Kementerian Keuangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kementerian Keuangan"

Transkripsi

1 Konsep Dasar Evaluasi Diklat oleh Efi Dyah Indrawati Pengertian Evaluasi Secara umum evaluasi adalah suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu program. Dalam konteks evaluasi di lingkungan diklat, terdapat tiga istilah yang memiliki arti berbeda karena tingkat penggunaan yang berbeda, yaitu pengukuran (measurement), penilaian (evaluation) dan pengambilan keputusan (decision making). Ketiga istilah ini berkaitan erat dan merupakan suatu rangkaian aktivitas dalam evaluasi dalam dunia kediklatan. Pengukuran (measurement) adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi atau data secara kuantitatif dengan pemberian angka kepada suatu sifat atau karakteristik tertentu kepada seseorang berdasarkan aturan tertentu. Hasil pengukuran berupa data kuantitatif dalam bentuk angka-angka (skor). Oleh karena itu, dalam pengukuran dibutuhkan adanya alat ukur (instrumen) yang digunakan untuk mengumpulkan data. Sifat dari pengukuran adalah obyektif. Pengukuran tidak membuahkan nilai atau baik buruknya sesuatu, tetapi hasil pengukuran dapat dipakai untuk penilaian atau evaluasi. Sedangkan evaluasi atau penilaian (evaluation) adalah kegiatan untuk mengetahui apakah suatu program telah berhasil dan efisien, untuk selanjutnya diambil keputusan. Mengutip dari Bates (2004) Evaluation is the systematic determination of merit, worth, and significance of something or someone using criteria against a set of standards. It is an integral component in the instructional design of training programs. Penilaian bersifat kualitatif untuk menentukan apakah sesuatu (seseorang) tergolong kategori baik atau kurang, tepat atau tidak tepat, dan kualitas lainnya. Penilaian pada dasarnya adalah pemberian pertimbangan (judgement) terhadap skor atau angka-angka yang diperoleh melalui pengukuran. Dengan demikian dalam pertimbangan memuat faktor-faktor yang bersifat subyektif dalam kadar tertentu (relatif). Page 1

2 Pengambilan keputusan atau kebijakan (decision making) adalah tindakan yang diambil seseorang atau organisasi berdasarkan data atau informasi yang telah diperoleh dengan memasukkan berbagai pertimbangan. Masih menurut Bates (2004) The data gathered during the evaluation process provides instructional designers, trainers and organizations with information on which training programs to continue, discontinue, modify or improve. A decision can be made after conducting the evaluation. Dari penjabaran di atas bisa ditafsirkan ada tingkatan yang berbeda dari 3 pengertian tersebut. Pengukuran tidak membuahkan nilai atau baik buruknya sesuatu, tetapi hasil pengukuran dapat dipakai untuk membuat penilaian. Evaluasi atau penilaian memerlukan data yang baik mutunya dan salah satu sumbernya adalah hasil pengukuran. Namun demikian, evaluasi dapat dilakukan meskipun tidak didahului dengan kegiatan pengukuran. Begitu pula dengan pengambilan keputusan. Keputusan yang baik memerlukan hasil evaluasi/penilaian yang baik terhadap situasi, tetapi hasil evaluasi tidaklah selalu menjadi (apalagi segalanya) bagi pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil merupakan fungsi dari perhitungan tentang hasil dan resiko dari tindakan atau keputusan tersebut. Dalam perspektif critical event models, evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari seluruh tahapan siklus diklat. Pada konteks ini evaluasi dilakukan terhadap setiap tahapan mulai dari analisis kebutuhan diklat, pelaksanaan diklat sampai dengan setelah selesai pelaksanaan atau pasca diklat Tujuan dan Manfaat Evaluasi Stufflebeam dan Guba (1974) menyatakan bahwa tujuan evaluasi yaitu to provide information to aid decision making at several levels in the implementation of a program. Ini sejalan dengan Donald L. Kirkpatrick (1959) yang mengatakan bahwa ada 3 tujuan diklat, yaitu: 1. untuk menunjukkan bagaimana suatu diklat berkontribusi dalam mencapai tujuan organisasi 2. untuk menentukan apakah program diklat dapat berlanjut atau tidak 3. untuk mendapatkan informasi perbaikan diklat di masa mendatang Page 2

3 Sejalan dengan tujuan di atas, dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa fungsi Evaluasi dalam diklat diperlukan antara lain untuk memberi informasi yang dipakai sebagai dasar di antaranya untuk: 1. membuat kebijakan dan keputusan 2. menilai hasil yang dicapai para peserta diklat 3. menilai kurikulum 4. memberi kepercayaan kepada pusdiklat 5. memonitor anggaran / dana yang telah diberikan 6. memperbaiki materi dan program diklat Djuju Sudjana (2006) menyatakan berbagai macam manfaat evaluasi, yaitu 1. memberikan masukan untuk perencanaan program 2. memberikan masukan untuk kelanjutan, perluasan, dan penghentian program 3. memberi masukan untuk memodifikasi program 4. memperoleh informasi tentang faktor pendukung dan penghambat program. 5. memberi masukan untuk motivasi dan membina pengelola dan pelaksana program 6. memberi masukan untuk memahami landasan keilmuan bagi evaluasi program. Model Evaluasi 1. Model CIPP Model CIPP dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam's. Model evaluasi ini untuk menyediakan informasi bagi pembuat keputusan, jadi tujuan evaluasi ini adalah untuk membuat keputusan. Komponen model evaluasi ini adalah context, input, process dan product. Context (konteks) berfokus pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang yang melayani pembuatan keputusan berjalan, berupa diagnostik yakni menemukan kesenjangan antara tujuan dengan dampak ingin dicapai. Input (masukan) berfokus pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi disain dan cost-benefit dari rancangan yang melayani pembuatan keputusan tentang perumusan tujuan-tujuan operasional. Page 3

4 Process (proses) memiliki fokus lain, yaitu menyediakan informasi untuk dayto-day decision making dalam melaksanakan program, membuat catatan atau record, atau merekam pelaksanaan program dan mendeteksi atau pun meramalkan pelaksanaan program. Product (produk) berfokus pada mengukur pencapain tujuan selama proses dan pada akhir program. 2. Model Empat Level Merupakan model evaluasi pelatihan yang dikembangkan pertama kali oleh Donald L. Kirkpatrick dengan menggunakan empat level dalam membuat kategori hasil pelatihan. Empat level tersebut adalah level reaksi (reactions), pembelajaran (learning), perilaku (behavior) dan hasil (results). Dalam bukunya Evaluating Training Programs 3rd Ed, Kirkpatrick mengatakan bahwa setiap level sama pentingnya dan tidak bisa dilewatkan begitu saja. The four levels of Kirkpatrick's evaluation model mengukur; 1. Reaction apa yang dirasakan peserta (satisfaction; "smile sheets") 2. Learning peningkatan pengetahuan, ketrampilan, serta perubahan sikap dan perilakui 3. Behavior - transfer of knowledge, skills, attitudes dari kelas ke pekerjaan (perubahan perilaku dalam kerja setelah program diklat) 4. Results hasil akhir yang terjadi karena kehadiran dan partisipasi dalam suatu program diklat (misal diukur secara finansial, performance-based, dll.) Ada pakar lain yang berusaha menambahkan level kelima dari model evaluasi Page 4

