BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN"

Transkripsi

1 DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 38 BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur A. Visi Visi merupakan suatu gambaran tentang keadaan masa depan yang diinginkan, berisikan semangat (inspiring) cita-cita (aspiring) dan motivasi (motiving) yang ingin diwujudkan. Visi adalah suatu harapan sekaligus tujuan yang ketercapaiannya memerlukan waktu yang panjang, karena visi tersebut akan selalu berkembang sesuai dengan kondisi lingkungan strategis pembangunan peternakan dan arah pembangunan baik daerah maupun nasional. Visi memberikan arah yang jelas tentang kondisi pembangunan peternakan di masa depan yang ingin dicapai melalui tugas pokok dan fungsi yang disertai penjelasan yang lebih operasional sehingga mudah dijadikan acuan bagi perumusan tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan pembangunan peternakan. Dalam mengantisipasi tantangan ke depan menuju kondisi yang diinginkan, Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur sebagai organisasi yang berada dalam jajaran Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur perlu secara terus menerus mengembangkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan dalam rangka menangkap peluang dan menghadapi ancaman dengan membuat terobosanterobosan baru, sesuai hasil analisis SWOT yang dijabarkan pada bab terdahulu. Sehubungan dengan itu Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur harus mempunyai visi sebagai cara pandang jauh kedepan dengan arah dan saran dan tujuan yang akan dicapai agar tetap eksis, antisipatif dan inovatif. Sejalan dengan Visi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, maka Visi Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur adalah : Terwujudnya Agribisnis Peternakan yang Berdaya Saing Menuju Dua Juta Ekor Sapi Visi tersebut mengandung 2 (dua) kata kunci yang merupakan pernyataan keinginan yang mencerminkan mimpi Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur. Kedua kata kunci tersebut yakni: (1) agribisnis peternakan; dan (2) berdaya saing. Agribisnis Peternakan, berarti kegiatan usaha yang terkait subsektor peternakan mulai dari penyediaan sarana produksi, proses produksi (budidaya), penanganan pasca panen, pengolahan sampai pemasaran produk ke konsumen. Daya saing, berarti mampu menghasilkan keluaran berkualitas unggul secara kompetitif dan komparatif.

2 DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 39 B. Misi Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan dan diwujudkan agar tujuan dapat terlaksana dan berhasil dengan baik sesuai dengan visi yang telah ditetapkan. Sebagaimana untuk mewujudkan visi tersebut dan sejalan dengan Misi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur terkait dengan pembangunan peternakan adalah Misi ke 2, yaitu Mewujudkan daya saing ekonomi yang berkerakyatan berbasis sumber daya alam dan energi terbaharukan ; maka dipandang perlu untuk menjabarkan misi tersebut ke dalam misi yang harus dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, yaitu: 1. Meningkatkan produksi daging untuk memenuhi konsumsi masyarakat. 2. Meningkatkan penerapan teknologi peternakan tepat guna yang ramah lingkungan 3. Meningkatkan usaha pengolahan hasil peternakan dalam rangka penyediaan pangan asal hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) Misi 1 bahwa meningkatkan produksi daging untuk memenuhi konsumsi masyarakat adalah merupakan upaya pemenuhan akan kebutuhan masyarakat terhadap produk asal peternakan seperti daging, telur dan susu. Daging dapat berasal dari daging sapi, daging ayam, daging kambing serta aneka ternak lainnya, sedangkan susu merupakan susu sapi. Untuk telur dapat dipenuhi dari telur ayam ras, ayam kampung maupun itik. Misi 2 bahwa meningkatkan penerapan teknologi peternakan tepat guna yang ramah lingkungan adalah penerapan teknologi pada proses budidaya (on farm) seperti inseminasi buatan (IB), intensifikasi kawin alam (INKA), rekayasa genetika serta teknologi lainnya. Misi 3 bahwa meningkatkan usaha pengolahan hasil peternakan dalam rangka penyediaan pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh dan halal merupakan upaya penerapan penanganan pasca panen seperti penyembelihan ternak, pengolahan hasil ternak serta pemasaran hasil Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur A. Tujuan Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi dan meletakkan kerangka prioritas untuk memfokuskan arah semua program dan kegiatan dalam pelaksanaan misi. Dalam periode yang akan datang akan diarahkan pada pencapaian tujuan sebagai berikut : 1. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap produk pangan asal ternak (daging dan telur); 2. Meningkatkan efisiensi budidaya peternakan dan kelestarian lingkungan; 3. Meningkatkan jaminan keamanan pangan produk peternakan.

3 DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 40 Masing-masing tujuan tersebut, dapat dijabarkan ke dalam beberapa indikator tujuan adalah sebagai berikut : Tujuan 1. Meningkatkan Populasi dan Produktivitas Ternak Indikator : 1. Populasi Ternak Produksi daging dipengaruhi oleh jumlah pemotongan ternak dan jumlah pemasukan daging dari luar daerah. Jumlah pemotongan ternak lokal dipengaruhi oleh populasi ternak dimana hanya 10 % dari populasi dapat dipotong. Di samping itu produksi daging juga dipengaruhi oleh produktivitas ternak seperti angka kelahiran, calving interval, bobot lahir, bobot potong dan kasus kejadian penyakit hewan. Pertumbuhan populasi ternak sangat dipengaruhi oleh angka kelahiran, angka kematian, pemotongan, pemasukan dan pengeluaran ternak, jika pemotongan ternak tidak terkendali maka populasi akan terkuras habis. Pertumbuhan populasi ternak secara alami rata-rata dapat mencapai 2,00% namun demikian dengan upaya yang dilakukan seperti penanganan penyakit hewan, pengembangan pakan ternak, pengelolaan bibit ternak yang berkualitas, pengendalian pemotongan betina produktif, penerapan teknologi tepat guna, pemasukan ternak bibit dan operasional teknis dan kesehatan hewan lainnya maka pertumbuhan populasi ternak diharapkan dapat mencapai sebagai berikut : Tabel. IV.4.2.A.1 Target Perkembangan Populasi Ternak di Kalimantan Timur Tahun (dalam ekor) Uraian r (%/Th) 1. Sapi Potong 2. Sapi Perah 3. Kerbau 4. Kambing 5. Domba 6. Babi 7. Kuda 8. Ay.Buras 9. Ay.Petelur 10. Ay.Pedaging 11. Itik , Target dalam tabel tersebut tidak termasuk wilayah Kaltara. a. Komoditas Strategis Nasional Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 Tahun 2012 tentang pengembangan kawasan maka komoditas strategis nasional terdiri atas sapi potong, sapi perah, dan kerbau. Komoditas Sapi Potong Pada tahun 2013 populasi sapi potong mencapai ekor dan konsumsi daging sapi ,7 ton. Pada tahun 2018 diperkirakan

