PENGARUH MODIFIKASI PERMUKAAN SELULOSA NATA DE COCO DENGAN ANHIDRIDA ASETAT DALAM MENGIKAT ION LOGAM BERAT Cd 2+ DALAM CAMPURAN Cd 2+ DAN Pb 2+

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH MODIFIKASI PERMUKAAN SELULOSA NATA DE COCO DENGAN ANHIDRIDA ASETAT DALAM MENGIKAT ION LOGAM BERAT Cd 2+ DALAM CAMPURAN Cd 2+ DAN Pb 2+"

Transkripsi

1 PENGARUH MODIFIKASI PERMUKAAN SELULOSA NATA DE COCO DENGAN ANHIDRIDA ASETAT DALAM MENGIKAT ION LOGAM BERAT Cd 2+ DALAM CAMPURAN Cd 2+ DAN Pb 2+ Lailiyah, N 1, Wonorahardjo, S 1, Joharmawan, R 1 1 Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang Nisfatulllailiyah04@gmail.com; s_wonorahardjo@yahoo.com ABSTRAK: Pada penelitian ini telah dilakukan adsorpsi ion Cd 2+ dengan Pb 2+ sebagai ion pengganggu yang memanfaatkan serbuk selulosa nata de coco sebagai adsorben menggunakan metode batch. Selain itu juga digunakan adsorben selulosa termodifikasi (hasil reaksi asetilasi nata dengan anhidrida asetat) untuk dibandingkan kemampuan adsorpsinya dan pengaruhnya tehadap pola gangguan dari ion Pb 2+. Hasil pengukuran konsentrasi ion Cd 2+ dan Pb 2+ dengan menggunakan AAS (Absorption Atomic Spectrophotometer) menunjukkan bahwa: (1) selulosa nata memiliki kemampuan mengadsorpsi ion Cd 2+ dan Pb 2+ lebih baik dibandingkan dari selulosa termodifikasi, (2) persen teradsorpsi Cd 2+ pada adsorben selulosa nata menurun seiring dengan kenaikan konsentrasi ion pengganggu Pb 2+, sedangkan persen teradsorpsi Cd 2+ pada adsorben selulosa asetat tidak terpengaruh dengan kenaikan konsentrasi ion pengganggu Pb 2+, dan (3) pola atau mekanisme gangguan dari ion Pb 2+ terhadap adsorpsi ion Cd 2+ menurun dengan adanya modifikasi adsorben selulosa nata menjadi selulosa asetat (selulosa termodifikasi). Kata-kata kunci: adsorpsi, selulosa asetat, selulosa nata de coco, anhidrida asetat, ion logam berat. PENDAHULUAN Penelitian di bidang adsorpsi telah banyak dilakukan, terutama penelitian tentang material alam yang dapat digunakan sebagai adsorben alternatif agar mampu bersaing dengan adsorben komersial seperti arang akif. Salah satu contoh material alam yang dapat digunakan sebagai adsorben tersebut adalah selulosa nata de coco. Beberapa penelitian sebelumnya telah menggunakan adsorben selulosa nata de coco dan ion Cd 2+ dalam air sebagai adsorbat untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi. Penelitian Saputri (2010) mempelajari pengaruh waktu kontak terhadap adsorpsi Cd 2+ pada selulosa nata de coco, sedangkan Ratnaningsih (2010) mempelajari pengaruh konsentrasi ion pengganggu Cu 2+ dalam adsorpsi Cd 2+ pada selulosa nata de coco. Pada penelitian ini akan mempelajari keberadaan ion pengganggu Pb 2+ dengan variasi konsentrasi tertentu dalam proses adsorpsi Cd 2+ pada selulosa nata de coco. Ion Pb 2+ dipilih sebagai ion pengganggu karena ion Pb 2+ memiliki muatan yang sama dengan Cd 2+ dan juga termasuk logam berat pencemar yang berbahaya. Namun ion Pb 2+ dan Cd 2+ memiliki nomor atom, nomor massa atom relatif, periode, golongan, dan muatan inti efektif yang berbeda yang menimbulkan terjadinya kompetisi antara Cd 2+ dan Pb 2+. Selain faktor konsentrasi ion pengganggu juga akan digunakan faktor jenis adsorben. Digunakan dua adsorben tersebut bertujuan untuk membandingkan kemampuan adsorpsinya dari keduanya. Adsorben yang pertama adalah adsorben nata de coco tanpa modifikasi seperti pada penelitian sebelumnya (selulosa nata), dan adsorben yang kedua adalah adsorben selulosa nata de coco yang telah dimodifikasi dengan anhidrida asetat sehingga menghasilkan adsorben selulosa asetat (selulosa termodifikasi).