5 Kirkpatrick, misalnya JJ Phillips dengan "Return on Investment (ROI) level yang intinya membandingkan level 4 dengan overall costs of training. Tetapi Roger Kaufman menyatakan bahwa ROI pada dasarnya adalah evaluasi level 4 karena masih internal organisasi, sedangkan level 5 seharusnya terfokus pada klien eksternal dan masyarakat secara luas. Keempat level Kirkpatrick dapat dirinci sebagai berikut : Level 1: Reaction Tahap evaluasi pertama yang dilakukan segera setelah pelatihan selesai diberikan. Tingkatan ini mengukur reaksi atau persepsi terhadap diklat. Setiap program diklat setidaknya harus melakukan evaluasi di level 1 ini untuk menjawab pertanyaan terkait persepsi peserta demi perbaikan program. Di level ini akan diperoleh informasi apakah peserta menyukai diklatnya dan apakah diklat memiliki relevansi dengan tupoksinya di tempat tugas. Metodologinya bisa dengan lembar evaluasi program (Program evaluation sheets), wawancara langsung, kuesioner, kesan dan komentar peserta selama program diklat. Paling sederhana dan mudah dilakukan adalah dengan menggunakan check list. Evaluasi level 1 tidak memakan biaya banyak serta mudah dilakukan dengan peserta baik secara langsung (face to face) maupun dengan paper forms dan online forms. Lembar evaluasi reaksi sering dikenal dengan istilah Smile Sheets atau Happy Sheets. Lembar evaluasi reaksi akan berpengaruh pada disain instruksional, karena itu formulirnya harus didisain sedemikian rupa agar hasilnya akan mudah ditabulasi dan digunakan untuk perencanaan diklat di masa mendatang. Beberapa hal yang penting untuk dievaluasi di level ini adalah: - Isi pelatihan: seberapa jauh isi pelatihan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, baik dari segi keragaman maupun kedalaman topik yang dibahas. - Kualitas materi: seberapa baik kualitas materi yang dibagikan, presentasi audio dan visual yang disajikan, dan peralatan lain yang digunakan selama pelatihan. - Metode pelatihan: seberapa sesuai metode pelatihan yang digunakan dengan topik yang dibahas. Contoh, untuk diklat ketrampilan seperti Page 5

6 Diklat TOEFL Preparation harusnya lebih banyak dilakukan dalam metode simulasi, latihan praktek dengan komputer dibanding ceramah saja. - Logistik: seberapa baik akomodasi dan konsumsi yang diberikan serta fasilitas pelatihan lainnya. - Pengajar/fasilitator : seberapa layak mereka memberikan pelatihan dari sisi penguasaan materi pelatihan, kemampuan melakukan presentasi materi dan kemampuan mengelola situasi selama pelatihan. Level 2: Learning Level ini mengukur pengetahuan dan pemahaman peserta. Dengan kata lain yang dinilai adalah sejauh mana daya serap mereka pada materi pelatihan serta dampak dari program pelatihan pada peningkatan knowledge, skill dan attitude peserta mengenai materi selama pelatihan. Evaluasi level 2 yang paling sederhana adalah meminta peserta melakukan refleksi atau merangkum atas apa yang telah dipelajarinya. Metodologinya bisa dengan pre dan post testing, observasi, interview dan self-assessment. Jadi evaluasi Level 2 bisa dilakukan sendiri maupun oleh team assessment, baik secara formal maupun informal assessment. Pre-test diberikan di awal program dan post-test di akhir program, digunakan untuk membedakan antara apa yang sudah diketahui peserta sebelum diklat dengan apa yang telah mereka pelajari selama diklat. Hasilnya juga menunjukkan kesungguhan peserta dalam mengikuti dan memperhatikan materi pelatihan yang diberikan. Kirkpatrick menegaskan bahwa tes yang dibuat harus secara akurat mencakup semua materi yang telah diberikan, jika tidak maka instrumennya tidak valid untuk mengukur efektivitas program dari sisi pembelajaran (learning). Dampak evaluasi level 2 pada disain instruksional yaitu pada pemilihan materi (program content) dan bisa juga pada konstruksi soal pre/post test.. Level 3: Behavior Level 3 mengukur mana peserta diklat menerapkan atau mentransfer apa yang telah dipelajari dalam diklat ditempat kerja. Level ini membedakan antara mengetahui prinsip dan teknik dengan cara memakainya dalam pekerjaan. Metodologi bisa meliputi formal testing maupun informal Page 6

7 observation. Level 3 dilakukan setelah diklat (post-training) saat peserta telah kembali ke tempat kerja, umumnya setelah 3 sampai dengan 6 bulan kemudian, dan dipakai untuk menentukan apakah pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari benar dipakai dan diukur pula sejauh mana diterapkan di tempat kerja. Karena itu level 3 memerlukan kontak dengan peserta dan seseorang yang terkait erat dengan peserta tesebut, misalnya atasan langsung peserta. Evaluasi level 3 merepresentasikan the truest assessment terhadap efektivitas suatu program diklat, tetapi cukup memakan biaya atau mahal. Dan terkadang cukup sulit bahkan tidak mungkin untuk memprediksi kapan perubahan perilaku setelah diklat akan terjadi. Oleh karena itu level 3 harus dilakukan dengan perencanaan yang sangat hati-hati dan teliti, terutama terkait dengan kapan, bagaimana serta seberapa sering (when, how, how often) evaluasi ini harus dilakukan. Evaluation tools level ini antara lain - pre- and post-training tests atau survey secara individual - wawancara langsung - Observasi dan feedback dari kolega - Focus groups untuk mengumpukan informasi dan sharing pengetahuan Terkadang ada kebingungan antara pengukuran dalam level 2 dengan level 3. Sering ada asumsi bahwa peserta tidak mendapat manfaat dari diklat karena mereka tidak menunjukkan perilaku yang berbeda setelah didiklatkan atau terjadi non-transfer of learning. Seorang traning program evaluator harus mempertimbangkan faktor lain misalnya lingkungan kerja jika hal ini terjadi. Level 4: Results Level 4 meliputi kajian tentang dampak diklat bagi kelompok kerja atau organisasi secara keseluruhan. Kirkpatrick menggarisbawahi jika tujuan suatu program diklat dapat dinyatakan dalam bentuk hasil yang diharapkan (desired results), seperti berkurangnya biaya, peningkatan kualitas, produksi meningkat, berkurangnya angka turnover pegawai, laporan kepuasan pelanggan/rekan kerja/atasan, profit maupun Return on Investment yang lebih tinggi. Page 7