4 DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 41 populasi mencapai ekor (meningkat 78,86 %) dan konsumsi daging sapi sebesar ,8 ton (meningkat 3,98 %). Pertumbuhan ternak sapi potong ditargetkan rata-rata 78,86% sangat tinggi. Hal ini disebabkan rencana pemasukkan ternak adalah betina bunting.secara nasional target pertumbuhan/perkembangan sapi hanya ±19%/tahun Permintaan yang begitu tinggi namun kemampuan pasokan dalam daerah rendah mengakibatkan ketergantungan terhadap pemasukan dari luar provinsi, kondisi ini jika tidak ada kebijakan terobosan maka ketergantungan tersebut akan semakin besar. Pada tahun 2013 diharapkan pasokan dalam daerah akan mencapai peningkatan sehingga menjadi 31,45% (terjadi peningkatan 19%). Untuk mencapai sasaran tersebut berbagai kebijakan program perlu dilakukan antara lain, pemasukan ternak bibit sebesar rata-rata ekor per tahun, peningkatan akseptor inseminasi buatan sebanyak ekor, sehingga terdapat kenaikan populasi ekor selama kurun waktu 4 tahun sampai tahun Target penambahan populasi yang dicanangkan oleh Gubernur Kalimantan Timur pada acara Bulan Bhakti Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2013 adalah sebesar 2 juta ekor, sehingga pada tahun 2018 mencapai ekor untuk Provinsi Kalimantan Timur, selebihnya untuk mencapai 2 juta ekor sapi tersebut peran masingmasing adalah sebagai berikut : 1. Anggaran yang bersumber dari APBN dan APBD Provinsi selama 5 tahun sebanyak ekor. 2. Anggaran yang bersumber dari Kabupaten/Kota se Kaltim dan Kaltara sebanyak ekor sapi. 3. Kredit ternak sejahtera dari Bank Kaltim sebanyak ekor, BRI (KKPE) sebanyak ekor sapi. 4. Perusahaan Tambang Batubara sebanyak ekor sapi. 5. Perkebunan Kelapa Sawit sebanyak ekor sapi. Komoditas Sapi Perah Komoditas sapi perah di Kalimantan Timur sudah mulai di galakan sehingga pada tahun 2013 populasi sapi perah mencapai 48 ekor, dengan jumlah yang sangat kecil ini diharapkan dapat memacu perkembangan sapi perah. Kebutuhan konsumsi susu setiap tahunnya cukup tinggi diperkirakan sebanyak ton pada tahun Untuk memenuhi permintaan susu ini sepenuhnya dipasok dari luar provinsi Kalimatan Timur berupa susu bubuk dan susu cair. Pengembangan sapi perah saat ini ada di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kutai Timur, dan Tarakan, namun permasalahan yang dihadapi adalah konsumen belum terbiasa dengan susu segar dan biaya produksi yang besar. Khusus pengembangan sapi perah di Kutai Timur sudah melakukan pengolahan hasil susu menjadi dan tahu susu dan keripik susu, sehingga tidak bermasalah didalam pemasaran. Untuk mendukung program ini diperlukan pemasukan ternak sapi perah setiap tahunnya sebanyak 50 ekor, yang ditunjang dengan pelatihan/magang peternak maupun petugas.

5 DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 42 Komoditas Kerbau Potensi pengembangan kerbau saat ini ada di Kabupaten Kutai Kartanegara, Nunukan, Paser, Penajam Paser Utara. Komoditas kerbau Kalang telah ditetapkan sebagai satwa asli Kalimantan Timur yang banyak dikembangkan di Kutai Kartanegara, oleh karena itu akan ditetapkan sebagai pilot project pembibitan kerbau Kalang di Kutai Kartanegara. Pada tahun 2013 populasi kerbau mencapai ekor atau meningkat 2,00 % dan diproyeksikan pada tahun 2018 menjadi ekor. b. Komoditas Unggulan Nasional Kambing, domba, itik, ayam buras, dan babi merupakan komoditas unggulan nasional, dimana pengembangan kambing domba di Paser dan Balikpapan sedangkan ayam buras di Penajam Paser Utara (PPU) dan Bontang. Untuk pengembangan babi di Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Hulu. Komoditas ternak kambing saat ini berkembang cukup bagus dengan populasi tahun 2013 sebesar ekor atau meningkat 2,00 %. Sedangkan populasi domba diperkirakan sebanyak 229 ekor pada tahun 2013 atau meningkat 1,00 % pada tahun 2018 diproyeksikan menjadi kambing ekor dan domba 241 ekor Populasi babi diperkirakan sebanyak ekor pada tahun 2013 atau terjadi peningkatan 2,0 % pada tahun 2018 menjadi ekor. Pada umumnya pengembangan ayam buras terdapat di seluruh Kalimantan Timur, populasi ayam buras diperkirakan sebesar ekor pada tahun 2013 atau meningkat 10,59%. Konsumsi daging ayam buras memberikan kontribusi sebesar 2,5% terhadap konsumsi daging, diperkirakan tahun 2013 konsumsi daging ayam buras sebanyak 5.514,5 ton atau 11,93 % kontribusi ayam buras terhadap konsumsi daging di Kalimantan Timur. Pada tahun 2018 populasi ayam buras ditargetkan mencapai ekor. c. Komoditas lainnya Komoditas ternak lainya termasuk didalamnya adalah ayam ras, kuda dan aneka ternak seperti kelinci dan rusa.sentra-sentra usaha ayam ras petelur berada di Kota Samarinda, Balikpapan serta Kutai Kartanegara. Pada tahun 2013 populasi ayam ras petelur diperkirakan berjumlah ekor atau menurun 23,07%. Namun daging ayam ras petelur setiap tahunnya menyumbang sekitar 1,43% terhadap total konsumsi daging yang afkir. Pada tahun 2018 ditargetkan mencapai peningkatan rata-rata 2,0% pertahun. Sebagaimana ayam ras petelur, sentra usaha ayam ras pedaging berada di Samarinda, Balikpapan, serta Kutai Kartanegara. Usaha ini berkembang sangat pesat dengan adanya perusahaan pembibitan (Breeding Farm) ayam ras pedaging sebanyak 4 buah, dengan rata-rata produksi 50 juta ekor anak ayam umur sehari atau day old chick. Pada tahun 2013 populasi mencapai ekor atau meningkat 117,91%. Produksi daging ayam dapat menyumbang sekitar 64,79% merupakan angka terbesar terhadap konsumsi daging keseluruhan.

