IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Kualitas Air Kualitas air merupakan parameter lingkungan yang memegang peranan penting dalam kelangsungan suatu kegiatan budidaya. Parameter kualitas air yang berpengaruh, antara lain amonia, nitrit, ph, suhu, alkalinitas, dan kesadahan. Berikut ini merupakan hasil pengukuran kualitas air selama 30 hari masa pemeliharaan benih ikan patin siam. Tabel 3. Hasil pengukuaran kualitas air selama pemeliharaan benih ikan patin siam Pangasionodon hypopthalmus Parameter Perlakuan Kualitas Air Amonia (mg/l) Nitrit (mg/l) DO (mg/l) ph Alkalinitas (mg/l CaCO3) Kesadahan Ca2+ (mg/l CaCO3) Suhu ( C) Hari ke0 10 0,002±0,0 0,0015±0,0 0,0044±0,0 0,0141±0,1 6,9748±0,2 7,4649±0,33 7,6703±0,08 7,3514±0,57 6,54±0,10 6,31±0,15 6,35±0,08 6,88±0,12 7,91±0,18 9,55±0,03 9,68±0,03 9,87±0,08 40±0,0 85,33±12,22 138±13,11 143,33±15,01 283,19±21,33 344,74±21,33 418,62±56,42 480,20±36,97 28,67±0,6 28,67±0,6 0,0037±0,0 0,0036±0,0 0,003±0,0 0,0175±0,01 5,2811±1,4 7,1333±2,01 5,6198±3,57 3,7694±2,07 6,62±0,74 6,78±0,18 6,35±0,24 6,16±0,11 8,1±0,23 8,51±0,45 8,51±0,4 9,01±0,11 133,33±11,55 253,33±30,55 346,67±11,55 460±0,0 554,07±36,91 714,11±56,42 751,07±92,96 640,24±76,9 28,33±1,0 28,33±1,15 28±1, ,0016±0,0 0,0033±0,0 0,0397±0,01 0,052±0,02 0,074±0,01 0,0517±0,04 0,0853±0,02 0,0899±0,02 8,7351±0,24 6,182±0,42 8,7532±0,63 7,263±0,56 9,1297±0,33 7,6901±0,05 8,0090±0,4 8,2775±0,22 5,37±0,15 4,83±0,08 5,39±0,02 4,75±0,13 5,32±0,31 4,78±0,08 5,48±0,10 4,85±0,06 7,65±0,12 7,47±0,08 8,78±0,07 8,79±0,02 9,13±0,08 8,75±0,63 9,33±0,05 9,28±0,06 56±0,0 53,33±4,62 98,67±4,62 93,33±4,62 144±8,0 141,33±4,62 189,33±4,62 176±8,0 430,93±21,32 357,06±56,42 529,46±21,3 504,84±21,36 615,61±76,9 664,86±0,0 578,68±21,33 590,99±0,0 28,67±0,6 28,67±0,6 28,67±0,6

2 22 Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai amonia, nitrit, DO, ph, alkalinitas, kesadahan Ca2+, dan suhu berturut-turut berkisar antara 0,0015 ± 0,0 0,0899 ± 0,02 mg/l; 3,7694 ± 2,07-9,1297 ± 0,33 mg/l; 4,75 ± 0,13-6,88 ± 0,12 mg/l; 7,47 ± 0,08-9,87 ± 0,08 ; 40 ± 0,0 460 ± 0,0 mg/l CaCO3; 283,19 ± 21,33-664,86 ± 0,0 mg/l CaCO3; dan 28 ± 1,0-28,67 ± 0,6 C Laju Pertumbuhan Bobot Harian Berdasarkan Gambar 3, pada akhir masa pemeliharaan laju pertumbuhan bobot harian benih ikan patin siam tertinggi terdapat pada perlakuan, yaitu sebesar 3,83 ± 0,09 % dan perlakuan terendah pada perlakuan kontrol (0 mg/l), yaitu sebesar 3,15 ± 0,3 %. Sedangkan perlakuan dan C Laju Pertumbuhan Bobot Harian (%) (150 mg/l) masing-masing sebesar 3,65 ± 0,05 dan 3,54 ± 0,23 %. 4,50 4,00 3,50 3,83 3,65 3,54 C (150mg/l) 3,15 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 Perlakuan Gambar 3. Rata-rata laju pertumbuhan bobot benih ikan patin siam pada setiap perlakuan selama pemeliharaan 30 hari Berdasarkan analisis statistik (ANOVA) diperoleh hasil bahwa laju pertumbuhan bobot harian menunjukkan perbedaan yang nyata pada selang kepercayaan 95 % (p<0,05) (Lampiran 1) antara perlakuan dengan kontrol, namun hubungan antara perlakuan A ( 50 mg/l),, dan C (150 mg/l) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa perlakuan penambahan kapur CaO pada media bersalinitas 4 ppt dapat meningkatkan laju pertumbuhan bobot harian benih ikan patin siam.

