KEBUTUHAN LUAS LAHAN SAWAH DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PADI BAGI PENDUDUK KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2023 ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBUTUHAN LUAS LAHAN SAWAH DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PADI BAGI PENDUDUK KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2023 ABSTRAK"

Transkripsi

1 KEBUTUHAN LUAS LAHAN SAWAH DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PADI BAGI PENDUDUK KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2023 Iwan Septiandi 1), Tedi Hartoyo 2), Djoni 3) 1 Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian,Universitas Siliwangi 2 Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Siliwangi 3 Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Siliwangi dindashena@yahoo.com, tedihartoyo@yahoo.co.ids ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa kebutuhan luas lahan sawah dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok penduduk Kabupaten ciamis tahun Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Studi Kasus. Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan Juni 2013.Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa pada laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,88 persen dengan Indeks Pertanaman (IP) sebesar 1,730 dan Produktivitas sebesar 5,391 ton/ha, kebutuhan konsumsi ideal penduduk mencapai ton dengan kebutuhan luas lahan padi sawah sebesar hektar (Skenario I), sedangkan kebutuhan konsumsi aktualnya mencapai ton dengan kebutuhan luas lahan padai sawah sebesar hektar. Sementara itu, pada laju pertumbuhan penduduk sebesar 3,03 persen dengan besar IP dan Produktivitas yang sama, kebutuhan konsumsi ideal penduduk mencapai ton dengan kebutuhan luas lahan padi sawah sebesar hektar (Skenario III), sedangkan kebutuhan konsumsi aktualnya mencapai ton dengan kebutuhan luas lahan padi sawah sebesar hektar. Kebutuhan luas lahan padi sawah di Kabupaten Ciamis tahun 2023tidak dapat terpenuhi dari ketersediaan lahan yang adaapabila terjadi kemungkinan yang paling ekstrim yaitu produktivitas dan indeks pertanaman berada pada angka paling rendah dengan rasio pemenuhan sebesar 64,16 persen (Skenario I), 36,02 persen (Skenario II), 63,05 persen (Skenario III), dan 35,58 persen (Skenario IV). Kata Kunci: Kebutuhan Lahan Padi Sawah, Pangan Pokok Penduduk, Kabupaten Ciamis. ABSTRCT This study aims to determine the needs of rice field land in the fulfillment of staple food needs of the Ciamis regency population in the year The method used is Case Studies conducted in Ciamis Regencybecause that is agriculture based areas and alsothere was separation region with DOB (Daerah Otonomi Baru/New Aotunomous District) Pangandaran Regency. The study was conducted from April to June to June Based on the analysis, it is known that in the population growth rate of 2.88 percent with Farming Index ( IP ) 1,730 and productivity of 5,391 tons / ha, the ideal consumption of population needs ton withpaddy land area needs of

2 hectares ( Scenario I ), while the actual consumption reached 430,094 tons with paddy land area requirement of hectares. Meanwhile, in the population growth rate of 3.03 percent with IP and Productivity of the same, the consumption needs of the population tonsand the needs of paddy land area of hectares ( Scenario III ), while the actual consumption reach tons by the need paddy land area of hectares. The requirements of paddy land of Ciamis regency in 2023 can not be fulfilled from existing land availability in case of the most extreme possibility that productivity and cropping index is at the lowest level of compliance with the ratio of percent ( Scenario I), percent ( Scenario II ), percent ( Scenario III ), and percent ( Scenario IV ). Keywords: the needs of paddy land in the fulfilment, food needs of thepopulation, Ciamis Regency PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan data BPS (2012), luas wilayah Kabupaten Ciamis secara keseluruhan mencapai hektar. Namun, karena adanya putusan pemerintah terkait adanya Daerah Otonom Baru (DOB) yakni pada tahun 2012 Kabupaten Pangandaran resmi berdiri yang diputuskan lewat sidang paripurna.10 kecamatan yang tadinya termasuk wilayah Kabupaten Ciamis berpindah menjadi wilayah Kabupaten Pangandaran.10 kecamatan tersebut diantaranya Cimerak, Cijulang, Cigugur, Langkaplancar, Parigi, Sidamulih, Pangandaran, Kalipucang, Padaherang, dan Mangunjaya.Alhasil, luas wilayah Kabupaten Ciamis hanya menjadi ,45 hektar saja Hal tersebut juga berdampak luas areal pertaniannya terutama luas lahan padi sawah.data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis yang terhimpun dalam Ciamis Dalam Angka tahun 2012, luas lahan areal pertanian mencapai ,13 hektar atau sekitar 52,17 persen dari total luas wilayah Kabupaten Ciamisterbaru yang terdiri dari ,37hektar lahan padi sawah (24,7 persen) dan ,76hektar lahan kering (50,8 persen). Dalam uaraian permasalahan yang terjadi di bidang pertanian khususnya padi sawah di Kabupaten Ciamis, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Ciamis (2012) menyimpulkan jika salah satu permasalahan serius yang harus dihadapi adalah permasalahan alih fungsi lahan dan bencana kekeringan. Permasalahan konversi lahan pertanian yang terjadi di Kabupaten Ciamis menurut Muhammad Iqbal dan Sumaryanto (2007) dalam Yusup Abimanyu (2012) dapat mengancam kapasitas penyediaan pangan dan bahkan dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerugian sosial. Dari uraian permasalahan tahun 2012 yang tercantum pada laporan P2BN Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kabupaten Ciamis telah kehilangan sekitar 4000 hektar dari total luas lahan pertanian padi sawah yang telah dimanfaatkan karena adanya alih fungsi.

3 Ancaman terhadap penyediaan pangan semakin diperkuat dengan masih tingginya kebutuhan kosnsumsi penduduk Kabupaten Ciamis yang didominasi oleh sumber karbohidrat kelompok padi-padian dibanding jenis pangan yang lain. Tercatat dari total konsumsi pangan penduduk Kabupaten Ciamis, 67,48persen masih tergantung terhadap kelompok pangan padi padian. Hal ini terlihat dalam tabel perbandingan konsumsi pangan penduduk kabupaten Ciamis tahun Sementara itu, berdasarkan data konsumsi Bagian Ketahanan Pangan Pemerintah Kabupaten Ciamis, konsumsi aktual penduduk pada beras mencapai kkal/kapita/hari. Tabel 1. Perbandingan Konsumsi Penduduk Kabupaten Ciamis Terhadap Jenis Padi Padian dan Jenis Kelompok Pangan Lain o. N Kelompok Energi % AKE Bobot Skor riil Skor PPH Skor Maks Bahan Pangan (Kalori) 1. Padi-padian ,5 0,5 46,8 25,0 25,0 2. Umbi-umbian ,9 0,5 5,4 2,5 2,5 3. Pangan Hewani ,0 2,0 22,1 22,1 24, Minyak dan Lemak 126 5,7 0,5 2,9 2,9 5,0 Buah/biji berminyak 51 2,3 0,5 1,2 1,0 1,0 6. Kacang-kacangan 46 2,1 2,0 4,2 4,2 10,0 7. Gula 173 7,9 0,5 3,9 2,5 2,5 8. Sayuran dan buah 113 5,1 5,0 25,7 25,7 30,0 9. Lain-lain Jumlah ,6 112,1 85,8 100,0 Sumber : Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis, 2010 Pangan kelompok padi-padian yang banyak dikonsumsi oleh penduduk dan yang selanjutnya dikategorikan sebagai pangan pokok di Kabupaten Ciamis adalah jenis beras, hal ini terbukti dengan adanya kebutuhan konsumsi beras total sebanyak ,89 ton/ tahun. Selain itu permasalahan lainnya adalah jumlah penduduk Kabupaten Ciamisyang besar, berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 2011 (tanpa data DOB Kabupaten Pangandaran) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)sebanyak jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,88 persen/

