IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hasil yang diperoleh pada penelitian ini meliputi persentase jenis kelamin jantan rata-rata, derajat kelangsungan hidup (SR) rata-rata setelah perlakuan perendaman dan penelitian, pertumbuhan bobot individu rata-rata, pertumbuhan panjang individu rata-rata, dan laju pertumbuhan spesifik rata-rata (SGR) ikan nila merah. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Persentase jenis kelamin jantan rata-rata dan derajat kelangsungan hidup (SR) rata-rata perlakuan di akuarium dan kolam pemeliharaan ikan nila merah untuk masing-masing perlakuan. Perlakuan % Jantan Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%) Derajat Kelangsungan Hidup (SR) di Akhir Penelitian(%) AI 0 mg/l 59,90±3,100 a 100,00±0,000 a 84,55±0,000 a AI 25 mg/l 95,53±0,481 b 98,18±0,525 a 80,91±4,098 a AI 50 mg/l 96,83±1,728 b 98,41±0,777 a 76,59±2,787 a AI 75 mg/l 96,88±0,994 b 98,64±0,263 a 80,00±5,049 a MT 5 mg/l 96,55±1,405 b 98,64±0,455 a 91,36±2,275 a Catatan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05); rata-rata ± SE. Tabel 4. Bobot individu rata-rata akhir dan laju pertumbuhan spesifik (SGR) rata-rata ikan nila merah masing-masing perlakuan. Perlakuan Bobot Individu Rata rata Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) Akhir (g) (%) AI 0 mg/l 36,38±0,500 a 9,93±0,026 a AI 25 mg/l 39,44±1,461 ab 10,06±0,060 ab AI 50 mg/l 39,28±0,986 ab 10,05±0,040 ab AI 75 mg/l 41,10±0,819 b 10,13±0,032 b MT 5 mg/l 42,05±0,450 b 10,17±0,017 b Catatan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05); rata-rata ± SE. Hasil analisis ragam persentase jenis kelamin jantan rata-rata yang diperoleh di akhir penelitian pada umur ikan 2,5 bulan menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan antara perlakuan AI 25 mg/l, 50 mg/l, 75 mg/l, dan MT 5 mg/l (kontrol positif) terhadap perlakuan AI 0 mg/l (kontrol negatif) (P<0,05).

2 Sedangkan antara perlakuan AI 25 mg/l, 50 mg/l, 75 mg/l, dan perlakuan MT 5 mg/l (kontrol positif) tidak ada perbedaan yang nyata (P>0,05). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan AI pada dosis 25 mg/l, 50 mg/l, dan 75 mg/l dapat menggantikan penggunaan 17α-metiltestosteon 5 mg/l (kontrol positif) yang dapat dilihat dari nilai bobot individu rata-rata akhir, laju pertumbuhan spesifik rata-rata, derajat kelangsungan hidup rata-rata dan yang paling utama adalah nilai persentase jantan rata-rata yang relatif sama dan tidak berbeda secara signifikan (P>0,05). Aromatase inhibitor tidak mempengaruhi derajat kelangsungan hidup setelah perlakuan. Hal ini dibuktikan pada Tabel 3 dimana derajat kelangsungan hidup rata-rata ikan nila merah yang diatas 98 % dan tidak berbeda secara signifikan antara perlakuan AI 0 mg/l, 25 mg/l, 50 mg/l, 75 mg/l, dan MT (kontrol positif) (P>0,05). Pada akhir penelitian terjadi kematian tetapi juga tidak terjadi perbedaan yang signifikan antara perlakuan AI dan MT (kontrol positif) (P>0,05). Derajat kelangsungan hidup baik setelah perlakuan maupun di akhir percobaan yang diperoleh pada semua perlakuan dan kontrol cukup tinggi yaitu lebih dari 75 %. Derajat kelangsungan hidup akhir perlakuan menunjukkan nilai yang sangat tinggi yaitu di atas 98 %. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa penggunaan aromatase inhibitor terbukti tidak mempengaruhi derajat kelangsungan hidup ikan uji hingga akhir penelitian (P>0,05). Pada bobot individu rata-rata akhir terlihat perbedaan yang signifikan antara perlakuan AI 75 mg/l dan MT 5 mg/l (kontrol positif) terhadap perlakuan AI 0 mg/l (kontrol negatif) (P<0,05). Pada perlakuan AI 0 mg/l (kontrol negatif), 25 mg/l, dan 50 mg/l tidak terjadi perbedaan yang signifikan (P>0,05). Hal yang sama juga terjadi antara perlakuan AI 25 mg/l, 50 mg/l, 75 mg/l, dan MT 5 mg/l (kontrol positif) (P>0,05). Untuk laju pertumbuhan spesifik (SGR) rata-rata, terjadi perbedaan yang signifikan antara perlakuan AI 75 mg/l dan MT 5 mg/l (kontrol positif), terhadap perlakuan AI 0 mg/l (kontrol negatif) (P<0,05). Nilai SGR pada perlakuan AI 0 mg/l (kontrol negatif) tidak berbeda nyata dengan perlakuan AI 25 mg/l dan 50 mg/l (P>0,05). Hal sama juga terjadi pada perlakuan AI 25 mg/l, 50 mg/l, 75 mg/l dan MT (kontrol positif). Perlakuan aromatase inhibitor terbukti memberikan hasil yang relatif sama dengan MT (P>0,05).

3 Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa bobot individu rata-rata akhir yang tertinggi diperoleh pada perlakuan MT 5 mg/l (kontrol positif). Sedangkan pertumbuhan bobot individu rata-rata yang terendah diperoleh pada perlakuan AI 0 mg/l (kontrol negatif). Untuk perlakuan AI 25 mg/l dan 50 mg/l mengalami petumbuhan bobot rata-rata yang relatif sama dari awal hingga akhir pemeliharaan. Untuk perlakuan AI 75 mg/l mengalami pertumbuhan bobot ratarata yang sama dengan perlakuan AI 25 mg/l dan AI 50 mg/l sejak awal pemeliharaan, namun terjadi peningkatan pertumbuhan bobot rata-rata pada hari ke 50. Secara umum semua perlakuan dan kontrol mengalami pertumbuhan bobot rata-rata yang seragam sejak awal pemeliharaan, namun pada hari ke 40 mulai terlihat perbedaan pertumbuhan pada masing-masing perlakuan dan kontrol. Perlakuan AI 25 mg/l, 50 mg/l, dan 75 mg/l terbukti memiliki pertumbuhan bobot rata-rata yang relatif sama dengan perlakuan MT 5 mg/l (kontrol positif) (P>0,05). Keterangan : 5 ppm Gambar 2. Pertumbuhan bobot individu rata-rata ikan nila merah di dalam hapa pemeliharaan. (AI : aromatase inhibitor; MT : 17α-metiltestosteron)

