ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN BERDASARKAN DAYA DUKUNG LAHAN WILAYAH KABUPATEN GARUT TAHUN UMIYATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN BERDASARKAN DAYA DUKUNG LAHAN WILAYAH KABUPATEN GARUT TAHUN UMIYATI"

Transkripsi

1 ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN BERDASARKAN DAYA DUKUNG LAHAN WILAYAH KABUPATEN GARUT TAHUN UMIYATI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Ketersediaan dan Konsumsi Pangan Berdasarkan Daya Dukung Lahan Wilayah Kabupaten Garut Tahun adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2016 Umiyati NIM I

4 4

5 ABSTRAK UMIYATI. Analisis Ketersediaan dan Konsumsi Pangan Berdasarkan Daya Dukung Lahan Wilayah Kabupaten Garut Tahun Dibimbing oleh IKEU TANZIHA dan ANNA VIPTA RESTI MAULUDYANI. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis ketersediaan dan konsumsi pangan berdasarkan daya dukung lahan wilayah Kabupaten Garut tahun Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dengan data sekunder Kabupaten Garut selama 6 tahun dan memperoyeksikan ketersediaan, konsumsi, dan produksi pangan tahun serta menentukan daya dukung lahan dan kebutuhan luas lahan sawah yang dilakukan pada bulan mei-juli Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan Microsoft excel 2007, SPSS 16.0, Neraca Bahan Makanan (NBM), dan aplikasi perencanaan pangan dan gizi tahun Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa situasi konsumsi Kabupaten Garut secara kuantitas maupun kualitas masih kurang, namun kuantitas ketersediaan pangan sudah mencapai ideal. Produksi pangan tahun sebagian pangan mengalami peningkatan. Kabupaten Garut memerlukan waktu untuk mencapai konsumsi ataupun ketersediaan hingga ideal. Proyeksi konsumsi dan ketersediaan pangan dilakukan untuk mencapai kondisi ideal pada tahun Lahan pertanian adalah salah satu faktor penunjang produksi pangan. Penurunan lahan pertanian yang terjadi terus menerus akan berdampak terhadap daya dukung lahan yang semakin menurun terutama daya dukung lahan kering. Upaya dalam mengatasi penurunan daya dukung perlu dilakukan salah satunya dengan pengendalian jumlah penduduk dan pemanfaatan lahan sesuai kebutuhan. Kebutuhan luas lahan sawah untuk memenuhi konsumsi beras sebanyak kg/kap/hari membutuhkan lahan sekitar Ha dengan asumsi produktivitas padi 6 Ha. Kata kunci: Daya dukung lahan, ketersediaan pangan, konsumsi, lahan ABSTRACT UMIYATI. Analyze of Food Availability and Consumption Based on Carrying Capacity of Land Garut Regency Supervised by IKEU TANZIHA and ANNA VIPTA RESTI MAULUDYANI The purpose of this study was to analyze the availability and consumption of food based on carrying capacity of land Garut Regency This study used a retrospektive desaign with secondary data Garut Regency for six years and projected availability, consumption and food production in as well as determine the carrying capacity of land conducted in May-July Processing and analysis data with use microsoft excel 2007, SPSS 16.0, food balance sheet (NBM), and planning of food and nutrition The result of this study showed the quantity and quality consumption situation Garut Regency still lacking, but the quantity food availability has reached ideal and food production in most the food groups increased. Garut district require time to reach food consumption and availability to achieve the ideal condition in Agricultural land is one factor supporting food production. The decline in agricultural land occurs continously

6 6 will affect the carrying capacity of the land declained mainly carrying capacity of dry land. Efforts to overcome the decrease in support needs to be done either by population control and land use as needed. Efforts to overcome the decrease in support needs to be done either by population control and land use as needed. Wetland area needs to meet rice consumption as much as kg / cap / day requires about hectares of land with rice productivity assumptions 6 Ha. Keywords: Carrying capacity of land, consumption,food Availability,land

7 ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN BERDASARKAN DAYA DUKUNG LAHAN WILAYAH KABUPATEN GARUT TAHUN UMIYATI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi Dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

8 8

9

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 ini ialah daya dukung lahan, dengan judul Analisis Ketersediaan dan Konsumsi Pangan Berdasarkan Daya Dukung Lahan Wilayah Kabupaten Garut Tahun Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr Ir Ikeu Tanziha MS dan Ibu Anna Vipta Resti Mauludyani SP MGizi selaku pembimbing, serta Bapak Prof. Dr Ir Dadang Sukandar MSc yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, tak lupa juga kepada kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, do a dan kasih sayangnya. Serta teman-teman alih jenis angkatan 8 seperjuangan yang saling menguatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan seluruh rangkaian akademik. Semua pihak yang telah membantu dan belum disebutkan diatas. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Bogor, September 2016 Umiyati

12 vi

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Kegunaan Penelitian 2 KERANGKA PEMIKIRAN 3 METODE 4 Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 4 Pengolahan dan Analisis Data 5 Definisi Operasional 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Kondisi Geografi Kabupaten Garut 8 Penduduk Kabupaten Garut 9 Situasi Ketersediaan, Konsumsi, dan Produksi Pangan Penduduk Kabupaten Garut Tahun Proyeksi Ketersediaan, Konsumsi, dan Produksi Pangan Penduduk Kabupaten Garut Tahun Daya Dukung Lahan Kabupaten Garut 26 SIMPULAN DAN SARAN 33 Simpulan 33 Saran 34 DAFTAR PUSTAKA 34 LAMPIRAN 41

14 14 DAFTAR TABEL 1. Jenis dan sumber data 5 2. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Garut tahun Situasi ketersediaan energi penduduk Kabupaten Garut tahun (kkal/kapita/hari) Situasi ketersediaan protein penduduk Kabupaten Garut tahun (gr/kapita/hari) Skor dan rata-rata laju PPH ketersediaan pangan penduduk Kabupaten Garut tahun Situasi konsumsi energi pangan aktual penduduk berdasarkan skor PPH Kabupaten Garut dibandingkan dengan konsumsi ideal (kkal/kap/hari) Perbandingan skor PPH konsumsi aktual penduduk Kabupaten Garut dengan skor PPH ideal Situasi konsumsi protein aktual penduduk Kabupaten Garut dibandingkan dengan konsumsi ideal (gram/kap/hari) Situasi produksi pangan penduduk Kabupaten Garut tahun Proyeksi ketersediaan pangan berdasarkan skor pola pangan harapan penduduk Kabupaten Garut tahun Proyeksi konsumsi dan ketersediaan pangan penduduk berdasarkan skor PPH Kabupaten Garut tahun 2017 dan 2019 (Ton/Tahun) Proyeksi skor PPH konsumsi pangan penduduk Kabupaten Garut tahun Proyeksi rata-rata konsumsi energi pangan penduduk berdasarkan skor PPH Kabupaten Garut tahun Proyeksi produksi pangan penduduk Kabupaten Garut tahun (Ton/Tahun) berdasarkan rata-rata laju produksi Proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Garut (jiwa/tahun) Perubahan luas lahan pertanian Kabupaten Garut tahun Proyeksi luas lahan pertanian Kabupaten Garut tahun Daya dukung lahan pertanian aktual Kabupaten Garut tahun Daya dukung lahan proyeksi Kabupaten Garut tahun Kebutuhan luas lahan pertanian Simulasi kebutuhan luas lahan sawah 32

15 DAFTAR GAMBAR 1. Diagram alir kerangka pemikiran 4 DAFTAR LAMPIRAN 1. Jadwal rencana kegiatan Proyeksi kebutuhan konsumsi pangan Kabupaten Garut tahun Proyeksi kebutuhan ketersediaan pangan Kabupaten Garut tahun Riwayat hidup 42

