KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK USIA SEKOLAH PADA KELUARGA PETANI KAYU MANIS DI TAMIAI, KERINCI, JAMBI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK USIA SEKOLAH PADA KELUARGA PETANI KAYU MANIS DI TAMIAI, KERINCI, JAMBI"

Transkripsi

1 KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK USIA SEKOLAH PADA KELUARGA PETANI KAYU MANIS DI TAMIAI, KERINCI, JAMBI ELMANORA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 ABSTRACT ELMANORA. Family welfare, parenting style, and school-aged children s social emotional development of cinnamon farmer at Tamiai, Kerinci, Jambi. Supervised by ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI and ALFIASARI. The aim of the research was to analyze the influence of family and child characteristics, family welfare, and parenting style toward school-aged children s social emotional development in cinnamon farmer families at Tamiai, Kerinci District, Jambi. This research involved 50 families that were selected randomly. The samples were chosen from families of cinnamon farmer in study site who had school-aged children (fourth, fifth, and sixth grade in elementary school). Data collected by interview and self report with questionnaire. Family welfare was indicated by using three indicators those were BPS, BKKBN, and a simple poverty scorecard for Indonesia. Parenting style were measured by emotional coaching instrument. Children s social emotional development were measured by Social Emotional Assets and Resiliency Scales A (SEARS A). Data was analyzed by descriptive and regression analysis. The results showed that the families had low welfare based on the third indicators. Mostly parent in this research applied disapproving parenting style (34%). Persentage of children s social emotional development scores were 71,30±10,35. Family welfare was influenced by family size, father s age, and family income. Parenting style was influenced by mother s education. Laissez faire style correlated negative significant with children s social emotional development. Children s social emotional development were influenced by their age. Keywords: family welfare, parenting style, social emotional development ABSTRAK ELMANORA. Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan sosial emosi anak usia sekolah pada keluarga petani kayu manis di Tamiai, Kerinci, Jambi. Dibimbing oleh ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI dan ALFIASARI. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesejahteraan keluarga, dan gaya pengasuhan terhadap perkembangan sosial emosi anak usia sekolah pada keluarga petani kayu manis di Tamiai, Kabupaten Kerinci, Jambi. Penelitian ini melibatkan 50 keluarga yang dipilih secara acak. Contoh adalah keluarga petani kayu manis yang memiliki anak usia sekolah (kelas IV, V, dan VI sekolah dasar). Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara dan laporan diri dengan menggunakan kuesioner. Kesejahteraan keluarga diukur dengan menggunakan tiga indikator yaitu BPS, BKKBN, dan a simple poverty scorecard for Indonesia. Gaya pengasuhan diukur dengan instrumen emotional coaching. Perkembangan sosial emosi anak diukur dengan Social Emotional Assets and Resiliency Scales A (SEARS A). Data dianalisis dengan analisis deskriptif dan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga contoh memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah berdasarkan tiga indikator yang digunakan. Sebagian besar orangtua dalam penelitian ini menerapkan gaya pengasuhan tidak menyetujui (34%). Persentase skor perkembangan sosial emosi anak adalah 71,30±10,35. Kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh besar keluarga, usia ayah, dan pendapatan keluarga. Gaya pengasuhan dipengaruhi oleh pendidikan ibu. Gaya pengasuhan laissez faire berhubungan signifikan negatif dengan perkembangan sosial emosi anak. Perkembangan sosial emosi anak dipengaruhi oleh usia. Kata kunci: kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, perkembangan sosial emosi

3 RINGKASAN ELMANORA. Kesejahteraan Keluarga, Gaya Pengasuhan, dan Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Sekolah pada Keluarga Petani Kayu Manis di Tamiai, Kerinci, Jambi. Dibimbing oleh ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI dan ALFIASARI. Pertanian merupakan sektor yang rentan dengan masalah kemiskinan. Salah satunya adalah petani kayu manis yang merupakan petani tanaman tahunan dengan penghasilan yang rendah. Pendapatan keluarga yang rendah dapat menyebabkan terjadinya masalah kemiskinan. Masalah kemiskinan berdampak pada gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua dan perkembangan sosial emosi anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) kesejahteraan keluarga contoh, 2) gaya pengasuhan pada keluarga contoh, 3) menganalisis perkembangan sosial emosi anak usia sekolah pada keluarga contoh, 4) pengaruh karakteristik keluarga terhadap kesejahteraan keluarga contoh, 5) pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan kesejahteraan keluarga terhadap gaya pengasuhan pada keluarga contoh, 6) menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesejahteraan keluarga, dan gaya pengasuhan terhadap perkembangan sosial emosi anak usia sekolah pada keluarga contoh. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan di Desa Tamiai, Kecamatan Batang Merangin, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Lokasi penelitian dipilih secara purposive berdasarkan jumlah keluarga petani kayu manis terbanyak. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai bulan April Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga petani kayu manis di Desa Tamiai yang memiliki anak usia sekolah. Desa Tamiai terdiri atas tujuh dusun yang kemudian dipilih dua dusun (secara purposive) untuk menjadi lokasi penelitian. Dusun yang terpilih adalah Dusun Lamo dan Kampung Dalam. Setiap dusun diambil contoh secara acak sebanyak 25 keluarga, sehingga jumlah seluruh contoh adalah 50 keluarga. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik keluarga (tipe keluarga, besar keluarga, usia ayah ibu, pendidikan ayah ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, pengeluaran keluarga, dan kepemilikan aset), karakteristik anak (usia anak, jenis kelamin, dan urutan kelahiran), kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan orang tua (pengabai emosi, tidak menyetujui, laissez faire, dan pelatih emosi), dan perkembangan sosial emosi anak pada keluarga petani kayu manis. Data sekunder yang digunakan adalah data keadaan umum daerah penelitian serta data luas areal dan produksi perkebunan kayu manis. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi (regresi linear berganda dan regresi logistik). Kesejahteraan keluarga diukur dengan menggunakan tiga indikator yaitu garis kemiskinan BPS, keluarga sejahtera BKKBN, dan a simple poverty scorecard for Indonesia. Gaya pengasuhan diukur dengan menggunakan instrumen emotional coaching yang terdiri atas gaya pengasuhan pengabai emosi, tidak menyetujui, laissez faire, dan pelatih emosi. Perkembangan sosial emosi anak diukur dengan menggunakan instrumen Social Emotional Assets and Resiliency Scales A (SEARS A). Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga petani kayu manis di Desa Tamiai, Kecamatan Batang Merangin, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Kayu manis merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Meskipun Kabupaten Kerinci merupakan pemasok kulit kayu manis terbesar di Indonesia, namun penelitian ini menunjukkan bahwa kayu manis hanya menyumbang sebesar 8,86 persen terhadap pendapatan keluarga. Kontribusi kayu manis yang rendah terhadap pendapatan keluarga disebabkan oleh waktu panen yang lama, luas ladang yang sempit, dan harga jual kulit kayu manis yang murah. Pendapatan keluarga yang rendah dapat menyebabkan rendahnya tingkat kesejahteraan keluarga.