4 Pada Gambar 3 secara umum terlihat bahwa ikan mengalami pertumbuhan panjang individu rata-rata seiring dengan waktu pemeliharaan pada semua perlakuan dan kontrol. Ikan mulai mengalami perbedaaan pertumbuhan panjang rata-rata pada hari ke 45. Panjang individu rata-rata akhir yang tertinggi diperoleh pada perlakuan MT 5 mg/l (kontrol positif). Kemudian hingga yang terendah adalah perlakuan AI 50 mg/l, AI 75 mg/l, AI 25 mg/l, dan AI 0 mg/l (kontrol negatif). Perlakuan AI 25 mg/l, 50 mg/l, dan 75 mg/l memiliki pertumbuhan panjang rata-rata yang relatif sama dengan perlakuan MT 5 mg/l (kontrol positif). Keterangan : 5 ppm Gambar 3. Pertumbuhan panjang rata-rata ikan nila merah di hapa pemeliharaan. (AI : aromatase inhibitor; MT : 17α-metiltestosteron). Tabel 5. Kualitas air media pemijahan induk, akuarium perlakuan perendaman, awal penebaran di kolam dan akhir penelitian di kolam pemeliharaan ikan nila merah. Pemijahan Awal Kualitas Air Inlet Perlakuan Akhir Induk Penebaran NH 3 0,1 ppm 0,22 ppm 0,05 ppm 0,47 ppm 0,52 ppm Suhu min-max o C o C 28 o C o C o C ph 5,7 5,8 5,1 5,7 5,5 DO 4,2 ppm 5,2 ppm 6,8 ppm 5,1 ppm 4,8 ppm

5 Kualitas air pada media pemijahan induk masih berada dalam toleransi induk ikan nila merah sehingga mendukung terjadinya pemijahan secara alami dan telur yang dihasilkan sangat baik dengan derajat penetasan telur diatas 90 %. Kualitas air pada media perlakuan perendaman juga masih mendukung kehidupan larva ikan nila merah umur 1 hari setelah menetas. Begitu juga kualitas air media pemeliharaan pada awal penebaran di hapa dalam kolam pemeliharaan hingga akhir penelitian masih dalam toleransi ikan nila merah. Ikan nila merah mengalami pertumbuhan yang baik dalam pertumbuhan bobot dan panjang ratarata. Suhu air kolam yang relatif tinggi selama waktu pemeliharaan di hapa yaitu antara o C, namun masih di dalam batas ambang toleransi ikan nila merah. 3.2 Pembahasan Pemberian aromatase inhibitor telah terbukti mempengaruhi persentase jenis kelamin jantan pada ikan nila merah, yang dapat dilihat dari peningkatan persentase jenis kelamin jantan sebesar 36,98 % yaitu dari kontrol negatif sebesar 59,9 % menjadi 96,88 % pada perlakuan AI 75 mg/l. Pemberian aromatase inhibitor juga telah terbukti pada penelitian yang dilakukan oleh Kwon (2000) yang diberikan melalui pakan yang dicampur dengan aromatase inhibitor jenis fadrozole dengan dosis 500 mg/kg pakan dengan hasil jenis kelamin jantan sebesar 96 %. Hasil peneliian Kwon (2000) hampir sama dengan hasil yang diperoleh pada penelitian ini yang menghasilkan ikan nila merah berkelamin jantan sebesar 96,88 % dengan dosis aromatase inhibitor jenis imidazole 75 mg/l. Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurlaela (2002) melalui perendaman embrio dengan aromatase inhibitor jenis imidazole dengan dosis 20 mg/l selama 10 jam pada fase bintik mata yang menghasilkan jenis kelamin jantan ikan nila merah sebesar 82,2 %. Keberhasilan diferensiasi kelamin melalui penghambatan enzim aromatase dengan aromatase inhibitor dipengaruhi oleh dosis, lama perlakuan dan waktu perlakuan (Brodie, 1991). Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi keberhasilan diferensiasi kelamin. Keberhasilan maskulinisasi ikan nila merah pada penggunaan aromatase inhibitor dengan dosis 25 mg/l, 50 mg/l, dan 75 mg/l melalui perendaman larva umur satu hari setelah menetas telah melebihi persentase diatas 95 %.

6 Jenis kelamin ikan secara genetik telah ditentukan pada saat terjadinya pembuahan (Matty, 1985) dan ditentukan oleh faktor lingkungan dan genetik Yatim (1986). Namun gonad ikan yang baru menetas belum terdeferensiasi menjadi jantan atau betina (Junior, 2002). Apabila faktor jantan lebih dominan dari faktor betina maka zigot akan berkembang menjadi jantan, demikian pula sebaliknya (Yamamoto, 1969). Proses determinasi dan diferensiasi seks pada ikan sangat labil dan memungkinkan untuk dimanipulasi secara ploidi, menggunakan hormon, kejutan suhu, dan faktor lingkungan lainnya (Pandian dan Sheela, 1995). Proses diferensiasi sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Pada kondisi normal tanpa adanya gangguan, perkembangan gonad akan terjadi secara normal. Akan tetapi, apabila ada intervensi dari luar dengan bahan tertentu seperti hormon, maka perkembangan gonad dapat berlangsung berlawanan dari yang seharusnya (Junior, 2002). Lama waktu pemberian berbagai dosis aromatase inhibitor dan MT dalam penelitian ini masih sesuai dalam mempengaruhi terbentuknya kelamin jantan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase jenis kelamin jantan pada perlakuan AI 0 mg/l (kontrol negatif) sebesar 59,9 %, perlakuan MT 5 mg/l (kontrol positif) sebesar 96,55%, dan perlakuan AI 25 mg/l, 50 mg/l, dan 75 mg/l antara 95,53% sampai dengan 96,88%. Hasil analisis statistik persentase jenis kelamin jantan menunjukkan perbedaan yang signifikan antara perlakuan AI 75 mg/l dan MT 5 mg/l (kontrol positif) terhadap perlakuan AI 0 mg/l (kontrol negatif) pada taraf kepercayaan 95%, dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perlakuan AI 25 mg/l, 50 mg/l, 75 mg/l, dan MT 5 mg/l (kontrol positif). Hasil ini menerangkan bahwa pemberian aromatase inhibitor dengan dosis 25 mg/l, 50 mg/l, 75 mg/l, dan hormon MT 5 mg/l (kontrol positif) pada penelitian ini memberikan pengaruh yang siginifikan terhadap pembentukan jenis kelamin jantan ikan nila merah (P>0,05). Dengan pemberian aromatase inhibitor pada masa diferensiasi kelamin ikan nila merah, maka akan mempengaruhi jenis kelamin ikan melalui lingkungan menjadi kelamin jantan secara fenotipe. Pemberian aromatase inhibitor pada saat ikan nila merah berumur 1 hari setelah menetas dirasa sudah sangat tepat, yang dilihat dari hasil persentase jantan yang lebih dari 95 %.