8 Data historis (awal) harus tersedia untuk melakukan evaluasi tahap ini. Beberapa aspek yang diukur antara lain: - Tangible, mencakup: (1) hasil kerja, seperti produktivitas, frekuensi, kecepatan, keuntungan, prosentase (%) penyelesaian, (2) kualitas seperti deviasi, kecelakaan, komplain, produk gagal, (3) biaya, seperti biaya operasional, pengeluaran mendadak, (4) waktu, seperti efisiensi, lembur. - Intangible, mencakup: (1) kebiasaan kerja, seperti absensi, kelalaian, tepat waktu, (2) iklim kerja, seperti komitmen, pengunduran diri, kerja sama, (3) keterampilan, seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, (4) kepuasan, seperti kepuasan kerja, kepuasan pelanggan, (5) inisiatif, seperti saran, penetapan tujuan, rencana strategis. Inilah mengapa evaluasi Level 4 sulit diukur dan dikorelasikan dengan diklat saja. Misalnya saja jika terdapat peningkatan penjualan bisa saja diakibatkan faktor-faktor seperti pelatihan sales, kondisi perekonomian, promosi produk dan lain-lain. Tabel berikut ini merangkum Kirkpatrick s Four Levels of Evaluation: Level Measures Key Question Addressed Methodologies or Indicators Satisfaction What was the participants' reaction to program evaluation sheets = Smile Sheets = 1: Reaction the program? Happy Sheets interviews questionnaires participant comments 2: Learning Knowledge pre/post testing self-assessment What did the observations participants learn? interviews 3: Behaviours 4: Results Transfer of Learning Transfer or Impact Did the participants' learning affect their behaviour? Did participants' behaviour changes affect the organization? testing observation Indikator bisa berupa: reduced costs increased productivity decreased employee turnover Page 8

9 Keterbatasan dalam Model Kirkpatrick Ada beberapa keterbatasan dalam Kirkpatrick s model, misalnya dalam: Individual, Organizational and Contextual Influences Model ini tidak mencakup seluruh faktor individual, organisasional, dan disain program yang dapat mempengaruhi efektifitas diklat sebelum, selama dan setelah diklat. Jadi program diklat diasumsikan merupakan satu-satunya faktor yang bertanggung jawab atas segala outcome yang terjadi. Jadi model Kirkpatrick memisahkan training efforts dari sistem, konteks, dan kultur di mana peserta bekerja. Incremental Importance of Information Model ini mengasumsikan bahwa setiap level memberikan data yang lebih informatif dari level sebelumnya sehingga bisa timbul persepsi bahwa Level 4 akan memberikan the most useful information tentang efektifitas program diklat. Low Incorporation of Level 3 and Level 4 Evaluation American Society of Training and Development (ASTD) pernah melakukan survey di tahun 2008 dan hasilnya 91% organisasi melakukan evaluasi di Level 1, 54% di Level 2, 23% di Level 3 dan 8% di Level 4. Alasan sedikitnya dilakukan evaluasi Level 3 dan Level 4 dikarenakan ada fakta bahwa pengukuran perubahan perilaku (behavioural change) lebih mudah dilakukan secara kuantitatif dan diinterpretasikan daripada reaction dan learning serta dampak diklat terhadap organisasi lebih sulit diases daripada terhadap individu. 3. Model ROI (Return On Investment) Model ROI yang dikembangkan oleh Jack Phillips merupakan level evaluasi terakhir untuk melihat cost-benefit setelah pelatihan dilaksanakan. Kegunaan model ini agar pihak manajemen melihat pelatihan bukan sesuatu yang mahal dan hanya merugikan pihak keuangan, akan tetapi pelatihan merupakan suatu investasi, sehingga dapat dilihat dengan menggunakan hitungan yang akurat keuntungan yang dapat diperoleh setelah melaksanakan pelatihan. Hal ini tentunya dapat memberikan gambaran lebih luas, apabila ditemukan hasil bahwa Page 9

10 pelatihan tersebut tidak memberikan keuntungan baik bagi peserta maupun lembaga. Model evaluasi ini merupakan tambahan dari model evaluasi Kirkpatrick yaitu adanya level ROI (level 5). Jadi intinya level ini ingin melihat keberhasilan dari suatu program pelatihan dengan melihat dari Cost-Benefit-nya, sehingga memerlukan data yang tidak sedikit dan harus akurat untuk menunjang hasilnya serta mendapatkan nilai balik modal yang tepat dari pelaksanaan pelatihan. Pada prakteknya, tahap ROI paling sulit dilakukan. Dibutuhkan waktu, biaya dan analisis data yang akurat untuk keberhasilan evaluasi ini. Salah satu cara adalah mengisolasi pengaruh pelatihan, ada tiga strategi yang dengan mudah diperhitungkan yaitu : a. Perbandingan antara kelompok peserta dan kelompok bukan peserta. Kinerja antara kelompok peserta pelatihan dapat diperbandingkan dengan kelompok lain yang setara dan belum mendapatkan pelatihan. Contohnya, cara menjawab telepon yang masuk dari kelompok peserta Diklat Sekretaris dibandingkan dengan kelompok yang belum mendapatkan pelatihan. Secara kualitatif, cara menjawab yang lebih baik dapat disimpulkan disebabkan oleh pelatihan tersebut. b. Perbandingan antara sebelum dan sesudah pelatihan. Kinerja antara sebelum dan sesudah pelatihan dari kelompok yang sama diperbandingkan. Contohnya, kualitas pelayanan dikat sebelum ikut DTSD Pengelolaan Diklat dibandingkan dengan pelayanan setelah pelatihan. c. Estimasi peserta terhadap presentase pengaruh pelatihan. Inilah perhitungan yang paling mudah dilakukan. Peserta pelatihan diminta untuk mengungkapkan berapa persentase pengaruh pelatihan terhadap perbaikan kinerjanya. Contohnya, peserta pelatihan Interconnecting Network Device melaporkan bahwa 70% keberhasilan mengerjakan proyek Wireless Connection disebabkan oleh aplikasi pelatihan. Sisanya, 30% lainnya oleh faktor-faktor lain, seperti proses belajar sendiri, umpan balik atasan, dll. Page 10