4 Pada penelitian ini, kesejahteraan keluarga diukur dengan menggunakan indikator garis kemiskinan BPS, keluarga sejahtera BKKBN dan a simple poverty scorecard for Indonesia. Berdasarkan indikator BPS, lebih dari separuh keluarga contoh (56%) merupakan keluarga miskin yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan kurang dari atau sama dengan Rp ,00. Kesejahteraan keluarga contoh berdasarkan indikator BPS dipengaruhi oleh besar keluarga (β=-0,955, α=0,01). Berdasarkan indikator BKKBN, tiga per lima keluarga contoh (60%) tergolong keluarga miskin. Kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator BKKBN dipengaruhi oleh besar keluarga (β=-0,710, α=0,05), usia ayah (β=-0,128, α=0,05), dan pendapatan keluarga (β=0,000, α=0,05). Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga adalah a simple poverty scorecard for Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh keluarga contoh (94%) memperoleh skor kurang dari 50 dengan rata-rata sebesar 32,90 sehingga kemungkinan besar keluarga contoh mengalami masalah kemiskinan. Hasil uji korelasi menunjukkan ada hubungan yang signifikan positif antara kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator a simple poverty scorecard for Indonesia dengan kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator BPS (r=0,676, α=0,01) dan BKKBN (r=0,535, α=0,01). Penelitian ini menduga bahwa karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan kesejahteraan keluarga akan berpengaruh terhadap gaya pengasuhan. Namun, hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa gaya pengasuhan dipengaruhi oleh pendidikan ibu (β=1,228, α=0,01). Ibu yang berpendidikan tinggi berpeluang untuk menerapkan gaya pengasuhan yang lebih baik. Gaya pengasuhan yang diukur dalam penelitian ini terdiri atas pelatih emosi dan bukan pelatih emosi (pengabai emosi, tidak menyetujui, dan laissez faire). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari dua per tiga keluarga contoh (72%) menerapkan gaya pengasuhan bukan pelatih emosi. Temuan ini tentu saja mengindikasikan masih rendahnya pengetahuan orang tua dalam menerapkan gaya pengasuhan yang baik, khususnya yang terkait dengan pengelolaan emosi negatif anak. Perkembangan sosial emosi anak dinilai dari indeks perkembangan sosial emosi. Indeks perkembangan sosial emosi anak contoh berada pada selang dengan ratarata sebesar 71,30 dan standar deviasi 10,35. Rata-rata indeks mengindikasikan bahwa perkembangan sosial emosi anak contoh tidak optimal. Sementara itu, jika dilihat dari dimensinya, perkembangan sosial emosi yang dominan pada anak contoh adalah keterampilan interpersonal dan keterampilan dalam bergaul (34%). Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa perkembangan sosial emosi anak dipengaruhi oleh usia anak (β=6,409, α=0,01). Anak yang usianya semakin besar memiliki perkembangan sosial emosi yang lebih baik. Meskipun hasil uji regresi tidak menemukan adanya pengaruh gaya pengasuhan terhadap perkembangan sosial emosi anak, namun analisis korelasi menunjukkan bahwa gaya pengasuhan laissez faire berhubungan signifikan negatif dengan perkembangan sosial emosi anak (r=-0,914, α=0,05). Orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan laissez faire cenderung memiliki anak dengan perkembangan sosial emosi yang tidak optimal. Kemiskinan merupakan akar permasalahan utama dalam keluarga. Masalah kemiskinan berkaitan dengan gaya pengasuhan dan perkembangan sosial emosi anak. Keluarga yang miskin cenderung menerapkan gaya pengasuhan yang negatif (pengabai emosi, tidak menyetujui, dan laissez faire) dan memiliki anak dengan perkembangan sosial emosi yang tidak optimal. Perkembangan sosial emosi anak yang tidak optimal pada masa usia sekolah akan menghambat kesuksesan anak pada tahapan selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah: 1) meningkatkan pendapatan keluarga dengan cara meningkatkan keterampilan, 2) optimalisasi program keluarga berencana dengan cara meningkatkan pendidikan anak perempuan untuk meningkatkan usia menikah, dan 3) meningkatkan pendidikan ibu. Kata kunci: kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, perkembangan sosial emosi

5 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kesejahteraan Keluarga, Gaya Pengasuhan, dan Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Sekolah pada Keluarga Petani Kayu Manis di Tamiai, Kerinci, Jambi adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2011 Elmanora NIM I

6 Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7 KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK USIA SEKOLAH PADA KELUARGA PETANI KAYU MANIS DI TAMIAI, KERINCI, JAMBI ELMANORA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

8 Judul Skripsi Nama NIM : Kesejahteraan Keluarga, Gaya Pengasuhan, dan Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Sekolah pada Keluarga Petani Kayu Manis di Tamiai, Kerinci, Jambi : Elmanora : I Disetujui, Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si Pembimbing I Alfiasari, SP, M.Si Pembimbing II Diketahui, Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Tanggal Lulus:

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Kesejahteraan Keluarga, Gaya Pengasuhan, dan Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Sekolah pada Keluarga Petani Kayu Manis di Tamiai, Kerinci, Jambi. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si dan ibu Alfiasari, SP, M.Si selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sejak penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini. 2. Ibu Megawati Simanjuntak, SP, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan Ibu Neti Hernawati, SP, M.Si selaku dosen penguji atas saran dan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Ir. Diah Krisnatuti Pranadji, MS selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingannya selama penulis belajar di Ilmu Keluarga dan Konsumen. 4. Gubernur Provinsi Jambi, Pemerintah Daerah Provinsi Jambi, dan Dinas Pendidikan Provinsi Jambi atas kesempatan yang diberikan kepada penulis sebagai penerima Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Jambi di Institut Pertanian Bogor. 5. Bapak Sastri (Kepala Desa Tamiai) dan Bapak Haidir (Sekretaris Desa Tamiai) atas pemberian izin dan data. 6. Keluarga petani kayu manis di Desa Tamiai, Kecamatan Batang Merangin, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi atas waktu dan kesediaannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini. 7. Mama, Papa, dan Zawil Afkar, serta keluarga besar di Kerinci atas do a, dukungan, dan bantuannya dalam pengambilan data di Lapangan. 8. Nurry Wulan, Deny Juniwati, Rini Hastuti, Putri Dwi M, Agus Surachman, Latifatul H, Umu R, Gilar, Fitri Sari, Mustika Dewanggi, Astari S, Ceftilia, Anggy Nurmalasari, serta seluruh sahabat dan saudaraku di IMKB, IKK Angkatan 44, Kostan Maharlika Atas, dan Kementerian Kebijakan Daerah BEM KM IPB periode 2009/2010 atas motivasi, kebersamaan, dan pengalaman yang tidak terlupakan. 9. Segala pihak yang belum disebutkan namanya atas segala kontribusinya dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, walaupun demikian penulis tetap mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Bogor, Agustus 2011 Elmanora

10 DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... xx DAFTAR LAMPIRAN... xxi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 3 Tujuan Penelitian... 5 Kegunaan Penelitian... 6 TINJAUAN PUSTAKA... 7 Keluarga... 7 Kesejahteraan Keluarga... 8 Gaya Pengasuhan Perkembangan Sosial Emosi KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengukuran dan Penilaian Variabel Penelitian Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Contoh Kesejahteraan Keluarga Gaya Pengasuhan Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Sekolah Pembahasan Keterbatasan Penelitian SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 75

11 DAFTAR TABEL Halaman 1 Variabel, dimensi pengukuran, jenis, responden, dan cara pengumpulan data Sebaran keluarga contoh berdasarkan tipe keluarga Sebaran keluarga contoh berdasarkan besar keluarga Sebaran keluarga contoh berdasarkan usia ayah dan ibu Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendidikan ayah dan ibu Sebaran keluarga contoh berdasarkan pekerjaan utama ayah dan ibu Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan keluarga per bulan Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan keluarga per kapita per bulan Rataan pendapatan keluarga contoh per bulan berdasarkan sumber nafkah dan persentase kontribusi masing-masing sumber nafkah terhadap pendapatan total Sebaran keluarga contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan Sebaran keluarga contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per kapita per bulan Rataan alokasi pengeluaran pangan dan bukan pangan per kapita per bulan dan persentase setiap komponen terhadap total pengeluaran Sebaran keluarga contoh berdasarkan status kepemilikan rumah, tipe rumah, sumber penerangan, dan bahan bakar untuk memasak Sebaran keluarga contoh berdasarkan kepemilikan aset Sebaran keluarga contoh berdasarkan karakteristik anak Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori miskin menurut indikator garis kemiskinan BPS Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori keluarga sejahtera menurut indikator BKKBN Sebaran keluarga contoh berdasarkan pertanyaan dalam indikator a simple poverty scorecard for Indonesia Sebaran keluarga contoh berdasarkan indikator a simple poverty scorecard for Indonesia Sebaran keluarga contoh berdasarkan indikator BPS, BKKBN, dan a simple poverty scorecard for Indonesia... 49

