PENGEMBANGAN SILABUS BAHASA INGGRIS KEBIDANAN DI UNIPDU SESUAI DENGAN LEVEL 5 KKNI (SEBUAH ANALISIS KEBUTUHAN) Irta Fitriana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN SILABUS BAHASA INGGRIS KEBIDANAN DI UNIPDU SESUAI DENGAN LEVEL 5 KKNI (SEBUAH ANALISIS KEBUTUHAN) Irta Fitriana"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN SILABUS BAHASA INGGRIS KEBIDANAN DI UNIPDU SESUAI DENGAN LEVEL 5 KKNI (SEBUAH ANALISIS KEBUTUHAN) Irta Fitriana PENGEMBANGAN SILABUS TOEFL READING UNTUK MAHASISWA PRODI SELAIN BAHASA INGGRIS DI UNIPDU JOMBANG Endang Suciati 1 Maisarah 2 DESIGNING A READING TEACHING MATERIAL BASED ON THE STUDENTS WEAKNESS POINTS IN ANSWERING UN READING TESTS AT SMA EXCELLENT AL-YASINI Putri Nurul Hidayati 1 Achmad Fanani 2 PELAFALAN BUNYI PANJANG BAHASA JEPANG PADA MAHASISWA, PENGAJAR DAN PENUTUR ASLI BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA Rike Febriyanti 1 Sri Aju Indrowaty 2 IMPROVING THE EIGHTH YEAR STUDENTS READING COMPREHENSION BY USING NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) AT SMP MUHAMMADIYAH 2 KALISAT JEMBER Muhammad Saifuddin 1 Dedi Malik Wijaya 2 COMMUNICATIVE LANGUAGE TEACHING: IMPLICATIONS FOR THE COMMUNICATIVE CLASSROOM Achmad Farid 0

2 DEVELOPING A SYLLABUS OF ENGLISH FOR D3 MIDWIFERY UNIPDU IN ACCORDANCE WITH LEVEL 5 KKNI (A NEEDS ANALYSIS) PENGEMBANGAN SILABUS BAHASA INGGRIS KEBIDANAN DI UNIPDU SESUAI DENGAN LEVEL 5 KKNI (SEBUAH ANALISIS KEBUTUHAN) Irta Fitriana Unipdu Jombang (irtaunipdu@gmail.com) ABSTRACT This research is based on the fact that the syllabus for learning English at D-3 Midwifery Unipdu Jombang was not appropriate with the needs of the profession of a midwife. The results showed that the syllabus content of English required by the graduate of D3 midwifery Unipdu is as follows: General expressions: 1) common phrases to start and end a conversation with a client. 2) The introductory phrases. 3) Therapeutic greetings. 4) Numbers. 5) Time expressions. 6) Phrases to praise. 7) Phrases to calm someone. Grammar: 1) Yes / No questions / Wh questions. 2) Imperative sentences. Vocabulary: 1) Vocabulary about teens physical changes. 2) Vocabulary on adolescent mental changes. 3) Vocabulary of the human s reproductive system. 4) Vocabulary related to pregnancy. 5) Vocabulary related to patient's vital signs. 6) Vocabulary of human s reproductive system. 7) Vocabulary related to childbirth. 8) Vocabulary related to signs of labor. 9) Vocabulary of stages of labor. 10) Vocabulary of after birth. 11) Vocabulary of contraception. 12) Vocabulary of newborn care. 13) Vocabulary of infant feeding. 14) Vocabulary of reproductive disorders in women Keywords: Syllabus, KKNI level 5, Needs Analysis ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa silabus pembelajaran bahasa Inggris pada D-3 Kebidanan Unipdu Jombang selama ini kurang sesuai dengan kebutuhan profesi seorang bidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konten bahasa Inggris untuk mencapai kompetensi yang dibutuhkan seorang lulusan D3 kebidanan Unipdu adalah: General expressions: 1) Ungkapan untuk memulai dan mengakhiri percakapan dengan klien. 2) Ungkapan perkenalan. 3) Salam therapeutik. 4) Ungkapan angka. 5) Ungkapan untuk menyatakan durasi waktu. 6) Ungkapan untuk memuji. 7) Ungkapan untuk menenangkan seseorang. Grammar: 1) Yes/No questions / Wh questions. 2) Imperative sentences. Vocabulary: 1) Kosa kata perubahan fisik remaja. 2) Kosa kata perubahan kejiwaan remaja. 3) Kosa kata sistem reproduksi manusia. 4) Kosa kata terkait keadaan kehamilan klien. 5) Kosa kata terkait tanda-tanda vital pasien. 6) Kosa kata sistem reproduksi manusia. 7) Kosa kata terkait persalinan. 8) Kosa kata terkait tanda-tanda persalinan. 9) Kosa kata kala dalam persalinan. 10) Kosa kata terkait masa nifas. 11) Kosa kata terkait alat kontrasepsi. 12) Kosa kata terkait perawatan bayi baru lahir. 13) Kosa kata terkait pemberian makan bayi. 14) Kosa kata terkait masalah umum gangguan reproduksi pada wanita Kata Kunci: Silabus, KKNI level 5, Analisis Kebutuhan 1

3 A. PENDAHULUAN Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa silabus pembelajaran bahasa Inggris pada D-3 Kebidanan Unipdu Jombang selama ini kurang sesuai dengan kebutuhan profesi seorang bidan. Materimateri mata kuliah bahasa Inggris yang diberikan lebih banyak berkaitan dengan bahasa Inggris kedokteran atau keperawatan yang tentu tidak sesuai dengan kompetensi bahasa Inggris yang diharapkan dikuasai oleh seorang mahasiswa D-3 Kebidanan Unipdu. Ketidaksesuaian ini lebih banyak dikarenakan sulitnya menemukan rujukanrujukan buku bahasa Inggris kebidanan di pasaran sebagai bahan pengembangan silabus pembelajaran. Karena itu silabus yang tepat sasaran sesuai dengan kompetensi kebidanan sangat perlu untuk dikembangkan. Silabus tersebut nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan atau pijakan untuk mengembangkan atau menyusun bahan ajar, buku teks atau buku ajar bagi mahasiswa D-3 Kebidanan Unipdu pada khususnya dan mahasiswa D-3 Kebidanan di Indonesia pada umumnya. Penelitian ini didasarkan pada analisis kebutuhan siswa (students needs analysis). Melakukan analisis kebutuhan merupakan langkah pertama yang penting dalam pengembangan kurikulum yang sedang dikembangkan. Menurut Brown dalam Kusumoto (2008 : 3), definisi dari analisis kebutuhan adalah "koleksi dan analisis sistematis dari semua informasi subyektif dan obyektif yang diperlukan untuk mendefinisikan dan memvalidasi tujuan kurikulum yang memenuhi kebutuhan pembelajaran bahasa siswa dalam konteks lembaga tertentu dan mempengaruhi situasi belajar dan mengajar." Silabus yang dikembangkan disesuaikan dengan level 5 KKNI (D-3). Penyusunan silabus didasarkan pada analisis kebutuhan siswa (students needs analysis). Pendekatan yang digunakan adalah backward design yang diajukan oleh Jack C. Richards. Dalam pendekatan ini capaian pembelajaran (learning outcomes) ditentukan terlebih dulu baru kemudian menentuan language contents (konten bahasa) yang digunakan untuk mencapai capain pembelajaran tersebut. B. LANDASAN TEORI 1. Analisis Kebutuhan Melakukan analisis kebutuhan merupakan langkah pertama yang penting dalam pengembangan kurikulum yang sedang dikembangkan. Salah satu asumsi dasar pengembangan kurikulum adalah bahwa program pendidikan yang baik harus didasarkan pada analisis kebutuhan peserta didik. Prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang kebutuhan peserta didik dikenal sebagai analisis kebutuhan. Menurut Brown dalam Kusumoto (2008 : 3), definisi dari analisis kebutuhan adalah "koleksi dan analisis sistematis dari semua informasi subyektif dan obyektif yang diperlukan untuk mendefinisikan dan memvalidasi tujuan kurikulum yang memenuhi kebutuhan pembelajaran bahasa siswa dalam konteks lembaga tertentu dan mempengaruhi situasi belajar dan mengajar." Analisis kebutuhan adalah sebuah proses sistematik untuk menentukan kebutuhan, atau jarak antara kondisi terkini dan kondisi yang diinginkan. Kesenjangan antara kondisi terkini dan kondisi yang diharapkan harus diukur agar dapat 2

4 mengidentifikasi kebutuhan secara tepat. Kebutuhan bisa jadi merupakan keinginan untuk meningkatkan kinerja terkini atau untuk memperbaiki kekurangan (Kizlik : 2010). Analisis kebutuhan dalam pengajaran bahasa dapat digunakan untuk beberapa tujuan yang berbeda (Richards, 2003: 59), misalnya: a. untuk mengetahui kemampuan bahasa seseorang dalam melakukan peran tertentu, seperti manajer penjualan, pemandu wisata, atau mahasiswa. b. untuk membantu menentukan materi yang sesuai dan membahas kebutuhan siswa. c. untuk menentukan siswa/kelompok siswa yang paling membutuhkan pelatihan keterampilan bahasa tertentu. d. untuk mengidentifikasi kesenjangan antara apa yang siswa dapat lakukan dan apa yang mereka butuhkan untuk dapat dilakukan. e. untuk mengumpulkan informasi tentang peserta didik tertentu yang mengalami masalah dalam hal kebahasaan. 2. Prosedur Analisis Kebutuhan Menurut Richards (2003: 59) ada beberapa prosedur yang dapat digunakan untuk menganalisis kebutuhan, dan jenis informasi yang diperoleh sering tergantung pada jenis prosedur yang dipilih. Pengumpulan informasi selama analisis kebutuhan dapat dilakukan melalui beberapa cara berikut: a. Kuesioner. Kuesioner adalah salah satu instrumen yang paling umum digunakan. Prosedur ini relatif mudah untuk dipersiapkan dan dapat digunakan dengan sejumlah besar subjek. Prosedur ini juga dapat digunakan untuk menggali informasi tentang berbagai macam isu, seperti penggunaan bahasa, kesulitan komunikasi, gaya belajar yang disukai, kegiatan kelas yang disukai, dan sikap serta keyakinan, dan sebagainya. b. Self-ratings. Prosedur ini berisi skala yang digunakan siswa untuk menilai pengetahuan atau kemampuan mereka. c. Wawancara. Prosedur ini digunakan untuk mengeksplorasi masalah secara lebih mendalam. Walaupun demikian, wawancara membutuhkan waktu lebih lama untuk mengelola data dan hanya cocok untuk kelompok-kelompok kecil. d. Meeting. Prosedur ini memungkinkan sejumlah besar informasi dikumpulkan dalam waktu yang cukup singkat. Namun, informasi yang diperoleh dengan cara ini mungkin impresionis dan subyektif dan mencerminkan ide-ide dari anggota yang lebih vokal. e. Observasi/ Pengamatan. Pengamatan terhadap perilaku peserta didik dalam situasi tertentu adalah cara lain untuk menilai kebutuhan mereka. Namun, orang sering tidak melakukan dengan baik ketika mereka merasa sedang diamati, jadi hal ini harus diperhitungkan. f. Mengumpulkan sampel. Sampel bahasa dapat dikumpulkan melalui sarana berikut: tugas tertulis dan lisan, simulasi atau permainan peran, tes prestasi, dan tes kinerja. g. Analisis tugas (task analysis). Hal ini mengacu pada analisis tugas-tugas bahasa Inggris yang harus dikerjakan peserta didik dalam setting kerja/pendidikan dan penilaian karakteristik linguistik. 3

5 h. Studi kasus. Dengan studi kasus, seorang atau sekelompok mahasiswa akan mengikuti sebuah pekerjaan tertentu yang relevan atau pengalaman pendidikan agar dapat mengetahui karakteristik dari situasi tersebut. i. Analisis informasi yang tersedia. Prosedur ini menggali sejumlah besar informasi yang relevan yang umumnya tersedia dalam berbagai sumber, termasuk buku, artikel jurnal, laporan survei, catatan atau file. Prosedur ini merupakan langkah pertama dalam melakukan analisis kebutuhan. 3. Pengolahan Informasi yang Diperoleh Selama analisis kebutuhan, sejumlah besar kebutuhan potensial dapat diidentifikasi. Namun, kebutuhan-kebutuhan ini harus diprioritaskan karena tidak semuanya mampu mengatasi kesulitan dalam program bahasa, atau mungkin kerangka waktu yang tersedia dalam program ini cocok untuk menangani hanya sebagian saja. Hasil analisis kebutuhan secara umum terdiri dari informasi yang diambil dari beberapa sumber yang berbeda dan diringkas dalam bentuk daftar peringkat (Richards, 2003: 64). 4. Perlunya Merancang Silabus Menurut Oxford English Dictionary, kata silabus pertama kali muncul dalam bahasa Inggris pada tahun 1656 dan mengacu pada makna daftar isi. Penggunaan yang lebih khusus yang mengacu pada garis besar perkuliahan muncul pada tahun Sebuah silabus yang direncanakan dengan baik akan memberikan informasi yang berguna bagi siswa. Silabus akan memberikan informasi tentang bagaimana merencanakan tugas dalam satu semester, bagaimana mengevaluasi dan memantau kinerja seseorang, dan bagaimana mengalokasikan waktu dan sumber daya ke area-area yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Dalam merencanakan silabus, perencana dapat memilih salah satu kerangka silabus berikut (Richards : 2003: ). 1. Silabus gramatikal: silabus yang berorientasi pada item gramatikal. Secara tradisional, silabus gramatikal telah digunakan sebagai dasar untuk perencanaan program umum, khususnya untuk pelajar tingkat awal. 2. Silabus Fungsional: silabus yang disusun di sekitar fungsi komunikatif seperti meminta, menyarankan, atau menyatakan persetujuan. Silabus fungsional berusaha untuk menganalisis konsep kompetensi komunikatif menjadi komponenkomponen yang berbeda pada asumsi bahwa penguasaan fungsi individu akan menghasilkan kemampuan komunikatif secara keseluruhan. 3. Silabus situasional: Silabus yang disusun seputar bahasa yang diperlukan untuk situasi-situasi yang berbeda seperti di bandara atau di hotel. Situasi adalah setting di mana tindakan komunikatif tertentu biasanya terjadi. 4. Silabus berbasis Topik/konten: Silabus yang disusun seputar tema, topik, atau konten-konten lain. Dengan silabus ini, konten, fungsi, atau situasi adalah titik awal dalam desain silabus. 5. Silabus berbasis kompetensi: silabus yang terorganisir berdasarkan spesifikasi kompetensi yang diharapkan dikuasai peserta didik dalam situasi dan kegiatan khusus. Kompetensi adalah deskripsi mengenai keterampilan-keterampilan 4

6 penting, pengetahuan dan sikap yang dibutuhkan untuk melaksanakan secara efektif tugas-tugas dan kegiatan tertentu. 6. Silabus keterampilan (skills syllabus): silabus yang disusun seputar kemampuan-kemampuan dasar yang berbeda yang meliputi penggunaan bahasa untuk tujuantujuan seperti membaca, menulis, mendengar, atau berbicara. 7. Silabus Berbasis Tugas: Silabus yang disusun berdasar tugas-tugas yang telah dirancang secara khusus untuk memfasilitasi pembelajaran bahasa kedua. Dengan kata lain silabus yang unit-unit dasarnya adalah tugas-tugas atau kegiatan. Jenis silabus yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah Silabus Berbasis Kompetensi dimana silabus yang disusun didasarkan pada spesifikasi kompetensi yang diharapkan dikuasai peserta didik dalam menunjang pelaksanaan tugas-tugas tertentu, dalam hal ini kegiatan atau keterampilan kebidanan. Dalam silabus tersebut akan dirumuskan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Course Leaning Outcomes (CLO)). CLO menggambarkan apa yang akan mahasiswa ketahui dan apa yang dapat dilakukan mahasiswa di akhir perkuliahan. Capaian pembelajaran perkuliahan berbasis kinerja (performance) dan berorientasi pada hasil. CLO merupakan gambaran yang bermakna (significant) dan terkait dengan apa yang diharapkan dapat dilakukan mahasiswa di dunia nyata. mendeskripsikan komptensi-kompetensi apa saja yang harus dikuasai oleh seorang bidan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Selain itu juga akan dideskripsikan konten-konten bahasa Inggris yang diperlukan unuk mendukung kompentensi tersebut. Analisis kebutuhan tersebut menggunakan alur yang diajukan oleh Jack Richards (2013). 2. Sumber data Data dalam penelitian ini adalah daftar kompetensi-kompetensi kebidanan dan konten kebahasaan yang dibutuhkan untuk menjalankan kompetensi tersebut. Data penelitian diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan para praktisi bidan profesional, pengelola rumah sakit, para dosen kebidanan dan juga dosen sejawat mata kuliah bahasa Inggris. Selain itu data juga diperoleh melalui studi literatur bidang-bidang kebidanan. 3. Format Silabus Silabus yang akan didesain dalam penelitian ini disesuaikan dengan besaran angka kredit yang sudah ditetapkan oleh prodi D-3 Kebidanan Unipdu yaitu sebesar 2 SKS. Silabus dirancang untuk 14 kali pertemuan dengan 2 kali ujian (UTS dan UAS). Untuk sekali tatap muka dialokasikan waktu 100 menit ditambah dengan penugasan. Dalam silabus akan dirumuskan learning outcomes (Capaian Pembelajaran), baik Capaian Pembelajaran Mata Kuliah maupun Capaian Pembelajaran Khusus untuk masing-masing kompetensi, berikut dengan konten bahasanya. C. METODE PENELITIAN 1. Desain penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini akan 4. Responden/Informan Data yang dibutuhkan dalam menganalisis kebutuhan dikumpulkan melalui wawancara dengan: 1. Para praktisi kebidanan (bidan) 5