16 16

17 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia yang paling utama dan pemenuhan atas pangan merupakan hak asasi setiap manusia yang dijamin dalam undang-undang dasar tahun Upaya untuk peningkatan kesehatan dan kualitas SDM dapat dilakukan dengan mengkonsumsi pangan sesuai dengan kebutuhan sehingga pemenuhan atas pangan dapat tercukupi. Pangan digunakan sebagai sumber energi dan zat gizi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan setiap manusia atau individu (Kemendag 2013). Undang-undang pangan No 18 tahun 2012 menjelaskan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi suatu negara sampai pada tingkat perorangan yang dapat dilihat dari tersedianya pangan yang cukup baik dari jumlah dan mutunya yang aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Peningkatan ketahanan pangan di Indonesia sudah dijadikan salah satu program nasional, hal ini menjadikan salah satu pembuktian bahwa Indonesia memiliki komitmen dalam mendukung tercapainya tujuan dari SDGs (Sustainable Development Goals) merupakan pembangunan keberlanjutan. Ketersediaan pangan merupakan salah satu aspek yang penting dalam mendukung tercapainya ketahanan pangan. Indikator ketahanan pangan terdiri dari ketersediaan, konsumsi, dan akses. Tercapainya pembangunan ketahanan pangan dapat ditunjukkan melalui ketersediaan dan konsumsi pangan cukup, aman, bermutu, bergizi, dan seimbang hingga pada perseorangan, merata, dan berkelanjutan. Ketersediaan pangan dapat ditentukan oleh produksi, cadangan pangan maupun ekspor, dan impor pangan wilayah tersebut (DKP dan WFP 2010). Undang-undang pangan menjelaskan bahwa pemerintah bersama dengan masyarakat bertanggung jawab untuk mewujudkan ketahanan pangan yang terdiri dari pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan demi terwujudnya ketersediaan pangan untuk kebutuhan konsumsi penduduk. Ketersediaan pangan yang tidak optimal dapat menimbulkan masalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk dan akan menimbulkan masalah gizi dan kerawanan pangan. Peningkatan ketahanan pangan digunakan sebagai tolok ukur dalam keberhasilan pembangunan suatu negara. Kerawanan pangan pada dasarnya merupakan hal-hal yang dapat menyebabkan tidak tercukupinya kebutuhan pangan yang dapat dipengaruhi oleh ketersediaan, distribusi maupun akses pangan di wilayah tersebut (Purwantini 2014). Salah satu daerah yang terancam terjadinya kerawanan pangan adalah kabupaten Garut. Ketersediaan energi dan protein per kapita pada tahun 2014 sudah tercapai 67.4%, jika dibandingkan dengan tahun sudah mengalami peningkatan namun jika dibandingkan dengan target akhir RPJMD/renstra yang capaiannya harus 85.5% maka ketersediaan energi dan protein kabupaten Garut tidak tercapai. Konsumsi Kabupaten Garut tahun 2010 dapat diindikasikan rawan pangan sedang dengan angka kecukupan energi 83.9% (Pemkab Garut 2010).

18 2 Studi mengenai analisis ketersediaan dan konsumsi pangan sudah cukup banyak dilakukan, namun berdasarkan daya dukung lahan masih belum banyak dilakukan. Upaya dalam menyediakan pangan untuk kebutuhan konsumsi penduduk kabupaten Garut diperlukan analisis daya dukung lahan untuk meningkatkan produksi pangan penduduk sehingga tingkat kerawanan pangan dapat dikendalikan, oleh karena itu perlunya dilakukan penelitian mengenai analisis ketersediaan dan konsumsi pangan berdasarkan daya dukung lahan wilayah Kabupaten Garut tahun Perumusan Masalah Penulis tertarik untuk menganalisis ketersediaan dan konsumsi pangan berdasarkan daya dukung lahan wilayah Kabupaten Garut. Rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana situasi ketersediaan, konsumsi, dan produksi untuk memenuhi kebutuhan pangan Kabupaten Garut tahun ? 2. Bagaimana proyeksi kebutuhan ketersediaan, konsumsi, dan produksi pangan Kabupaten Garut tahun ? 3. Bagaimana daya dukung pangan di Kabupaten Garut tahun untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan ideal penduduk? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum, tujuan penelitian ini adalah menganalisis ketersediaan dan konsumsi pangan berdasarkan daya dukung lahan wilayah Kabupaten Garut tahun Tujuan Khusus 1. Menganalisis situasi ketersediaan, konsumsi, dan produksi pangan penduduk Kabupaten Garut tahun Menyusun proyeksi kebutuhan ketersediaan, konsumsi, dan produksi pangan penduduk Kabupaten Garut tahun Menganalisis daya dukung lahan wilayah Kabupaten Garut tahun Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peneliti mengenai gambaran ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk berdasarkan daya dukung lahan wilayah. Manfaat penelitian ini bagi pemerintah dan masyarakat umum selain memberikan masukan alternatif kepada pemerintah kabupaten Garut untuk mengembangkan sumberdaya pangan dengan memanfaatkan lahan yang tersedia diwilayah tersebut serta hasil penelitian ini bisa digunakan oleh pemerintah kabupaten Garut dalam menusun perencanaan

19 pembangunan pangan dan gizi wilayah serta untuk memenuhi standar pelayanan minimum (SPM) daya dukung pangan wilayah. 3 KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan jumlah penduduk yang secara terus menerus akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan jumlah ketersediaan pangan untuk dikonsumsi penduduk. Menurut Moniaga (2011), penurunan daya dukung lahan salah satunya dapat dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang terus meningkat sehingga menyebabkan jumlah dan luas lahan yang semakin berkurang yang diperlukan untuk keberlanjutan hidup melalui tersedianya pangan yang cukup sesuai dengan kebutuhan peduduk. Ketersediaan pangan dipengaruhi oleh produksi, ekspor, impor, bibit, dan perubahan stok pangan. Meningkatkan ketersediaan pangan salah satunya ditentukan oleh luas lahan pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan. Namun, peningkatan jumlah penduduk juga akan berdampak terhadap penggunaan alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman penduduk maupun industri sehingga lahan pertanian semakin berkurang yang diakibatkan oleh meningkatnya kebutuhan lahan untuk non pertanian. Peningkatan ketahanan pangan merupakan urusan wajib setiap pemerintah daerah yang mencakup subsistem ketersediaan dan konsumsi pangan. ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan setiap penduduk. Pangan yang disediakan untuk dikonsumsi harus memenuhi kebutuhan gizi setiap penduduk secara merata dan dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Ketersediaan pangan merupakan salah satu indikator dari ketahanan pangan. Secara kualitas maupun kuantitas ketersediaan dan konsumsi pangan dapat dilihat melalui skor pola pangan harapan (PPH) dan % angka kecukupan energi (AKE) wilayah tersebut. Jumlah penduduk yang terus meningkat dan lahan pertanian yang semakin berkurang menjadikan tantangan bagi pemerintah dalam meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan setiap penduduk menuju konsumsi pangan yang ideal. Konsumsi pangan yang ideal dapat diwujudkan dengan mengkonsumsi pangan yang beragam dari produk pangan lokal dengan memanfaatkan lahan yang tersedia namun bisa memperoleh produksi pangan untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk diwilayah kabupaten Garut. Secara skematik kerangka pemikiran analisis ketersediaan pangan berdasarkan daya dukung pangan wilayah kabupaten Garut dapat dilihat pada Gambar 1.

20 4 Jumlah Penduduk 1. Potensi produksi pangan 2. Ketersediaan dan luas lahan pertanian Produksi Daya dukung pangan wilayah Tekanan penduduk Kebutuhan konsumsi Ketersediaan Neraca Bahan Makanan Ekspor, impor, bibit, perubahan stok Gambar 1 Diagram alir kerangka pemikiran Keterangan: = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain retrospektif study. Lokasi penelitian adalah kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa lokasi kabupaten Garut merupakan kabupaten yang berbasis pertanian yang menjadikan salah satu perekonomian kabupaten Garut namun masih menjadi prioritas daerah dengan rawan pangan di Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Juli Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam analisis penelitian ini merupakan data sekunder menurut waktu terdiri dari data jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, data produksi, data luas dan tata guna lahan pertanian, dan data konsumsi.

