + a 2 + a + 1 = 0. Tentukan a 2000 + a 2010 + 1. 2. Diberikan sistem persamaan 2010(x y) + 2011(y z) + 2012(z x) = 0 2010 2 (x y) + 2011 2 (y z) + 2012 2 (z x) = 2011 Tentukan

Lebih terperinci

Bab 7. Bangun Ruang Sisi Datar. Standar Kompetensi. Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, serta menentukan ukuranya.

Bab 7. Bangun Ruang Sisi Datar. Standar Kompetensi. Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, serta menentukan ukuranya. ab 7 angun Ruang Sisi Datar Standar Kompetensi Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, serta menentukan ukuranya. Kompetensi Dasar 4.1 Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2014 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA Waktu : 210 Menit

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2014 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA Waktu : 210 Menit SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2014 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2015 Waktu : 210 Menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT

Lebih terperinci

Bab 3 KONSTRUKSI GEOMETRIS 3.1. KONSTRUKSI-KONSTRUKSI DASAR.

Bab 3 KONSTRUKSI GEOMETRIS 3.1. KONSTRUKSI-KONSTRUKSI DASAR. Bab 3 KONSTRUKSI GEOMETRIS Materi : Konstruksi-konstruksi dasar. Garis-garis lengkung. Gambar proyeksi. Gambar pandangan tunggal. Proyeksi ortogonal (gambar pandangan majemuk). 3.1. KONSTRUKSI-KONSTRUKSI

Lebih terperinci

1 P E N D A H U L U A N

1 P E N D A H U L U A N 1 P E N D A H U L U A N Pemetaan (fungsi) f dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu hubuungan yang memasangkan setiap unsur di A dengan tepat satu unsur di B. Jika a A dan pasangannya b B, maka ditulis

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 009 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 00 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL BAGIAN PERTAMA Disusun oleh : Solusi Olimpiade Matematika Tk Provinsi 009 Bagian

Lebih terperinci

1 Bilangan. 2 A. MACAM-MACAM BILANGAN B. SIFAT OPERASI PADA BILANGAN BULAT. b dan b 0. Contoh: 1 à a = 1 dan b = 4.

1 Bilangan. 2 A. MACAM-MACAM BILANGAN B. SIFAT OPERASI PADA BILANGAN BULAT. b dan b 0. Contoh: 1 à a = 1 dan b = 4. Matematika 1 Bilangan A. MACAM-MACAM BILANGAN 1. Bilangan Asli 1, 2, 3, 4, 5, 6,, dan seterusnya. 2. Bilangan Cacah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan seterusnya. 3. Bilangan Prima Bilangan prima yaitu bilangan

Lebih terperinci

BAB I TITIK DAN GARIS

BAB I TITIK DAN GARIS 1. Titik, garis, sinar dan ruas garis BB I TITIK DN GRIS Geometri dibangun atas dasar unsur-unsur yang tidak didefinisikan yaitu: titik, garis, dan bidang. Titik dipahami secara intuisi sebagai sebuah

Lebih terperinci

Matematika Teknik Dasar-2 4 Aljabar Vektor-1. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

Matematika Teknik Dasar-2 4 Aljabar Vektor-1. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Matematika Teknik Dasar-2 4 Aljabar Vektor-1 Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Kuantitas Skalar dan Vektor Kuantitas Fisis dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Kuantitas skalar:

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2006 TINGKAT PROVINSI TAHUN Prestasi itu diraih bukan didapat!!!

SELEKSI OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2006 TINGKAT PROVINSI TAHUN Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SELEKSI OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 006 TINGKAT PROVINSI TAHUN 005 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL Bidang Matematika Bagian Pertama Disusun oleh : Solusi Olimpiade Matematika Tk Provinsi

Lebih terperinci

1. Titik, Garis dan Bidang Dalam Ruang. a. Defenisi. Titik ditentukan oleh letaknya dan tidak mempunyai ukuran sehingga dikatakan berdimensi nol

1. Titik, Garis dan Bidang Dalam Ruang. a. Defenisi. Titik ditentukan oleh letaknya dan tidak mempunyai ukuran sehingga dikatakan berdimensi nol 1. Titik, Garis dan Bidang Dalam Ruang a. Defenisi Titik ditentukan oleh letaknya dan tidak mempunyai ukuran sehingga dikatakan berdimensi nol Titik digambarkan dengan sebuah noktah dan penamaannya menggunakan