6 DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 43 Sentra usaha pengembangan itik berada di Samarinda, Berau, Kutai Kartanegara dan Paser. Pada tahun 2013 populasi itik mencapai ekor atau menigkat 2,00%. Pada tahun 2018 ditargetkan mencapai ekor. Tujuan 2. Meningkatkan efisiensi budidaya peternakan dan kelestarian lingkungan Indikator : 1. Jumlah kawasan mandiri energi yang berbahan dasar kotoran ternak Penggunaan biogas belum cukup berkembang luas antara lain disebabkan oleh karena masih relatif murahnya harga BBM yang disubsidi, sementara teknologi yang diperkenalkan selama ini masih memerlukan biaya yang cukup tinggi karena berupa konstruksi beton dengan ukuran yang cukup besar. Mulai tahun 2000-an telah dikembangkan reaktor biogas skala kecil (rumah tangga) dengan konstruksi sederhana, terbuat dari plastik secara siap pasang (knockdown) dan dengan harga yang relatif murah. Dan reaktor biogas dapat juga dibuat dari sumur tembok dan dengan drum, fiber glass serta dengan bahan baku kotoran ternak dan limbah pertanian. Manfaat energi biogas adalah menghasilkan gas metan sebagai pengganti bahan bakar khususnya minyak tanah dan dapat dipergunakan untuk memasak. Dalam skala besar, biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik. Di samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman/budidaya pertanian. Dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui. Pola pengembangan biogas di Kalimantan Timur dengan penetapan kawasan mandiri energi. Selama 5 tahun mendatang diharapkan pengembangan kawasan mandiri energi menjadi 10 kawasan di Wilayah Kalimantan Timur. 2. Jumlah Kelahiran Hasil IB Pelaksanaan kegiatan Inseminasi Buatan (IB) pada ternak merupakan salah satu upaya penerapan teknologi tepat guna yang merupakan pilihan utama untuk peningkatan populasi dan mutu genetik sapi. Melalui kegiatan IB, penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta dapat meningkatkan pendapatan para peternak. Pelaksanaan IB pada pelayanan pembibitan diarahkan untuk tujuan peningkatan produktivitas melalui permurnian dan persilangan dalam rangka pembentukan breed baru. Keberhasilan kebuntingan dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya faktor yang dominan adalah posisi deposisi semen dalam saluran

7 DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 44 reproduksi ternak betina. Sedangkan keberhasilan program IB itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain : ternak betina itu sendiri, keterampilan inseminator dalam mendeposisikan semen, ketepatan waktu IB, deteksi birahi, handling semen dan kualitas semen. Jumlah kelahiran hasil IB pada tahun 2013 sebanyak ekor. Ditargetkan pada tahun 2014 sebanyak ekor, tahun 2015 sebanyak ekor, tahun 2016 sebanyak ekor, tahun 2017 sebanyak ekor dan tahun 2018 sebanyak ekor. Diharapkan pada akhir periode Renstra jumlah kelahiran hasil IB sebanyak ekor. 3. Daya Tampung Ternak Salah satu faktor yang menentukan baik buruknya perkembangan ternak ruminansia adalah pakan. Pakan mempunyai peranan penting dalam usaha peternakan khususnya dalam peningkatan produksi dan produktivitas ternak. Dari aspek ekonomi biaya pakan mempunyai kontribusi hingga 70% dari seluruh biaya produksi, sedangkan dari aspek teknis, kualitas pakan akan sangat berpengaruh kepada tingkat produksi ternak (daging, telur, susu) dan produktivitas ternak. Pakan juga mempunyai fungsi untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan ternak sehingga ternak tumbuh sehat dan kuat. Daya tampung padang penggembalaan atau kebun rumput erat hubungannya dengan jenis ternak, produksi hijauan rumput, musim dan luas padang penggembalaan atau kebun rumput. Oleh karena itu, daya tampung bisa bermacam-macam dan tergantung pada pengukuran produksi hijauan rumput. Produksi pakan hijauan pada tahun 2013 sebesar ton, sehingga kapasitas tampung pakan ternak pada tahun 2013 sebesar ST. Ditargetkan pada tahun 2014 sebesar ST, tahun 2015 sebesar ST, tahun 2016 sebesar ST,tahun 2017 sebesar ST dan tahun 2018 sebesar ST. Diharapkan pada akhir periode Renstra kapasitas tampung pakan ternak sebesar ST Tujuan 3. Meningkatkan jaminan keamanan pangan produk peternakan Indikator : Jumlah usaha yang memperoleh sertifikat Nomor Kontrol Veteriner/NKV Dalam rangka menjamin produk hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH), Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya melaksanakan pengawasan, pemeriksaan, pengujian, standarisasi, sertifikasi dan registrasi produk hewan. Standardisasi, sertifikasi dan registrasi produk hewan dilakukan tehadap produk hewan yang diproduksi dan diedarkan. Setiap unit usaha produk hewan wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh Nomor Kontrol Veteriner (NKV) kepada Pemerintah Daerah Provinsi. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melakukan pembinaan unit usaha yang memproduksi

