IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pertumbuhan Bobot dan Biomasa Benih Ikan Gurame Data pengamatan pada Tabel 1 menunjukkan nilai pertumbuhan bobot mutlak (GR) tertinggi (P<0,05) pada perlakuan perendaman dengan larutan BSA+rGH selama 30 menit jika dibandingkan dengan lama waktu perendaman lainnya dengan nilai 0,060 g/hari. Nilai pertumbuhan spesifik (SGR) juga menunjukkan perendaman 30 menit dengan rgh+bsa memiliki nilai tertinggi (P<0,05) sebesar 12,60%, dan nilai SGR terendah pada perlakuan kontrol E (tanpa rgh) dengan nilai 11,86%. Nilai kelangsungan hidup menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) antara perlakuan D (perendaman rgh+bsa selama 30 menit), perlakuan F (NaCl 0,9%+ rgh+bsa) selama 1 jam, perlakuan E (tanpa rgh) dengan nilai 100%, sedangkan perlakuan perendaman rgh+bsa selama 3 jam dan 2 jam memberikan nilai SR terendah (95%). Bobot rataan pada tiap ekor ikan menunjukkan perlakuan perendaman rgh+bsa selama 30 menit memiliki nilai bobot tertinggi hingga 2,54 g, sedangkan nilai terendah sebesar 1,93 g pada perlakuan kontrol E (tanpa rgh). Nilai biomasa rataan tertinggi pada perlakuan perendaman rgh+bsa selama 30 menit sebesar 126,88 g dan untuk biomasa rataan terendah senilai 96,29 g pada kontrol tanpa rgh Grafik Biomasa Rata-Rata dan SR Pemeliharaan selama 7 minggu pada benih ikan gurame yang diberi perlakuan rgh menunjukkan (Gambar 2) terjadinya peningkatan pada semua perlakuan setiap minggu. Peningkatan biomasa rata-rata tertinggi pada perendaman rgh+bsa (Tanpa NaCl 0,9%) selama 30 menit yang menunjukkan pertambahan biomasa hingga 126,88 g, sedangkan untuk perendaman dalam larutan rgh+bsa selama 3 jam, 2 jam, 1 jam, dan perlakuan F (NaCl 0,9%+rGH+BSA) memiliki nilai pertambahan biomasa yang relatif sama sekitar ,00 g. Perlakuan perendaman yang tidak menggunakan rgh (BSA dan NaCl 0,9%) memiliki nilai akhir biomasa terkecil (96,29g)..

2 Tabel 1. Pertumbuhan bobot mutlak (growth rate/gr), laju pertumbuhan spesifik (specific growth rate/sgr), kelangsungan hidup (survival rate/sr), bobot dan biomasa rataan benih ikan yang direndam dengan menggunakan rekombinan hormon pertumbuhan (rgh) dengan lama perendaman yang berbeda dan kontrol tanpa menggunakan rgh. Parameter Perlakuan A B C D E (Kontrol) F GR (g/hari) 0,050±0,0004 a 0,050±0,0005 a 0,053±0,001 a 0,060±0,0005 b 0,050±0,0001 a 0,050±0,0004 a SGR (%) 12,34±0,020 a 12,24±0,028 c 12,33±0,052 a 12,60±0,022 b 11,86±0,009 d 12,27±0,020 c SR (%) 95±1,60 a 95±1,90 a 98±0,80 b 100±0,00 b 100±0,00 b 100±0,00 b Bobot (g/ekor) 2,30±0,018 c 2,22±0,023 b 2,30±0,045 c 2,54±0,021 d 1,93±0,007 a 2,25±0,017 b Biomasa (g) 109,78±2,08 bc 106,04±3,68 b 112,96±4,48 c 126,88±1,06 d 96,29±0,33 a 112,35±0,85 c Keterangan: GR, SGR, SR, bobot dan biomasa ikan pada akhir penelitian merupakan nilai rataan dari 3 ulangan, untuk 50 ekor setiap ulangan. Perlakuan A: benih ikan gurame direndamn dalam larutan BSA+rGH (Tanpa NaCl 0,9%) selama 3 jam; Perlakuan B: benih ikan gurame direndam dalam larutan BSA+rGH (Tanpa NaCl 0,9%) selama 2 jam; Perlakuan C: benih ikan gurame direndam dalam larutan BSA+rGH (Tanpa NaCl 0,9%) selama 1 jam; Perlakuan D: benih ikan gurame direndam dalam larutan BSA+rGH (Tanpa NaCl 0,9%) selama 30 menit; Perlakuan E: benih ikan gurame direndam dalam larutan BSA+NaCl 0,9% (Tanpa rgh) selama 1 jam; Perlakuan F: benih ikan gurame direndam dalam larutan BSA+rGH+NaCl 0,9% selama 1 jam. Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda nyata (P<0,05). Huruf superskrip yang sama pada baris yang sama adalah tidak berbeda nyata (P>0,05).

