Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku"

Transkripsi

1 Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku Ismatul Hidayah dan Demas Wamaer Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Jl. Chr Splanit Rumah Tiga Ambon Abstrak Analisis penghitungan kebutuhan pangan dan kemungkinan pencapaian swasembada pangan pokok di provinsi Maluku telah dilakukan. Tujuan penelitian adalah menghitung kebutuhan pangan dan kemungkinan pencapaian swasembada pangan di provinsi Maluku Berdasarkan hasil estimasi perhitungan ketersediaan kalori tahun , diketahui bahwa pada tahun 2018 Maluku sudah mampu memenuhi kebutuhan kalori dari produksi lokal yaitu dengan total kebutuhan ketersediaan kalori berdasarkan AKE 1600 kal/kpt/hr yaitu sebesar ,82 kalori, sedangkan ketersediaan kalori dengan skenario peningkatan produktivitas dan luas panen yaitu sebesar ,14 kalori, sehingga jika skenario tersebut dilaksanakan maka pada tahun 2018 Provinsi Maluku sudah surplus kalori sebesar ,32 Kalori, namun bila dilihat dari ketersediaan kalori berdasarkan jenis komoditas pangan, maka swasembada pangan pokok Maluku tercapai pada tahun 2020, karena pada tahun 2020 tingkat produksi dengan skenario untuk semua komoditas pangan sudah melebihi produksi yang dibutuhkan (sesuai AKE 1600 kal/kpt/hr). Berdasarkan hasil analisis maka pencapaian swasembada pangan pokok dapat dicapai pada tahun 2018 atau Pencapaian swasembada tahun 2018 dengan skenario 1) Peningkatan Produktivitas pangan pokok masing2 sebesar 5% pertahun, 2) Penambahan luas panen untuk masing2 komoditas yaitu padi sawah 6,1%, padi ladang 20%, jagung 1%, ubi kayu 2,1%, ubi jalar 5,1%, kacang tanah 5,1%, kacang hijau 5,1%, kedelai 5,1%, kacang2ngan lain 5,1% dan ubi ubian 5,1% (lahan fungsional = ,76 ha, Potensi lahan = ,70 ha), 3) Mengubah persentase komposisi pangan penduduk menjadi padi padian (58%), Umbi umbian (39%) dan kacang2ngan (3%), 4) Menurunkan Tingkat konsumsi beras menjadi 80kg/kpt/tahun. Pencapaian swasembada tahun 2020 dengan skenario 1) Peningkatan Produktivitas pangan pokok masing2 sebesar 5% pertahun, 2) Penambahan luas panen untuk masing2 komoditas yaitu padi sawah 6,1%, padi ladang 20%, jagung 1%, ubi kayu 2,1%, ubi jalar 5,1%, kcng tanah 5,1%, kcng hijau 5,1%, kedelai 5,1%, kacang2ngan lain 5,1% dan ubi ubian 5,1% (lahan fungsional = ,76 ha, Potensi lahan = ,70 ha). Kata kunci : ketersediaan energi, pangan pokok, provinsi Maluku, swasembada. Pendahuluan Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar yang pemenuhannya merupakan syarat pokok untuk pembangunan manusia seutuhnya. Komitmen Pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan ini dituangkan dalam bentuk Undang Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, yang mengamanatkan agar Pemerintah bersama masyarakat mewujudkan ketahanan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia. Ketahanan pangan yang dimaksud adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersediaanya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (Thahir, 2004). Dalam memenuhi penyediaan pangan nasional khususnya padi dengan sasaran produksi 74 juta GKG pada tahun 2012 dan surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014, maka salah satu sasaran utama pembangunan pertanian dari pencapaian empat sukses kementerian pertanian adalah peningkatan diversifikasi pangan (Badan Litbang Pertanian, 2011). Pemanfaatan sumber karbohidrat non beras seperti jagung dan pangan lokal lainnya dapat dioptimalkan penggunaannya untuk memenuhi sebagian kebutuhan beras (Sinta, 2011). Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 91