21 Tabel 1 Jenis dan sumber data No Jenis Data Sumber Data 1 Keadaan demografi (sekunder) Kabupaten Garut dalam angka - Jumlah penduduk - Laju pertumbuhan penduduk 2 Data produksi aktual tahun (sekunder) Kabupaten Garut dalam angka 3 Data konsumsi pangan tahun 2009 dan Kantor Ketahanan Pangan 2014 (sekunder) Kabupaten Garut 4 Luas dan tata guna lahan Kabupaten Garut dalam angka 5 Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan data. Data-data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell 2007, SPSS 16.0, Neraca Bahan Makanan (NBM), dan aplikasi Perencanaan Pangan dan Gizi Wilayah Tahun 2004, kemudian dianalisis secara deskriptif. Pengolahan dan analisis data tersebut diuraikan sebagai berikut: Analisis Situasi Ketersediaan, Konsumsi, dan Produksi Pangan Analisis situasi konsumsi dengan membandingkn jumlah dan mutu pangan yang dikonsumsi tahun dengan data konsumsi ideal. Membandingkan jumlah dan mutu ketersediaan pangan tahun dengan data ketersediaan pangan ideal. Kemudian data konsumsi dan ketersediaan yang sudah dibandingkan dapat dilakukan analisis gap menggunakan persentase laju. Menghitung pertumbuhan/laju skor PPH ketersediaan energi. Laju skor PPH = (PPHt-PPH t-1 ) x 100 PPH t-1 Keterangan: PPH t = skor PPH tahun tertentu ( ) PPH t-1 = skor PPH tahun sebelumnya Analisis produksi pangan tahun Kabupaten Garut dapat diperoleh dari data Kabupaten Garut dalam angka dan diinterpretasikan berdasarkan jenis pangan terutama jenis pangan unggulan di Kabupaten Garut. Menyusun Kebutuhan Ketersediaan, Konsumsi, dan Produksi Pangan Penyusunan kebutuhan konsumsi dan ketersediaan dengan berdasarkan pada data konsumsi aktual tahun Berikut tahapan dalam penyusunan proyeksi tersebut: - Menghitung proyeksi jumlah penduduk tahun dengan menggunakan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Garut yaitu 1.59 persen per tahun (BPS 2015). Berikut rumus Geometri yang digunakan: P T = Po (1+r) n

22 6 Keterangan: Pr : jumlah penduduk pada tahun ke-n (tahun 2015 sampai tahun 2019) Po : jumlah penduduk pada tahun dasar (2014) r : laju pertumbuhan penduduk per tahun (1.59 %) n : banyak perubahan tahun - Menghitung kebutuhan konsumsi pangan ideal penduduk Menghitung proyeksi skor PPH konsumsi tahun Berikut rumus ekstrapolasi skor PPH: St = S0 + n (S2019-S0) dt Keterangan: St : skor PPH kelompok pangan tertentu (tahun ) S0 : skor PPH kelompok pangan tertentu tahun 2014 n : selisih tahun yang dicari dengan tahun dasar S2019 : skor PPH tahun 2019 (ideal 100) dt : selisih tahun 2019 dengan tahun dasar (2014) - Menghitung proyeksi konsumsi pangan (kkal/kap/hari) pada setiap kelompok pangan tahun , berikut rumus yang digunakan: (Kkal/kap/hari) = kons th dasar + n (kons thn ideal-kons thn dasar) dt Keterangan: n : jumlah selisih tahun yang dicari dengan tahun dasar (2014) dt : jumlah selisih tahun antara tahun ideal (2019) dengan tahun yang akan dicari. Gram/kap/hari = (Konsumsi energi x KG (DKBM) BDD Keterangan: KG : Kandungan gizi DKBM Kg/kap/tahun = (gr/kap/hari) x Ton/tahun = (Kg/kap/hari x proyeksi penduduk) Proyeksi ketersediaan pangan diperoleh dengan menggunakan aplikasi Program Perencanaan Pangan dan Gizi tahun Menghitung ketersediaan pangan penduduk tahun dengan rumus: Ketersediaan pangan penduduk = 110% x kebutuhan konsumsi (ton/th) Proyeksi produksi pangan tahun ditentukan dengan menggunakan menggunakan rata-rata laju produksi pangan tahun dan

23 dihitung dengan menggunakan rumus persentase laju menggunakan data dasar tahun 2014 atau data tahun terakhir produksi pangan di Kabupaten Garut. Analisis Daya Dukung Lahan Wilayah Analisis daya dukung lahan wilayah digunakan untuk mendukung produksi pangan yang dapat memenuhi kebutuhan pangan ideal penduduk Kabupaten Garut. Daya dukung lahan diperoleh dengan membandingkan antara luas lahan jumlah penduduk. Berikut langkah-langkahnya: - Proyeksi luas lahan dihitung dengan persamaan linear dari data yang diolah menggunakan program SPSS Y = a + bt Keterangan: Y : luas lahan pada tahun ( ) a : intercept (tren luas lahan dari tahun ) b : slope yang menggambarkan peningkatan/penurunan luas lahan t : t1-t0 (t0 adalah tahun dasar 2014, t1 adalah tahun yang dicari) Persamaan untuk luas lahan sawah y = t, sedangkan persamaan luas lahan kering y = t. - Daya dukung lahan dengan membandingkan luas lahan dan jumlah penduduk. Berikut rumusnya: Daya Dukung Lahan = Luas lahan pertanian Jumlah penduduk Analisis kebutuhan luas lahan Kebutuhan luas lahan pertanian diperlukan untuk memenuhi konsumsi pangan ideal penduduk. Asumsi yang digunakan dalam menentukan kebutuhan lahan ini adalah rata-rata produktivitas sama dengan kondisi aktual tahun dan untuk tanaman padi dengan indeks pertanaman (IP) dua kali dalam setahun. Berikut rumus yang dapat digunakan: - Rumus untuk tanaman padi Luas lahan = (Kebutuhan konsumsi / produktivitas) Indeks pertanaman - Rumus untuk tanaman perkebunan Luas lahan = Kebutuhan konsumsi Produktivitas - Rumus untuk kelompok pangan hewani Luas lahan = Kebutuhan konsumsi x Standar kandang Berat 1 ekor Jumlah dalam 1 kandang atau kolam 7 Simulasi kebutuhan luas lahan sawah Simulasi kebutuhan luas lahan sawah dengan berdasarkan pada rata-rata konsumsi beras Kabupaten Garut sekitar kg/kap/hari (Pemkab Garut 2016),

24 8 hal tersebut dilakukan untuk memperkirakan luas lahan yang dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan konsumsi beras dengan asumsi produktivitas 3-9 Ha. Kabutuhan luas lahan = Konsumsi beras x Jumlah penduduk Angka konversi IP Produktivitas Keterangan: Angka konversi: 0.63 Indeks pertanaman (IP): 2 kali Definisi Operasional Penduduk adalah sekelompok orang yang tinggal atau menetap di wilayah Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Konsumsi pangan ideal adalah jumlah pangan yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan penduduk Kabupaten Garut untuk hidup sehat, aktif, dan produktif dengan berdasarkan pada skor pola pangan harapan. Konsumsi aktual adalah jumlah pangan yang dikonsumsi oleh penduduk Kabupaten Garut pada tahun 2009 dan Ketersediaan pangan adalah jumlah pangan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk Kabupaten Garut secara energi maupun protein per kapita serta kualitas ketersediaan berdasarkan skor PPH. Produksi adalah jumlah pangan bersih yang dihasilkan wilayah kabupaten Garut yang diperoleh dari pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan. Luas lahan pertanian adalah luas lahan yang ditunjukan untuk memproduksi tanaman pangan maupun hewan ternak yang digunakan usaha tani terdiri dari lahan sawah dan lahan kering atau lahan pertanian selain sawah. Daya dukung lahan wilayah adalah luas lahan pertanian pangan yang dibutuhkan untuk memproduksi pangan sesuai dengan kebutuhan pangan ideal bagi sejumlah penduduk kabupaten Garut. Kebutuhan luas lahan adalah luas lahan pertanian yang terdiri dari sawah, perkebunan, perikanan maupun peternakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ideal penduduk tahun HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis Kabupaten Garut Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pembentukan daerah-daerah kabupaten di Provinsi Jawa Barat diatur sesuai dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun Kabupaten Garut mempunyai luas wilayah sekitar km 2 dan secara geografis terletak diantara 6 0 sampai 7 0 Lintang Selatan dan sampai Bujur Timur. Kabupaten Garut dibatasi oleh beberapa wilayah sebagai berikut:

25 a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bnadung dan Kabupaten Cianjur. Kabupaten Garut berbatasan dengan bagian sebelah Utara, Timur, dan Barat merupakan daerah dataran tinggi dengan kondisi pegunungan dan permukaan tanah yang berbukit-bukit, sedangkan daerah perbatasan sebelah Selatan merupakan daerah dengan sebagian besar permukaan tanahnya memiliki kemiringan yang relatif curam dan perbatasan sebelah Selatan memiliki corak alam dengan segenap potensi yang diwarnai oleh iklim Samudra Indonesia. Kabupaten Garut merupakan daerah dengan iklim tropis, memiliki curah hujan yang cukup tinggi serta hari hujan yang banyak. Hal ini membuat Kabupaten Garut memiliki lahan yang subur dan ditunjang oleh beberapa aliran sungai yang mengalir ke pantai selatan maupun kepantai utara jawa sehingga Kabupaten Garut sebagian besar luas dari wilayahnya digunakan untuk lahan pertanian yang menjadikan salah satu sumber perekonomian penduduk Kabupaten Garut (BPS 2015). Pada tahun 2013 Kabupaten Garut memiliki 42 Kecamatan dengan dua Kecamatan yang merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Wanaraja yaitu Kecamatan Sucinaraja dan Kecamatan Pangatikan. Jumlah desa dan kelurahan sebanyak 442 desa/kelurahan, namun sebelumnya pada tahun 2009 Kabupaten Garut hanya memiliki 424 desa/kelurahan (BPS 2015). 9 Penduduk Kabupaten Garut Hasil sensus penduduk menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015 menunjukkakan bahwa laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Garut lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Barat 1.58% dan nasional Jumlah penduduk Kabupaten Garut setiap tahun selalu mengalami peningkatan dengan rata-rata peningkatan selama 6 tahun dari tahun sebesar jiwa, sedangkan laju pertumbuhan penduduk relatif stabil dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Garut tahun No Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Laju (%) Rata-rata 1.60 Sumber : BPS

26 10 Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Garut pada tahun 2009 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010 hingga 2014 yang relatif stabil. Tingginya pertumbuhan penduduk menjadikan suatu masalah yang perlu selesaikan terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia (Ilunanwati 2011). Peningkatan jumlah penduduk dan pola penyebaran yang tidak seimbang berkaitan dengan menurunnya sumber daya alam dan lingkungan. Pertambahan jumlah penduduk dari tahun ketahun dapat menimbulkan masalah sumber daya alam dan lingkungan dan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan penduduk yang kemudian dapat mengakibatkan terjadinya konversi lahan pertanian ke non pertanian (Moniaga 2011). Pengendalian pertumbuhan penduduk Kabupaten Garut yang berada diatas laju pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Barat maupun nasional, pemerintah Kabupaten Garut dapat melaksanakan beberapa program seperti program keluarga berencana (KB) dengan membatasi jumlah anak dalam keluarga. Pembangunan bidang kependudukan berdasarkan dokumen rencana strategi (Renstra) badan kependudukan dan keluarga berencana nasional (BKKBN) , bahwa terkendalinya jumlah penduduk dengan menggunakan indikator persentase laju pertumbuhan penduduk menurun dari 1.38% pada tahun 2015 menjadi 1.19% pada tahun 2019 dengan penurunan sekitar 0.19%. Jumlah penduduk Kabupaten Garut berdasarkan jenis kelamin tahun tidak jauh berbeda antara jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan. Jumlah penduduk Kabupaten Garut setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan, peningkatan tersebut terjadi pada jumlah penduduk laki-laki maupun perempuan. Indeks pembangunan manusia (IPM) Kabupaten Garut tahun 2014 sebesar dengan rata-rata peningkatan dari tahun 2010 hingga 2014 sebesar 0.56 poin, dibandingkan dengan IPM Jawa Barat dan nasional pada tahun 2014 yaitu sebesar dan IPM Kabupaten Garut masih berasa dibawah ratarata IPM Jawa Barat dan nasional (BPS 2015). Situasi Ketersediaan, Konsumsi, dan Produksi Pangan Penduduk Kabupaten Garut Tahun Situasi ketersediaan pangan Kabupaten Garut Ketersediaan pangan adalah banyaknya pangan yang harus disediakan oleh suatu wilayah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk baik secara jumlah yang cukup, aman, dan bergizi untuk dapat hidup aktif dan sehat (Isbandi dan Rusdiana 2014). Analisis situasi ketersediaan pangan berdasarkan kuantitas terdiri dari jumlah ketersediaan energi dan protein dan kualitas maupun keragaman pangan dapat diketahui melalui skor pola pangan harapan (PPH) dari masingmasing kelompok pangan. Perkembangan ketersediaan energi Kabupaten Garut dari tahun ke tahun relatif tidak stabil, namun pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang signifikan dan pada tahun berikutnya relatif tidak stabil ditunjukkan pada tabel 3. Rata-rata energi ketersediaan atau kuantitas pangan Kabupaten Garut selama kurun waktu 6 tahun berada diatas standar 2200 kkal/kapita/hari dan 2400 kkal/kapita/hari. Ketersediaan energi dapat juga digunakan untuk menentukan kuantitas dari ketersediaan pangan di Kabupaten Garut.

27 Ketersediaan energi kelompok pangan buah/biji berminyak tahun 2009 hingga 2014 relatif tidak stabil ditunjukan dari rata-rata persentase laju Hal tersebut dapat dikatakan bahwa Kabupaten Garut belum bisa menyediakan energi terutama dari kelompok pangan buah/biji berminyak hal ini berdasarkan data produksi bahwa sumber pangan buah/biji berminyak masih kurang, sehingga untuk memenuhi energi dari kelompok pangan tersebut Kabupaten Garut dapat memperoleh dengan impor dari daerah lain. Tabel 3 Situasi ketersediaan energi penduduk Kabupaten Garut tahun (kkal/kapita/hari) Ketersediaan Eenergi (kkal/kap/hari) Ratarata % No Kelompok Pangan laju 1 Padi-padian Umbi-umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/Biji Berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan Buah Lain-lain Total %AKE *Energi ideal 2200 dan 2400 Kkal/kap/hari Berdasarkan sembilan kelompok pangan sebagian besar kontribusi kelompok pangan terhadap %AKE masih kurang yaitu pada kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, gula, dan pangan jenis lain-lain. Adapun kelompok pangan yang sudah mencapai ideal diantaranya kelompok pangan padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan serta sayur dan buah. Ketersediaan kelompok pangan hewani di Kabupaten Garut termasuk kedalam kategori dengan kontribusi energi rendah dapat diketahui dengan ratarata kontribusi berdasarkan %AKE belum mencapai ideal 12%. Hal tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian Absari (2007), ketersediaan kelompok pangan hewani di Provinsi Jawa Timur masih rendah yaitu 3-4% dari AKE 2200 kkal/kap/hari. Potensi perikanan Provinsi Jawa Timur dengan Kabupaten Garut hampir sama yaitu didominasi dengan perikanan air tawar dan untuk produksi daging yang paling tinggi adalah produksi daging ayam. Menurut Permentan tahun 2010, target pencapaian ketersediaan energi per kapita adalah 90%. Tingkat ketersediaan energi dari tahun 2009 sampai 2014 ratarata 252.9%, sehingga Kabupaten Garut memiliki ketersediaan energi yang sudah memenuhi standar pelayanan minimal (SPM) untuk memenuhi ketahanan pangan. Berbeda dengan penelitian Prasetyarini et al. (2014), ketersediaan energi pangan di Kabupaten Sidoarjo dengan jumlah energi 1400 kkal/kap/hari dengan persentase 58.3% dari AKE maka Kabupaten Sidoarjo tersebut berada pada status rawan pangan, sedangkan ketersediaan energi di Kota Bogor pada tahun 2012 sudah memenuhi angka kecukupan energi dengan tingkat kecukupan energi 11