3 23 Hasil pengamatan terhadap bobot benih ikan patin siam dari awal hingga akhir pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 4 yang dilakukan setiap 10 hari sekali dengan masing-masing perlakuan kontrol,,, dan C Bobot Rata-rata (gram/ekor) (150 mg/l). 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 C (150mg/l) Perlakuan Gambar 4. Grafik rata-rata bobot benih ikan patin siam pada setiap perlakuan selama 30 hari masa pemeliharaan Bobot rata-rata benih ikan patin siam pada grafik di atas mengalami peningkatan hingga akhir pemeliharaan. Bobot rata-rata tertinggi dicapai oleh perlakuan, yaitu sebesar 0,88 gram/ekor dan bobot rata-rata terendah dicapai oleh perlakuan B (150 mg/l), yaitu sebesar 0,77 gram/ekor Pertumbuhan Panjang Standar Panjang standar merupakan parameter yang menunjukkan pertumbuhan panjang selama pemeliharaan ikan uji. Rata-rata panjang standar pada Gambar 5 menunjukkan bahwa panjang standar tertinggi dicapai oleh perlakuan dengan nilai sebesar 1,34 ± 0,14 cm dan terendah dicapai oleh perlakuan B (100 mg/l) dengan nilai sebesar 1,22 ± 0,08 cm. Sedangkan perlakuan kontrol dan C (150 mg/l) memiliki nilai masing-masing sebesar 1,33 ± 0,12 dan 1,29 ± 0,14 cm. Berdasarkan analisis statistik (ANOVA), pengaruh kapur CaO terhadap panjang standar antar perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Lampiran 3) pada selang kepercayaan 95 % (p>0,05).

4 Pertumbuhan panjang standar (cm) 24 1,33 1,34 1,44 1,22 1,29 1,2 0,96 0,72 0,48 0,24 0 C (150mg/l) Perlakuan Gambar 5. Pertumbuhan panjang standar benih ikan patin siam pada setiap perlakuan selama 30 hari pemeliharaan Hasil pengamatan pertumbuhan panjang selama 30 hari masa pemeliharaan menunjukkan hasil yang semakin meningkat (Gambar 6). Hal ini membuktikan bahwa benih ikan patin siam mengalami pertumbuhan panjang hingga akhir masa pemeliharaan. Rata-rata panjang benih ikan patin siam tertinggi dicapai oleh perlakuan dengan nilai sebesar 3,98 cm/ekor dan ratarata panjang terendah dicapai oleh perlakuan dengan nilai sebesar Panjang rata-rata (cm/ekor) 3,77 cm/ekor. 3,95 3,8 3,65 3,5 3,35 3,2 3,05 2,9 2,75 2,6 2,45 2,3 C (150mg/l) Hari ke- Gambar 6. Grafik rata-rata panjang benih ikan patin siam pada setiap perlakuan selama 30 hari masa pemeliharaan

5 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup (SR) merupakan jumlah ikan yang dipanen dibandingkan dengan jumlah ikan yang ditebar yang menunjukkan kuantitas benih ikan yang dipelihara. Grafik rata-rata tingkat kelangsungan hidup benih ikan patin siam dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini. Tingkat Kelangsungan Hidup (%) , ,6 74,9 64,2 53,5 42,8 32,1 21,4 10,7 0 Perlakuan Gambar 7. Rata-rata tingkat kelangsungan hidup (SR) benih ikan patin siam pada setiap perlakuan yang selama 30 hari pemeliharaan Berdasarkan hasil analisis statistik (ANOVA) menunjukkan bahwa ratarata tingkat kelangsungan hidup antar perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Lampiran 5) pada selang kepercayaan 95 % (p>0,05). 4.2 Pembahasan Parameter kualitas air sangat penting dalam kegiatan budidaya karena mempengaruhi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan sehingga harus selalu dipertahankan sesuai dengan kehidupan ikan tersebut. Amonia merupakan salah satu parameter kualitas air yang mempengaruhi organisme akuatik. Amonia tidak terionisasi (NH3) bersifat lebih toksik dibandingkan dengan amonia terionisasi (NH4+). Berdasarkan Tabel 3, nilai amonia pada setiap perlakuan mengalami peningkatan hingga akhir pemeliharaan benih ikan patin siam, namun demikian nilai amonia tersebut tidak