11 Tahapan Evaluasi Secara umum tahapan evaluasi meliputi persiapan, pengembangan instrument, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta penyusunan laporan. Adapun rinciannya sebagai berikut: Tahap 1 : Persiapan Evaluasi Terdapat tiga kegiatan pokok yang berkaitan dengan persiapan evaluasi yaitu: menentukan tujuan atau maksud evaluasi, merumuskan informasi yang akan dicari atau memfokuskan evaluasi dan menentukan cara pengumpulan data. Beberapa kriteria yang digunakan dalam merumuskan tujuan evaluasi adalah: (1) kejelasan, (2) keterukuran, (3) kegunaan dan kemanfaatan, (4) relevansi dan kesesuaian atau compatibility. Jadi tujuan evaluasi harus jelas, terukur, berguna, relevan dan sesuai dengan kebutuhan pengembangan program diklat. Dalam merumuskan informasi atau memfokuskan evaluasi harus berdasarkan kepada tujuan evaluasi. Terdapat beberapa metode dalam merumuskan pertanyaan evaluasi yaitu: (1) menganalisis objek, (2) menggunakan kerangka teoritis, (3) memanfaatkan keahlian dan pengalaman dari luar, (4) berinteraksi dengan key audience. Terakhir menentukan cara pengumpulan data, misalnya survei atau yang lain, ditentukan pula pendekatan dalam pengumpulan data. Terdapat beberapa prosedur pengumpulan data dengan pendekatan kuantitatif, misalnya observasi, tes, survei atau lainnya. Tahap 2 : Pengembangan Instrumen Setelah metode pengumpulan data ditentukan, selanjutnya ditentukan pula bentuk instrumen yang akan digunakan serta kepada siapa instrumen tersebut ditujukan (respondennya). Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh instrumen evaluasi sebagai berikut: (1) validitas adalah keabsahan instrumen dalam mengukur apa yang seharusnya diukur, (2) reliabilitas adalah ketetapan hasil yang diperoleh, misalnya bila melakukan pengukuran dengan orang yang sama dalam waktu yang berlainan atau orang yang lain dalam waktu yang sama, (3) objektivitas adalah upaya penerjemahan hasil pengukuran dalam bilangan atau pemberian skor tidak terpengaruh oleh siapa yang melakukan, (4) standarisasi untuk memastikan Page 11

12 evaluator mempunyai persepsi yang sama dalam mengukur karena adanya petunjuk khusus pengisian data, (5) relevansi adalah kepatuhan untuk mengembangkan berbagai pertanyaan agar sesuai dengan maksud instrumen, (6) mudah digunakan. Tahap 3 : Pengumpulan Data Seperti terlihat pada table Kirkpatrick pada halaman sebelumnya, pengumpulan data ini dilakukan dengan berbeda-beda pada masing-masing level. Pada level 1 (reaksi) data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Kemudian pada level 2 (pembelajaran) data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dengan menggunakan tes. Selanjutnya pada level 3 (perilaku), data yang dikumpulkan melalui observasi atau dapat juga dengan rencana kegiatan (action plan), yaitu rencana tahapan tindakan yang akan dilakukan oleh peserta pelatihan dalam mengimplementasikan hasil pelatihan yang telah diikuti. Dalam hal ini para peserta harus mempunyai suatu sasaran peningkatan kinerja/kompetensi yang bersangkutan dalam unit kerja masing-masing yang kemudian diukur dengan mengunakan patokan kinerja/kompetensi yang bersangkutan. Kemudian yang terakhir, yaitu pada level 4 (hasil/dampak), data yang dikumpulkan dapat melalui atasan, peserta pelatihan, bawahan atau rekan kerja (client). Tahap 4 : Pengolahan dan Analisis Data Setelah data yang diperlukan sudah terkumpul, maka langkah berikutnya adalah mengolah dan menganalisis data. Dalam menganalisis data dan menafsirkannya (menginterpretasikan) harus berdasarkan hasil data yang telah berhasil didapatkan. Kemudian menyajikannya dalam bentuk yang mudah dipahami dan komunikatif. Tahap 5 : Penyusunan Laporan Melaporkan merupakan langkah terakhir kegiatan evaluasi pelatihan. Laporan disusun dengan format yang telah disepakati oleh tim. Langkah terakhir evaluasi ini erat kaitannya dengan tujuan diadakannya evaluasi. Langkahlangkah tersebut dapat dengan digunakan untuk menjawab sejauh mana evaluasi pelatihan yang akan dilakukan dan bagaimana pelaksanaan proses pelatihan dari awal hingga akhir sehingga memberikan hasil untuk improvisasi Page 12

13 pada pelatihan-pelatihan selanjutnya. Daftar Pustaka Badan Diklat Propinsi Jawa Timur. (2002) Monitoring dan Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan (Modul Management of Training). Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi Jawa Timur, Surabaya. Bates, Reid. (2004) A critical analysis of evaluation practice: The kirkpatrick model and the practice of beneficence. Evaluation and Program Planning, 27, Chapman, Alan. (2007) Kirkpatrick s Learning and Training Evaluation Model. Retrieved Feb 7, 2011 from Pusat Pengujian Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas. (2003) Bahan Penataran Pengujian Pendidikan. Kaufman, R., Keller, J. & Watkins, R. (1995). What Works and What Doesn t: Evaluation Beyond Kirkpatrick. Performance and Instruction, 35(2), Kirkpatrick, D. L. (2006). Seven Keys to Unlock the Four Levels of Evaluation. Performance Improvement, 45(7) Unlock-4-Levels-of-Evaluation Gambar dan tabel dari Wikipedia. Evaluation. Retrieved on January 10, 2012 from Page 13

MODEL EVALUASI PROGRAM DAN PASCA DIKLAT

MODEL EVALUASI PROGRAM DAN PASCA DIKLAT MODEL EVALUASI PROGRAM DAN PASCA DIKLAT Oleh : Kasim A. Usman ABSTRAK Tulisan ini memaparkan tentang model Evaluasi program diklat dan Evaluasi pasva diklat. Model evaluasi program diklat dan pasca diklat

Lebih terperinci

Pada akhirnya, lokasi ekonomi baru bukan di dalam teknologi, microchip, atau jaringan telekomunikasi global, tetapi di dalam pikiran manusia.

Pada akhirnya, lokasi ekonomi baru bukan di dalam teknologi, microchip, atau jaringan telekomunikasi global, tetapi di dalam pikiran manusia. Pada akhirnya, lokasi ekonomi baru bukan di dalam teknologi, microchip, atau jaringan telekomunikasi global, tetapi di dalam pikiran manusia. (Alan Webber) Memeriksa hasil suatu program membantu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu komponen yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya penyelenggaraan pendidikan adalah guru. Guru sebagai ujung tombak pendidikan yang berada langsung

Lebih terperinci

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan The secret of business is to know something that nobody else knows -Aristotle Onassis Rahasia dari bisnis adalah mengetahui apa yang tidak diketahui orang lain -Aristotle

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Dalam usaha mencapai tujuan perusahaan, faktor yang berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan tidak hanya tentang pengaturan keuangan, pengelolaan product

Lebih terperinci

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Keempat : Penilaian Kebutuhan Pengembangan dan Pelatihan

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Keempat : Penilaian Kebutuhan Pengembangan dan Pelatihan Penempatan School of Communication Pegawai & Business Keempat : Penilaian Kebutuhan Pengembangan dan Pelatihan Materi Kuliah Fakultas Komunikasi dan Bisnis 1. Pengantar Pengembangan SDM 2. Prinsip dan

Lebih terperinci

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Kedelapan: Evaluasi Training

