BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.
|
|
- Suryadi Darmali
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Istilah pubertas juga istilah dari adolescent yang berarti perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan psikologis (Depkes Jakarta, 2012). Menurut WHO (1995) dalam Depkes Jakarta (2012) menyatakan bahwa usia remaja adalah antara usia tahun, yang dimana dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu: (1) masa remaja awal (10-13 tahun), (2) masa remaja tengah (14-16 tahun), dan (3) masa remaja akhir (17-18 tahun). Hasil Sensus Penduduk (2010) menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, 63,4 diantaranya adalah penduduk remaja yang terdiri dari laki-laki sebanyak jiwa (50,70%) dan perempuan jiwa (49,30%). Besarnya jumlah penduduk kelompok remaja ini akan sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang. Melihat jumlah penduduk remaja yang cukup besar, maka remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani, mental. Usia remaja sangat menentukan kualitas penduduk pada masa depan sehingga keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2013). 1
2 2 Masa remaja (adolescence) merupakan masa transisi atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa, serta relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial, sehingga remaja harus menghadapi tekanantekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. Masa transisi tersebut memiliki kemungkinan besar untuk menimbulkan masa krisis, yaitu suatu masa yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang atau kenakalan remaja. Perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan remaja berkaitan dengan ketidaksiapan remaja dalam menghadapi perkembangannya dan kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau pengakuan dari teman sebaya, sehingga mereka cenderung akan mengalami kecemasan, perasaan tertekan atau ketidaknyamanan emosional dalam kehidupan remaja (Prasetyono, 2014). Menurut penelitian Yunus (2015) yang berjudul hubungan pola asuh demokratis dengan kecerdasan emosional pada remaja di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo terhadap 79 siswa menjelaskan bahwa kehidupan remaja tidak terlepas dari berbagai macam permasalahan yang ada dalam setiap tahap perkembangannya. Permasalahan yang ada dapat bersumber dari berbagai macam faktor seperti dalam diri sendiri, keluarga teman sepergaulan atau lingkungan sosial. Jika seorang remaja tidak berhasil mengatasi situasi-situasi kritis dalam konflik yang terjadi karena remaja terlalu mengikuti gejolak emosi yang ada pada dirinya sendiri, maka kemungkinan besar remaja akan terperangkap dalam pergaulan dan perilaku yang buruk. Kasus-kasus penyalahgunaan obat,
3 3 penyalahgunaan seks, kenakalan remaja yang lain, sering kali disebabkan oleh kurang adanya kemampuan remaja untuk mengarahkan emosinya secara positif. Keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam mengelola emosi tergantung pada kecerdasan emosi. Makin tinggi kecerdasan emosi seseorang, maka individu dapat mengatasi berbagai masalah, khususnya yang memerlukan kendali emosi yang kuat (Sarwono, 2012). Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012 komponen Kesehatan Reproduksi Remaja (SDKI 2012 KRR) menunjukkan dari 6,83 orang pria berusia tahun, 74,4% merokok aktif, 30,2% minum-minuman beralkohol, 2,8% pernah menggunakan obat-obatan dan 4,5% pernah melakukan hubungan seksual. Data pada orang wanita berusia tahun mengindikasikan 8,9% merokok aktif, 3,5% minum-minuman beralkohol, hanya 0,1% pernah menggunakan obat-obatan terlarang serta 0,7% yang pernah melakukan hubungan seksual. Data tersebut menunjukkkan bahwa pria lebih berisiko untuk terlibat dalam perilaku tersebut (BPS, 2013). Badan Narkotika Nasional (BNN) juga mencatat jumlah kasus penyalahgunaan narkoba pada kelompok umur tahun terus saja meningkat dari kasus pada tahun 2010, meningkat menjadi pada tahun 2011 dan kasus pada tahun Dari data World Health Organization (WHO) tahun 2005 tercatat 50 ribu penduduk Indonesia bunuh diri (suicide) setiap tahun. Dari kejadian kasus bunuh diri tersebut, ternyata kasus yang paling tinggi terjadi pada usia remaja yakni tahun, fakta ini berhubungan dengan peningkatan tajam angka depresi pada