6 26 membahayakan (toksik) bagi kehidupan benih ikan patin siam yang dipelihara. Hal ini dapat dilihat dari nilai NH 3 memiliki nilai sebesar < 0,1 mg/l pada semua perlakuan. Pernyataan tersebut sesuai dengan McNeely et al. (1979) dalam Effendi (2000) yang menyatakan bahwa kadar amonia dalam perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/l. Meningkatnya nilai NH 3 pada setiap perlakuan disebabkan oleh adanya peningkatan suhu dan ph dengan pengaruh yang paling kuat adalah ph (Boyd 1982; Colt dan Tomasso 2001). Meskipun terjadi penurunan dan kenaikan ph secara fluktuatif pada setiap perlakuan, namun nilai ph pada media pemeliharaan hingga akhir pemeliharaan masih besifat basa. Mackereth et al. (1989) dalam Effendi (2000) menjelaskan bahwa amonia tidak terionisasi banyak ditemukan dalam perairan yang memiliki ph rendah. Berdasarkan nilai ph yang tinggi, dapat diduga bahwa jumlah NH 3 pada media pemeliharaan benih ikan patin siam terdiri dari NH 3 terionisasi. Peningkatan amonia juga menyebabkan meningkatnya tingkat konsumsi oksigen oleh jaringan (Colt dan Armstrong 1979 dalam Boyd 1982). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 yang menunjukkan jumlah DO dalam media pemeliharaan mengalami penurunan pada hari ke-20 hingga akhir pemeliharaan. Meskipun jumlah DO menurun, ketersediaan oksigen dalam media pemeliharaan yang masih mencukupi akan membantu benih ikan patin siam mempertahankan hidupnya. Selain itu, Tomasso et al. (1980) dalam Boyd (1982) menjelaskan bahwa adanya kalsium dalam media pemeliharaan akan mengurangi toksisitas amonia pada catfish, dimana kalsium tersebut berasal dari air laut dan kapur CaO. Nilai nitrit pada Tabel 3 menunjukkan kisaran jumlah yang tinggi, yaitu berkisar antara 3,7694-9,1297 mg/l. Nilai nitrit yang tinggi diduga disebabkan oleh adanya proses nitrifikasi dalam media pemeliharaan oleh bakteri Nitosomonas sp. Spotte (1979) menjelaskan bahwa konsentrasi total amonia (TAN) yang makin lama makin meningkat dapat menginduksi pertumbuhan bakteri Nitrosomonas sp. Makin banyak populasi Nitrosomonas sp. menyebabkan konsentrasi amonia turun dan konsentrasi nitrit naik. Hal ini disebabkan oleh proses nitrifikasi, yaitu proses perubahan amonium menjadi nitrit. Meskipun nilai nitrit tinggi, ikan tersebut masih dapat hidup dan tumbuh hingga akhir

7 27 pemeliharaan karena ion klorida yang terdapat di dalam media pemeliharaan benih ikan patin siam dapat menghambat masuknya nitrit ke dalam tubuh ikan secara kompetitif. Hal ini disebabkan oleh ion-ion klorida yang berasal dari air yang bersalinitas dapat bersaing secara kompetitif dengan nitrit karena penyerapan ion-ion klorida tidak dapat diabaikan dan melalui mekanisme pengangkutan ion yang terjadi secara aktif dan alami di dalam tubuh ikan (Colt dan Tomasso 2001; Tucker dan Hargreaves 2004), sehingga penyerapan ion klorida oleh tubuh lebih dominan dibandingkan penyerapan nitrit. Tomasso (1994) dalam Colt dan Tomasso (2001) juga menegaskan bahwa channel catfish dapat merespon dengan baik adanya kalsium klorida dan sodium klorida dalam perairan. Penambahan kapur CaO ke dalam media pemeliharaan menyebabkan nilai ph meningkat pada setiap perlakuan (Tabel 3). Hal ini dapat dilihat melalui perbedaan nilai ph pada media pemeliharaan yang tidak ditambah dengan kapur dan yang ditambah dengan kapur karena menurut Boyd (1982) kapur memiliki kemampuan untuk menetralisir keasaman dan kapur CaO merupakan kapur yang dapat bereaksi cepat dengan keasaman. Diduga peningkatan ph pada perlakuan A (50 mg/l),, dan juga disebabkan oleh adanya alga yang terdapat di dalam akuarium. Pernyataan ini didukung oleh Effendi (2000) yang menjelaskan bahwa pemanfaatan ion bikarbonat oleh alga sebagai sumber karbon menyebabkan terjadinya akumulasi ion hidroksida. Akumulasi tersebut menyebabkan perairan memiliki nilai ph yang tinggi, yaitu berkisar antara Meskipun nilai ph dalam media pemeliharaan tinggi, benih ikan patin siam masih dapat tumbuh baik pada kisaran ph tersebut karena menurut Chakroff (1976) dan Piper et al. (1982) dalam Colt dan Tomasso (2001) ikan akan tumbuh dengan baik pada kisaran ph 6,5 9,0 dan sensitif pada ph rendah atau bersifat asam. Nilai ph yang semakin meningkat ketika diberikan kapur berpengaruh terhadap nilai alkalinitas yang akan semakin meningkat pula (Mackereth et al dalam Effendi 2000). Nilai alkalinitas pada setiap perlakuan (Tabel 3) memiliki nilai yang fluktuatif dari awal hingga akhir pemeliharaan, hal ini juga berkaitan dengan adanya alga yang mengunakan ion bikarbonat sebagai sumber karbon karena Barnes (1989) dalam Effendi (2000) menjelaskan bahwa penyusun