2 Proses modifikasi selulosa nata menjadi selulosa termodifikasi tersebut menyebabkan perubahan jumlah gugus hidroksil, kepolaran dan topologi permukaan yang dapat mempengaruhi kemampuan adsorpsi dari adsorben. Selain itu, proses modifikasi tersebut juga dapat mempengaruhi pola gangguan ion pengganggu Pb 2+ terhadap proses adsorpsi Cd 2+. Perubahan kemampuan adsorpsi dan pola gangguan ion pengganggu inilah yang akan dipelajari dan dijadikan sebagai penelitian awal untuk mengetahui sifat permukaan selulosa termodifikasi sebagai adsorben, sebelum dilakukannya penelitian lanjutan yang menggunakan adsorbat lain seperti senyawa organik. METODOLOGI Pembuatan Serbuk Selulosa Pada tahap preparasi sebanyak 35 kg lembaran nata de coco di potong dadu dengan ukuran ± 1,5 x 2 x 2 cm, kemudian direbus sebanyak dua kali, masing-masing selama 3 jam dan 1 jam, setelah itu dibilas dengan air panas dan diblender sampai halus seberti bubur. Nata dalam bentuk bubur tersebut kemudian dioven pada suhu 50 o C selama 6 jam, kemudian dihaluskan kembali dengan blender sampai menjadi serbuk nata de coco dan selanjutnya diayak dengan ukuran 48 mesh. Pembuatan Selulosa Asetat (Selulosa Termodifikasi) Serbuk selulosa nata de coco sebanyak 5,00 g diaktivasi dengan 100 ml asam asetat glasial selama 30 menit disertai pengadukan pada suhu 35 o C. Selulosa hasil aktivasi ditambah dengan campuran asam asetat glasial dan asam sulfat (40mL : 5 ml) dan diaduk selama 30 menit. Lalu disaring dan diasetilasi dengan 15 ml anhidrida selama 30 menit pada suhu 35 o C, selanjutnya larutan didinginkan pada suhu ruang. Larutan hasil asetilasi ditambah dengan 50 ml aquades secara perlahan dan dijaga tetap pada suhu ruang sampai membentuk gumpalan putih, dibilas dengan aquades sampai air bilasan jernih, setelah itu disaring dan dioven pada suhu 105 o C selama 30 menit serta pada suhu 40 o C selama 24 jam. Selulosa asetat yang terbentuk dihaluskan dengan mortar dan diayak dengan ukuran 48 mesh. Karakterisasi Adsorben Dilakukan beberapa karakterisasi pada adsorben baik selulosa nata maupun selulosa termodifikasi, antara lain karakterisasi kadar air, kadar abu, daya serap iod dan kadar asetil. Identifikasi Topografi Permukaan Adsorben Identifikasi topografi permukaan adsorben dengan menggunakan SEM dilakukan untuk selulosa nata de coco sebelum dimodifikasi dan selulosa setelah dimodifikasi. Identifikasi Gugus Fungsi Identifikasi gugus fungsi menggunakan FT-IR dilakukan untuk selulosa nata de coco sebelum dimodifikasi dan selulosa yang setelah dimodifikasi.