4 4 remaja (Artha & Supriyadi, 2013). Disamping itu remaja juga sangat rentan terhadap resiko Triad KKR (Seksualitas, NAPZA, HIV dan AIDS). Perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja, khusunya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Begitu juga dengan data dari Departemen Kesehatan (2009) menunjukkan bahwa 35,9% remaja diempat kota besar (Medan, Jakarta Pusat, Bandung, dan Surabaya) mempunyai teman yang sudah pernah melakukan seks pranikah dan 6,9% responden telah melakukan hubungan seks pranikah (BKKBN, 2013). Dalam penelitian Wulansari (2014) juga menegaskan bahwa tingginya perilaku kenakalan remaja yang telah dipaparkan mengindikasikan banyaknya remaja yang belum optimal dalam mengembangkan kecerdasan emosional. Kemampuan berpikir (kecerdasan kognitif) yang ada pada remaja merupakan aspek penting dari sumber daya manusia karena mencerminkan kematangan berpikir individu. Namun demikian, individu yang mempunyai kecerdasan kognitif tinggi tidak menjamin kemampuan dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar jika tidak memiliki kecerdasan emosional. Dengan demikian, individu dapat mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri dengan baik serta mampu mengelola emosi dirinya dengan kegiatan-kegiatan yang positif. Remaja dengan kecerdasan emosional yang tinggi tentu tidak akan mudah terjebak dengan pergaulan yang salah. Menurut Chotimah (2012) dalam penelitiannya tentang hubungan pola asuh orangtua dengan kecerdasan emosi pada remaja menyatakan bahwa orang yang mempunyai kecerdasan emosi rendah, yaitu bertindak mengikuti perasaan
5 5 tanpa memikirkan akibat, pemarah, bertindak agresif dan tidak sabar, memiliki tujuan hidup dan cita-cita yang tidak jelas, mudah putus asa, kurang peka terhadap perasan diri sendiri dan orang lain, tidak dapat mengendalikan perasan dan mood yang negatif, mudah terpengaruh oleh perasaan yang negatif, memiliki konsep diri yang negatif, tidak mampu menjalin persahabatan yang baik dengan orang lain, tidak mampu berkomunikasi dengan baik, dan menyelesaikan konflik sosial dengan kekerasan. Hal yang demikian disebut dengan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosi adalah kemampuan individu dalam mengenali perasaan diri, kemampuan memahami emosi orang lain, serta mampu menggunakan emosi secara baik. Orang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik adalah mereka yang mampu mengenali emosi dirinya sendiri, emosi orang lain, memahami emosi. Kemudian memanfaatkan perubahan-perubahan emosi-emosi yang terjadi dalam dirinya, kemudian bersama dengan fungsi kognitifnya mampu mengambil keputusan dan juga berpikir jernih (Goleman, 2015). Menurut Steiner (1997) dalam Aunillah (2015) kecerdasan emosional atau emotional intelligence adalah suatu kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta mengetahui cara emosi tersebut terekspresikan untuk meningkatkan kekuatan pribadi. Kekuatan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membuat anak remaja mampu mengambil keputusan, mengatasi konflik, tekanan, bersikap empati, dapat berkomunikasi dengan baik, serta mampu membuka diri atau bersikap terbuka. Sedangkan menurut Gunawan (2007) dalam Yunus (2015) juga menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi, yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan non keluarga.
6 6 Lingkungan keluarga terdapat peran dan keterlibatan orang tua yang tercermin didalam pelaksanaan pola asuh. Keluarga merupakan lingkungan yang paling berpengaruh dalam mengembangkan kematangan emosi anak, khususnya remaja. Departemen Kesehatan RI (2013), keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Friedman (2010) menyatakan keluarga yang ideal adalah keluarga yang dapat menjalankan peran dan fungsi dari keluarga tersebut dengan baik sehingga akan terwujud hidup yang sejahtera. Keluarga juga dikatakan sebagai lingkungan pertama anak dalam memulai, mempelajari dan memahami emosi. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting adalah pelaksanaan pengasuhan anak (pola asuh). Pola asuh orang tua adalah segala interaksi antara orang tua dengan anak, dimana orang tua bermaksud untuk mengajarkan anaknya berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang dianggap paling tepat, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal. Pola asuh orang tua memiliki peranan yang sangat penting terhadap perkembangan kecerdasan emosional pada remaja (Asyik, Ismanto, dan Babakal, 2015). Sementara menurut Sutriyani (2015) bahwa pola asuh orangtua yang benar dan baik akan mempengaruhi kecerdasan emosi anak, karena pola asuh merupakan kunci utama dalam perkembangan anak yang semula terbentuk oleh lingkungan keluarga. Setelah orangtua menanamkan pola asuh yang sesuai maka kecerdasan emosi dengan sendirinya akan terbentuk melalui masa perkembangan yang dilalui oleh remaja.