7 Hal ini didukung oleh Kwon et al. (2000) yang menyatakan bahwa masa diferensiasi kelamin ikan nila merah berlangsung sampai dengan umur 30 hari setelah menetas. Sehingga jika pemberian aromatase inhibitor dengan dosis yang sama dengan penelitian ini yang dilakukan pada saat semakin mendekati akhir masa diferensiasi maka akan memberikan hasil yang kurang memuaskan atau bahkan tidak berpengaruh terhadap penghambatan enzim aromatase. Hasil yang tidak berpengaruh ini disebabkan oleh adanya aktivitas enzim aromatase yang semakin mendekati masa akhir diferensiasi kelamin semakin meningkat dan jumlahnya yang semakin banyak. Dengan meningkatnya aktivitas dan jumlah dari enzim aromatase, maka akan membutuhkan aromatase inhibitor yang lebih banyak daripada pemberian yang dilakukan pada saat umur ikan 1 hari setelah menetas. Ikan nila merah yang genotipenya betina kemudian diberi aromatase inhibitor akan menjadi ikan nila merah jantan tanpa mengubah genotipe aslinya sehingga hanya terjadi perubahan fungsional betina menjadi jantan seperti tingkah laku, dan ciri kelamin sekunder atau terjadi maskulinisasi ciri penampakan seksual sekunder. Pemberian aromatase inhibitor akan mengakibatkan konsentrasi enzim aromatase semakin menurun sehingga terjadi penurunan rasio estrogen terhadap androgen. Penurunan rasio estrogen terhadap androgen mengakibatkan terjadinya perubahan penampakan hormonal dari betina menjadi menyerupai jantan atau dengan kata lain terjadi maskulinisasi karakteristik seksual sekunder (Davis et al., 1999). Aromatase inhibitor dapat masuk ke dalam tubuh larva umur 1 hari setelah menetas diduga melalui proses perpindahan zat dari konsentrasi yang lebih tinggi menuju konsentrasi yang lebih rendah atau melalui proses difusi. Seperti halnya hormon 17α-metiltestosteron, aromatase inhibitor diduga masuk ke dalam plasma melalui membran sel secara difusi (Misnawati, 1997). Diduga aromatase inhibitor masuk ke dalam sel berhubungan dengan sisi aktif dari enzim dan mengikatnya sehingga sisi aktif tersebut tidak ditempati oleh substrat alaminya (Brodie, 1991). Oleh karena itu waktu untuk perlakuan aromatase inhibitor harus tepat.

8 Pemberian aromatase inhibitor melalui perendaman memberikan pengaruh terhadap pembentukan jenis kelamin melalui dua cara. Pertama, bahan ini menghambat proses transkripsi dari gen-gen aromatase sehingga mrna tidak terbentuk dan sebagai konsekuensinya enzim aromatase tidak ada (Server, 1999) atau melalui cara bersaing dengan substrat alami (testosteron) sehingga aktivitas aromatase tidak berjalan (Brodie, 1991). Penghambatan ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan konsentrasi estrogen yang mengarah pada tidak aktifnya transkripsi dari gen aromatase sebagai feedback-nya (Sever, 1999). Dengan membudidayakan ikan monoseks akan didapatkan berbagai manfaat antara lain mendapatkan ikan dengan pertumbuhan yang cepat dan mencegah pemijahan liar (Junior, 2002). Dalam budidaya ikan nila merah dengan sistem kelamin tunggal jantan (monoseks) jelas akan lebih menguntungkan. Dengan sistem ini akan menghindari adanya pemijahan liar pada suatu populasi ikan nila merah, sehingga energi yang dihasilkan akan digunakan seluruhnya untuk pertumbuhan secara maksimal. Pada budidaya ikan nila merah dengan sistem campuran (mix culture) akan terganggu dengan adanya pemijahan liar yang akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan. Energi yang dihasilkan tidak digunakan untuk pertumbuhan secara maksimal melainkan untuk proses pematangan gonad dan memijah. Hal ini jelas akan menghambat pertumbuhan ikan nila merah. Pada ikan nila merah betina yang sudah memijah maka akan terganggu dalam proses pertumbuhannya. Hal ini disebabkan karena sifat dari ikan nila itu sendiri yaitu mengerami telurnya. Dalam proses pengeraman telur, ikan nila betina tidak makan sehingga energi yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh berkurang dan tidak digunakan untuk pertumbuhan melainkan untuk mengerami telur. Oleh karena itu bila membudidayakan ikan nila merah dengan sistem kelamin tunggal jantan akan lebih menguntungkan daripada budidaya ikan nila merah dengan sistem campuran (mix culture). Derajat kelangsungan hidup merupakan salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dan keberlanjutan suatu produksi akuakultur. Pemberian material dari luar sebagai pemacu baik untuk pertumbuhan atau manipulasi kelamin, secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap derajat kelangsungan hidup ikan.

9 Dalam penggunaan 17α-metiltestosteron dalam maskulinisasi ikan dengan dosis yang berlebihan akan mengakibatkan keabnormalan dan kematian ikan (Misnawati, 1997). Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa derajat kelangsungan hidup pada akhir perlakuan menunjukkan hasil yang sangat baik yaitu lebih dari 95 %. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara semua perlakuan AI dan kontrol (P>0,05). Sehingga penggunaan aromatase inhibitor sebagai pengganti MT terbukti cukup aman bagi ikan dan terutama manusia yang mana sifat dari aromatase inhibitor jenis imidazole ini tidak bersifat karsinogenik. Dari hasil analisis terbukti bahwa aromatase inhibitor yang diberikan melalui perendaman tidak memberikan pengaruh terhadap derajat kelangsungan hidup ikan. Hal ini sesuai dengan Kwon et al. (2000) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan statistik antara mortalitas dengan perlakuan pemberian aromatase inhibitor dan hormon 17α-metiltestosteron. Derajat kelangsungan hidup populasi ikan nila merah pada akhir penelitian secara umum cukup baik karena memiliki nilai lebih dari 98 %. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perlakuan AI 25 mg/l, 50 mg/l, dan 75 mg/l terhadap perlakuan MT 5 mg/l (kontrol positif) dan perlakuan AI 0 mg/l (kontrol negatif) (P>0,05). Pada penelitian ini ikan mengalami petumbuhan bobot harian yang relatif sama dan mengalami pertumbuhan seiring dengan waktu pemeliharaan. Hal ini ditunjukkan dalam grafik pertumbuhan pada Gambar 2 yang berbentuk sigmoid yang artinya bahwa ikan mengalami pertumbuhan setiap harinya hingga akan mengalami pertumbuhan yang konstan pada waktu tertentu. Pada saat setelah perlakuan, belum memberikan pengaruh pada pertumbuhan ikan, karena ikan masih dalam proses diferensiasi kelamin. Setelah terjadi diferensiasi kelamin menjadi jantan maka terlihat pertumbuhan yang semakin meningkat. Hal ini terlihat dari hasil analisis ragam pada nilai bobot individu rata-rata akhir yang tinggi pada perlakuan AI 25 mg/l, 50 mg/l, dan 75 mg/l tidak berbeda signifikan terhadap perlakuan MT 5 mg/l (kontrol positif) (P>0,05). Untuk perlakuan AI 75 mg/l dan perlakuan MT 5 mg/l (kontrol positif) berbeda nyata dengan perlakuan AI 0 mg/l (kontrol negatif) (P<0,05). Namun perlakuan AI 25 mg/l dan 50 mg/l tidak berbeda signifikan terhadap perlakuan AI 0 mg/l (kontrol negatif) (P>0,05).