2 Konsep dan upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan ini menurut Nainggolan (2004), dalam perjalanannya masih banyak mendapatkan tantangan dan masalah yang sangat komplek. Salah satunya adalah ketergantungan kita terhadap salah satu komoditas pangan (beras), telah menimbulkan kurang berkembangnya usaha diverisifikasi pangan dan beban yang tinggi untuk impor beras karena produksi beras dalam negeri tidak mencukupi untuk keperluan konsumsi. Berbagai jenis tanaman pangan dapat digunakan sebagai bahan pangan potensial, khususnya dalam usaha penganekaragaman pangan. Sumber bahan pangan tersebut menjanjikan banyak harapan disamping sebagai bahan pangan dan sumber karbohidrat yang baik kedudukannya, juga dapat disejajarkan dengan tepung beras dan terigu, sehingga dapat digunakan dalam diversifikasi pangan sumber kalori, dan bahan baku berbagai macam industri (Simanjuntak, 2006), kimia dan farmasi (BPTP Jawa Tengah, 2006). Ketersediaan pangan lokal di Maluku cukup melimpah, namun belum termanfaatkan sebagai pangan pokok karena telah terjadi pergeseran pola pangan pokok yang cenderung beralih ke beras (Budi dalam Rauf dan Lestari, 2009). Produksi beras lokal tidak mampu memenuhi kebutuhan daerah sehingga kebutuhan beras masih didatangkan dari luar Maluku. Potensi lahan untuk pengembangan pangan masih cukup tersedia, namun infra-struktur penunjang masih belum memadai, oleh karena itu perlu dilakukan penghitungan kebutuhan pangan dan kemungkinan pencapaian swasembada pangan di provinsi Maluku yang merupakan tujuan dari penelitian ini. Metodologi Penelitian dilaksanakan pada tahun 2014, di Provinsi Maluku meliputi data 11 kabupaten/kota. Data yang digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder bersumber dari BPS ( Kabupaten dalam Angka) data dimaksud meliputi data jumlah penduduk ditiap kabupaten, luas panen, produksi dan produktitifitas tanaman pangan, Angka kecukupan konsumsi kalori dan protein berdasarkan hasil WKPG ke VI tahun 1998, Standar angka ketersediaan pangan secara nasional untuk energi yaitu kalori/kapita/hari (berdasarkan PPH menurut sistem Deptan tahun 2001). Analisis data sesuai data yang terkumpul meliputi: (1) data kecukupan pangan, (2) ketersediaan pangan, (3) neraca pangan dan (4) target swasembada pangan. Data dianalisis secara deskriptif. Metode Analisis Perhitungan Kecukupan Energi dari Pangan Lokal Berdasarkan hasil Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional ke VI tahun 1998 ditetapkan patokan kecukupan konsumsi kalori dan protein/kapita/hari adalah kalori dan 48 gr protein. Standar angka ketersediaan pangan secara nasional untuk energi yaitu kalori/kapita/hari (berdasarkan PPH menurut sistem Deptan tahun 2001). Pola pangan harapan (PPH) merupakan suatu gambaran tentang jenis dan jumlah kelompok pangan utama yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan gizi. Pada dasarnya pola pangan harapan merupakan suatu rasionalisasi pola konsumsi pangan yang dianjurkan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan pangan bagi penduduk/manusia. 92 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

3 Hasil dan Pembahasan Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Maluku Perkembangan jumlah penduduk provinsi Maluku berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000 yaitu Jiwa, tahun 2012 sebesar jiwa sedangkan tahun 2013 di proyeksikan meningkat menjadi jiwa. Jika dilihat dari laju pertumbuhan penduduk selama dua dekade telah terjadi peningkatan, pada kurun waktu laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,37 % pertahun, sedangkan pada kurun waktu sebesar 2,48 % pertahun dan pada tahun diproyeksikan sebesar 1,85% pertahun. Laju pertumbuhan penduduk Maluku meningkat pada periode dibanding periode Hal ini karena kondisi keamanan di daerah ini sudah mulai kondusif mengakibatkan arus masuk penduduk menjadi bertambah (BPS Maluku, 2012). Proyeksi jumlah penduduk berdasarkan laju pertumbuhan penduduk selama 25 tahun terakhir dari tahun 1990 sampai tahun 2015 yaitu sebesar 1,795 % pertahun dengan asumsi bahwa sejumlah perubahan perperiode waktunya dianggap konstan, maka pada tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk provinsi Maluku sebanyak jiwa dan tahun 2025 sebanyak jiwa Ketersediaan dan Produksi Pangan Lokal Provinsi Maluku Berdasarkan data BPS Maluku tahun 2013 total produksi pangan pokok Maluku sebesar ,12 ton yang terdiri dari padi gogo 7.213,50 ton, jagung ,64 ton (dengan asumsi 50 persen untuk pakan ternak), ubi kayu ,66 ton (dengan asumsi 50 persen sebagai bahan baku industri enbal untuk diperdagangkan), ubu jalar ,80, kacang hijau 987,42, kacang tanah 3.436,65, kedelai 236,21, kacang kacangan lain 912,70 dan ubi ubian lain 7.773,90 ton. Dari total produksi pangan pokok tersebut bila dikonversikan kepangan pokok beras yaitu sebesar ,18 ton, sedangkan kebutuhan pangan pokok penduduk Maluku tahun 2013 dengan jumlah penduduk jiwa yaitu sebesar ton (161 kg beras/kapita/tahun), dari data tersebut menunjukkan bahwa 73,84 persen kebutuhan pangan pokok penduduk Provinsi Maluku dipenuhi dari produksi lokal, sedangkan 26,16 persen di datangkan dari wilayah lain (berupa beras) hal ini disebabkan oleh adanya pergeseran pola pangan pokok yang cenderung beralih ke beras. Untuk mencukupi kebutuhan pangan pokoknya Provinsi Maluku harus menyediakan ,31 ton beras pada tahun Bila dilihat dari luas areal panen dan produksi yang tersedia untuk padi ladang dan komoditas pangan lainnya maka pencapaian swasembada pangan pokok penduduk provinsi Maluku (terutama beras) tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, oleh karena itu usaha pemenuhan pangan pokok harus dilakukan secara bertahap berdasarkan potensi lahan, sumberdaya manusia dan teknologi. Perkembangan produksi pangan pokok Provinsi Maluku dapat dilihat pada gambar 1. perkembangan produksi pangan Maluku dari tahun menunjukkan trend yang meningkat yaitu sebesar 0,91 persen pertahun, kondisi ini menggambarkan bahwa tingkat ketergantungan pangan Maluku terhadap komoditas pangan pokok dari luar semakin menurun, sehingga terdapat peluang cukup besar untuk berswasembada pangan pokok. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 93