8 28 alkalinitas adalah anion bikarbonat (HCO - 3 ), karbonat (CO 2-3 ), dan hidroksida (OH - ). Dapat dilihat pula bahwa nilai alkalinitas pada setiap perlakuan cukup tinggi dan nilai alkalinitas pada perlakuan C (150 mg/l CaO) merupakan nilai tertinggi, yaitu mencapai 460 mg/l CaCO 3. Menurut Boyd (1988) dalam Effendi (2000) nilai alkalinitas yang baik berkisar antara mg/l CaCO 3. Hal ini berarti nilai alkalinitas pada media pemeliharaan benih ikan patin siam dengan perlakuan kapur CaO merupakan nilai yang masih sesuai untuk pemeliharaannya dan merupakan jenis air sadah (hardwater) (Effendi 2000). Menurut APHA (1975) dalam Stickney (1979), umumnya air laut bersifat sadah sehingga memungkinkan tingginya nilai alkalinitas. Spotte (1970) juga menjelaskan bahwa tingginya alkalinitas dipengaruhi oleh adanya salinitas dalam perairan karena terdapat ion karbonat dan bikarbonat. Nilai kesadahan Ca 2+ (Tabel 3) pun mengalami kenaikan karena adanya penambahan kapur CaO ke dalam media pemeliharaan benih ikan patin siam. Meningkatnya nilai kesadahan berkaitan dengan adanya ion kalsium dan magnesium yang berasal dari air yang bersalinitas dan adanya penambahan kapur ke dalam media pemeliharaan. APHA (1975) dalam Stickney (1979) menjelaskan bahwa konsentrasi kation-kation divalent (khususnya kalsium dan magnesium) merupakan kation yang menentukan nilai kesadahan di dalam air. Nilai kesadahan Ca 2+ yang fluktuatif hingga akhir pemeliharaan disebabkan oleh penyerapan kalsium yang dilakukan oleh ikan karena menurut Philips et al. (1959) dalam NRC (1993), ikan menyerap kalsium langsung dari lingkungannya. NRC (1993) menyatakan pula bahwa penyerapan kalsium tersebut terjadi melalui insang, sirip, dan epithelia mulut dengan insang sebagai organ yang paling penting untuk pengaturan kalsium. Kandungan kalsium tertinggi yang terdapat di dalam kapur CaO dibandingkan kapur Ca(OH) 2 dan CaCO 3, yaitu sebesar 71 % (Westers 2001). Kesadahan Ca 2+ pada perlakuan B (100 mg/l CaO) memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Diduga hal ini yang menyebabkan pertumbuhan panjang standar benih ikan patin siam pada perlakuan B lebih rendah dibandingkan perlakuan yang lain karena diduga ikan tersebut tidak dapat mengabsorbsi kalsium ke dalam tubuhnya secara optimal. Menurut Hedgpeth

9 29 (1957) dalam Stickney (1979), mineral dibutuhkan oleh seluruh hewan untuk berbagai proses hidupnya, termasuk dalam pembentukan jaringan skeletal. Schmidt dan Nielsen (1973) juga menjelaskan bahwa ion kalsium merupakan unsur pokok dari struktur tulang yang menjadi penopang tubuh. Suhu yang diukur selama pemeliharaan menunjukkan nilai yang sesuai dengan kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan patin siam, yaitu berkisar antara 28 28,67 C. Hal ini sesuai dengan Lovell (1989) yang menyatakan bahwa suhu optimum untuk pertumbuhan catfish adalah kurang lebih sebesar 30 C. Kilambi et al. (1970); Andrews dan Stickney (1972); Andrews et al. (1972) dalam Stickney (1993) juga menjelaskan bahwa channel catfish tumbuh lebih cepat pada suhu berkisar antara 26 dan 30 C, meskipun penambahan bobot dapat meningkat relatif cepat pada suhu C. Benih ikan patin siam yang dipelihara pada media bersalinitas 4 ppt dan dengan penambahan dosis kapur CaO yang berbeda-beda dapat tumbuh ketika dipelihara selama 30 hari. Hal ini dapat dilihat dari bertambahnya bobot dan panjang benih ikan patin siam yang dipelihara karena berdasarkan Effendi (1978) pertumbuhan merupakan pertumbuhan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu. Berdasarkan hasil yang diperoleh, yaitu laju pertumbuhan bobot dan pertumbuhan panjang standar tertinggi terdapat pada benih ikan patin siam yang diberikan perlakuan A dengan dosis kapur CaO sebesar 50 mg/l. Bertambahnya bobot dan panjang benih ikan patin siam pada dosis 50 mg/l disebabkan oleh ikan tersebut mampu beradaptasi dengan baik di lingkungannya sehingga ikan dapat memakan pakan yang diberikan. Pakan tersebut merupakan sumber energi bagi benih ikan patin siam sehingga dapat digunakan untuk tumbuh lebih baik dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan dosis kapur lainnya. Hepher dan Pruginin (1981) menjelaskan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh sisa metabolisme, ketersediaan oksigen, dan ketersediaan pakan yang dipengaruhi oleh ikan itu sendiri serta dipengaruhi oleh keadaan fisiologis, sifat kimia air, dan suhu. Apabila kebutuhan pakan tidak terpenuhi, ikan tidak dapat memnuhi kebutuhan untuk pertumbuhan maksimum dan mempertahankan hidupnya. Stickney (1979) juga menjelaskan bahwa apabila ikan euryhaline dapat mempertahankan salinitas dalam perairan sesuai dengan kekuatan ion dalam