4 tahun.dengan jumlah penduduk yang besar serta bertambah setiap tahunnya maka permintaan kebutuhan pangan pun akan semakin meningkat.sehingga kondisi ini mengisyaratkan pentingnya pemenuhan kebutuhan pangan pokok pendudukdalam upaya mewujudkan ketahanan pangan yang mantap di Kabupaten Ciamis. Penelitian terhadap potensi produksi dan luas lahan yang dibutuhkan dirasa perlu untuk dilaksanakan, hal ini dimaksudkan sebagai upaya mencapai kecukupan kebutuhan pangan pokok penduduk di daerah penelitian. Sehingga untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap kebutuhan luas lahan padidi Kabupaten Ciamis dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokokpenduduknya. Tujuan 1) Mengetahui kebutuhan pangan pokokpenduduk Kabupaten Ciamispada tahun ) Mengetahui kebutuhan luas lahan sawahdalam pemenuhan pangan pokokpenduduk Kabupaten Ciamispada tahun ) Mengetahui dapat tercukupi atau tidaknya kebutuhan pangan pokok penduduk Kabupaten Ciamis dari ketersediaan lahan yang ada pada tahun METODE PENELITIAN 2.1 MetodePenelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Studi Kasus. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai Bulan Juni Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan yaitu: (1) Kabupaten Ciamis merupakan kabupaten yang berbasis pertanian dengan persentase luas kawasan budidaya pertanian sebesar 52,17 persen dari luas wilayah (sebelum wilayah Kabupaten Pangandaran berpisah); (2) Kabupaten Ciamis selama kurun waktu mengalami alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian seluas 4000 hektar; (3) Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah unggulan produsen padi di Jawa Barat. Analisis data yang dilakukan sebagai berikut adalah : 1) Kebutuhan Produksi Pangan Perhitungan kebutuhan pangan didasarkan pada tahapan sebagai berikut: a) Menghitung Angka Kebutuhan Konsumsi Energi (AKE) Regional Menurut pendapat Sumarlindkk. (2009),perhitungan Angka Kebutuhan Konsumsi Energi Rata-rata Penduduk suatu wilayah memerlukan informasi komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin (persen), jumlah wanita hamil (persen), dan wanita menyusui (persen) untuk menghitung kecukupan energi menurut umur. Bila informasi jumah penduduk yang diperoleh telah dikelompokkan berdasarkan pengelompokan demografi, maka perlu diubah menjadi pengelompokan

5 umur kecukupan gizi. Informasi yang biasanya tidak tersedia adalah jumlah bayi usia 0,5-1 tahun, jumlah wanita hamil, dan jumlah wanita menyusui. Pengelompokan umur menurut demografi memenuhi interval usia lima tahunan sedangkan dalam penghitungan Angka Kebutuhan Konsumsi Energi rata-rata penduduk memerlukan informasi jumlah penduduk dalam usia tunggal. Sebagai penyelesaian masalah ini digunakan metode Sprague Multipliers. Prinsip dari metode ini adalah memecah jumlah penduduk menurut kelompok umur lima tahunan menjadi jumlah penduduk umur tunggal dengan menggunakan Faktor Pengali Sprague (FPS). Kebutuhan energi regional Kabupaten Ciamis tahun 2012 selanjutnya dihitung dengan menggunakan rumus sebagaimana dijelaskan oleh Sumarlin dkk. (2009) sebagai berikut : AKE reg AKG x JPUK Keterangan : AKE reg AKG JPUK b) Menghitung Kebutuhan Pangan Angka Kebutuhan Konsumsi Energi regional Kabupaten Ciamis tahun 2011 (kkal/kapita/hari). Angka kecukupan gizi Indonesia tahun 2004 (kkal). Persentase jumlah penduduk berdasarkan usia kecukupan gizi (%). Kebutuhan pangan penduduk Kabupaten Ciamis yang akan dihitung adalah kebutuhan pangan pokok. Pangan pokok merupakan pangan sumber karbohidrat yang memberikan sumbangan konsumsi energi terbesar bagi penduduk Kabupaten Ciamis yang berasal dari kelompok padi-padian dengan jenis beras. a. Penetapan kebutuhan pangan dilakukan dengan menggunakan nilai angka kebutuhan energi penduduk Kabupaten Ciamis (AKE regional). Komposisi pangan dihitung berdasarkan komposisi pangan nasional yaitu : 50 persen padi-padian, 6 persen umbi-umbian, 12 pesen pangan hewani, 10 persen minyak dan lemak, 3 persen buah/biji minyak, 8 persen kacang-kacangan, 5 persen gula, 6 persen sayur dan buah dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Komposisi pangan (a-i) Komposisi pangan nasional x AKE reg

6 b. Penetapan jenis komoditas pangan pokok sumber karbohidrat kelompok padi-padian, dilakukan analisis proporsi konsumsi energi komoditas pangan pada setiap kelompok pangan dengan rumus sebagai berikut: % proporsi konsumsi energi (a-i) Konsumsi energi jenis ba han makanan Total konsusmsi energi kelompok pangan x 100 c. Dihitung kebutuhan konsumsi pangan pokok dalam satuan gram/kapita/hari terhadap jenis bahan makanan terpilih dalam kelompok pangan padi-padian sebagai berikut (Sumarlindkk., 2009) : Keterangan : Fcn gram AKE reg Ke %BDD AKE reg x 100 Fcn gram (a-i) Ke x % BDD Kebutuhn konsumsi pangan spokok perkapita (gram/kapita/hari). Angka kebutuhan konsumsi energi regional Kabupaten Ciamis tahun 2011 (kal/kapita/hari). Kandungan energi pangan pokok dalam 100 gram (kkal). Persen berat dapat dikonsumsi setiap 100 gram pangan pokok (%). d. Konversi kebutuhan konsumsi pangan pokok ke dalam satuan ton pertahun pada tahun 2011 dengan asumsi satu tahun 365 hari dihitung menggunakan rumus (Sumarlindkk., 2009) : Fcn ton (a-i) Fcn gram x Ht x Pddk Keterangan : Fcn ton Fcn gram Ht Pddk Kebutuhan konsumsi pangan pokok pertahun (ton/tahun). Kebutuhan konsumsi pangan pokok perkapita (gram/kapita/hari). Jumlah hari dalam setahun (365 hari). Jumlah penduduk Kabupaten Ciamis pada tahun 2011 e. Kebutuhan ketersediaan pangan pokok untuk dikonsumsi penduduk Kabupaten Ciamis diperkirakan sebesar 110 persen sesuai dengai