7 7 Pola asuh yang diterapkan orangtua kepada anak menurut Baumrind (1978) dalam Starr (2011) mengklasifikasikan gaya-gaya pola asuh ke dalam gaya yang bersifat permisif (permissive), otoriter (authoritarian), dan demokratis (authoritative). Gaya orang tua yang permisif dicirikan oleh sifat menerima dan tidak menghukum dalam menghadapi perilaku anak-anak. Sebaliknya, gaya otoriter menekankan kepatuhan terhadap aturan-aturan dan otoritas orang tua dan gaya demokratis menekankan suatu cara yang rasional, berorientasi kepada pemberian dan penerimaan. Dari ketiga gaya pengasuhan tersebut, bahwa gaya demokratis yang dapat menghasilkan penyesuaian yang logis, berhasil secara intelektual, emosional dan sosial, serta memiliki motivasi yang kuat untuk maju. Orang tua memiliki peranan besar dalam menciptakan kecerdasan emosi pada remaja, karena tindakan orangtua sekecil apapun akan berdampak pada perkembangan remaja baik negatif maupun positif. Hal ini mencerminkan adanya pola asuh yang tidak tepat yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya dan kecerdasan emosi yang rendah dari remaja. Kecerdasan emosi dapat dikembangkan selama masa tahap kehidupan individu. Perkembangan kecerdasan emosi seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, keluarga, dan contoh-contoh yang didapat seseorang sejak lahir dari orang tuanya. Kecerdasan emosi menyangkut banyak aspek penting yang semakin sulit didapatkan pada manusia modren sehingga perlu adanya dukunga dari orang tua untuk menciptakan kecerdasan emosi pada remaja dengan pola asuh yang tepat dapat meningkatkan kecerdasan emosi seseorang remaja (Chotimah, 2012).
8 8 Berdasarkan hasil penelitian Respati, Arifin, dan Ernawati (2010) menunjukkan bahwa kecerdasan emosional siswa akselerasi SMA di Jakarta berada pada kategori rendah sebesar 16%, artinya mereka biasanya cenderung kurang memiliki keterampilan yang berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang lain. Pada kategori sedang sebesar 72,9% yang dapat diartikan bahwa siswa mampu dan memiliki keterampilan yang berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang lain. Sedangkan, pada kategori tinggi sebesar 11,1% yang artinya siswa lebih baik memiliki keterampilan yang berhubungan dengan keakuratan penilain emosi diri sendiri dan orang lain, serta lebih baik dalam mengelola perasaan untuk memotivasi, dan meraih tujuan kehidupan. Jadi, responden dalam penelitian ini masih belum mampu mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi, berempati, dan membina hubungan dengan orang lain. Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan Tafuli, Choiriyah, dan Widodo (2012) menggambarkan bahwa kecerdasan spiritual yang rendah lebih banyak pada peran orang tua yang cukup, yaitu 57,4% dan kecerdasan spiritual yang tinggi lebih banyak pada peran orang tua yang baik yaitu 86,6%. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara peran orangtua terhadap kecerdasan spiritual yang dianalisa dengan Pearson Chi Square dengan nilai p- value 0,000. Dalam penelitian Puspitasari (2015) mengenai hubungan antara persepsi terhadap pola asuh orangtua otoritatif dengan kecerdasan emsional pada remaja madya di SMA Negeri 2 Kudus Kelas X dan XI, juga menunjukkan bahwa