3 Biomasa rata-rata (g) jam 2 jam 1 jam 30 menit tanpa rgh (BSA+NaCl) NaCl+rGH+BSA Minggu ke- Gambar 2. Perubahan biomasa rata-rata benih ikan gurame yang dipelihara selama 7 minggu antara perlakuan yang diberi rgh dan kontrol (tanpa rgh). 3 jam: benih ikan gurame direndam dalam larutan BSA+rGH selama 3 jam; 2 jam: benih ikan gurame direndam dengan BSA+rGH selama 2 jam; 1 jam: benih ikan gurame direndam dengan BSA+rGH selama 1 jam; 30 menit: benih ikan gurame direndam dengan BSA+rGH selama 30 menit; tanpa rgh (BSA+NaCl): benih ikan gurame direndam dengan BSA+NaCl 0,9% (tanpa rgh) selama 1 jam; NaCl+rGH+BSA: benih ikan gurame direndam dengan BSA+rGH+NaCl 0,9% selama 1 jam Kelangsungan Hidup (%) jam 2 jam 1 jam 30 menit tanpa rgh (NaCl+BSA) NaCl+rGH+BSA Minggu ke- Gambar 3. Kelangsungan hidup benih ikan gurame setelah 7 minggu pemeliharaan pada setiap perlakuan rgh dan kontrol. 3 jam: benih ikan gurame direndam dalam larutan BSA+rGH selama 3 jam; 2 jam: benih ikan gurame direndam dengan BSA+rGH selama 2 jam; 1 jam: benih ikan gurame direndam dengan BSA+rGH selama 1 jam; 30 menit: benih ikan gurame direndam dengan BSA+rGH selama 30 menit; tanpa rgh (NaCl+BSA): benih ikan gurame direndam dengan BSA+NaCl 0,9% (tanpa rgh) selama 1 jam; NaCl+rGH: benih ikan gurame direndam dengan BSA+rGH+NaCl 0,9% selama 1 jam

4 Tingkat kelangsungan hidup dari setiap perlakuan menurun di minggu ke- 2 hingga pemeliharaan terakhir pada minggu ke-7 pada perlakuan perendaman rgh+bsa selama 3 jam, 2 jam, dan 1 jam dengan SR mencapai 95-98% (Gambar 3). Pada perendaman rgh+bsa selama 30 menit, kontrol (tanpa rgh), dan perlakuan dengan rgh+nacl 0,9%+BSA tidak terjadi penurunan kelangsungan hidup dengan persentase sebesar 100% hingga akhir pemeliharaan. 4.2 Pembahasan Pertumbuhan merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan suatu organisme akuatik yang dapat dilihat berdasarkan pertumbuhan bobot dan pertambahan panjang. Pertumbuhan merupakan hasil regulasi yang kuat antara faktor yang terdapat dalam lingkungannya, seperti ketersediaan pakan, suhu, fotoperiode yang akan memperngaruhi pengaturan ataupun metabolisme dalam tubuh ikan. Selain faktor eksternal, faktor internal juga sangat berperan dalam pertumbuhan ikan yang diatur oleh hormon yang sebagian besar dikendalikan oleh otak untuk sekresi hormon, seperti hormon pertumbuhan. Hormon pertumbuhan disekresikan oleh kelenjar pituitari bagian anterior yang sekresinya dirangsang oleh growth hormone releasing hormone (GHRH) dan somatostatin (Wongthai, 2010). Hormon pertumbuhan memberikan efek pertumbuhan somatik dan berperan dalam reproduksi pada ikan bertulang belakang (Mecera et al., 2002). Penggunaan rgh pada ikan gurame terbukti dapat meningkat pertumbuhan ikan gurame (Tabel 1). Terdapat perbedaan nilai GR, SGR, bobot, dan biomasa rataan antara ikan yang direndam dalam larutan dengan rgh dan tanpa rgh. Ikan yang diberi perlakuan perendaman rgh+bsa selama 3 jam, 2 jam, 1 jam, dan 30 menit memiliki nilai GR, SGR, bobot, dan biomasa rataan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kontrol yang tanpa pemberian rgh. Pada perlakuan perendaman dengan rgh+bsa selama 30 menit menunjukkan (Tabel 1) pertambahan nilai GR tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya yang mencapai 0,06 g/hari. Hasil SGR tertinggi dicapai pada perendaman ikan dalam rgh+bsa selama 30 menit dengan nilai 12,60%, dimana hasil ini berbeda nyata (P<0,05) dari perlakuan lainnya yang memiliki SGR rata-

5 rata sekitar 12,34-12,27%. Penggunaan rgh dengan metode perendaman ini diduga dapat memacu pertumbuhan benih ikan gurame. Menurut Forsyth (2002) bahwa hormon pertumbuhan merupakan suatu polipeptida yang penting dan diperlukan untuk mencapai pertumbuhan normal. Selain itu efek dari hormon pertumbuhan pada pertumbuhan somatik hewan vertebrata (bertulang belakang) memiliki peranan dalam sistem reproduksi, metabolisme (Gomez et al., 1999), dan osmoregulasi pada ikan euryhaline (Mancera et al., 2002). Hasil bobot rata-rata pada benih ikan gurame (Tabel 1) menunjukkan nilai tertinggi (P<0.05) dihasilkan dari perlakuan dengan perendaman rgh+bsa selama 30 menit sebesar 2,54 g dan nilai terendah dari kontrol tanpa penggunaan rgh (1,93 g). Peningkatan ini juga diimbangi dengan nilai biomasa rata-rata yang lebih tinggi (Gambar 2) pada akhir pemeliharaan selama 7 minggu yang memperlihatkan kenaikan nilai biomasa rata-rata perendaman rgh+bsa selama 30 menit yang mencapai 126,88 g dan hasil terendah dari ikan tanpa direndam dengan rgh mencapai 96,29 g. Terjadi kenaikan sebesar 32% pada ikan gurame yang direndam dengan rgh dan tanpa perendaman rgh (kontrol) selama 7 minggu pemeliharaan. Penggunaan rgh telah banyak diuji untuk meningkatkan pertumbuhan beberapa jenis ikan, seperti dapat meningkatkan bobot ikan nila sebesar 53,1% dibandingkan dengan kontrol (Li et al., 2003) dan peningkatan bobot ikan nila yang diberi Pichia pastoris mengandung rgh hingga 171% (Acosta et al., 2007). (A) (B) Gambar 4. Ukuran benih ikan gurame pada akhir pemeliharaan selama 7 minggu pada ikan yang direndam dengan rgh+bsa selama 30 menit (A), dan ikan yang tidak direndam dengan rgh (NaCl 0,9%+BSA) (B).

