Bab IV Pembahasan. Gambar IV 1 alat pirolisator sederhana
|
|
- Glenna Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab IV Pembahasan IV.1 Rancangan alat Asap cair dari tempurung kelapa dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya. Alat yang digunakan untuk membuat asap cair diberi nama pirolisator yang terdiri dari pemanas, tangki pemanas, pipa penyalur asap, tangki kondensor dan penampung. Rangkaian alat pirolisator sederhana yang digunakan dalam membuat asap cair dari tempurung kelapa terlihat pada Gambar IV Gambar IV 1 alat pirolisator sederhana Pemanas yang digunakan adalah kompor minyak tanah kapasitas 5 liter, kompor disimpan dibawah drum (no.1). Kompor minyak tanah menggunakan pompa 31
2 untuk mengatur nyala api, umumnya kompor ini dinamakan dengan kompor semawar. Tangki pemanas menggunakan drum (no.2) yang tertutup rapat, pipa penyalur asap menggunakan pipa stainless berdiameter 0,5 inci (no.3), sedangkan tangki kondensor menggunakan ember plastik (no.4). Di dalam ember terdiri dari pipa spiral yang disambung dengan pipa plastik dan direndam dalam air. Ujung pipa dalam kondensor disambung kembali dengan selang plastik, dan ujung selang dimasukkan ke dalam botol penampung (no.5). IV.2 Pembuatan asap cair Pada pembuatan asap cair dengan metode pirolisis, api tidak langsung kontak dengan tempurung kelapa. Walau tak langsung menyentuh api, tempurung kelapa dalam drum memanas dan mengeluarkan asap. Karena drum tertutup rapat, asap terperangkap dalam drum, lama kelamaan asap dalam drum semakin tebal, akibatnya asap terdorong ke pipa penyalur asap. Asap terus mengalir menuju pipa spiral yang ada dalam kondensor yang telah diisi air, asap dalam bentuk gas berubah wujud menjadi cair. Cairan asap dialirkan ke bagian bawah ember (kondensor) yang telah diberi lubang dan ditampung. Asap cair yang dihasilkan berwarna coklat dan masih tercium bau asap, dan gambar asap cair yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar IV.2 1. Asap cair sebelum dekantasi 2. Asap cair setelah dekantasi 1 2 Gambar IV 2 Asap cair hasil pirolisis Asap cair hasil pirolisis langsung, berwarna coklat dan masih mengandung tar. Setelah disimpan selama dua minggu, tar mengendap. Hasil dekantasinya dapat 32
3 dilihat pada Gambar IV.2 no.2, dan tar selain mengendap, menempel pada dinding plastik (Gambar IV.2 no.1). Asap cair baru dihasilkan pada menit ke-10, setelah nyala api menjadi berwarna biru. Pengaturan nyala api dilakukan di luar dengan cara dipompa. Setelah nyala api dari kompor berwarna biru, kompor minyak tanah disimpan di bawah drum dan pada saat itu perhitungan waktu dimulai. Sebelum asap mencair, pada botol penampung terlebih dahulu dihasilkan asap putih, seperti terlihat pada Gambar IV.3 berikut. Gambar IV 3 Asap putih Dan beberapa menit kemudian asap cair menetes karena terjadi proses kondensasi. Kondisi alat pada saat asap mulai mencair adalah suhu pemanasan 280 o C (dengan cara mengukur suhu drum bagian bawah), suhu drum bagian atas 70 o C, dan suhu pipa stainless mencapai 42 o C. Pada menit ke-45, proses pencairan asap berhenti, walaupun pemanasan terus dilakukan. Indikator yang menunjukkan proses pembuatan asap cair telah selesai adalah penetesan asap cair sudah berhenti, suhu pipa stainless menurun dari 42 o C menjadi 24 o C, dan suhu tong atas menjadi 54 o C. Asap cair yang dihasilkan masih mengandung tar, dan setelah disimpan selama dua minggu, tar mengendap. Setelah dilakukan dekantasi dan penyaringan 33
4 terhadap asap cair, diperoleh volume asap cair sebanyak 124 ml. ph asap cair hasil pirolisis langsung, sebesar 2,9 jadi asap cair yang dihasilkan bersifat asam. Asap cair larut sempurna dalam metanol. Dalam kloroform asap cair membentuk dua fasa dan dalam aseton tidak larut dan warnanya keruh. Pada penelitian ini, dari 2 kg tempurung kelapa dihasilkan asap cair sebanyak 124 ml. Jadi untuk 1 kg tempurung kelapa asap cair yang dihasilkan adalah 62 ml atau 0,062 liter. Maka rendemen asap cair yang dihasilkan adalah 62 ml dalam 1 Kg tempurung kelapa. Rendemen yang diperoleh masih sangat kecil dibandingkan yang ada di literatur, hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor. Faktor yang paling berpengaruh adalah suhu pemanasan, proses pendinginan dan ukuran partikel tempurung kelapa. Untuk memproleh produk asap cair atau cuka kayu dengan rendemen tinggi, pemanasan sebaiknya dilakukan sampai 400 o C. Pada penelitian ini