12 21 Sebaran keluarga contoh berdasarkan status kemiskinan menurut indikator BKKBN dengan gold standard indikator BPS Koefisien regresi karakteristik keluarga terhadap kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator BPS dan BKKBN Sebaran keluarga contoh berdasarkan kecenderungan gaya pengasuhan Sebaran keluarga contoh berdasarkan gaya pengasuhan dan kesejahteraan keluarga (indikator BPS dan BKKBN) Koefisien regresi karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan kesejahteraan keluarga terhadap gaya pengasuhan Sebaran keluarga contoh berdasarkan dimensi perkembangan sosial emosi anak Sebaran keluarga contoh berdasarkan dimensi perkembangan sosial emosi dan kesejahteraan keluarga (indikator BPS dan BKKBN) Koefisien korelasi antara jenis gaya pengasuhan dengan perkembangan sosial anak Sebaran keluarga contoh berdasarkan dimensi perkembangan sosial emosi dan gaya pengasuhan Koefisien regresi linear berganda karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesejahteraan keluarga, dan gaya pengasuhan terhadap perkembangan sosial emosi anak DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Faktor penentu pengasuhan Kerangka pemikiran konseptual Alur penentuan lokasi dan contoh penelitian... 20

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta lokasi penelitian Kriteria keluarga sejahtera BKKBN Kesejahteraan keluarga indikator a simple poverty scorecard for Indonesia Teori ekologi keluarga Bronfenbrenner Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dengan kesejahteraan keluarga Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dengan gaya pengasuhan dan perkembangan sosial emosi anak Koefisien korelasi antara karakteristik anak dengan gaya pengasuhan dan perkembangan sosial emosi anak Koefisien korelasi antara kesejahteraan keluarga dengan gaya pengasuhan dan perkembangan sosial emosi anak... 82

14 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang telah menarik perhatian masyarakat internasional dan belum ada solusi yang tepat untuk mengatasinya. Pembangunan bangsa dikatakan berhasil jika dapat menurunkan jumlah penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Tahun 2010 adalah 31 juta jiwa atau sebesar 13 persen (BPS 2010a). Penduduk miskin ini tersebar di berbagai provinsi, salah satunya adalah Provinsi Jambi. Jumlah penduduk miskin yang berada di Provinsi Jambi adalah Jiwa atau 0,78 persen (BPS 2010a). Penduduk miskin ini lebih banyak hidup di perdesaan dibandingkan di perkotaan. Penduduk miskin di Provinsi Jambi yang tinggal di perdesaan berjumlah jiwa (11,80%), sedangkan di perkotaan berjumlah jiwa (6,67%) (BPS 2010a). Penduduk miskin yang hidup di perdesaan ini sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani. Salah satu contohnya adalah petani kayu manis yang berada di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Petani kayu manis merupakan petani tanaman tahunan dengan penghasilan yang rendah. Hasil dari tanaman kayu manis berupa kulit kayu (cassiavera) yang dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan, minuman, dan obat-obatan. Kulit kayu manis merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Ironisnya, harga jual kulit kayu manis saat ini masih tergolong murah. Harga jual kulit kayu manis yang murah berdampak pada rendahnya pendapatan keluarga petani kayu manis. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pendapatan yang rendah dapat menyebabkan tingkat kesejahteraan keluarga yang rendah (Iskandar 2007; Muflikhati 2010). Menurut Behnke dan Macdermid (2004), tidak ada indikator yang sempurna dalam mengukur kesejahteraan keluarga. Hingga saat ini telah banyak indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga, seperti indikator Bank Dunia, Sajogyo, BPS, BKKBN, dan indikator kesejahteraan lainnya. Bank Dunia menggunakan ukuran pendapatan. Keluarga dikatakan miskin jika memiliki pendapatan kurang dari 50 dolar per tahun (desa) atau 75 dolar per tahun (kota). Sajogyo menggunakan pendekatan pengeluaran per kapita

15 2 per tahun yang disetarakan dengan 240 Kg beras bagi penduduk perdesaan dan 300 Kg beras bagi penduduk perkotaan. Indikator lain yang dapat digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga adalah garis kemiskinan BPS dan keluarga sejahtera BKKBN. BPS mengukur kesejahteraan keluarga berdasarkan pengeluaran keluarga per kapita per bulan yang dibandingkan dengan garis kemiskinan. Keluarga miskin adalah keluarga yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan kurang dari atau sama dengan garis kemiskinan. BKKBN mengukur kesejahteraan pada dimensi yang lebih luas mencakup kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis, dan pengembangan dengan menggunakan 21 indikator keluarga sejahtera. Selanjutnya, Chen dan Schreiner (2009) mengemukakan cara lain yang dapat digunakan untuk memantau masalah kemiskinan yakni a simple poverty scorecard for Indonesia. Scorecard menggunakan sepuluh indikator yang dapat dikumpulkan dengan mudah dan cepat. Seperti halnya tanggung jawab yang dimiliki oleh sebuah keluarga, keluarga petani kayu manis juga mempunyai tanggung jawab yang sama untuk mendidik dan mengasuh anak menjadi individu yang berkualitas. Masalah kemiskinan akan mempengaruhi keluarga dalam menjalankan tanggung jawabnya. Kemiskinan menyebabkan keluarga kurang memperhatikan tumbuh kembang anak. Keluarga yang miskin akan cenderung menerapkan gaya pengasuhan yang negatif dan kurang efektif (Papalia et al. 2009). Apabila keluarga menerapkan gaya pengasuhan yang kurang efektif maka kemungkinan terjadinya ketidakoptimalan perkembangan anak tinggi. Kemiskinan juga berpengaruh pada perkembangan anak. Menurut Aber et al. (1997), kemiskinan berpengaruh pada perkembangan kognitif dan sosial emosi anak. Kemiskinan akan menghambat keluarga dalam menyediakan fasilitas untuk menstimulasi anak. Anak yang hidup dalam kemiskinan memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami masalah perkembangan sosial emosi (Eamon 2001). Berns (1997) juga mengemukakan bahwa orangtua pada keluarga miskin lebih fokus pada perilaku anak dibandingkan dengan motivasi, padahal motivasi merupakan salah satu bagian dalam perkembangan emosi anak.