9 9 koefisien korelasi r xy = 0,506 dengan p- value = 0,000 (p < 0,05), yang berarti ada hubungan positif antara persepsi terhadap pola asuh orangtua otoritatif dengan kecerdasan emosional. Sedangkan hasil penelitian yang telah dilakukan Sodiyah dan Sucahyono (2012) didapatkan pola pengasuhan permisif dan otoriter yang paling dominan. Kedua pola pengasuhan tersebut berdampak pada perkembangan bahasa dan sosial emosional anak. Anak dengan pola pengasuhan permisif dan otoriter dapat mencapai perkembangan bahasa sesuai dengan tahap usianya. Berbeda dengan hal itu, perkembangan sosial emosional anak tidak dapat dicapai secara maksimal. Berdasarkan hasil penelitian Chotimah (2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosi yang berdasarkan perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi R = 0,739; p = 0,000 (p < 0,01), artinya semakin positif pola asuh orang tua maka semakin tinggi kecerdasan emosi remaja, dan sebaliknya semakin negatif pola asuh orang tua maka semakin rendah kecerdasan emosi remaja. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka orang tua harus berupaya membentuk kecerdasan emosional pada anak-anaknya. Untuk membentuk kecerdasan emosional pada seorang anak bukanlah upaya yang mudah untuk dilakukan, melainkan orang tua harus mempunyai upaya yang tepat dan konsisten agar anak benar-benar memiliki kecerdasan emosional sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu, remaja merupakan sosok yang sangat membutuhkan perhatian khusus bagi proses perkembangan kecerdasan emosionalnya, karena pada remaja terjadi fluktuasi emosi (naik dan turun) yang berlangsung lebih sering (Aunillah, 2015).
10 10 Menurut Tandry (2015) dalam bukunya yang berjudul Happy Parenting juga menegaskan bahwa orang tua sangat berperan penting dalam perkembangan kecerdasan emosional anak untuk dapat membuat anak menjadi mampu dalam mengendalikan diri, mempengaruhi orang lain, dan bersosialisasi. Orang tua juga dapat menyampaikan penilaian moral atas situasi yang terjadi pada anaknya, misalnya menghina adalah perbuatan buruk. Dengan demikian, anak mengetahui nilai moral dari suatu perilaku. Begitu pula ketika orang tua merasa marah, sedih, bingung, kesal, gembira, atau mengalami emosi lainnya, orang tua perlu menyampaikan penyebabnya kepada anak-anaknya. Kegagalan pola asuh orang tua sering kali menjadi faktor penyebab terjadinya gangguan pada perkembangan kecerdasan emosional anak. Ketetapan orang tua dalam menerapkan pola asuh memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap emosional anak. Kesalahan orang tua dalam menerapkan pola asuh dapat mengakibatkan anak bertindak seenak hati, tidak mampu mengendalikan diri, pola hidup bebas bahkan nyaris tanpa aturan dan akibat buruk lainnya (Asyik, Ismanto, dan Babakal, 2015). Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan peneliti di SMA Katolik Trisakti Medan pada tanggal 5 November 2015 melalui wawancara dengan guru Bimbingan Konseling (BK) bahwa penyimpangan yang terjadi di lingkungan sekolah tersebut, yakni terlambat masuk sekolah, bolos sekolah, berkelahi, dan tidak memakai atribut sekolah dengan lengkap. Walaupun jumlah penyimpangan yang dilakukan remaja di lokasi tersebut masih sedikit, maka perlu diberikan pembinaan dan bimbingan yang baik kepada remaja. Berdasarkan fenomena yang
11 11 terjadi, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Kecerdasan Emosional Remaja di SMA Katolik Trisakti Medan Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka pertanyaan penelitian ini adalah apakah ada hubungan pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional remaja di SMA Katolik Trisakti Medan Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengidentifikasi hubungan pola asuh orangtua dengan kecerdasan emosional remaja di SMA Katolik Trisakti Medan Tujuan Khusus Mengidentifikasi pola asuh orang tua yang diterapkan kepada remaja di SMA Katolik Trisakti Medan Mengidentifikasi kecerdasan emosional remaja di SMA Katolik Trisakti Medan Mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional remaja di SMA Katolik Trisakti Medan.