pemanasan dengan menggunakan kompor minyak tanah, suhu maksimum hanya 280 o C, yang mengakibatkan rendemen yang diperoleh sangat kecil. Asap cair yang dihasilkan dari pirolisis didinginkan supaya menjadi cairan. Produk asap cair ini juga dipengaruhi oleh teknik pendinginan asap, rendemen cuka kayu atau asap cair akan tinggi jika teknik pendinginan dengan media air yang disirkulasikan (30-45%). Pada penelitian ini sirkulasi air dilakukan dengan cara manual, dimana lubang pada bagian bawah kondensor dibuka dan pada bagian atas diisi air kembali. Ukuran partikel tempurung kelapa pada penelitian ini relatif besar-besar, sehingga luas permukaannya menjadi lebih kecil dan berakibat pada rendahnya rendemen yang dihasilkan. 34
5 IV.3 Pemurnian asap cair Setelah dilakukan satu kali distilasi warna asap cair berubah dari warna coklat menjadi warna kuning dan masih tercium bau asap, walaupun baunya tidak sehebat asap cair yang dihasilkan langsung dari pirolisis. Destilat mulai menetes pada suhu 86 o C, suhu naik terus hingga konstan pada suhu 98 o C. Gambar destilat hasil distilasi ke-1 asap cair tertera pada Gambar IV.4 berikut. 1.Asap cair hasil pirolisis langsung 2.Asap cair hasil distilasi ke Gambar IV 4 Destilat ke-1 Residu dari distilasi ke-1 berwarna hitam pekat (Gambar IV.5), hal ini berarti bahwa asap cair yang dihasilkan langsung dari pirolisis masih mengandung tar yang berbahaya bagi kesehatan. Gambar IV 5 Residu distilasi ke-1 35
6 Pemurnian asap cair bertujuan memisahkan tar dari asap cair, sehingga asap cair menjadi lebih aman bila digunakan sebagai bahan pengawet. Dari hasil distilasi ke-1 diperoleh residu berupa tar yang sangat kental dan hitam. Agar kandungan tar menjadi seminimal mungkin, maka dilakukan distilasi ke-2. Destilat hasil distilasi ke-2 menjadi lebih bening bila dibandingkan dengan hasil distilasi ke-1 dan bau asap menjadi berkurang. Destilat ke-2 dan residu yang dihasilkan terlihat pada Gambar IV.6 di bawah ini. 1. Residu hasil distilasi ke-2 2. Destilat hasil distilasi ke Gambar IV 6 Destilat ke-2 dan residu Asap cair hasil distilasi ke-2 lebih bening (Gambar IV.6 no 2) dan bau asapnya berkurang. Destilat mulai keluar pada suhu 86 o C, suhu naik terus hingga konstan pada suhu 98 o C. Residu (no1) yang dihasilkan dari distilasi ke-2 mempunyai jumlah yang lebih kecil bila dibanding distilasi ke-1, kekentalannya juga berkurang. Dengan melakukan distilasi ke-2, maka kualitas asap menjadi lebih baik karena jumlah tar yang terkandung dalam asap cair menjadi lebih sedikit. IV.4 Karakterisasi Asap Cair IV.4.1 Karakterisasi asap cair dengan menggunakan spektroskopi IR Dari spektrum inframerah dapat disimpulkan adanya gugus fungsi berdasarkan serapan pada bilangan gelombang tertentu. Bilangan gelombang untuk beberapa 36
7 gugus fungsi berbeda, tergantung pada jenis vibrasinya. Serapan untuk beberapa gugus fungsi disajikan pada Tabel IV.1 berikut: Tabel IV 1 Serapan beberapa gugus fungsi Panjang Gelombang (μm) Bilangan Gelombang Ikatan yang menyebabkan absorpsi 2,7 3, cm -1 Regang O H, N H 3,0 3, cm -1 C C H, C=C-H, Ar H,regang C H 3,3 3, cm -1 CH 3 ; CH 2 ; C H 4,2 4, cm -1 Regang C C, C N 5,3 6, cm -1 Regang C=O (asam, aldehida, keton, amida, ester, anhidrida) 5,9 6, cm -1 Regang C=C (alifatik dan aromatik), C=N 6,8 7, cm -1 Lentur C H 10,0-15, cm -1 Lentur C=C, Ar H ( luar bidang) Serapan beberapa gugus fungsi, secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada spektrum IR dari asap cair terdapat gugus O H, indikasinya adalah adanya vibrasi ulur O H pada serapan dengan bilangan gelombang 3357,28 cm -1 dan vibrasi tekuk O-H terjadi pada serapan dengan bilangan gelombang 1402,25 cm -1. Spektrum inframerah dari asap cair hasil dari pirolisis langsung, terlihat pada Gambar IV.7 berikut. 37
8 105 %T asap cair awal /cm Gambar IV 7 Spektrum IR asap cair Serapan gugus O H yang muncul memiliki pita serapan yang melebar. Dengan melebarnya pita serapan pada 3357,28 cm -1 menunjukkan adanya ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen yang ada dalam asap cair bisa terjadi karena adanya ikatan hidrogen antar molekul atau intra molekul, dan telah diketahui bahwa asap cair yang dihasilkan berupa campuran beberapa senyawa, dan bukan senyawa murni. Serapan pada bilangan gelombang 1637,56 cm -1 menunjukkan adanya gugus karbonil, walaupun secara umum serapan dari vibrasi ulur C = O muncul pada daerah antara cm -1. Serapan gugus karbonil berada diluar range cm -1 karena diakibatkan adanya interaksi antara molekul yang mempengaruhi pergeseran frekuensi vibrasi. Faktor yang berpengaruh pada vibrasi ulur C=O adalah keadaan fisik, pengaruh elektronik dan massa gugus-gugus yang bertetangga, konyugasi, ikatan hidrogen baik intramolekul ataupun antar molekul, serta regangan cincin. Karena asap cair bersifat campuran, kemungkinan besar gugus karbonil yang ada dalam asap cair dipengaruhi oleh konyugasi, gugus yang bertetangga ataupun adanya ikatan hidrogen. Sehingga untuk memperjelas adanya gugus karbonil 38