10 Laju pertumbuhan spsesifik yang tinggi terlihat pada perlakuan AI 25 mg/l, 50 mg/l, 75 mg/l, dan MT 5 mg/l (kontrol positif) bila dibandingkan dengan perlakuan AI 0 mg/l (kontrol negatif). Dari hasil analisis ragam diperoleh hasil yang berbeda secara signifikan antara perlakuan AI 75 mg/l maupun MT 5 mg/l (kontrol positif) terhadap perlakuan AI 0 mg/l (kontrol negatif). Namun antara perlakuan AI 25 mg/l, 50 mg/l, 75 ppm, dan MT (kontrol positif) tidak ada perbedaan yang signifikan (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bobot yang nyata antara populasi ikan nila yang direndam dengan AI 75 mg/l maupun MT 5 mg/l (kontrol positif) dengan AI 0 mg/l (kontrol negatif). Nisbah kelamin jantan yang berbeda nyata antara perlakuan AI 75 mg/l dan MT 5 mg/l (kontrol positif) dibandingkan dengan perlakuan AI 0 mg/l (kontrol negatif) diduga menjadi faktor penyebab terjadinya keadaan tersebut. Banyaknya jumlah individu benih yang berkelamin jantan pada populasi perlakuan AI 25 mg/l, 50 mg/l, 75 mg/l, dan MT 5 mg/l (kontrol positif) mempunyai laju pertumbuhan spesifik yang lebih cepat sehingga menyebabkan bobot individu rata-rata akhir populasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan populasi perlakuan AI 0 mg/l (kontrol negatif) yang mempunyai individu berkelamin jantan lebih sedikit. Hal ini didukung oleh Popma dan Masser (1999) yang menyatakan bahwa ikan ini terdapat perbedaan kecepatan pertumbuhan antara ikan jantan dengan ikan betina dimana ikan nila jantan tumbuh dua kali lebih cepat dari ikan betina. Pertumbuhan yang cepat ini juga didukung dengan parameter lingkungan seperti suhu air kolam yang menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan pada masa pemeliharaan sedang berada dalam musim kemarau, dimana intensitas cahaya matahari yang diserap oleh air lebih banyak sehingga dapat meningkatkan suhu air pada siang hari. Dengan meningkatnya suhu maka metabolisme ikan juga akan meningkat, sehingga menyebabkan pakan yang diberikan lebih banyak dan menghasilkan pertumbuhan yang cepat meningkat dalam pertumbuhan bobot dan panjang. Selain itu, menurut D Cotta et al. (2001), faktor lingkungan seperti suhu juga ikut mempengaruhi proses diferensiasi kelamin, dimana suhu tinggi dapat meningkatkan persentase ikan jantan. Sehingga dengan suhu tinggi ini juga mendukung proses maskulinisasi ikan nila merah.

11 Kualitas air media pemijahan induk ikan nila merah masih mendukung terjadinya pemijahan ikan nila merah secara alami dan menghasilkan telur yang sangat baik dengan derajat penetasan telur di atas 90 %. Begitu juga pada media perlakuan perendaman masih mendukung kehidupan larva ikan nila merah. Kualitas air kolam pemeliharaan pada umumnya masih layak untuk proses budidaya ikan nila merah, namun terdapat beberapa parameter saja yang kurang optimal seperti kadar amonia yang cukup tinggi namun masih dapat ditolerir oleh ikan nila merah dan tumbuh dengan baik hingga akhir penelitian. Adanya hubungan yang tidak berbeda nyata antara perlakuan AI 25 mg/l dan 50 mg/l terhadap perlakuan AI 0 mg/l diduga karena masa pemeliharaan yang kurang lama sehingga pertumbuhan yang dihasilkan kurang terekspresikan. Menurut penelitian yang dilakukan di Universitas Wageningen terhadap pertumbuhan ikan nila (Rutten, 2005), perbedaan laju pertumbuhan antara ikan jantan dan betina ini baru terlihat setelah jangka waktu pemeliharaan 150 hari. Dengan semakin lamanya masa pemeliharaan yang dilakukan atau hingga pada proses pembesaran dengan ukuran konsumsi sekitar g, diharapkan akan terlihat perbedaan pertumbuhan antara populasi ikan nila merah yang diberi aromatase inhibitor atau populasi ikan nila merah jantan lebih dari 95 % dengan populasi ikan nila merah normal atau campuran (mix culture). Pada populasi ikan nila merah yang diberi aromatase inhibitor diduga akan terjadi pertumbuhan atau bobot akhir yang ingin dicapai akan akan lebih cepat sehingga waktu pemeliharaanya juga lebih cepat daripada populasi ikan nila merah normal atau campuran (mix culture). Dengan membudidayakan ikan nila merah kelamin tunggal jantan (monoseks) akan didapatkan berbagai manfaat antara lain mendapatkan ikan dengan pertumbuhan yang cepat, mencegah pemijahan liar, mendapatkan penampilan yang baik, dan menunjang genetika ikan (teknik pemurnian ras ikan) (Junior, 2002). Bila dikaitkan dengan proses produksi maka dengan pemeliharaan monoseks jantan ikan nila merah akan mempercepat waktu produksi dalam suatu proses pembesaran ikan nila merah. Dengan semakin cepat waktu produksi suatu siklus pembesaran maka akan menekan biaya produksi, sehingga lebih efisien dalam segi waktu dan biaya serta dapat mempercepat perputaran uang.