7 2. Dosen-dosen kebidanan 3. Pengelola rumah sakit (ruang obgyn) 4. Dosen sejawat mata kuliah bahasa Inggris Pranikah; 2. Ibu hamil; 3. Ibu Bersalin; 4. Ibu Nifas; 5. bayi Baru lahir; 6. Wanita dengan gangguan reproduksi D. PEMBAHASAN 1. Profil Lulusan Berdasarkan pada analisis kurikulum D-3 Kebidanan Unipdu, secara garis besar Prodi D-3 Kebidanan Unipdu Jombang berusaha mencetak para lulusannya untuk menjadi: 1. Care provider (Pemberi asuhan kebidanan) 2. Community leader (Penggerak masyarakat) 3. Communicator (komunikator) 4. Decision Maker (Pengambil keputusan dalam asuhan kebidanan) 5. Manager (Pengelola) 2. Kompetensi yang harus dikuasi dalam pemberian asuhan kebidanan Berdasarkan pada deskripsi profil dan kompetensi kunci yang harus dikuasai oleh para lulusan D-3 kebidanan Unipdu, maka ada satu poin penting yang harus disertakan dalam silabus bahasa Inggris untuk kebidanan yaitu pemberian asuhan kebidanan yang efektif. Adapun yang dimaksud dengan asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggungjawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebütuhan masalah dalam bidang kesehatan ibu hamil, masa persalinan, masa nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana (Depkes RI, 1999). Secara Ringkas, Asuhan kebidanan adalah Asuhan yang di berikan oleh seorang Bidan yang mempunyai Ruang Lingkup sebagai berikut: 1. Remaja Putri dan Wanita 1) Asuhan kebidanan kepada remaja putri dan wanita pra nikah a. Mampu menjelaskan tentang perubahan-perubahan fisik selama masa remaja b. Mampu menjelaskan tentang perubahan kejiwaan masa remaja c. Mampu memberikan penjelasan mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja 2) Asuhan kebidanan kepada ibu hamil a. Mampu melakukan pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan klien. b. Mampu melakukan pengumpulan data dasar tentang riwayat kesehatan dan obstetri klien. c. Mampu mencatat tanda-tanda vital pasien (tekanan darah, berat badan, dll) d. Mampu menegakkan diagnosa kehamilan yang meliputi gravida, para, abortus, umur ibu, umur kehamilan dan keadaan janin (jumlah, presentasi dan letak janin). 3) Asuhan kebidanan kepada ibu bersalin a. Mampu menjelaskan konsep persalinan b. Mampu mengenali tanda-tanda permulaan persalinan c. Mampu mengenali tanda dan gejala inpartu d. Mampu menjelaskan tentang Kala dalam persalinan e. Mampu membantu ibu dalam persalinan normal 6

8 4) Asuhan kebidanan kepada ibu nifas dan KB a. Mampu menjelaskan tentang konsep teori nifas b. Mampu memberikan perawatan pada masa nifas c. Mampu menjelaskan jenis-jenis KB dan tata cara penggunaannya 5) Asuhan kebidanan kepada bayi baru lahir a. Mampu mengumpulkan data persalinan b. mampu mengumpulkan data mengenai bayi yang baru dilahirkan c. Mampu memberikan penjelasan kepada ibu tentang tata cara perawatan bayi 6) Asuhan kebidanan kepada Wanita dengan gangguan reproduksi a. Mampu menjelaskan tentang berbagai macam gangguan umum reproduksi pada wanita b. Mampu memberikan penanganan terhadap gangguan umum reproduksi pada wanita 3. Konten bahasa Inggris yang dibutuhkan Mencermati kompetensi kunci yang dibutuhkan oleh seorang bidan dalam asuhan kebidanan, maka perlu diidentifikasi konten bahasa Inggris yang diperlukan untuk tercapainya kompetensi tersebut. Adapun konten bahasa Inggris yang diperlukan dibagi menjadi 3 sub: Common Expressions, Grammar, dan Vocabulary. Ketiga kompenen bahasa ini diperlukan untuk tercapainya kompetensi bidan di atas. a. Pemberian asuhan kebidanan kepada remaja putri dan wanita pra nikah Dalam memberikan asuhan kebidanan kepada remaha putri dan wanita pra nikah dibutuhkan konten kebahasaan (Inggris) sebagai berikut: Common expressions: 1. Ungkapan-ungkapan umum tentang memulai dan mengakhiri percakapan dengan klien (greetings, opening and closing a conversation) 2. Ungkapan perkenalan (introduction) Grammar: 1. Membuat kalimat tanya. Kalimat tanya yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang perubahan fisik dan kejiwaan klien. 2. Membuat kalimat perintah. Kalimat perintah yang digunakan untuk memberikan arahan kepada klien Vocabulary: 1. Kosa kata terkait perubahan fisik remaja (teenage physical changes) 2. Kosa kata terkait perubahan kejiwaan remaja (teenage psychological changes) 3. Kosa kata tentang sistem reproduksi manusia (human s system of reproduction) b. Pemberian asuhan kebidanan kepada ibu hamil Dalam memberikan asuhan kebidanan kepada ibu hamil dibutuhkan konten kebahasaan (Inggris) sebagai berikut: Common expressions: 1. Salam therapeutik (therapeutic greetings) 2. Ungkapan untuk perkenalan (introduction) 3. Ungkapan tentang angka (numbers) Grammar: 1. Membuat kalimat tanya. Kalimat tanya yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang keadaan kehamilan klien. 2. Membuat kalimat perintah. Kalimat perintah yang digunakan untuk 7

9 memberikan arahan kepada klien tentang apa yang harus dilakukan oleh ibu hamil berkaitan dengan kehamilannya. 3. Kalimat pernyataan: Untuk memberitahukan tentang keadaan kehamilan pasien Vocabulary: 1. Kosa kata terkait keadaan kehamilan klien (client s pregnancy condition: number of pregnancy, fetal position, fetal presentation, etc) 2. Kosa kata terkait tanda-tanda vital pasien (client s vital sign: blood pressure, body weight, etc) 3. Kosa kata tentang sistem reproduksi manusia (human s system of reproduction) c. Pemberian asuhan kebidanan kepada ibu bersalin Dalam memberikan asuhan kebidanan kepada ibu bersalin dibutuhkan konten kebahasaan (Inggris) sebagai berikut: Common expressions: 1. Salam therapeutik (therapeutic greetings) 2. Ungkapan umum untuk menyatakan durasi waktu (time duration) Grammar: 1. Membuat kalimat tanya. Kalimat tanya yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang keadaan klien pra kelahiran. 2. Membuat kalimat perintah. Kalimat perintah yang digunakan untuk memberikan arahan kepada klien dalam menghadapi persalinan 3. Kalimat pernyataan. Kalimat pernyataan untuk memberitahukan tentang keadaan pasien dalam menghadapi persalinan. Vocabulary: 1. Kosa kata terkait persalinan (labor terms) 2. Kosa kata terkait tanda-tanda persalinan (signs of labor) 3. Kosa kata tentang kala dalam persalinan (stages of labor) d. Pemberian asuhan kebidanan kepada ibu nifas dan KB Dalam memberikan asuhan kebidanan kepada ibu nifas dan KB dibutuhkan konten kebahasaan (Inggris) sebagai berikut: Common expressions: 1. Salam therapeutik (therapeutic greetings) 2. Ungkapan umum untuk memuji (praising) Grammar: 1. Membuat kalimat tanya. Kalimat tanya yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang keadaan klien pasca kelahiran dan menanyakan tentang program KB yang diinginkan. 2. Membuat kalimat perintah. Kalimat perintah yang digunakan untuk memberikan instruksi kepada klien tentang apa yang harus dilakukan selama masa nifas dan proses pemasangan alat kontrasepsi. Vocabulary: 1. Kosa kata terkait masa nifas (post natal terms) 2. Kosa kata terkait alat kontrasepsi (contraceptive methods) e. Pemberian asuhan kebidanan kepada bayi baru lahir Dalam memberikan asuhan kebidanan kepada bayi baru lahir dibutuhkan konten kebahasaan (Inggris) sebagai berikut: 8

10 Common expressions: 1. Salam therapeutik (therapeutic greetings) 2. Ungkapan umum untuk memuji (praising) Grammar: 1. Membuat kalimat tanya. Kalimat tanya yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang persalinan dan bayi yang baru dilahirkan. 2. Membuat kalimat perintah. Kalimat perintah yang digunakan untuk memberikan instruksi kepada klien tentang apa yang harus dilakukan selama masa perawatan bayi dan pemberian makan bayi. Vocabulary: 1. Kosa kata terkait perawatan bayi baru lahir (newborn baby treatment) 2. Kosa kata terkait pemberian makan bayi (breastfeeding) f. Pemberian asuhan kebidanan kepada wanita dengan gangguan reproduksi Dalam memberikan asuhan kebidanan kepada wanita dengan gangguan reproduksi dibutuhkan konten kebahasaan (Inggris) sebagai berikut: Common expressions: 1. Salam therapeutik (therapeutic greetings) 2. Ungkapan umum untuk menenangkan seseorang (comforting someone) Grammar: 1. Membuat kalimat tanya. Kalimat tanya yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang gangguan reproduksi yang dialami seorang klien. 2. Membuat kalimat perintah. Kalimat perintah yang digunakan untuk memberikan instruksi kepada klien tentang apa yang harus dilakukan selama penanganan pasien. Vocabulary: 1. Kosa kata terkait masalah-masalah umum gangguan reproduksi pada wanita (woman s reproductive system disorder) 4. Desain silabus bahasa Inggris untuk D3 kebidanan Unipdu Berdasarkan deskripsi konten bahasa Inggris di atas, maka silabus bahasa Inggris untuk D3 Kebidanan Unipdu dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Mengingat ada 6 (enam) kompetensi utama yang harus dikuasai oleh lulusan D3 Kebidanan Unipdu maka masingmasing kompetensi akan diberikan dalam dua kali pertemuan. Jadi akan ada dua belas pertemuan untuk mengajarkan bahasa Inggris yang berkaitan dengan pencapaian kompetensi di atas. 2. Dua pertemuan awal akan digunakan untuk mengajarkan tentang bagaimana membuat kalimat tanya dan kalimat perintah dalam bahasa Inggris. Ini penting mengingat dua bentuk kalimat ini sangat diperlukan di dalam berkomunikasi dengan klien. Berdasarkan pada pertimbangan di atas, maka struktur silabus akan terlihat sebagai berikut: Perte muan ke Learning Outcomes 1 Mampu membuat kalimat dalam Inggris 2 Mampu membuat tanya bahasa Materi 1. Yes/No questions 2. Wh questions 1. Imperative sentences kalimat perintah dalam bahasa Inggris 3-4 Mampu 1. Ungkapan- 9

11 memberikan penjelasan mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja dan wanita pra nikah 5-6 Mampu memberikan penjelasan mengenai asuhan kebidanan kepada ibu hamil ungkapan umum untuk memulai dan mengakhiri percakapan dengan klien 2. Ungkapan perkenalan (introduction) 3. Kosa kata tentang perubahan fisik remaja (teenage physical changes) 4. Kosa kata tentang perubahan kejiwaan remaja (teenage psychological changes) 5. Kosa kata tentang sistem reproduksi manusia (human s system of reproduction) 1. Salam therapeutik (therapeutic greetings) 2. Ungkapan tentang angka (numbers) 3. Kalimat tanya yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang keadaan kehamilan klien. 4. Kalimat perintah yang digunakan untuk memberikan arahan kepada klien tentang apa yang harus dilakukan oleh ibu hamil berkaitan dengan kehamilannya. 5. Kalimat pernyataan untuk memberitahukan keadaan kehamilan pasien 6. Kosa kata terkait keadaan kehamilan klien (client s pregnancy condition: number of pregnancy, fetal position, fetal presentation, etc) 7. Kosa kata terkait 7 UTS 8-9 Mampu memberikan penjelasan tentang asuhan kebidanan kepada ibu bersalin Mampu memberi penjelasan mengenai asuhan kebidanan kepada ibu nifas dan KB tanda-tanda vital pasien (client s vital sign: blood pressure, body weight, etc) 8. Kosa kata tentang sistem reproduksi manusia (human s system of reproduction) 1. Salam therapeutik (therapeutic greetings) 2. Ungkapan umum untuk menyatakan durasi waktu (time duration) 3. Kalimat tanya untuk mengumpulkan data tentang keadaan klien pra kelahiran. 4. Kalimat perintah untuk memberikan arahan kepada klien dalam menghadapi persalinan 5. Kalimat pernyataan untuk memberitahukan tentang keadaan pasien dalam menghadapi persalinan. 6. Kosa kata terkait persalinan (labor terms) 7. Kosa kata terkait tanda-tanda persalinan (signs of labor) 8. Kosa kata tentang kala dalam persalinan (stages of labor) 1. Salam therapeutik (therapeutic greetings) 2. Ungkapan umum untuk memuji (praising) 3. Kalimat tanya untuk mengumpulkan data tentang keadaan 10

12 12-13 Mampu memberi penjelasan tentang asuhan kebidanan kepada bayi baru lahir Mampu memberi penjelasan tentang asuhan kebidanan kepada wanita dengan gangguan reproduksi klien pasca kelahiran dan menanyakan tentang program KB yang diinginkan. 4. Kalimat perintah untuk memberikan instruksi kepada klien tentang apa yang harus dilakukan selama masa nifas dan proses pemasangan alat kontrasepsi. 5. Kosa kata terkait masa nifas (post natal terms) 6. Kosa kata terkait alat kontrasepsi (contraceptive methods) 1. Salam therapeutik (therapeutic greetings) 2. Kalimat tanya untuk mengumpulkan data tentang persalinan dan bayi yang baru dilahirkan. 3. Kalimat perintah untuk memberikan instruksi kepada klien tentang apa yang harus dilakukan selama masa perawatan bayi dan pemberian makan bayi. 4. Kosa kata terkait perawatan bayi baru lahir (newborn baby treatment) 5. Kosa kata terkait pemberian makan bayi (breastfeeding) 1. Salam therapeutik (therapeutic greetings) 2. Ungkapan umum untuk menenangkan seseorang (comforting someone) 3. Kalimat tanya untuk mengumpulkan data 16 UAS E. KESIMPULAN tentang gangguan reproduksi yang dialami seorang klien. 4. Kalimat perintah untuk memberikan instruksi kepada klien tentang apa yang harus dilakukan selama penanganan pasien. 5. Kosa kata terkait masalah-masalah umum gangguan reproduksi pada wanita (woman s reproductive system disorder) Dari uraian di bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut: 1. Dengan mempertimbangkan alokasi waktu pertemuan dalam satu semester (14 kali tatap muka dan 2 kali ujian (UTS dan UAS)), maka pemberian asuhan kebidanan dipilih menjadi topik utama dalam pengajaran bahasa Inggris kebidanan. 2. Berdasarkan pada hasil wawancara dengan berbagai pihak, pemberian asuhan kebidanan difokuskan pada: a. Pemberian asuhan kebidanan kepada remaja putri dan wanita pra nikah b. Pemberian asuhan kebidanan kepada ibu hamil c. Pemberian asuhan kebidanan kepada ibu bersalin d. Pemberian asuhan kebidanan kepada ibu nifas dan KB e. Pemberian asuhan kebidanan kepada bayi baru lahir f. Pemberian asuhan kebidanan kepada wanita dengan gangguan reproduksi 3. Untuk konten bahasa Inggris dalam rangka pencapaian kompetensi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: General expressions: 11