6 Peningkatan biomasa bisa terlihat dari ukuran tubuh ikan perlakuan (gambar 5), dimana ikan yang direndam dengan rgh memiliki tubuh yang lebih lebar dan panjang jika dibanding dengan ikan tanpa direndam rgh (kontrol). Ukuran ikan yang direndam dengan rgh mencapai panjang tubuh sekitar 5-6 cm, dan ikan kontrol (tanpa rgh) memiliki panjang tubuh 4-5 cm. Menurut Haghighi et al., (2010) bahwa terjadi penambahan total panjang ikan sebesar 3,46% pada ikan rainbow trout yang diberi recombinant bovine somatotropin (RBS), dan penambahan total panjang sebesar 5,7% dibandingkan kontrol pada ikan rainbow trout dengan dosis 20 µg/g BW RBS (Garber et al.,1995 dalam Haghighi et al., 2010). Selain itu terjadi peningkatan panjang pada dua jenis ikan catfish yang diinjeksi dengan recombinant bovine somatotropin (Posilac) (Peterson et al., 2004 dalam Haghighi et al., 2010). Penggunaan rgh untuk memacu pertumbuhan juga dilaporkan pada ikan rainbow trout dapat meningkatkan pertumbuhan 50% lebih tinggi dibandingkan dengan ikan kontrol (Sekine et al., 1985), peningkatan pada ikan mas sebesar 120% (Mahmous et al., 1998), peningkatan bobot dengan pemberian rgh juga dilaporkan Promdonkoy et al., (2004) pada ikan mas koki sebesar 43% dan pada ikan nila sebesar 171% (Acosta et al., 2007). Pada penelitian ini, terjadi kenaikan bobot ikan gurame sebesar 32% dari kontrol (tanpa rgh). Dimana hasil peningkatan bobot terbaik diperoleh dari perendaman benih ikan gurame dalam larutan rgh+bsa selama 30 menit. Nilai akhir bobot rata-rata pada perlakuan D (perendaman rgh+bsa selama 30 menit) yang diperoleh lebih baik daripada nilai perlakuan F (rgh+bsa+nacl 0,9% selama 1 jam) yang menjadi perlakuan dan memberikan hasil terbaik pada Syazili et al. (2011 a ). Dengan demikian, perendaman benih ikan gurame dalam air tawar (tanpa NaCl 0,9%) yang mengandung rgh lebih baik daripada dalam air yang mengandung NaCl 0,9%. Peningkatan bobot, SGR, dan biomasa rataan ikan gurame dipicu dari penambahan hormon pertumbuhan rekombinan yang dapat memacu percepatan pertumbuhan. Penggunaan metode perendaman pada penelitian ini dianggap lebih efisien dan efektif dalam pemberian rgh pada fase benih, sehingga diharapkan dapat meningkatkan efektivitas penyerapan rgh untuk meningkatkan laju pertumbuhan. Menurut Acosta et al., (2009) pemberian tigh dengan metode

7 perendaman pada benih ikan mas koki dengan frekuensi perendaman sebanyak 3 kali dalam seminggu meningkatkan bobot tubuh sebesar 3,5 kali lipat dari kontrol setelah pemeliharaan 15 hari. Perendaman rgh pada ikan lebih efisien dan aman dalam aplikasinya, sehingga dapat mengurangi stres pada ikan selama perlakuan (Acosta et al., 2007). Masuknya hormon pertumbuhan belum diketahui secara pasti, tetapi diduga melalui insang, yang berkaitan dengan sistem osmoregulasi pada ikan. Menurut Smith (1982) dalam Moriyama (1990) bahwa ditemukan radiolabeled-bsa pada insang dan epidermis ikan rainbow trout setelah perendaman dalam larutan, sehingga diduga masuknya larutan tersebut melalui insang. Pemberian gonadotropin releasing hormone cepat terlihat pada plasma ikan mas setelah pemberian melalui insang (Sherwood & Harvey, 1986 dalam Moriyama, 1990). Sistem osmoregulasi pada ikan memiliki peranan penting dalam mengatur tekanan osmotik dan mekanisme keluar masuknya cairan dari luar ke dalam tubuh. Pada ikan gurame yang merupakan ikan air tawar dengan kondisi lingkungan hipotonik maka air dari media eksternal cenderung menembus masuk kedalam bagian-bagian tubuh yang berlapis tipis seperti insang dan kulit. Menurut Affandi (2002) menyatakan bahwa pada ikan teleostei mekanisme pertukaran ion terjadi pada sel klorida yang terdapat pada epithelium insang. Sistem adaptasi yang dilakukan ikan air tawar dengan sedikit minum dan banyak mengeluarkan cairan (urin). Cairan tubuh ikan air tawar mempunyai tekanan osmotik yang lebih besar daripada lingkungannya sehingga garam-garam tubuh cenderung keluar dan air cenderung masuk kedalam tubuhnya secara osmotik melalui permukaan yang permiabel (Gilles dan Jeaniaux, 1979 dalam Nugahaningsih, 2008). Aplikasi metode perendaman dengan menggunakan shock salinity sebesar 2,5% selama 2 menit dan kemudian memindahkan ikan ke dalam larutan berisi rgh (Putra, 2011) dapat mempengaruhi sistem osmoregulasi ikan. Fungsi pemberian shock salinity pada ikan adalah untuk membuka jalur masuknya rgh melalui insang, dengan memanfaatkan mekanisme pertukaran cairan tubuh. Insang merupakan organ yang berperan penting dalam mengatur tekanan osmotik, hal ini dikarenakan insang memiliki permukaan yang lebih luas/besar dan