10 30 darahnya (isoosmotik), maka akan lebih banyak energi yang digunakan untuk tumbuh dan akan sedikit melakukan osmoregulasi. Adanya kalsium dalam media pemeliharaan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan benih ikan patin siam. Menurut Lovell (1989) kekurangan kalsium dapat terjadi pada saat produksi channel catfish hingga menyebabkan pertumbuhan dan kadar abu dalam tulang ikan tersebut menurun. Tingkat kelangsungan hidup (SR) merupakan parameter penting yang menentukan keberhasilan suatu kegiatan budidaya dan menentukan apakah produktivitas kegiatan tersebut meningkat atau tidak. Berdasarkan data hasil yang diperoleh, tingkat kelangsungan hidup pada setiap perlakuan menunjukkan bahwa benih ikan patin siam dapat bertahan hidup dalam media bersalinitas 4 ppt yang ditambahkan kapur dengan dosis yang berbeda-beda. Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap ikan patin dengan menggunakan media bersalinitas dengan dosis yang berbeda-beda, seperti penelitian yang dilakukan oleh Mahmudi (1991) yang menunjukkan bahwa larva ikan patin siam mampu beradaptasi pada salinitas hingga 7 ppt dan Hendaryani (2000) dalam Kadarini (2009) yang menunjukkan bahwa larva ikan pengasius jambal berumur 3 hari dapat tumbuh optimal pada media bersalinitas 4 ppt. Black (1957) menjelaskan bahwa ikan air tawar selalu mengatur kebutuhan air yang diabsorbsi secara osmosis karena konsentrasi larutan dalam tubuh lebih tinggi dibandingkan lingkungannya. Kemampuan benih ikan patin siam yang dapat beradaptasi di dalam media bersalinitas 4 ppt dikarenakan kondisi cairan tubuhnya isoosmotik terhadap media air lingkungannya, yaitu dimana kondisi cairan tubuhnya sama dengan kondisi air di lingkungannya. Kemampuan ikan stenohalin dalam mempertahankan diri dalam larutan garam bergantung pada luas permukaan insang, tingkat konsumsi oksigen, dan kontrol permeabilitas (Kinne, 1964). Kandungan kalsium yang berada dalam media pemeliharaan bersalinitas yang berasal dari kapur CaO dan garam air laut juga berpengaruh terhadap permeabilitas pada ikan (Podoliak dan Holden 1966 dalam Stickney 1979), sehingga memudahkan ikan untuk melakukan fungsi osmoregulasi. Lovell (1989) juga menjelaskan bahwa selain berfungsi dalam struktur tulang dan sisik, kalsium juga dibutuhkan untuk pembekuan darah, fungsi

11 31 otot, transmisi gerak syaraf, osmoregulasi, dan sebagai kofaktor selama proses enzimatik. Oleh karena itu, kandungan kalsium juga berperan penting dalam kelangsungan hidup benih ikan patin siam. Kematian yang terjadi pada perlakuan kontrol (0 mg/l CaO) diduga bahwa benih ikan patin siam mengalami stress sehingga tidak mampu beradaptasi pada saat dipindahkan ke dalam akuarium perlakuan. Benih ikan patin siam tersebut juga tidak mengalami pertumbuhan dibandingkan ikan yang lain karena kalah bersaing dalam mengambil pakan. Sedangkan kematian benih ikan patin siam pada perlakuan A (50 mg/l CaO) diduga pula bahwa benih ikan patin siam mengalami stres pada saat dipindahkan ke dalam akuarium perlakuan, sehingga ikan mengalami kematian keesokan harinya. Hal ini didukung oleh Hepher dan Pruginin (1981) yang menyatakan bahwa kematian benih ikan banyak terjadi pada awal masa pemeliharaan. Ketersediaan pakan sangat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan karena merupakan sumber energi untuk tubuhnya. Menurut Hepher dan Pruginin (1981) ikan akan mempertahankan kelangsungan hidupnya terlebih dahulu yang diiringi dengan pertumbuhan bobotnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Derajat Kelangsungan Hidup Derajat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) benih ikan patin yang dipelihara dengan masa pemeliharaan 30 hari memiliki hasil

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tahap I Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian diperoleh data sintasan (Gambar 1), sedangkan rata-rata laju pertumbuhan bobot dan panjang harian benih ikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pangasianodon, Spesies Pangasianodon hypopthalmus (Saanin 1984).