28 %. Kelompok pangan yang sudah mencapai angka kecukupan energi diantaranya padi-padian (53%), pangan hewani (14.8%), minyak dan lemak (13.9%) serta kacang-kacangan (6.5%) (Wahyudin 2014). Kuantitas ketersediaan pangan penduduk Kabupaten Garut tahun dapat ditunjukkan juga melalui jumlah ketersediaan protein gram per kapita per hari (gr/kapita/hari). Kondisi ketersediaan protein Kabupaten Garut selama kurun waktu 6 tahun berfluktuasi seperti yang ditunjukan pada tabel 4. Rata-rata ketersediaan protein Kabupaten Garut berada diatas standar ketersediaan protein yaitu 57 dan 63 gr/kapita/hari. Tabel 4 Situasi ketersediaan protein penduduk Kabupaten Garut tahun (gr/kapita/hari) No Kelompok Pangan Ketersediaan Protein (gr/kap/hari) Rata-rata % laju 1 Padi-padian Umbi-umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/Biji Berminyak 6 Kacang-kacangan Gula Sayur dan Buah Lain-lain Total % AKP *Protein ideal 57 dan 63 gr/kap/hari Kuantitas ketersediaan pangan selain dari tingkat kecukupan energi dapat juga ditentukan berdasarkan tingkat kecukupan protein. Rata-rata laju persentase untuk kelompok pangan buah/biji berminyak negatif 1.6% pada tabel 4. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan protein tidak dapat diperoleh dari kelompok pangan buah/biji berminyak. Tingkat ketersediaan protein Kabupaten Garut dari tahun 2009 sampai 2014 rata-rata >90%, sehingga ketersediaan protein Kabupaten Garut sudah mencapai SPM (Permentan 2010). Target pencapaian ketersediaan protein menurut SPM adalah 90%, sehingga ketersediaan protein Kabupaten Garut sudah mencapai SPM dan ideal. Hal tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian Wahyudin (2014), ketersediaan protein Kota Bogor sudah mencapai angka kecukupan protein sebesar 134.4%. Kontribusi protein tertinggi dan sudah sesuai dengan angka kecukupan protein berasal dari kelompok pangan padi-padian, kacang-kacangan, dan sayur buah, sedangkan ketersediaan kelompok pangan lain seperti umbi-umbian, pangan hewani, minyak lemak, buah/biji berminyak, dan gula belum mencapai angka kecukupan protein. Ketersediaan protein masih didominasi oleh protein nabati, sedangkan ketersediaan protein bersumber dari hewani masih rendah seperti menurut Riadi (2007), ketersediaan protein di Kabupaten Kota Baru sebagian besar bersumber dari pangan nabati seperti padi-padian dan kacang-kacangan, sedangkan

29 ketersediaan protein hewani masih didominasi oleh ketersediaan dari ikan dibandingkan dengan jenis protein hewani lainnya, hal tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan konsumsi penduduk. Konsumsi penduduk yang sebagian besar mengkonsumsi kelompok padi-padian, sehingga kontribusi ketersediaan protein dari padi-padian lebih tinggi dibandingkan dengan pangan hewani. Ketersediaan pangan yang berkelanjutan harus memperhatikan beberapa potensi yang harus ditingkatkan seperti potensi sumber daya lahan, pengembangan produksi pangan, dan sumberdaya air. Perkiraan luas lahan yang dibutuhkan untuk pertanian Indonesia yaitu juta Ha yang terdiri dari sawah dan lahan basah sekitar 24.5 juta Ha, tegalan sekitar 25.3 juta Ha, dan lahan tanaman tahunan Potensi yang dapat dimanfaatkan dari ketersediaan lahan tidak semua lahan memiliki potensi, potensi lahan yang dapat dimanfaatkan untuk sawah seluas 16.1 juta Ha dan lahan untuk tanaman tahunan seluas 25.4 juta Ha. Pemanfaatan lain untuk lahan yang tidak digunakan dapat ditanamai dengan tanaman seperti alang-alang maupun semak belukar yang diperkirakan menghabiskan lahan seluas 9.7 juta Ha yang dapat disebarkan diseluruh wilayah di Indonesia. Lahan tersebut memberikan dampak positif terhadap keberlanjutan lahan pertanian di Indonesia dan dapat berpotensi untuk memperbaiki kembali hingga menjadi lahan pertanian yang produktif (Handini 2006). Tingkat ketersediaan energi dan protein yang sudah sesuai dengan SPM belum tentu dapat menjamin keberagaman pangan yang tersedia dan tidak dapat menjamin konsumsi pangan penduduk beragam, bergizi, dan seimbang yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesehatan dan gizi penduduk (Sari 2014). Ketersediaan energi maupun protein Kabupaten Garut secara kuantitas sudah menunjukkan keragaan yang cukup dengan ketersediaan energi (kkal/kap/hari) sudah lebih dari 90% begitu juga dengan ketersediaan protein (gr/kap/hari) sudah cukup seperti penelitian Mahfi et al. (2008), ketersediaan pangan Kabupaten Lampung Barat dalam bentuk energi dan protein sudah menunjukkan keragaan yang lebih dari cukup dengan ketersediaan energi sebesar kkal (140% AKE) dan protein gram (130% AKP). Tingkat ketersediaan pangan penduduk Kabupaten Garut dapat ditentukan berdasarkan kuantitas atau mutu yang ditunjukan melalui energi per kapita per hari, selain itu tingkat ketersediaan pangan juga dapat digunakan untuk mengetahui keragaman pangan dari wilayah tersebut dengan menggunakan skor pola pangan harapan (PPH). Angka ideal skor pola pangan harapan ketersediaan yaitu 100. Pada tabel 5 berikut skor PPH ketersediaan pangan Kabupaten Garut selama kurun waktu 6 tahun masih berada dibawah skor PPH ideal. Tabel 5 Skor dan rata-rata laju PPH ketersediaan pangan penduduk Kabupaten Garut tahun No Kelompok Pangan Ideal Skor Pola Pangan Harapan rata-rata % laju 1 Padi-padian Umbi-umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/Biji Berminyak

30 14 Tabel 5 Skor dan rata-rata laju PPH ketersediaan pangan penduduk Kabupaten Garut tahun (lanjutan) Skor Pola Pangan Harapan rata-rata No Kelompok Pangan Ideal % laju 6 Kacang-kacangan Gula Sayur dan Buah Lain-lain Total Kualitas dan keragaman ketersediaan pangan dapat ditentukan berdasarkan skor pola pangan harapan (PPH). Skor PPH Kabupaten Garut masih tergolong rendah yaitu kurang dari skor PPH ideal 100 dengan persentase laju 0.3%. Skor PPH Kota Bogor lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Garut yaitu pada tahun 2012 mencapai 90.1 sehingga untuk mencapai kondisi ideal Kota Bogor harus meningkatkan sekitar 9.9 poin (Wahyudin 2014). Keberagaman ketersediaan pangan Kabupaten Garut perlu ditingkatkan untuk mencapai skor PPH ideal dan sesuai dengan Permentan No. 65 tahun 2010 bahwa ketersediaan pangan yang tidak beragam dapat mempengaruhi keberagaman konsumsi pangan penduduk. Maka untuk mencapai target standar pelayanan minimum (SPM) keberagaman konsumsi pangan penduduk harus berbanding lurus dengan keberagaman ketersediaan pangan Kabupaten Garut. Rata-rata kontribusi skor PPH ketersediaan aktual dibandingkan dengan ideal dari beberapa kelompok pangan sebagian besar sudah mencapai ideal hanya kelompok pangan hewani, gula dan lain-lain masih belum mencapai ideal dengan rata-rata kontribusi 8.2% dan 0.4%. Ketersediaan pangan dapat dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi dari berbagai komoditas pangan, jika produksi dari komoditas pangan daerah rendah maka pencapaian skor PPH ketersediaan untuk mencapai skor PPH ideal masih belum bisa dicapai. Pencapaian skor PPH juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan pola konsumsi dari masyarakat tersebut diantaranya kondisi iklim yang selalu berubah tidak menentu, kondisi geografis, kondisi sosial, kondisi ekonomi, budaya, pendidikan, dan gaya hidup dari masyarakatnya sendiri (Prasetyarini et al. 2014). Situasi konsumsi pangan Kabupaten Garut Permasalahan pangan dan gizi merupakan suatu masalah yang kompleks dan saling berkaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah faktor konsumsi pangan. Pola konsumsi pangan setiap daerah berbeda-beda karena pola konsumsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sosial budaya, demografi, maupun gaya hidup. Keterkaitan antara beberapa faktor tersebut akan memberikan penilaian pola konsumsi pangan masyarakat yang dapat menggambarkan situasi pangan dan gizi masyarakat tersebut (Khomsan et al. 2013). Situasi konsumsi pangan penduduk dapat ditunjukkan melalui angka kecukupan energi (% AKE) dan angka kecukupan protein (% AKP), sedangkan kualitas dan keragaman konsumsi pangan dapat ditunjukkan menggunakan skor