4 Perkembangan Produksi Pangan Maluku Produksi (ton) Maluku Gambar 1. Perkembangan Produksi Pangan Maluku Tahun Perkembangan Luas Panen dan Produktivitas Pangan Lokal Provinsi Maluku Luas panen komoditas pangan Maluku tahun 2013 seluas ha yang terdiri dari komoditas padi sawah, padi ladang, Ubi kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, Jagung, Kedelai, Kacang hijau, Kacang kacangan lain dan umbi umbian. Perkembangan total luas areal panen untuk tanaman pangan dari tahun disajikan pada gambar 2 Perkembangan Luas Panen Tanaman Pangan Maluku Luas Panen (ha) Maluku Gambar 2. Perkembangan Luas Panen Tanaman Pangan Maluku Tahun Gambar 2 menunjukkan adanya peningkatan luas panen dari tahun yang ditunjukkan dengan nilai trend yang positif. Rata - rata areal panen tanaman pangan Maluku tahun seluas ha dengan laju pertumbuhan 0,51% pertahun. Tingkat produksi atau produktivitas komoditas pangan Maluku disajikan pada Tabel 1, menunjukkan bahwa produktivitas komoditas pangan Maluku masih rendah bila dibandingkan dengan produktivitas pangan secara nasional ataupun potensi hasil masing-masing komoditas pangan tersebut, sehingga masih terbuka peluang peningkatan produksi pangan melalui intensifikasi atau peningkatan produktivitas tanaman. 94 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

5 Tabel 1. Produktivitas Komoditas Pangan Maluku Tahun 2013 Produktivitas (t/ha) Kabupaten Padi Padi Sawah Ladang Jagung Ubi Ubi Kacang Kacang Kacang Ubi kedelai kayu jalar tanah hijau lain ubian MTB - 2,08 2,80 11,85 5,90 1,61 0,90-0,78 7,12 MBD - 0,80 1,46 8,40 5,00 1,20 1,10-1,02 6,94 Malra - 2,10 2,86 12,00 5,00 2,00 2,00-2,00 4,99 Malteng 4,70 2,40 3,20,31 7,16 1,39 1,20 1, B u r u 4,62 0,99 2,37 12,97 8,02 1,67 1,38 1, Bursel - 2,00 2,30 14,67 12,5 6 1,20 1, Kep Aru - 1,17 0,91 9,55 2,39 0,74 0, SBB 6,84 2,00 3,75 17,57 SBT 4,25 2,14 3,99 11,96 A m b o n - - 3,43 20,55 11,2 2 10,8 5 10,3 8 1,27 0,90 1, ,20 1,10 0, , T u a l - 1,50 2,53 9,10 3,82 1,65 1,69-1,24 8,51 Maluku 5,10 1,72 2,69 12,45 7,48 1,39 1,22 1,20 1,26 6,89 Sumber : BPS Maluku, 2014 Potensi Dan Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Pertanian Penentuan potensi lahan untuk pengembangan pertanian di Provinsi Maluku telah dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku. Penilaian kesesuaian lahan menggunakan beberapa karakteristik lahan seperti tanah, bahan induk, fisiografi, bentuk wilayah, iklim, dan ketinggian tempat. Berdasarkan pengelompokan tersebut, teridentifikasi bahwa dari total luas daratan provinsi Maluku seluas ,9 ha tersebut yang dibagi kedalam 8 (delapan) bagian penggunaan lahan yaitu kehutanan seluas ,8 ha, perkebunan ,4 ha, wanatani seluas ,8 ha, tanaman pangan lahan kering seluas ,6 ha, tanaman pangan lahan basah ,7 ha, padang penggembalaan 1.508,6 ha, perikanan tambak ,6 ha, dan hutan pantai ,4 ha. Sebaran dari masing-masing penggunaan lahan dan luasnya pada seluruh kabupaten/kota di Provinsi Maluku ditampilkan pada tabel 2. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 95