8 didukung dengan permeabilitasnya yang tinggi (Affandi, 2002). Kondisi lingkungan hipertonik untuk ikan air tawar akan menyebabkan air dari cairan tubuh cenderung untuk bergerak keluar, sehingga filamen-filamen insang akan terbuka karena harus mengatur pengeluaran ion-ion monovalen Na dan Cl. Ikan gurame yang telah direndam pada media shock salinity (NaCl 2,5%) kemudian dipindahkan ke media larutan perlakuan yang memiliki kadar garam 0 ppt, sehingga ikan akan beradaptasi dengan menyerap air media karena tubuh ikan bersifat hiperosmotik daripada media. Dari sistem osmoregulasi ini diduga rgh masuk melalui insang dan disebarkan melaui pembuluh darah (Gambat 5). rgh rgh Organ Target (Hati) rgh Pembuluh darah Gambar 5. Mekanisme masuknya rgh pada ikan dengan metode perendaman. Hormon yang masuk pada ikan akan dialirkan oleh peredaran darah dan akan diserap oleh organ target seperti hati, paru-paru, ginjal, dan berbagai organ lainnya (Affandi, 2002). Hormon akan menuju sasarannya melalui pembuluh darah, karena dalam sirkulasi darah hormon dapat tersebar ke semua bagian tubuh, sehingga sel-sel target yang memiliki reseptor dapat menunjukkan respon (Gambar 5). Reseptor hormon terdiri dari beberapa rangkaian molekul protein yang bersifat sangat khusus, sehingga protein reseptor hanya dapat mengenal satu macam hormon saja (Partodihardjo, 1980 dalam Affandi, 2002). Hormon pertumbuhan memiliki beberapa reseptor pada hati, jaringan adipose, lympocyles,

9 thymocytes, ovary, corpus luteum (Bauliue dan Kelly, 1985 dalam Affandi, 2002). Rekombinan hormon pertumbuhan yang masuk ke dalam tubuh ikan akan langsung ditransportasikan oleh pembuluh darah menuju organ target (hati) untuk memacu produksi insulin-like-growth factor (IGF-1). Hormon pertumbuhan akan terikat pada reseptornya yang berada di hati, kemudian akan menstimulasi sintesis dan pelepasan IGF-1. IGF-1 berperan dalam regulasi metabolisme protein, lipid, karbohidrat, mineral di dalam sel, diferensiasi, dan perkembangan sel yang akhirnya akan menghasilkan pertumbuhan (Moriyama, 2000). Ikan gurame memiliki laju pertumbuhan yang lambat, dibutuhkan waktu pemeliharaan sekitar 1,5 tahun dari benih ukuran 2-3 cm hingga ukuran konsumsi. Penambahan rekombinan hormon pertumbuhan (rgh) diharapkan dapat meningkatkan laju pertumbuhan, karena regulasi pertumbuhan pada ikan sebagian besar diatur oleh hormon pertumbuhan dan IGF-1, keduanya bekerja sama dalam mengikat membran reseptor dan mengatur pengikatan serum protein (Duanexu, 2005). Hasil perendaman rgh pada ikan gurame menunjukkan (gambar 2) peningkatan pertumbuhan pada perendaman rgh+bsa selama 30 menit menunjukkan peningkatan biomasa rata-rata hingga 32% lebih tinggi daripada ikan tanpa direndam rgh (kontrol). Penggunaan rgh juga dilaporkan oleh Lesmana (2010) dapat meningkatkan bobot hingga 20,94% dengan mengunakan rgh ikan kerapu kertang (El-GH). Peningkatan bobot terjadi setelah pemberian rgh, hal ini dikarenakan penambahan hormon pertumbuhan dengan melepas IGF- 1 memiliki efek metabolik dan somatotropik (Muller et al., 2003). Pemberian rekombinan hormon pertumbuhan pada ikan gurame juga memperlihatkan terjadinya peningkatan nafsu makan. Pengamatan pola makan hanya dilakukan secara visual (kualitatif) pada setiap harinya. Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa ikan yang direndam dengan rgh memiliki nafsu makan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan ikan yang tidak direndam dengan rgh, dimana pada saat pemberian pakan cacing setiap harinya terdapat sisa cacing yang tidak termakan pada akuarium kontrol (tanpa rgh). Peningkatan nafsu makan ini diduga disebabkan terjadinya peningkatan kerja enzim yang berpengaruh terhadap perubahan aktivitas makan sebagai adaptasi metabolik. Hal ini diduga karena rgh yang masuk kedalam hati akan dipecah oleh enzim yang