3 Adsorpsi Ion Cd 2+ dan Pb 2+ Sebanyak 0,50 g adsorben ke dalam 8 Erlenmeyer berbeda. Sebanyak 4 Erlenmeyer masing-masing dilabeli kode S 1, S 2, S 3, dan S 4 untuk adsorben berupa selulosa nata, sedangkan 4 erlenmeyer lain masing-masing dilabeli kode SA 1, SA 2, SA 3, dan SA 4 untuk adsorben berupa selulosa termodifikasi. Pada 8 buah Erlrnmeyer masing-masing ditambah 50 ml larutan campuran 10 ppm Cd 2+ dan 0 ppm Pb 2+ untuk Erlenmeyer berlabel S 1 dan SA 1, ditambah 50 ml larutan campuran 10 ppm Cd 2+ dan 5 ppm Pb 2+ untuk Erlenmeyer berlabel S 2 dan SA 2, ditambah 50 ml larutan campuran 10 ppm Cd 2+ dan 10 ppm Pb 2+ untuk Erlenmeyer berlabel S 3 dan SA 3, dan ditambah 50 ml larutan campuran 10 ppm Cd 2+ dan 20 ppm Pb 2+ untuk Erlenmeyer berlabel S 4 dan SA 4. Selanjutnya campuran adsorben dan adsorbat tersebut di shaker selama 30 menit dengan kecepatan 100 rpm. Setelah proses shaker selesai, filtrat hasil adsorpsi disentrifus selama 30 menit dengan kecepatan 1000 rpm dan diuji dengan AAS menggunakan kurva kalibrasi Cd 2+ (pada λ=228,8 nm) dan Pb 2+ (pada λ=283,3 nm) yang telah dibuat sebelumnya untuk ditentukan konsentrasi atau kadar ion logam Cd 2+ dan Pb 2+ dalam larutan setelah adsorpsi. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Serbuk Selulosa dan Selulosa Asetat (Selulosa Termodifikasi) Dari 35 kg lembaran basah selulosa nata de coco dihasilkan 435,86 gram serbuk selulosa nata de coco dengan ukuran lolos ayakan 48 mesh. Sebagian dari serbuk selulosa nata tersebut diasetilasi dengan anhidrida asetat dan asam sulfat sebagai katalis. Penambahan katalis asam sulfat pada proses asetilasi bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi antara gugus hidroksil pada selulosa dengan anhidrida asetat (Gambar 1). Ion H + dari asam sulfat memprotonasi atom O pada gugus asetil (C=O) sehingga menyebabkan atom C tempat terikatnya atom O yang terprotonasi bersifat nukleofilik dan mudah menyerang gugus hidroksil (- OH) pada selulosa sehingga terbentuk selulosa asetat. + H + + Gambar 1. Reaksi Asetilasi Selulosa Tingkat keberhasilan proses subtitusi gugus asetil pada gugus (-OH) cukup tinggi, hal ini ditunjukkan dengan persen kadar asetil selulosa termodifikasi, yaitu sebesar 50,2%. Keberhasilan proses asetilasi juga dapat dibuktikan dengan membandingkan hasil spektrum FT-IR selulosa nata dengan selulosa termodifikasi (selulosa asetat). Pada spektra selulosa asetat muncul dua daerah serapan baru dengan intensitas serapan yang kuat yaitu gugus karbonil (C=O) yang tajam pada daerah 1732,08 cm -1 dan gugus C-O ester pada daerah 1371,39 cm -1. Munculnya gugus karbonil (C=O) dan gugus C-O ester serta hilangnya

4 puncak OH pada daerah sekitar 3000 cm -1 ini menunjukkan keberhasilan reaksi substitusi gugus OH pada selulosa nata de coco oleh gugus asetil (CH 3 C=O). Karakterisasi Adsorben Tujuan karakterisasi adalah untuk mengetahui sifat-sifat (karakter) fisik maupun kimia dari suatu adsorben terutama dalam fungsinya sebagai adsorben. Kadar air selulosa nata dan selulosa termodifikasi cukup tinggi. Kadar air yang cukup tinggi pada adsorben menunjukkan molekul-molekul air yang terkandung pada adsorben cukup banyak dan dapat menghalangi adsorbat untuk teradsorpsi ke dalam pori-pori adsorben, selain itu juga dapat mengganggu proses asetilasi pada pembuatan selulosa asetat (selulosa termodifikasi) karena air yang terkandung pada selulosa nata dapat bereaksi dengan anhidrida asetat membentuk asam asetat, sehingga jumlah anhidrida asetat yang akan bereaksi dengan selulosa nata akan berkurang. Daya serap iod selulosa nata lebih tinggi dari pada selulosa termodifikasi yang menunjukkan bahwa luas permukaan spesifik selulosa nata lebih besar dibandingkan selulosa termodifikasi. Kadar abu selulosa nata cukup tinggi, ini menunjukkan selulosa nata mengandung pengotor ataupun mineralmineral lain yang dapat mengurangi sisi aktif pada adsorben. Adsorpsi Ion Cd 2+ dan Pb 2+ Hubungan persen teradsorpsi ion Cd 2+ dan Pb 2+ terhadap ion pengganggu Pb 2+ pada adsorben selulosa nata maupun selulosa termodifikasi ditunjukkan pada Gambar 2. Selulosa nata menyerap lebih banyak ion logam Pb 2+ dibandingkan Cd 2+. Hal ini karena ion logam Pb 2+ memiliki massa molekul relatif yang lebih tinggi dibandingkan massa molekul relatif Cd 2+, sehingga Pb 2+ lebih cepat jatuh (sampai) ke permukaan adsorben dan terjerap pada adsorben dibandingkan Cd 2+. Ion Pb 2+ memiliki jari-jari ion yang lebih besar dari ion Cd 2+ sehingga memiliki gaya elektrostatik yang relatif kecil dan menyebabkan kemampuan ion Pb 2+ menarik molekul air disekitarnya lemahnya. Dengan lemahnya kemampuan Pb 2+ dalam menarik molekul air, maka jari-jari hidrasinya yang dimiliki menjadi lebih kecil dan mobilitas atau pergerakan ion Pb 2+ dalam air makin tinggi (cepat), sehingga ion Pb 2+ lebih mudah sampai kepermukaan adsorben. Selain itu, Pb 2+ dari Pb(NO 3 ) 2 memiliki nomor atom lebih besar dari pada Cd 2+ dari Cd(NO 3 ) 2 yang menunjukkan jumlah proton yang dimiliki oleh Pb 2+ lebih besar dari pada Cd 2+. Jumlah proton dalam Pb 2+ yang lebih besar dari Cd 2+ ini mengakibatkan daya tarik inti dan muatan inti efektif yang dimiliki Pb 2+ lebih besar sehingga akan lebih mempermudah Pb 2+ dalam menginduksi selulosa nata yang bersifat non polar dan membentuk gaya tarik elektrostatik yang di sebut gaya dipol-dipol induksian. Variasi konsentrasi ion pengganggu Pb 2+ yang makin meningkat tidak mempengaruhi persen keterserapan ion Cd 2+ pada adsorben selulosa termodifikasi. Hal ini ditunjukkkan dengan nilai % keterserapan ion Cd 2+ yang relatif konstan dalam tiap kenaikan variasi konsentrasi ion pengganggu (Gambar 2). Pola gangguan ion Pb 2+ mulai bertambah saat konsentrasinya sebesar dua kali lipat dari konsentrasi Cd 2+. Hal ini dikarenakan dengan adanya penambahan ion pengganggu Pb 2+ dengan konsentrasi sebesar dua kali lipat dari konsentrasi ion Cd 2+ dapat meningkatkan peluang Pb 2+ untuk bertumbukan dengan Cd 2+ yang sudah teradsorpsi sehingga ion Cd 2+ yang menempel pada permukaan adsorben