6 Tabel 2. Arahan penggunaan lahan berdasarkan zona agroekologi pada seluruh kabupaten kota beserta luasannya di Provinsi Maluku Sumber : Susanto A.N. dan Sahrul Bustaman Data Dan Informasi Sumberdaya Lahan Untuk Mendukung Pengembangan Agribisnis Di Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku Dengan membandingkan antara luas potensi lahan yang didasarkan pada peta ZAE dan luas aktual pemanfaatan lahan dari data BPS, maka dapat ditentukan bahwa di Provinsi Maluku masih tersedia areal yang cukup luas untuk ekstensifikasi areal pertanian. Lahan fungsional untuk usahatani tanaman pangan, sayuran dan buah-buahan berdasarkan data BPS tahun 2013 seluas ,04 ha, sementara potensinya seluas ,70 ha, jadi tersedia areal ekstensifikasi seluas ,66 ha. (Tabel 3). Tabel 3. Potensi Lahan dan Lahan Fungsional Provinsi Maluku Potensi dan lahan fungsional Luas (ha) Proporsi (%) Potensi Lahan Pangan, sayuran dan buah (lahan kering) ,00 100,00 Lahan Fungsional Pangan, sayuran dan buah Tahun ,04 9,24 Potensi pengembangan Pangan, sayuran dan buah ,96 90,76 Potensi lahan basah (padi sawah) ,70 100,00 Lahan fungsional padi sawah Tahun ,00 43,17 Potensi pengembangan sawah irigasi ,70 56,83 Sumber : Susanto A.N. dan Sahrul Bustaman Data Dan Informasi Sumberdaya Lahan Untuk Mendukung Pengembangan Agribisnis Di Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku Sebaran Kalori Bahan Pangan Lokal di Maluku Berdasarkan data produksi bahan pangan dari BPS Provinsi Maluku Tahun 2013, maka dapat dihitung total energi pangan lokal yang mampu dihasilkan dalam tahun yang sama. Data total energi tersedia tersebut, setelah dibandingkan dengan kebutuhan energi dari seluruh penduduk di Maluku yang bersumber dari karbohidrat (tanaman pangan) maka dapat diketahui apakah selama ini produksi tersebut telah mencukupi atau belum dalam mendukung kecukupan pangan lokal. Perhitungan lebih lanjut, yaitu dengan membandingkan antara total energi yang dihasilkan dengan jumlah penduduk tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah tersebut belum mencukupi ratarata kebutuhan energi per kapita per tahun seluruh penduduk Maluku. Total energi tersebut hanya mampu memasok ,7 kkal/kapita/tahun atau setara dengan 1.181,4 kkal/kapita/hari. 96 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

7 Kebutuhan ideal energi/kapita/tahun untuk saat ini yang bersumber dari karbohidrat adalah kkal, sedangkan untuk total energi yaitu kkal/kapita/hari. Jadi masih terdapat selisih energi/kapita/hari sebesar 419 kkal kapita/hari, yang selama ini diduga dipenuhi dari sumber lain yang didatangkan dari luar Maluku (berupa beras). Neraca Penyediaan Pangan Pokok Penduduk Propinsi Maluku Komposisi pangan pokok penduduk Maluku terdiri dari beras, jagung, ubi kayu dan ubi ubian lain. Berdasarkan persentase kontribusi kalori perjenis pangan menunjukkan beras penyumbang terbesar ketersediaan kalori selanjutnya ubi kayu, jagung dan komoditas lainnya. Tabel 4. Jumlah Kebutuhan Ketersediaan Kalori per Tahun, Ketersediaan Eksisting dan Kekurangan/Kelebihan Kabupaten Jumlah Penduduk Total Kebutuhan Ketersediaan Kalori/tahun (kal) (x1000) Ketersediaan Eksisting Kalori/tahun (kal) (x1000) Kekurangan Kalori/tahun (kal) (x1000) Selisih Setara Beras (Kg) (x1000) MTB ,3 Maluku Barat Daya ( ) (2.173,6) Maluku Tenggara ,8 Maluku Tengah ,5 B u r u ( ) (12.134,0) Buru Selatan ( ) (6.485,6) Kepulauan Aru ,8 SBB ( ) (40.370,3) SBT ,9 A m b o n ,7 T u a l ,8 Total ,3 Sumber: Data BPS diolah Perhitungan tingkat ketersediaan kalori Maluku Tahun 2013 (Tabel 4) berdasarkan komposisi pangan pokok menurut PPH (AKE = kkal/kpt/hari) ditambah 20% cadangan atau 1600 kkal/kpt/hari yaitu sebesar kalori/tahun dengan jumlah penduduk jiwa, sedangkan ketersediaan kalori riil dari produksi pangan lokal yaitu sebesar kalori/tahun sehingga terdapat selisih atau kekurangan sebesar kalori/tahun atau sebesar kalori setara dengan ,3 ton beras/tahun. Kekurangan tersebut selama ini dipenuhi dari beras yang didatangkan dari luar Maluku (impor). Bila dilihat dari tingkat ketersediaan kalori perkabupaten menunjukkan bahwa kabupaten Maluku Barat Daya, Buru, Buru Selatan dan SBB sudah surplus dalam penyediaan kalori. Estimasi kebutuhan ketersediaan pangan pokok diperlukan sebagai dasar penentuan skenario pencapaian swasembada pangan pokok atau kemandirian pangan pokok Maluku. Berdasarkan jumlah kebutuhan ketersediaan pangan pokok (produksi dalam ton) maka dapat dihitung atau diestimasi jumlah kebutuhan luas lahan perkomoditas pangan berdasarkan tingkat produktivitas eksisting. Kebutuhan luas lahan sampai tahun 2026 untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk Maluku secara mandiri diperlukan luas areal panen ha tahun 2013 sampai ha tahun 2026 dengan dasar tingkat produksi eksisting. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 97