TINJAUAN PUSTAKA. Pangasianodon, Spesies Pangasianodon hypopthalmus (Saanin 1984). 3 TINJAUAN PUSTAKA Ikan Patin Siam Pangasianodon hypopthalmus Ikan patin siam adalah ikan yang termasuk kedalam Kelas Pisces, Sub Kelas Teleostei, Ordo Ostariophsy, Sub Ordo Siluroidea, Famili Pangasidae,

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2 11 METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Total Amonia Nitrogen (TAN) Konsentrasi total amonia nitrogen (TAN) diukur setiap 48 jam dari jam ke-0 hingga jam ke-120. Peningkatan konsentrasi TAN terjadi pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DA PEMBAHASA

IV. HASIL DA PEMBAHASA IV. HASIL DA PEMBAHASA 4.1 Hasil 4.1.1 Pertumbuhan 4.1.1.1 Bobot Bobot rata-rata ikan patin pada akhir pemeliharaan cenderung bertambah pada setiap perlakuan dan berkisar antara 6,52±0,53 8,41±0,40 gram

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan ketinggian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 25 3 (25) 25 Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Benih Ikan Lele Rata-rata tingkat kelangsungan hidup (SR) tertinggi dicapai oleh perlakuan naungan plastik transparan sebesar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) Perubahan bobot ikan selama masa pemeliharaan diukur dan dicatat untuk mendapatkan data mengenai laju pertumbuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air memegang peranan penting dalam bidang perikanan terutama untuk kegiatan budidaya serta dalam produktifitas hewan akuatik. Parameter kualitas air yang sering

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter) 9 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan padat tebar yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari parameter biologi, parameter kualitas air dan parameter ekonomi.

Lebih terperinci

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup dan dinyatakan sebagai perbandingan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perilaku Kanibalisme Ketersediaan dan kelimpahan pakan dapat mengurangi frekuensi terjadinya kanibalisme (Katavic et al. 1989 dalam Folkvord 1991). Menurut Hecht dan Appelbaum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam Jumlah rata rata benih ikan patin siam sebelum dan sesudah penelitian dengan tiga perlakuan yakni perlakuan A kepadatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Air Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada masingmasing perlakuan selama penelitian adalah seperti terlihat pada Tabel 1 Tabel 1 Kualitas Air

Lebih terperinci

PEMBERIAN KALSIUM KARBONAT (CaCO 3 ) PADA MEDIA BERSALINITAS UNTUK PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius sp.) KURNIA FATURROHMAN

PEMBERIAN KALSIUM KARBONAT (CaCO 3 ) PADA MEDIA BERSALINITAS UNTUK PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius sp.) KURNIA FATURROHMAN PEMBERIAN KALSIUM KARBONAT (CaCO 3 ) PADA MEDIA BERSALINITAS UNTUK PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius sp.) KURNIA FATURROHMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian 2.1.1 Pembuatan Media Pembuatan air bersalinitas 4 menggunakan air laut bersalinitas 32. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan rumus pengenceran sebagai

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

Pengaruh Metode Aklimatisasi Salinitas Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila (Oreochromis sp.)

Pengaruh Metode Aklimatisasi Salinitas Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila (Oreochromis sp.) Pengaruh Metode Aklimatisasi Salinitas Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila (Oreochromis sp.) The Effect of Salinity Acclimatization on Survival Rate of Nile Fry (Oreochromis sp.) Yuliana Asri 1,*,

Lebih terperinci

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PAKAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PAKAN 4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PAKAN Faktor lingkungan dapat mempengaruhi proses pemanfaatan pakan tidak hanya pada tahap proses pengambilan, pencernaan, pengangkutan dan metabolisme saja, bahkan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Laju Pertumbuhan Bobot Harian Bobot benih ikan nila hibrid dari setiap perlakuan yang dipelihara selama 28 hari meningkat setiap minggunya. Bobot akhir benih ikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laju Pertumbuhan Mutlak Nila Gift Laju pertumbuhan rata-rata panjang dan berat mutlak ikan Nila Gift yang dipelihara selama 40 hari, dengan menggunakan tiga perlakuan yakni

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan Uji Nilai Kisaran Uji Toksisitas Akut

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan Uji Nilai Kisaran Uji Toksisitas Akut 51 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan Uji Nilai Kisaran Hasil uji nilai kisaran (Range value test) merkuri pada ikan bandeng menunjukkan bahwa nilai konsentrasi ambang bawah sebesar 0.06

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN OSMOTIK MEDIA TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius sp.) PADA SALINITAS 5 PPT