8 DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 45 dan/atau mengedarkan produk hewan yang dihasilkan oleh unit usaha skala rumah tangga yang belum memenuhi persyaratan Nomor Kontrol Veteriner. Awal tahun 2014 sudah ditertibkan 10 buah usaha yang bersertifikat Nomor Kontrol Veteriner/NKV, hingga pada akhir tahun 2018 diharapkan menjadi menjadi 68 buah usaha yang bersertifikat Nomor Kontrol Veteriner/NKV di seluruh wilayah Kalimantan Timur selama 5 tahun. Pembinaan NKV berlaku untuk jangka waktu 2 tahun. B. Sasaran Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan yaitu sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu tertentu. Sasaran merupakan bagian integral dalam proses perencanaan strategik yang berfokus pada tindakan dan alokasi sumber daya dalam kegiatan atau aktivitas. Sasaran bersifat spesifik, terukur baik kualitatif maupun kuantitatif, sehingga dapat diukur secara nyata dalam jangka waktu tertentu. Sasaran Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur dalam rangka peningkatan produksi pangan asal hewan khususnya daging maka sasaran tahun adalah (1) Meningkatnya populasi ternak, produktivitas ternak dan menurunnya kasus penyakit hewan; (2) Meningkatnya penerapan teknologi peternakan tepat guna dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan sumber daya alam terbarukan; (3) Meningkatnya jumlah usaha pengolahan hasil peternakan dan menurunnya tingkat keresahan masyarakat terhadap pemalsuan daging. Masing-masing sasaran tersebut, dapat dijabarkan ke dalam beberapa indikator sasaran adalah sebagai berikut : Sasaran 1. Meningkatnya pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap produk pangan asal ternak (daging dan telur) Indikator : 1. Persentase Ketersediaan Lokal Daging dan Telur Pada tahun 2013 produksi daging Kaltim saja sebesar ,9 ton dan tahun 2018 akan mencapai sebesar ,6 ton. Produksi tersebut meliputi Sapi potong, kerbau, kambing, domba, babi, Kuda, Ayam Buras, Ayam petelur, Ayam Broiler dan Itik. Produksi daging merupakan hasil penghitungan jumlah pemotongan ternak di RPH dan luar RPH, sedangkan konsumsi merupakan jumlah produksi daging ditambah dengan jumlah pemasukan daging Konsumsi daging meningkat sangat tajam, hal ini disebabkan karena peningkatan pendapatan, pertambahan penduduk, kesadaran gizi masyarakat dan pola hidup sehat. Konsumsi pangan asal ternak mengalami pertumbuhan rata-rata pertahun untuk daging 1,5% (daging ,8 ton) dan telur 1,94% (15.063,5 ton). Khusus untuk konsumsi daging pada tahun 2013 sudah dipenuhi oleh produksi lokal sekitar 70,91%, sedangkan konsumsi daging sapi pada tahun 2013 baru sekitar 25,82% dapat dipenuhi dari produksi lokal.

9 DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 46 Tabel. IV.4.2.B.1. Target Produksi Hasil Ternak Daging dan Telur di Kalimantan Timur Tahun (dalam ton) KOMODITAS r (%/Th) A. Daging B. Telur , , , , , , , ,5 1,50 1,94 Target dalam tabel tersebut tidak termasuk wilayah Kaltara. Berdasarkan data produksi daging di atas maka pada tahun 2013 sebesar 70,91 % kebutuhan daging dapat dipenuhi dari lokal, sedangkan 29,09 % masih harus didatangkan dari luar Kaltim. Untuk mencapai swasembada daging di Kaltim dipersyaratkan maksimal 10% saja dari luar Provinsi, sehingga harus menurunkan pasokan dari luar provinsi atau meningkatkan produksi daging sebesar 18,32%. Perkembangan konsumsi hasil ternak terdapat pada Tabel. IV.4.2.B.2. Tabel. IV.4.2.B.2. Target Konsumsi Hasil Ternak di Kalimantan Timur Tahun (dalam ton) URAIAN r (%/ Th) 1. Daging 2. Telur , , , , , , , , , ,8 3,98 2,00 Tabel.IV.4.2.B.3. Target Ketersediaan Komoditas Hasil Ternak di Kalimantan Timur Tahun (dalam Persen)