13 1) Ungkapan-ungkapan umum untuk memulai dan mengakhiri percakapan dengan klien 2) Ungkapan perkenalan (introduction) 3) Salam therapeutik (therapeutic greetings) 4) Ungkapan tentang angka (numbers) 5) Ungkapan umum untuk menyatakan durasi waktu (time duration) 6) Ungkapan umum untuk memuji (praising) 7) Ungkapan umum untuk menenangkan seseorang (comforting someone) Grammar: 1) Yes/No questions / Wh questions 2) Imperative sentences Vocabulary: 1) Kosa kata tentang perubahan fisik remaja (teenage physical changes) 2) Kosa kata tentang perubahan kejiwaan remaja (teenage psychological changes) 3) Kosa kata tentang sistem reproduksi manusia (human s system of reproduction) 4) Kosa kata terkait keadaan kehamilan klien (client s pregnancy condition: number of pregnancy, fetal position, fetal presentation, etc) 5) Kosa kata terkait tanda-tanda vital pasien (client s vital sign: blood pressure, body weight, etc) 6) Kosa kata tentang sistem reproduksi manusia (human s system of reproduction) 7) Kosa kata terkait persalinan (labor terms) 8) Kosa kata terkait tanda-tanda persalinan (signs of labor) 9) Kosa kata tentang kala dalam persalinan (stages of labor) 10) Kosa kata terkait masa nifas (post natal terms) 11) Kosa kata terkait alat kontrasepsi (contraceptive methods) 12) Kosa kata terkait perawatan bayi baru lahir (newborn baby treatment) 13) Kosa kata terkait pemberian makan bayi (breastfeeding) 14) Kosa kata terkait masalah-masalah umum gangguan reproduksi pada wanita (woman s reproductive system disorder) DAFTAR PUSTAKA. KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia). Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2012 Altschuld, James W. and Kumar, David Devraj Needs Assessment: An Overview. Thousand Oaks: Sage. ISBN Fanani, Achmad Thesis. Designing EPT Syllabuses and Workbooks for Non English Department Students (A Students Needs Analysis). Universitas Surabaya Fulgham, S. M. & Shaughnessy, M Q & A with Ed Tech Leaders: Interview with Roger Kaufman. Educational Technology. Kaufman, Roger, Alicia M. Rojas, Hannah Mayer Needs Assessment: A User's Guide. Englewood Cliffs, New Jersey: Educational Technology Publications, Inc. p. 4. Kizlik, B., "Needs Assessment Information", ADPRIMA, 12

14 diunduh 16 Oktober Kusumoto, Yoko Needs Analysis: Developing A Teacher Training Program For Elementary School Homeroom Teachers In Japan. University of Hawai i at Mānoa Second Language Studies. NOAA, Costal Services Center. "Needs Assessment Training". Diunduh 22 September Nunan, D The impact of English as a global language on educational policies and practices in the Asia- Pacific Region. TESOL Quarterly, 37, Richards, Jack C Curriculum Development in Language Teaching. Cambridge University Press. Cambridge. Richards, Jack C Curriculum Approaches in Language Teaching: Forward, Central, and Backward Design. RELC Journal, Singapore. 13

15 DEVELOPING A SYLLABUS OF TOEFL READING FOR THE STUDENTS OF NON ENGLISH DEPARTMENT UNIPDU JOMBANG PENGEMBANGAN SILABUS TOEFL READING UNTUK MAHASISWA PRODI SELAIN BAHASA INGGRIS DI UNIPDU JOMBANG Endang Suciati 1 Maisarah 2 Unipdu Jombang (inmai5@yahoo.com) ABSTRACT The research is based on the fact that the syllabus TOEFL Reading used in Unipdu Jombang does not meet the needs of the students, because it only consists of a number of exercises and answer keys with a short discussion. In short, this study uses a two-stage analysis. First, analyzing the type of questions frequently found in TOEFL reading. The second step is identifying the type of questions considered as the weakness of the students. This study used a needs analysis in form of survey. 25 respondents were given a test. The test materials were reading questions often found in TOEFL. From the test result, it can be concluded that the reading material should be delivered in TOEFL reading training for three meetings are: vocabulary, reference, topic, exception, inference, and passage organization Keywords: TOEFL Reading, Needs Analysis, Syllabus. ABSTRAK Penelitian ini didasari pada fakta bahwa silabus TOEFL Reading yang selama ini digunakan di Unipdu Jombang masih dirasa kurang memenuhi kebutuhan para mahasiswa, sebab hanya terdiri dari materi dan sejumlah latihan soal serta kunci jawaban dengan pembahasan singkat. Secara ringkas, penelitian ini menggunakan dua tahap analisis. Pertama, dianalisis jenis soalsoal apa sajakah yang sering muncul pada TOEFL reading. Langkah kedua yaitu mengidentifikasi jenis soal yang menjadi kelemahan para mahasiswa. Penelitian ini menggunakan analisis kebutuhan berupa survey. Responden sejumlah 25 orang diberikan tes. Materi tes tersebut yaitu soal-soal reading yang sering muncul dalam TOEFL. Dari hasil tes tersebut, dapat ditarik kesimpulan mengenai materi apa saja yang harus disampaikan dalam pelatihan TOEFL reading untuk 3 pertemuan. Materi-materi tersebut adalah: vocabulary, reference, topic, exception, inference, dan passage organization Kata Kunci: TOEFL Reading, Analisis Kebutuhan, Silabus. 14

16 A. PENDAHULUAN Sering kali TOEFL (Test of English as a Foreign Language) menjadi salah satu prasyarat yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk berbagai keperluan. Sebagai contoh, seseorang yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri harus memiliki sertifikat TOEFL dengan nilai tertentu. Bahkan, mahasiswa diharapkan juga menempuh tes TOEFL sebelum lulus dari universitas. Untuk itu, berbagai pelatihan TOEFL banyak dibuka di berbagai instansi pendidikan sebagai bentuk persiapan melakukan tes tersebut. Namun, tidak jarang bagi mereka yang telah mengikuti pelatihan tersebut masih merasa kurang puas dengan hasil tes TOEFL. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk menemukan formula yang tepat dalam materi pembuatan silabus yang sesuai dengan kebutuhan untuk memudahkan peserta dalam menjawab soal. Terdapat beberapa jenis tes TOEFL, antara lain ibt (Internet Based Test), CBT (Computer Based Test) dan PBT (Paper Based Test). Penelitian ini menggunakan jenis TOEFL model PBT karena jenis TOEFL ini masih banyak digunakan di Indonesia termasuk di UNIPDU Jombang. Ada beberapa macam sesi dalam tes TOEFL PBT (Paper based Test), namun dalam penelitian ini difokuskan pada salah satu sesi yaitu Reading Comprehension. Dalam sesi ini, peserta harus menyelesaikan 5-7 bacaan yang masing-masing terdiri dari 7-12 pertanyaan. Waktu yang disediakan untuk menjawab seluruh pertanyaan adalah 55 menit, atau rata-rata 1,1 menit per pertanyaan. Penelitian ini penting dilaksanakan untuk membantu para trainer TOEFL dalam menyiapkan materi pelatihan yang tepat sasaran. Dalam penelitian ini diidentifikasi jenis-jenis pertanyaan yang paling sering muncul pada sesi Reading Comprehension dan juga mengidentifikasi kelemahankelemahan responden dalam menjawab soalsoal TOEFL reading. Pengidentifikasian ini diharapkan dapat menjadi dasar penyusunan silabus TOEFL reading yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Penelitian ini menggunakan analisis kebutuhan. Terdapat dua tahap analisis yang dilakukan. Pertama, dari buku TOEFL Practice Test workbook yang diterbitkan oleh ETS (Educational Testing Service) pada tahun 2003 serta Preparation Kit Workbook yang diterbitkan oleh ETS di tahun 2002, dianalisis bentuk soal-soal apasajakah yang sering muncul pada TOEFL reading. Langkah kedua yaitu mengidentifikasi jenis soal yang menjadi kelemahan para mahasiswa. Jenis soal dirangking dari yang termudah hingga yang tersulit. Sebelum melakukan identifikasi tersebut, sejumlah mahasiswa diminta untuk melaksanakan tes kemampuan TOEFL reading terlebih dahulu. Setelah dilakukan langkah yang kedua tersebut nantinya dapat ditarik kesimpulan tentang kebutuhan materi apa saja yang harus di sampaikan dalam pelatihan TOEFL reading. B. KERANGKA TEORI 1. Analisis Kebutuhan Kebutuhan ialah istilah yang digunakan dalam menggambarkan harapan/ekspektasi atau keinginan yang harus dipenuhi oleh seseorang. Definisi kebutuhan menurut Wikipedia adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan makhluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha. Dalam bidang pendidikan, kebutuhan didefinisikan sebagai semua hal yang bisa dilakukan oleh siswa dan apa yang mereka harus mampu untuk melakukan (Richard dalam Fanani, 2011). Program pendidikan yang baik seharusnya mengacu pada analisis kebutuhan siswa. Informasi mengenai kebutuhan siswa yang dikumpulkan dan 15

17 disusun, merupakan prosedur dari analisis kebutuhan. Berikut adalah beberapa tujuan dari analisis kebutuhan dalam hal pengajaran bahasa, (Richards, 2013): a. Mengetahui kemampuan bahasa seseorang dalam profesi tertentu, misalnya: manajer, pemandu wisata, atau mahasiswa. b. Membantu menentukan materi apa saja yang sesuai dan membahas kebutuhan siswa. c. Menentukan siswa/ kelompok siswa yang paling membutuhkan bimbingan dalam hal keterampilan bahasa d. Mengidentifikasi kesenjangan antara apa yang siswa dapat lakukan dengan apa yang mereka butuhkan. e. Menggalang informasi mengenai siswa tertentu yang mengalami masalah dalam hal keterampilan kebahasaan. 2. Prosedur Analisis Kebutuhan Ada berbagai macam prosedur yang dapat digunakan dalam melakukan analisis kebutuhan dan jenis informasi yang diperoleh sering tergantung pada jenis prosedur yang dipilih (Richards, 2004). Prosedur pengumpulan informasi bisa didapatkan dari: 1. Kuesioner 2. Self-ratings 3. Wawancara 4. Rapat 5. Observasi/ Pengamatan 6. Mengumpulkan sampel 7. Analisis tugas (task analysis) 8. Studi kasus 9. Analisis informasi yang tersedia 3. Merancang Analisis Kebutuhan Dari berbagai macam prosedur pengumpulan informasi diatas, maka seorang peneliti akan dihadapkan pada beberapa pilihan. Pilihan tersebut tentunya harus disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa, sehingga nantinya informasi yang didapatkan tidak berlebihan. Dalam mengumpulkan berbagai informasi diperlukan alasan yang jelas, sehingga dapat ditentukan informasi apa saja yang akan digunakan (Richards dalam Fanani: 2011). Sebagai contoh, Pengamatan kebutuhan bahasa siswa selain jurusan bahasa Inggris di sebuah universitas di Selandia Baru (Gravatt, Richards, dan Lewis di Richards (2004: 63), menggunakan prosedur berikut ini: 1. Survei literatur 2. Analisis dari berbagai survei kuesioner 3. Kontak dengan orang lain yang telah melakukan survei serupa 4. Wawancara dengan pengajar untuk menentukan tujuan 5. Identifikasi jurusan apa saja yang berpartisipasi 6. Presentasi proposal proyek 7. Pengembangan percontohan kuesioner untuk mahasiswa dan staf 8. Mereview kuesioner 9. Uji coba kuesioner 10. Pemilihan staf dan mata pelajaran siswa 11. Mengembangkan jadwal untuk mengumpulkan data 12. Administrasi kuesioner 13. Tindak lanjut wawancara dengan peserta terpilih 14. Tabulasi tanggapan 15. Analisis tanggapan 16. Penulisan laporan dan rekomendasi. 4. Tes Toefl Reading Reading Comprehension bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam memahami teks dan mengartikan makna dari sebuah konteks kalimat. Pada bagian ini, peserta akan dihadapkan pada beberapa macam topik teks. Jumlah soal yaitu 50, berupa 16

18 pertanyaan mengenai informasi berdasarkan teks yang disediakan. Terdapat berbagai macam lembaga kredibel yang menyediakan program pelatihan TOEFL di Indonesia. Beberapa diantaranya yaitu Pusat Studi Bahasa UNESA (Universitas Negeri Surabaya), PINLABS UA (Universitas Airlangga). Sedangkan lembaga di UNIPDU yang dapat melayani hal itu adalah PSB UNIPDU (Pusat Studi Bahasa Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum). Dalam program pelatihan tersebut, para peserta didik akan dibimbing dalm menjawab dengan benar soal-soal yang disediakan berikut tips atau strategi dalam menjawab soal. Secara umum ada dua jenis pelatihan TOEFL PBT, yaitu: pelatihan 20 jam dan pelatihan 30 jam. Namun jenis pelatihan TOEFL PBT yang digunakan di UNIPDU adalah 20 jam, dengan rincian sebagai berikut: 1. Introduction to TOEFL: 30 menit 2. Sesi 1 (Listening Comprehension): 7,5 jam (5 kali tatap muka) 3. Sesi 2 (Structure and Written Expression): 7,5 jam (5 kali tatap muka) 4. Sesi 3 (Reading Comprehension): 4,5 jam (3 kali tatap muka) C. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Metode ini diterapkan karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui jenis pertanyaan yang ditemukan dari buku TOEFL Practice Test workbook yang diterbitkan oleh ETS (Educational Testing Service) pada tahun 2003 serta Preparation Kit Workbook yang diterbitkan oleh ETS di tahun Setelah mengetahui jenis soal TOEFL reading dari buku-buku tersebut, 25 responden melakukan tes dengan menjawab jenis-jenis soal tersebut. Dengan demikian teknik pengumpulan data dari penelitian ini adalah survey. Setelah dilakukan tes, maka identifikasi soal dapat dilakukan yaitu dengan mendaftar jenis soal yang menjadi kelemahan responden. Dalam hal ini perhitungan dengan frekuensi dilakukan, dan hasilnya dijabarkan secara deskriptif. Oleh sebab itu penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Dengan mengetahui jenis-jenis soal dalam TOEFL reading yang menjadi kelemahan responden, maka dapat disusun silabus yang lebih sesuai. Pengajar nantinya dapat lebih fokus dalam mengajarkan TOEFL reading sehingga para peserta diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya dalam menjawab soal. D. ANALISIS DAN DISKUSI 1. Jenis soal yang sering muncul dalam TOEFL Listening Setelah menganalisis 500 soal reading Comprehension, didapatkan 12 macam jenis pertanyaan. Namun, hanya ada 8 jenis pertanyaan yang dianggap paling sering muncul. Jenis-jenis pertanyaan tersebut adalah: 1. Vocabulary 2. Details 3. Reference 4. Topic 5. Exception 6. Inference 7. Passage Organization 8. Main Idea 2. Analisis Kelemahan Responden Setelah memberikan tes pada 25 responden terhadap 8 jenis pertanyaan yang sering muncul dalam TOEFL, hasil tes menunjukkan bahwa dari kedelapan jenis soal tersebut, passage organization 17