8 Skenario pencapaian swasembada pangan pokok Beberapa asumsi dalam menyusun perencanaan pencapaian swasembada pangan pokok untuk mewujudkan ketahanan pangan lokal yang disampaikan dalam hasil akhir kegiatan ini didasarkan pada potensi jenis-jenis pangan lokal tersedia di Maluku, sumberdaya lahan pertanian lahan kering yang masih tersedia dalam luasan yang cukup besar, kemampuan sumberdaya manusia dalam mengolah lahan, pola konsumsi pangan masyarakat dan kebijakan Pemerintah Pusat meningkatkan areal panen padi sawah (ekstensifikasi) ke luar pulau Jawa. Skenario yang akan dibahas adalah (1) Peningkatan produktivitas dan luas tanam/panen masing-masing jenis tanaman pangan lokal secara bertahap. Penghitungan dilakukan mulai tahun 2013 sampai tahun 2026, (2 ) Mengubah komposisi pangan pokok atau menurunkan tingkat konsumsi beras menjadi 80kg/kpt/tahun. Dalam skenario ini, produktivitas tanaman ditingkatkan sebesar 5% pertahun dan luas panen sebesar 6% pertahun dimulai dari produktivitas dan luas panen eksisting tahun hasil Perhitungan peningkatan produktivitas dari tahun 2013 sampai 2026 disajikan pada tabel 10. Peningkatan produktivitas dilakukan melalui peningkatan Mutu Intensifikasi (introduksi benih/bibit unggul, pemupukan berimbang, pemberantasan hama dan penyakit secara terpadu, pengairan, dan perbaikan teknik budidaya). Dengan komitmen yang kuat dari pemerintah daerah skenario tersebut bisa dilaksanakan karena teknologi peningkatan produktivitas tanaman pangan sudah cukup tersedia. Perhitungan peningkatan luas panen dari tahun 2013 sampai 2026 yaitu padi sawah ha sampai ha, padi gogo ha sampai ha; jagung ha sampai ha; ubikayu ha sampai ha; ubi jalar ha sampai ha; umbiumbian lain ha sampai ha; kacang tanah ha sampai ha; kacang hijau 870 ha sampai ha, kacang-kacangan lainnya 929 ha sampai ha. Total luas panen yang dibutuhkan dengan skenario peningkatan 6% pertahun sampai tahun 2026 yaitu sebesar ,76 ha, skenario tersebut sangat rasional untuk dilakukan karena potensi lahan yang tersedia untuk komoditas pangan seluas ,70 ha Hasil produksi komoditas pangan dengan skenario peningkatan produktivitas 5% pertahun dan luas lahan 6% pertahun secara bertahap dari tahun 2013 sampai 2026 menunjukkan bahwa swasembada untuk komoditas padi sawah terpenuhi pada tahun 2020 yaitu produksi yang dibutuhkan untuk ketersediaan pangan sebesar ton sedangkan produksi dengan skenario sebesar ton, padi ladang swasembada tahun 2020 yaitu produksi yang dibutuhkan untuk ketersediaan pangan sebesar ton sedangkan produksi dengan skenario sebesar ton, ubi kayu tercapai swasembada tahun 2018 yaitu produksi yang dibutuhkan untuk ketersediaan pangan sebesar ton sedangkan produksi dengan skenario sebesar ton, ubi jalar tercapai swasembada tahun 2015 yaitu produksi yang dibutuhkan untuk ketersediaan pangan sebesar ton sedangkan produksi dengan skenario sebesar ton. Sedangkan untuk komoditas jagung, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang kacangan lain dan umbi umbian lain dengan skenario tersebut sudah mampu memenuhi ketersediaan bahan pangan tahun Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