10 bertanggung jawab untuk memprakarsai sintesis protein yaitu amino acyl trna synthetase yang sebagian besar terkonsentrasi di hati (Affandi, 2002), sehingga perubahan aktivitas enzim ini mempengaruhi kebutuhan energi untuk mensintesis amino acyl trna synthetase dengan cara adaptasi perubahan nafsu makan. Promdonkoy (2004) juga melaporkan bahwa pemberian Gc-GH pada ikan mas koki (Carassius auratus) dapat meningkatkan nafsu makan dan tingkah laku makan yang lebih agesif dan lebih energik terhadap pakan yang diberikan. Terjadi kenaikan konsumsi pakan sebesar 6,95% pada ikan rainbow trout yang diinjeksi recombinan bovine somatotrop (RBS) (Haghighi et al., 2010). Hasil pemeliharaan selama 7 minggu memperlihatkan terjadi penurunan tingkat kelangsungan hidup (SR) pada perlakuan perendaman rgh+bsa selama 3 jam, 2 jam dan 1 jam dengan rata-rata SR mencapai 95%, sedangkan SR 100% dicapai pada perendaman rgh+bsa selama 30 menit, kontrol (tanpa rgh), dan perlakuan dengan rgh+nacl 0,9%+BSA selama 1 jam. Hal ini menunjukkan bahwa ada efek negatif pemberian rgh dengan perendaman yang lebih dari 30 menit. Penurunan nilai SR (Gambar 3) terjadi pada ikan yang direndam rgh+bsa selama 3 jam, 2 jam, dan 1 jam (95%). Hal ini diduga karena ikan mengalami sedikit kerusakan pada bagian insang yang diindikasikan dari terlalu lamanya perendaman ikan dalam larutan rgh. Kerusakan ini berakibat pada menurunnya kemampuan ikan untuk mengambil oksigen di air, karena insang ikan memiliki lembaran-lembaran yang terdiri dari filamen insang yang berfungsi untuk osmoregulasi, mengeluarkan sisa metabolisme dan penyerapan oksigen (Affandi, 2002). Hal tersebut yang diduga dapat menurunkan tingkat kelangsungan hidup ikan karena kurangnya asupan oksigen yang juga akan mempengaruhi proses metabolisme pada tubuh ikan. Menurut Fauconneau (1985) dalam Affandi (2002) bahwa laju sintesis protein didalam jaringan-jaringan aktif seperti hati, insang, dan usus dipengaruhi oleh faktor abiotik seperti temperatur, oksigen, dan salinitas. Pada penelitian ini digunakan metode perendaman pada benih ikan gurame dengan menggabungkan 4 kali lipat dari dosis optimum 30 mg/l (Putra, 2011) untuk sekali perendaman (Syazili et al., 2011 a ) sebesar 120 mg/l, dengan perbandingan perendaman menggunakan NaCl 0,9% (Putra, 2011) dan tanpa

11 NaCl 0,9% dengan lama waktu perendaman rgh yang efektif. Hasil akhir menunjukkan perendaman ikan gurame tanpa menggunakan NaCl 0,9% (BSA+rGH) selama 30 menit memiliki nilai biomasa rata-rata lebih tinggi (P<0,05) sebesar 126,88 g jika dibandingkan dengan perendaman menggunakan NaCl 0,9%+rGH+BSA yang mencapai 112,35 g (Gambar 3). Perendaman tanpa menggunakan NaCl 0,9% relatif lebih murah jika dibandingkan dengan menggunakan NaCl 0,9%. Rincian biaya perlakuan ikan gurame dengan dan tanpa NaCl 0,9% (Lampiran 5), didapatkan dari keseluruhan biaya produksi perendaman dan pemeliharaan ikan gurame selama 7 minggu dengan keuntungan tanpa menggunakan NaCl 0,9% yang mencapai Rp ,5 sedangkan perendaman menggunakan NaCl 0,9% mendapat keuntungan akhir sebesar Rp 4.717,5. Hasil kedua ini masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan ikan gurame yang tidak direndam dalam rgh (NaCl 0,9% dan BSA) dengan total keuntungan yang paling rendah sebesar Rp Dari hasil penelitian ini metode perendaman ikan gurame tanpa NaCl 0,9% hanya BSA+rGH bisa digunakan dan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan menggunakan NaCl 0,9% dan tanpa perendaman rgh dimana dari beberapa parameter seperti SG, GR, biomasa rata-rata, bobot ratarata, dan SR menunjukkan perlakuan tanpa NaCl 0,9% memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perlakuan dengan NaCl 0,9% dan kontrol (tanpa rgh). Selain itu dari analisa biaya lebih murah jika tidak menggunakan NaCl 0,9% dengan keuntungan yang lebih besar serta biomasa rata-rata akhir yang mencapai 32% dari kontrol. Pada penelitian ini, ikan gurame dipelihara hingga minggu-7, sehingga berbagai penelitian lanjut perlu dilakukan, seperti pemeliharaan ikan hingga mencapai ukuran konsumsi, sehingga akan memberikan informasi mengenai tingkat keuntungan yang diperoleh pembudidaya dengan menggunakan rgh. Pengamatan kuantitas pakan yang dimakan ikan juga akan memberikan informasi efisiensi biaya pemeliharaan ikan yang diberi perlakuan rgh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Pertumbuhan Bobot dan Biomassa Post-Larva Udang Vaname Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pertumbuhan (panjang rerata, SGR, bobot individu, biomassa) post-larva

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN GURAME YANG DIBERI HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN DENGAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA PUSTIKA RATNAWATI

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN GURAME YANG DIBERI HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN DENGAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA PUSTIKA RATNAWATI PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN GURAME YANG DIBERI HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN DENGAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA PUSTIKA RATNAWATI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Pertumbuhan Bobot, Panjang, dan Biomassa Peningkatan bobot rerata dan biomassa ikan sidat yang diberi perlakuan perendaman hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Pertumbuhan Ikan Betok Rerata panjang baku (PB), pertumbuhan harian, laju pertumbuhan spesifik, dan bobot per ekor ikan disajikan pada Tabel 1. Rerata panjang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Gurame ( Osphronemus goramy 2.2 Pertumbuhan Ikan Gurame

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Gurame ( Osphronemus goramy 2.2 Pertumbuhan Ikan Gurame 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Gurame (Osphronemus goramy) Ikan gurame merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk dalam keluarga Anabantidae, keturunan Helostoma dari bangsa Labyrinthici.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1. 1 Pertumbuhan, Konversi Pakan, dan Kelangsungan Hidup Pada pemeliharaan 4 minggu pertama, biomassa ikan yang diberi pakan mengandung rgh belum terlihat berbeda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tahap I Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian diperoleh data sintasan (Gambar 1), sedangkan rata-rata laju pertumbuhan bobot dan panjang harian benih ikan