12 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan perkembangan remaja, antara lain: Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk persiapan materi penyuluhan yang berguna dalam meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan anak dan keluarga Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar tentang perkembangan psikososial remaja khususnya kecerdasan emosional sehingga dapat membantu didalam pemberian pelayanan yang tepat apabila berhadapan dengan pengguna jasa pelayanan keperawatan khususnya remaja Remaja/ Orangtua/ Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk remaja sebagai cermin diri dalam meningkatkan kecerdasan emosional dengan pengetahuan yang dasar yang benar sehingga dapat diterima sesuai dengan norma dan kepada orangtua, dapat mencegah sianak untuk dapat memahami emosinya secara efektif dengan pembenahan dan fungsi keluarga yang baik.
13 Penelitian Keperawatan Hasil penelitian diharapkan mampu menambah ilmu keperawatan, serta dapat digunakan sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya yang berfokus pada pengaruh pola asuh orang tua terhadap kecerdasan emosional dalam mengatasi perilaku menyimpang remaja.
BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang memiliki banyak masalah, seperti masalah tentang seks. Menurut Sarwono (2011), menyatakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses kematangan emosional, psiko-sosial dan seksual yang ditandai dengan mulai berfungsinya organ reproduksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan salah satu penduduk terbesar di dunia. Pada data sensus penduduk tahun 2010, Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan dunia. Remaja dan berbagai permasalahannya menjadi perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Notoatmodjo (2007) masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan akademik (kognitif) saja namun juga harus diseimbangkan dengan kecerdasan emosional, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini merupakan era globalisasi dimana sering terjadi perdagangan manusia, budaya luar dengan mudahnya masuk dan diadopsi oleh masyarakat sehingga memunculkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan
BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,
10 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. Masa remaja yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk muda yaitu umur tahun. Menurut Badan Pusat Statistik DIY
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Badan Pusat Statistik DIY (2015), jumlah penduduk Indonesia tahun 2014 sebesar 252,04 juta jiwa, terdiri dari 125,38 juta perempuan dan 126,65 juta laki-laki.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, yaitu suatu periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seksual yang berisiko di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Masa remaja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tunas, generasi penerus, dan penentu masa depan yang merupakan modal dasar pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, keberadaan kelompok remaja tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendefinisikan remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah bagian penting dalam masyarakat. Data dari sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa 18,3% (89.467.806 jiwa) dari total penduduk Indonesia berusia 10
Lebih terperinciKUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON
KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON Disusun oleh: Nama : NIP : LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). Tingkah laku yang
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu ancaman yang cepat atau lambat dapat menghancurkan generasi muda. Negara Indonesia merupakan negara yang tidak lepas dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula di kaitkan pubertas atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan untuk merespon masalah remaja, antara lain melalui program di sekolah, masyarakat, keluarga dan kelompok sebaya. Dari berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja yang kuat serta memiliki kecerdasan spiritual,intelektual serta emosional yang kuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization remaja merupakan mereka yang berada pada tahap transisi antara anak-anak dan dewasa pada rentang usia 10-19 tahun dan menurut Badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh memperihatinkan, berbagai survey mengindikasikan bahwa praktik seks pranikah di kalangan remaja semakin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah generasi penerus bangsa di masa yang akan datang. Masa depan bangsa ditentukan dengan bagaimana kondisi dari remaja bangsa pada masa kini. Masa remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang merupakan salah satu faktor yang memiliki peran besar dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah periode waktu yang membentang dari masa pubertas ke awal usia 20-an. Individu mengalami perubahan
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah periode waktu yang membentang dari masa pubertas ke awal usia 20-an. Individu mengalami perubahan besar, baik perubahan fisik, kognitif, sosial, dan emosional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), jumlah remaja di dunia cukup tinggi. Pada tahun 2012 sekitar 1,6 miliar orang di dunia berusia 12-24 tahun (WHO, 2012). Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat termasuk penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lain (NAPZA), tetapi juga meliputi berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah mereka yang mengalami masa transisi (peralihan) dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12-24 tahun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan aset dan generasi penerus bangsa yang harus sehat secara jasmani, mental dan spiritual. Usia remaja merupakan fase umur penduduk yang sangat menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO) 2012, kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan dunia. Remaja dan berbagai permasalahannya menjadi perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak terlupakan karena penuh dengan kegembiraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berumur 14-24