7 standarnasional. Perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sumarlindkk., 2009) : Fdn (a-i) Fcn ton x 110% Keterangan : Fcn ton Fdn 110 Kebutuhan konsumsi pangan pokok pertahun (ton). Kebutuhan ketersediaan pangan pokok (ton) Persen konversi kebutuhan konsumsi menjadi kebutuhan ketersediaan pangan (%) f. Kebutuhan produksi pangan pokok untuk kelompok padi-padian dihitung dengan memperhatikan tingkat rendemen atau persen konversi perubahan bentuk pangan ke dalam bentuk gabah kering giling hingga ke gabah kering panen. Rumus penghitungan produksi pangan pokok kelompok padi-padian yang digunakan sebagai berikut (Sumarlindkk., 2009) : On (a-i) Fdn %R Keterangan : On Fdn %R Kebutuhan produksi pangan pokok (ton). Kebutuhan ketersediaan pangan pokok (ton) Total persen rendemen (%) 2) Kebutuhan Luas Lahan Kebutuhan luas lahan budidaya tanaman padi (Ln) tergantung pada kebutuhan konsumsi (Fcn ton), indeks pertanaman (I), produktivitas lahan (Y), dan gagal panen (Gp). Sehingga untuk menghitung kebutuhan luas lahan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sumarlindkk., 2009): Ln On I x Y x (100+Gp)% Keterangan : Ln On Y I Kebutuhan luas lahan padi (ha). Kebutuhan produksi (ton/tahun). Produktivitas komoditas pangan pokok per musim tanam (ton/ha/musim). Indeks pertanaman (%).

8 Gp Rata-rata persentase gagal panen tahun (%). Hasil perhitungan kebutuhan luas lahan padi tersebut akan menjadi acuan dalam perhitungan pemenuhan kebutuhan luas lahan dari potensi lahan. 3) Analisis Pemenuhan Kebutuan Luas Lahan dari Potensi Lahan Pemenuhan kebutuhan luas lahan dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok penduduk dilakukan dengan membandingkan antara kebutuhan luas lahan (Ln) terhadap potensi lahan yang ada pada tahun 2011 dengan kriteria sebagai berikut : a) Memenuhi, apabila rasio luas lahan yang ada terhadap kebutuhan luas lahan 100 persen. b) Tidak memenuhi, apabila rasio luas potensi lahan yang ada terhadap kebutuhan luas lahan < 100 persen. Kedua kriteria ini akan ditunjukan melalui tabulasi rasio kebutuhan luas lahan pertanian pangan pokok terhadap potensi lahan budidaya tanaman pangan pokokyang ada di Kabupaten Ciamis. Selanjutnya dilakukan skenario penyediaan kebutuhan luas lahan dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok penduduk Kabupaten Ciamis. 4) Analisis Kebutuhan Luas Lahan Padi Sawah Kabupaten Ciamis Tahun 2023 Kebutuhan luas lahan padi sawah di Kabupaten Ciamis pada tahun 2023 dapat diketahui dari analisis keadaan masa depan dengan menggunakan cara futuristik melalui metode skenario. Skenario penyediaan kebutuhan luas lahan padi sawah pada tahun 2023 dilakukan dalam 8 skenario: a) Produktivitas 5,391 ton/ha, indeks pertanaman 1,730, konsumsi perkapita ideal, dan laju pertumbuhan penduduk 2,88 persen (skenario I). b) Produktivitas 5,391 ton/ha, indeks pertanaman 1,730, konsumsi perkapita aktual, dan laju pertumbuhan penduduk 2,88 persen (skenario II). c) Produktivitas 5,391 ton/ha, indeks pertanaman 1,730, konsumsi perkapita ideal, dan laju pertumbuhan penduduk 3,03 persen (skenario III). d) Produktivitas 5,391 ton/ha, indeks pertanaman 1,730, konsumsi perkapita aktual, dan laju pertumbuhan penduduk 3,03 persen (skenario IV). e) Produktivitas 6,398 ton/ha, indeks pertanaman 2,98, konsumsi perkapita ideal, dan laju pertumbuhan penduduk 2,88 persen (skenario V). f) Produktivitas 6,398 ton/ha, indeks pertanaman 2,98, konsumsi perkapita aktual, dan laju pertumbuhan penduduk 2,88 persen (skenario VI). g) Produktivitas 6,398 ton/ha, indeks pertanapman 2,98, konsumsi perkapita ideal, dan laju pertumbuhan penduduk 3,03 persen (skenario VII).

9 h) Produktivitas 6,398 ton/ha, indeks pertanaman 2,98, konsumsi perkapita aktual, dan laju pertumbuhan penduduk 3,03 persen (skenario VIII). HASIL DAN PEMBAHASAN Kebutuhan Pangan Pokok Penduduk Angka Kebutuhan Energi Penduduk AKE regional penduduk Kabupaten Ciamis tahun 2011dipenuhi dari beberapa konsumsi kelompok pangan yang berdasarkan komposisi pangan standar nasional. Konsumsi pangan pokok penduduk sumber karbohidrat padi-padian sejumlah kkal/kapita/hari (50 persen dari kkal/kapita/hari), konsumsi umbi-umbian sejumlah 139kkal/kapita/hari (6 persen dari kkal/kapita/hari), dan konsumsi pangan hewani sejumlah 279kkal/kapita/hari (12 persen dari kkal/kapita/hari) (Tabel 1) Tabel 1. Kebutuhan Energi Kelompok Pangan Berdasarkan Komposisi Pangan Nasional N o Kelompok Pangan KomposisiPanganN asional (%) 1 Padi-padian Umbi-umbian Pangan hewani Minyak dan lemak Buah/biji berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan buah Total Kebutuhan Energi (kkal/kap/hari) Berdasarkan survei konsumsi pangan tahun 2010 Bagian Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis, konsumsi energi aktual penduduk Kabupaten Ciamis mencapai kkal/kapita/hari di atas konsumsi energi ideal yaitu kkal/kapita/hari atau ada kelebihan konsumsi energi sebesar 23 persen. Hal ini menunjukan bahwa dalam pemenuhan kebutuhan energi sesuai kebutuhan gizi anjuran (ideal) masih harus diseimbangkan sesuai dengan komposisi pangan nasional. Kebutuhan Konsumsi Pangan Pokok Penduduk Tahun 2023 Perhitungan kebutuhan pangan pokok penduduk Kabupaten Ciamis tahun 2023 dihitung dalam dua ukuran yaitu gram dan ton.perhitungan tersebut menggunakan Angka Kebutuhan Energi khususnya angka kebutuhan konsumsi energi pangan pokok