5 % Teradsorpsi mengalami desorpsi dan menuju daerah bulk liquid, selanjutnya berdifusi ke surface liquid. Pada surface liquid ini, ion Cd 2+ yang terdesorpsi tersebut akan berotasi, bervibrasi, bertumbukan dan berkompetisi kembali dengan ion Pb 2+, NO 3 -, OH - dan H + untuk dapat berinteraksi kembali di permukaan adsorben, peluang keterserapan Cd 2+ pada posisi semula atau posisi yang sama dengan posisi pertama kali Cd 2+ terserap sangat kecil karena posisi (sisi aktif) semula sudah terisi oleh ion lain Adsorpsi Ion Cd 2+ pada Selulosa Nata dan Selulosa Termodifikasi dengan Ion Pengganggu Pb Konsentrasi Ion Pb 2+ (ppm) Cd (II) selulosa nata Pb (II) selulosa nata Cd (II) selulosa termodifikasi Pb (II) selulosa termodifikasi Gambar 2. Kurva Adsorpsi Ion Cd 2+ dan Pb 2+ pada Selulosa Nata dan Selulosa Termodifikasi dengan Ion Pengganggu Pb 2+ selulosa nata termodifikasi menyerap lebih banyak ion logam Cd 2+ dibandingkan Pb 2+. Hal ini dikarenakan walaupun mobilitas atau pergerakan ion Pb 2+ lebih cepat dari pada ion Cd 2+, namun pergerakan kedua ion tersebut dipengaruhi oleh halangan sterik yang timbul dari dinding ruang kosong (dinding pori), ruang kosong selulosa termodifikasi berukuran lebih kecil (berukuran nano) dibandingkan ruang kosong pada selulosa nata yang berukuran mikro sehingga mengakibatkan ion Pb 2+ yang berjari-jari lebih besar (112 pm) dari pada ion Cd 2+ (92 pm) lebih sulit masuk dan berinteraksi dengan permukaan dalam dari ruang kosong selulosa termodifikasi. Dengan adanya halangan sterik tersebut, maka Ion Cd 2+ yang berukuran lebih kecil berpeluang untuk berinterakasi di permukaan dalam ruang kosong selulosa termodifikasi maupun di permukaan selulosa termodifikasi, sedangkan untuk ion Pb 2+ yang tidak dapat masuk kedalam ruang kosong selulosa termodifikasi, hanya memiliki peluang untuk berinteraksi dengan selulosa termodifikasi di bagian permukaannya saja. Ukuran jari-jari ion Pb 2+ yang lebih besar Cd 2+, menyebabkan ion Pb 2+ tidak dapat masuk kedalam ruang kosong selulosa termodifikasi untuk berkompetisi dan bertumbukan dengan ion Cd 2+. Sehingga proses desorpsi pada ion Cd 2+ yang lebih dulu masuk dan menempel dengan permukaan dalam ruang kosong adsorben menjadi kecil (pola gangguan ion Pb 2+ menghilang). Pada Gambar 2 juga menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan adsorpsi ion Cd 2+ dan Ion Pb 2+ oleh adsorben selulosa nata dan selulosa