9 dalam asap cair diperlukan data pendukung seperti data NMR atau analisis kimia lainnya. Selain ada gugus O H dan gugus karbonil, asap cair juga mengandung gugus eter (C O) dengan serapan terjadi pada daerah 1271 cm -1. Asap cair hasil distilasi ke-1, mempunyai gugus fungsi yang sama dengan asap cair hasil pirolisis langsung, yaitu adanya serapan gugus O H pada 3224,98 cm -1, gugus karbonil pada 1641,42 cm -1 dan gugus metoksi pada 1278,81 cm -1. Seperti halnya asap cair dari destilat ke-1, destilat ke-2 juga mengandung gugus O H dengan serapan pada pada bilangan gelombang 3240,41 cm -1, gugus karbonil pada 1641,42 cm -1 dan gugus metoksi pada 1114,86 cm -1. Spektrum inframerah asap cair dari destilat ke-1 dan destilat ke-2 dapat terlihat pada Gambar IV.8 dan IV %T asap cair /cm Gambar IV 8 Spektrum IR destilat ke-1 39
10 105 %T Destila2 asap /cm Gambar IV 9 Spektrum IR destilat ke-2 Residu asap cair mempunyai gugus yang sama dengan asap cair hasil pirolisis langsung, dan asap cair hasil distilasi ke-1 dan ke-2. Perbedaannya spektrum residu asap cair mengandung gugus aromatik dengan serapan pada bilangan gelombang 1606,70 cm -1, 1514,2 cm -1 dan 1477,47 cm -1. Spektrum inframerah dari residu hasil distilasi asap cair dapat terlihat pada Gambar IV.10 di bawah ini. 40
11 105 %T Residu /cm Gambar IV 10 Spektrum IR dari residu asap cair IV.4.2 Karakterisasi asap cair dengan menggunakan GC (gas kromatografi ) Karakterisasi asap cair hasil distilasi ke-2 dengan gas kromatografi, bertujuan mengetahui senyawa kimia yang terdapat pada asap cair terutama senyawa fenol dan turunannya. Sebagai larutan standar digunakan fenol yang dilarutkan dalam metanol pa (pro analit). Dalam kromatografi komponen-komponen terdistribusi dalam dua fasa yaitu fasa diam dan fase bergerak. Pada kromatografi gas fasa bergeraknya adalah gas (N 2 ) dan fasa diamnya berupa zat padat (silikagel). Asap cair hasil distilasi ke-2 diinjeksikan pada alat GC yang sudah diatur sesuai kondisi. Senyawa dalam destilat akan menguap dan dibawa oleh gas pembawa menuju kolom. Zat terlarut akan teradsorpsi pada bagian atas kolom dari fasa diam, kemudian akan merambat dengan laju rambatan masing-masing komponen 41
12 yang sesuai dengan tetapan partisi (Kd) masing masing komponen. Komponenkomponen tersebut terelusi sesuai dengan urutan makin membesarnya nilai koefisien partisi menuju kedetektor. Detektor mencatat sederetan sinyal yang timbul akibat perubahan konsentrasi dan perbedaan laju elusi. Sinyal akan tampak sebagai kurva antara waktu terhadap komposisi aliran gas pembawa. Waktu retensi untuk standar fenol adalah 6,218 menit dan pelarut (metanol) pada 2, 304 menit. Waktu retensi adalah waktu yang diperlukan oleh zat terlarut untuk bergerak dari awal injeksi ke detektor. Dari kromatografi gas diperoleh beberapa puncak dengan waktu retensi yang berbeda. Puncak yang tinggi muncul dengan waktu retensi 2,322, 3,015, 3,961, 6,346 dan 8,128 menit. Adanya puncak dengan waktu retensi 6,346 menit menujukkan adanya fenol pada asap cair hasil distilasi ke-2. Daftar kromatogram terlampir pada Lampiran 2. IV.4.3 Karakterisasi asap cair dengan menggunakan proton NMR Asap cair yang dikarakterisasi dengan NMR proton adalah asap cair hasil distilasi ke-2. Destilat ke-2 mempunyai kadar tar yang minimal, sehingga bila digunakan untuk pengawetan dikatakan sudah berada dalam batas aman. Zat yang berbahaya dalam asap cair adalah minyak dan tar, sehingga dengan distilasi, tar dan minyak akan terpisah dan destilat dapat digunakan sebagai bahan pengawet yang lebih aman bila dibandingkan dengan formalin(darmadji, 2006). Asap cair hasil distilasi ke-2 dikarakterisasi dengan NMR proton, dengan menggunakan pelarut metanol. Kondisi alat yang digunakan adalah dim size 13107, dim title 1 H, dimensin x = parts per million, site ECA 500. Karena destilat masih berupa campuran,maka identifikasi dilakukan hanya pada gugus fungsi tertentu yang ada dalam destilat asap cair. 42