10 padi padian baik ideal maupun aktual penduduk Kabupaten Ciamis. Berdasarkan hasil analisis, diketahui jika kebutuhan konsumsi pangan pokok ideal penduduk Kabupaten Ciamis tahun 2023 mencapai 322,40 gram/kapita/hari, sementara kebutuhan konsumsi pangan pokok aktual sebesar 571,39 gram/kapita/hari. Kebutuhan konsumsi pangan pokok dalam ukuran gram selanjutnya dikonversi kedalam ukuran ton.konversi kedalam bentuk ton dihitung dengan mengalikan kebutuhan konsumsi pangan per hari terhadap jumlah hari dalam kurun satu tahun (asumsi 365 hari) serta jumlah penduduk untuk kemudian dibagi dengan nilai konversi gram ke ton. Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Ciamis pada tahun 2023 akan mencapai jiwa, jika mengikuti angka laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,88 % setiap tahunnya. Berdasarkan jumlah penduduk tersebut, maka dapat diketahui bahwa kebutuhan konsumsi pangan pokok ideal dalam satu tahun mencapai ton beras sedangkan kebutuhan konsumsi pangan pokok aktual sebesar ton beras. Perhitungan lain dengan angka laju pertumbuhan sebesar 3,03 persen menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Ciamis pada tahun 2023 akan mencapai jiwa. Berdasarkan hasil perhitungan, maka kebutuhan konsumsi pangan pokok ideal mencapai ton beras sedangkan kebutuhan konsumsi pangan pokok aktual mencapai ton beras. Angka kebutuhan konsumsi pangan pokok penduduk nantinya akan digunakan untuk menghitung angka kebutuhan ketersediaan pangan pokok yang selanjutnya akan dihitung kebutuhan produksi pangan pokoknya. Kebutuhan Ketersediaan Pangan Pokok Penduduk Tahun 2023 Kebutuhan ketersediaan pangan pokok penduduk suatu daerah menurut Sumarlin, dkk., (2009) merupakan gabungan jumlah total kebutuhan konsumsi penduduk ditambah dengan persediaan sebesar 10 persen dari jumlah total konsumsi penduduk. Hasil analisis diketahui bahwa kebutuhan ketersediaan pangan pokok ideal Kabupaten Ciamis tahun 2023 mencapai ton beras, sedangkan untuk kebutuhan ketersediaan pangan pokok aktual sejumlah ton beras. Pada perhitungan jumlah penduduk sebesar jiwa, kebutuhan ketersediaan pangan pokok ideal sebesar ton beras, sedangkan kebutuhan ketersediaan pangan pokok aktualnya sebesar ton beras. Kebutuhan Produksi Pangan Pokok Penduduk Tahun 2023 Kebutuhan produksi padi di Kabupaten Ciamis tahun 2023 berdasarkan kebutuhan ketersediaan pangan pokok ideal sebesar ton beras dan kebutuhan ketersediaan pangan pokok aktual sebesar pada laju pertmubuhan penduduk sebeasr 2,88 persen dapat diketahui dengan cara mengkonversi menjadi kebutuhan produksi padi gabah kering panen (GKP). Hasil analisis pada lampiran 9 diketahui bahwa kebutuhan produksi padi gabah kering panen ideal sebesar ton GKP sedangkan kebutuhan produksi gabah kering panen aktual sejumlah ton GKP.

11 Pada tingkat laju pertumbuhan penduduk sebesar 3,03 dengan kebutuhan ketersediaan pangan pokok ideal sebesar dan kebutuhan ketersediaan pangan pokok aktual sebesar ton, diketahui bahwa kebutuhan produksi gabah kering panen ideal sebesar ton GKP sedangkan kebutuhan produksi gabah kering panen aktual sejumlah ton GKP. Kebutuhan Luas Lahan Tahun 2023 Perhitungan kebutuhan produksi padi gabah kering panen (GKP)di Kabupaten Ciamismerupakan landasan untuk perhitungan kebutuhan luas lahan sawah. Menurut Sumarlin dkk (2009), perhitungan luas lahan sawah dipengaruhi olehproduktivitas lahan, indeks pertanaman (IP) padi sawah, dan persentase rata-rata gagal panen (Gp). Produktivitas lahan padi sawah di Kabupaten Ciamisyang paling tinggi adalah 2010yakni6,398ton/ ha/ panen dengan indeks pertanaman tertinggi pada tahun 2011 sebesar 2,98 persen, serta persentase gagal panen padi sawah tahun sebesar 14,35 persen(bps, Kabupaten Ciamis, 2012). Pada tahun 2023 jumlah penduduk Kabupaten Ciamis akan mencapai jiwa, proyeksi tersebut berdasarkan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,88 persen. Sementara itu pada kondisi laju pertumbuhan yang berbeda (perhitungan laju pertumbuhan penduduk tahun ) sebesar 3,03 persen maka pada tahun 2023 jumlah penduduk Kabupaten Ciamis akan lebih tinggi yaitu mencapai jiwa. Kondisi ini akan mengakibatkan terjadinya peningkatan kebutuhan pangan sebagai resultan dari adanya pertambahan penduduk. Sehingga untuk mencukupi kebutuhan konsumsi seluruh penduduk membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup untuk dapat berkelanjutan. Karena ketersediaan pangan yang cukup, merupakan bagian dari hak azasi setiap manusia guna terciptanya kemakmuran suatu daerah. Berkenaan dengan hal tersebut maka untuk menganalisis kebutuhan luas lahan padi sawah di Kabupaten Ciamis pada tahun 2023 dibuat beberapa skenario yang hasilnya kemudian dibandingkan dengan kondisi yang terjadi pada tahun Skenario I asumsi jumlah penduduk mencapai jiwa,pola konsumsi pangan pokok sesuai kebutuhan konsumsi ideal (322,40 gram/kapita/hari), produktivitas lahan menurun menjadi 5,931 ton/ hektar/ panen, dan indeks pertanaman (IP) padi sawah 1,730. Dari hasil analisis Skenario I diketahui bahwa kebutuhan luas lahan padi sawah mencapai hektar.Maka kebutuhan luas lahan padi sawah tidak dapat terpenuhi dari potensi luas lahan yang adadengan rasio pemenuhan yang mencapai 64,16 persen. Skenario II, asumsi jumlah penduduk mencapai jiwa,konsumsi pangan pokok sesuai konsumsi aktual (571,39 gram/ kapita/ hari), produktivitas lahan 5,391 ton/ hektar/ musim, dan indeks pertanaman (IP) padi sawah 1,730. Dari hasil analisis diketahui bahwa kebutuhan luas lahan padi sawah mencapai hektar.Maka berdasarkan Skenario II,kebutuhan luas lahan padi sawah tidak dapat terpenuhi dengan rasio pemenuhan yang hanya mencapai 36,02 persen..