12 Bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kwon et al. (2000), dimana aromatase inhibitor jenis fadrozole diberikan melalui pakan dengan dengan dosis 500 mg/kg pakan dengan hasil jenis kelamin jantan sangat tinggi yaitu sebesar 96 %, maka pemberian aromatase inhibitor dalam penelitian ini yang juga mendekati 96 % pada perlakuan AI 25 mg/l selain sama efektifnya dengan MT 5 mg/l juga akan terasa lebih efisien baik dalam segi waktu dan biaya. Bila melalui pakan maka akan menambah biaya dalam bahan aromatase inhibitor itu sendiri dan memerlukan waktu perlakuan yang lebih banyak. Dengan pemberian aromatase inhibitor melalui perendaman larva umur sehari setelah menetas akan lebih memudahkan para pelaku pembudidaya ikan nila merah dalam aplikasi sex reversal ikan nila merah. Aplikasi sex reversal melalui perendaman memerlukan dosis yang lebih sedikit dan hanya diberikan sekali pada saat umur larva 1 hari setelah menetas. Sedangkan aplikasi sex reversal melalui pakan buatan seperti yang dilakukan oleh Kwon et al. (2000) jelas akan membutuhkan dosis yang lebih banyak dan memerlukan lebih banyak waktu serta bahan dalam persiapan untuk bahan perlakuan aromatase inhibitor. Dengan semakin meningkatnya dosis perlakuan maka juga akan meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan dalam suatu proses produksi pada aplikasi sex reversal ikan nila merah. Oleh karena itu sex reversal melalui perendaman larva umur satu hari setelah menetas dirasa akan lebih efektif dan efisien dalam segi waktu dan biaya. Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa aromatase inhibitor jenis imidazole merupakan salah satu bahan alternatif yang cocok dan dapat digunakan sebagai pengganti hormon 17α-metiltestosteron dalam aplikasi sex reversal ikan nila merah serta usaha produksi populasi monoseks jantan ikan nila merah. Dosis AI 25 mg/l melalui perendaman merupakan metode yang paling efektif dan efisien dalam waktu dan biaya untuk menggantikan penggunaan hormon 17α-metiltestosteron. Dilihat dari segi ekonomi, semakin kecil dosis yang dipakai, maka biaya yang harus dikeluarkan juga akan semakin kecil. Jika akan melakukan penelitian yang serupa, untuk memperoleh hasil pertumbuhan yang berbeda nyata, maka diperlukan penambahan waktu pemeliharaan ikan nila merah hingga umur ikan minimal 150 hari (Rutten, 2005).

TINJAUAN PUSTAKA Ikan nila

TINJAUAN PUSTAKA Ikan nila 6 TINJAUAN PUSTAKA Ikan nila Ikan nila (Oreochromis niloticus) termasuk dalam family Chiclidae. Ciri yang spesifik pada ikan nila adalah adanya garis vertikal berwarna gelap di tubuh berjumlah 6-9 buah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AROMATASE INHIBITOR MELALUI PERENDAMAN LARVA TERHADAP KEBERHASILAN SEX REVERSAL DAN PERTUMBUHAN IKAN NILA MERAH Oreochromis sp.

PENGARUH PEMBERIAN AROMATASE INHIBITOR MELALUI PERENDAMAN LARVA TERHADAP KEBERHASILAN SEX REVERSAL DAN PERTUMBUHAN IKAN NILA MERAH Oreochromis sp. PENGARUH PEMBERIAN AROMATASE INHIBITOR MELALUI PERENDAMAN LARVA TERHADAP KEBERHASILAN SEX REVERSAL DAN PERTUMBUHAN IKAN NILA MERAH Oreochromis sp. ARGA WAWANG ARTANTO DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sudah dikenal luas dan termasuk komoditas ekspor. Kelebihan ikan guppy

I. PENDAHULUAN. yang sudah dikenal luas dan termasuk komoditas ekspor. Kelebihan ikan guppy I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan guppy (Poecillia reticulata) merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang sudah dikenal luas dan termasuk komoditas ekspor. Kelebihan ikan guppy diantaranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik ikan nila merah Oreochromis sp. Ikan nila merupakan ikan yang berasal dari Sungai Nil (Mesir) dan danaudanau yang berhubungan dengan aliran sungai itu. Ikan nila

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perkawinan. Proses perkawinan biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang

II. TINJAUAN PUSTAKA. perkawinan. Proses perkawinan biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Seksualitas Lobster Air Tawar Pada umumnya lobster air tawar matang gonad pada umur 6 sampai 7 bulan. Setelah mencapai umur tersebut, induk jantan dan betina akan melakukan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Derajat Penetasan Telur Hasil perhitungan derajat penetasan telur berkisar antara 68,67-98,57% (Gambar 1 dan Lampiran 2). Gambar 1 Derajat penetasan telur ikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Budidaya monoseks sudah umum dilakukan pada budidaya ikan. (Beardmore et al, 2001; Devlin and Nagahama, 2002; Gomelsky, 2003), dan

I. PENDAHULUAN. Budidaya monoseks sudah umum dilakukan pada budidaya ikan. (Beardmore et al, 2001; Devlin and Nagahama, 2002; Gomelsky, 2003), dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya monoseks sudah umum dilakukan pada budidaya ikan (Beardmore et al, 2001; Devlin and Nagahama, 2002; Gomelsky, 2003), dan upaya tersebut sudah umum dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persentase Ikan Jantan Salah satu faktor yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan proses maskulinisasi ikan nila yaitu persentase ikan jantan. Persentase jantan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan biokimia madu dan respons ikan terhadap perendaman madu, chrysin dan kalium

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan biokimia madu dan respons ikan terhadap perendaman madu, chrysin dan kalium 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kandungan biokimia madu dan respons ikan terhadap perendaman madu, chrysin dan kalium Hasil analisis kandungan madu menunjukkan bahwa kadar flavonoid dan kalium tertinggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Rasio Kelamin Ikan Nilem Penentuan jenis kelamin ikan dapat diperoleh berdasarkan karakter seksual primer dan sekunder. Pemeriksaan gonad ikan dilakukan dengan mengamati

Lebih terperinci

HASIL DAN BAHASAN. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai akhir tahap pendederan.