6 termodifikasi, yaitu dimana selulosa nata memiliki kemampuan adsorpsi lebih besar dalam mengadsorpsi ion logam berat Cd 2+ dan Pb 2+ dibandingkan dengan selulosa termodifikasi. Hal ini karena secara bentuk struktur atau bentuk topologi permukaan, selulosa nata memiliki ukuran diameter ruang kosong yang lebih besar dibandingkan dengan ukuran diameter ruang kosong yang dimiliki oleh selulosa termodifikasi. Sehingga ion Cd 2+ dan Pb 2+ bisa lebih mudah masuk dan berinterakasi ke dalam ruang kosong selulosa nata yang berukuran lebih besar. Selain itu, kepolaran dimiliki selulosa termodifikasi lebih rendah dibandingkan kepolaran selulosa nata. Nilai kepolaran tersebut dapat dilihat dari tetapan dielektrik yang dimiliki adsorben. Semakin besar harga tetapan dielektriknya, maka makin besar pula kepolarannya (Marfu ah dan Wahjudi : 2004). Tetapan dielektrik yang dimiliki oleh selulosa nata dan selulosa asetat (selulosa termodifikasi) adalah masing-masing sebesar 3,2 7,5 dan 3,2 7,0 ( Ion logam Cd 2+ maupun Pb 2+ lebih mudah menginduksi selulosa nata yang lebih polar dibandingkan dengan selulosa termodifikasi karena setelah proses induksian, selulosa nata akan lebih mudah membentuk dipol induksian sehingga gaya tarik elektrostatik yang disebut gaya dipol-dipol induksian antara ion logam dengan selulosa nata lebih cepat muncul. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) selulosa nata memiliki kemampuan mengadsorpsi ion Cd 2+ dan Pb 2+ lebih baik dibandingkan dari selulosa termodifikasi, (2) persen teradsorpsi Cd 2+ pada adsorben selulosa nata menurun seiring dengan kenaikan konsentrasi ion pengganggu Pb 2+, sedangkan persen teradsorpsi Cd 2+ pada adsorben selulosa asetat tidak terpengaruh dengan kenaikan konsentrasi ion pengganggu Pb 2+, dan (3) pola atau mekanisme gangguan dari ion Pb 2+ terhadap adsorpsi ion Cd 2+ menurun dengan adanya modifikasi adsorben selulosa nata menjadi selulosa asetat (selulosa termodifikasi). Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan yaitu: (1) perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui ph dan waktu kontak optimum adsorpsi ion Cd 2+ dan Pb 2+ pada selulosa asetat dan selulosa nata de coco, (2) perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan meningkatkan konsentrasi ion pengganggu Pb 2+ pada proses adsorpsi Cd 2+ dengan adsorben selulosa nata dan selulosa termodifikasi, dan (3)perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mempelajari gangguan ion NO 3 - dari larutan Cd(NO 3 ) 2 dan Pb(NO 3 ) 2 pada proses adsorpsi Cd 2+ dengan adsorben selulosa nata dan selulosa termodifikasi. DAFTAR RUJUKAN Alberty, T.A Physical Chemistry 6 th Edition. New York: John Wiley and Sons. Castellan, G.W Physical Chemistry 3 rd Edition. Canada: Addison Wesley Publising Company

7 Effendy Teori Vsepr:Kepolaran, dan Gaya Intermolekul. Malang: Bayumedia Publishing. Hamdiani, S Termodinamika Adsorpsi Multi Logam Au-Cu, Au-Ni dan Au- Cu-Ni pada Hibrida Merkapto-Silika. Artikel diseminarkan pada Seminar Nasional Himpunan Kimia Indonesia (SNHKI), Makassar, 2 Agustus (Online), ( diakses 27 Juli Kimmich, R Strange Kinetics, Porous Media, and NMR. Chemical Physic, (284): Marfu ah, S. & Wahjudi Kimia Organik Fisik bagian I. Malang : FMIPA Universitas Negeri Malang. Ratnaningsih, F.D Pengaruh Konsentrasi Ion Cu 2+ terhadap Adsorpsi IonCd 2+ dari Larutan Cd(NO 3 ) 2 dan Cu(NO 3 ) 2 oleh Nata De Coco dengan Metode Batch. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia Universitas Negeri Malang. Sukardjo Kimia Anorganik. Yogyakarta: Bina Aksara.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DAN UJI KEMAMPUAN SERBUK AMPAS KELAPA ASETAT SEBAGAI ADSORBEN BELERANG DIOKSIDA (SO 2 )