12 Skenario III, asumsi jumlah penduduk mencapai jiwa,pola konsumsi pangan pokok sesuai konsumsi ideal (322,40gram/ kapita/ hari), produktivitas lahan 5,391 ton/ hektar/ musim, dan indeks pertanaman (IP) padi sawah 1,730. Dari hasil analisis diketahui bahwa kebutuhan luas lahan padi sawah mencapai hektar.Maka berdasarkan Skenario III,kebutuhan luas lahan padi sawah tidak dapat terpenuhi dengan rasio pemenuhan yang hanya mencapai 63,05 persen Skenario IV, asumsi jumlah penduduk mencapai jiwa,konsumsipangan pokok beras sesuai konsumsi aktual (571,39 gram/ kapita/ hari), produktivitas lahan 5,391 ton/ hektar/ musim, dan indeks pertanaman (IP) padi sawah 1,730. Kebutuhan luas lahan padi sawah mencapai hektar.Maka berdasarkan Skenario IV kebutuhan luas lahan padi sawah tidak dapat terpenuhi dengan rasio pemenuhan yang hanya mencapai 35,58persen. Skenario I sampai dengan IV menggunakan asumsi asumsi yang paling rendah bisa terjadi seperti produktivitas paling rendah dan indeks pertanaman paling rendah selama rentang waktu Dariskenario I sampai dengan IV terlihat tidak ada kebutuhan luas lahan padi sawah tahun 2023 yang bisa dipenuhi dengan potensi luas lahan yang ada pada tahun 2011 sekalipun menggunakan kemungkinan yang paling buruk (Produktivitas dan Indeks Pertanaman paling rendah). Skenario Vasumsi jumlah penduduk mencapai jiwa,pola konsumsi pangan pokok sesuai kebutuhan konsumsi ideal (322,40 gram/kapita/hari), produktivitas lahan naik menjadi 6,398 ton/ hektar/ panen, dan indeks pertanaman (IP) padi sawah 2,98. Dari hasil analisis Skenario Vdiketahui bahwa kebutuhan luas lahan padi sawah mencapai hektar.Maka kebutuhan luas lahan padi sawah dapat terpenuhi dari potensi luas lahan yang adadengan rasio pemenuhan yang mencapai 131,51 persen Skenario VI, asumsi jumlah penduduk mencapai jiwa,konsumsi pangan pokok sesuai konsumsi aktual (571,39 gram/ kapita/ hari), produktivitas lahan 6,398 ton/ hektar/ musim, dan indeks pertanaman (IP) padi sawah 2,98. Dari hasil analisis diketahui bahwa kebutuhan luas lahan padi sawah mencapai hektar.Maka berdasarkan Skenario VI,kebutuhan luas lahan padi sawah tidak dapat terpenuhi dengan rasio pemenuhan yang hanya mencapai 77,10 persen. Skenario VII, asumsi jumlah penduduk mencapai jiwa,pola konsumsi pangan pokok sesuai konsumsi ideal (322,40gram/ kapita/ hari), produktivitas lahan 6,398 ton/ hektar/ musim, dan indeks pertanaman (IP) padi sawah 2,98. Dari hasil analisis diketahui bahwa kebutuhan luas lahan padi sawah mencapai hektar.Maka berdasarkan Skenario VII,kebutuhan luas lahan padi sawah dapat terpenuhi dengan rasio pemenuhan yang hanya mencapai 129,23 persen Skenario VIII, asumsi jumlah penduduk mencapai jiwa,konsumsipangan pokok beras sesuai konsumsi aktual (571,39 gram/ kapita/ hari), produktivitas lahan 6,398 ton/ hektar/ musim, dan indeks pertanaman (IP) padi sawah 2,98. Kebutuhan luas lahan padi sawah mencapai hektar.Maka berdasarkan

13 Skenario VIII,kebutuhan luas lahan padi sawah tidak dapat terpenuhi dengan rasio pemenuhan yang hanya mencapai 72,92persen. Berdasarkan hasil analisis beberapa skenario tersebut, maka diketahui berdasarkan skenario V dan VII bahwa kebutuhan lahan padi sawah di Kabupaten Ciamis pada tahun 2023dapat terpenuhi dari ketersediaan lahan yang ada dengan rasio pemenuhan sebesar 131,51 persen pada skenaro V dan 129,23 persen pada skenario VII. Dari hasil beberapa skenario diatas diketahui bahwa Kabupaten Ciamis harus mengusahakan adanya peningkatan produktivitas ke angka 6,398 ton/ha dan indeks pertanaman ke angka 2,98. Hal tersebut merupakan gambaran dari tidak terpenuhinya kebutuhan luas lahan padi swaha di Kabupaten Ciamis pada tahun 2023 apabila produktivitas dan indeks pertanaman tetap berada pada angka terendah. Sementara itu, terpenuhinya kebutuhan luas lahan padi sawah berdasarkan Skenario V dan VII, harus didukung oleh adanya pola konsumsi pangan ideal penduduk Kabupaten Ciamis serta Indeks Pertanaman dan Produktivitasnya mencapai angka tertinggi dari rentang waktu Meskipun pola konsumsi penduduk sudah mengikuti pola konsumsi ideal, namun apabila Indeks Pertanaman (IP) tetap 1,370 dan produktivitas lahan tetap 5,391 ton/ha, maka kebutuhan luas lahan padi menjadi semakin besar dari potensi yang ada (Skenario I). Apabila konsumsi penduduk Kabupaten Ciamis mengikuti pola konsumsi pangan aktual (Skenario II), maka kebutuhan ketersediaan pangan menjadi lebih besar sehingga kebutuhan luas lahan padi sawah tidak dapat terpenuhi dari ketersediaan lahan yang ada. Kebutuhan luas lahan yang tidak terpenuhi mengakibatkan produksi pangan pokok tidak dapat mencukupi kebutuhan konsumsi penduduk dan kondisi ini menandakan bahwa kemandirian pangan tidak dapat tercapai di Kabupaten Ciamis pada tahun Rasio Pemenuhan Luas Lahan Tahun 2023 Dari kemungkinan paling buruk yang bisa terjadi (produktivitas dan indeks pertanaman paling rendah), hasil analisis kebutuhan luas lahan padi sawah ideal seluas55.287hektarpada kondisi jumlah penduduk mencapai jiwa dan hektar pada kondisi jumlah penduduk mencapai jiwa Kebutuhan luas lahan padi sawah aktual seluas97.986hektar pada kondisi jumlah penduduk mencapai jiwa dan hektar pada kondisi jumlah penduduk mencapai jiwa. Ketersediaan lahan padi sawah di Kabupaten Ciamistahun 2011 seluas ,37hektar maka diketahui rasio pemenuhan kebutuhan luas lahan padi sawah ideal sebesar 64,16 persen dan 63,05 persen dan rasio pemenuhan kebutuhan luas lahan aktual hanya mencapai 36,02 dan 35,58 persen. Hal ini menunjukan bahwa pada kondisi paling ekstrim yaitu pada tingkat produktivitas dan indeks pertanaman paling rendah, sekalipun laju pertumbuhan penduduk hanya mencapai 2,88 persen, dan pola konsumsi mengikti pola konsumsi