13 Dengan NMR proton akan memperjelas keberadaan gugus fungsi berdasarkan pergeseran kimianya, karena tidak setiap proton dalam molekul beresonansi pada frekuensi yang identik sama. Hal ini disebabkan karena proton dalam molekul dikelilingi oleh elektron sehingga terjadi perbedaan lingkungan elektronik dari satu proton dengan proton lainnya. Data proton NMR berupa nilai pergeseran kimia dari tiap proton dalam suatu molekul, karena jenis dan lingkungan protonnya berbeda, maka nilai pergeseran kimianya juga berbeda. Satuan geseran kimia (δ) yang digunakan pada penelitian ini adalah ppm (part per million), yakni harga geseran kimia yang diperoleh dengan cara membagi pergeseran kimia dalam Hz untuk suatu proton yang diamati dengan frekuensi dalam M Hz dari spektrometer. Pada spektrum NMR proton terlihat dengan jelas adanya proton aldehid( CHO) pada pergeseran kimia 9,59 ppm. Spektrum destilat hasil distilasi ke-2 dari asap cair disajikan pada Gambar IV.1 43
14 Gambar IV 11 Spektrum NMR proton asap cair hasil distilasi ke-2 44
15 Spektrum NMR proton dari asap cair hasil distilasi ke-2 secara lengkap, dan nilai pergeseran kimia untuk pelarut terlampir pada Lampiran 3. Pada pergeseran kimia antara 6 ppm sampai 8 ppm terdapat dua proton singlet dengan integrasi 1,372 dan 0,839, proton doublet dengan integrasi 0,439, dua proton triplet dengan integrasi 1,131 dan 4,165 dan kuartet dengan integrasi 7,107. Proton singlet artinya proton tersebut tidak mempunyai tetangga proton disamping kiri dan kanannya. Proton doublet mempunyai satu proton tetangga yang tidak ekivalen dengannya. Proton triplet mempunyai dua proton tetangga yang tidak ekivalen, begitu juga dengan proton kuartet mempunyai 3 proton tetangga yang tidak ekivalen dengan dirinya. Proton pada geseran kimia antara 6 ppm sampai 8 ppm sebagai indikator adanya gugus aromatik dari asap cair destilat ke-2. Selain ada proton dari gugus aldehid dan gugus aromatik, pada asap cair hasil distilasi ke-2 juga, terdapat proton dari gugus metoksi OCH 3 pada pergeseran kimia 3,6450 ppm dengan puncak tunggal atau singlet. Puncak singlet muncul karena proton pada CH 3 yang terikat pada atom oksigen bersifat ekivalen dan tidak mempunyai proton tetangga yang tidak ekivalen dengan dirinya. Dari data NMR proton juga diperoleh pergeseran kimia pada 4,8966 ppm berbentuk singlet dengan puncak yang sangat tinggi, puncak ini menunjukkan adanya air dalam asap cair hasil distilasi ke-2. Adanya senywa alifatik pada asap cair hasil distilasi ke-2 ditunjukkan dengan adanya pergeseran kimia pada 1,0929 ppm dan 1,3935 ppm. Harga pergeseran kimia dapat dilihat pada Tabel IV.2 45
16 Tabel IV 2 Nilai pergeseran kimia untuk beberapa jenis proton JENIS PROTON PERGESERAN KIMIA (ppm) H C R 0,9-1,8 H C C=C 1,6 2,6 H C C=O 2,1 2,5 H C C 2,5 H C Ar 2,3 2,8 H C Br 2,7 4,1 H C O 3,3 3,7 H C=C 4,5-6,5 H Ar 6,5 8,5 H C=O 9 10 H O C=O Dengan proton NMR jelas bahwa tipe proton yang berbeda mempunyai perbedaan pergeseran kimia. Setiap jenis proton hanya mempunyai kisaran harga pergeseran kimia yang tertentu, sehingga harga dari pergeseran kimia untuk proton juga menunjukkan jenis dari proton tertentu. Pergeseran kimia dipengaruhi oleh faktor keelektronegatifan, efek induksi dan efek anisotropi. Proton aldehida terikat pada karbon sp 2 muncul pada pergeseran kimia sekitar 9 10 ppm. Karena efek induksi dari atom oksigen yang bersifat elektronegatif, akan menurunkan kerapatan elektron pada proton yang terikat. 46
17 Dengan adanya efek induksi ini proton aldehida menjadi deshielding berada dalam daerah tak terlindungi. Selain ada efek induksi, pergeseran kimia yang besar pada proton aldehida disebabkan oleh adanya efek anisotropi. Yaitu efek yang disebabkan oleh adanya elektron phi yang berdekatan dengan proton yang diamati. IV.4.4 Karakterisasi asap cair dengan menggunakan GC-MS Dalam spektroskopi massa, molekul-molekul organik ditembak dengan berkas elektron dan diubah menjadi ion-ion bermuatan positip. Ion bermuatan positip ini akan terdeteksi dengan alat ini. Berdasarkan perbandingan m/e (m adalah massa molekul, dan e muatan molekul) terhadap kelimpahannya. Pada spektogram GC-MS, beberapa gugus fungsi yang telah diketahui dengan inframerah menjadi lebih jelas, karena masing masing komponen zat yang ada dalam asap cair hasil distilasi ke-2 diketahui massa molekulnya. Sehingga senyawa yang ada dalam asap cair menjadi lebih jelas dan struktrurnya bisa diketahui. Zat yang terdapat dalam asap cair hasil analisis GC- MS tertulis pada Tabel IV.3 47