KARAKTERISASI DAN UJI KEMAMPUAN SERBUK AMPAS KELAPA ASETAT SEBAGAI ADSORBEN BELERANG DIOKSIDA (SO 2 ) KARAKTERISASI DAN UJI KEMAMPUAN SERBUK AMPAS KELAPA ASETAT SEBAGAI ADSORBEN BELERANG DIOKSIDA (SO 2 ) Yohanna Vinia Dewi Puspita 1, Mohammad Shodiq Ibnu 2, Surjani Wonorahardjo 3 1 Jurusan Kimia, FMIPA,

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+ MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini; Latar Belakang: Sebelum air limbah domestik maupun non domestik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat-alat yang digunakan Ayakan ukuran 120 mesh, automatic sieve shaker D406, muffle furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat titrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3. 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini : Latar belakang penelitian Rumusan masalah penelitian Tujuan penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Teknik Kimia FT Unnes yang meliputi pembuatan adsorben dari Abu sekam padi (rice husk), penentuan kondisi optimum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2013 di Laboratorium Riset dan Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung untuk pengambilan biomassa alga porphyridium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tahap Persiapan Tahap persiapan yang dilakukan meliputi tahap studi literatur, persiapan alat dan bahan baku. Bahan baku yang digunakan adalah nata de banana. 3.1. Persiapan

Lebih terperinci

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 217 ADSORPSI

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. 3.2 Alat dan Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN L1.1 DATA HASIL PERCOBAAN BET Tabel L1.1 Data Hasil Analisa BET No Jenis Analisa Suhu (ᴼC) 110 500 800 1 Luas Permukaan (m 2 /g) 725,436 807,948 803,822 2 Volume pori (cc/g)

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selulosa merupakan polisakarida yang berbentuk padatan, tidak berasa, tidak berbau dan terdiri dari 2000-4000 unit glukosa yang dihubungkan oleh ikatan β-1,4 glikosidik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum tentang pemanfaatan cangkang kerang darah (AnadaraGranosa) sebagai adsorben penyerap logam Tembaga (Cu) dijelaskan melalui

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu penentuan spektrum absorpsi dan pembuatan kurva kalibrasi dari larutan zat warna RB red F3B. Tahap

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009). BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg, shaker, termometer, spektrofotometer serapan atom (FAAS GBC), Oven Memmert, X-Ray

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban 5 Kulit kacang tanah yang telah dihaluskan ditambahkan asam sulfat pekat 97%, lalu dipanaskan pada suhu 16 C selama 36 jam. Setelah itu, dibilas dengan air destilata untuk menghilangkan kelebihan asam.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN L-1.1 DATA HASIL PERSIAPAN ADSORBEN Berikut merupakan hasil aktivasi adsorben batang jagung yaitu pengeringan batang jagung pada suhu tetap 55 C. L-1.1.1 Data pengeringan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia FMIPA Unila. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory), 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory), Karakterisasi FTIR dan Karakterisasi UV-Vis dilakukan di laboratorium Kimia Instrumen,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

PREPARASI SILIKA, ALUMINA UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd 2+ DAN Pb 2+ SEBAGAI CO-ION DALAM CAMPURAN

PREPARASI SILIKA, ALUMINA UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd 2+ DAN Pb 2+ SEBAGAI CO-ION DALAM CAMPURAN PREPARASI SILIKA, ALUMINA UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd 2+ DAN Pb 2+ SEBAGAI CO-ION DALAM CAMPURAN Rizki Amelia, Surjani Wonorahardjo, Ridwan Joharmawan Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

AMOBILISASI LOGAM BERAT Cd 2+ dan Pb 2+ DENGAN GEOPOLIMER. Warih Supriadi

AMOBILISASI LOGAM BERAT Cd 2+ dan Pb 2+ DENGAN GEOPOLIMER. Warih Supriadi AMOBILISASI LOGAM BERAT Cd 2+ dan Pb 2+ DENGAN GEOPOLIMER Warih Supriadi BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Encapsulation B3 tidak boleh bebas Di lingkungan (Chen. dkk, 2008) Amobilisasi dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis Penentuan panjang gelombang maksimum (λ maks) dengan mengukur absorbansi sembarang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai September 2012 di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia.

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram) LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN A. DATA PENGAMATAN 1. Uji Kualitas Karbon Aktif 1.1 Kadar Air Terikat (Inherent Moisture) - Suhu Pemanasan = 110 C - Lama Pemanasan = 2 Jam Tabel 8. Kadar Air Terikat pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air Ratni Dewi 1, Fachraniah 1 1 Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK Kehadiran

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL [Activation Study of Tamarind Seeds Activated Carbon (Tamarindus indica

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN L1.1 DATA HASIL PERCOBAAN Berikut merupakan gambar hasil analisa SEM adsorben cangkang telur bebek pada suhu aktivasi 110 0 C, 600 0 C dan 800 0 C dengan berbagai variasi