14 ideal, potensi lahan padi sawah Kabupaten Ciamis tahun 2011 tidak bisa memenuhi kebutuhan luas lahan padi sawah tahun PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Kebutuhan ketersediaanpangan pokokpenduduk Kabupaten Ciamisberdasarkan konsumsi ideal pada tahun 2023mencapai ton berasdan berdasarkan konsumsi pangan aktual diperlukan berassebanyak ton. 2) Kebutuhan luas lahan padi sawah di Kabupaten Ciamis pada tahun 2023untuk memenuhi kebutuhan pangan ideal mencapai hektardan untuk memenuhi kebutuhan pangan aktual diperlukanluas lahan padi sawah seluas hektar. Kebutuhanluaslahantersebutsesuaidenganasumsikemungkinan paling ekstrim yang biasterjadi(pada IP sebesar1,730danproduktivitassebesar5,391)(ton/ha) 3) Pada tahun 2023, denganasumsimenggunakanproduktivitasdanindekspertanaman yang paling rendah (kemungkinan paling ekstrim), pemenuhan kebutuhan pangan pokok penduduk Kabupaten Ciamistidak dapat dipenuhi dari pemanfaatan lahan padi sawah yang ada pada tahun Saran Berdasarkanhasilpenelitian yang dilaksanakanmakadisarankan : 1) Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk melalui optimasi program keluarga berencana (KB) agar stabilpadaangkakurangdariatausamadengan 2,88 persen 2) Melaksanakan dan meningkatkan program diversifikasi konsumsi pangan non beras melalui : a) Mengembangkan teknologi pangan olahan non beras, b) Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan prilaku konsumsi pangan penduduk, c) Meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas panganal ternatif. Hal tersebutsebagaiupayadalammengusahakan agar polakonsumsipendudukmengikutipolakonsumsi ideal. 3) Meningkatkan produktivitas lahan dan indeks pertanaman usaha tani tanaman pangan khususnya tanaman padi sawahdariyang telah dicapai pada tahun 2011melalui : optimalisasipenggunaanpupukorganik, perbaikansystemirigasi 4) Pemerintahdiharapkanbisa mengendalikan laju konversi lahan pertanian ke non pertanian dengan menetapkan hektar luas lahan sawah sebagai kawasan/ lahan pertanian pangan berkelanjutan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Ciamis. PUSTAKA

15 Badan Ketahanan Pangan (BKP) Rencana Stratejik Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kabupaten Ciamis.Ciamis. Badan Ketahanan Pangan (BKP) Neraca Bahan Makanan dan Pola Pangan Harapan Kabupaten Ciamis Tahun 2010.Kerjasama Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ciamis dan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kabupaten Ciamis.Ciamis. Badan Ketahanan Pangan (BKP) Analisis Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi Tahun 2012.Ciamis. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ciamis Dalam Angka Tahun Badan Pusat Statistik. Ciamis Kabupaten Ciamis Dalam Angka Tahun Badan Pusat Statistik.Ciamis Kabupaten Ciamis Dalam Angka Tahun Badan Pusat Statistik. Ciamis Kabupaten Ciamis Dalam Angka Tahun Badan Pusat Statistik. Ciamis Kabupaten Ciamis Dalam Angka Tahun Badan Pusat Statistik. Ciamis Kabupaten Ciamis Dalam Angka Tahun Badan Pusat Statistik. Ciamis Kabupaten Ciamis Dalam Angka Tahun 2011.Badan Pusat Statistik.Ciamis Kabupaten Ciamis Dalam Angka Tahun 2012.Badan Pusat Statistik. Ciamis. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Laporan P2BN. Dinas Pertanian Tanaman Pangan.Ciamis. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Program Aksi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis. Dinas Pertanian Tanaman Pangan.Ciamis.

16 Sumarlin, Yayuk F.Baliwati, Rustiadi, Erna, dan Wafda Analisis Kebutuhan Luas Lahan Pertanian Pangan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Pangan Penduduk Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Forum Pascasarjana InstitutPertanian Bogor (IPB). Bogor. Yusup Abimanyu Analisis Kebutuhan Luas Lahan Padi Sawah Dalam Pemenuhan Pangan Pokok Penduduk Kabupaten Tasikmalaya Tahun Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi. Tasikmalaya.

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah retrospektif. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan yaitu (1) Kabupaten Lampung Barat akan melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT 1)

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT 1) ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT 1) (Food Agricultural Land Size Requirement Analysis in Fulfilling Food Requirement of Population

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN BASAH PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN BASAH PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN BASAH PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT (Food Agriculture Wet Land Size Requirement Analysis in Fulfilling Food Requirement

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder) 31 METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah restrospektif. Lokasi penelitian adalah Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan (Lampiran 1). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain prospective study berdasarkan data hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) Provinsi Riau tahun 2008-2010. Pemilihan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Diploma III (Tiga)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional selama ini mempunyai tugas utama untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, menyediakan kesempatan kerja, serta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jumlah sampel dalam kecamatan (KK) Nama Desa. KK tidak

METODE PENELITIAN. Jumlah sampel dalam kecamatan (KK) Nama Desa. KK tidak 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Descriptive Study. Penelitian ini bersifat prospektif untuk memproyeksikan kondisi yang akan datang. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola Konsumsi adalah susunan tingkat kebutuhan seseorang atau rumahtangga untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam menyusun pola konsumsi

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 POLA KONSUMSI PANGAN PADA RUMAH TANGGA PETANI DI DESA RUGUK KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Food Consumption Patterns of Farmers Household at Ruguk Village Ketapang Sub District South Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun yang tidak