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Kedelapan: Evaluasi Training Penempatan School of Communication Pegawai & Business Kedelapan: Evaluasi Training Pengertian Test, Pengukuran, Assessment dan Evaluasi Djemari Mardapi 1999:2 Definisi Tes Tes (Test) merupakan salah satu

Lebih terperinci

Pengembangan SDM Prinsip dan Proses Pembelajaran

Pengembangan SDM Prinsip dan Proses Pembelajaran Penempatan School of Communication Pegawai & Business Pengembangan SDM Prinsip dan Proses Pembelajaran (Ulasan Pelajaran Sebelumnya) Prinsip-Prinsip Belajar Para Pakar Pelatihan dan Pengembangan telah

Lebih terperinci

Evaluasi Pelatihan dengan Metode Kirkpatrick Analysis

Evaluasi Pelatihan dengan Metode Kirkpatrick Analysis Jurnal Telematika, vol. 9 no. 2, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-2516 Evaluasi Pelatihan dengan Metode Kirkpatrick Analysis Anggoro Prasetyo Utomo #1 Karinka Priskila Tehupeiory #2

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pelatihan adalah untuk meningkatkan kompetensi (pengetahuan,ketrampilan,dan perilaku) karyawan agar mampu mengerjakan pekerjaan yang sekarang atau karyawan

Lebih terperinci

Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Revoldi H Siringoringo Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP

Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Revoldi H Siringoringo Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Revoldi H Siringoringo Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP A. Latar Belakang Program Pendidikan dan Pelatihan(Diklat) tidak serta merta berakhir dengan berahirnya kegiatan

Lebih terperinci

LEARNING TRANSFER Penyebab potensial learning transfer yang lemah Kurangnya TNA. Keterampilan tidak segera digunakan setelah training. Lingkungan kerj

LEARNING TRANSFER Penyebab potensial learning transfer yang lemah Kurangnya TNA. Keterampilan tidak segera digunakan setelah training. Lingkungan kerj LEARNING TRANSFER & EVALUATION OF TRAINING LEARNING TRANSFER Penyebab potensial learning transfer yang lemah Kurangnya TNA. Keterampilan tidak segera digunakan setelah training. Lingkungan kerja yang kurang

Lebih terperinci

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Kedelapan: Evaluasi Pembelajaran

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Kedelapan: Evaluasi Pembelajaran Penempatan School of Communication Pegawai & Business Kedelapan: Evaluasi Pembelajaran 1. Pengantar Pengembangan SDM 2. Prinsip dan Proses Pembelajaran 3. Penilaian Kebutuhan Pengembangan dan Pelatihan

Lebih terperinci

Evaluasi Training Dengan Menggunakan Model Kirkpatrick (Studi Kasus Training Foreman Development Program Di PT. Krakatau Industrial Estate Cilegon)

Evaluasi Training Dengan Menggunakan Model Kirkpatrick (Studi Kasus Training Foreman Development Program Di PT. Krakatau Industrial Estate Cilegon) Evaluasi Training Dengan Menggunakan Model Kirkpatrick (Studi Kasus Training Foreman Development Program Di PT. Krakatau Industrial Estate Cilegon) Hendang Setyo Rukmi, Dwi Novirani, Ahmad Sahrul Jurusan

Lebih terperinci

Training Effectiveness Program Towards Training Effectiveness Improvement

Training Effectiveness Program Towards Training Effectiveness Improvement Training Effectiveness Program Towards Training Effectiveness Improvement The illiterate of the future will not be the person who cannot read. It will be the person who does not know how to learn Alvin

Lebih terperinci

Evaluasi Training. Pelatihan 1

Evaluasi Training. Pelatihan 1 Evaluasi Training Pelatihan 1 Fase Evaluasi Input Process Output Evaluation Objectives Organizational Constraints Design Issues Evaluation Strategy and Design Process Measure Content Measures Reaction

Lebih terperinci

Kata kunci : Eksplorasi, Komitmen, Vokasional, Pemilihan jurusan di perguruan tinggi, Pelatihan Making Vocational Planning.

Kata kunci : Eksplorasi, Komitmen, Vokasional, Pemilihan jurusan di perguruan tinggi, Pelatihan Making Vocational Planning. ABSTRAK Penelitian ini merupakan uji coba modul pelatihan Making Vocational Planning untuk meningkatkan eksplorasi dan komitmen siswa-siswi SMA kelas XI dalam memilih jurusan di perguruan tinggi. Desain

Lebih terperinci

PERENCANAAN DIKLAT DALAM SISTEM KEDIKLATAN. OLEH : Ashep Hendarwan, S.Pd

PERENCANAAN DIKLAT DALAM SISTEM KEDIKLATAN. OLEH : Ashep Hendarwan, S.Pd PERENCANAAN DIKLAT DALAM SISTEM KEDIKLATAN OLEH : Ashep Hendarwan, S.Pd STATEMENT 1 Program kediklatan tidak hanya memberikan acuan, melainkan juga mejadi patokan untuk mengukur keberhasilan kegiatan kediklatan.

Lebih terperinci

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN Modul ke: 11 Fakultas PSIKOLOGI PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN BAB XI EVALUASI PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN (1) Program Studi PSIKOLOGI Dr. Antonius Dieben Robinson Manurung, MSi Evaluasi Tingkat Makro dan Mikro

Lebih terperinci

Evaluating. The reason for evaluating is to determine the effectiveness of a training program. (Kirkpatrick, 1994, pg. 3)

Evaluating. The reason for evaluating is to determine the effectiveness of a training program. (Kirkpatrick, 1994, pg. 3) Evaluating The reason for evaluating is to determine the effectiveness of a training program. (Kirkpatrick, 1994, pg. 3) Reasons for Evaluating Kirkpatrick gives three reasons why there is a need to evaluate

Lebih terperinci

A. Pengertian Evaluasi Program

A. Pengertian Evaluasi Program A. Pengertian Evaluasi Program Pemahaman mengenai pengertian evaluasi program dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Pengertian evaluasi menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN PUSTAKA. (performance). Menurut Sedarmayanti (2009 : 50), performance bisa

BAB II LANDASAN PUSTAKA. (performance). Menurut Sedarmayanti (2009 : 50), performance bisa BAB II LANDASAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kinerja Karyawan Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance). Menurut Sedarmayanti (2009 : 50), performance bisa diterjemahkan

Lebih terperinci

Kebutuhan Pelatihan bagi SDM. Rd.Funny Mustikasari Elita

Kebutuhan Pelatihan bagi SDM. Rd.Funny Mustikasari Elita Kebutuhan Pelatihan bagi SDM Rd.Funny Mustikasari Elita Hubungan Pelatihan dengan Pekerjaan Lihat struktur organisasi Buat analisis kebutuhan dan analisis pekerjaan Rancang kebutuhan pelatihan Mengidentifikasi