16 3 Perkembangan sosial emosi merupakan salah satu aspek perkembangan yang penting bagi anak. Orangtua berperan penting dalam mengoptimalkan perkembangan sosial emosi anak melalui kegiatan pengasuhan. Menurut Bradley, diacu dalam Holden (2010), salah satu tugas dasar dalam pengasuhan adalah memberikan dukungan sosial emosional. Gaya pengasuhan yang berkaitan dengan perkembangan sosial emosi anak adalah gaya pengasuhan yang dikemukakan oleh Gottman dan DeClaire (1997). Gottman dan DeClaire (1997) mengklasifikasikan gaya pengasuhan menjadi gaya pengasuhan pengabai emosi, tidak menyetujui, laissez faire, dan pelatih emosi. Penelitian sebelumnya menunjukkan ada hubungan yang signifikan positif antara gaya pengasuhan orangtua dengan perkembangan emosi (Setiawati 2007; Arisandi et al. 2008; Nurrohmaningtyas 2008). Gaya pengasuhan yang dianggap baik untuk meningkatkan perkembangan sosial emosi anak adalah gaya pengasuhan pelatih emosi. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa gaya pengasuhan pelatih emosi berpengaruh signifikan positif terhadap perkembangan emosi (Priatini et al. 2008). Menurut Ibung (2008), perkembangan sosial emosi anak rentan pada usia sekolah. Kemampuan bergaul dan mengatur emosi yang baik akan menjadi bekal yang cukup bagi anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan sosial emosi pada usia sekolah akan berdampak pada perkembangan anak pada tahapan berikutnya. Setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang telah dilalui akan mempengaruhi tahapan berikutnya (Brisbane & Riker 1965). Perkembangan sosial emosi merupakan aspek penting dalam perkembangan anak. Pemaparan di atas menjelaskan perkembangan sosial emosi anak berkaitan dengan kesejahteraan keluarga dan gaya pengasuhan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan sosial emosi anak petani kayu manis. Perumusan Masalah Kayu manis merupakan tanaman tahunan yang dipanen pada umur enam tahun, sepuluh tahun, dan 15 tahun. Hasil dari tanaman kayu manis berupa kulit kayu (casiavera). Satu batang pohon kayu manis akan menghasilkan sekitar 20

17 4 Kg kulit kayu (Wangsa & Nuryati 2007). Harga jual kulit kayu masih tergolong murah. Sejak Tahun 1999 sampai dengan Tahun 2008, harga jual kulit kayu manis berkisar antara Rp2.500,00-Rp5.000,00/Kg. Saat ini harga kulit kayu manis berkisar antara Rp3.000,00 sampai dengan Rp6.500,00/Kg. Harga kulit kayu manis yang diterima oleh petani disesuaikan dengan jenis kulit yang dihasilkan. Sebagian besar petani kayu manis memiliki lahan yang sempit. Lahan yang sempit akan menurunkan jumlah hasil panen. Hasil panen yang sedikit dan waktu panen yang lama, serta harga jual kulit kayu manis yang murah akan menyebabkan keluarga petani kayu manis berpenghasilan rendah. Pendapatan yang rendah akan memicu terjadinya masalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah yang multidimensi. Menurut Bank Dunia (2000), diacu dalam Alfiasari (2007), kemiskinan mencakup empat dimensi yaitu kurangnya kesempatan (lack of opportunity), rendahnya kemampuan (low capabilities), rendahnya tingkat ketahanan (low level of security), dan pemberdayaan (empowerment). Kemiskinan menjadi akar permasalahan dalam keluarga. Masalah kemiskinan ini membentuk sebuah lingkaran setan yang sulit terputus. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia akan menyebabkan terbatasnya kemampuan dalam meningkatkan kesejahteraan yang pada akhirnya menyebabkan manusia tetap miskin (Alfiasari 2007). Upaya peningkatan kesejahteraan keluarga sangat diperlukan untuk mengurangi angka kemiskinan. Dengan demikian pemahaman mengenai penyebab kemiskinan penting untuk merumuskan strategi pengentasan kemiskinan. Pengukuran kesejahteraan keluarga pada penelitian ini menggunakan tiga indikator yaitu indikator garis kemiskinan BPS, keluarga sejahtera BKKBN, dan a simple poverty scorecard for Indonesia. Kemiskinan berdampak pada kehidupan keluarga, salah satunya pada pengasuhan. Orangtua yang hidup dalam kemiskinan akan menerapkan pengasuhan yang negatif, seperti mudah marah, kasar, sewenang-wenang, penerapan disiplin yang tidak konsisten, dan lainnya (Papalia et al. 2009). Sikap mudah marah yang diperlihatkan orangtua menunjukkan bahwa orangtua tidak

18 5 memiliki kemampuan mengatur emosi yang baik. Hal ini akan berpengaruh pada anak karena anak belajar berbagai hal dari ucapan dan tingkah laku orangtuanya. Selain berdampak pada gaya pengasuhan, kemiskinan juga akan berdampak pada perkembangan anak. Masalah kemiskinan akan menghambat keluarga dalam memberikan stimulus untuk mengoptimalkan perkembangan anak. Salah satu aspek penting dalam perkembangan anak adalah perkembangan sosial emosi anak. Perkembangan sosial emosi anak penting untuk menunjang kesuksesan anak. Anak yang memiliki perkembangan sosial emosi yang baik akan memiliki keterampilan bergaul, empati, keterampilan interpersonal, dukungan sosial, keterampilan dalam memecahkan masalah, kompetensi emosional, kematangan sosial, konsep diri secara umum, pengelolaan diri, kemerdekaan sosial, strategi kognitif, dan ketahanan sosial emosi (Cohn et al. 2009). Berdasarkan uraian tersebut, ada beberapa permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana kesejahteraan keluarga petani kayu manis? 2. Bagaimana gaya pengasuhan orangtua pada petani kayu manis? 3. Bagaimana perkembangan sosial emosi anak usia sekolah pada keluarga petani kayu manis? 4. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga terhadap kesejahteraan keluarga petani kayu manis? 5. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan kesejahteraan keluarga terhadap gaya pengasuhan orangtua pada keluarga petani kayu manis? 6. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesejahteraan keluarga, dan gaya pengasuhan terhadap perkembangan sosial emosi anak usia sekolah pada keluarga petani kayu manis? Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan sosial emosi anak usia sekolah pada keluarga petani kayu manis. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis kesejahteraan keluarga contoh.

19 6 2. Menganalisis gaya pengasuhan keluarga contoh. 3. Menganalisis perkembangan sosial emosi anak usia sekolah pada keluarga contoh. 4. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga terhadap kesejahteraan keluarga contoh. 5. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan kesejahteraan keluarga terhadap gaya pengasuhan pada keluarga contoh. 6. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesejahteraan keluarga, dan gaya pengasuhan terhadap perkembangan sosial emosi anak usia sekolah pada keluarga contoh. Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna bagi berbagai pihak seperti peneliti, institusi, dan pemerintah. Melalui penelitian ini, peneliti dapat mengasah kemampuan berfikir logis/sistematik dan mengembangkan wawasan mengenai permasalahan yang dihadapi oleh keluarga di masyarakat, khususnya keluarga petani kayu manis. Hasil penelitian ini dapat memperkaya literatur tentang kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan sosial emosi anak, serta dapat dijadikan referensi literatur untuk penelitian selanjutnya. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan oleh pemerintah sebagai acuan/masukan untuk mengambil kebijakan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga dan kualitas perkembangan sosial emosi anak.