9 Tabel 5. Ketersediaan Kalori dalam Pencapaian Swasembada Pangan Pokok Tahun Kebutuhan Ketersediaan Kalori Berdasarkan AKE 1600 kal/kpt/hr Ketersediaan Kalori dengan skenario peningkatan produktivitas dan luas panen , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,94 Sumber : Data BPS diolah Total ketersediaan kalori pertahun dengan skenario peningkatan produktivitas dan luas tanam/panen disajikan pada tabel 18. Berdasarkan hasil perhitungan ketersediaan kalori pada tahun 2018 Maluku sudah mampu memenuhi kebutuhan kalori dari produksi lokal yaitu dengan total kebutuhan ketersediaan Kalori Berdasarkan AKE 1600 kal/kpt/hr sebesar ,82 kalori sedangkan Ketersediaan Kalori dengan skenario peningkatan produktivitas dan luas panen yaitu sebesar ,14, sehingga jika skenario tersebut dilaksanakan maka pada tahun 2018 Maluku sudah surplus kalori sebesar ,32 Kalori, namun bila dilihat dari ketersediaan kalori berdasarkan jenis komoditas pangan maka swasembada pangan pokok Maluku tercapai pada tahun 2020, karena pada tahun 2020 tingkat produksi dengan skenario untuk semua komoditas pangan sudah melebihi produksi yang dibutuhkan (sesuai AKE 1600 kal/kpt/hr). Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 99

10 Kesimpulan Pencapaian swasembada pangan pokok dapat dicapai pada tahun 2018 atau 2020 dengan skenario sebagai berukut : Pencapaian swasembada tahun Peningkatan Produktivitas pangan pokok masing2 sebesar 5% pertahun 2. Penambahan luas panen untuk masing2 komoditas yaitu padi sawah 6,1%, padi ladang 20%, jagung 1%, ubi kayu 2,1%, ubi jalar 5,1%, kcng tanah 5,1%, kcng hijau 5,1%, kedelai 5,1%, kacang2ngan lain 5,1% dan ubi ubian 5,1% (lahan fungsional = ,76 ha, Potensi lahan = ,70 ha) 3. Mengubah persentase komposisi pangan penduduk menjadi padi padian (58%), Umbi umbian (39%) dan kacang2ngan (3%) 4. Menurunkan Tingkat konsumsi beras menjadi 80kg/kpt/tahun Pencapaian swasembada tahun Peningkatan Produktivitas pangan pokok masing2 sebesar 5% pertahun 2. Penambahan luas panen untuk masing2 komoditas yaitu padi sawah 6,1%, padi ladang 20%, jagung 1%, ubi kayu 2,1%, ubi jalar 5,1%, kcng tanah 5,1%, kcng hijau 5,1%, kedelai 5,1%, kacang2ngan lain 5,1% dan ubi ubian 5,1% (lahan fungsional = ,76 ha, Potensi lahan = ,70 ha) Daftar Pustaka Badan Litbang Pertanian Panduan Rapat Kerja Badan Litbang Pertanian. Bogor, April 2011 BPS Maluku., Maluku Dalam Angka. BPS Provinsi Maluku, Ambon BPS Maluku., Maluku Dalam Angka. BPS Provinsi Maluku, Ambon BPS Maluku., Maluku Dalam Angka. BPS Provinsi Maluku, Ambon BPTP Jawa Tengah Cara Pengolahan Kerupuk Jagung. Badan Litbang Pertanian. BPTP Jawa Tengah. Nainggolan, K Strategi dan Kebijakan Pangan Tradisional dalam Rangka Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Pangan Tradisional. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor. Simanjuntak, D Pemanfaatan Komoditas Non Beras Dalam Diversifikasi Pangan Sumber Kalori. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. Vol. 4 (1), April 2006 : Sinar Tani Open House Balitsereal: Mengangkat Martabat Jagung. Sinar Tani Edisi 5-11 Oktober 2011 No Tahun XLII. Susanto A.N. dan Sahrul Bustaman Data Dan Informasi Sumberdaya Lahan Untuk Mendukung Pengembangan Agribisnis Di Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku. Thahir, R Program Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan Tradisional Untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Dalam Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Pangan Tradisional; Penyunting : J. Munarso, Risfaheri, Abubakar, Setyadjit dan S. Prabawati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor. 100 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada 47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah retrospektif. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan yaitu (1) Kabupaten Lampung Barat akan melakukan

Lebih terperinci

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk, sementara lahan untuk budi daya tanaman biji-bijian seperti padi dan jagung luasannya

Lebih terperinci

1. Angka. 2. Angka Kering. beras atau. meningkat. meningkat dari 1,4. diperkirakan akan. Produksi ubi kayu 2010.

1. Angka. 2. Angka Kering. beras atau. meningkat. meningkat dari 1,4. diperkirakan akan. Produksi ubi kayu 2010. . BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR T No.8/11/53/Th. XV, 1 November PRODUKSI TANAMAN PADI DAN PALAWIJA NTT (ANGKA TETAP 211 & ANGKAA RAMALAN II ) 1. Angka Tetap (ATAP) produksi padi Provinsi NTT Tahun 211

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak meledaknya pertumbuhan penduduk dunia dan pengaruh perubahan iklim global yang makin sulit diprediksi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015)

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015) PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA ) No. 15 /03/94 /Th. VIII, 1 Maret 2016 A. PADI Produksi Padi Provinsi Papua tahun diperkirakan mencapai 181.682 ton gabah kering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian yang mempunyai peranan yang strategis dan penting adalah sektor tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penentuan jenis tanaman pangan yang sesuai ditanam pada lahan tertentu didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai pendukung pengambilan keputusan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi manusia. Pangan yang bermutu, bergizi, dan berimbang merupakan suatu

Lebih terperinci

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya.