Lebih terperinci

EVALUASI PELATIHAN TEKNIK MENGAJAR BERDASARKAN MODEL EMPAT LEVEL EVALUASI PELATIHAN KIRKPATRICK

EVALUASI PELATIHAN TEKNIK MENGAJAR BERDASARKAN MODEL EMPAT LEVEL EVALUASI PELATIHAN KIRKPATRICK EVALUASI PELATIHAN TEKNIK MENGAJAR BERDASARKAN MODEL EMPAT LEVEL EVALUASI PELATIHAN KIRKPATRICK Bagiyono Pudiklat - BATAN, Jl. Lebak Bulus Raya No. 9, Pasar Jumat, Jakarta 124401 email untuk korespondensi:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Manusia Nawawi (1992), menjelaskan tiga pengertian dari sumber daya manusia, yakni: 1. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi

Lebih terperinci

Informasi atau pengetahuan dapat diperoleh. melalui: pengalaman, kesepakatan,

Informasi atau pengetahuan dapat diperoleh. melalui: pengalaman, kesepakatan, Pendahuluan Informasi atau pengetahuan dapat diperoleh melalui: pengalaman, kesepakatan, pendapat ahli, berpikir logis, dan metoda ilmiah Cara terbaik untuk memperoleh ilmu pengetahuan adalah melalui penggunaan

Lebih terperinci

PERUMUSAN PELATIHAN YANG EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS. Mery Citra.S. Abstract

PERUMUSAN PELATIHAN YANG EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS. Mery Citra.S. Abstract PERUMUSAN PELATIHAN YANG EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS Mery Citra.S Abstract Training is believed as one effective tool that can increase organization productivity. However, not all training

Lebih terperinci

CIPP (Context, Input, Process, Product) Oleh : Hasim Asngari NIM :

CIPP (Context, Input, Process, Product) Oleh : Hasim Asngari NIM : CIPP (Context, Input, Process, Product) Oleh : Hasim Asngari NIM : 2015082087 The CIPP Evaluasi Model ini dikembangkan oleh Daniel L. Stufflebeam pada tahun 1966, dan selanjutnya diperbarui sepanjang tahun,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Instrumen adalah alat yang digunkan untuk mengumpulkan data dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Instrumen adalah alat yang digunkan untuk mengumpulkan data dalam 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Instrumen Penilaian Instrumen adalah alat yang digunkan untuk mengumpulkan data dalam penilaian. Sehingga instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

TRAINING and EVALUATION PHASE

TRAINING and EVALUATION PHASE TRAINING and EVALUATION PHASE Permasalahan perlunya pelatihan Proses pelatihan Prinsip dari teori belajar Jenis pelatihan Pengukuran efektivitas program pelatihan Proses Pelatihan Adalah proses yang mengajarkan

Lebih terperinci

SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN

SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN Modul ke: 10Fakultas Dr. PSIKOLOGI SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN OVERVIEW PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN (3) Antonius Dieben Robinson Manurung, MSi Program Studi PSIKOLOGI Career Development and Planning Career

Lebih terperinci

Desain dan Pengembangan Pelatihan

Desain dan Pengembangan Pelatihan Modul ke: 10 eyeka13@gmail.com Fakultas PSIKOLOGI Desain dan Pengembangan Pelatihan Evaluasi Proses dan Tujuan Pelatihan & Pengembangan EY Eka Kurniawan, M. Psi Program Studi Psikologi Evaluasi Program

Lebih terperinci

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Pengembangan SDM (Penilaian Kebutuhan Pengembangan dan Pelatihan 2)

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Pengembangan SDM (Penilaian Kebutuhan Pengembangan dan Pelatihan 2) Penempatan School of Communication Pegawai & Business Pengembangan SDM (Penilaian Kebutuhan Pengembangan dan Pelatihan 2) 1. Pengantar Pengembangan SDM 2. Prinsip dan Proses Pembelajaran 3. Penilaian Kebutuhan

Lebih terperinci

Tenaga peneliti terlatih. Sampel dipilih yg representatif. Kontrol variabel secara ketat. Perlu pengujian validitas dan reliabilitas

Tenaga peneliti terlatih. Sampel dipilih yg representatif. Kontrol variabel secara ketat. Perlu pengujian validitas dan reliabilitas PERBEDAAN EKSPERIMEN FORMAL ACTION RESEARCH peneliti Tenaga peneliti terlatih Dilakukan oleh guru sampel Desain Sampel dipilih yg representatif Kontrol variabel secara ketat Sudah ada kelas yg dibina Dapat

Lebih terperinci

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA Skripsi Oleh: TRY NESIA NURHEMY X4307053 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK Program Magister Psikologi  Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Judul penelitian ini adalah Uji Coba Modul Program Psikoedukasi Fungsi Manajemen untuk Meningkatkan Pengetahuan Fungsi Manajemen Pada Karyawan Level Middle Management di PT Y Padalarang. Maksud

Lebih terperinci

MODUL 8 HUMAN RESOURCES MANAGEMENT TRAINING AND DEVELOPMENT

MODUL 8 HUMAN RESOURCES MANAGEMENT TRAINING AND DEVELOPMENT MODUL 8 HUMAN RESOURCES MANAGEMENT TRAINING AND DEVELOPMENT Group 4 1. Agam Zamzami 004-2011-05-021 2. Eben Frantogy 004-2011-05-043 3. Galih Prakoso 004-2011-05-046 4. Handika Panji S. 004-2011-05-049

Lebih terperinci

EVALUASI PELATIHAN. Oleh : Sudiharto *) yang dianut. Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pelatihan dapat dievaluasi dari

EVALUASI PELATIHAN. Oleh : Sudiharto *) yang dianut. Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pelatihan dapat dievaluasi dari EVALUASI PELATIHAN Oleh : Sudiharto *) Evaluasi penyelenggaraan pelatihan dilaksanakan sesuai dengan keyakinan dan model yang dianut. Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pelatihan dapat dievaluasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu SMA Negeri di kota Bandung, yaitu SMA Negeri 15 Bandung. Populasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (MSDM) yang penting. Ketika permintaan pekerjaan berubah, kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (MSDM) yang penting. Ketika permintaan pekerjaan berubah, kemampuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Pelatihan Pelatihan karyawan merupakan aktivitas Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang penting. Ketika permintaan pekerjaan berubah, kemampuan karyawan pun harus

Lebih terperinci

TRAINING and EVALUATION PHASE

TRAINING and EVALUATION PHASE TRAINING and EVALUATION PHASE Permasalahan perlunya pelatihan Proses pelatihan Prinsip dari teori belajar Jenis pelatihan Pengukuran efektivitas program pelatihan Proses Pelatihan Adalah proses yang mengajarkan

Lebih terperinci

LAPORAN KAJIAN EVALUASI PASCADIKLAT

LAPORAN KAJIAN EVALUASI PASCADIKLAT PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN LAPORAN KAJIAN EVALUASI PASCADIKLAT BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 BADAN PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 3.