31 pola pangan harapan (PPH). Kontribusi energi dari hasil masing-masing kelompok pangan yang dikonsumsi terhadap % AKE dapat digunakan untuk menentukan skor PPH. Konsumsi pangan penduduk sudah terpenuhi jika konsumsi energi sudah mencapai 2000 kkal/kap/hari pada konsumsi tahun 2009 dan 2150 kkal/kap/hari pada konsumsi tahun 2014, sedangkan untuk konsumsi protein sudah mencapai 52 gram/kap/hari dan 57 gram/kap/hari. Berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004 dan Banyaknya energi dan protein yang dikonsumsi tersebut dapat memberikan manfaat untuk hidup sehat, aktif maupun produktif. Tabel 6 Situasi konsumsi energi pangan aktual penduduk berdasarkan skor PPH Kabupaten Garut dibandingkan dengan konsumsi ideal (kkal/kap/hari) No Kelompok Pangan Konsumsi Energi (kkal/kap/hari) Rata-rata 2009* * 2014 Gap 1 Padi-padian Umbi-umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/Biji Berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan Buah Lain-lain Total *Konsumsi ideal Kontribusi konsumsi energi pangan penduduk Kabupaten Garut tahun 2009 dengan energi ideal 2000 kkal/kap/hari sebesar 65.5% dari AKE, sedangkan tahun 2014 dengan energi ideal 2150 kkal/kap/hari sebesar 81.1% dari AKE pada tabel 6. Berdasarkan Depkes (1996), konsumsi energi Kabupaten Garut tahun 2009 termasuk dalam kategori defisit berat dan konsumsi tahun 2014 termasuk dalam kategori kurang dari angka kecukupan gizi. Jumlah konsumsi energi antara tahun 2009 hingga pada tahun 2014 mengalami peningkatan namun hal tersebut tidak dapat diketahui secara rinci karena keterbatasan data konsumsi yang diperoleh peneliti. Sebagian besar konsumsi kelompok pangan masih berada dibawah konsumsi ideal, namun pada konsumsi minyak dan lemak serta padi-padian pada tahun 2014 sudah melebihi dari konsumsi ideal. Konsumsi energi Kabupaten Garut tahun 2009 dapat dikategorikan sangat rawan pangan dengan konsumsi <70% AKE, sedangkan konsumsi tahun 2014 dikategorikan rawan pangan sedang dengan konsumsi pada rentang % AKE (Bappenas 2007). Konsumsi penduduk Kabupaten Garut mengalami peningkatan jika dilihat antara konsumsi pada tahun 2009 dan Menurut Sari (2014), pola konsumsi masyarakat Jawa Barat didominasi oleh kelompok pangan padi-padian dengan jenis pangan beras yang menjadikan sumber pangan pokok utama masyarakat. Berdasarkan penelitian Ilunanwati (2011), konsumsi kelompok pangan penduduk Kabupaten Muara Enim masih berada dibawah angka konsumsi 15

32 16 yang dianjurkan namun kelompok pangan padi-padian sudah mencapai konsumsi ideal. Rata-rata gap antara konsumsi aktual dengan ideal negatif, hal tersebut disebabkan masih rendahnya konsumsi pangan penduduk jika dibandingkan dengan konsumsi ideal. Perbandingan rata-rata kontribusi %AKE terhadap konsumsi aktual bervariasi antara tahun 2009 dengan Pada tahun 2009 konsumsi kelompok pangan penduduk Kabupaten Garut sudah mencapai % AKE adalah pada kelompok pangan padi-padian, umbi-umbian, dan kacang-kacangan, sedangkan tahun 2014 hanya konsumsi kelompok pangan padi-padian dengan kontribusi 66% sudah mencapai kontribusi % AKE ideal. Konsumsi pangan masyarakat dapat dilihat dari kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi pangan sehari-hari. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi pangan seperti faktor ekonomi (pendapatan dan harga), sosial budaya, dan agama, selain itu konsumsi pangan masyarakat dapat digunakan untuk memperkirakan status gizi dengan melalui konsumsi pangan (Sihite 2011). Menurut Isbandi dan Rusdiana (2014), pola konsumsi pangan masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat pengetahuan terhadap pangan yang dikonsumsi dan pendapatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan. Perkembangan konsumsi energi antara tahun 2009 dengan 2014 mengalami peningkatan, namun perkembangan dari peningkatan konsumsi tersebut tidak dapat diketahui secara rinci karena adanya keterbatasan data konsumsi Kabupaten Garut. Konsumsi energi pangan penduduk dapat digunakan untuk menggambarkan kuantitas konsumsi, selain secara kuantitas konsumsi dapat gambarkan dengan kualitas dan keragaman konsumsi yaitu dengan menggunakan skor pola pangan harapan (PPH). Kualitas konsumsi pangan dapat menggambarkan tingkat keragaman melalui skor PPH. Kualitas kosumsi dapat dikatakan beragam jika skor PPH konsumsi pangan penduduk sudah mencapai ideal yaitu 100. Hasil analisis konsumsi pangan berdasarkan skor PPH pada tahun 2009 dan 2014 pada tabel 7 yaitu sebesar 65.2 dan Skor PPH konsumsi Kabupaten Garut belum mencapai skor PPH ideal, sehingga kualitas maupun keragaman konsumsi pangan penduduk Kabupaten Garut masih belum beragam. Tabel 7 Perbandingan skor PPH konsumsi aktual penduduk Kabupaten Garut dengan skor PPH ideal No Kelompok Pangan Skor Pola Pangan Harapan Ideal Rata-rata Gap 1 Padi-padian Umbi-umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/Biji Berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan Buah Lain-lain Total

33 Pendekatan skor PPH digunakan dalam menyusun perencanaan penyediaan maupun konsumsi pangan penduduk, bahwa konsumsi pangan penduduk tidak hanya untuk memenuhi kecukupan gizi namun dapat digunakan juga untuk mempertimbangkan keseimbangan gizi yang salah satunya ditentukan dari segi kualitas dan keragaman pangan melalui skor PPH. Skor PPH Kabupaten Garut masih berada dibawah skor PPH ideal, namun skor PPH tahun 2009 lebih tinggi dibandingkan dengan skor PPH tahun 2014 hal tersebut disebabkan pada tahun 2009 banyak kelompok pangan dengan skor PPH mendekati ideal dan lebih tinggi dari skor PPH tahun Skor PPH konsumsi dapat menggambarkan keberagaman konsumsi pangan. Menurut Arida et al. (2015), keberagaman konsumsi pangan suatu masyarakat dapat dipengaruhi adanya peningkatan pendapatan sehingga peningkatan konsumsi dari segi gizi juga akan meningkat. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya skor PPH adalah kesadaran masyarakat akan pentingkan pangan yang beranekaragam serta pengembangan P2KP (percepatan penganekaragaman konsumsi pangan) di Kabupaten Garut belum optimal (BKP 2014). Jika dibandingkan dengan skor PPH Provinsi Jawa Barat, skor PPH Kabupaten Garut tahun 2014 masih dibawah skor PPH Provinsi Jawa Barat. Skor PPH konsumsi penduduk provinsi Jawa Barat pada tahun 2014 sebesar 78.3 dengan % AKE kkal/kap/hari dan % AKP 58.5 gram/kap/hari (BKP 2015). Kuantitas konsumsi protein pangan penduduk Kabupaten Garut ideal 52 dan 57 gram/kapita/hari. Berdasarkan data konsumsi susenas tahun 2009 dan 2014 konsumsi protein penduduk Kabupaten Garut sebesar 39.5 dan 46.0 gram/kap/hari. Rata-rata konsumsi protein aktual penduduk Kabupaten Garut dibandingkan dengan konsumsi ideal adalah hasilnya negatif, hal tersebut menunjukkan bahwa konsumsi penduduk masih berada dibawah ideal ditunjukan pada tabel 8. Tabel 8 Situasi konsumsi protein aktual penduduk Kabupaten Garut dibandingkan dengan konsumsi ideal (gram/kap/hari) No Kelompok Pangan Konsumsi Protein (gr/kap/hari) rata-rata 2009* * 2014 Gap 1 Padi-padian Umbi-umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/Biji Berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan Buah Lain-lain Total *Konsumsi ideal protein Perbandingan kontribusi konsumsi protein aktual dengan ideal terbesar didominasi oleh kelompok pangan padi-padian tahun 2009 sebesar 57.5%, tahun 2014 sebesar 58.2% dan pangan hewani tahun 2009 sebesar 22.8%, 2014 sebesar 17