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan gurami yang direndam dalam air tawar mengandung hormon pertumbuhan

Pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan gurami yang direndam dalam air tawar mengandung hormon pertumbuhan Jurnal Akuakultur Indonesia 11 (2), 162 167 (2012) Pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan gurami yang direndam dalam air tawar mengandung hormon pertumbuhan Growth and survival of giant gourami

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pertumbuhan Ikan Gurami

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pertumbuhan Ikan Gurami II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ikan Gurami Pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ukuran, dimana variabel yang mengalami perubahan dapat berupa panjang dan dimensi fisik lainnya, termasuk volume,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kualitas Air Kualitas air merupakan parameter lingkungan yang memegang peranan penting dalam kelangsungan suatu kegiatan budidaya. Parameter kualitas air yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Derajat Kelangsungan Hidup Derajat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) benih ikan patin yang dipelihara dengan masa pemeliharaan 30 hari memiliki hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laju Pertumbuhan Mutlak Nila Gift Laju pertumbuhan rata-rata panjang dan berat mutlak ikan Nila Gift yang dipelihara selama 40 hari, dengan menggunakan tiga perlakuan yakni

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 25 3 (25) 25 Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jumlah Konsumsi Pakan Perbedaan pemberian dosis vitamin C mempengaruhi jumlah konsumsi pakan (P

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang 16 PENDAHULUAN Latar belakang Ikan nila merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Beberapa kelebihan yang dimiliki ikan ini adalah mudah dipelihara,

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PERENDAMAN RECOMBINANT GROWTH HORMONE (rgh) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN LARVA NILA SALIN (Oreochromis niloticus)

PENGARUH LAMA WAKTU PERENDAMAN RECOMBINANT GROWTH HORMONE (rgh) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN LARVA NILA SALIN (Oreochromis niloticus) PENGARUH LAMA WAKTU PERENDAMAN RECOMBINANT GROWTH HORMONE (rgh) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN LARVA NILA SALIN (Oreochromis niloticus) The Effect of Time of Immersion Recombinant Growth Hormone

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) Perubahan bobot ikan selama masa pemeliharaan diukur dan dicatat untuk mendapatkan data mengenai laju pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Mas ( Cyprinus carpio 2.2 Hormon Pertumbuhan ( Growth Hormone (GH))

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Mas ( Cyprinus carpio 2.2 Hormon Pertumbuhan ( Growth Hormone (GH)) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio) Ikan mas merupakan ikan yang mempunyai nilai ekonomis penting, dagingnya banyak disukai orang, mudah dipelihara, dapat memanfaatkan makanan buatan, relatif

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Pertumbuhan Panjang Benih Ikan Betok Pertumbuhan panjang benih ikan betok yang diberi perendaman rhp dengan dosis 12 mg/l melalui pakan alami rotifera air tawar

Lebih terperinci

OSMOREGULASI Berasal dari kata osmo dan regulasi Artinya pengaturan tekanan osmotik (tekanan untuk mempertahankan partikel zat pelarut agar tidak muda

OSMOREGULASI Berasal dari kata osmo dan regulasi Artinya pengaturan tekanan osmotik (tekanan untuk mempertahankan partikel zat pelarut agar tidak muda OSMOREGULASI Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA OSMOREGULASI Berasal dari kata osmo dan regulasi Artinya pengaturan tekanan osmotik (tekanan untuk

Lebih terperinci

Seminar Nasional Tahunan Ke-IV Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan

Seminar Nasional Tahunan Ke-IV Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ANALISA KELULUSHIDUPAN DAN PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus Burchell, 1822) DENGAN PERENDAMAN REKOMBINAN GROWTH HORMONE (rgh) DAN VAKSIN Arya Nada 1, Fajar Basuki 2, Alfabetian Harjuno

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin TINJAUAN PUSTAKA Ikan Black Ghost (Apteronotus albifrons) Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin dalam Rahman (2012), sistematika ikan black ghost adalah sebagai berikut : Kingdom

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Kecepatan moulting kepiting bakau Pengamatan moulting kepiting bakau ini dilakukan setiap 2 jam dan dinyatakan dalam satuan moulting/hari. Pengamatan dilakukan selama

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor peternakan merupakan sektor yang strategis, mengingat dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan mencerdaskan bangsa, sektor peternakan berperan penting melalui penyediaan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Pertumbuhan biomassa ikan selama 40 hari pemeliharaan yang diberi pakan dengan suplementasi selenium organik berbeda dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini: 250,00

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Benih Lele Sangkuriang yang terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis benih lele sangkuriang yang diinfeksikan Aeromonas hydrophila meliputi

Lebih terperinci

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM UROGENITALIA

BAB VII SISTEM UROGENITALIA BAB VII SISTEM UROGENITALIA Sistem urogenital terdiri dari dua system, yaitu system urinaria (systema uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem ekskresi. Fungsinya

Lebih terperinci

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Selama penelitian, ikan uji menunjukkan peningkatan bobot untuk semua perlakuan. Pada Gambar 1 berikut ini menyajikan pertumbuhan mutlak rata-rata ikan, sedangkan biomassa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perilaku Kanibalisme Ketersediaan dan kelimpahan pakan dapat mengurangi frekuensi terjadinya kanibalisme (Katavic et al. 1989 dalam Folkvord 1991). Menurut Hecht dan Appelbaum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan selama penelitian. Performa ayam petelur selama penelitian disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rataan Performa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2 11 METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena,

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena, 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena, menghasilkan produk peternakan seperti telur dan daging yang memiliki kandungan protein hewani

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Air sebagai Tempat Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan nila.