19 merupakan jenis soal yang paling sulit bagi responden yang kemudian diikuti oleh jenis soal yang lain, yaitu reference, inference, topic, vocabulary, exception, details dan main idea. Berdasarkan temuan di atas, soal yang dirasakan paling sulit adalah passage organization. Hanya sebanyak 2 responden (8%) yang tidak memiliki kesulitan dalam menjawab jenis soal passage organization. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden (92%) memiliki kesulitan dalam mengidentifikasi informasi yang terdapat di dalam bacaan baik berupa baris atau paragraf. Jenis soal kedua yang dirasakan paling sulit adalah reference. Hanya 7 mahasiswa (28%) yang tidak memiliki kesulitan dalam menjawab jenis soal reference. Dari data tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden (72%) memiliki kesulitan dalam menentukan anteseden dari sebuah kata ganti. Jenis soal inference merupakan jenis soal ketiga yang dirasakan sulit oleh responden. Sejumlah 7 dari 25 responden (28%) tidak memiliki kesulitan dalam menjawab soal jenis ini. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden (72%) kesulitan dalam menyimpulkan secara logis berdasarkan informasi atau fakta-fakta yang ada pada bacaan. Topic merupakan jenis soal keempat yang dirasa sulit bagi responden. Hanya 10 responden (40%) yang tidak memiliki kesulitan dalam menjawab soal jenis ini. Telah disebutkan diatas bahwa dalam menjawab jenis soal topic, peserta harus memiliki pemahaman yang baik mengenai seluruh isi bacaan. Karena itu tidak mengherankan jika sebagian besar responden (60%) memiliki kesulitan dalam pemahaman bacaan. Pada jenis soal vocabulary, peserta dituntut untuk dapat mengetahui padanan kata atau sinonim yang disajikan dalam pilihan jawaban. Secara otomatis, peserta diharapkan memiliki banyak perbendaharaan kata yang mencukupi. Hal inilah yang menjadi kendala utama peserta dalam menjawab jenis soal vocabulary. Jenis soal ini menempati posisi kelima jenis soal yang dirasakan sulit oleh responden. Sebanyak 12 responden (48%) tidak memiliki kendala dalam menjawab soal jenis ini. Dalam menjawab jenis soal exceptions, peserta diharapkan mampu memahami dan menemukan informasiinformasi dari bacaan. Hal ini dikarenakan pada jenis soal ini, peserta diberi pilihan jawaban yang berisi informasi-informasi tertentu yang ada pada bacaan, namun ada salah satu opsi jawaban yang tidak ada di dalam bacaan, opsi itulah yang harus dipilih. Dari 25 responden, sebanyak 12 responden (48%) tidak memiliki kesulitan dalam jenis soal exceptions. Sebanyak 19 responden dari 25 (76%), tidak kesulitan dalam menjawab jenis soal details. Dalam menjawab jenis soal details, peserta harus dapat dengan jeli mengidentifikasi informasi-informasi spesifik pada bacaan yang memuat pertanyaan what, why, when, who, where dan how. Pada jenis soal main idea, sebanyak 19 responden (76%), tidak mengalami kesulitan dalam menjawab jenis soal ini. Pada jenis soal ini, para responden diharapkan mampu menyimpulkan pokok pikiran dari paragraph tertentu. 18

20 3. Implikasi Pada Pengembangan Silabus Pelatihan Menurut Richard (2003:145), sebuah silabus yang dirancang untuk kebutuhan pelajar, harus mampu mendeskripsikan alasan-alasan logis pentingnya sebuah silabus tersebut dibuat dengan menjawab pertanyaan seperti: tentang apa materinya?, untuk siapa materi tersesut?, dan model pengajaran yang bagaimanakah yang akan diaplikasikan untuk meteri tersebut? Sehubungan dengan hal itu, maka penelitian ini menjelaskan alasan pembuatan silabus TOEFL reading comprehension, antara lain: Silabus dirancang untuk para mahasiswa yang memiliki kemampuan bahasa Inggris rendah yang dibuktikan dengan sebelumnya mengikuti tes TOEFL dan mendapatkan score kurang dari 450. Desain silabus ini khusus untuk mereka yang akan mengikuti tes TOEFL PBT (Paper Based Test) dan ingin meningkatkan score TOEFL hingga 450 keatas. Materi yang disajikan dalam silabus ini adalah berbagai macam jenis soal reading comprehension berdasarkan kelemahan mereka. Selain itu, silabus ini juga dirancang dengan terlebih dahulu memperhatikan alokasi waktu yang ada. Dalam materi reading comprehension, dialokasikan 3 kali pertemuan. Sebelumnya, telah diketahui dari analisis butir soal bahwa jenis soal reading comprehension yang sering kali muncul sebanyak 8 item, antara lain: vocabulary, details, reference, topic, exception, inference, passage organization, and main idea. Berdasarkan tes dengan menggunakan kedelapan jenis soal tersebut, para responden mengalami kesulitan. Hanya 2 jenis soal, details dan main idea dimana sebagian besar responden, masing-masing sebesar (76%), tidak mengalami masalah dalam menjawab kedua jenis soal tersebut. Dengan memperhatikan jumlah alokasi waktu yang terbatas untuk materi reading comprehension, maka tidak semua jenis soal yang sering muncul (8 jenis soal) akan dimasukkan dalam silabus, hanya 6 materi saja yang disajikan, antara lain: vocabulary, reference, topic, exception, inference, dan passage organization. Enam meteri tersebut adalah materi yang dirasakan paling sulit oleh responden karena sebagian besar tidak dapat menjawab jenis soal tersebut dengan benar. Berikut adalah komposisi materi yang ada pada silabus reading comprehension: Materi pada Silabus TOEFL Reading Comprehension 1. Pertemuan pertama (1,5 jam): reference, passage organization 2. Pertemuan kedua (1,5 jam): exception, inference 3. Pertemuan ketiga (1,5 jam): topic, vocabulary E. KESIMPULAN Dalam analisis butir soal, sebanyak 500 soal yang diteliti. Dari sejumlah soal tersebut, didapatkan 12 jenis soal, namun jenis soal yang dapat dikategorikan sering muncul sebanyak 8, yaitu: - vocabulary, - details - reference - topic - exception - inference - passage organization, dan - main idea. Berdasarkan tes pada responden dengan materi 8 jenis soal tersebut, maka didapatkan hasil bahwa seluruh responden mengalami kesulitan dalam menjawab semua jenis soal. Mamun untuk 2 jenis soal (details dan main idea), mayoritas responden (lebih dari 50%) tidak mengalami kesulitan menjawab kedua jenis soal tersebut. Oleh karena itu, berdasarkan efisiensi waktu bahwa alokasi pertemuam 19

21 untuk pelatihan reading comprehension sangat terbatas yaitu 3 pertemuan, dan juga berdasarkan hasil analisis kebutuhan siswa, maka dalam silabus hanya disajikan 6 jenis soal saja yaitu: - vocabulary - reference - topic - exception - inference - passage organization DAFTAR PUSTAKA Richards, J. C Curriculum Approaches in Language Teaching: Forward, Central, and Backward Design. RELC Journal. Singapore Sumber Internet: ulbright&m=ip-pro-ma-fulbrightma accessed on 5 January accessed on 10 January accessed on 25 January ETS (Educational Testing Service). TOEFL Practice Test workbook ETS (Educational Testing Service). TOEFL: Test Preparation Kit Workbook Information and Registration, BULLETIN for Paperbased Testing (PBT). TOEFL PBT Fanani, Achmad Designing EPT Syllabuses and Workbooks for Non English Department Students (A Needs Analysis). Surabaya Huh, Sorin A Task-based Needs Analysis for A Business English Course. Second Language Studies, 24(2), Spring, pp University of Hawai i at Mānoa. Kusumoto, Yoko Second Language Studies, 26, pp University of Hawai I at Manoa Long, M Task Based Language Learning, University of Hawaii ESL department, spring term Richards, J. C Curriculum Development in Language Teaching. Cambridge University Press. 20

22 DESIGNING A READING TEACHING MATERIAL BASED ON THE STUDENTS WEAKNESS POINTS IN ANSWERING UN READING TESTS AT SMA EXCELLENT AL-YASINI MERANCANG BAHAN AJAR READING BERDASARKAN KELEMAHAN SISWA DALAM MENJAWAB SOAL UN READING DI SMA EXCELLENT AL-YASINI Putri Nurul Hidayati 1 Achmad Fanani 2 Unipdu Jombang (hidayati664@gmail.com / akufanani@yahoo.com) ABSTRACT The senior high school students often had difficulty understanding and answering UN Reading questions so that they had English UN scores less than 4,00. This research is aimed at designing a reading teaching material for the twelfth grade students of SMA Excellent Al- Yasini Kraton Pasuruan. The teaching material was based on the students weakness points in answering UN reading questions. The method used of this research was quantitative analysis. Meanwhile, the sampling was cluster random consisting of 20 students. The data were collected through test and analyzed by using percentage calculation. The findings of this research as follows, the students mainly had difficulty on three types of questions in explanation text: word meaning (100%), unstated information (90%), and main idea (80%), in discussion text, it was identified that the students had problem dealing unstated information (85%) and detailed information (75%), the most problematic question for the students in news item was detailed information (95%) and in exposition text, detailed information (85%) was also the students difficulty. Based on the findings, it can be concluded that the teaching material developed consisted of the materials that were in accordance with the students proficiency level as shown by the results of the research Keywords: UN, student s needs, teaching material ABSTRAK Siswa SMA sering mengalami kesulitan dalam memahami dan menjawab soal UN Reading sehingga mereka mempunyai nilai UN Bahasa Inggris kurang dari 4,00. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bahan ajar reading untuk siswa kelas dua belas SMA Excellent AL-Yasini. Bahan ajar ini berdasarkan kelemahan siswa dalam menjawab soal-soal UN Reading. Metode yang digunakan adalah analisis kuantitatif. Sedangkan, teknik pengumpulan sample adalah cluster rondem yang terdiri dari 20 siswa. Data-data dikumpulakan melalui tes dan dianalisis dengan menggunakan perhitungan persentasi. Hasil dari analisis adalah sebagai berikut, sebagian besar siswa mempunyai kesulitan dalam soal makna kata (100%), informasi tersirat (90%), dan ide pokok (80%) pada teks explanation, informasi tersirat (85%) dan informasi rinci (75%) adalah masalah siswa pada teks discussion, dan pada teks news item (95%) dan exposition (85%) mempunyai kesulitan yang sama dalam menjawab soal informasi rinci. Berdasarkan temuan, dapat disimpulkan bahsa bahan ajar yang dikembangkan terdiri dari materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang telah ditunjukkan dari hasil penenlitian. Kata kunci: UN, kebutuhan siswa, bahan ajar 21

23 A. INTRODUCTION UN is a measurement activity and competence assessment nationally with the objective is to assess graduation competence nationally on certain subjects (Permendikbud, 2014). In other word, UN is a final test conducted by schools in the final stage of learning on certain subjects to assess and measure students attainment on the specified subjects as they determine whether the students can graduate or not at the national level. Generally, the subjects which are tested in UN include Mathematics, Bahasa Indonesia, and English. Among some subjects included in UN, it turns out that English is difficult subjects for students to do. Many students complained that they felt difficult to understand and do UN English questions. They complained that English UN was difficult in 2014, for example: A student of SMAN 68 Jakarta, Leoni said that the English UN questions in that year were more difficult than in the previous one. Whereas, she frequently practiced answering some English UN questions, but she still felt difficult in answering the questions. She also stated that reading was part of UN English question which was difficult to do. ( 6/560/971173/aksen-dalam-un-Bahasainggris-bikin-siswa-bingung). Muhammad Nuh, the educational minister also stated that the UN questions in 2014 were different from the previous years. The questions which are to measure students competency were based on the international standard. It might cause the difficulties faced by the students ( 389). This research is conducted to identify SMA Excellent Al-Yasini Kraton Pasuruan students difficulties in learning English, especially in answering UN English reading questions and the result of the identification is used to design a reading teaching material that is based on the students difficulties. Based on the interview with the teacher, this problem may happen because of various factors, especially because of the teaching materials used were not based on the students needs and it was also found out that reading became one of the most difficult skills to teach. That is because understanding some reading passages became the students main problem. They had to read long passages and were supposed to understand the meaning. They usually gave up first before trying to translate the context. Therefore, they felt difficult in answering some English reading text questions, especially UN reading questions and it was found that their reading comprehension scores in simulation test are low. The students problems in answering UN reading questions become one of the clues of how far the students are able to master the English reading skill. These problems need to be analyzed in order that we can solve the problems faced by the students. Then, the results of the identification is very important to be used as the basis for constructing the UN English reading teaching material that meets the students needs. In addition, the research reviewed English UN reading tests from academic year 2007/2008 to 2013/2014 during KTSP curriculum to find out the types of questions that frequently appear in English reading questions. Therefore, the UN English reading material is not only developed by looking at the students weakness points in answering UN reading questions, but also by reviewing the UN English reading questions in KTSP curriculum. 22

24 B. METHOD The design of this research was quantitative analysis. A study case conducted to the twelfth grade student of SMA Excellent Al-Yasini Kraton Pasuruan. The design of this research was quantitative analysis. This research was called analysis because it tried to analyze the types of reading questions that frequently appear in UN reading tests and the students weakness points in answering UN reading questions. To conduct an analysis of students needs, a frequency calculation was required. Thus, a quantitative approach was used in this research. It is connected to the amount or number of something rather than with how good it is. In this research, the numeral data were calculated by using percentage calculation. And in this case, the researcher used an analysis to find out the students weakness point in answering UN Reading questions. The result of the analysis was used to design a teaching material of UN reading tests that meets the students need. The population of this research was the twelfth grade students of SMA Excellent Al-Yasini in academic year 2014/2015. There are 256 students of twelfth grade who are divided into seven classes namely, XII IPA 1, XII IPA 2, XII IPA 3, XII IPA 4, XII IPS 1, XII IPS 2, and XII IPS 3. The twelfth year students of SMA Excellent Al-Yasini was chosen as the subjects as they will pass the UN test to determine whether they graduate or not, especially in English UN test and it is highly relevant to this research. In this research, the numeral data were calculated by using percentage calculation. Meanwhile, the sampling was cluster random consisting of 20 students. The data were collected through test and analyzed by using percentage calculation. The first data are taken from seven types of English UN tests of KTSP curriculum, starting from academic year 2007/2008 to 2013/2014 and the second data were from the result of students test in answering UN reading questions that were used to find out the students weakness points. The following is the frame of data analysis. C. FINDINGS 1. The Result of Question Items Analysis After analyzing 111 reading questions from English UN questions from academic year 2007/2008 to 2013/2014, the following results were obtained. a. Explanation Text After conducting an analysis on 38 explanation text questions, it was found that there were seven types of question that appeared in this part. Four out of them are regarded as questions that are commonly found: unstated information, word meaning, specific information, and main idea. 23

25 1. Unstated Information In this type of question, the students are required to find an answer that is not stated or not mentioned in the passage. Based on the identification of 38 questions, nine questions are dealing with unstated information (23, 7%). 2. Word Meaning This type of question requires the students to determine the synonym/closest meaning or antonym/opposite of a word in the text. Among the questions analysed, there were seven questions of this type (18, 4%). 3. Specific Information In this part, some questions will require the students to find one piece of information or answer rather than the passage as whole that is clearly stated in the text. There are seven questions dealing with specific information (18, 4%). 4. Main Idea From 38 questions analyzed, six questions (15, 8%) were main idea questions. These question are all asking about what the primary point the author is trying to present to the reader in the passage. The following table is the summary of commonly found question in explanation text. No Type of question 1 Unstated Information 2 Meaning of Word 3 Specific information Frequency Percentage 9 23,7 % 7 18,4 % 7 18,4 % 4 Main Idea 6 15,8 % b. Discussion Text There were 27 questions analyzed. Among the questions, it is identified that seven types of question existed. There were only two types of question that can be said as commonly found in this part: unstated information and detailed information. 1. Unstated Information The majority of questions in discussion text deal with unstated information. Eight out of 27 questions (29, 6 %) were of this type. 2. Detailed Information The second commonly found question in this part is dealing with detailed information. It had seven questions (25, 9%). In this part, the students are asked to find the information from the text. The information can be found after they read the text carefully. The following is the summary of the common question in discussion text. No 1 2 Type of question Unstated Information Detailed Information c. News Item Text Frequency Percentage 8 29,6 % 7 25,9 % There were 24 questions analyzed. Among the questions, six types of questions are identified, and only three types of question were categorized as commonly found in this part: main idea, specific information, and detailed information. 1. Main idea The students are required to determine the main idea of a news item text. Main idea was the first commonly found 24