34 18 25%. Kontribusi konsumsi kelompok pangan tertinggi tersebut jika dibandingkan dengan konsumsi ideal masih kurang, sehingga perlu peningkatan konsumsi pangan sumber protein pada kelompok pangan lainnya selain kelompok pangan padi-padian dan pangan hewani. Persentase konsumsi protein penduduk dibandingkan dengan angka kecukupan protein yaitu pada tahun 2009 sebesar 76% AKP dan 2014 sebesar 80.6% AKP. Berdasarkan Depkes (1996), konsumsi protein tahun 2009 termasuk dalam kategori defisit sedang dan tahun 2014 termasuk dalam kategori kurang. Penelitian Wahyudin (2014), secara keseluruhan konsumsi protein di Kota Bogor sudah mencapai ideal namun sekitar 23% penduduk dengan konsumsi protein masih defisit. Konsumsi energi dan protein penduduk Kabupaten Garut masih kurang dari angka kecukupan protein dan konsumsi ideal, namun antara tahun 2009 dan 2014 konsumsi energi dan protein mengalami peningkatan. Konsumsi energi dan protein penduduk Indonesia dari tahun 2007 dan 2013 menunjukkan penurunan pada konsumsi tahun 2013 yaitu rata-rata konsumsi tahun 2007 sebesar kkal menurun pada tahun 2013 menjadi kkal (Pusdatin 2014). Tingkat kecukupan gizi merupakan salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk yang dilihat dari kecukupan konsumsi protein maupun energi. Pada tahun 2008 konsumsi penduduk Indonesia sudah mencapai konsumsi ideal yaitu energi kkal dan protein gram. Secara kualitas konsumsi pangan penduduk sudah mendekati skor PPH ideal yaitu 79.1 sesuai dengan mutu konsumsi yang beragam, bergizi, dan berimbang (Atmanti 2010). Situasi produksi pangan Kabupaten Garut Kondisi wilayah Kabupaten Garut dengan iklim tropis, curah hujan yang cukup tinggi serta dialiri oleh sungai-sungai yang bermuara ke laut selatan maupun laut utara, sehingga Kabupaten Garut memiliki lahan yang cukup produktif untuk mendukung perkembangan sektor pertanian. Penduduk Kabupaten Garut sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani. Sektor pertanian menjadikan ladang perekonomian bagi penduduk Kabupaten Garut, sehingga sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) sebesar 36.5% pada tahun 2014 (BPS 2015). Tabel 9 Situasi produksi pangan unggulan Kabupaten Garut tahun Produksi (Ton/Tahun) Rata-rata No Nama Pangan laju 1 Padi Jagung Kedelai Kacang tanah Ubi kayu Ubi jalar Kentang Kubis Cabe besar

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder) 31 METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah restrospektif. Lokasi penelitian adalah Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan (Lampiran 1). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan dengan penentuan lokasi secara purposive. Penelitian ini berlansung selama 2 bulan, dimulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain prospective study berdasarkan data hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) Provinsi Riau tahun 2008-2010. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah retrospektif. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan yaitu (1) Kabupaten Lampung Barat akan melakukan

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN A. KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI YANG DIANJURKAN Tabel 1. Komposisi Konsumsi Pangan Berdasarkan Pola Pangan Harapan Pola Pangan Harapan Nasional % AKG

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional selama ini mempunyai tugas utama untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, menyediakan kesempatan kerja, serta

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Dr. Ir. Achmad Suryana, MS Kepala Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI RINGKASAN Berbagai

Lebih terperinci

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN Pengantar Survei Konsumsi Pangan Tujuan Survei Konsumsi Pangan Metode berdasarkan Jenis Data yang diperoleh Metode berdasarkan Sasaran Pengamatan Neraca Bahan Makanan Pola

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam pembangunan karena pangan merupakan kebutuhan yang paling hakiki dan mendasar bagi sumberdaya manusia suatu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN DI KABUPATEN MALANG (PROVISION OF FOOD ANALYSIS IN MALANG REGENCY)

ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN DI KABUPATEN MALANG (PROVISION OF FOOD ANALYSIS IN MALANG REGENCY) AGRISE Volume XIII No. 3 Bulan Agustus 2013 ISSN: 1412-1425 ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN DI KABUPATEN MALANG (PROVISION OF FOOD ANALYSIS IN MALANG REGENCY) Anfendita Azmi Rachmatika 1, Nuhfil Hanani 1, Abdul

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SIDOARJO

ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SIDOARJO AGRISE Volume XIV No. 3 Bulan Agustus 2014 ISSN: 1412-1425 ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SIDOARJO (FOOD PROVISION ANALYSIS IN THE EFFORT TO INCREASE FOOD SECURITY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Amang (1993), Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perolehan pangan yang cukup baik dalam jumlah maupun mutu merupakan sesuatu yang penting bagi setiap manusia agar dapat hidup secara berkualitas. Oleh karena itu hak atas kecukupan

Lebih terperinci

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI Pusat Penganekeragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN Penyelenggaraan Pangan dilakukan untuk

Lebih terperinci

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun DIVERSIFIKASI KONSUMSI MASYARAKAT BERDASARKAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN PADA LOKASI MKRPL DI KEC. KRAMATWATU KAB. SERANG Yati Astuti 1) dan Fitri Normasari 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten

Lebih terperinci

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO AGRISE Volume XV No. 1 Bulan Januari 2015 ISSN: 1412-1425 ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO (ANALYSIS OF FOOD BALANCE SHEET (FBS) AND DESIRABLE DIETARY

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas dan perikehidupan masyarakat Indonesia, yang dilakukan secara terus menerus, berlandaskan kemampuan wilayah dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu butir yang tercantum dalam pembangunan milenium (Millenium Development Goals) adalah menurunkan proporsi penduduk miskin dan kelaparan menjadi setengahnya antara tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan laut di Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sejumlah besar rakyat Indonesia

Lebih terperinci

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) P R O S I D I N G 58 Fahriyah 1*, Rosihan Asmara 1 1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya *E-mail ria_bgl@yahoo.com

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan esensial dan komoditas paling strategis dalam kehidupan manusia, pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hak azasi manusia. Ketahanan pangan berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas

Lebih terperinci

ANALISIS KEMANDIRIAN PANGAN ASAL TERNAK DALAM RANGKA MEMANTAPKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

ANALISIS KEMANDIRIAN PANGAN ASAL TERNAK DALAM RANGKA MEMANTAPKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT ANALISIS KEMANDIRIAN PANGAN ASAL TERNAK DALAM RANGKA MEMANTAPKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT (Self Sufficiency Analysis Animal Food of to Strengthen Food Security in West Lampung District)

Lebih terperinci

1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN

1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN BAHASAN 1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN NUHFIL HANANI AR UNIVERSITAS BAWIJAYA Disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun yang tidak