Lebih terperinci

Sistem Osmoregulasi Pada Ikan

Sistem Osmoregulasi Pada Ikan Sistem Osmoregulasi Pada Ikan A. Pengertian Osmoregulasi Osmoregulasi adalah proses pengatur konsentrasi cairan dan menyeimbangkan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organisme hidup.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein

Lebih terperinci

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Bobot Mutlak dan Laju Pertumbuhan Bobot Harian Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sel Darah Merah Jumlah sel darah merah yang didapatkan dalam penelitian ini sangat beragam antarkelompok perlakuan meskipun tidak berbeda nyata secara statistik. Pola kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI. - Sistem ekskresi pada uniseluler dan multiseluler. - Pembuangan limbah nitrogen dan CO 2

SISTEM EKSKRESI. - Sistem ekskresi pada uniseluler dan multiseluler. - Pembuangan limbah nitrogen dan CO 2 SISTEM EKSKRESI 1. Pendahuluan - Pengertian Ekskresi - Sistem ekskresi pada uniseluler dan multiseluler 2. Fungsi pokok sistem ekskresi - Pembuangan limbah nitrogen dan CO 2 - Keseimbangan air, garam,

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Penelitian Pendahuluan 3.1.1.1 Kemampuan Puasa Ikan Hasil uji kemampuan puasa benih ikan gurame yang dipelihara sebanyak 30 ekor menunjukkan bahwa ikan gurame

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1 Pertumbuhan benih C. macropomum Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari pemeliharaan disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Pertumbuhan C.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pangasianodon, Spesies Pangasianodon hypopthalmus (Saanin 1984).

TINJAUAN PUSTAKA. Pangasianodon, Spesies Pangasianodon hypopthalmus (Saanin 1984). 3 TINJAUAN PUSTAKA Ikan Patin Siam Pangasianodon hypopthalmus Ikan patin siam adalah ikan yang termasuk kedalam Kelas Pisces, Sub Kelas Teleostei, Ordo Ostariophsy, Sub Ordo Siluroidea, Famili Pangasidae,

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Hasil percobaan perkembangan bobot dan telur ikan patin siam disajikan pada Tabel 2. Bobot rata-rata antara kontrol dan perlakuan dosis tidak berbeda nyata. Sementara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA TUGAS PENGENALAN KOMPUTER ZURRIYATUN THOYIBAH E1A012065 PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ikan Zungaro (Zungaro zungaro) Menurut Humboldt dan Valenciennes (1821) klasifikasi zungaro adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Sub filum : Vertebrata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan hewan akutik yang memilki tulang belakang (vertebrata) yang berhabitat di dalam perairan. Ikan bernapas dengan insang, bergerak dan menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perlakuan penyuntikan hormon PMSG menyebabkan 100% ikan patin menjadi bunting, sedangkan ikan patin kontrol tanpa penyuntikan PMSG tidak ada yang bunting (Tabel 2).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Benih Ikan Nila Nirwana (Oreochromis niloticus) Benih ikan merupakan ikan yang baru menetas sampai mencapai ukuran panjang tubuh sekitar 5-6 cm. Benih berkualitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Energi dan Makronutrien Kerapu Bebek 2.1.1. Sumber dan Pemanfaatan Energi oleh Ikan Pada ikan, sumber energi diperoleh dari pakan, dimana pada pakan ikan ini mengandung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitan pengaruh variasi dosis tepung ikan gabus terhadap pertumbuhan dan hemoglobin ikan lele, dengan beberapa indikator yaitu pertambahan

Lebih terperinci

ISOLASI DAN KARAKTERISASI cdna HORMON PERTUMBUHAN IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) MOCHAMAD SYAlFUDlN

ISOLASI DAN KARAKTERISASI cdna HORMON PERTUMBUHAN IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) MOCHAMAD SYAlFUDlN ISOLASI DAN KARAKTERISASI cdna HORMON PERTUMBUHAN IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) MOCHAMAD SYAlFUDlN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK MOCHAMAD SYAIFUDIN. Isolasi-

Lebih terperinci

Jurnal Sains Teknologi Akuakultur (2017) 1 (2): ISSN

Jurnal Sains Teknologi Akuakultur (2017) 1 (2): ISSN Jurnal Sains Teknologi Akuakultur (2017) 1 (2): 127-132 ISSN 2599-1701 Pengaruh Perendaman Benih Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) pada Umur yang Berbeda dalam Hormon Pertumbuhan Rekombinan (Rgh) dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hasil yang diperoleh pada penelitian ini meliputi persentase jenis kelamin jantan rata-rata, derajat kelangsungan hidup (SR) rata-rata setelah perlakuan perendaman dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein. Salah satu komoditas yang menjadi primadona saat ini adalah ikan lele (Clarias sp.). Ikan

Lebih terperinci

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015 Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015 Pengaruh Salinitas Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus) di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan selama 40 hari massa pemeliharaan terhadap benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) diketahui rata-rata tingkat kelangsungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Pertumbuhan pascalarva udang vaname yang diberi larutan hormon pertumbuhan rekombinan

Pertumbuhan pascalarva udang vaname yang diberi larutan hormon pertumbuhan rekombinan Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (2), 95 100 (2013) Pertumbuhan pascalarva udang vaname yang diberi larutan hormon pertumbuhan rekombinan Growth of white shrimp post-larvae immersed in recombinant fish growth

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan

I. PENDAHULUAN. salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu komoditi ikan yang menjadi primadona di Indonesia saat ini adalah ikan lele (Clarias sp). Rasa yang gurih dan harga yang terjangkau merupakan salah satu daya