20 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Konsep Keluarga Menurut Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami isteri; suami isteri dan anaknya; ayah dan anaknya; atau ibu dan anaknya. Menurut U. S. Bureau of the Census, keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup bersama dan dihubungkan oleh kelahiran, perkawinan, atau adopsi (Berns 1997; Friedman et al. 2003). Keluarga juga dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang dihubungkan oleh ikatan darah, adopsi, perkawinan, atau secara ekonomi bekerja sama (Zanden 1986). Burgess dan Locke (1960) mengemukakan empat karakteristik keluarga antara lain: 1) keluarga disatukan oleh ikatan perkawinan, darah, atau adopsi; 2) anggota keluarga hidup bersama di bawah satu atap; 3) saling berinteraksi dan berkomunikasi sehingga menghasilkan peran-peranan sosial; dan 4) keluarga sebagai pemelihara kebudayaan bersama yang diperoleh dari kebudayaan umum. Keluarga menjalankan berbagai fungsi untuk bertahan dalam masyarakat. Fungsi yang dijalankan keluarga sangat beragam. Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 menjelaskan bahwa ada delapan fungsi keluarga yaitu keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, sosialisasi dan pendidikan, reproduksi, ekonomi, dan pembinaan lingkungan. Menurut Berns (1997), keluarga memiliki fungsi ekonomi, sosialisasi/pendidikan, peran sosial, dan reproduksi. Mattessich dan Hill, diacu dalam Zeitlin et al. (1995) mengemukakan bahwa keluarga berfungsi dalam pemeliharaan fisik, sosialisasi dan pendidikan, mengontrol perilaku sosial dan seksual, memelihara moral keluarga dan memberi motivasi, mengakuisisi anggota keluarga baru melalui prokreasi atau adopsi, serta melepas anggota keluarga dewasa. Keluarga dalam Kerangka Teori Struktural Fungsional Pendekatan struktural fungsional adalah salah satu pendekatan teori sosiologi yang diterapkan dalam institusi keluarga. Selain pendekatan ini, ada

21 8 beberapa pendekatan lain seperti teori interaksi simbolik, teori pertukaran sosial, teori ekologi keluarga, teori sistem, teori konflik sosial, dan teori perkembangan keluarga (Klein & White 1996). Pendekatan struktural fungsional mengakui segala keragaman dalam kehidupan sosial yang menjadi sumber utama terbentuknya struktur masyarakat. Pendekatan struktural fungsional dapat dilihat dari dua aspek yakni aspek struktural dan aspek fungsional. Aspek fungsional tidak dapat dipisahkan dari aspek struktural karena keduanya saling berkaitan. Fungsi dalam kata fungsional dikaitkan dengan bagaimana sebuah sistem atau subsistem dalam masyarakat dapat saling berhubungan dan dapat menjadi sebuah kesatuan yang solid (Megawangi 1999). Ada tiga elemen utama dalam struktur internal keluarga yaitu status, peran, dan norma sosial. Berdasarkan status sosial, keluarga inti dibagi dalam tiga struktur yakni bapak/suami, ibu/isteri, dan anak-anak. Struktur ini dapat juga berupa figur-figur seperti pencari nafkah, ibu rumah tangga, anak balita, anak sekolah, anak remaja, dan lain-lain. Keberadaan status sosial penting untuk memberikan identitas kepada individu, memberi tempat dalam sebuah sistem sosial, serta memberikan rasa memiliki (Megawangi 1999). Setiap status sosial memiliki peran masing-masing. Peran sosial menggambarkan peran-peran masing-masing individu sesuai dengan status sosialnya. Peran sosial ini sangat dipengaruhi oleh norma-norma budaya dimana kelompok itu berada. Elemen utama struktur yang ketiga adalah norma sosial. Norma sosial adalah peraturan yang mengatur perilaku individu dalam kehidupan sosialnya. Norma sosial merupakan bagian dari kebudayaan setempat yakni berkaitan dengan pandangan hidup secara umum (Megawangi 1999). Kesejahteraan Keluarga Kesejahteraan didefinisikan sebagai kualitas hidup seseorang atau unit sosial lain. Kesejahteraan meliputi tiga konteks yaitu ekonomi, sosial, dan komunitas. Berbagai indikator atau cara pengukuran kesejahteraan keluarga telah digunakan, namun tidak ada indikator yang ideal untuk mengukur kesejahteraan keluarga (Behnke & MacDermid 2004). Penelitian ini menggunakan tiga indikator

22 9 kesejahteraan, yaitu indikator garis kemiskinan BPS, keluarga sejahtera BKKBN, dan a simple poverty scorecard for Indonesia. Indikator Garis Kemiskinan BPS. BPS mengukur tingkat kemiskinan dengan menggunakan garis kemiskinan. Menurut BPS (2010b), penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Penghitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Setiap daerah memiliki garis kemiskinan yang berbeda satu sama lain. Garis kemiskinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah garis kemiskinan Provinsi Jambi Tahun 2010 yaitu Rp ,00 per kapita per bulan. Indikator Keluarga Sejahtera BKKBN. BKKBN mengukur kesejahteraan keluarga berdasarkan kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan pengembangan. BKKBN membagi keluarga sejahtera menjadi lima kelompok yakni keluarga prasejahtera (PraKS), keluarga sejahtera I (KS I), keluarga sejahtera II (KS II), keluarga sejahtera III (KS III), dan keluarga sejahtera III Plus (KS III Plus) (BKKBN 2009). Keluarga dikatakan prasejahtera jika belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, pangan, papan, dan kesehatan. Indikator a Simple Poverty Scorecard for Indonesia. Indikator a simple poverty scorecard for Indonesia digunakan untuk memperkirakan tingkat kemiskinan berdasarkan skor yang diperoleh keluarga (Chen & Schreiner 2009). Chen dan Schreiner (2009) menyusun sepuluh pertanyaan yang dirumuskan berdasarkan hasil Susenas Pertanyaan tersebut berkaitan dengan jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang masih sekolah, jumlah anggota keluarga yang bekerja, sumber air minum keluarga, tipe toilet, lantai rumah, langit-langit rumah, kepemilikan kulkas, kepemilikan kendaraan bermotor, dan kepemilikan televisi. Kelebihan instrumen ini adalah data dapat dikumpulkan dengan cepat dan mudah. Menurut Chen dan Schreiner (2009), a simple poverty scorecard for Indonesia merupakan cara praktis yang dapat digunakan untuk mengukur kemiskinan di Indonesia.

23 10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga Penelitian tentang kesejahteraan keluarga umumnya dilakukan secara parsial dengan menggunakan berbagai indikator. Berdasarkan indikator BPS, kesejahteraan keluarga di Kota dan Kabupaten Bogor dipengaruhi oleh pendidikan isteri, kepemilikan aset, pendapatan, pekerjaan kepala keluarga, dan perencanaan keluarga (Iskandar 2007). Pendidikan isteri, kepemilikan aset, dan pendapatan berpengaruh signifikan positif terhadap kesejahteraan keluarga, sedangkan pekerjaan kepala keluarga dan perencanaan keuangan berpengaruh signifikan negatif terhadap kesejahteraan keluarga. Rambe et al. (2008) juga menemukan pengaruh yang signifikan positif pendidikan kepala keluarga terhadap kesejahteraan keluarga di Kecamatan Medan Utara, Sumatera Utara. Aniri (2008) juga menemukan adanya pengaruh besar keluarga dan pendapatan keluarga terhadap kesejahteraan keluarga pembudidaya dan nonpembudidaya ikan di Kabupaten Bogor. Besar keluarga berpengaruh signifikan negatif terhadap kesejahteraan keluarga, sedangkan pendapatan keluarga berpengaruh signifikan positif. Selain menggunakan indikator BPS, penelitian sebelumnya juga menggunakan indikator BKKBN. Berdasarkan indikator BKKBN, kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh variabel demografi (jumlah anggota keluarga dan usia), sosial (pendidikan kepala keluarga), ekonomi (pendapatan, pekerjaan, kepemilikan aset, dan tabungan), manajemen sumberdaya keluarga, dan lokasi tempat tinggal (Iskandar 2007). Usia isteri, pendidikan kepala keluarga, pendidikan isteri, pekerjaan isteri, kepemilikan aset, dan kepemilikan tabungan berpengaruh signifikan positif terhadap kesejahteraan keluarga, sedangkan besar keluarga, umur kepala keluarga, perencanaan keuangan, dan keadaan tempat tinggal berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan keluarga juga dipengaruhi oleh pendidikan ibu (Aniri 2008). Pendidikan ibu berpengaruh signifikan positif terhadap kesejahteraan keluarga. Keluarga dengan ibu yang berpendidikan tinggi memiliki peluang sejahtera dibandingkan keluarga dengan ibu yang berpendidikan rendah. Penelitian sebelumnya juga menggunakan indikator lain untuk mengukur kesejahteraan keluarga, seperti indikator BPS, BKKBN, World Bank, dan sosial