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI disampaikan pada : Temu Ilmiah Internasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian November 2014 OUTLINE 1. Pendahuluan 2. Permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang mendasar atau bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang penyelenggaraannya

I. PENDAHULUAN. yang mendasar atau bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang penyelenggaraannya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan hidup, sehingga usaha pemenuhan kebutuhan pangan merupakan suatu usaha kemanusiaan yang mendasar

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 POLA KONSUMSI PANGAN PADA RUMAH TANGGA PETANI DI DESA RUGUK KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Food Consumption Patterns of Farmers Household at Ruguk Village Ketapang Sub District South Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial budaya dipengaruhi banyak hal yang saling kait mengait, di samping untuk memenuhi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jumlah sampel dalam kecamatan (KK) Nama Desa. KK tidak

METODE PENELITIAN. Jumlah sampel dalam kecamatan (KK) Nama Desa. KK tidak 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Descriptive Study. Penelitian ini bersifat prospektif untuk memproyeksikan kondisi yang akan datang. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

KATEGORI POTENSI KECAMATAN BERDASARKAN SUBSISTEM KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN TRENGGALEK

KATEGORI POTENSI KECAMATAN BERDASARKAN SUBSISTEM KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN TRENGGALEK AGRISE Volume XIV No. 1 Bulan Januari 2014 ISSN: 1412-1425 KATEGORI POTENSI KECAMATAN BERDASARKAN SUBSISTEM KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN TRENGGALEK (CATEGORIES OF THE DISTRICT POTENTIAL BASED ON FOOD

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah Keadaan geografis Keadaan geografis Provinsi Papua terletak antara 2 0 25-9 0 Lintang Selatan dan 130 0-141 0 Bujur Timur. Di sebelah utara Provinsi Papua dibatasi

Lebih terperinci

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI A. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang Pangan Nomor: 18 Tahun 2012, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola Konsumsi adalah susunan tingkat kebutuhan seseorang atau rumahtangga untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam menyusun pola konsumsi

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN BASAH PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN BASAH PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN BASAH PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT (Food Agriculture Wet Land Size Requirement Analysis in Fulfilling Food Requirement

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DI PROVINSI JAWA BARAT RATNA CAHYANINGSIH

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DI PROVINSI JAWA BARAT RATNA CAHYANINGSIH ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DI PROVINSI JAWA BARAT RATNA CAHYANINGSIH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ANALISIS POLA KONSUMSI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1 Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki sebutan sebagai negara agraris. Indonesia sebagai negara agraris karena pada jaman dahulu hasil pertanian merupakan produk yang dapat diunggulkan.

Lebih terperinci

Faktor Pendukung Peningkatan Kualitas

Faktor Pendukung Peningkatan Kualitas TIKEL Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Gizi Faktor Pendukung Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Oleh: Achmad Suryana RINGKASAN Berbagai kajiandi bidang gizidan kesehatan menunjukkan bahwa untuk

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis.

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar, dianggap strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis. Terpenuhinya pangan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi manusia. Pangan yang bermutu, bergizi, dan berimbang merupakan suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan Pangan (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), pp

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan Pangan (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), pp I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah mengalami pemulihan yang cukup berarti sejak krisis ekonomi tahun 1998. Proses stabilisasi ekonomi Indonesia berjalan cukup baik setelah mengalami krisis

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur.

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur. 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Geogafis Nusa Tenggara Timur adalah salah provinsi yang terletak di sebelah timur Indonesia. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di selatan khatulistiwa

Lebih terperinci

ANALISIS FORECASTING KETERSEDIAAN PANGAN 2015 DALAM RANGKA PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS FORECASTING KETERSEDIAAN PANGAN 2015 DALAM RANGKA PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS FORECASTING KETERSEDIAAN PANGAN 2015 DALAM RANGKA PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA Selfia Reni Parange Sinaga 1, Satia Negara Lubis 2, Salmiah 3 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh manusia guna memenuhi asupan gizi dan sebagai faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Salah satu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU. Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1)

ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU. Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1) Analisis Kebutuhan Pangan Di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU 1) Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1) Saff Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN MASYARAKAT UNTUK MENJAGA KETAHANAN PANGAN NASIONAL

PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN MASYARAKAT UNTUK MENJAGA KETAHANAN PANGAN NASIONAL PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN MASYARAKAT UNTUK MENJAGA KETAHANAN PANGAN NASIONAL Undang-Undang Pangan Nomor 18 tahun 2012 Kedaulatan Pangan Kemandirian Pangan Ketahanan Pangan Masyarakat dan perseorangan

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara)

ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara) ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara) Tri Bastuti Purwantini, Handewi P.S. Rachman dan Yuni Marisa Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI MINA MENDONG PENDAHULUAN

ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI MINA MENDONG PENDAHULUAN P R O S I D I N G 125 ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI MINA MENDONG Farah Ainun Jamil 1, Pudji Purwanti 2, Riski Agung Lestariadi 2 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Komoditi TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Produksi Penyediaan Kebutuhan Konsumsi per kapita Faktor Konversi +/- (ton) (ton) (ton) (ton) (kg/kap/th) (100-angka susut)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng wiwifadly@gmail.com ABSTRAK Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah enganalisis dan

Lebih terperinci

Renstra Dispakan RENCANA STRATEGIS DINAS PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN

Renstra Dispakan RENCANA STRATEGIS DINAS PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN RENCANA STRATEGIS DINAS PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016-2021 Renstra Dispakan DINAS PANGAN DAN PERIKANAN Jl. Raya Soreang Km 17 Soreang 40911 (022) 5891695 dispakan@bandungkab.go.id KATA

Lebih terperinci

Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku

Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku Ismatul Hidayah dan Demas Wamaer Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Jl. Chr Splanit Rumah Tiga Ambon E-mail: ismatul_h@yahoo.co.id

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia sehingga ketersediaan pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha mencukupi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

Pangan Nasional Tahun

Pangan Nasional Tahun Ketahanan Pangan Nasional Tahun 23Pembangunan 2000-2004 Pendahuluan Ketahanan pangan merupakan salah satu isu paling strategis dalam pembangunan suatu negara, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Desain Penelitian 23 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Kotabaru Propinsi Kalimantan Selatan. Pemilihan lokasi penelitian secara purposive yang didasarkan atas pertimbangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data 20 METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data Penelitian ini menggunakan data Susenas Modul Konsumsi tahun 2005 yang dikumpulkan dengan desain cross sectional. Data Susenas Modul Konsumsi terdiri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 24 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study.penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan data sekunder yang bersumber dari data riset

Lebih terperinci

Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perkotaan Dalam Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung)

Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perkotaan Dalam Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung) Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perkotaan Dalam Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung) Nasriati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl. ZA. Pagar

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN INDIKATOR KINERJA (IKU) INSTANSI VISI MISI TUJUAN TUGAS : BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN :

Lebih terperinci

KAJIAN PROYEKSI KEBUTUHAN PANGAN DAN LAHAN PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN DAN KEDAULATAN PANGAN DAERAH DI KOTA TASIKMALAYA

KAJIAN PROYEKSI KEBUTUHAN PANGAN DAN LAHAN PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN DAN KEDAULATAN PANGAN DAERAH DI KOTA TASIKMALAYA 181 /Sosial Ekonomi Pertanian LAPORAN PENELITIAN DOSEN MADYA KAJIAN PROYEKSI KEBUTUHAN PANGAN DAN LAHAN PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN DAN KEDAULATAN PANGAN DAERAH DI KOTA TASIKMALAYA TIM PENELITI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Menurut Balitbang (2008), Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan atas pangan yang cukup, bergizi dan aman menjadi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Diploma III (Tiga)

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN KONSUMSI PANGAN PENDUDUK KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN DIAN KARTIKASARI

ANALISIS PERKEMBANGAN KONSUMSI PANGAN PENDUDUK KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN DIAN KARTIKASARI ANALISIS PERKEMBANGAN KONSUMSI PANGAN PENDUDUK KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2011-2015 DIAN KARTIKASARI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN

Lebih terperinci