10 DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 47 Sasaran 2. Meningkatnya penerapan teknologi peternakan tepat guna dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan sumber daya alam terbarukan Indikator : 1. Jumlah masyarakat yang memanfaatkan biogas (KK) Penerapan teknologi peternakan tepat guna melalui tersedianya energi alternatif terbarukan yang ramah lingkungan merupakan upaya-upaya di subsektor peternakan dalam meningkatkan efisiensi budidaya peternakan dan kelestarian lingkungan. Teknologi pengolahan biogas dengan digester cocok diterapkan untuk masyarakat kecil mengingat murahnya biaya instalasi serta kemudahan dalam pengoperasian serta perawatannya, sehingga masyarakat sekitar mampu menghasilkan biogas dengan memanfaatkan kotoran ternak sapi yang dapat digunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat untuk memasak dan penerangan. Pada tahun 2013 terdapat 115 unit biogas yang dimanfaatkan oleh 115 Kk di Kaltim. Ditargetkan tahun 2014 masyarakat yang memanfaatkan biogas ada 111 KK, tahun 2015 ada 135 KK, tahun 2016 ada 135 KK, tahun 2017 ada 140 KK dan tahun 2018 ada 145 KK. Diharapkan pada akhir periode Renstra ada 787 KK yang memanfaatkan penerapan teknologi biogas. 2. Jumlah Kebuntingan Hasil IB Pelaksanaan kegiatan Inseminasi Buatan (IB) pada ternak merupakan salah satu upaya penerapan teknologi tepat guna yang merupakan pilihan utama untuk peningkatan populasi dan mutu genetik sapi. Melalui kegiatan IB, penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta dapat meningkatkan pendapatan para peternak. Pelaksanaan IB pada pelayanan pembibitan diarahkan untuk tujuan peningkatan produktivitas melalui permurnian dan persilangan dalam rangka pembentukan breed baru. Keberhasilan kebuntingan dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya faktor yang dominan adalah posisi deposisi semen dalam saluran reproduksi ternak betina. Sedangkan keberhasilan program IB itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain : ternak betina itu sendiri, keterampilan inseminator dalam mendeposisikan semen, ketepatan waktu IB, deteksi birahi, handling semen dan kualitas semen. Pelaksanaan IB di Kalimantan Timur dengan jumlah akseptor pada tahun 2013 adalah ekor. Sedangkan jumlah kebuntingan hasil IB sebanyak ekor. Ditargetkan pada tahun 2014 sebanyak ekor, tahun 2015 sebanyak ekor, tahun 2016 sebanyak ekor, tahun 2017 sebanyak ekor dan tahun 2018 sebanyak ekor. Diharapkan pada akhir periode Renstra jumlah kebuntingan hail IB ada ekor. 3. Jumlah peternak yang memanfaatkan teknologi pakan Secara umum dalam penerapan teknologi, tak terkecuali teknologi pakan harus dipandang sebagai mekanisme perubahan sosial di masyarakat. penerapan teknologi mendorong terjadinya perubahan-perubahan dengan inovasi teknologi berarti masyarakat dihadapkan dengan sejumlah alternatif dan jika memilih alternatif baru maka dimulailah suatu perubahan di berbagai bidang. Melalui inovasi teknologi pakan,

11 DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 48 khususnya limbah pertanian dan industri dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak yang potensial berbasis bahan baku lokal. Dengan memanfaatkan teknologi pakan ternak maka akan sangat membantu peternak dalam penyimpanan pakan ternak pada musim kemarau saat pakan ternak sulit didapat dikarenakan pakan ternak lebih tahan daripada hijauan pakan ternak, sehingga penerapan teknologi pengolahan pakan merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kekurangan pakan khususnya ternak ruminansia. Pada tahun 2013 terdapat 3 unit bangunan pemanfaatan teknologi pakan berupa 2 Unit UPP Unggas dan 1 unit LP Unggas, sehingga peternak yang memanfaatkan teknologi pakan sebanyak 45 KK karena 1 unit dimanfaatkan oleh KK maka jika ada 3 unit akan dimanfaatkan 45 KK. Ditargetkan pada tahun 2014 sebesar 40 KK, tahun 2015 ada 60 KK, tahun 2016 ada 60 KK, tahun 2017 ada 60 KK dn tahun 2018 da 75 KK. Diharapkan selama 5 tahun ada 340 KK yang memanfaatkan teknologi pengolahan pakan. Sasaran 3. Menurunnya tingkat keresahan masyarakat terhadap pemalsuan daging Indikator : 1. Kasus Pemalsuan Daging Daging sapi merupakan bahan pangan asal ternak yang memiliki peran ganda, baik dari segi ketahanan pangan maupun perekonomian. Dari sisi ketahanan pangan, daging sapi mengandung gizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk pertumbuhan dan kesehatan, sehingga ketersediaan daging ini memiliki arti yang sangat penting dalam ketahanan pangan. Dari sisi perekonomian, pemenuhan kebutuhan daging sapi secara nasional berhubungan dengan indikator-indikator penting dalam perekonomian, karena daging sapi termasuk dalam 9 komoditas penyumbang utama laju inflasi di Indonesia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa daging sapi merupakan komoditas penting yang ketersediaannya patut mendapatkan perhatian oleh semua pihak. Walaupun daging sapi termasuk dalam komoditas penting, permasalahan pemalsuan daging sapi dengan babi belum mendapatkan perhatian yang memadai, baik oleh pemerintah, produsen, pedagang, maupun konsumen. Hal ini disebabkan rendahnya kesadaran para pihak terhadap pentingnya memperhatikan keamanan daging yang beredar pada masyarakat, diantaranya disebabkan oleh masih minimnya informasi mengenai rendahnya tingkat keamanan daging yang dikonsumsi oleh masyarakat. Pada tahun 2013 terdapat 18 kasus pemalsuan daging. Diperkirakan tahun 2014 kasus pemalsuan daging sebanyak 27 kasus, tahun 2015 sebanyak 22 kasus, tahun 2016 sebanyak 16 kasus, tahun 2017 sebanyak 9 kasus dan tahun 2018 tidak ada kasus pemalsuan daging. Oleh karena itu, dalam rangka menjamin keamanan pangan asal hewan diharapkan dapat menekan kasus pemalsuan daging setiap tahunnya, sehingga kasus pemalsuan daging sapi dengan babi tidak terjadi di Prov.Kaltim.