BAB I PENDAHULUAN 3. BAB I PENDAHULUAN Menurut Linn & Gronlund (1990: 5) tes adalah an Instrument or systematic procedure for measuring a sample behaviour. Disatu sisi Djemari Mardapi (2004: 71) menambahkan bahwa tes merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelatihan 2.1.1 Pengertian Pelatihan Training atau pelatihan adalah kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam melakukan pekerjaan, baik pekerjaan secara

Lebih terperinci

Analisis Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Pelatihan Petugas Proteksi Radiasi Bidang Industri Tingkat 3 Tahun 2017 [Indragini] ISSN

Analisis Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Pelatihan Petugas Proteksi Radiasi Bidang Industri Tingkat 3 Tahun 2017 [Indragini] ISSN Analisis Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Pelatihan Petugas Proteksi Radiasi Bidang Industri Tingkat 3 Analysis of Learning Evaluation Instrument of Radiation Protection Officer Training Courses for Industry

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar,

BAB II LANDASAN TEORI. Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar, BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Berprestasi Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat; atau ide pokok yang selalu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian pengembangan, model yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian pengembangan, model yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian pengembangan, model yang digunakan adalah model pengembangan atau Research and Development (R&D). Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dengan semakin maju ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kemajuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dengan semakin maju ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kemajuan Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Dengan semakin maju ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kemajuan masyarakat, tantangan yang akan kita hadapi adalah bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall 69 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall (Sukmadinata,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY. Visi yang dimiliki oleh BSI UMY adalah menjadi Biro yang mampu meningkatkan posisi UMY sebagai

Lebih terperinci

III.METODE PENGEMBANGAN. A. Metode Pengembangan dan Subjek Pengembangan. Metode pengembangan yang digunakan pada pengembangan ini adalah penelitian

III.METODE PENGEMBANGAN. A. Metode Pengembangan dan Subjek Pengembangan. Metode pengembangan yang digunakan pada pengembangan ini adalah penelitian 50 III.METODE PENGEMBANGAN A. Metode Pengembangan dan Subjek Pengembangan Metode pengembangan yang digunakan pada pengembangan ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D).

Lebih terperinci

KESIAPAN UJI KOMPETENSI PROGRAM OTOMOTIF DI LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN (LKP) YOGYAKARTA. Samsul Hadi

KESIAPAN UJI KOMPETENSI PROGRAM OTOMOTIF DI LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN (LKP) YOGYAKARTA. Samsul Hadi KESIAPAN UJI KOMPETENSI PROGRAM OTOMOTIF DI LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN (LKP) YOGYAKARTA Samsul Hadi Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa sam.otto@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

EVALUATING TRAINING PROGRAM

EVALUATING TRAINING PROGRAM EVALUATING TRAINING PROGRAM Menjawab Masalah Apa Pelatihan ini membahas upaya meningkatkan efektivitas pelatihan melalui evaluasi pelatihan yang dirancang secara sistematis dan rinci. Problems To Be Addressed

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini adapun objek penelitiannya adalah Malcolm Baldrige national quality award

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai pijakan dalam peningkatan kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai pijakan dalam peningkatan kualitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini diarahkan sebagai pijakan dalam peningkatan kualitas pembelajaran, yakni menitikberatkan pada pengembangan kerangka model e- learning yang

Lebih terperinci

Hasil tidak sesuai yang diharapkan. Hasil melebihi harapan

Hasil tidak sesuai yang diharapkan. Hasil melebihi harapan Kelompok 9 Pembuatan program Hasil tidak sesuai yang diharapkan Hasil melebihi harapan Evaluasi program evaluasi digunakan untuk menjawab atau mengetes hipotesis evaluasi digunakan untuk bercermin Stufflebeam

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA Modul ke: 12 Drs. Fakultas EKONOMI & BISNIS PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA Ali Mashar, MM Program Studi Manajemen Bagian Isi Pendahuluan Tujuan Pelatihan Metode-metode Pelatihan Evaluasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan, subyek penelitian,

BAB III METODOLOGI. Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan, subyek penelitian, BAB III METODOLOGI Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan, subyek penelitian, alat pengumpul data, dan analisis data. A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan

Lebih terperinci

Training Needs Assessment Organizational Analysis, Person Analysis, Task Analysis

Training Needs Assessment Organizational Analysis, Person Analysis, Task Analysis Company LOGO Training Needs Assessment Organizational Analysis, Person Analysis, Task Analysis Adhyatman Prabowo, M.Psi What... Needs assessment adalah proses yang digunakan untuk menentukan apakah training

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara untuk menguasai suatu tujuan penelitian. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

1. Penetapan dan penyediaan informasi yang bermanfaat untuk menilai keputusan alternatif;

1. Penetapan dan penyediaan informasi yang bermanfaat untuk menilai keputusan alternatif; Pengertian Evaluasi Program Pemahaman mengenai pengertian evaluasi program dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Pengertian evaluasi menurut Stufflebeam

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Radha (2003) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendidikan dan

BAB II URAIAN TEORITIS. Radha (2003) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendidikan dan BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Radha (2003) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Terhadap Peningkatan Produktivitas kerja karyawan pada PDAM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian eksperimental atau penelitian ujicoba merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Langkah-langkah Penelitian Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan suatu aplikasi mobile learning berbasis WAP. Metode

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BANDUNG DRAFT SKRIPSI

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BANDUNG DRAFT SKRIPSI PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BANDUNG DRAFT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Skripsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul

Lebih terperinci

Luthfi Rochmatika TRAINING NEEDS ANALYSIS

Luthfi Rochmatika TRAINING NEEDS ANALYSIS Luthfi Rochmatika TRAINING NEEDS ANALYSIS Content Training Needs Analysis Role in Training Process Training Evaluation Effectiveness Training Matrix Based on Competency Suatu kegiatan yang direncanakan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research &

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research & BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research & Development (R & D). Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Dan Pendekatan Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya tentang

Lebih terperinci

EVALUASI KURIKULUM. Drs. Rudi Susilana, M.Si Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan - FIP - UPI

EVALUASI KURIKULUM. Drs. Rudi Susilana, M.Si Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan - FIP - UPI EVALUASI KURIKULUM IDE HASIL PROGRAM PENGALAMAN SILABUS E V A L U A S I PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI Definisi Evaluasi Kurikulum Daniel Stufflebeam (1971) Stake (1976) Evaluation is the process of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah dan Perkembangan Sentra Pendidikan BRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah dan Perkembangan Sentra Pendidikan BRI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah dan Perkembangan Sentra Pendidikan BRI Sentra Pendidikan BRI mengawali perjalanannya pada tahun 1972 merupakan suatu bagian dari Biro

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel 1. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal

Lebih terperinci

BEBERAPA MODEL EVALUASI PENDIDIKAN (Disarikan dari Seminar Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan) Oleh Sofyan Zaibaski