Lebih terperinci

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati kecambah benih merbau yang hidup yaitu dengan cara memperhatikan kotiledon yang muncul ke permukaan tanah. Pada tiap perlakuan

Lebih terperinci

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Oleh: Ibnu Sahidhir Kementerian Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee 2011 Biologi Benih Kerapu Pemakan daging Pendiam,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Akumulasi Logam Berat Pb Konsentrasi awal logam berat di air pada awal perlakuan yang terukur dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS) yaitu sebesar 2.36 mg/l.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persentase Ikan Jantan Salah satu faktor yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan proses maskulinisasi ikan nila yaitu persentase ikan jantan. Persentase jantan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Dari penelitian ini, didapatkan data sebagai berikut: daya listrik, kualitas air (DO, suhu, ph, NH 3, CO 2, dan salinitas), oxygen transfer rate (OTR), dan efektivitas

Lebih terperinci

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI LINGKUNGAN Adaptasi : Proses penyesuaian diri secara bertahap yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PAKAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PAKAN 4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PAKAN Faktor lingkungan dapat mempengaruhi proses pemanfaatan pakan tidak hanya pada tahap proses pengambilan, pencernaan, pengangkutan dan metabolisme saja, bahkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Gambar 1 menunjukkan adanya penambahan bobot rata-rata pada ikan uji. Penambahan bobot akhir rata-rata dari bobot awal rata-rata pada perlakuan pakan RUSNAS sebesar

Lebih terperinci

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pemeliharaan Ikan Maskoki (Carassius auratus) Pengambilan sampel ikan maskoki dilakukan di tiga tempat berbeda di daerah bogor, yaitu Pasar Anyar Bogor Tengah, Batu Tulis Bogor

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat 41 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas 2 tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian inti. Penelitian pendahuluan terdiri atas 2 tahap yaitu uji nilai kisaran (range value test) dan uji

Lebih terperinci

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan Kelangsugan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilem Pada penelitian yang dilakukan selama 30 hari pemeliharaan, terjadi kematian 2 ekor ikan dari total 225 ekor ikan yang digunakan.

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA 825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad

Lebih terperinci

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN:

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN: 282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : 282-289 ISSN: 0853-6384 Short Paper Abstract PENGARUH SALINITAS TERHADAP KELULUSAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR, Colossoma macropomum THE

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum Berbeda Terhadap Total Protein Darah Ayam KUB Rataan total protein darah ayam kampung unggul Balitbangnak (KUB) pada penelitian ini

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kadar protein tertinggi terdapat pada pakan perlakuan D (udang rebon 45%) yaitu dengan persentase sebesar 39,11%. Kemudian diikuti pakan perlakuan C (udang rebon 30%)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagian hidupnya dilakukan ditempat berair. Hal ini ditunjukkan dari struktur fisik

PENDAHULUAN. sebagian hidupnya dilakukan ditempat berair. Hal ini ditunjukkan dari struktur fisik I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Itik merupakan ternak unggas penghasil daging dan telur yang cukup potensial disamping ayam. Ternak itik disebut juga sebagai unggas air, karena sebagian hidupnya dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan 33 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Pemeliharaan ikan dilakukan di Laboratorium Sistem dan Teknologi Budidaya, IPB. Histologi gonad dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan (LKI), uji glukosa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan kelangsungan hidup juvenil ikan gurami yang direndam dalam hormon pertumbuhan rekombinan dengan frekuensi berbeda

Pertumbuhan dan kelangsungan hidup juvenil ikan gurami yang direndam dalam hormon pertumbuhan rekombinan dengan frekuensi berbeda Jurnal Akuakultur Indonesia 11 (1), 23 27 (2012) Pertumbuhan dan kelangsungan hidup juvenil ikan gurami yang direndam dalam hormon pertumbuhan rekombinan dengan frekuensi berbeda Growth and survival of

Lebih terperinci

Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (2), (2013) Dita Puji Laksana, Siti Subaidah, Muhammad Zairin Junior, Alimuddin*, Odang Carman ABSTRACT

Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (2), (2013) Dita Puji Laksana, Siti Subaidah, Muhammad Zairin Junior, Alimuddin*, Odang Carman ABSTRACT Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (2), 98 103 (2013) Pertumbuhan dan kelangsungan hidup pascalarva udang vaname yang diberi hormon pertumbuhan rekombinan dengan lama perendaman berbeda Growth and survival

Lebih terperinci

HASIL. Parameter Utama

HASIL. Parameter Utama 42 HASIL Parameter Utama Parameter utama hasil pengamatan pemberian hormon tiroksin terhadap reproduksi ikan nila yang dipelihara pada media bersalinitas terdiri dari hepato somatik indeks (HSI, %), diameter

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo 1.2 Robi Hendrasaputro, 2 Rully, dan 2 Mulis 1 robihendra40@gmail.com

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh Analisis terhadap kandungan kolesterol daging, hati dan telur dilakukan saat puyuh berumur 14 minggu, diperlihatkan pada Tabel 5 dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tebal Cangkang Rataan hasil pengamatan tebal cangkang telur puyuh selama penelitian disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh. Ulangan Perlakuan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. jual dan permintaan yang cukup tinggi (Szuster & Albasri, 2010). Harga jual ikan

1. PENDAHULUAN. jual dan permintaan yang cukup tinggi (Szuster & Albasri, 2010). Harga jual ikan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan kerapu atau grouper (Subfamily Epinephelinae, Family Serranidae) (Nelson, 2006) merupakan salah satu komoditas perikanan penting dengan harga jual dan permintaan yang

Lebih terperinci