18 Tabel IV 3 Hasil analisis GC-MS WAKTU SI BERAT NAMA SENYAWA KOMPOSISI (%) RETENSI MOLEKUL 4, Asam asetat 57,87 4, Asetol 5,49 6, Hidroksi-2-butanon 2,87 7, Furfural 4,54 7, Siklo pentenon 1,35 8, Asam piruvat 1,78 10, Tidak jelas 1,52 10, fenol 20,29 12, Guaiakol 4,28 Catatan: SI ; Identifikasi similaritas dengan data base Grafik m/e terhadap kelimpahan suatu senyawa hasil analisis asap cair hasil distilasi ke-2 terlampir pada Lampiran 4. Adanya beberapa senyawa dari hasil analisis GC-MS, didasarkan pada puncak kelimpahan terhadap nilai m/e yang diperoleh. Pola m/e yang diperoleh merupakan indikator adanya gugus fungsi. Fragmen yang karakteristik dari asam asetat C 2 H 4 O 2 ( massa molekul 60 ) adalah m/e sebesar 43 (CH 3 C O + ) dan M-60 (M-CH 3 COOH). Dari seri m/e 60 dan m/e 43 senyawa kehilangan fragmen dengan m/e sebesar17 yaitu radikal OH, dan yang terdeteksi dengan alat GCMS adalah ion molekul positip dengan m/e 43 yaitu CH 3 C O +. Asetol (1-hidroksi-2-propanon) C 3 H 6 O 2 (massa molekul 74) mempunyai pola fragmentasi dengan m/e 74 ; 43 ; 31. Dari m/e 74 ke m/e 43 berarti terdapat 48
19 selisih dengan m/e 31 dan fragmen tersebut lepas sebagai radikal H 2 C-OH. Fragmen yang terukur adalah H 3 C C O + dengan m/e Hidroksi 2-Butanon C 4 H 8 O 2 (massa molekul 88) mempunyai pola fragmentasi dengan m/e 88 ; 57 ; 42. Dari fragmen dengan m/e 88 menjadi m/e 57 berarti ada fragmen yang lepas dengan m/e 31. Fragmen tersebut adalah radikal H 2 C-OH, dan ion molekul yang terukur yaitu H 3 C-CH 2 -C O + dengan m/e 57. Pada furfural (2-furan karboksal dehida) dengan rumus molekul C 5 H 4 O 2 memiliki massa molekul 96, pola fragmentasinya m/e 96 ; 67 ; 53 dan 39. Dari m/e 96 menjadi 67 kehilangan CHO radikal (massa molekul = 29). Dan fragmen yang terukur m/e 67 yaitu C 4 H 3 O +. Siklo pentenon C 5 H 6 O merupakan senyawa karbonil dengan massa molekul 82 pecah dengan melepaskan gugus CO dengan m/e 28, fragmen yang terdeteksi olah alat GCMS m/e 54 C 4 H 6 +. Asam piruvat (2-okso-asam propanoat) C 3 H 4 O 3 massa molekul 88, memiliki peak dasar dengan m/e 43. Dari m/e 88 menjdi m/e 43 kehilangan fragmen dengan m/e 45 yaitu radikal CO 2 H, dan yang terdeteksi oleh alat fragmen dengan m/e 43 yaitu C 2 H 3 O +. Fenol C 6 H 6 O mempunyai massa molekul 94. Pola fragmentsi untuk fenol adalah m/e 94 ; 66 dan 39. Pemecahan yang paling umum untuk fenol adalah lepasnya CO (M-28). Sehingga yang terdeteksi dengan alat GCMS adalah m/e 66 yaitu C 5 H + 6. Guaiakol (2-metoksi fenol) memiliki massa molekul 124 dengan rumus struktur C 7 H 8 O 2. Pola fragmentasi yang dimiliki oleh guaiakol adalah m/e 124 ; 109 ; 81 ; 53 dan 39. Dari m/e 124 menjadi m/e 109 kehilangan radikal CH 3 ( m/e 15 ). 49
4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen
Lebih terperinciBab IV Pembahasan. Pembuatan Asap cair
Bab IV Pembahasan Asap cair yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pirolisis tempurung kelapa, yaitu suatu proses penguraian secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan pada suhu
Lebih terperinciBab III Metodologi III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat yang digunakan
Bab III Metodologi Penelitian terdiri dari beberapa bagian yaitu perancangan alat sederhana untuk membuat asap cair dari tempurung kelapa, proses pembuatan asap cair dan karakterisasi asap cair yang dihasilkan.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan
Lebih terperinciSenyawa 1 C7H8O2 Spektrum IR senyawa C7H8O2. Spektrum 13 C NMR senyawa C7H8O2
Senyawa 1 C7H8O2 Spektrum IR senyawa C7H8O2 Spektrum 1 H NMR senyawa C7H8O2 Spektrum 13 C NMR senyawa C7H8O2 Jawaban : Harga DBE = ½ (2C + 2 - H - X + N) = ½ (2.7 + 2-8 - 0 + 0) = ½ (16-8) = 4 Data spektrum
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1. Uji fitokimia daun tumbulian Tabernaenwntana sphaerocarpa Bl Berdasarkan hasil uji fitokimia, tumbuhan Tabemaemontana sphaerocarpa Bl mengandung senyawa dari
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan untuk membuat asap cair disebut juga alat pirolisator yang terdiri dari pembakar bunsen, 2 buah kaleng berukuran besar dan yang lebih
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)