12 DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 49 Semua target indikator kinerja utama pembangunan provinsi kalimantan timur tersebut telah dirinci pada setiap kabupaten/kota sebagaimana pada lampiran 2-6 dengan memperhatikan potensi wilayah 4.3. Strategi dan Kebijakan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur A. Strategi Strategi adalah cara dan teknik mencapai tujuan yang akan digunakan sebagai acuan dalam penetapan kebijakan, program dan kegiatan. Untuk meraih visi dan melaksanakan misi tersebut sebagaimana dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Kalimantan Timur, maka strategi Dinas Peternakan Kalimantan Timur dalam membangun peternakan adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan produktivitas ternak 2. Pengembangan peternakan dengan pendekatan kawasan dan komoditas unggulan, melalui Pemanfaatan lahan secara optimal dengan pola simbiosis mutualisme antara ternak dengan tanaman pangan, tanaman perkebunan, tanaman kehutanan dan eks tambang. 3. Peningkatan pengamatan, penyidikan, pencegahan dan pengendalian penyakit hewan menular strategis. 4. Peningkatan peran swasta dalam usaha pembibitan ternak khususnya sapi dan kambing. 5. Penerapan teknologi peternakan tepat guna yang ramah lingkungan. 6. Peningkatan Sumber Daya Manusia peternak dan pelaku usaha untuk menghasilkan produk peternakan yang berdaya saing. B. Kebijakan Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk mencapai tujuan. Untuk meraih visi dan melaksanakan misi tersebut sebagaimana dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Kalimantan Timur, maka arah kebijakan Dinas Peternakan Peternakan Kalimantan Timur dalam membangun peternakan adalah sebagai berikut: 1. Penurunan resiko inbreeding melalui Intensifikasi Kawin Alam (INKA). 2. Peningkatan angka kelahiran, memperpendek jarak kelahiran (calving interval) dan peningkatan bobot lahir. 3. Pengembangan komponen agribisnis peternakan. 4. Pengembangan pola integrasi sapi dengan tanaman. 5. Pengembangan kawasan peternakan. 6. Penguatan prasarana dan sarana pelayanan kesehatan hewan (Puskeswan dan Check Point) 7. Peningkatan pelayanan kesehatan hewan melalui pengobatan, depopulasi, biosecurity dan vaksinasi 8. Akreditasi laboratorium terhadap pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan. 9. Peningkatan investasi, industrialisasi peternakan dan peran swasta melalui pemanfaatan dana Corporate Social Responsibility (CSR), Kredit Ternak Sejahtera (KTS) dan sumber pembiayaan lainnya. 10. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai bahan baku biogas melalui pengembangan desa mandiri energi 11. Pemanfaatan pupuk organik yang ramah lingkungan

13 DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM Pengembangan teknologi pakan ternak dan pengawasan mutu pakan ternak. 13. Perbaikan mutu genetik sumber daya genetik ternak asli Kalimantan Timur (Rusa Sambar, Kerbau Kalimantan Timur dan Ayam Nunukan). 14. Peningkatan kualitas bibit ternak melalui teknologi Inseminasi Buatan (IB). 15. Penguatan prasarana dan sarana Inseminasi Buatan (IB). 16. Peningkatan penerapan teknik budidaya ternak yang baik (Good Farming Practice). 17. Peningkatan kualitas sumber daya manusia peternak dan pelaku usaha peternakan 18. Perbaikan standarisasi produk peternakan dan sistem pendukung peternakan. 19. Peningkatan prasarana dan sarana peternakan, baik sarana produksi, pengolahan, dan pemasaran sehingga dapat memenuhi kebutuhan lokal. 20. Akreditasi laboraturium terhadap pelayanan pemeriksaan kesehatan masyarakat veteriner. 21. Peningkatan penerapan Public Awareness (kesejahteraan hewan) melalui sosialisasi kepada konsumen, peternak dan pelaku usaha. Keterkaitan visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dapat dilihat pada tabel IV.4.3.B.1 berikut.

14 DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 51 Tabel. IV.4.3.B.1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Kebijakan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Tahun

15 DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 52 Adapun visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dapat dilihat pada lampiran 1 dan Keterkaitan (interelasi) visi, misi, tujuan dan sasaran Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur juga dapat dilihat pada lampiran 2. Untuk mencapai sasaran point (1) sampai dengan point (3), maka diperlukan program dan kegiatan yang mendukung yaitu : 1. Sasaran 1 : Meningkatnya populasi dan produktivitas ternak, adalah : a. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak, meliputi kegiatan : (1). Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak. (2). Pelayanan laboratorium keswan dan kesmavet. b Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan, meliputi kegiatan : (1). Pengembangan agribisnis peternakan. (2). Pengembangan perbibitan dan budidaya. (3). Pembibitan dan perawatan ternak c. Program Pengembangan Kawasan Peternakan, meliputi kegiatan : (1). Pengembangan kawasan dan usaha peternakan. d. Program Penanggulangan Kemiskinan Bidang Peternakan : (1). Pelatihan keterampilan pengembangan budidaya Ternak 2. Sasaran 2 : Meningkatnya penerapan Teknologi Peternakan Tepat Guna dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan sumber daya alam terbarukan, adalah: Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan, meliputi kegiatan (1). Pengembangan teknologi peternakan tepat guna 3. Sasaran 3 meningkatnya usaha pengolahan hasil peternakan dalam rangka menjamin keamanan produk peternakan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) adalah : Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan, meliputi kegiatan (1). Pengembangan Pemasaran hasil produksi peternakan Keterkaitan visi,misi, tujuan dan sasaran serta indikator dan target kinerja Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dapat dilihat pada tabel. IV.4.3.B.2. berikut.