HASIL DAN BAHASAN. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai akhir tahap pendederan. 20 HASIL DAN BAHASAN Hasil penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama adalah hasil percobaan tahap 1 meliputi nisbah kelamin, bobot individu dan sintasan benih ikan nila sampai umur 95 hari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitan ini dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai bulan Januari 2015 bertempat di Desa Toto Katon, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan. 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika dan kolam percobaan pada Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Jl. Raya 2 Sukamandi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan guppy adalah salah satu sumber devisa bagi Indonesia. Berdasarkan data

I. PENDAHULUAN. Ikan guppy adalah salah satu sumber devisa bagi Indonesia. Berdasarkan data I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan guppy adalah salah satu sumber devisa bagi Indonesia. Berdasarkan data profil pembudidaya di tingkat internasional, Indonesia baru dapat memenuhi pangsa pasar ikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. 3.2 Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak diminati oleh semua kalangan masyarakat. Dapat dikatakan lebih lanjut

I. PENDAHULUAN. banyak diminati oleh semua kalangan masyarakat. Dapat dikatakan lebih lanjut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi besar sebagai salah satu negara penghasil ikan hias terbesar di dunia. Saat ini permintaan ikan hias tidak hanya berasal

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹ PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹ ¹Dosen Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila Merah Oreochromis sp.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila Merah Oreochromis sp. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila Merah Oreochromis sp. Klasifikasi ikan nila merah menurut Anonim (2009) ialah sebagai berikut: Filum : Chordata Sub-filum : Vertebrata Kelas : Osteichthyes Sub-kelas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas ikan-ikan air tawar sejak beberapa waktu lalu sedang naik daun

I. PENDAHULUAN. Komoditas ikan-ikan air tawar sejak beberapa waktu lalu sedang naik daun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas ikan-ikan air tawar sejak beberapa waktu lalu sedang naik daun karena memiliki daya tarik yang sangat kuat, salah satu jenisnya adalah lobster air tawar (Cherax

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :14-22 (2013) ISSN :

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :14-22 (2013) ISSN : Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :14-22 (2013) ISSN : 2303-2960 MASKULINISASI IKAN GAPI (Poecilia reticulata) MELALUI PERENDAMAN INDUK BUNTING DALAM LARUTAN MADU DENGAN LAMA PERENDAMAN BERBEDA Masculinitation

Lebih terperinci

SEKS REVERSAL IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.) MELALUI PERENDAMAN LARVA MENGGUNAKAN AROMATASE INHIBITOR

SEKS REVERSAL IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.) MELALUI PERENDAMAN LARVA MENGGUNAKAN AROMATASE INHIBITOR Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(1): 103 108 (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id Bulan Ke-2 SEKS REVERSAL IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.)

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AROMATASE INHIBITOR MELALUI PAKAN BUATAN TERHADAP KEBERHASILAN SEX REVERSAL IKAN NILA MERAH Oreochromis sp.

PENGARUH PEMBERIAN AROMATASE INHIBITOR MELALUI PAKAN BUATAN TERHADAP KEBERHASILAN SEX REVERSAL IKAN NILA MERAH Oreochromis sp. PENGARUH PEMBERIAN AROMATASE INHIBITOR MELALUI PAKAN BUATAN TERHADAP KEBERHASILAN SEX REVERSAL IKAN NILA MERAH Oreochromis sp. INGGRIKA REMALIA EVANGELISTA KABAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

Alih kelamin jantan ikan nila menggunakan 17α-metiltestosteron melalui pakan dan peningkatan suhu

Alih kelamin jantan ikan nila menggunakan 17α-metiltestosteron melalui pakan dan peningkatan suhu Jurnal Akuakultur Indonesia 14 (2), 159 163 (2015) Artikel Orisinal Alih kelamin jantan ikan nila menggunakan 17α-metiltestosteron melalui pakan dan peningkatan suhu Sex reversal of red tilapia using 17α-methyltestosterone-enriched

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan nila

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan nila 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan nila Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan tilapia yangberasal dari Benua Afrika. Namun demikian, pada saat ini ikan nila telah menyebar di berbagai

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ini dilakukan pada 8 induk ikan Sumatra yang mendapat perlakuan. Hasil penelitian ini menunjukan Spawnprime A dapat mempengaruhi proses pematangan akhir

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMIJAHAN, PENETASAN TELUR DAN PERAWATAN LARVA Pemijahan merupakan proses perkawinan antara induk jantan dengan induk betina. Pembuahan ikan dilakukan di luar tubuh. Masing-masing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Berdasarkan tingkat keberhasilan ikan lele Sangkuriang memijah, maka dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok perlakuan yang tidak menyebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup dan dinyatakan sebagai perbandingan

Lebih terperinci

The Effect of Sex Reversal Using 17 α-metiltestosteron Hormones Toward The Color Intensity of Male XX and Male XY of Figting Fish (Betta sp.

The Effect of Sex Reversal Using 17 α-metiltestosteron Hormones Toward The Color Intensity of Male XX and Male XY of Figting Fish (Betta sp. AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) The Effect of Sex Reversal Using 17 α-metiltestosteron Hormones Toward The Color Intensity of Male XX and Male XY of Figting Fish (Betta sp.) Muhammad

Lebih terperinci

Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN :

Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : UJI AKTIVITAS EKSTRAK TERIPANG PASIR YANG TELAH DIFORMULASIKAN TERHADAP KEMAMPUAN SEX REVERSAL DAN KELANGSUNGAN HIDUP UDANG GALAH (Macrobrachium rosembergii) Haryo Triajie Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MADU TERHADAP PENGARAHAN KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reticulata Peters)

EFEKTIVITAS MADU TERHADAP PENGARAHAN KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reticulata Peters) Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(2): 155 160 (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 155 EFEKTIVITAS MADU TERHADAP PENGARAHAN KELAMIN IKAN GAPI

Lebih terperinci

Maskulinisasi pada ikan nila merah (Oreochromis sp.) menggunakan bahan alami resin lebah melalui pakan buatan

Maskulinisasi pada ikan nila merah (Oreochromis sp.) menggunakan bahan alami resin lebah melalui pakan buatan 178 Dinar Tri Soelistyowati Jurnal Akuakultur et al. / Jurnal Indonesia Akuakultur 9(2), Indonesia 178 183 (2010) 9(2), 178 183 (2010) Maskulinisasi pada ikan nila merah (Oreochromis sp.) menggunakan bahan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were. II. METODOLOGI 2.1 Materi Uji Sumber genetik yang digunakan adalah ikan nilem hijau dan ikan nilem were. Induk ikan nilem hijau diperoleh dari wilayah Bogor (Jawa Barat) berjumlah 11 ekor dengan bobot

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan baung (Mystus nemurus) adalah ikan air tawar yang terdapat di

I. PENDAHULUAN. Ikan baung (Mystus nemurus) adalah ikan air tawar yang terdapat di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan baung (Mystus nemurus) adalah ikan air tawar yang terdapat di beberapa sungai di Indonesia. Usaha budidaya ikan baung, khususnya pembesaran dalam keramba telah berkembang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hepatosomatic Index Hepatosomatic Indeks (HSI) merupakan suatu metoda yang dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam hati secara kuantitatif. Hati merupakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) Perubahan bobot ikan selama masa pemeliharaan diukur dan dicatat untuk mendapatkan data mengenai laju pertumbuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013, di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. B. Alat dan Bahan (1)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin II. BAHAN DAN METODE 2.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari subset penelitian faktorial untuk mendapatkan dosis PMSG dengan penambahan vitamin mix 200 mg/kg pakan yang dapat menginduksi