24 11 metrik (Muflikhati 2010). Hasil penelitian Muflikhati (2010) juga menemukan adanya pengaruh pendapatan keluarga, aset, besar keluarga terhadap kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator dan tingkat pendidikan kepala keluarga terhadap kesejahteraan keluarga di wilayah pesisir Provinsi Jawa Barat. Gaya Pengasuhan Menurut Hoghughi (2004), pengasuhan (parenting) berasal dari bahasa latin yaitu parere yang artinya membangun/mendidik. Pengasuhan (child rearing) adalah pengalaman, keterampilan, kualitas, dan tanggung jawab sebagai orangtua dalam mendidik, merawat, dan mengasuh anak. Jerome Kagan, seorang psikolog perkembangan mengartikan pengasuhan sebagai penerapan serangkaian keputusan tentang sosialisasi: mengenai apa yang seharusnya dilakukan orangtua untuk menghasilkan anak yang bertanggung jawab, anak yang dapat berkontribusi dalam masyarakat, serta bagaimana orangtua memberi respon ketika anak menangis, berbohong, marah, dan tidak berprestasi di sekolah (Berns 1997). Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis gaya pengasuhan telah dikemukakan oleh beberapa tokoh seperti Baumrind (2008), Rohner (1986), serta Gottman dan DeClaire (1997). Menurut Baumrind (2008), gaya pengasuhan dikategorikan menjadi gaya pengasuhan tak terikat (unengaged), serba membolehkan (permissive), otoriter (authoritarian), dan demokratis (authoritative). Berbeda dengan Baumrind, Rohner (1986) mengkategorikan gaya pengasuhan menjadi gaya pengasuhan menerima dan gaya pengasuhan menolak berdasarkan Teori Penolakan dan Penerimaan Orangtua (Parental Acceptance- Rejection Theory). Gaya pengasuhan lainnya dikemukakan oleh Gottman dan Declaire (1997). Gottman dan DeClaire (1997) mengkategorikan gaya pengasuhan ke dalam empat kategori yaitu gaya pengasuhan pengabai emosi (dismissing), gaya pengasuhan tidak menyetujui (disapproving), gaya pengasuhan laissez faire, dan pelatih emosi (emotional coaching). Gaya pengasuhan pengabai emosi (dismissing) adalah gaya pengasuhan pada orangtua yang tidak mengindahkan, tidak mau mengenal, atau mengabaikan emosi negatif anak (Gottman & DeClaire 1997). Emosi negatif yang dimaksud

25 12 adalah marah dan sedih. Dampak dari penggunaan gaya pengasuhan pengabai emosi pada anak adalah anak belajar bahwa perasaannya salah/tidak pantas dan anak akan mengalami kesulitan dalam mengatur emosi sendiri. Gaya pengasuhan tidak menyetujui (disapproving) adalah gaya pengasuhan pada orangtua yang memberikan sedikit empati ketika anak menunjukkan emosi negatifnya, namun mereka mengabaikan, menolak, tidak menyetujui, dan menegur/menghukum anak atas ekspresi emosinya (Gottman & DeClaire 1997). Dampak dari penerapan gaya pengasuhan ini pada anak adalah sama dengan anak yang dihasilkan dari orangtua yang menerapkan gaya pengasuhan pengabai emosi. Gaya pengasuhan laissez faire adalah gaya pengasuhan pada orangtua yang menerima emosi anak dan berempati pada anak, tetapi tidak memberikan bimbingan atau menentukan batas pada tingkah laku anak (Gottman & DeClaire 1997). Dampak penerapan gaya pengasuhan ini adalah anak tidak belajar mengatur emosi mereka, bermasalah dalam hal konsentrasi, membentuk persahabatan, dan bergaul dengan anak-anak lain. Gaya pengasuhan pelatih emosi (emotional coaching) adalah gaya pengasuhan pada orangtua yang memperhatikan emosi anak. Dampak penggunaan gaya pengasuhan pelatih emosi pada anak adalah anak belajar untuk mempercayai perasaan mereka, belajar mengatur emosi mereka sendiri, dan belajar menyelesaikan masalah. Anak yang dihasilkan dari gaya pengasuhan pelatih emosi ini adalah anak yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi, belajar dengan baik, dan bergaul dengan baik dengan orang lain. Gaya pengasuhan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satunya adalah pengalaman masa lalu yang menjadi bagian dari sejarah kehidupan manusia. Belksy, diacu dalam Holden (2010) telah membangun sebuah model yang berisi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap gaya pengasuhan (Gambar 1). Gaya pengasuhan dipengaruhi oleh sejarah perkembangan, kepribadian, kualitas perkawinan, pekerjaan, jaringan sosial, dan karakteristik anak. Gaya pengasuhan akan berpengaruh pada perkembangan anak.

26 13 Kualitas Perkawinan Jaringan Sosial Sejarah Perkembangan Kepribadian Pengasuhan Karakteristik Anak Pekerjaan Perkembangan anak Gambar 1 Faktor penentu pengasuhan (Belsky, diacu dalam Holden (2010)) Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah adalah anak yang berada pada usia kelompok (gang age) dan merupakan periode aktif dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan sosial (Turner & Helms 1991). Anak usia sekolah dalam teori kognitif Piaget termasuk pada tahapan operasional konkret (Santrock 2007). Periode ini merupakan awal dari anak berpikir rasional, artinya anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret. Teori perkembangan psikososial Erik Erikson menempatkan anak usia sekolah pada tahap kerajinan (industry versus inferiority). Pada tahapan ini, imajinasi dan antusias anak meningkat. Anak mengarahkan energinya untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan intelektual. Hal yang membahayakan dalam tahapan ini adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif pada anak (Santrock 2007). Setiap tahap perkembangan memiliki tugas yang harus dilakukan. Menurut Havighurst (1976), diacu dalam Hurlock (1980), tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan individu pada masa kanak-kanak (6-12 tahun), yaitu (1) mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum, (2) membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh, (3) belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya, (4) mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat, (5) mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung, (6) mengembangkan pengertian-pengertian yang yang diperlukan untuk

27 14 kehidupan sehari-hari, (7) mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata nilai, (8) mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga, dan (9) mencapai kebebasan pribadi. Perkembangan Sosial Emosi Manusia adalah makhluk yang memiliki rasa dan emosi. Menurut Daniel Goleman (2007), emosi berasal dari kata movere (bahasa latin) yang berarti menggerakkan/bergerak. Kata ini ditambah dengan awalan e yang berarti bergerak menjauh. Menurut Safaria dan Saputra (2009), emosi setiap orang akan mencerminkan keadaan jiwanya dan terlihat pada perubahan jasmaninya, seperti emosi marah. Ketika seseorang marah, maka mukanya akan memerah, napasnya menjadi sesak, otot-otot tangannya akan menegang, dan energi tubuhnya memuncak. Emosi merupakan suatu keadaan atau suatu interaksi yang dianggap penting olehnya terutama well-being dirinya yang menyebabkan munculnya suatu perasaan atau afeksi (Saarni et al. 1998). Emosi ini diperlihatkan melalui ekspresi yang menunjukkan rasa senang, takut, marah, sedih, dan lain-lain bergantung pada keadaan yang dialaminya. Saarni et al. (1998) menyatakan bahwa untuk bisa dikatakan kompeten secara emosional, seseorang harus mengembangkan beberapa keterampilan yang berhubungan dengan konteks sosial, yaitu (1) pemahaman tentang keadaan emosi yang dialami, (2) mendeteksi emosi orang lain, (3) menggunakan kosakata yang berhubungan dengan emosi secara tepat sesuai dengan konteks dan budaya tertentu, (4) sensitivitas empatik dan simpatik terhadap pengalaman emosional orang lain, (5) memahami bahwa keadaan emosional di dalam tidak harus selalu berhubungan dengan ekspresi yang tampak di luar, (6) menyesuaikan diri terhadap emosi negatif dengan menggunakan metode pengaturan diri untuk mengurangi durasi dan intensitas dari emosi tersebut, (7) menyadari bahwa ekspresi emosi memiliki peranan yang penting dalam hubungan interpersonal, dan (8) memandang bahwa keadaan emosi diri adalah cara seseorang mengatur emosinya.