26 question in news item text (6 questions (25%)). 2. Specific Information The second commonly found question in this part is dealing with specific information. The number of question to this part were 5 out of 24 questions (20, 8%). The answer of specific information question is clearly stated in the text. The students can identify and find it fast. 3. Detailed information The students are asked to find the detailed information from news item text. They have to read the text carefully to find the information. This question had the same number question appeared with specific information, 5 (20, 8%). The following table is the summary of the common problem in news item text. No Type of question Frequency Percentage 1 Main Idea 6 25 % 2 Specific Information 5 20,8 % 3 Detailed Information 5 20,8 % d. Exposition Text In these types of question, out of 24 questions analyzed, 7 types of question are identified, and there was only 1 type of question that can be categorized as commonly found question: detailed information (22, 8 %). 2. The Students Weakness Points After administering the test to the respondents based on the common questions found in UN Reading Questions, the following results were obtained. a. Explanation Text In explanation text, it was found out that the respondents mainly had difficulty on three types of questions: word meaning, unstated information, and main idea. 1. Word Meaning The respondents seem to have difficulty translating one of words meaning in the text. There was no participant who could answer the questions correctly. It means that 20 respondents (100%) could not answer the questions. This number clearly shows that all respondents failed to determine the synonym or antonym of one of words meaning in the text. 2. Unstated Information The respondents seem to have difficulty drawing conclusion as indicated by their responses on unstated information questions. Unstated information question, in which the respondents must draw a conclusion about the text or sentences, seemed problematic for many respondents. There were 18 out of 20 respondents (90%) who had problem dealing with this question. 3. Main Idea For most respondents, questions on main idea of a text were difficult to answer where 16 respondents (80%) could not handle the question appropriately. They failed to identify the main idea of the text. 4. Specific Information For most of the respondents, questions on specific information were not difficult to answer. At least 15 respondents (75%) could handle them appropriately. 25

27 The following table is the summary of the students weakness points in explanation text. No Type of question Frequency Percentage 1 Word Meaning % 2 Unstated Information % 3 Main Idea % 4 Specific Information 5 25 b. Discussion Text As discussed earlier, there were two common types of question that commonly appear: unstated information and detailed information. It was identified that the students had problem dealing with both types of question. 1. Unstated Information There were 85% (17 respondents) who could not have trouble dealing with this type. 2. Detailed Information For detailed information questions, it was identified that the respondents had problem on this type of question. Out of 20 respondents, 15 respondents (75%) had trouble finding detailed information in the text. The following table is the summary of the students weakness point in discussion text. No Type of question 1 Unstated Information 2 Detailed Information Frequency Percentage % % c. News Item Text The most problematic question for the students in news item text was detailed information question. On the other hand, most students could manage specific information and main idea question well. 1. Detailed Information Detailed information was the most difficult question for the students as only one respondent (5%) could manage the question well. It means that 19 respondents (95%) were recognized failing to answer the question correctly. 2. Specific Information On the other hand, most respondents could manage the question well as only 4 of 20 respondents (35%) did not answer the question correctly. 3. Main idea It seemed easy to answer main idea question in news item text rather than in explanation text because generally the main idea is stated in the beginning of the text and sometimes, the tittle of the news has already existed. In this part, it was found that there were only 2 students (10%) who could not answer the question well. It means that 18 students (90%) did not have problem dealing with this question. The following table is the summary of the students weakness point in news item text. No Type of question Frequency Percentage 1 Detailed Information % 2 Specific Information 4 20 % 3 Main Idea 2 10 % 26

28 d. Exposition Text As discussed earlier, there was only one type question that frequently appeared, namely detailed information in this text. Most of the students had problem dealing with this question. As the result of the identification, it was found that there were 17 respondents (85%) who had difficulty answering the questions. D. DISCUSSION The following is the discussion of the characteristics of UN Reading questions and why the students generally faced such difficulties based on the findings discussed earlier. 1. Word Meaning The academic skill tested in UN Reading is determining the correct synonym or antonym of a word in a text. It is designed to measure students vocabulary. These questions often use synonyms and antonyms (words which have either the same or opposite meanings). To achieve this, the students must be able to understand the text contextually and comprehensively to know the meaning of a vocabulary in question. The context helps them make a general prediction about meaning. Based on the calculation above, word meaning is the highest difficulty faced by the respondents. It is not surprising because in understanding the word meaning is difficult if one does not master or have rich vocabularies. This may happen because the respondents lack vocabulary and they could not understand the text contextually so that they were difficult to find the meaning of a word in the text. 2. Detailed Information The next academic skill tested in UN Reading is finding detailed information in the text. It can be easy for the students to find the information, if they have already read the text carefully and comprehensively. The question used dealing with this type are why, which of the following, and the following. The difficulty answering detailed information questions faced by the respondents may happen because they could not read the whole text and check the sentences in the text carefully to digest the information. Whereas, the information can be found by checking the sentences of answer one by one in the text. 3. Unstated Information The third skill tested in UN Reading is finding unstated information in the text. The students are asked to draw a conclusion based on their own words or prior knowledge to express an idea they have read. To find the information easily, the students must be able to find the gist of the text. This means that they should be able to summarize and make conclusion from the information they read. Unstated information can be difficult question to the students because they have to find the information that is not stated in the text and they only focused on finding the information that is really stated in the text, instead they should use their own word or prior knowledge to draw conclusion from the fact existed in the text and they could not do it. 4. Main Idea UN Reading assesses the students skill to find the general idea of the text. To find it fast and easily, the students can look at the first sentence of each paragraph and look for common theme or idea in the first line. 27

29 This may be problematic for students because they could not apply the previewing technique for how to find the main idea of text appropriately. 5. Specific Information Finally in UN Reading, some questions also test the students to find the specific information of the text and find the place where the information exists in the text. To answer the question easily, the students must be able to use their scanning skill well. This means that they must be able to find important points of the information they read to answer the questions correctly. The questions word used are usually what, where, when, who, how, etc. To find the specific information in the text is quite easy for the test takers because the information is clearly stated in the text. They were only able to apply what is called scanning technique to find the answer of the question. E. THE IMPLICATION ON THE TEACHING MATERIAL 1. The syllabuses Finally, considering the number of meetings allocated, the number of common problems found and the students weakness point, all problems can be accommodated in the teaching process with the following topical breakdowns. This is a syllabus that is organized around themes (Richard, 2003: 157). 1. Explanation Text: 2 meetings Meeting 1: Word Meaning Meeting 2: Unstated Information and Main Idea 2. Discussion Text: 2 Meeting 3: Unstated Information Meeting 4: Detailed Information 3. News Item Text: 1 meeting Meeting 5: Detailed Information 4. Exposition Text: 1 meeting Meeting 6: Detailed Information The problem of word meaning question in explanation text is given in a single meeting due to the fact that beside it is the most problematic question for the students found in this part and the common question found, there are many words that should be learnt by the students to comprehend the text contextually and strategies for how to answer the question easily. Therefore it would be wise if this problem is treated in single meeting. However, two problems found in this part are given in a single meeting due to the allocated meeting, they are the lower problem than word meaning question. 2. UN Reading Teaching Material The English UN Reading developed through this research are designed in accordance with the syllabuses constructed. The syllabuses are designed on the basis of their relevance and appropriateness for the intended learners namely the students who has the English UN scores less than 4,00. The content of the course will depend on the learners proficiency levels (Richard, 2003: 148). Therefore, the teaching material developed consisted of the materials that are contextualized according to the learners proficiency level. The questions in the teaching material are picked up from many sources, including English UN Reading questions during KTSP curriculum, internet, books and some are self-composed. The types of questions and the quality of the questions are designed as similar as those found in UN Reading tests. Each chapter is 28

30 designed to consist of three parts: the explanation of the theories/concepts of each topic under discussion, the modelled practices, and take home-assignments. This teaching material would use Bahasa Indonesia as the explanation of the theories and concepts so that they would be able to understand the materials more easily. Besides, the use of Bahasa Indonesia would make the teaching process more effective and efficient. F. CONCLUSION The first analysis was to find out the types of question that frequently appeared in UN reading questions. The result of the analysis was then used to construct a reading comprehension test. The second analysis was to find out the students weakness points in answering UN reading comprehension questions. The identification were used as the basis for constructing a reading teaching material that meets the students needs. Based on the data obtained, the syllabus and teaching material for six meetings could be designed. The first two meetings discuss the Explanation texts, where the first meeting discusses word meanings and the second is unstated information. The third two meetings will discuss Discussion text, where the third meeting discusses unstated information and the fourth is detailed information. The fifth meeting is News item texts and the topic discussed is detailed information. The Exposition texts dealing with detailed information is discussed in the last meeting. REFERENCES Harahap, Rachmad Faisal Aksen dalam UN Bahasa Inggris Bikin Siswa Bingung. (Online). Retrieved from: 04/16/560/971173/aksen-dalam-unbahasa-inggris-bikin-siswa-bingung. (April, 16 th 2014). Maulipaksi, Desliana UN 2014 Ukur Kompetensi dengan Standar Internasional. (Online). Retrieved from: ita/2389. (14 th April 2014). Richards, J. C Curriculum development in language teaching. Cambridge: Cambridge University Press. Salinan Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 144 Tahun 2014 Tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional. 29

31 THE PRONUNCIATION OF LONG VOWEL SOUNDS (CHOUON) BY STUDENTS, TEACHERS AND NATIVE SPEAKERS OF DEPARTMENT OF JAPANESE LANGUAGE TEACHING OF BRAWIJAYA UNIVERSITY PELAFALAN BUNYI PANJANG BAHASA JEPANG PADA MAHASISWA, PENGAJAR DAN PENUTUR ASLI BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA. Rike Febriyanti 1 Sri Aju Indrowaty 2 Universitas Brawijaya (Febriyanti1981@gmail.com / ayu.mirza@gmail.com) ABSTRACT This study shows that (1) the pronunciation of long sound vocabulary by teachers and students tended to be shorter than the native speakers. (2) There was no significant difference between the pronunciation of long sound vocabulary by the teachers and the native speakers. (3) There is no significant difference between the pronunciation of long sound vocabulary by the students and native speakers. (4) The students long sound vocabulary pronunciation was shorter than that of the teacher, but the standard deviation of the teachers pronunciation of long vowel vocabulary was higher than that of the students and native speakers. Keywords: pronunciation, long sounds vocabulary, teachers, students, native speakers ABSTRAK Penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pelafalan kosakata bunyi panjang yang dihasilkan pengajar dan mahasiswa cenderung lebih pendek daripada penutur asli. (2) Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pelafalan kosakata bunyi panjang oleh pengajar dengan penutur asli. (3) Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pelafalan kosakata bunyi panjang oleh mahasiswa dengan penutur asli. (4) Pelafalan kosakata bunyi panjang oleh mahasiswa lebih pendek daripada pengajar tetapi data pelafalan kosakata bunyi panjang oleh pengajar standar deviasinya sangat tinggi daripada mahasiswa dan penutur asli. Kata Kunci: pelafalan, kosakata bunyi panjang, guru, murid, penutur asli 30

32 A. PENDAHULUAN Bahasa Indonesia dan Bahasa Jepang memiliki perbedaan yang mendasar dari segi penggunaan huruf, cara melafalkan kosakata dan tata bahasa. Pada aspek cara melafalkan kosakata, bahasa Jepang mempunyai kosakata yang harus dilafalkan panjang pendeknya sesuai dengan yang tertulis. Sedangkan Bahasa Indonesia tidak mengenal kosakata bunyi panjang. Sehingga dalam mempelajari bahasa Jepang, pembelajar Indonesia cenderung kesulitan untuk mendengar dan berbicara kosakata yang berbunyi panjang. Hal ini juga dinyatakan oleh Okuma (2000) yang mengatakan bahwa salah satu kesulitan orang asing yang belajar bahasa Jepang adalah bunyi panjang. Masih banyak penelitian tentang kesalahan dalam pemerolehan bahasa asing atau bahasa kedua, tetapi pada khususnya penelitian ini didasari oleh hasil penelitian terdahulu (Febriyanti, 2014:26) yang menyebutkan bahwa pembelajar Bahasa Jepang kewarganegaraan Indonesia kesulitan untuk membedakan bunyi panjang dan pendek kosakata Bahasa Jepang. Terutama dalam mata pelajaran menulis, dikarenakan pemelajar Indonesia tidak dapat membedakan saat mendengar kosakata yang mempunyai bunyi panjang atau dua ketukan dengan bunyi pendek atau satu ketukan dalam Bahasa Jepang. Akibatnya saat mereka menulis kosakata bunyi panjang, mereka tidak memperhatikan huruf yang seharusnya ditulis panjang. Oleh karena itu hipotesa dari fenomena kesalahan di atas adalah tidak adanya bunyi panjang atau 2 ketukan pada kosakata bahasa Indonesia yang mengakibatkan pembelajar Indonesia kurang memperhatikan dan kurang adanya kepekaan dalam mendengar bunyi panjang dalam Bahasa Jepang. Dibutuhkan peran aktif dari pengajar untuk mengingatkan perbedaan bunyi panjang dan bunyi pendek dalam Bahasa Jepang. Maka dalam penelitian ini kami ingin mengetahui sejauh mana kepekaan baik pengajar maupun pembelajar Bahasa Jepang dalam membaca atau mengucapkan bunyi panjang dalam Bahasa Jepang. B. TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kesalahan Berbahasa Analisis kesalahan atau biasa disebut error analysis mempunyai beberapa penggolongan seperti yang diungkapkan oleh Hakuta (2002). Diantaranya yang pertama adalah mistake dan error. Mistake adalah kesalahan yang terjadi hanya pada saat saat tertentu, seperti pada waktu keadaan tidak nyaman, atau lupa, dimana kesalahan itu terjadi karena ketidaksengajaan. Sedangkan error adalah kesalahan yang terjadi pada keadaan apapun. Ada beberapa jenis pembagian kesalahan. Antara lain kesalahan antar bahasa atau 言語間エラー (gengokan eraa) dimana kesalahan itu adalah kesalahan itu terjadi karena ada masalah antara dua bahasa yaitu bahasa ibu(b1) dan bahasa tujuan (B2), disini kesalahan karena pengaruh bahasa ibu sangat terlihat. Sedangkan kesalahan intra bahasa atau 言語内エラー (gengonai eraa) adalah kesalahan karena penggunaan di dalam bahasa itu sendiri. Sedangkan pendapat yang lain membagi kesalahan dalam kesalahan global dan kesalahan lokal. Kesalahan global adalah kesalahan dimana kesalahan tersebut mempengaruhi makna kalimat hingga tidak dapat dipahami. Dan kesalahan lokal adalah kesalahan yang tidak sampai mempengaruhi makna kalimat secara keseluruhan. Penelitian kesalahan berbahasa yang akan kami lakukan ini sangat berkaitan dengan keinginan kami untuk memperbaiki cara dan teknik mengajar kami selaku pengajar bahasa Jepang di Prodi Pendidikan 31

33 Bahasa Jepang Universitas Brawijaya terutama untuk kami sendiri dalam melafalkan kosakata bunyi panjang 長音 (chouon) yang ada dalam kosakata bahasa Jepang. Chouon menurut Iwabuchi (1989:197) dalam Sudjianto dan Dahidi (2009:48) jika dilihat dari segi haku atau ketukan, chouon terdiri dari 2 ketukan. Dalam IPA (International Phonetic Alphabet) kosakata bunyi panjang dan bunyi rangkap yang mempunyai 2 ketukan diberi tanda [ ] seperti カード [ka do] 有望 [yu bo ] かっぱ [kap a]. Untuk mengetahui kosakata bunyi panjang tersebut benar benar dilafalkan panjang atau 2 ketukan oleh pengucap dibutuhkan alat yang bisa menentukan panjang pendek waktu pengucapan sebuah kosakata. Oleh karena itu kami menggunakan software Praat. Software Praat Menganalisa kosakata bunyi panjang dapat menggunakan berbagai software seperti Praat, Speech Analyzer, WinCecil atau WaveSurfer. Tetapi jika ingin terfokus pada bunyi atau suara saja, cukup dengan menggunakan Praat. Software Praat adalah software yang dapat diunduh yang dibuat oleh Paul Boersma dan David Weenink dari Amsterdam University Belanda. Kelebihan software Praat ini mudah penggunaannya. Selain mudah untuk mempersiapkannya dan mudah jika ingin mengulang menggabungkan suara atau di edit. Dalam menilai panjang pendeknya bunyi pelafalan sebuah kosakata dibutuhkan spektogram untuk melihat waktu yang dibutuhkan untuk mengucapkan sebuah kosakata. Berikut adalah tampilan data suara dalam software Praat. Fonologi Bunyi Panjang Bahasa Jepang Dalam bahasa Jepang ada konsep sukukata dan ketukan. Di dalam bahasa Jepang ada yang disebut sukukata yang ringan 軽音節 (keionsetsu)) seperti sukukata ka ( か ) to ( と )yang mempunyai tempo 1 ketukan. Dan ada yang disebut sukukata berat ( 重音節 ( juuonsetsu)) seperti kan ( かん ), kai ( かい ), tott ( とっ ), tou ( とー ) yang mempunyai tempo 2 ketukan. Berdasarkan sejarah pelafalan bahasa Jepang, yang termasuk sukukata ringan mempunyai tempo 1 ketukan dan sukukata berat mempunyai tempo 1 ketukan ditambah dengan ketukan khusus. Dengan kata lain yang disebut sukukata ringan mempunyai tempo 1 ketukan dan sukukata berat mempunyai tempo 2 ketukan. Karena dalam bahasa Jepang membedakan huruf vokal bunyi panjang sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak membedakan tempo vokal bunyi panjang maka banyak kesalahan pengucapan bunyi panjang bahasa Jepang oleh pembelajar Indonesia termasuk pengajarnya. Bunyi panjang dalam bahasa Jepang disebut chouon yang terdiri dari vokal /a: /, /i:/, /u:/, /e:/ /o:/. Sebenarnya tidak ada ketentuan seberapa panjang tempo pelafalan bunyi panjang atau chouon tergantung kecepatan berbicara. Oleh karena itu sebagai pedoman kami menggunakan suara penutur asli bahasa Jepang membaca naskah yang 32