23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi
2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran
Lebih terperinciDaerah radiasi e.m: MHz (75-0,5 m)
NMR = NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE = RESONANSI MAGNET INTI PENEMU: PURCELL, DKK (1945-1950), Harvard Univ. BLOCH, DKK, STANFORD. UNIV. Guna: - Gambaran perbedaan sifat magnet berbagai inti. - Dugaan letak
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula
Lebih terperinciADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris
BAB IV ASIL DAN PEMBAASAN 4.1. Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris Serbuk daun (10 g) diekstraksi dengan amonia pekat selama 2 jam pada suhu kamar kemudian dipartisi dengan diklorometan.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Senyawa Fenolik Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar tumbuhan kenangkan yang diperoleh dari Desa Keputran Sukoharjo Kabupaten
Lebih terperinci4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat
NP 4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NaEt C 10 H 18 4 Na C 2 H 6 C 8 H 12 3 (202.2) (23.0) (46.1) (156.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reaksi pada gugus
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pemisahan dengan VLC Hasil pemisahaan dengan VLC menggimakan eluen heksan 100% sampai diklorometan : metanol (50 : 50) didiperoleh 11 fraksi. Pengujian KLT
Lebih terperinci4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon
4 Pembahasan 4.1 Sintesis Resasetofenon O HO H 3 C HO ZnCl 2 CH 3 O Gambar 4. 1 Sintesis resasetofenon Pada sintesis resasetofenon dilakukan pengeringan katalis ZnCl 2 terlebih dahulu. Katalis ZnCl 2 merupakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan
Lebih terperinci2. Tinjauan Pustaka. 2.1 Asap Cair Cara Pembuatan Asap Cair
2. Tinjauan Pustaka 2.1 Asap Cair Asap cair dibuat dari hasil pirolisis yang terkontrol. Asap yang dihasilkan kemudian dikondensasi yang akan mengubah asap tersebut menjadi berbentuk cairan. Asap adalah
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,
Lebih terperinciBAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena Pada penelitian ini telah disintesis C-3,7-dimetil-7- hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena (CDHHK4R) dari
Lebih terperinci3 Percobaan dan Hasil
3 Percobaan dan Hasil 3.1 Pengumpulan dan Persiapan sampel Sampel daun Desmodium triquetrum diperoleh dari Solo, Jawa Tengah pada bulan Oktober 2008 (sampel D. triquetrum (I)) dan Januari 2009 (sampel
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ASIL PECBAAN DAN PEMBAASAN Transesterifikasi, suatu reaksi kesetimbangan, sehingga hasil reaksi dapat ditingkatkan dengan menghilangkan salah satu produk yang terbentuk. Penggunaan metil laurat dalam
Lebih terperinciANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak
ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS Amalia Choirni, Atik Setiani, Erlangga Fitra, Ikhsan Fadhilah, Sri Lestari, Tri Budi Kelompok 12 Jurusan Kimia Fakultas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran
Lebih terperinci4013 Sintesis benzalasetofenon dari benzaldehida dan asetofenon
4013 Sintesis benzalasetofenon dari benzaldehida dan asetofenon KSF/ + + H 2 C 8 H 8 C 7 H 6 C 15 H 12 (120.2) (106.1) (208.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus karbonil
Lebih terperinciTRY OUT SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2010 TIM OLIMPIADE KIMIA INDONESIA 2011 Waktu: 150 Menit PUSAT KLINIK PENDIDIKAN INDONESIA (PKPI) bekerjasama dengan LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SSCIntersolusi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil pemisahan ekstrak n-heksana dengan kromatografi kolom Tujuh gram ekstrak n-heksana dipisahkan dengan kromatografi kolom, diperoleh 16 fi-aksi. Hasil
Lebih terperinci4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat
NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi
Lebih terperinciPrinsip dasar alat spektroskopi massa: ANALISIS MASSA. Fasa Gas (< 10-6 mmhg)
Spektroskopi Massa Spektroskopi Masssa adalah alat untuk mendapatkan BERAT MOLEKUL. Alat ini mengukur m/z, yaitu perbandingan MASSA terhadap muatan (umumnya muatan +1). Contoh: Spektroskopi Massa Prinsip
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar Bringharjo Yogyakarta, dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang
Lebih terperinci5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat