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya antara usia 13 dan 20 tahun.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman yang bertambah modern ini nilai-nilai yang bersifat baik atau nilai moral menjadi semakin berkurang didalam kehidupan bermasyarakat. Pergaulan yang salah dan terlalu
Lebih terperincimengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya BNN (2006). Narkoba pada awalnya digunakan untuk keperluan medis, pemakaiannya akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa
Lebih terperinciBagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah. melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup
BABI PENDAHULUAN 1 BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar BeJakang Masalah Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam rentang kehidupannya setiap individu akan melalui tahapan perkembangan mulai dari masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial.secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Menurut WHO, remaja adalah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia tingkat kenakalan yang dilakukan remaja akhir-akhir ini sudah melebihi batas dan mulai meresahkan para orang tua.banyak remaja, yang masihduduk dibangku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks dimana individu baik laki-laki maupun perempuan mengalami berbagai masalah seperti perubahan fisik, perubahan emosi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik pubertas dan emosional yang kompleks,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA berada pada usia remaja yaitu masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Dengan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik bagi masa depan negara. Oleh karena itu banyak pihak yang menaruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan yang selalu menarik untuk dikaji. Remaja dianggap sebagai generasi penerus bangsa dan merupakan aset terbesar yang dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara yang rasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (1995) masa remaja merupakan masa transisi seseorang dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia 10-19 tahun. Remaja adalah populasi besar dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal tersebut menjadi perhatian khusus internasional mengingat risiko yang timbul akibat pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. tidak terlepas dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh setiap individu. Periode
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia merupakan makhluk yang mengalami perubahan dalam setiap tahap kehidupannya, baik itu perubahan fisik maupun perubahan psikologis. Perubahan tersebut tidak terlepas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2010). keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat
11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bentuk pola asuh orang tua terhadap anak merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya perubahan fisiologis pada manusia terjadi pada masa pubertas. Masa Pubertas adalah suatu keadaan terjadinya perubahan-perubahan dalam tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 15 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Novi Erlina Setyawati 1411417 PROGRAM
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai modal penting untuk membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja Indonesia banyak yang memiliki prestasi tinggi baik itu dari segi akademis maupun non akademis. Sudah banyak pemuda indonesia yang mengharumkan nama indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas
Lebih terperinciDinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.
STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini Dewi Elliana*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : elliana_dewi@yahoo.com ABSTRAK Masa remaja adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000) hampir 1 diantara 6 manusia di bumi ini adalah remaja. Dimana 85% antaranya hidup di negara berkembang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah
Lebih terperinciSKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI
SKRIPSI PERBEDAAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI, PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS (SLTA) NEGERI DAN SWASTA DI KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi ini Disusun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk memasuki era globalisasi yaitu, era dimana pertukaran budaya, seni, dan kemajuan ilmu pengetahuan terjadi sangat pesat dan bebas. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang diseluruh dunia dan juga di negara berkembang seperti Indonesia. Kehamilan pada remaja disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori usia remaja yang tidak pernah lepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja atau young people adalah anak yang berusia 10-19 tahun (World Health Organization, 2011). Pada periode ini manusia mengalami masa transisi dengan kebutuhan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan kelompok umur yang memegang tongkat estafet pembangunan suatu bangsa. Untuk itu, remaja perlu mendapat perhatian. Pada masa remaja seseorang mengalami
Lebih terperinciPERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,
PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29, 9 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menilai bagaimana tingkat pengetahuan, sikap, dan aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manusia menurut (Marin, 2008) pada dasarnya terdiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan manusia menurut (Marin, 2008) pada dasarnya terdiri dari perkembangan motorik, perkembangan sosial, perkembangan emosi / psikologis perkembangan kognisi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja
Lebih terperinciDewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)
P R O S I D I N G ISBN:978-602-8047-99-9 SEMNAS ENTREPRENEURSHIP Juni 2014 Hal:209-217 PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN SEKS BEBAS DI SEKOLAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak selamanya berjalan dengan mulus, tenang, penuh dengan kebahagiaan dan kegembiraan. Tetapi seringkali manusia menghadapi berbagai cobaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga Sejahtera dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup dan memiliki hubungan yang sama, selaras dan seimbang antar anggota
Lebih terperinci