Lebih terperinci

Shortlist Soal OSN Matematika 2015

Shortlist Soal OSN Matematika 2015 Shortlist Soal OSN Matematika 2015 Olimpiade Sains Nasional ke-14 Yogyakarta, 18-24 Mei 2015 ii Shortlist OSN 2015 1 Aljabar A1 Fungsi f : R R dikatakan periodik, jika f bukan fungsi konstan dan terdapat

Lebih terperinci

Geometri Ruang (Dimensi 3)

Geometri Ruang (Dimensi 3) Geometri Ruang (Dimensi 3) Beberapa Benda Ruang Yang Beraturan Kubus Tabung volume = a³ luas = 6a² rusuk kubus = a panjang diagonal = a 2 panjang diagonal ruang = a 3 r = jari-jari t = tinggi volume =

Lebih terperinci

. A.M. A. Titik, Garis, dan Bidang BANGUN GEOMETRI

. A.M. A. Titik, Garis, dan Bidang BANGUN GEOMETRI A. Titik, Garis, dan Bidang BANGUN GEOMETRI Suatu titik menyatakan letak atau posisi dari sesuatu yang tidak mempunyai ukuran, maka titik tidak mempunyai ukuran. Dikatakan bahwa titik berdimensi nol (tak

Lebih terperinci

Pengertian Dan Sifat-Sifat Bangun Segi Empat 1. Jajaran Genjang

Pengertian Dan Sifat-Sifat Bangun Segi Empat 1. Jajaran Genjang Pengertian Dan Sifat-Sifat Bangun Segi Empat 1. Jajaran Genjang Jajaran genjang dapat dibentuk dari gabungan suatu segitiga dan bayangannya setelah diputar setengah putaran dengan pusat titik tengah salah

Lebih terperinci

SILABUS PEMELAJARAN. Indikator Pencapaian Kompetensi. Tes tertulis

SILABUS PEMELAJARAN. Indikator Pencapaian Kompetensi. Tes tertulis Sekolah :... Kelas : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : Matematika Semester : II (dua) SILABUS PEMELAJARAN ALJABAR Standar : 4. Menggunakan konsep dan diagram Venn dalam pemecahan masalah Kegiatan 4.1 Mema-hami

Lebih terperinci

Tidak diperjualbelikan

Tidak diperjualbelikan MATEMATIKA KATA PENGANTAR Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/003, tanggal 14 Oktober 003, tentang Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 003/004, antara lain menetapkan bahwa dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

Pembahasan Soal Olimpiade Matematika SMP Babak 1 Persiapan Olimpiade Sains Provinsi dan Nasional

Pembahasan Soal Olimpiade Matematika SMP Babak 1 Persiapan Olimpiade Sains Provinsi dan Nasional Pembahasan Soal Olimpiade Matematika SMP Babak Persiapan Olimpiade Sains Provinsi dan Nasional. Diketahui dan y merupakan bilangan real positif yang memenuhi sistim persamaan berikut y y a b Jika, maka

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Surat Ijin Uji Coba Instrumen

LAMPIRAN 1. Surat Ijin Uji Coba Instrumen LAMPIRAN 1 Surat Ijin Uji Coba Instrumen LAMPIRAN 2 Surat Ijin Penelitian LAMPIRAN 3 Surat Keterangan Melakukan Uji Coba Instrumen LAMPIRAN 4 Surat Keterangan Melakukan Penelitian LAMPIRAN 5 Instrumen

Lebih terperinci

Hubungan Kekongruenan Dalam Geometri Terhingga

Hubungan Kekongruenan Dalam Geometri Terhingga Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Hubungan Kekongruenan Dalam Geometri Terhingga Lina Ardila Sari, Suharsono, Muslim Ansori Jurusan Matematika FMIPA Universitas Lampung Alamat Email :

Lebih terperinci

BAB V GEOMETRI DAN TRANSFORMASI

BAB V GEOMETRI DAN TRANSFORMASI BAB V GEOMETRI DAN TRANSFORMASI Pernahkah anda mengamati proses pekerjaan pembangunan sebuah rumah? Semua tahap pekerjaan tersebut, mulai dari perancangan hingga finishing, tidak terlepas dari penerapan

Lebih terperinci

KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN

KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN Tugas ini Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Matematika SMP 2 Dosen Pengampu :Koryna Aviory, S.Si, M.Pd Oleh : 1. Siti Khotimah ( 14144100087 ) 2. Reza Nike Oktariani