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya. PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk sementara lahan untuk budidaya untuk tanaman bijibijian seperti padi dan jagung luasannya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah diubah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu butir yang tercantum dalam pembangunan milenium (Millenium Development Goals) adalah menurunkan proporsi penduduk miskin dan kelaparan menjadi setengahnya antara tahun

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder) 31 METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah restrospektif. Lokasi penelitian adalah Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan (Lampiran 1). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

POTENSI INDUSTRI TEPUNG LOKAL DI JAWA TIMUR BAGIAN SELATAN PENDAHULUAN

POTENSI INDUSTRI TEPUNG LOKAL DI JAWA TIMUR BAGIAN SELATAN PENDAHULUAN P R O S I D I N G 84 POTENSI INDUSTRI TEPUNG LOKAL DI JAWA TIMUR BAGIAN SELATAN Rini Dwiastuti 1* 1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya *E-mail rinidwi.fp@ub.ac.id

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perolehan pangan yang cukup baik dalam jumlah maupun mutu merupakan sesuatu yang penting bagi setiap manusia agar dapat hidup secara berkualitas. Oleh karena itu hak atas kecukupan

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL UU NO 7 TH 1996: Pangan = Makanan Dan Minuman Dari Hasil Pertanian, Ternak, Ikan, sbg produk primer atau olahan Ketersediaan Pangan Nasional (2003)=

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun yang tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak bagi sistem perekonomian nasional. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif dan memberikan kontribusi nyata terhadap

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015) No. 78/11/33, Th. IX, 2 NOVEMBER 2015 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015) Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II, produksi padi Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 diperkirakan sebesar

Lebih terperinci

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor)

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI : Identifikasi Dan Pengembangan Komoditi Pangan Unggulan di Humbang Hasundutan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan Berkelanjutan Hotden Leonardo Nainggolan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 20/03/52/Th.VIII, 3 Maret 2014 ANGKA SEMENTARA TAHUN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT A. PADI Angka tetap 2012 (ATAP 2012)

Lebih terperinci

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Zubachtirodin, M.S. Pabbage, dan Subandi Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Jagung mempunyai peran strategis perekonomian nasional, mengingat

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008) BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 40/11/34/Th. X, 03 November 2008 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008) Berdasarkan ATAP 2007 dan Angka Ramalan III (ARAM

Lebih terperinci

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG Oleh: Muchjidin Rachmat*) Abstrak Tulisan ini melihat potensi lahan, pengusahaan dan kendala pengembangan palawija di propinsi Lampung. Potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lokal karena memiliki kandungan karbohidrat yang relatif tinggi. Zuraida dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lokal karena memiliki kandungan karbohidrat yang relatif tinggi. Zuraida dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dapat dimanfaatkan bagian umbinya sebagai bahan pangan alternatif lokal karena memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Pertanian merupakan kegiatan yang penting dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sehingga perlu adanya keterampilan dalam mengelola usaha pertanian

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT Rachmat Hendayana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jl Tentara Pelajar, 10 Bogor ABSTRAK Makalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional selama ini mempunyai tugas utama untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, menyediakan kesempatan kerja, serta

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI LAHAN KERING DI WILAYAH KEPULAUAN

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI LAHAN KERING DI WILAYAH KEPULAUAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI LAHAN KERING DI WILAYAH KEPULAUAN Sjahrul Bustaman dan Yusuf Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar saat ini, akan melonjak menjadi sembilan miliar pada

Lebih terperinci

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015)

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015) No. 62 /11 /94 /Th. VII, 2 November Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun (Berdasarkan Angka Ramalan II ) A. PADI Produksi padi Provinsi Papua tahun diperkirakan mencapai 204.891 ton gabah kering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008. A. Latar Belakang dan Masalah I. PENDAHULUAN Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan strategis karena merupakan sebagai tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, dimana hampir setengah dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain prospective study berdasarkan data hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) Provinsi Riau tahun 2008-2010. Pemilihan

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM I)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM I) No. 40/07/13/Th.XVIII, 1 Juli 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM I) A. PADI Produksi padi tahun 2014 tercatat sebesar 2.519.020 ton GKG (ATAP

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN AKHMAD HAMDAN dan ENI SITI ROHAENI BPTP Kalimantan Selatan ABSTRAK Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia yang memiliki potensi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 19/3/52/Th.X, 1 Maret 216 ANGKA SEMENTARA TAHUN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT A. PADI Angka tetap 214 (ATAP 214) produksi

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013) NO. 66/11/33 TH. VII, 1 NOVEMBER 2013 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013) Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II, pada tahun 2013 produksi padi Provinsi Jawa Tengah diperkirakan sebesar

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 47/07/52/Th.IX, 1 Juli 2015 ANGKA TETAP TAHUN 2014 DAN ANGKA RAMALAN I TAHUN 2015 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT A.