16 DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 53 Tabel. IV.4.3.B.2. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran serta Indikator dan Target Kinerja Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Tahun

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ARAH KEBIJAKAN ( KEMENTAN RI ) PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN 2015-2019 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERUBAHAN PROGRAM WAKTU PROGRAM 2010-2014 2015-2019 DALAM RANGKA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang A. Dasar Pembentukan Organisasi Pembentukan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur merupakan unsur pelaksana urusan Pemerintahan di bidang peternakan yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang A. Dasar Pembentukan Organisasi Pembentukan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur merupakan unsur pelaksana urusan Pemerintahan di bidang peternakan yang berada

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 7 BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur A. Tugas Pokok

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Pada bab ini dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan

Lebih terperinci

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5. NO KOMODITAS POPULASI (EKOR) PRODUKSI DAGING (TON) 1 Sapi Potong 112.249 3.790,82 2 Sapi Perah 208 4,49 3 Kerbau 19.119 640,51 4 Kambing 377.350 235,33 5 Domba 5.238 17,30 6 Babi 6.482 24,55 7 Kuda 31

Lebih terperinci

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2009-2014 1. VISI : Terwujudnya peningkatan kontribusi subsektor peternakan terhadap perekonomian. 2. MISI : 1. Menjamin pemenuhan kebutuhan produk

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II. PERJANJIAN KINERJA

BAB II. PERJANJIAN KINERJA BAB II. PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS TAHUN 2009-2014 Rencana Stategis Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 2014 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu

Lebih terperinci

Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Provinsi Aceh

Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Provinsi Aceh No. Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Aceh Target Indikator Lainnya Target Renstra ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG A. Dasar Pembentukan Organisasi Pembentukan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur merupakan unsur pelaksana urusan Pemerintahan di bidang peternakan yang berada

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014

CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014 CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014 1 Peningkatan Produksi Ternak Dengan Pendayagunaan Sumber Daya Lokal a. Pengembangan Kawasan Sapi Potong (Kelompok) 378 335 88,62 b. Pengembangan

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Tujuan Sasaran RPJMD Kinerja Utama Program dan Kegiatan Indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan daging sapi yang sampai saat ini masih mengandalkan pemasukan ternak

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Pada bab ini dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan

Lebih terperinci

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA SKPD Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timnur untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis SKPD sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMODITAS SAPI POTONG (TERNAK RUMINANSIA) DI KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN KOMODITAS SAPI POTONG (TERNAK RUMINANSIA) DI KALIMANTAN TIMUR PENGEMBANGAN KOMODITAS SAPI POTONG (TERNAK RUMINANSIA) DI KALIMANTAN TIMUR 1 Sebagai tindak lanjut RPPK 11 JUNI 2005 Deptan telah menetapkan 17 komoditas prioritas,al: unggas, sapi (termasuk kerbau),kambing

Lebih terperinci

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur : BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI 3.1.1. Capaian Kinerja Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur : Tujuan 1 Sasaran : Meningkatkan

Lebih terperinci

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA Medan, Desember 2014 PENDAHULUAN Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Suamtera Utara sebagai salah

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN PERCEPATAN DAN PENINGKATAN KUALITAS DATA STATISTIK PETERNAKAN

MEWUJUDKAN PERCEPATAN DAN PENINGKATAN KUALITAS DATA STATISTIK PETERNAKAN MEWUJUDKAN PERCEPATAN DAN PENINGKATAN KUALITAS DATA STATISTIK PETERNAKAN Oleh: Ir. H. Dadang Sudarya, MMT Disampaikan Dalam Rangka Pertemuan Forum Komunikasi Statistik dan Sistem Informasi Pertanian Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas 14 Kabupaten/Kota, namun sejak tgl 25 April 2013 telah dikukuhkan Daerah

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu

Lebih terperinci

VISI. Terwujudnya masyarakat yang mandiri, sejahtera melalui peningkatan pembangunan peternakan.

VISI. Terwujudnya masyarakat yang mandiri, sejahtera melalui peningkatan pembangunan peternakan. VISI Terwujudnya masyarakat yang mandiri, sejahtera melalui peningkatan pembangunan peternakan. MISI 1. Meningkatkan peluang ekonomi dan lapangan kerja untuk kemandirian dan kesejahteraan masyarakat di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Pembangunan Peternakan Provinsi Jawa Timur selama ini pada dasarnya memegang peranan penting dan strategis dalam membangun

Lebih terperinci

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA : OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA : WORKSHOP PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA RABIES DINAS PETERNAKAN KAB/KOTA SE PROVINSI ACEH - DI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015 PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan adalah bagian dari sektor pertanian yang merupakan sub sektor yang penting dalam menunjang perekonomian masyarakat. Komoditas peternakan mempunyai prospek

Lebih terperinci

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH II. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 01. A. KEBIJAKAN PROGRAM Pada Urusan pilihan Pertanian diarahkan pada Peningkatan produksi pertanian dan pemberdayaan petani lokal serta peningkatan akses modal dan

Lebih terperinci

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 24 BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Memperhatikan kondisi pembangunan peternakan Provinsi Kalimantan Timur saat ini dan sasaran yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun ke depan, maka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

I. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016

I. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016 I. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016 A. Program. Sebagai upaya untuk mewujudkan sasaran pembangunan peternakan ditempuh melalui 1 (satu) program utama yaitu Program Pengembangan Agribisnis. Program ini bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015

LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015 LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015 SKPD : DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA BARAT REALISASI RUPIAH MURNI REALISASI

Lebih terperinci

OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005

OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005 OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005 Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan PENDAHULUAN Produksi daging sapi dan kerbau tahun 2001 berjumlah 382,3 ribu ton atau porsinya

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja dalam format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur tidak terlepas dari rangkaian mekanisme

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk baik pada tingkat nasional maupun wilayah provinsi. Untuk

Lebih terperinci

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila No.6, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Peternak. Pemberdayaan. Hewan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5391) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016 Disampaikan pada: MUSRENBANGTANNAS 2015 Jakarta, 04 Juni 2015 1 TARGET PROGRAM