Lebih terperinci

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso Abstrak Dalam rangka memenuhi kebutuhan induk betina sebagai pasangan dari induk jantan YY, maka diperlukan suatu teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nilem (Osteochilus hasselti) termasuk kedalam salah satu komoditas budidaya yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan bahwa ikan nilem

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pada bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 8 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2008 sampai dengan bulan Juli 2009 di Kolam Percobaan Babakan, Laboratorium Pengembangbiakkan dan Genetika Ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan yang banyak dipelihara di daerah Jawa Barat dan di Sumatera (khususnya Sumatera Barat). Ikan nilem ini mempunyai cita

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Indeks Gonad Somatik (IGS) Hasil pengamatan nilai IGS secara keseluruhan berkisar antara,89-3,5% (Gambar 1). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa bioflok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein. Salah satu komoditas yang menjadi primadona saat ini adalah ikan lele (Clarias sp.). Ikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

H. Arfah dan O. Carman. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680

H. Arfah dan O. Carman. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680 Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(1): 33 38 (2008) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 33 MANIPULASI HORMON DAN SUHU UNTUK PRODUKSI JANTAN HOMOGAMETIK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Daya Rekat Telur Ikan Komet Daya rekat merupakan suatu lapisan pada permukaan telur yang merupakan bagian dari zona radiata luar yang mengandung polisakarida dan sebagian

Lebih terperinci

Hormon Jantanisasi Ikan Untuk Sex Reversal Ikan Jantan dan Pelet Stimulan Pakan Ikan (SPI) Untuk Pembesaran Ikan

Hormon Jantanisasi Ikan Untuk Sex Reversal Ikan Jantan dan Pelet Stimulan Pakan Ikan (SPI) Untuk Pembesaran Ikan ATOM Media Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir S Hormon Jantanisasi Ikan Untuk Sex Reversal Ikan Jantan dan Pelet Stimulan Pakan Ikan (SPI) Untuk Pembesaran Ikan Produk yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Hasil percobaan perkembangan bobot dan telur ikan patin siam disajikan pada Tabel 2. Bobot rata-rata antara kontrol dan perlakuan dosis tidak berbeda nyata. Sementara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa pertumbuhan induk ikan lele tanpa perlakuan Spirulina sp. lebih rendah dibanding induk ikan yang diberi perlakuan Spirulina sp. 2%

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penelitian maskulinisasi ikan nila dengan perendaman dalam ekstrak purwoceng diperoleh data utama berupa data persentase ikan nila jantan, kelangsungan hidup, dan pertumbuhan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS AKRIFLAVIN YANG DIBERIKAN SECARA ORAL KEPADA LARVA IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.) TERHADAP NISBAH KELAMINNYA

PENGARUH DOSIS AKRIFLAVIN YANG DIBERIKAN SECARA ORAL KEPADA LARVA IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.) TERHADAP NISBAH KELAMINNYA Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (2): 131 17 (2005) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 131 PENGARUH DOSIS AKRIFLAVIN YANG DIBERIKAN SECARA ORAL

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M : LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS NAMA KELAS : IMADUDIN ATHIF : S1-SI-02 N.I.M : 11.12.5452 KELOMPOK : G STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di laboratorium penelitian Biologi Akuatik Gedung MIPA Terpadu Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Hematokrit Ikan Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam darah, bila kadar hematokrit 40% berarti dalam darah tersebut terdiri dari 40% sel darah merah dan

Lebih terperinci

BREEDING PROGRAM PRODUKSI NILA KELAMIN JANTAN. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi 2004

BREEDING PROGRAM PRODUKSI NILA KELAMIN JANTAN. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi 2004 BREEDING PROGRAM PRODUKSI NILA KELAMIN JANTAN ADI SUCIPTO Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi 2004 Latar Belakang Ikan Nila merupakan komoditas lokal dan expor Ukuran pasar dapat dicapai bila pembesaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan

I. PENDAHULUAN. salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu komoditi ikan yang menjadi primadona di Indonesia saat ini adalah ikan lele (Clarias sp). Rasa yang gurih dan harga yang terjangkau merupakan salah satu daya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) Rukmini Fakultas Perikanan dan Kelautan UNLAM Banjarbaru Email rukmini_bp@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda 116 PEMBAHASAN UMUM Domestikasi adalah merupakan suatu upaya menjinakan hewan (ikan) yang biasa hidup liar menjadi jinak sehingga dapat bermanfaat bagi manusia. Domestikasi ikan perairan umum merupakan

Lebih terperinci

DIFERENSIASI KELAMIN DAN PERFORMANSI TIGA GENOTIPE IKAN NILA YANG DIBERI BAHAN AROMATASE INHIBITOR HINGGA TAHAP PEMBESARAN DIDIK ARIYANTO

DIFERENSIASI KELAMIN DAN PERFORMANSI TIGA GENOTIPE IKAN NILA YANG DIBERI BAHAN AROMATASE INHIBITOR HINGGA TAHAP PEMBESARAN DIDIK ARIYANTO DIFERENSIASI KELAMIN DAN PERFORMANSI TIGA GENOTIPE IKAN NILA YANG DIBERI BAHAN AROMATASE INHIBITOR HINGGA TAHAP PEMBESARAN DIDIK ARIYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 ii PERNYATAAN

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Panjang Baku Gambar 1. menunjukkan bahwa setelah dilakukan penyortiran pada bulan pertama terjadi peningkatan rata-rata panjang baku untuk seluruh kasus dan juga kumulatif.