28 15 Emosi berperan penting dalam kehidupan anak karena melalui emosi seseorang mengetahui apa yang dirasakan oleh orang lain. Selain itu, emosi juga akan menunjang kesuksesan individu. Menurut Parke dan Gauvain (2009), perkembangan emosi anak dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah genetik, lingkungan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan teman sebaya, dan faktor lainnya. Penelitian ini menganalisis perkembangan sosial emosi pada anak usia sekolah. Anak usia sekolah berada pada periode aktif dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan sosial (Turner & Helms 1991). Pada usia ini, interaksi antara anak dengan lingkungan semakin kompleks, seperti aktivitas dalam keluarga, aktivitas dengan teman sebaya (peer group), aktivitas di sekolah, dan lain-lain. Anak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan lingkungannya. Hal ini dilakukan untuk membangun hubungan sosial dengan lingkungannya. Perkembangan sosial erat hubungannya dengan perkembangan emosi. Emosi berperan penting dalam kesuksesan hubungan anak dengan teman sebaya. Anak yang memiliki emosi negatif (marah, sedih, takut, malu, dan lain-lain) akan mengalami penolakan yang lebih besar dari teman sebaya mereka (Stocker & Dunn 1990, diacu dalam Santrock 2007). Social Emotional Assets and Resiliency Scales (SEARS) Perkembangan sosial emosi memiliki peranan yang penting dalam interaksi antara anak dan lingkungannya. Anak diharapkan memiliki kemampuan dalam mengatur emosi dan dapat bergaul dengan orang lain. Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur perkembangan sosial emosi anak adalah Social Emotional Assets and Resiliency Scales (SEARS) (Cohn et al. 2009). SEARS menggunakan teori berbasis kekuatan individu (strength based theory). Pendekatan ini mengukur ketrampilan, kemampuan, dan karakteristik positif individu yang akan membimbing individu dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya (Epstein & Sharma 1998, diacu dalam Cohn et al. 2009). Menurut Epstein et al. (2001), diacu dalam Cohn et al. (2009), ada empat komponen utama dalam pendekatan berbasis kekuatan individu (strength based theory), yaitu (1) semua anak dan keluarga memiliki kekuatan, (2) fokus pada sesuatu yang positif

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Konsep Keluarga Keluarga dalam Kerangka Teori Struktural Fungsional

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Konsep Keluarga Keluarga dalam Kerangka Teori Struktural Fungsional 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Konsep Keluarga Menurut Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang telah menarik perhatian masyarakat internasional dan belum ada solusi yang tepat untuk mengatasinya. Pembangunan bangsa dikatakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu tertentu. Lokasi penelitian adalah Desa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA Lia Nurjanah DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian. Keterangan: 1. Kecamatan Batang Merangin

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian. Keterangan: 1. Kecamatan Batang Merangin LAMPIRAN 75 76 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian 1 Keterangan: 1. Kecamatan Batang Merangin 77 Lampiran 2 Kriteria keluarga sejahtera BKKBN A. Keluarga Prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT

PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT ULFAH MUSHLIHA ADHANI PUARADA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR i ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN, TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN DI DESA CIKAHURIPAN, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI HIDAYAT SYARIFUDDIN DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI ANAK, KUALITAS PENGASUHAN, DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH PADA KELUARGA PETANI KARET DAN PETANI SAWIT DI KABUPATEN BUNGO

ANALISIS NILAI ANAK, KUALITAS PENGASUHAN, DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH PADA KELUARGA PETANI KARET DAN PETANI SAWIT DI KABUPATEN BUNGO ANALISIS NILAI ANAK, KUALITAS PENGASUHAN, DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH PADA KELUARGA PETANI KARET DAN PETANI SAWIT DI KABUPATEN BUNGO RINI HASTUTI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I24051735 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

GAYA PENGASUHAN, INTERAKSI AYAH-REMAJA, KELEKATAN, DAN KEPUASAN AYAH

GAYA PENGASUHAN, INTERAKSI AYAH-REMAJA, KELEKATAN, DAN KEPUASAN AYAH GAYA PENGASUHAN, INTERAKSI AYAH-REMAJA, KELEKATAN, DAN KEPUASAN AYAH HUSFANI ADHARIANI PUTRI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 ABSTRACT Husfani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk memasuki era globalisasi yaitu, era dimana pertukaran budaya, seni, dan kemajuan ilmu pengetahuan terjadi sangat pesat dan bebas. Salah

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS

PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS 1 PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG RANI MAULANASARI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Istilah pubertas juga istilah dari adolescent yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia masih merupakan masalah yang belum teratasi. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Tahun 2010 adalah 31 juta jiwa atau sebesar 13 persen (BPS 2010).

Lebih terperinci

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. Karakteristik anak 1. jenis kelamin 2. usia. Status Gizi

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. Karakteristik anak 1. jenis kelamin 2. usia. Status Gizi KERANGKA PEMIKIRAN Perkembangan kognitif merupakan suatu proses psikologis yang terjadi dalam bentuk pengenalan, pengertian, dan pemahaman dengan menggunakan pengamatan, pendengaran, dan pemikiran (Baraja

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak 25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGASUHAN PENERIMAAN-PENOLAKAN DAN LINGKUNGAN PENGASUHAN PADA KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA DI AREA SUBURBAN FITRIANI VOLUNTIR

PENGASUHAN PENERIMAAN-PENOLAKAN DAN LINGKUNGAN PENGASUHAN PADA KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA DI AREA SUBURBAN FITRIANI VOLUNTIR PENGASUHAN PENERIMAAN-PENOLAKAN DAN LINGKUNGAN PENGASUHAN PADA KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA DI AREA SUBURBAN FITRIANI VOLUNTIR DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik dan Cara Pemilihan Sampel

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik dan Cara Pemilihan Sampel 15 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional study yaitu suatu teknik pengambilan data yang dilakukan melalui survey lapang

Lebih terperinci

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia 57 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan menikah dan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah. Penelitian ini dilakukan pada keluarga yang memiliki anak

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah (www.google.com). Menurut UU No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah (www.google.com). Menurut UU No. 23 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep anak didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Menurut UU No. 4 Tahun 1979

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

GAYA PELATIH EMOSI AYAH IBU HUBUNGANNYA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

GAYA PELATIH EMOSI AYAH IBU HUBUNGANNYA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR GAYA PELATIH EMOSI AYAH IBU HUBUNGANNYA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR ARYANI DELANITA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah yang timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan harus mampu menampilkan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR ELIS TRISNAWATI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah 7 TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah Duvall (1971) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan masa remajanya dan siap secara fisik, emosi, finansial, tujuan,