34 direkam dengan alat Voice Recorder. Kemudian dimasukkan ke dalam software Praat untuk dilakukan segmentasi data. Setelah dilakukan segmentasi data, kami akan membandingkan waktu pelafalan kosakata bunyi panjang (chouon)antara objek data yaitu suara mahasiswa dan pengajar dengan sumber data yaitu suara penutur asli bahasa Jepang. C. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan orientasi membuat deskripsi secara nyata dan faktual tentang fakta yang diteliti. Penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari hasil belajar siswa (Moleong 2002:3). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Dengan demikian akan menghasilkan gambaran atau fenomena yang sebenarnya yang menyebabkan terjadinya kesalahan pengucapan bahasa Jepang. Obyek penelitian ini menggunakan soal bacaan yang ada didalam buku latihan soal JLPT N3 日本語能力試験問題集 N3 読解スピードマスター halaman 30. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan rekaman. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data tertulis berupa kata-kata atau kalimat dalam bacaan atau Dokkai yang harus dibacakan oleh setiap responden. Kemudian semua data rekaman dimasukkan kedalam software Praat untuk melihat spektogram suara. Dimana dengan melihat spektogram suara dapat melihat panjang pendeknya suara. D. PEMBAHASAN 1. Bunyi Panjang Shouhin Dari rekaman suara itu kami memotong bagian yang mengandung kata Shouhin dan mendapat 5 potongan bunyi panjang Shouhin. Dari hasil potonganpotongan tersebut kami mendapatkan panjang waktu pengucapan bunyi panjang ou yang kami isolasi dari Shouhin. Dari total 10 data panjang waktu pengucapan bunyi panjang Shouhin yang diucapkan oleh dua penutur asli yang kami jadikan waktu acuan tersebut, kami mendapat ratarata panjang waktu pengucapan bunyi ou dalam kata Shouhin yaitu detik. Prosedur yang serupa kami jalankan untuk data yang kami peroleh dari 5 orang pengajar dan 5 orang mahasiswa. Rata-rata, para pengajar yang kami ambil datanya, mengucapkan bunyi panjang Shouhin selama detik atau detik lebih panjang atau 25 % lebih panjang daripada rata-rata pengucapan penutur asli. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 90%, maka kami berkeyakinan bahwa kami bisa mengambil kesimpulan bahwa rata-rata bunyi panjang Shouhin yang dihasilkan oleh para pengajar secara signifikan lebih panjang daripada rata-rata bunyi panjang Shouhin yang dihasilkan oleh penutur asli. Sedangkan mahasiswa rata-rata mengucapkan bunyi panjang Shouhin selama detik atau lebih pendek atau 12 % lebih panjang daripada rata-rata bunyi panjang Shouhin yang diucapkan oleh penutur asli. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 90%, maka kami berkeyakinan bahwa kami bisa mengambil kesimpulan bahwa rata-rata bunyi panjang Shouhin yang dihasilkan oleh mahasiswa secara 33

35 signifikan lebih pendek daripada rata-rata bunyi panjang Shouhin yang dihasilkan oleh penutur asli.terdapat sebuah fenomena yang cukup unik dalam data yang kami temukan yaitu bahwa data para pengajar cenderung lebih heterogen daripada data yang kami temukan pada mahasiswa. Pada data pengajar, kami menemukan bahwa ada 1 orang pengajar yang menghasilkan ratarata bunyi panjang Shouhin yang relative lebih pendek, 3 orang pengajar yang menghasilkan rata-rata bunyi panjang Shouhin yang relative lebih panjang dan 1 orang pengajar yang menghasilkan rata-rata bunyi panjang Shouhin yang relative sama panjang dengan penutur asli. Sementara itu, dikalangan mahasiswa ada 4 orang mahasiswa yang menghasilkan rata-rata bunyi panjang Shouhin lebih pendek dan sisanya 1 orang mahasiswa yang menghasilkan rata-rata bunyi panjang Shouhin lebih panjang daripada penutur asli. Selain itu, data yang kami peroleh dari mahasiswa jauh lebih lengkap daripada data yang kami peroleh dari para pengajar. Hal ini terjadi karena ada 1 orang pengajar yang hanya bisa membaca teks yang mengandung bunyi 5 kali bunyi panjang Shouhin sebanyak 1 kali saja yang lainnya salah membaca. Dan ada 2 orang mahasiswa yang masing-masing 1 kali salah dalam membaca bunyi panjang Shouhin. 2. Bunyi Panjang Chuumon Kami mengamati waktu pengucapan bunyi dari suku kata uu dari kata chuumon. Dari total 2 data panjang waktu pengucapan bunyi panjang Chuumon yang diucapkan oleh dua penutur asli yang kami jadikan waktu acuan tersebut, kami mendapat rata-rata panjang waktu pengucapan yaitu detik Rata-rata, para pengajar yang kami ambil datanya, mengucapkan bunyi panjang Chuumon selama detik atau detik lebih pendek atau lebih pendek 43% daripada rata-rata pengucapan penutur asli. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 90%, maka kami berkeyakinan bahwa kami bisa mengambil kesimpulan bahwa rata-rata bunyi panjang Chuumon yang dihasilkan oleh para pengajar secara signifikan lebih pendek daripada rata-rata bunyi panjang Chuumon yang dihasilkan oleh penutur asli. Sementara itu, mahasiswa rata-rata mengucapkan bunyi panjang Chuumon selama detik atau lebih pendek atau lebih pendek sekitar 54% daripada rata-rata bunyi bunyi panjang Chuumon yang diucapkan oleh Penutur asli. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 90%, maka kami berkeyakinan bahwa kami bisa mengambil kesimpulan bahwa rata-rata bunyi panjang Chuumon yang dihasilkan oleh mahasiswa secara signifikan lebih pendek daripada rata-rata bunyi panjang Chuumon yang dihasilkan oleh Penutur asli. 3. Bunyi panjang tesuuryou Kami menganalisa waktu panjang bunyi kata uu pada tesuuryo yang diucapkan oleh dua Penutur asli yang kami jadikan waktu acuan tersebut, kami mendapat rata-rata panjang waktu pengucapan yaitu detik. 34

36 Rata-rata, para pengajar yang kami ambil datanya mengucapkan bunyi panjang tesuuryo selama detik atau detik lebih pendek atau lebih pendek 8.9% daripada rata-rata pengucapan Penutur asli. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 90%, maka kami berkeyakinan bahwa kami bisa mengambil kesimpulan bahwa rata-rata bunyi panjang tesuuryo yang dihasilkan oleh para pengajar secara relative sama panjang dengan rata-rata bunyi panjang tesuuryo yang dihasilkan oleh Penutur asli. Sementara itu, mahasiswa rata-rata mengucapkan bunyi panjang tesuuryo sepanjang detik atau lebih pendek atau lebih pendek sekitar 10.3% daripada rata-rata bunyi bunyi panjang tesuuryou yang diucapkan oleh penutur asli. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 90%, maka kami berkeyakinan bahwa kami bisa mengambil kesimpulan bahwa rata-rata bunyi panjang tesuuryo yang dihasilkan oleh mahasiswa secara signifikan sedikit lebih panjang daripada rata-rata bunyi panjang tesuuryo yang dihasilkan oleh Penutur asli. 4. Bunyi panjang tesuuryou Pada pemenggalan ini kami memberi penekanan pada analisis terhadap suku kata you pada kata tesuuryou. Dari total 2 data panjang waktu pengucapan bunyi panjang tesuuryou yang diucapkan oleh dua Penutur asli yang kami jadikan waktu acuan tersebut, kami mendapat rata-rata panjang waktu pengucapan yaitu detik. Rata-rata, para pengajar yang kami ambil datanya, mengucapkan bunyi panjang you selama detik atau detik lebih panjang atau lebih panjang 20.8% daripada rata-rata pengucapan Penutur asli. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 90%, maka kami berkeyakinan bahwa kami bisa mengambil kesimpulan bahwa rata-rata bunyi panjang tesuuryou yang dihasilkan oleh para pengajar relatif lebih panjang daripada yang dihasilkan oleh penutur asli. Sementara itu, mahasiswa rata-rata mengucapkan bunyi panjang tesuuryou sepanjang detik atau lebih panjang detik atau lebih panjang sekitar 15.2% daripada rata-rata bunyi bunyi panjang tesuuryou yang diucapkan oleh Penutur asli. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 90%, maka kami berkeyakinan bahwa kami bisa mengambil kesimpulan bahwa rata-rata bunyi panjang tesuuryou yang dihasilkan oleh mahasiswa secara signifikan lebih panjang daripada yang dihasilkan oleh Penutur asli. Hal ini sangat menarik karena waktu pelafalan bunyi panjang yang dihasilkan oleh penutur non penutur asli di akhir kata seperti tesuuryou lebih panjang daripada waktu bunyi panjang yang dihasilkan oleh penutur asli, sementara waktu pelafalan bunyi panjang yang dihasilkan oleh penutur non penutur asli di tengah kata seperi tesuuryou lebih pendek daripada waktu pelafalan bunyi panjang yang dihasilkan oleh penutur asli. 35

37 5. Bunyi panjang nijuu Dari total 2 data panjang waktu pengucapan bunyi panjang nijuu yang diucapkan oleh dua Penutur asli yang kami jadikan waktu acuan tersebut, kami mendapat rata-rata panjang waktu pengucapan yaitu detik. diucapkan oleh dua penutur asli yang kami jadikan waktu acuan tersebut, kami mendapat rata-rata panjang waktu pengucapan yaitu detik. Rata-rata, para pengajar yang kami ambil datanya, mengucapkan bunyi panjang nijuu selama detik atau detik lebih pendek atau hanya lebih pendek 4% daripada rata-rata pengucapan Penutur asli. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 90%, maka kami berkeyakinan bahwa ratarata bunyi panjang nijuu yang dihasilkan oleh para pengajar relative sama panjang dengan rata-rata bunyi panjang nijuu yang dihasilkan oleh Penutur asli. Sementara itu, mahasiswa rata-rata mengucapkan bunyi panjang nijuu sepanjang detik atau lebih pendek detik atau lebih pendek sekitar 17.5% daripada rata-rata bunyi bunyi panjang nijuu yang diucapkan oleh penutur asli. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 90%, maka kami berkeyakinan bahwa kami bisa mengambil kesimpulan bahwa rata-rata bunyi panjang nijuu yang dihasilkan oleh mahasiswa secara signifikan lebih pendek daripada ratarata bunyi panjang nijuu yang dihasilkan oleh penutur asli. 6. Bunyi panjang goukei Dari total 2 data panjang waktu pengucapan bunyi panjang goukei yang Rata-rata, para pengajar yang kami ambil datanya, mengucapkan bunyi panjang goukei selama detik atau detik lebih pendek atau lebih pendek 20% daripada rata-rata pengucapan Penutur asli. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 90%, maka kami berkeyakinan bahwa kami bisa mengambil kesimpulan bahwa rata-rata bunyi panjang goukei yang dihasilkan oleh para pengajar jauh lebih pendek daripada rata-rata bunyi panjang goukei yang dihasilkan oleh Penutur asli. Sementara itu, mahasiswa ratarata mengucapkan bunyi panjang goukei sepanjang detik atau lebih pendek detik atau lebih pendek sekitar 32.6% daripada rata-rata bunyi bunyi panjang goukei yang diucapkan oleh Penutur asli. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 90%, maka kami berkeyakinan bahwa kami bisa mengambil kesimpulan bahwa rata-rata bunyi panjang goukei yang dihasilkan oleh mahasiswa secara signifikan jauh lebih pendek daripada rata-rata bunyi panjang goukei yang dihasilkan oleh Penutur asli. 7. Bunyi panjang ijou Dari total 2 data panjang waktu pengucapan bunyi panjang ijou yang diucapkan oleh dua penutur asli yang kami jadikan waktu acuan tersebut, kami mendapat rata-rata panjang waktu pengucapan yaitu detik. 36

38 Rata-rata, para pengajar yang kami ambil datanya mengucapkan bunyi panjang ijou selama detik atau detik lebih pendek lebih pendek 13.3% daripada rata-rata pengucapan penutur asli. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 90%, maka kami berkeyakinan bahwa kami bisa mengambil kesimpulan bahwa rata-rata bunyi panjang ijou yang dihasilkan oleh para pengajar jauh lebih pendek daripada rata-rata bunyi panjang ijou yang dihasilkan oleh Penutur asli. Sementara itu, mahasiswa rata-rata mengucapkan bunyi panjang ijou sepanjang detik atau lebih pendek detik atau lebih pendek sekitar 25.9% daripada rata-rata bunyi panjang ijou yang diucapkan oleh penutur asli. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 90%, maka kami berkeyakinan bahwa kami bisa mengambil kesimpulan bahwa rata-rata bunyi panjang ijou yang dihasilkan oleh mahasiswa secara signifikan jauh lebih pendek daripada rata-rata bunyi panjang ijou yang dihasilkan oleh penutur asli. 8. Bunyi panjang muryou Dari total 2 data panjang waktu pengucapan bunyi panjang muryou yang diucapkan oleh dua penutur asli yang kami jadikan waktu acuan tersebut, kami mendapat rata-rata panjang waktu pengucapan yaitu detik. Rata-rata, para pengajar yang kami ambil datanya mengucapkan bunyi panjang muryou selama detik atau detik lebih pendek atau lebih pendek 40% daripada rata-rata pengucapan Penutur asli. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 90%, maka kami berkeyakinan bahwa kami bisa mengambil kesimpulan bahwa rata-rata bunyi panjang muryou yang dihasilkan oleh para pengajar jauh lebih pendek daripada ratarata bunyi panjang muryou yang dihasilkan oleh Penutur asli. Sementara itu, mahasiswa rata-rata mengucapkan bunyi panjang muryou sepanjang detik atau lebih pendek detik atau lebih pendek sekitar 31% daripada rata-rata bunyi bunyi panjang muryou yang diucapkan oleh Penutur asli. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 90%, maka kami berkeyakinan bahwa kami bisa mengambil kesimpulan bahwa rata-rata bunyi panjang muryou yang dihasilkan oleh mahasiswa secara signifikan jauh lebih pendek daripada rata-rata bunyi panjang muryou yang dihasilkan oleh Penutur asli. E. KESIMPULAN Berdasarkan data yang kami peroleh, kami memperoleh cukup data untuk dapat menyatakan bahwa: 1. Pelafalan kosakata bunyi panjang yang dihasilkan pengajar dan mahasiswa 37

39 cenderung lebih pendek daripada penutur asli. 2. Dengan menggunakan 90 % tingkat keyakinan, kami berkesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pelafalan kosakata bunyi panjang oleh pengajar dengan penutur asli. 3. Dengan menggunakan 90 % tingkat keyakinan, kami berkesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pelafalan kosakata bunyi panjang oleh mahasiswa dengan penutur asli. 4. Pelafalan kosakata bunyi panjang oleh mahasiswa lebih pendek daripada pengajar tetapi data pelafalan kosakata bunyi panjang oleh pengajar standar deviasinya sangat tinggi daripada mahasiswa dan penutur asli 5. Data yang gugur karena ketidakmampuan membaca justru ada pada data pelafalan kosakata bunyi panjang oleh pengajar. Sementara yang diberikan adalah teks kemampuan standar seorang pengajar bahasa Jepang. Saran 1. Pengajar harus lebih sadar terhadap pelafalan kosakata bunyi panjang dan pendek karena pengajar merupakan menjadi role model bagi mahasiswa. 2. Untuk mengurangi kesalahan pelafalan panjang ataupun pendek sebuah kosakata, mahasiswa dapat dilatih dengan cara merekam suaranya sendiri agar lebih menyadari dan berhati hati. 3. Penutur asli disarankan untuk menjadi benchmark bagi pengajar non penutur asli dan mahasiswa DAFTAR PUSTAKA 張 日本語教育のための誤用分析 A ネットワーク Febriyanti, Rike. インドネシア語母語話者が書いた日本語作文に見られる誤用の分類と分析 喜代三風間. 言語学 [Linguistics: An Introduction] 東京大学出版会 Maleong, Lexy J (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya 迫田久美子 日本語教育に生かす第二言語習得研究 アルク 助川 利江 音声指導がおよぼす日本語の長音と短音の習得への影響 : 英語を母語とする初級学習者の場合 Ochanomizu University Web library- Institutional Repository 渡邊亜子 菊池民子 日本語能力試験問題集 N3 読解スピードマスター J リサーチ出版 Daftar Website 大辞林第三版 の解説 転移