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Jakarta, 26 Januari 2017 Penyediaan pasokan air melalui irigasi dan waduk, pembangunan embung atau kantong air. Target 2017, sebesar 30 ribu embung Fokus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

BUKU SAKU PETERNAKAN PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN TAHUN

BUKU SAKU PETERNAKAN PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN TAHUN BUKU SAKU PETERNAKAN PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN TAHUN 2014-2018 DALAM RANGKA MENDUKUNG TERWUJUDNYA DUA JUTA EKOR SAPI DI KALTIM DINAS PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2015 Kata Pengantar

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan daging sapi sebagai salah satu sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi

Lebih terperinci

Rumah Pemotongan Hewan yang Higienis di Balikpapan BAB I PENDAHULUAN

Rumah Pemotongan Hewan yang Higienis di Balikpapan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1.1.1 Latar belakang eksistensi proyek Kota Balikpapan adalah salah satu kota di provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 503,3 km² dan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Peternakan adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014

CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014 SKPD No Misi dan kebijakan : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang Program yang direncanakan CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014 Indikator Program

Lebih terperinci

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta ala,

Lebih terperinci

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL Prof. Dr. Ir. Achmad Suryana MS Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian I. PENDAHULUAN Populasi penduduk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan KATA PENGANTAR Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan dalam mengambil kebijakan setiap tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan berbagai kegiatan yang

Lebih terperinci

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI H. AKHYAR Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari PENDAHULUAN Kabupaten Batang Hari dengan penduduk 226.383 jiwa (2008) dengan

Lebih terperinci

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Peternak. Pemberdayaan. Hewan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 6) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sektor usaha, dimana masing-masing sektor memberikan kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan

Lebih terperinci

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*)

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*) MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*) I. LATAR BELAKANG 1. Dalam waktu dekat akan terjadi perubahan struktur perdagangan komoditas pertanian (termasuk peternakan)

Lebih terperinci

(Rp.) , ,04

(Rp.) , ,04 LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN APBD PROVINSI SUMATERA BARAT BELANJA LANGSUNG URUSAN : PILIHAN ( PERTANIAN ) KEADAAN S/D AKHIR BULAN : DESEMBER 2015 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan Secara umum kinerja produksi ternak sapi dan kerbau di berbagai daerah relatif masih rendah. Potensi ternak sapi dan kerbau lokal masih dapat ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Pean adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN P erencanaan Strategis Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan merupakan bagian dari implementasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis menjadi salah satu faktor pendukung peternakan di Indonesia. Usaha peternakan yang berkembang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang PENDAHULUAN Latar belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi sumber daya manusia dan alam yang sangat potensial dalam menunjang pembangunan ekonomi serta mempunyai faktor daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu manusia telah menggunakan susu sebagai bahan pangan. Manusia mengambil susu dari hewan yang memiliki kelenjar susu seperti sapi, kuda dan domba. Masyarakat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi I. PENDAHULUAN.. Latar Belakang Dalam era otonomi seperti saat ini, dengan diberlakukannya Undang- Undang No tahun tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi sesuai dengan keadaan dan keunggulan daerah

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130 RENSTRA 2016-2021 BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA 2016-2021 VI - 130 BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis yang sangat mendukung, usaha peternakan di Indonesia dapat berkembang pesat. Usaha

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF Rencana Strategis (RENSTRA) 20142019 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF Rencana program indikatif dimaksudkan sebagai pedoman bagi aktifitas pembangunan yang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN PETERNAKAN KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN PETERNAKAN KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN PETERNAKAN KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG DINAS PETERNAKAN TAHUN 2014 DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran 1. Sasaran dan Target Kinerja Sasaran Pembangunan

Lebih terperinci

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH Pita Sudrajad*, Muryanto, Mastur dan Subiharta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN 2007

DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN 2007 MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT Disampaikan pada : Acara Seminar Nasional HPS Bogor, 21 Nopember 2007 DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Pean adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunankarena

Lebih terperinci

RUMUSAN SEMENTARA RAPAT KONSULTASI DAN KOORDINASI TEKNIS DAERAH PEMBANGUNAN PETERNAKAN KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2016 Samarinda, 1 4 Maret 2016

RUMUSAN SEMENTARA RAPAT KONSULTASI DAN KOORDINASI TEKNIS DAERAH PEMBANGUNAN PETERNAKAN KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2016 Samarinda, 1 4 Maret 2016 RUMUSAN SEMENTARA RAPAT KONSULTASI DAN KOORDINASI TEKNIS DAERAH PEMBANGUNAN PETERNAKAN KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2016 Samarinda, 1 4 Maret 2016 Rapat Koordinasi Teknis Daerah (Rakontekda) Pembangunan Peternakan

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 12 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk dikembangkan sebagai usaha di masa depan. Kebutuhan masyarakat akan produk produk peternakan akan

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 Pada Kamis dan Jumat, Tanggal Lima dan Enam Bulan Maret Tahun Dua Ribu Lima Belas bertempat di Samarinda, telah diselenggarakan Rapat Koordinasi

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA UMUM PENGADAAN DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2013 RENCANA UMUM PENGADAAN DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2013 NO. NAMA KEGIATAN PAKET PEKERJAAN 1. Penyediaan Alat Tulis Kantor 1. Pengadaan Alat Tulis Kantor 1 paket

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) Instansi Visi : Dinas, : Terwujudnya Masyarakat Yang Sehat dan Produktif Melalui Pembangunan, Kelautan dan yang Berwawasan agribisnis dan Berbasis Sumberdaya lokal Misi 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda masyarakat. Kelangkaan tersebut menimbulkan tingginya harga-harga bahan bakar, sehingga masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN KANTOR SERTA SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

RENSTRA BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N

RENSTRA BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA 2016-2021 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130 RENSTRA 2016-2021 BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA 2016-2021 VI - 130 BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN

Lebih terperinci