NP 5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat NH 4 HC 3 + + 2 C 2 C 2 C 2 H CH 3 H 3 C N CH 3 H + 4 H 2 + C N 3 C 7 H 6 C 6 H 10 3 C 19 H 23 4 N C 2 (79.1) (106.1) (130.1)
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Mensintesis Senyawa rganotimah Sebanyak 50 mmol atau 2 ekivalen senyawa maltol, C 6 H 6 3 (Mr=126) ditambahkan dalam 50 mmol atau 2 ekivalen larutan natrium hidroksida,
Lebih terperinciIV. PEMBAHASAN A. KARAKTERISIK BAHAN BAKU
IV. PEMBAHASAN A. KARAKTERISIK BAHAN BAKU Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkol jagung yang merupakan varietas jagung Hawaii dan memiliki umur tanam 9 hari. Varietas jagung ini
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
25 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Ekstraktif Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan ekstrak aseton yang diperoleh dari 2000 gram kulit A. auriculiformis A. Cunn. ex Benth. (kadar air 13,94%)
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. asil dan Pembahasan 4.1 Analisis asil Sintesis Pada penelitian ini aldehida didintesis dengan metode reduksi asam karboksilat menggunakan reduktor ab 4 / 2 dalam TF. 4.1.1 Sintesis istidinal dan Fenilalaninal
Lebih terperinci5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan
5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan H O O O NO 2 + HO HO 4-toluenesulfonic acid + NO 2 O H 2 C 7 H 5 NO 3 C 2 H 6 O 2 C 7 H 8 O 3 S. H 2 O C 9
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun
Lebih terperinci4 PEMBAHASAN. (-)-epikatekin (5, 7, 3, 4 -tetrahidroksiflavan-3-ol) (73). Penentuan struktur senyawa tersebut
4 PEMBAHASAN Penelitian yang telah dilakukan terhadap fraksi non-alkaloid kulit batang Litsea javanica, berhasil mengisolasi 4 senyawa, satu diantaranya adalah senyawa murni yaitu (-)-epikatekin (5, 7,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak
Lebih terperinciJURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik
Paraf Asisten Judul JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk mengidentifikasi suatu senyawa organik
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pipisan, Indramayu. Dan untuk
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
II.1 Definisi Asap Cair Bab II Tinjauan Pustaka Asap diartikan sebagai suatu suspensi partikel-partikel padat dan cair dalam medium gas. Asap dari kayu berisi beberapa komponen seperti partikel gas, cairan
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal
Lebih terperinciGambar 4.1. Perbandingan Kuantitas Produk Bio-oil, Gas dan Arang
Persentase hasil BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Persentase Plastik dan Cangkang Sawit Terhadap Kuantitas Produk Pirolisis Kuantitas bio-oil ini menunjukkan seberapa banyak massa arang, massa biooil, dan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifatsifat Fisik Perubahan warna, suhu, dan pengurangan volume selama proses pengomposan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Perubahan Warna, Bau, Suhu, dan Pengurangan Volume
Lebih terperincisan dengan tersebut (a) (b) (b) dalam metanol + NaOH
4 Hasil dan Pembaha san Pada penelitian mengenai kandungan metabolitt sekunder dari kulit batang Intsia bijuga telah berhasil diisolasi tiga buah senyawaa turunan flavonoid yaitu aromadendrin (26), luteolin
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar
Lebih terperinciKromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)
Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography) Kromatografi DEFINISI Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa,
Lebih terperinci4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol
4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol C 12 H 26 O (186.3) OH H 2 SO 4 konz. (98.1) + HBr (80.9) C 12 H 25 Br (249.2) Br + H 2 O (18.0) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi
Lebih terperinciPenentuan struktur senyawa organik
Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Sintesis dan Karakterisasi Resin Pengkhelat Sintesis resin pengkhelat dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari karakteristik retensi ion logam Cu 2+ pada resin PSDVB-NN. Untuk
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gugus fungsi adalah suatu gugus yang memberikan karakteristik kepada senyawa organik, oleh karena itu jika suatu molekul memiliki dua gugus fungsi berlainan dengan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.