Lebih terperinci

Adsorpsi Pb (II) oleh Lempung Alam Desa Talanai (Das Kampar): modifikasi NaOH ABSTRAK

Adsorpsi Pb (II) oleh Lempung Alam Desa Talanai (Das Kampar): modifikasi NaOH ABSTRAK 10-13Desember2012 Adsorpsi Pb (II) oleh Lempung Alam Desa Talanai (Das Kampar): modifikasi NaOH Amilia Linggawati*), Muhdarina, Nurhayati, T. Arifiil Amri, Andri Yulis dan Herlinda Laboratorium Kimia Fisika,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Sampel Buatan Pada prosedur awal membuat sampel buatan yang digunakan sebagai uji coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SERAP TONGKOL JAGUNG TERHADAP KALIUM, NATRIUM, SULFIDA DAN SULFAT PADA AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

ANALISIS DAYA SERAP TONGKOL JAGUNG TERHADAP KALIUM, NATRIUM, SULFIDA DAN SULFAT PADA AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU ANALISIS DAYA SERAP TONGKOL JAGUNG TERHADAP KALIUM, NATRIUM, SULFIDA DAN SULFAT PADA AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU S. Amir 1, Chainulfiffah 2, Itnawita 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia 2 Bidang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Uji Akademi Kimia Analisis Penelitian dilakukan bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012.

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE

BAB III. BAHAN DAN METODE 10 BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Februari dan berakhir pada bulan Agustus 2011. Proses pembuatan dan pengujian arang aktif dilakukan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Waktu Optimal yang Diperlukan untuk Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Data konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia

Lebih terperinci

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HasU Penelitian 4.1.1. Sintesis Zeolit mo 3«00 3200 2aiW 2400 2000 IMO l«m l«m I2«) 1000 100 600 430.0 Putri H_ kaolin 200 m_zeolit Gambar 11. Spektogram Zeolit A Sintesis

Lebih terperinci

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VIII Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Periset Sains Kimia di Era Program Studi Pendidikan FKIP UNS Surakarta, 14 Mei 2016 MAKALAH PENDAMPING PARALEL

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN 1.1 BILANGAN IODIN ADSORBEN BIJI ASAM JAWA Dari modifikasi adsorben biji asam jawa yang dilakukan dengan memvariasikan rasio adsorben : asam nitrat (b/v) sebesar 1:1, 1:2, dan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 13

Lebih terperinci

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl Indri Ayu Lestari, Alimuddin, Bohari Yusuf Program Studi Kimia FMIPA Universitas Mulawarman Jalan

Lebih terperinci

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Persiapan Adsorben Cangkang Gonggong Cangkang gonggong yang telah dikumpulkan dicuci bersih dan dikeringkan dengan matahari. Selanjutnya cangkang gonggong

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penjelasan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah bambu dapat digunakan sebagai bahan baku adsorben serta pengaruh dari perbandingan bambu tanpa aktivasi

Lebih terperinci

Pembuatan selulosa dari kulit singkong termodifikasi 2-merkaptobenzotiazol untuk pengendalian pencemaran logam kadmium (II)

Pembuatan selulosa dari kulit singkong termodifikasi 2-merkaptobenzotiazol untuk pengendalian pencemaran logam kadmium (II) J. Sains Dasar 2014 3 (2) 169-173 Pembuatan selulosa dari kulit singkong termodifikasi 2-merkaptobenzotiazol untuk pengendalian pencemaran logam kadmium (II) [Cellulose production from modified cassava

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum tentang pemanfaatan lumpur PDAM Tirta Binangun sebagai adsorben penyerap ion logam Kadmium (Cd 2+ ) dijelaskan melalui

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ISOTHERM ADSORPSI Oleh : Kelompok 2 Kelas C Ewith Riska Rachma 1307113269 Masroah Tuljannah 1307113580 Michael Hutapea 1307114141 PROGRAM SARJANA STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau selama kurang lebih 5

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil

Lebih terperinci

ADSORPSI SIMULTAN KITOSAN-BENTONIT TERHADAP ION LOGAM DAN RESIDU PESTISIDA DALAM AIR MINUM DENGAN TEKNIK BATCH

ADSORPSI SIMULTAN KITOSAN-BENTONIT TERHADAP ION LOGAM DAN RESIDU PESTISIDA DALAM AIR MINUM DENGAN TEKNIK BATCH ADSORPSI SIMULTAN KITOSAN-BENTONIT TERHADAP ION LOGAM DAN RESIDU PESTISIDA DALAM AIR MINUM DENGAN TEKNIK BATCH (Diseminarkan pada seminar nasional kimia UNJANI, Oktober 2011) Cici Sri Hartati, Anna Permanasari,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penjelasan Umum Penelitian ini menggunakan lumpur hasil pengolahan air di PDAM Tirta Binangun untuk menurunkan ion kadmium (Cd 2+ ) yang terdapat pada limbah sintetis. Pengujian