Lebih terperinci

EVALUASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ORGAN REPRODUKSI TIGA GENOTIPE IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

EVALUASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ORGAN REPRODUKSI TIGA GENOTIPE IKAN NILA (Oreochromis niloticus) 567 Evaluasi pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi... (Didik Ariyanto) EVALUASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ORGAN REPRODUKSI TIGA GENOTIPE IKAN NILA (Oreochromis niloticus) ABSTRAK Didik Ariyanto

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perlakuan penyuntikan hormon PMSG menyebabkan 100% ikan patin menjadi bunting, sedangkan ikan patin kontrol tanpa penyuntikan PMSG tidak ada yang bunting (Tabel 2).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Kolam Pemijahan Kolam pemijahan dibuat terpisah dengan kolam penetasan dan perawatan larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga mudah

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA COCO REVERSE: APLIKASI AIR KELAPA DALAM PRODUKSI POPULASI MONOSEKS JANTAN IKAN NILA MERAH

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA COCO REVERSE: APLIKASI AIR KELAPA DALAM PRODUKSI POPULASI MONOSEKS JANTAN IKAN NILA MERAH 1 LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA COCO REVERSE: APLIKASI AIR KELAPA DALAM PRODUKSI POPULASI MONOSEKS JANTAN IKAN NILA MERAH BIDANG KEGIATAN: PKM-P Muhammad Angga S Lilis Nurjanah Anna Nurkhasanah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling

Lebih terperinci

Akhmad Taufiq Mukti. Laboratorium Pendidikan Perikanan - Program Studi Budidaya Perairan, FKH Universitas Airlangga Surabaya ABSTRACT ABSTRAK

Akhmad Taufiq Mukti. Laboratorium Pendidikan Perikanan - Program Studi Budidaya Perairan, FKH Universitas Airlangga Surabaya ABSTRACT ABSTRAK Jurnal Akuakultur Indonesia, 8(1): 37-45 (2009) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 37 PENGARUH SUPLEMENTASI MADU DALAM PAKAN INDUK BETINA TERHADAP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Mei 2013 dilaksanakan di Hatchery Ciparanje, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

DIFERENSIASI KELAMIN DAN PERFORMANSI TIGA GENOTIPE IKAN NILA YANG DIBERI BAHAN AROMATASE INHIBITOR HINGGA TAHAP PEMBESARAN DIDIK ARIYANTO

DIFERENSIASI KELAMIN DAN PERFORMANSI TIGA GENOTIPE IKAN NILA YANG DIBERI BAHAN AROMATASE INHIBITOR HINGGA TAHAP PEMBESARAN DIDIK ARIYANTO DIFERENSIASI KELAMIN DAN PERFORMANSI TIGA GENOTIPE IKAN NILA YANG DIBERI BAHAN AROMATASE INHIBITOR HINGGA TAHAP PEMBESARAN DIDIK ARIYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 ii PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Benih Lele Sangkuriang yang terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis benih lele sangkuriang yang diinfeksikan Aeromonas hydrophila meliputi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai bulan Januari 2013 bertempat di Hatcery Kolam Percobaan Ciparanje

Lebih terperinci

The aplications of honey for sex reversal of tilapia (Oreochromis niloticus)

The aplications of honey for sex reversal of tilapia (Oreochromis niloticus) Aplikasi madu untuk pengarahan jenis kelamin pada ikan nila (Oreochromis niloticus) The aplications of honey for sex reversal of tilapia (Oreochromis niloticus) Ayu Adhita Damayanti 1, Wayan Sutresna 2,

Lebih terperinci

S. Purwati, O. Carman & M. Zairin Jr.

S. Purwati, O. Carman & M. Zairin Jr. Jurnal Akuakultur Indonesia, 3(3): 9-13 (2004) FEMINISASI IKAN BETTA (Betta splendens REGAN) MELALUI PERENDAMAN EMBRIO DALAM LARUTAN HORMON ES TRADIOL-17β DENGAN DOSIS 400 µg/1 SELAMA 6,12,18 DAN 24 JAM

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C14101048 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C14101048 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada awal tahun 1996. Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin TINJAUAN PUSTAKA Ikan Black Ghost (Apteronotus albifrons) Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin dalam Rahman (2012), sistematika ikan black ghost adalah sebagai berikut : Kingdom

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Benih Ikan Lele Rata-rata tingkat kelangsungan hidup (SR) tertinggi dicapai oleh perlakuan naungan plastik transparan sebesar

Lebih terperinci

Efektivitas Pemberian Aromatase Inhibitor dan 17α-Metiltestosteron Melalui Pakan Dalam Produksi Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) Jantan

Efektivitas Pemberian Aromatase Inhibitor dan 17α-Metiltestosteron Melalui Pakan Dalam Produksi Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) Jantan Aquacultura Indonesiana (2006) 7 (1) : 61 67 ISSN 0216 0749 (Terakreditasi SK Nomor : 55/DIKTI/Kep/2005) Efektivitas Pemberian Aromatase Inhibitor dan 17α-Metiltestosteron Melalui Pakan Dalam Produksi

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jenis Kelamin Belut Belut sawah merupakan hermaprodit protogini, berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pada ukuran panjang kurang dari 40 cm belut berada pada

Lebih terperinci

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer) PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer) 1. PENDAHULUAN Kakap Putih (Lates calcarifer) merupakan salah satu jenis ikan yang banyak disukai masyarakat dan mempunyai niali ekonomis yang tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i 13 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lab. KESDA provinsi DKI Jakarta (analisis kandungan senyawa aktif, Pimpinella alpina), Lab. Percobaan Babakan FPIK (pemeliharaan

Lebih terperinci

DIFERENSIASI KELAMIN TIGA GENOTIPE IKAN NILA YANG DIBERI BAHAN AROMATASE INHIBITOR

DIFERENSIASI KELAMIN TIGA GENOTIPE IKAN NILA YANG DIBERI BAHAN AROMATASE INHIBITOR Diferensiasi kelamin tiga genotipe ikan nila... (Didik Ariyanto) DIFERENSIASI KELAMIN TIGA GENOTIPE IKAN NILA YANG DIBERI BAHAN AROMATASE INHIBITOR Didik Ariyanto *), Komar Sumantadinata **), dan Agus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Kegiatan seleksi famili yang dilakukan telah menghasilkan dua generasi yang merupakan kombinasi pasangan induk dari sepuluh strain ikan nila, yaitu TG6, GIFT F2 dan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Pertumbuhan Ikan Betok Rerata panjang baku (PB), pertumbuhan harian, laju pertumbuhan spesifik, dan bobot per ekor ikan disajikan pada Tabel 1. Rerata panjang

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 12 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret sampai dengan bulan November 2012 di Instalasi Penelitian Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar, Cijeruk, Bogor. Analisis hormon testosteron

Lebih terperinci

JURNAL. PRODUKSI IKAN NILA MERAH (Orechromis niloticus) JANTAN MENGGUNAKAN MADU LEBAH HUTAN. Disusun oleh: Martinus Andri H

JURNAL. PRODUKSI IKAN NILA MERAH (Orechromis niloticus) JANTAN MENGGUNAKAN MADU LEBAH HUTAN. Disusun oleh: Martinus Andri H JURNAL PRODUKSI IKAN NILA MERAH (Orechromis niloticus) JANTAN MENGGUNAKAN MADU LEBAH HUTAN Disusun oleh: Martinus Andri H 07 08 0036 UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNOBIOLOGI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ginogenesis Ginogenesis pada penelitian dilakukan sebanyak delapan kali (Lampiran 3). Pengaplikasian proses ginogenesis ikan nilem pada penelitian belum berhasil dilakukan

Lebih terperinci