40 IMPROVING THE EIGHTH YEAR STUDENTS READING COMPREHENSION BY USING NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) AT SMP MUHAMMADIYAH 2 KALISAT JEMBER MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION SISWA KELAS 8 MELALUI NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DI SMP MUHAMMADIYAH 2 KALISAT JEMBER Muhammad Saifuddin 1 Dedi Malik Wijaya 2 Unipdu Jombang (ms_85saif@yahoo.co.id) ABSTRACT Reading refers to the ability to read and understand the written text. Reading is one way to find information. The use of Numbered Heads Together (NHT) model offered the students to work in groups and help them out to improve their reading comprehension. This research was done through cycle model and the data of the research were taken from the result of observation and reading test. After having two cycles of the implementation, it showed that there was an improvement. The students active participation increased from 60,86% to 73.91% while the result of students reading test increased from 60,86% of the students to 73.91% or 17 students. Based on this result, it can be concluded that the use of NHT could improve the eighth year students reading comprehension. Keywords: Numbered Heads Together (NHT), reading comprehension, written text ABSTRAK Membaca adalah merupakan kemampuan untuk memahami teks tulis. Membaca merupakan salah satu cara untuk menemukan informasi. Model Numbered Heads Together (NHT) memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sama dalam grup dan membantu mereka untuk meningkatkan kemampuan membaca. Penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil observasi dan tes tulis membaca. Setelah dilakukan dalam dua siklus, hasil menunjukkan adanya peningkatan. Kektifan belajar siswa meningkat dari 60,86% ke 73,91% sedangkan hasil tes tulis membaca meningkat dari 60,86% menjadi 73,91% atau 17 siswa. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan NHT dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas 8 SMP. Kata kunci: Numbered Heads Together (NHT), reading comprehension, teks tulis 39

41 A. INTRODUCTION Reading enables the students to gain some information through reading. As it is one of the language skills, reading skill has a great function in English subject mastery. The main purpose of teaching reading to the students is to develop their communicative competence both spoken and written form to reach the level of functional literacy (BSNP, 2006). Through reading activities, they are expected to understand what the author wants to say in reading texts. In order to gain the purpose, the students must have a good reading ability. They cannot just read the language of the text but they should comprehend the text content. Fairbrain and Winch (1996 : 8) note that we read in order to gain meaning from the text. To get the understanding of the reading text is the main activity. In line, Grellet (1996 : 8) also states that it is important for the students who deal with the English language through reading activities. Furthermore, reading is one among the other skills which should also be mastered by the students to gain English language comprehensively. In that case, the students of junior high school are also required to learn it. Specifically, the objective of teaching reading to the eight year students is they are expected to be able to comprehend the meaning of functional texts and short essays in the form of descriptive, recount, and narrative text which have relation to their surrounding environment (BSNP, 2006). In fact, some of the students may feel that reading comprehension is difficult. In reading activities, the students not only read the text but also comprehend the text. Between reading and comprehending the text, the students should be familiar with the words used that these words help them understand the content of the text. Based on the preliminary study conducted in SMP Muhammadiyah 2 Kalisat, it was revealed that the eighth year students still experienced difficulties in comprehending the meaning of words, sentences, and paragraphs. They also had problem in identifying the general and specific information of the text, so that they did not comprehend the whole text. Besides, the English teacher often asked them to read individually and invited them to answer the questions. In fact, they lacked of motivation and less activeness. It was also found that there were only 45.1% or 14 students who got the passing grade. It means that there were less than 50% of the students who succeeded in reading activities. Based on the problem above, it is important to overcome the students difficulties, so that their reading comprehension can be improved. As it is known that overcoming the students difficulties is essential, cooperative learning can be a problem solving. According to Joyce (2005), cooperative learning is the instructional use of small groups through which students work together to maximize their own and each other learning. It can be said that cooperative learning is a learning activity in which students work together to accomplish shared learning. By learning cooperatively, students are given the responsibility of creating the learning community where all the students participate in significant and meaningful ways. Cooperative learning also requires the students work together to achieve goals which they could not achieve individually. It is also said by Dornyei (1997:482) that in cooperative learning, students settle small group in order to achieve common learning goal via cooperation. Crandall as quoted in Arnold (1999:244) says that cooperative learning offers many positive affective features which encourage language learning, while also supporting development of prosocial, academic and higher order thinking skill. 40

42 Number Heads Together (NHT) is one of the cooperative learning models. It offers the students to work in group. By taking the advantages of NHT model, they are able to socialize one another that it helps them to work in group to solve the problem. Cooper (2011 : 267) states that Numbered Heads Together provides the students with an incentive to sharpen the students interests in socializing to an academic agenda, to invest in their teammates learning, and to work hard themselves. The students work in groups and they think together to discuss the answer with the members of the group. This model offers group success orientation. The group s success depends on every individual s success because every student has his or her own responsibility to do the assignment based on the result of the discussion. The benefit of this strategy is cooperative work and the group success depends on individual success, so every member cannot entrust to the other members without working. Each students has the same chance to support their team to get maximal score. Millis (2002) states that Numbered Heads Together (NHT) is one of cooperative learning models that has some advantages, they are: 1. Promote discussion and both individual and group accountability. 2. Increase student s retention. 3. Enhance student satisfaction with their learning experience. 4. Each students has the same chance to support their team to get maximal score. 5. Help to promote positive competition. To be successful in implementing NHT, there are some procedures should be followed. As it is proposed by Cooper (2011: 266), there are 6 stages in NHT model. 1. Plan. Identifying appropriate practice material. 2. Form teams. Assigning students using five member teams only as needed. In general it is best to make teams approximately equal in the range of student ability. 3. Assign numbers to the students. Giving each student on the team a number from 1 to 5 at random. 4. Pose the questions. When the teams are settled and the student number the teacher pose a question. 5. Call for heads together. The students put their heads together to make sure that everyone in the group has the answer. 6. Call for the number of respondents. The teacher calls a number from 1-6. All the students with that number stand. One of the standing students is called upon to give their group s answer. Standing students with different answers can be called upon to explain their group s thinking. On the other hand, the implementation of NHT model is to help the students in reading comprehension. In this case, reading comprehension covers several types of comprehension. Grellet (1996) propose four levels of comprehension based on the unit of comprehension, they are; comprehending words meaning, comprehending sentences, comprehending paragraph and comprehending text. 1. Word Comprehension The first step in reading comprehension is to comprehend the word s meaning. Students need to comprehend most of the words in each sentence. Afterwards, they combine the words into a sentence and they try to understand the whole sentences. Then, they will be able to comprehend the paragraphs. Finally, they will be able to comprehend the text. It is basically important in reading comprehension to understand the word s 41

43 meaning, because it is imposssible for the students to comprehend the text or the material without understanding the meaning of the words. Sometimes students find unfamiliar words. Here, they must guess or decode the meaning of the words. Grellet (1996:7) states that the students have to use what they know to understand unknown elements, whether these are ideas or simple words. From decoding process it will make them to understand. As stated by Oakhil and Beard (1999:15), good readers should process word faster because they use of redudancy lightens that load on their word decoding mechanism. So, the students can only decode or guess the meaning of the words if they feel it is difficult to understand them. It can be restated that word comprehension refers to understanding the meaning of the words in the context or in the sentences. Shortly, it can be concluded that understanding word meaning is basically important since it is impossible to comprehend the meaning of the text without understanding the word meaning of the words in it. 2. Sentence Comprehension Wood (1991:151) defines sentence as the smallest unit in the material that we read that expresses a complete idea. Grellet (1996:15) has suggested that it is better to understand the meaning of some words constructed in sentences than to understand the meaning of word by word. Commonly, it is difficult to understand a sentence although each word is known. Sometimes, it is possible for the students to make clear comprehension of the sentence as a whole although they already have read word by word and then tend to groups of words appropriately because sentence is not as simple as words. Wood (1991:151) further says that all sentences to be complete, they must have a subject and a predicate that give information about the subject. In addition, there are three kinds of sentences: a simple sentence express one complete thought and contain one subject and one predicate. A compound sentence contains two or more subjects and predicates since they are made up of two or more simple sentences. A complex sentence contains a simple sentence and several phrases. The phrases may also contain a subject and a predicate, but they do not express complete thought. So, the phrases are not sentences in their own. Based on the ideas, comprehending sentence means understanding what the sentence tells about, not only the meaning of the words but also the whole sentences completely. It can be concluded that accurate understanding of sentences is important to all other comprehension skills and to the effective reading of written material. 3. Paragraph Comprehension It becomes absolutely essential for the students to comprehend a paragraph. Wood (1991:151) points out that most paragraphs usually contain several sentences and one of these sentences, the topic sentence, introduces the main idea of the paragraph. According to Wingersky et. al (1999:31) a paragraph has three parts: a topic sentence, supporting details and a concluding sentence. Knowing the parts of the paragraph is an important basic for comprehending the meaning of a paragraph. Therefore, to understand the meaning of a paragraph, a reader must be able to identify the topic of the paragraph and state the main point made by writer and investigate the supporting details, which explain or support the main idea. 42

44 The following parts will review the parts of a paragraph in detail. 1. Identifying the topic sentence The term used to identify this main idea is the topic sentence (Wingersky et. al, 1999:25). In fact, the main idea of a paragraph is usually stated in what is called the topic sentence. Topic sentence usually comes at the beginning or at the end of a paragraph. 2. Identifying the supporting details Supporting details are sentences that give a clear and convincing picture of the main idea of being suggested by the topic sentence (Wingersky et. al, 1999:34). It can be said that supporting details must include facts to support the main idea or the topic. 3. The concluding sentence Wood (1991:129) states that a conclusion focuses on a major idea that the author wants the reader to pay attention to and remember. It can be said that a concluding sentence gives an explanation about the main idea with different words in order to make the paragraph to be easier to understand. In this research, comprehending the paragraph means understand the main idea or the topic sentence, the supporting details and the concluding sentence. 4. Text Comprehension The aim of reading is to comprehend the text, about the message written by the author. Grellet (1996:4) says that one of the reasons for reading is reading for information (in order to find out something or in order to do something with the information got). It can be said that text comprehension refers to understanding the whole of the text, that includes understanding the general information of the text and the specific information of the text. The whole text consists of words, sentences, and paragraphs. So, to comprehend the text, in order to get the information in the text, the students should comprehend each parts of the text, they are words, sentences, and paragraphs.based on the explanation above, it can be said that to have a good comprehension in reading a text, students should comprehend words, sentences, and also paragraphs as a whole. B. METHOD This research focused on improving the students reading comprehension by using Numbered Heads Together model. In that case, Classroom Action Research was used. Elliot (1991:69) defines the action research is the study of social situation with a view to improve the quality of the action. It means that the aim of CAR is to improve the quality of teaching and learning process. Regarding to the problem of this study, CAR was proposed to improve both the students reading comprehension through the implementation of Numbered Heads Together and their active participation. The subjects of this research were selected purposively. They were the eighth year students of SMP Muhammadiyah 2 Kalisat Jember who consisted of 26 students in the class. This research used cycle model (Elliot, 1991) in which each cycle covered planning, implementing, observing, and reflecting. Indeed, this research was done in two cycles. The indicators of the research success were taken from the result of students reading comprehension and the result of observation. The data used in this research were the result of reading comprehension test and the result of observation. Reading comprehension test was administered after the treatment by using NHT model. The research was successfully done if the research achieved at least 70% of the students who passed the passing grade, 65, and the students fulfilled at least 3 indicators of the observation. 43

45 C. DISCUSSION The first cycle was done in 3 meeting, consisting of 2 meetings for the implementation of NHT and 1 meeting for reading test. This cycle was implemented based on the lesson plans had already made before. During the process of teaching reading by using NHT model, the students were observed to see their active participation. This result of observation was used as the data to analyze not only their active participation but also to see whether there were weaknesses or not in the implementation of NHT model. The result of observation revealed that there were only 14 students or 60.86% of the students who were able to fulfilled at least 3 indicators to be categorized as active. Meanwhile, the standard requirement of the students actively involved in the teaching reading comprehension by using Numbered Heads Together was at least 70% of the students who were actively involved. It means that from the results of observation, the percentage of the students active participation could not achieve the standard requirement of the success. On the other hand, the results of reading test in Cycle 1 showed that the percentage of the students who got the passing grade that is 65 or higher was 60.86% or 14 students. It means that the students could not achieve the standard requirement of the success that was at least 70% of the students who got the passing grade that was 65 or higher. Since the standards requirement of the research success were at least 70% of the students who could fulfill at least 3 indicators of observation and there were at least 70% of the students who got the passing grade that is 65 or higher could not be achieved by the students, it means that Cycle 2 was needed to establish to improve the students reading comprehension. To be able to improve the results of students active participation and students reading test, it was needed to revise the previous lesson plans based on the weaknesses found in cycle 1. Based on the result of observation, it was also found that the time given to the students in the main activities during teaching reading process was inappropriate. There were some additional times in the stage of reading text and students put their heads together when they were discussing the answer. And also, the students were needed to provide more time in doing test. Time allocation in Cycle 1 for doing test was 40 minutes, then it was revised into 60 minutes for the reading test in Cycle 2. By revising the lesson plan and giving more time to the students in doing the test, there was an improvement on the students active participation and students reading comprehension test. The percentage of the students who could fulfill at least 3 indicators was 73.91% of the students in observation. Meanwhile, in the students reading test, there were 73.91% of the students who got the passing grade that was 65 or higher. In this case, it can be seen that the result of both students active participation and students reading test have the same percentage. However, there was no relation between students active participation and students reading test. It meant that it was just coincidence which made the same number of the percentage. Having known the results of observation and students reading comprehension test in Cycle 2 were achieved the standard requirement of the research success, the action of the research stopped. Based on the reflection above, it can be stated that the use of Numbered Heads Together is able to improve the students reading comprehension and students active participation. The results showed that both the students observation 44

46 and the students reading test have improved from Cycle 1 to Cycle 2. The improvement of the students active participation and the students reading comprehension test are presented by the following charts: Based on the chart above, the result of observation in Cycle 1 showed that there were 60.86% were actively involved in the Cycle 1. The target requirement of students active participation in Cycle 1 had not been achieved. It means that Cycle 2 was needed to be conducted to improve the students active participation. Based on the result of students observation in Cycle 2, the students active participation reached the standard requirement of active participation, that is 73.91%. Thus, the target requirement of active participation in Cycle 2 had been achieved. Meanwhile, the result of the students reading comprehension test improved from Cycle 1 to Cycle 2. The improvement of the students reading comprehension test is presented in the following chart: Based on the chart above, it can be seen that the students who got score at least 70 increased from 60.86% in Cycle 1 to 73.91% in Cycle 2. In Cycle 1, the result of the students reading comprehension test could not fulfill the target requirement that is at least 70% of the students who get score at least 65 or higher. Dealing the reflection of the results of observation and the students reading comprehension have improved, it can be concluded that the use of Numbered Heads Together can improve the eighth year students reading comprehension at SMP Muhammadiyah 2 Kalisat. REFERENCES Arnold, J Affect in Language Learning. London : Cambridge University Press Badan Standar Nasional Pendidikan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas Mata Pelajaran Pelajaran Bahasa Inggris. Pemerintah Propinsi Jawa Timur Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Sub Din Dikmenum Cooper, J. M Clasroom Teaching Skill. Second Edition. Boston: Houghton Mifflin Company 45