PENGARUH TEKANAN OSMOTIK MEDIA TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius sp.) PADA SALINITAS 5 PPT PENGARUH TEKANAN OSMOTIK MEDIA TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius sp.) PADA SALINITAS 5 PPT KLORY ADI NUGRAHANINGSIH SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Udang Galah

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Udang Galah TINJAUAN PUSTAKA Biologi Udang Galah Sebagian besar udang air tawar termasuk dalam famili Palaemonidae dan genus Macrobrachium yang merupakan genus paling banyak jenisnya. Udang galah merupakan salah satu

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Kecepatan moulting kepiting bakau Pengamatan moulting kepiting bakau ini dilakukan setiap 2 jam dan dinyatakan dalam satuan moulting/hari. Pengamatan dilakukan selama

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jumlah Konsumsi Pakan Perbedaan pemberian dosis vitamin C mempengaruhi jumlah konsumsi pakan (P

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Air sebagai Tempat Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan nila.

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Penelitian Pendahuluan 3.1.1.1 Kemampuan Puasa Ikan Hasil uji kemampuan puasa benih ikan gurame yang dipelihara sebanyak 30 ekor menunjukkan bahwa ikan gurame

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pendahuluan Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi kontrol, kultivasi menggunakan aerasi (P1) dan kultivasi menggunakan karbondioksida

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Patin Siam ( Pangasius hypopthalmus 2.2. Transportasi Ikan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Patin Siam ( Pangasius hypopthalmus 2.2. Transportasi Ikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Ikan patin siam adalah jenis ikan patin yang diintroduksi dari Thailand (Khairuman dan Amri, 2008; Slembrouck et al., 2005). Ikan patin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac.

II. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac. Ikan gurami Osphronemus gouramy Lac. merupakan ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Gurami dapat tumbuh dan berkembang pada

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai

I. PENDAHULUAN. Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai ekonomis tinggi dan merupakan spesies asli Indonesia. Konsumsi ikan gurami (Osphronemus gouramy)

Lebih terperinci

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan AIR Sumber Air 1. Air laut 2. Air tawar a. Air hujan b. Air permukaan Impurities (Pengotor) air permukaan akan sangat tergantung kepada lingkungannya, seperti - Peptisida - Herbisida - Limbah industry

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp.

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. YENI GUSTI HANDAYANI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Penelitian Pendahuluan Hasil penelitian pendahuluan menyitir hasil penelitian Handayani (2012). 3.1.1.1 Kemampuan Puasa Ikan Kemampuan puasa benih ikan nila BEST

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah akuarium dengan dimensi 50 x 30 x 30 cm 3 untuk wadah pemeliharaan ikan, DO-meter, termometer, ph-meter, lakban, stoples bervolume 3 L,

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Evaluasi teknis budidaya Hasil dari teknologi budidaya penggunaan pakan sepenuhnya pada kolam air tenang dan teknologi budidaya penggunaan pakan pengganti limbah

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1. Kualitas Warna Perubahan warna ikan maskoki menjadi jingga-merah terdapat pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 1, 2 dan 4 hari yaitu sebanyak 11,

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Metodologi penelitian sesuai dengan Supriyono, et al. (2010) yaitu tahap pendahuluan

Lebih terperinci

KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS UNTUK PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius sp.)

KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS UNTUK PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius sp.) Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 2 November 2014: 183-190 ISSN 2087-4871 KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS UNTUK PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius sp.) CALCIUM CARBONATE

Lebih terperinci

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan Kelangsugan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilem Pada penelitian yang dilakukan selama 30 hari pemeliharaan, terjadi kematian 2 ekor ikan dari total 225 ekor ikan yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN. Kondisi Kualitas Air

HASIL PENELITIAN. Kondisi Kualitas Air HASIL PENELITIAN Kondisi Kualitas Air Kualitas Air pada Tahap Eksplorasi Salinitas yang digunakan sebagai perlakuan didasarkan pada penelitian pendahuluan yang menghasilkan petunjuk batas kisaran optimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi terdapat kendala yang dapat menurunkan produksi berupa kematian budidaya ikan yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Budidaya ikan hias dapat memberikan beberapa keuntungan bagi pembudidaya antara lain budidaya ikan hias dapat dilakukan di lahan yang sempit seperti akuarium atau

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan inroduksi yang telah lebih dulu dikenal masyarakat indonesia. Budidaya

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik (Specific Growth Rate) Selama 40 hari masa pemeliharaan nilem terjadi peningkatan bobot dari 2,24 ± 0,65 g menjadi 6,31 ± 3,23 g. Laju

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling

Lebih terperinci

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN) 1 RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN) Angga Yudhistira, Dwi Rian Antono, Hendriyanto Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2011 di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu

Lebih terperinci

VI IDENTIFIKASI RISIKO PERUSAHAAN

VI IDENTIFIKASI RISIKO PERUSAHAAN VI IDENTIFIKASI RISIKO PERUSAHAAN 6.1 Sumber-sumber Risiko pada Usaha Pemasaran Benih Ikan Patin PT Mitra Mina Nusantara (PT MMN) dalam menjalankan kegiatan usahanya menghadapi risiko operasional. Risiko

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN CUPANG (Betta sp.) Yudha Lestira Dhewantara, 1 Ananda Sulistyo Adhi 2,

PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN CUPANG (Betta sp.) Yudha Lestira Dhewantara, 1 Ananda Sulistyo Adhi 2, PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN CUPANG (Betta sp.) Yudha Lestira Dhewantara, 1 Ananda Sulistyo Adhi 2, ` 1,2,3) Jurusan Budidaya Perairan, FPIK USNI Jln, Arteri Pondok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Resirkulasi Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang sudah digunakan dengan cara memutar air secara terus-menerus melalui perantara sebuah

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN Volume 6 Nomor 2. Desember 2016 e ISSN Halaman :

Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN Volume 6 Nomor 2. Desember 2016 e ISSN Halaman : Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN 2089 3469 Volume 6 Nomor 2. Desember 2016 e ISSN 2540 9484 Halaman : 116 124 Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Rainbow Kurumoi dengan Penambahan Cangkang

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp.

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. YENI GUSTI HANDAYANI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat 41 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas 2 tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian inti. Penelitian pendahuluan terdiri atas 2 tahap yaitu uji nilai kisaran (range value test) dan uji

Lebih terperinci

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) Rukmini Fakultas Perikanan dan Kelautan UNLAM Banjarbaru Email rukmini_bp@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 1 Oktober 2014 ISSN: 2302-3600 EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN Riska Emilia Sartika

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian TINJAUAN PUSTAKA Ikan Patin Sektor perikanan memang unik beberapa karakter yang melekat di dalamnya tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian penanganan masalah

Lebih terperinci

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN:

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN: 282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : 282-289 ISSN: 0853-6384 Short Paper Abstract PENGARUH SALINITAS TERHADAP KELULUSAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR, Colossoma macropomum THE

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Vertikal Oksigen Terlarut Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi sumberdaya suatu perairan karena akan berpengaruh secara langsung pada kehidupan

Lebih terperinci

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) PENGELOLAAN KUALITAS AIR DALAM KEGIATAN PEMBENIHAN IKAN DAN UDANG Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) DISSOLVED OXYGEN (DO) Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Pertumbuhan Bobot dan Panjang Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Setelah 112 hari pemeliharaan benih ikan selais (Ompok hypophthalmus) didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Deskriptif Fisika Kimia Air dan Sedimen

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Deskriptif Fisika Kimia Air dan Sedimen 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif Fisika Kimia Air dan Sedimen Kualitas air merupakan salah satu sub sistem yang berperan dalam budidaya, karena akan mempengaruhi kehidupan komunitas biota

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Akuakultur merupakan kegiatan memproduksi biota (organisme) akuatik di

I. PENDAHULUAN. Akuakultur merupakan kegiatan memproduksi biota (organisme) akuatik di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuakultur merupakan kegiatan memproduksi biota (organisme) akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit). Salah satu produk akuakultur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Benih Ikan Nila Nirwana (Oreochromis niloticus) Benih ikan merupakan ikan yang baru menetas sampai mencapai ukuran panjang tubuh sekitar 5-6 cm. Benih berkualitas

Lebih terperinci

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015 Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015 Pengaruh Salinitas Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus) di

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan sintasan benih ikan tengadak Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker, 1854) pada salinitas berbeda

Pertumbuhan dan sintasan benih ikan tengadak Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker, 1854) pada salinitas berbeda Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Pertumbuhan dan sintasan benih ikan tengadak Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker, 1854) pada salinitas berbeda Yosmaniar 1), Eddy Supriyono 2), Siti Kamilla Nurjanah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Hematokrit Ikan Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam darah, bila kadar hematokrit 40% berarti dalam darah tersebut terdiri dari 40% sel darah merah dan

Lebih terperinci

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele.

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele. 17 3. METODE Rangkaian penelitian ini terdiri dari empat tahap penelitian. Seluruh kegiatan dilakukan dalam kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2011 di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (d/h Loka Riset

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan selama 40 hari massa pemeliharaan terhadap benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) diketahui rata-rata tingkat kelangsungan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Pakan Uji Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan yang di suplementasi selenium organik dengan dosis yang berbeda, sehingga pakan dibedakan menjadi 4 macam

Lebih terperinci

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, 24 Februari Penulis. Asiditas dan Alkalinitas Page 1

KATA PENGANTAR. Surabaya, 24 Februari Penulis. Asiditas dan Alkalinitas Page 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadiran allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah Asiditas dan Alkalinitas.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1 Pertumbuhan benih C. macropomum Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari pemeliharaan disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Pertumbuhan C.

Lebih terperinci