16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat
Lebih terperinciPEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.
PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk
Lebih terperinciTINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI
iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI Kegiatan Praktikum 1: Titrasi Penetralan (Asam-Basa)... Judul Percobaan : Standarisasi Larutan Standar Sekunder NaOH... Kegiatan Praktikum
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Katalis CaO Terhadap Kuantitas Bio Oil
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Katalis CaO Terhadap Kuantitas Bio Oil Kuantitas bio oil ini menunjukkan bahwa banyaknya dari massa bio oil, massa arang dan massa gas yang dihasilkan dari proses pirolisis
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik Arang Batok dan Asap Cair, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Pengujian kandungan kimia distilat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan 3.1.1 Bahan yang digunakan Pada proses distilasi fraksionasi kali ini bahan utama yang digunakan adalah Minyak Nilam yang berasal dari hasil penyulingan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian
19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA
Lebih terperinciKondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin
Laporan Praktikum Senyawa Organik Polifungsi KI2251 1 Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin Antika Anggraeni Kelas 01; Subkelas I; Kelompok C; Nurrahmi Handayani
Lebih terperinci4010 Sintesis p-metoksiasetofenon dari anisol
4010 Sintesis p-metoksiasetofenon dari anisol C 3 + 3 C C 3 Zeolith C 3 + C 3 C C 3 C 7 8 (108.1) C 4 6 3 (102.1) C 9 10 2 (150.2) C 2 4 2 (60.1) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi
Lebih terperinciKelompok 2: Kromatografi Kolom
Kelompok 2: Kromatografi Kolom Arti Kata Kromatografi PENDAHULUAN chroma berarti warna dan graphien berarti menulis Sejarah Kromatografi Sejarah kromatografi dimulai sejak pertengahan abad ke 19 ketika
Lebih terperinciGambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi
Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komposisi buah kelapa terdiri dari 35% sabut, 12% tempurung, 28% daging buah dan 25% air. Industri pengolahan buah kelapa masih terfokus pada pengolahan hasil daging
Lebih terperinciPATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013
1 PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P00147 Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 13 2, bis(4 HIDROKSI KLORO 3 METOKSI BENZILIDIN)SIKLOPENTANON DAN 2, bis(4 HIDROKSI 3 KLOROBENZILIDIN)SIKLOPENTANON
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Sampel Buatan Pada prosedur awal membuat sampel buatan yang digunakan sebagai uji coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan
Lebih terperinciKata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol
PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik
Lebih terperinci4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol)
4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol) FeCl 3. 6 H 2 O C 10 H 7 C 20 H 14 O 2 (144.2) (270.3) (286.3) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Penggabungan oksidatif naftol,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis
22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis Roem) yang diperoleh dari daerah Tegalpanjang, Garut dan digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pengawet pada produk makanan atau minuman sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan di dalam industri makanan. Apalagi perkembangan zaman menuntut produk makanan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan
Lebih terperinciKROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.
KROMATOGRAFI Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa memahami pengertian dari kromatografi dan prinsip kerjanya 2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis kromatografi dan pemanfaatannya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian
Lebih terperinci4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat
4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat castor oil + MeH Na-methylate H Me CH 4 (32.0) C 19 H 36 3 (312.5) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus karbonil
Lebih terperinciBAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 1 TIJAUA PUSTAKA 1.1 Glibenklamid Glibenklamid adalah 1-[4-[2-(5-kloro-2-metoksobenzamido)etil]benzensulfonil]-3- sikloheksilurea. Glibenklamid juga dikenal sebagai 5-kloro--[2-[4{{{(sikloheksilamino)
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit
Lebih terperinci4002 Sintesis benzil dari benzoin
4002 Sintesis benzil dari benzoin H VCl 3 + 1 / 2 2 + 1 / 2 H 2 C 14 H 12 2 C 14 H 10 2 (212.3) 173.3 (210.2) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan ksidasi alkohol, keton, katalis logam transisi
Lebih terperinciUntuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam
Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel plastik layak santap dibuat dari pencampuran pati tapioka dan pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran ini diperoleh 6 sampel
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini tiga metabolit sekunder telah berhasil diisolasi dari kulit akar A. rotunda (Hout) Panzer. Ketiga senyawa tersebut diidentifikasi sebagai artoindonesianin L (35),
Lebih terperinci