Lebih terperinci

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN Pengantar Survei Konsumsi Pangan Tujuan Survei Konsumsi Pangan Metode berdasarkan Jenis Data yang diperoleh Metode berdasarkan Sasaran Pengamatan Neraca Bahan Makanan Pola

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu butir yang tercantum dalam pembangunan milenium (Millenium Development Goals) adalah menurunkan proporsi penduduk miskin dan kelaparan menjadi setengahnya antara tahun

Lebih terperinci

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN A. KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI YANG DIANJURKAN Tabel 1. Komposisi Konsumsi Pangan Berdasarkan Pola Pangan Harapan Pola Pangan Harapan Nasional % AKG

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan dengan penentuan lokasi secara purposive. Penelitian ini berlansung selama 2 bulan, dimulai

Lebih terperinci

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO AGRISE Volume XV No. 1 Bulan Januari 2015 ISSN: 1412-1425 ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO (ANALYSIS OF FOOD BALANCE SHEET (FBS) AND DESIRABLE DIETARY

Lebih terperinci

Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perkotaan Dalam Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung)

Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perkotaan Dalam Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung) Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perkotaan Dalam Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung) Nasriati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl. ZA. Pagar

Lebih terperinci

Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku

Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku Ismatul Hidayah dan Demas Wamaer Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Jl. Chr Splanit Rumah Tiga Ambon E-mail: ismatul_h@yahoo.co.id

Lebih terperinci

KAJIAN PROYEKSI KEBUTUHAN PANGAN DAN LAHAN PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN DAN KEDAULATAN PANGAN DAERAH DI KOTA TASIKMALAYA

KAJIAN PROYEKSI KEBUTUHAN PANGAN DAN LAHAN PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN DAN KEDAULATAN PANGAN DAERAH DI KOTA TASIKMALAYA 181 /Sosial Ekonomi Pertanian LAPORAN PENELITIAN DOSEN MADYA KAJIAN PROYEKSI KEBUTUHAN PANGAN DAN LAHAN PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN DAN KEDAULATAN PANGAN DAERAH DI KOTA TASIKMALAYA TIM PENELITI

Lebih terperinci

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun DIVERSIFIKASI KONSUMSI MASYARAKAT BERDASARKAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN PADA LOKASI MKRPL DI KEC. KRAMATWATU KAB. SERANG Yati Astuti 1) dan Fitri Normasari 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten

Lebih terperinci

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY) AGRISE Volume XIV No. 2 Bulan Mei 2014 ISSN: 1412-1425 ANALISIS TINGKAT KINERJA KELOMPOK TANI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI (STUDI KASUS DI KECAMATAN RASANAE TIMUR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data 20 METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data Penelitian ini menggunakan data Susenas Modul Konsumsi tahun 2005 yang dikumpulkan dengan desain cross sectional. Data Susenas Modul Konsumsi terdiri

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN DI KABUPATEN MALANG (PROVISION OF FOOD ANALYSIS IN MALANG REGENCY)

ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN DI KABUPATEN MALANG (PROVISION OF FOOD ANALYSIS IN MALANG REGENCY) AGRISE Volume XIII No. 3 Bulan Agustus 2013 ISSN: 1412-1425 ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN DI KABUPATEN MALANG (PROVISION OF FOOD ANALYSIS IN MALANG REGENCY) Anfendita Azmi Rachmatika 1, Nuhfil Hanani 1, Abdul

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN BERDASARKAN DAYA DUKUNG LAHAN WILAYAH KABUPATEN GARUT TAHUN UMIYATI

ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN BERDASARKAN DAYA DUKUNG LAHAN WILAYAH KABUPATEN GARUT TAHUN UMIYATI ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN BERDASARKAN DAYA DUKUNG LAHAN WILAYAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2009-2014 UMIYATI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Kebijakan 1 Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Ada dua pendapat mengenai faktor penyebab kenaikan harga beras akhirakhir ini yaitu : (1) stok beras berkurang;

Lebih terperinci

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI A. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang Pangan Nomor: 18 Tahun 2012, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Desain Penelitian 23 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Kotabaru Propinsi Kalimantan Selatan. Pemilihan lokasi penelitian secara purposive yang didasarkan atas pertimbangan

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN DAN LEMAK DI KABUPATEN TUBAN : PENDEKATAN NERACA BAHAN MAKANAN PENDAHULUAN

KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN DAN LEMAK DI KABUPATEN TUBAN : PENDEKATAN NERACA BAHAN MAKANAN PENDAHULUAN P R O S I D I N G 69 KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN DAN LEMAK DI KABUPATEN TUBAN : PENDEKATAN NERACA BAHAN MAKANAN Condro Puspo Nugroho 1*, Fahriyah 1, Rosihan Asmara 2 1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

Pangan Nasional Tahun

Pangan Nasional Tahun Ketahanan Pangan Nasional Tahun 23Pembangunan 2000-2004 Pendahuluan Ketahanan pangan merupakan salah satu isu paling strategis dalam pembangunan suatu negara, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia

Lebih terperinci

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI Pusat Penganekeragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN Penyelenggaraan Pangan dilakukan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

DAMPAK PROGRAM KRPL (KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI) TERHADAP POLA PANGAN HARAPAN (PPH) ABSTRAK

DAMPAK PROGRAM KRPL (KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI) TERHADAP POLA PANGAN HARAPAN (PPH) ABSTRAK DAMPAK PROGRAM KRPL (KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI) TERHADAP POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Muh. Aniar Hari Swasono 1 )Nur Cholilah 2 ) Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Email : hariswasono@gmail.com

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang Indonesian Journal of Disability Studies ISSN : - Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang * Agustina Shinta Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD), Universitas Brawijaya, Malang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH

PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH RINGKASAN Suprapti Supardi dan Aulia Qonita Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014 STUDI PERBANDINGAN POLA ALOKASI LAHAN, PENGELUARAN BERAS DAN POLA KONSUMSI PANGAN ANTARA PETANI UBI KAYU DI DESA PELAKSANA DAN NON PELAKSANA PROGRAM MP3L DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Land Allocation Pattern,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam pembangunan karena pangan merupakan kebutuhan yang paling hakiki dan mendasar bagi sumberdaya manusia suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian Penyunting: Undang Konversi Kurnia, F. Lahan Agus, dan D. Produksi Setyorini, Pangan dan A. Setiyanto Nasional KONVERSI LAHAN DAN PRODUKSI

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI disampaikan pada : Temu Ilmiah Internasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian November 2014 OUTLINE 1. Pendahuluan 2. Permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting

Lebih terperinci

JURNAL OLEH : IKA SAPUTRI DEWI AGRIBISNIS

JURNAL OLEH : IKA SAPUTRI DEWI AGRIBISNIS ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA NELAYAN (Studi Kasus: Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara) JURNAL OLEH : IKA SAPUTRI DEWI 120304077