Lebih terperinci

A. Pengantar B. Tujuan Pembelajaran Umum C. Tujuan Pembelajaran Khusus D. Materi Pelajaran Pendahuluan

A. Pengantar B. Tujuan Pembelajaran Umum C. Tujuan Pembelajaran Khusus D. Materi Pelajaran Pendahuluan Modul 1 SUDUT A. Pengantar Materi yang akan di bahas pada kegiatan pembelajaran ini terdiri atas pengertian sudut, ukuran sudut, satuan ukuran sudut, ragam sudut berdasarkan ukuran sudut, cara pengukuran

Lebih terperinci

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat A Akar kuadrat GLOSSARIUM Akar kuadrat adalah salah satu dari dua faktor yang sama dari suatu bilangan. Contoh: 9 = 3 karena 3 2 = 9 Anggota Himpunan Suatu objek dalam suatu himpunan B Belahketupat Bentuk

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2007 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2008

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2007 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2008 Dapatkan soal-soal lainnya di http://forum.pelatihan-osn.com SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2007 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2008 Bidang Matematika Bagian Pertama Waktu : 90 Menit DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PREDIKSI UN 2012 MATEMATIKA SMP

PREDIKSI UN 2012 MATEMATIKA SMP Dibuat untuk persiapan menghadapi UN 2012 PREDIKSI UN 2012 MATEMATIKA SMP Lengkap dengan kisi-kisi dan pembahasan Mungkin (tidak) JITU 12 1. Menghitung hasil operasi tambah, kurang, kali dan bagi pada

Lebih terperinci

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam MAKALAH GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata geometri berasal dari bahasa Yunani yang berarti ukuran bumi. Maksudnya mencakup segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B. Tujuan. D. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B. Tujuan. D. Rumusan Masalah I PENDHULUN. Latar elakang Geometri (daribahasayunani, geo = bumi, metria = pengukuran) secaraharfiah berarti pengukuran tentang bumi, adalahcabangdarimatematika yang mempelajari hubungan di dalamruang.

Lebih terperinci

MAKALAH. Pembuktian Teorema Pythagoras

MAKALAH. Pembuktian Teorema Pythagoras MAKALAH Pembuktian Teorema Pythagoras Disusun Oleh: Kelompok 12 1. Muhammad Naufal Faris 12030174229 2. Weni Handayani 14030174003 3. Wahyu Okta Handayani 14030174024 4. Faza Rahmalita Maharani 14030174026

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2013 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2014 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL BAGIAN PERTAMA Disusun oleh : BAGIAN PERTAMA 1. ABC adalah segitiga sama

Lebih terperinci

2. Tentukan persamaan garis yang melalui titik P (x 1,y 1,z 1 ) dan R (x 2,y 2,z 2 ) seperti yang ditunjukkan pada gambar. Z P Q R

2. Tentukan persamaan garis yang melalui titik P (x 1,y 1,z 1 ) dan R (x 2,y 2,z 2 ) seperti yang ditunjukkan pada gambar. Z P Q R . Jika dan vektor-vektor tak kolinear dan A = ( x + 4y ) + ( 2x + y + ) dan B = ( y 2x + 2 ) + ( 2x 3y -), maka carilah nilai x dan y sehingga 3A = 2B. Penyelesian: 3A = 2 B 3(x + 4y ) +3 ( 2x + y + )b

Lebih terperinci

a. jenis-jenis segitiga di tinjau dari panjang sisinya. (i) segitiga sebarang. Adalah segitiga yang disisi-sisinya tindak samapanjang AB BC AC

a. jenis-jenis segitiga di tinjau dari panjang sisinya. (i) segitiga sebarang. Adalah segitiga yang disisi-sisinya tindak samapanjang AB BC AC A. SEGI TIGA 1. Pengertian Segitiga Sisi-sisi yg membentuk segitiga ABC berturut-turut adalah AB, BC, dan AC. Sudut-sudut yg terdapat pada segitiga ABC sebagai berikut. a. < A atau < BAC atau < CAB. b.

Lebih terperinci

SEGI BANYAK BAHAN BELAJAR MANDIRI 2

SEGI BANYAK BAHAN BELAJAR MANDIRI 2 BAHAN BELAJAR MANDIRI 2 SEGI BANYAK PENDAHULUAN Secara umum bahan belajar mandiri ini menjelaskan tentang segitiga, segiempat, segilima, kongruensi dan kesebangunan. Setelah mempelajari BBM 2 ini anda

Lebih terperinci