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II) LAMPIRAN I LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II) 1. Persiapan Bahan Adsorben Murni Mengumpulkan tulang sapi bagian kaki di RPH Grosok Menghilangkan sisa daging dan lemak lalu mencucinya dengan air

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitiaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 53 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Mutu Kitosan Hasil analisis proksimat kitosan yang dihasilkan dari limbah kulit udang tercantum pada Tabel 2 yang merupakan rata-rata dari dua kali ulangan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial Selulosa mikrobial kering yang digunakan pada penelitian ini berukuran 10 mesh dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik dan Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Lampung, serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Hasil penentuan kandungan oksida logam dalam abu boiler PKS Penentuan kandungan oksida logam dari abu boiler PKS dilakukan dengan menggvmakan XRF

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung

Lebih terperinci

POTENSI ARANG AKTIF BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) SEBAGAI ADSORBEN ION KADMIUM (II) DAN TIMBAL (II) DENGAN AKTIVATOR H 2 SO 4

POTENSI ARANG AKTIF BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) SEBAGAI ADSORBEN ION KADMIUM (II) DAN TIMBAL (II) DENGAN AKTIVATOR H 2 SO 4 POTENSI ARANG AKTIF BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) SEBAGAI ADSORBEN ION KADMIUM (II) DAN TIMBAL (II) DENGAN AKTIVATOR H 2 SO 4 Sri Munawarah 1, Tengku Abu Hanifah 2, Subardi Bali 2 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

Jurnal MIPA 37 (1): (2014) Jurnal MIPA.

Jurnal MIPA 37 (1): (2014) Jurnal MIPA. Jurnal MIPA 37 (1): 53-61 (2014) Jurnal MIPA http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jm ADSORPSI ION CU(II) MENGGUNAKAN PASIR LAUT TERAKTIVASI H 2 SO 4 DAN TERSALUT Fe 2 O 3 DS Pambudi AT Prasetya, W

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM LAMPIRAN 56 57 LAMPIRAN Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) 1. Preparasi Adsorben Raw Sludge Powder (RSP) Mempersiapkan lumpur PDAM Membilas lumpur menggunakan air bersih

Lebih terperinci

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Bahan katalis yang digunakan pada penelitian ini adalah zeolit alam yang berasal dari Tasikmalaya Jawa Barat dan phospotungstic acid (HPW, H 3 PW 12 O 40 )

Lebih terperinci

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) Reaktor, Vol. 11 No.2, Desember 27, Hal. : 86- PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) K. Haryani, Hargono dan C.S. Budiyati *) Abstrak Khitosan adalah

Lebih terperinci

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

Gambar sekam padi setelah dihaluskan Lampiran 1. Gambar sekam padi Gambar sekam padi Gambar sekam padi setelah dihaluskan Lampiran. Adsorben sekam padi yang diabukan pada suhu suhu 500 0 C selama 5 jam dan 15 jam Gambar Sekam Padi Setelah

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September BAB III BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium Riset kimia makanan dan material, untuk

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A EFEKTIVITAS AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL MALACHITE GREEN

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A EFEKTIVITAS AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL MALACHITE GREEN MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

PENENTUAN MASSA DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI KARBON GRANULAR SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Pb(II) DENGAN PESAING ION Na +

PENENTUAN MASSA DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI KARBON GRANULAR SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Pb(II) DENGAN PESAING ION Na + PENENTUAN MASSA DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI KARBON GRANULAR SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Pb(II) DENGAN PESAING ION Na + DETERMINATION OF OPTIMUM MASS AND THE TIME CONTACT OF THE GRANULAR ACTIVATED

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Pengaruh Suhu Aktivasi Terhadap Kualitas Karbon Aktif Berbahan Dasar Tempurung Kelapa Rosita Idrus, Boni Pahlanop Lapanporo, Yoga Satria Putra Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kulit pisang merupakan bagian pisang terluar yang tidak dapat dikonsumsi secara langsung sehingga kulit pisang menjadi limbah organik jika dibuang ke lingkungan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Agustus 2015. Ekstraksi hemin dan konversinya menjadi protoporfirin dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif Landiana Etni Laos, Arkilaus Selan Prodi Pendidikan Fisika STKIP Soe, Nusa Tenggara Timur E-mail: etni.laos@yahoo.com Abstrak. Karbon aktif merupakan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Mensintesis Senyawa rganotimah Sebanyak 50 mmol atau 2 ekivalen senyawa maltol, C 6 H 6 3 (Mr=126) ditambahkan dalam 50 mmol atau 2 ekivalen larutan natrium hidroksida,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum

Lebih terperinci