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 75/11/52/Th.IX, 2 November 2015 ANGKA TETAP TAHUN 2014 DAN ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA TETAP TAHUN 2015) No. 47/07/33/Th.X, 1 Juli 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA TETAP TAHUN 2015) Angka Tetap (ATAP) produksi padi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 sebesar 11,30 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Angka

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan strategis karena merupakan sebagai tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, dimana hampir setengah dari

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA SUMATERA UTARA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA SUMATERA UTARA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 17/03/12/Thn. XIX, 01 Maret 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA SUMATERA UTARA (ANGKA SEMENTARA TAHUN ) ANGKA SEMENTARA PRODUKSI PADI TAHUN SEBESAR 4.044.829 TON GKG, NAIK SEBESAR

Lebih terperinci

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun DIVERSIFIKASI KONSUMSI MASYARAKAT BERDASARKAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN PADA LOKASI MKRPL DI KEC. KRAMATWATU KAB. SERANG Yati Astuti 1) dan Fitri Normasari 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi IDENTIFIKASI KOMODITI UNGGULAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KOMODITI TANAMAN PANGAN UNTUK MENCIPTAKAN KETAHANAN PANGAN WILAYAH (Studi Kasus Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir) Hotden Leonardo Nainggolan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan dengan penentuan lokasi secara purposive. Penelitian ini berlansung selama 2 bulan, dimulai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perekonomian nasional tidak terlepas dari berkembangnya sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) No.01 /03/3321/Th.I,2 Maret 2015 Angka Sementara (ASEM) produksi padi Kabupaten Demak Tahun 2014 diperkirakan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) No. 22/03/33 Th.IX, 2 Maret 2015 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) Angka Sementara (ASEM) produksi padi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 diperkirakan 9,65 juta ton Gabah Kering Giling

Lebih terperinci

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) P R O S I D I N G 58 Fahriyah 1*, Rosihan Asmara 1 1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya *E-mail ria_bgl@yahoo.com

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh manusia guna memenuhi asupan gizi dan sebagai faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Salah satu

Lebih terperinci

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis LAPORAN AKHIR TA. 2013 STUDI KEBIJA AKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAUU JAWAA (TAHUN KE-2) Oleh: Bambang Irawan Gatoet Sroe Hardono Adreng Purwoto Supadi Valeriana Darwis Nono Sutrisno

Lebih terperinci

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=74226&lokasi=lokal

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) No. 20/03/33 Th.X, 1 Maret 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) Angka Sementara (ASEM) produksi padi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 diperkirakan 11,30 juta ton Gabah Kering Giling

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketela pohon atau ubi kayu dengan nama latin Manihot utilissima merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, kacang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN POKOK DI BEBERAPA PROPINSI DI INDONESIA

POLA KONSUMSI PANGAN POKOK DI BEBERAPA PROPINSI DI INDONESIA POLA KONSUMSI PANGAN POKOK DI BEBERAPA PROPINSI DI INDONESIA Oleh: Mewa Arifin dan Handewi P. Saliemo ABSTRAK Dengan menggunakan data Susenas disertai beberapa penyesuaian untuk menghitung konsumsi energi

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III 2010)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III 2010) NO. 53/11/33/TH. IV, 1 NOVEMBER 2010 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III 2010) A. PADI ARAM III produksi padi Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 10,079 juta ton Gabah Kering Giling (GKG),

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2013)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2013) PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2013) No. 18/03/33 Th.VIII, 3 Maret 2014 Angka Sementara (ASEM) produksi padi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 diperkirakan 10,34 juta ton gabah kering

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

Pangan Nasional Tahun

Pangan Nasional Tahun Ketahanan Pangan Nasional Tahun 23Pembangunan 2000-2004 Pendahuluan Ketahanan pangan merupakan salah satu isu paling strategis dalam pembangunan suatu negara, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Amang (1993), Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penetapan Komoditas Unggulan 5.1.1 Penentuan Komoditas Basis Analisis Location Quotient (LQ) menggambarkan pangsa aktivitas produksi tanaman pangan suatu kecamatan terhadap pangsa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung dan kaya protein nabati yang diperlukan untuk meningkatkan gizi masyarakat, aman dikonsumsi, serta

Lebih terperinci

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Komoditi TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Produksi Penyediaan Kebutuhan Konsumsi per kapita Faktor Konversi +/- (ton) (ton) (ton) (ton) (kg/kap/th) (100-angka susut)

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 045/11/11/Th.V. 01 November 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2011,

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II 2015) No.03 /11/3321/Th.I,2 November 2015 Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II, produksi padi Kabupaten Demak pada

Lebih terperinci