BEBERAPA MODEL EVALUASI PENDIDIKAN (Disarikan dari Seminar Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan) Oleh Sofyan Zaibaski BEBERAPA MODEL EVALUASI PENDIDIKAN (Disarikan dari Seminar Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan) Oleh Sofyan Zaibaski Dalam sebuah proses pembelajaran komponen yang turut menentukan keberhasilan sebuah proses

Lebih terperinci

Perencanaan. Siklus I. Pengamatan. Perencanaan. Siklus III. Pengamatan. Perencanaan. Pengamatan. Hasil Penelitian

Perencanaan. Siklus I. Pengamatan. Perencanaan. Siklus III. Pengamatan. Perencanaan. Pengamatan. Hasil Penelitian 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penelitian Tindakan Kelas 3.1.1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebuah penelitian yang dilakukan di kelas dengan jalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti yang melakukan penelitian sebelumnya harus menentukan metode penelitian yang akan digunakan pada penelitiannya, karena hal tersebut akan membantu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kinerja Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program ataupun kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

Lebih terperinci

Evaluasi Diklat Pra Jabatan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Sosial Republik Indonesia

Evaluasi Diklat Pra Jabatan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Sosial Republik Indonesia Evaluasi Diklat Pra Jabatan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Sosial Republik Indonesia SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan Tugas Akhir Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ditentukan oleh ketetapan peneliti dalam memilih metodologi penelitiannya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ditentukan oleh ketetapan peneliti dalam memilih metodologi penelitiannya 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting karena berhasil tidaknya, demikian juga tinggi rendahnya kualitas hasil penelitiannya sangat ditentukan oleh

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERJANJIAN KINERJA DAN INDIKATOR KINERJA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Metode Peer Learning (Teman Sebaya) Menurut (Miller et al.,1994), peer learning merupakan metode pembelajaran yang sangat tepat digunakan pada peserta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakkan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakkan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kuasi Eksperimen atau eksperimen semu. Pada penelititian kuasi eksperimen (eksperimen semu) menggunakkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif. Artinya data yang dikumpulkan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif. Artinya data yang dikumpulkan 69 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka saja, melainkan data tersebut berasal dari catatan lapangan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development).

III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development). 67 III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Desain penelitian pengembangan berdasarkan langkah-langkah penelitian pengembangan

Lebih terperinci

Oleh Didik Rinan Sumekto, S.Pd., M.Pd.

Oleh Didik Rinan Sumekto, S.Pd., M.Pd. EFEKTIFITAS SISTEM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERBANKANSYARIAHMELALUI PENERAPANEVALUASI EVALUASI MODEL CIPP Oleh Didik Rinan Sumekto, S.Pd., M.Pd. Dipresentasikan pada sesi Seminar tentang Perbankan Syariah

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM. PERTEMUAN 1 Oleh: Prof. Dr. Yetti Supriyati, MPd.

EVALUASI PROGRAM. PERTEMUAN 1 Oleh: Prof. Dr. Yetti Supriyati, MPd. EVALUASI PROGRAM PERTEMUAN 1 Oleh: Prof. Dr. Yetti Supriyati, MPd. 1 Interrelation among concept : Doran, Lawrenz & Helgenson (1995) EVALUATION TESTING MEASUREMENT ASSESSMENT Evaluation: to evaluate the

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Negeri 2 Cilaku Cianjur Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur. Jl.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Negeri 2 Cilaku Cianjur Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur. Jl. 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Pelaksanaan Penelitian 3. 1. 1 Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Cilaku Cianjur Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan metode penelitian yang akan dipakai pada penelitiannya, karena

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan metode penelitian yang akan dipakai pada penelitiannya, karena BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti yang akan melakukan penelitian harus mengetahui serta menentukan metode penelitian yang akan dipakai pada penelitiannya, karena metode penelitian

Lebih terperinci

Urgensi Analisis Kebutuhan Diklat Dalam Menentukan Jenis Pendidikan dan Pelatihan yang akan diberikan kepada peserta Diklat. Oleh:

Urgensi Analisis Kebutuhan Diklat Dalam Menentukan Jenis Pendidikan dan Pelatihan yang akan diberikan kepada peserta Diklat. Oleh: Urgensi Analisis Kebutuhan Diklat Dalam Menentukan Jenis Pendidikan dan Pelatihan yang akan diberikan kepada peserta Diklat Oleh: Dr. Elsanra Eka Putra, S.Pd, M.Si Kasubid Perencanaan Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Model Kompetensi Menurut Schoonover Associates, kompetensi adalah perilaku atau sekumpulan perilaku yang mengambarkan kinerja yang bagus dalam pekerjaan. Sedangkan model

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

Evaluasi Program Pelatihan

Evaluasi Program Pelatihan FORUM Evaluasi Program Pelatihan Oleh : M. Nasrul, M.Si Evaluasi pelatihan adalah usaha pengumpulan informasi dan penjajagan informasi untuk mengetahui dan memutuskan cara yang efektif dalam menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. design. Pre- Experimental Designs (non designs) belum

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. design. Pre- Experimental Designs (non designs) belum BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain penelitian 1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode preexperimental design. Pre- Experimental Designs (non designs)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode yang digunakan BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dimagsudkan untuk memecahkan masalah pada proses pembelajaran, dengan aplikasi simulator kelistrikan sistem starter pada kompetensi dasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerapan teknologi informasi yang sangat pesat membawa dampak secara global dimana hampir semua perusahaan baik yang bergerak di bidang perdagangan ataupun di bidang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. 1 Tinjauan Teoretis 2.1. 1 Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM OLEH : DRS.ZAINAL ARIFIN, M.PD. NIP

EVALUASI PROGRAM OLEH : DRS.ZAINAL ARIFIN, M.PD. NIP EVALUASI PROGRAM OLEH : DRS.ZAINAL ARIFIN, M.PD. NIP.19610501.1986011003 JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA B A N D U N G 2010 DEFINISI

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. di BUMIDA untuk mengatasi kelemahan financial control system yang selama ini

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. di BUMIDA untuk mengatasi kelemahan financial control system yang selama ini BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kebutuhan akan sistem manajemen strategis yang komprehensif dan integratif di BUMIDA untuk mengatasi kelemahan financial control system yang selama ini digunakan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelatihan Pelaksanaan pelatihan didalam suatu perusahaan sangatlah penting. Perusahaan memiliki tujuan tersendiri untuk memberikan pelatihan pada karyawannya. Pelatihan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT Pertamina (Persero) adalah dengan melakukan implementasi sistem Enterprise

BAB I PENDAHULUAN. PT Pertamina (Persero) adalah dengan melakukan implementasi sistem Enterprise BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu inisiatif besar dalam proses transformasi yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) adalah dengan melakukan implementasi sistem Enterprise Resource Planning

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah quasi experiment. Dengan desain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah quasi experiment. Dengan desain 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah quasi experiment. Dengan desain eksperimen yang digunakan adalah one group before after atau pre-test and

Lebih terperinci