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial budaya dipengaruhi banyak hal yang saling kait mengait, di samping untuk memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SIDOARJO

ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SIDOARJO AGRISE Volume XIV No. 3 Bulan Agustus 2014 ISSN: 1412-1425 ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SIDOARJO (FOOD PROVISION ANALYSIS IN THE EFFORT TO INCREASE FOOD SECURITY

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya, menghadapi tantangan yang berat dan sangat kompleks. Program dan kebijakan yang terkait dengan ketahanan pangan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA DISKUSI REGULER EVALUASI POLITIK PANGAN PEMERINTAHAN SBY-KALLA. Yogyakarta, 6 Februari 2007

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA DISKUSI REGULER EVALUASI POLITIK PANGAN PEMERINTAHAN SBY-KALLA. Yogyakarta, 6 Februari 2007 SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA DISKUSI REGULER EVALUASI POLITIK PANGAN PEMERINTAHAN SBY-KALLA Yogyakarta, 6 Februari 2007 Assalaamu alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh, Yang Saya Hormati: Pimpinan Pusat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Dr. Ir. Achmad Suryana, MS Kepala Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI RINGKASAN Berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Amang (1993), Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional

Lebih terperinci

SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA

SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG DAN SISTEM GERAKAN SERENTAK TANAM PADI DUA KALI SETAHUN KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA JURUSAN / SISTEM

Lebih terperinci

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng wiwifadly@gmail.com ABSTRAK Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah enganalisis dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada 47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT LAHAN KERING DI KABUPATEN LOMBOK BARAT

KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT LAHAN KERING DI KABUPATEN LOMBOK BARAT Jurnal UJMC, Jilid 2, No 1, 69 78 pissn : 2460 3333 eissn : 2579 907X KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT LAHAN KERING DI KABUPATEN LOMBOK BARAT Baiq Santi Rengganis 1 1 Universitas Islam Al Azhar Mataram, santirengganis@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DENGAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA MEDAN

ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DENGAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA MEDAN ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DENGAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA MEDAN Puji Adelina S 1), Satia Negara Lubis 2) dan Sri Fajar Ayu 3) 1) Alumni Fakultas Pertanian USU 2) dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI

Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI Ketahanan pangan (food security) adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup baik

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN STRATEGIS DI KOTA MEDAN

ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN STRATEGIS DI KOTA MEDAN ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN STRATEGIS DI KOTA MEDAN Diah Winiarti Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sematera Utara Abstract This study aimed to analysis

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) BAB II PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) Agung Prabowo, Hendriadi A, Hermanto, Yudhistira N, Agus Somantri, Nurjaman dan Zuziana S

Lebih terperinci

ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI MINA MENDONG PENDAHULUAN

ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI MINA MENDONG PENDAHULUAN P R O S I D I N G 125 ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI MINA MENDONG Farah Ainun Jamil 1, Pudji Purwanti 2, Riski Agung Lestariadi 2 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan

Lebih terperinci

ANALISIS FORECASTING KETERSEDIAAN PANGAN 2015 DALAM RANGKA PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS FORECASTING KETERSEDIAAN PANGAN 2015 DALAM RANGKA PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS FORECASTING KETERSEDIAAN PANGAN 2015 DALAM RANGKA PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA Selfia Reni Parange Sinaga 1, Satia Negara Lubis 2, Salmiah 3 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah Keadaan geografis Keadaan geografis Provinsi Papua terletak antara 2 0 25-9 0 Lintang Selatan dan 130 0-141 0 Bujur Timur. Di sebelah utara Provinsi Papua dibatasi

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara)

ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara) ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara) Tri Bastuti Purwantini, Handewi P.S. Rachman dan Yuni Marisa Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Lebih terperinci

PENGARUH KONVERSI LAHAN SAWAH KE NON PERTANIAN TERHADAP HASIL PRODUKSI PADI SAWAH DI KOTA TASIKMALAYA

PENGARUH KONVERSI LAHAN SAWAH KE NON PERTANIAN TERHADAP HASIL PRODUKSI PADI SAWAH DI KOTA TASIKMALAYA PENGARUH KONVERSI LAHAN SAWAH KE NON PERTANIAN TERHADAP HASIL PRODUKSI PADI SAWAH DI KOTA TASIKMALAYA Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi newguck@gmail.com Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan pangan yang cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok masyarakat Indonesia adalah beras. Beras

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN ASAHAN No. 02/12/1208/Th. XVII, 21 Desember 2015 PROFIL KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2014 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Asahan tahun 2014 sebanyak 76.970 jiwa (10,98%), angka ini berkurang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh masyarakat, juga merupakan sektor andalan

Lebih terperinci

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) P R O S I D I N G 58 Fahriyah 1*, Rosihan Asmara 1 1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya *E-mail ria_bgl@yahoo.com

Lebih terperinci

1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN

1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN BAHASAN 1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN NUHFIL HANANI AR UNIVERSITAS BAWIJAYA Disampaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional.

Lebih terperinci

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi 1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang diandalkan, karena sektor

Lebih terperinci

KERAGAAN USAHATANI MINA PADI

KERAGAAN USAHATANI MINA PADI KERAGAAN USAHATANI MINA PADI Turwavianti 1) Jurusan Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi turwavianti11@gmail.com Enok Sumarsih 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi sumarsihenok@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah negara. Peran sektor pertanian sebagai penyedia bahan makanan utama merupakan peran strategis terkait

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut Dillon (2009), pertanian adalah sektor yang dapat memulihkan dan mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Peran terbesar sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI

V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI 54 V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI 5. by Kondisi Umum Wilayah Penelitian 5. Kondisi Geografis Wilayah Penelitian Wilayah Kecamatan Sadang memiliki luas 5.7212,8

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009 BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 43/07/Th. XII, 1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten PPU secara geografis terletak pada posisi 6 o 9 3-6 o 56 35 Bujur Timur dan o 48 9 - o 36 37 Lintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah karena memiliki peranan yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

ANALISIS KEMANDIRIAN PANGAN ASAL TERNAK DALAM RANGKA MEMANTAPKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

ANALISIS KEMANDIRIAN PANGAN ASAL TERNAK DALAM RANGKA MEMANTAPKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT ANALISIS KEMANDIRIAN PANGAN ASAL TERNAK DALAM RANGKA MEMANTAPKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT (Self Sufficiency Analysis Animal Food of to Strengthen Food Security in West Lampung District)

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT (Food Consumption Pattern of Social Forestry Farmer Household In West Lampung Regency) Asih Sulistyorini Uly Damora

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan hal yang penting bagi siapapun manusia dan dimanapun ia berada. Kebutuhan manusia akan pangan harus dapat terpenuhi agar keberlansungan hidup manusia

Lebih terperinci