Lebih terperinci

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai PEMBAHASAN Penelitian ini didasarkan pada pentingnya bagi remaja mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa sehingga dapat mengelola tanggung jawab pekerjaan dan mampu mengembangkan potensi diri dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

GAYA PENGASUHAN, KELEKATAN IBU-ANAK, DAN KECERDASAN EMOSI ANAK USIA PRASEKOLAH DI WILAYAH MISKIN PERKOTAAN RINA

GAYA PENGASUHAN, KELEKATAN IBU-ANAK, DAN KECERDASAN EMOSI ANAK USIA PRASEKOLAH DI WILAYAH MISKIN PERKOTAAN RINA GAYA PENGASUHAN, KELEKATAN IBU-ANAK, DAN KECERDASAN EMOSI ANAK USIA PRASEKOLAH DI WILAYAH MISKIN PERKOTAAN RINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

KESIAPAN MENIKAH DAN PELAKSANAAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA PRASEKOLAH INE RAHMATIN

KESIAPAN MENIKAH DAN PELAKSANAAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA PRASEKOLAH INE RAHMATIN 1 KESIAPAN MENIKAH DAN PELAKSANAAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA PRASEKOLAH INE RAHMATIN DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan 18 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi antara ibu dengan anak. Desain yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Sebaran jumlah penduduk menurut lokasi penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Sebaran jumlah penduduk menurut lokasi penelitian 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara administratif, Desa Kuning Gading dan Desa Rantau Ikil termasuk dalam wilayah Kecamatan Pelepat Ilir dan Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan begitu banyak perguruan tinggi seperti

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR

HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR Yulia Rimawati PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output 34 KERANGKA PEMIKIRAN Kemiskinan yang melanda bangsa Indonesia selama bertahun-tahun menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah meningkatnya harga kebutuhan pokok yang mengakibatkan

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi 43 HASIL Karakteristik Keluarga Tabel 20 menunjukkan data deskriptif karakteristik keluarga. Secara umum, usia suami dan usia istri saat ini berada pada kategori dewasa muda (usia diatas 25 tahun) dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan 46 KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan keluarga yang mengalami perpisahan dengan istri dalam jangka waktu yang relatif lama. Ketiadaan istri dalam keluarga menjadi tantangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN KESEJAHTERAAN ANAK PADA KELUARGA PETANI AILA NADIYA

HUBUNGAN ANTARA KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN KESEJAHTERAAN ANAK PADA KELUARGA PETANI AILA NADIYA HUBUNGAN ANTARA KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN KESEJAHTERAAN ANAK PADA KELUARGA PETANI AILA NADIYA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

GAYA PENGASUHAN OTORITER DAN PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH MENURUNKAN SELF-ESTEEM ANAK USIA SEKOLAH

GAYA PENGASUHAN OTORITER DAN PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH MENURUNKAN SELF-ESTEEM ANAK USIA SEKOLAH Jur. Ilm. Kel. & Kons., Mei 2014, p : 75-82 Vol. 7, No. 2 ISSN : 1907-6037 GAYA PENGASUHAN OTORITER DAN PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH MENURUNKAN SELF-ESTEEM ANAK USIA SEKOLAH Andriansyah Adha Pratama 1,2*),

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode survey di Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING, DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH FIRDAUS

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING, DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH FIRDAUS HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING, DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH FIRDAUS PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan sistem sosialisasi bagi anak, dimana anak mengalami pola disiplin dan tingkah laku afektif. Walaupun seorang anak telah mencapai masa remaja dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan

Lebih terperinci

ILMU KELUARGA DAN PERKEMBANGAN ANAK

ILMU KELUARGA DAN PERKEMBANGAN ANAK Meraih masa depan berkualitas bersama Sekolah Pascasarjana IPB ILMU KELUARGA DAN PERKEMBANGAN ANAK Ketua Program Studi/Koordinator Mayor: Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Staf Pengajar: Prof. Dr.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPATUHAN DAN KEMANDIRIAN SANTRI REMAJA DI PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH NURLAILI RAHMAH DINI

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPATUHAN DAN KEMANDIRIAN SANTRI REMAJA DI PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH NURLAILI RAHMAH DINI 1 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPATUHAN DAN KEMANDIRIAN SANTRI REMAJA DI PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH NURLAILI RAHMAH DINI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Beban Pengasuhan Orang Tua Kepada Anak Intellectual Disability

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Beban Pengasuhan Orang Tua Kepada Anak Intellectual Disability BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Beban Pengasuhan Orang Tua Kepada Anak Intellectual Disability Beban pengasuhan orang tua dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dirasakan orang tua akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 15 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal dasar untuk mewujudkan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Hal ini berarti bahwa kualitas sumberdaya manusia

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT (EQ) DAN KESIAPAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : RESTY HERMITA NIM K4308111 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yakni data yang dikumpulkan pada suatu waktu dan tidak berkelanjutan (Singarimbun & Efendi 1995). Penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. 1 PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Meskipun perekonomian Indonesia mengalami peningkatan, tetapi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K KONTRIBUSI IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) DAN EQ (EMOTIONAL QUOTIENT) TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : SITI FATIMAH NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR 63 PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR KARTIKA WANDINI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kekerasan pada anak telah menjadi perhatian dunia, begitu banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s Fund (UNICEF) (2012)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan manusia terbagi menjadi beberapa fase selama rentang kehidupan. Beberapa fase tersebut diantaranya fase bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa.

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN WULANING DIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Usia contoh berkisar antara 14 sampai 18 tahun dan dikategorikan ke dalam kelompok remaja awal (14 sampai 16 tahun) dan remaja akhir (17 sampai 18 tahun). Dari jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan akademik (kognitif) saja namun juga harus diseimbangkan dengan kecerdasan emosional, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja

Lebih terperinci

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PERLINDUNGAN SOSIAL RUMAH TANGGA MISKIN DALAM MENGOPTIMALKAN STATUS GIZI DAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK

PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PERLINDUNGAN SOSIAL RUMAH TANGGA MISKIN DALAM MENGOPTIMALKAN STATUS GIZI DAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PERLINDUNGAN SOSIAL RUMAH TANGGA MISKIN DALAM MENGOPTIMALKAN STATUS GIZI DAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK Alfiasari, Dwi Hastuti (Institut Pertanian Bogor, Indonesia) Child Poverty

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional

TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional 5 TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional Para sosiolog ternama seperti William F. Ogburn dan Talcott Parsons mengembangkan pendekatan struktural-fungsional dalam kehidupan keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bangsa yang kuat, permasalahan yang terjadi pada anak di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan bangsa yang kuat, permasalahan yang terjadi pada anak di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak yang sempurna dalam lingkungan hidup yang sehat merupakan suatu hal yang penting untuk mencapai generasi yang sehat dan bangsa yang kuat, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 pasal 1 perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyesuaian Sosial 2.1.1 Pengertian penyesuaian sosial Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi. Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam perkembangan seorang manusia. Remaja, sebagai anak yang mulai tumbuh untuk menjadi dewasa, merupakan

Lebih terperinci

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta 44 KERANGKA PEMIKIRAN Salah satu ciri yang paling sering muncul pada remaja untuk menjalani penanganan psikologisnya adalah stres. Stres pada remaja yang duduk dibangku sekolah dapat dilanda ketika mereka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Subjek SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya barat, tepatnya di Jalan Manukan Wasono. SMK ini berjumlah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan kepada anggota keluarga dalam masyarakat. Keluarga

Lebih terperinci