DEVELOPING A SYLLABUS OF TOEFL READING FOR THE STUDENTS OF NON ENGLISH DEPARTMENT UNIPDU JOMBANG

DEVELOPING A SYLLABUS OF TOEFL READING FOR THE STUDENTS OF NON ENGLISH DEPARTMENT UNIPDU JOMBANG DEVELOPING A SYLLABUS OF TOEFL READING FOR THE STUDENTS OF NON ENGLISH DEPARTMENT UNIPDU JOMBANG PENGEMBANGAN SILABUS TOEFL READING UNTUK MAHASISWA PRODI SELAIN BAHASA INGGRIS DI UNIPDU JOMBANG Endang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS TOEFL LISTENING UNTUK MAHASISWA NON BAHASA INGGRIS DENGAN TINGKAT KEMAMPUAN BAHASA INGGRIS RENDAH

PENGEMBANGAN SILABUS TOEFL LISTENING UNTUK MAHASISWA NON BAHASA INGGRIS DENGAN TINGKAT KEMAMPUAN BAHASA INGGRIS RENDAH PENGEMBANGAN SILABUS TOEFL LISTENING UNTUK MAHASISWA NON BAHASA INGGRIS DENGAN TINGKAT KEMAMPUAN BAHASA INGGRIS RENDAH Oleh: Maisarah, S.S., M.Si 1 Endang Suciati, M.A 2 Fakultas Bahasa dan Sastra Unipdu

Lebih terperinci

SILABUS & SATPEL MATA KULIAH BAHASA INGGRIS

SILABUS & SATPEL MATA KULIAH BAHASA INGGRIS AKADEMI KEBIDANAN WIRA BUANA METRO SILABUS & SATPEL MATA KULIAH BAHASA INGGRIS Ahmad Syafii, S.Pd. 2008 w w w. s y a f i i - w i r a b u a n a. b l o g s p o t. c o m SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SILABUS)

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) MATA KULIAH: BAHASA INGGRIS UNTUK MANAJEMEN I (*) PROGRAM STUDI: S1/ MANAJEMEN 2015 (*)MKK 3021- Bahasa Inggris untuk Manajemen I (Bahasa Inggris untuk Ekonomi)-Program

Lebih terperinci

NUR AFNI SIN

NUR AFNI SIN THE EFFECT OF USING TEXT MAPPING STRATEGY TOWARDS STUDENTS READING COMPREHENSION ON NARRATIVE TEXT OF THE SECOND YEAR STUDENTS AT MA DARUL ULUM TANDUN ROKAN HULU Thesis Submitted as a Partial Fulfillment

Lebih terperinci

Desain Kurikulum dan Materi Pembelajaran

Desain Kurikulum dan Materi Pembelajaran Penempatan School of Communication Pegawai & Business Desain Kurikulum dan Materi Pembelajaran Bagian 1 1. Pengantar Pengembangan SDM 2. Prinsip dan Proses Pembelajaran 3. Penilaian Kebutuhan Pengembangan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI S1 SISTIM INFORMASI STIMIK PRABUMULIH

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI S1 SISTIM INFORMASI STIMIK PRABUMULIH Nomor Dokumen: Revisi ke : 00 Tanggal : Dibuat oleh : Direvisi oleh : Disetujui : Hepny Samosir, S.Pd., M.Pd. Tanda Tangan : Tanda Tangan: Tanda Tangan: RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : E124105 / Bahasa Inggris 1 Revisi ke : 4 Satuan Kredit Semester : 2 SKS Tgl revisi : 16 Juli 2015 Jml Jam kuliah dalam seminggu

Lebih terperinci

By SRI SISWANTI NIM

By SRI SISWANTI NIM READING COMPREHENSION IN NARRATIVE TEXT OF THE TENTH GRADE STUDENTS OF MA NAHDLATUL MUSLIMIN UNDAAN KUDUS TAUGHT BY USING IMAGINATIVE READING MATERIALS IN THE ACADEMIC YEAR 2015/2016 By SRI SISWANTI NIM.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MAHASISWA SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAY

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MAHASISWA SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAY MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MAHASISWA SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAY Oleh: M.G. SRI NINGSIH SIANE HERAWATI Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode/ Nama Mata Kuliah : E124206 / Bahasa Inggris 2 Revisi : 4 Satuan Kredit Semester : 2 SKS Tanggal Release : 16 Juli 2015 Jml Jam Kuliah Dalam Seminggu

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGGUNAKAN YES/NO QUESTION

PENGGUNAAN GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGGUNAKAN YES/NO QUESTION PENGGUNAAN GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGGUNAKAN YES/NO QUESTION SURYANTI Guru SMP Negeri 2 Kuantan Mudik suryantiy46@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : 56106 / Bahasa Inggris 1 Revisi - Satuan Kredit Semester : SKS Tgl revisi : - Jml Jam kuliah dalam seminggu : 100 menit.

Lebih terperinci

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki.

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki. Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki Ida Nurhayati 1 1 SMPN 1 Besuki, Tulungagung Email: 1 idanurhayati@gmail.com

Lebih terperinci

BAGIAN I PENDAHULUAN

BAGIAN I PENDAHULUAN BAGIAN I PENDAHULUAN A. VISI DAN MISI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau telah hadir ditengah masysakat

Lebih terperinci

Handbook ini hanya untuk siswa SchoolingMe.com HANDBOOK ESAI LPDP ESAI: RENCANA STUDI

Handbook ini hanya untuk siswa SchoolingMe.com HANDBOOK ESAI LPDP ESAI: RENCANA STUDI 1 HANDBOOK ESAI LPDP ESAI: RENCANA STUDI 2 Pada tulisan kali ini, saya akan mencoba memberikan panduan bagaimana menulis satu esai lainnya yang juga menjadi salah satu persyaratan mendaftar beasiswa LPDP,

Lebih terperinci

Tips cara menjawab soal Bahasa Inggris Tertulis 2013

Tips cara menjawab soal Bahasa Inggris Tertulis 2013 Tips Cara Menjawab Test Tertulis Bahasa Inggris A. Membaca (Reading). 1. Menentukan gambaran umum (General Description). Jenis pertanyaannya adalah sebagai berikut: - What is the text about? - What does

Lebih terperinci

PENGARUH GRAMMATICAL KNOWLEDGE TERHADAP SKOR LISTENING TOEFL TEST MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN

PENGARUH GRAMMATICAL KNOWLEDGE TERHADAP SKOR LISTENING TOEFL TEST MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN CAHAYA PENDIDIKAN, 3(1): 17-24 Juni 2017 ISSN : 1460-4747 PENGARUH GRAMMATICAL KNOWLEDGE TERHADAP SKOR LISTENING TOEFL TEST MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN Desi Surlitasari

Lebih terperinci

Tips Lolos ELPT. Begini caranya

Tips Lolos ELPT. Begini caranya Tips Lolos ELPT. Begini caranya UNAIR NEWS Persaingan secara global ke depan akan bergerak semakin cepat. Untuk menghadapi itu semua, mahasiswa juga harus dibekali dengan kemampuan bahasa asing yang baik,

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BERITA SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 21 SATU ATAP TELUK BINTAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BERITA SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 21 SATU ATAP TELUK BINTAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BERITA SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 21 SATU ATAP TELUK BINTAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh RIA KUSUMA SARI NIM 100388201029 JURUSAN

Lebih terperinci

Analisis Independent Study Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris Mahasiswa Non-English Department

Analisis Independent Study Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris Mahasiswa Non-English Department Analisis Independent Study Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris Mahasiswa Non-English Department Misnadin dan Sriyono Abstrak Artikel ini berusaha mengungkapkan ketertarikan dalam bahasa Inggris

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTEK KERJA PROFESI PSIKOLOGI (PKPP) PROGRAM STUDI MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI MAYORING PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PANDUAN PRAKTEK KERJA PROFESI PSIKOLOGI (PKPP) PROGRAM STUDI MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI MAYORING PSIKOLOGI PENDIDIKAN PANDUAN PRAKTEK KERJA PROFESI PSIKOLOGI (PKPP) PROGRAM STUDI MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI MAYORING PSIKOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2011 PENGANTAR Praktek Kerja Profesi Psikologi

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SIL. KORESPONDENSI BAHASA INGGRIS. Silabus

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SIL. KORESPONDENSI BAHASA INGGRIS. Silabus Silabus Nama Mata Kuliah : Korespondensi Bahasa Inggris Kode Mata Kuliah : PME 228 SKS : 2 (Dua) SKS. 1 SKS Teori, 1 SKS Praktek Dosen : 1. 2.Priadi Surya, Program Studi : Manajemen Pendidikan Mata Kuliah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS CAROUSEL ACTIVITY DALAM SPEAKING CLASS

EFEKTIVITAS CAROUSEL ACTIVITY DALAM SPEAKING CLASS EFEKTIVITAS CAROUSEL ACTIVITY DALAM SPEAKING CLASS Dewa Ayu Ari Wiryadi Joni Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar Email: wiryadijoni@ymail.com

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : A22.53107 / Bahasa Inggris 1 Revisi ke : 3 Satuan Kredit Semester : 2 SKS Tgl revisi : 2 Januari 2014 Jml Jam kuliah dalam

Lebih terperinci

MATERIAL EVALUATION CHECKLIST

MATERIAL EVALUATION CHECKLIST CHAPTER VII: Read the Nature MATERIAL EVALUATION CHECKLIST NO CRITERIA INDICATORS 1 LEARNING OBJECTIVE (Byrd, 2001) 2 LANGUAGE SKILLS 1995) CHECKLIST YES NO Do the aims of the textbook correspond closely

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Terhadap Objek Studi Penelitian English First (EF)

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Terhadap Objek Studi Penelitian English First (EF) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Saat ini belajar Bahasa Inggris bukan hanya suatu kewajiban, melainkan suatu kebutuhan yang tak bisa dihindari lagi. Kesadaran masyarakat akan perlunya

Lebih terperinci

Alternatif Pembelajaran. Mengamati 1. Menanggapi gambar 2. Menonton video tentang. 3. Membaca daftar ekspresi kebahasaan.

Alternatif Pembelajaran. Mengamati 1. Menanggapi gambar 2. Menonton video tentang. 3. Membaca daftar ekspresi kebahasaan. Kompetensi Dasar Materi Pokok Materi Pembelajaran Alternatif Pembelajaran Aspek Sikap Pengetahuan Keterampilan Indikator Penilaian Indikator Penilaian Menganalisis struktur teks, dan unsur kebahasaan dari

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) MATA KULIAH: ENGLISH FOR BUSINESS PROFESSION PROGRAM STUDI D-III KEUANGAN DAN PERBANKAN 2015 RPS-ENGLISH FOR BUSINESS PROFESSION-ENGLISH 4-DKP Nama Mata Kuliah : English

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : B11.3302 / Bahasa Inggris 2 Revisi ke : Satuan Kredit Semester : 2 SKS Tgl revisi : 1 Agustus 2009 Jml Jam kuliah dalam seminggu

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 11 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Yayasan Pendidikan dan Latihan The British Institute, lebih dikenal dengan nama TBI adalah sebuah yayasan yang didirikan sejak tahun 1984.

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN STRATEGI KUMUAT DI KELAS VIII SMP

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN STRATEGI KUMUAT DI KELAS VIII SMP PENINGKATAN PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN STRATEGI KUMUAT DI KELAS VIII SMP Sri Rahmawati SMP Negeri 4 Tanah Grogot, Jl. Raya Tanah Periuk, Tanah Grogot e-mail: srirahmawatti22@yahoo.co.id Abstract:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan Reasearch and Development (R&D)atau dengan kata lain penelitian ini akan berfokus pada penelitian terhadap analisa

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

STRUKTUR KURIKULUM TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STRUKTUR KURIKULUM TAHUN AKADEMIK 2016-2017 PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS No. Kode MK Nama Matakuliah Nama Matakuliah Kegiatan Status Semester (in English) K Pr W P ke Pendidikan Agama 0001212001

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu kebutuhan yang sangat penting untuk saat ini, terlebih lagi bagi para

I. PENDAHULUAN. suatu kebutuhan yang sangat penting untuk saat ini, terlebih lagi bagi para I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki kemampuan dan keterampilan dalam berbahasa Inggris menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting untuk saat ini, terlebih lagi bagi para mahasiswa. Mahasiswa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang memadai sehingga kita dapat memanfaatkannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang memadai sehingga kita dapat memanfaatkannya dalam BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki era globalisasi atau yang lebih dikenal dengan pasar bebas menuntut setiap individu untuk mempersiapkan sumber daya yang handal terutama di bidang

Lebih terperinci

text bacaan mahasiswa bisa menambahkan atau

text bacaan mahasiswa bisa menambahkan atau Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ubudiyah Indonesia MATA KULIAH / KODE BAHASA INGGRIS II 3 SKS CAPAIAN PEMBELAJARAN: KODE MK PRASYARAT CSE 101 TEORI

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN AKTIVITAS KETERAMPILAN BERBICARA SEBAGAI PENDORONG PEMAHAMAN MENYIMAK MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN LISTENING II MELALUI LESSON STUDY

PEMBERDAYAAN AKTIVITAS KETERAMPILAN BERBICARA SEBAGAI PENDORONG PEMAHAMAN MENYIMAK MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN LISTENING II MELALUI LESSON STUDY PEMBERDAYAAN AKTIVITAS KETERAMPILAN BERBICARA SEBAGAI PENDORONG PEMAHAMAN MENYIMAK MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN LISTENING II MELALUI LESSON STUDY Magfirah Thayyib Universitas Cokroaminoto Palopo magfirah_thayyib@yahoo.com

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Mesin S1

Program Studi Teknik Mesin S1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : BAHASA INGGRIS 2 KODE / SKS : IT042138 / 1 Pertemuan ke Pokok Bahasan dan TIU Sub Pokok Bahasan dan TIK Teknik Pembelajaran 1 UNIT 1 Vocabulary Structure Supplement

Lebih terperinci

ANALISIS MATERI AJAR IPA KIMIA SMP/MTs BERDASARKAN KURIKULUM 2013

ANALISIS MATERI AJAR IPA KIMIA SMP/MTs BERDASARKAN KURIKULUM 2013 1 ANALISIS MATERI AJAR IPA KIMIA SMP/MTs BERDASARKAN KURIKULUM 2013 Pepi Dayanti, Betty Holiwarni, Sri Haryati Pepidayanti93@gmail.com, Holi_warni@yahoo.com, Srifkipunri@yahoo.co.id No Hp. 082387835887

Lebih terperinci

SKS : 2 : Teori, 1 : Praktek ) Semester : 2 Mata kuliah Prasyarat & Kode : : Sri Wahyuni, M.Mid, Sih Rini H, M.Mid

SKS : 2 : Teori, 1 : Praktek ) Semester : 2 Mata kuliah Prasyarat & Kode : : Sri Wahyuni, M.Mid, Sih Rini H, M.Mid POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA JURUSAN KEBIDANAN Alamat: Jl. Ksatrian N0. 2 Klaten Selatan, Klaten Telepon : 0272 321941 Fax 0272, 321941 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

SILABUS & SAP. Nama Mata Kuliah : Bahasa Inggris Untuk Anak Usia Dini (UD 400) Program : S1 PGPAUD Semester : IV (Empat) Bobot SKS : 2 (Dua)

SILABUS & SAP. Nama Mata Kuliah : Bahasa Inggris Untuk Anak Usia Dini (UD 400) Program : S1 PGPAUD Semester : IV (Empat) Bobot SKS : 2 (Dua) SILABUS & SAP Nama Mata Kuliah : Bahasa Inggris Untuk Anak Usia Dini (UD 400) Program : S1 PGPAUD Semester : IV (Empat) Bobot SKS : 2 (Dua) Disusun Oleh: Dra. Charlotte Ambat Harun, M.Pd. NIP 195403021979022001

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENULISAN PARAGRAF ARGUMENTASI MAHASISWA JURUSAN NON BAHASA INGGRIS POLITEKNIK NEGERI JEMBER

ANALISIS KESALAHAN PENULISAN PARAGRAF ARGUMENTASI MAHASISWA JURUSAN NON BAHASA INGGRIS POLITEKNIK NEGERI JEMBER ANALISIS KESALAHAN PENULISAN PARAGRAF ARGUMENTASI MAHASISWA JURUSAN NON BAHASA INGGRIS POLITEKNIK NEGERI JEMBER Yuslaili Ningsih Jurusan Bahasa, Komunikasi, dan Pariwisata Politeknik Negeri Jember Abstrak

Lebih terperinci

Profil Analisis Kebutuhan Pembelajaran Fisika Berbasis Lifeskill Bagi Siswa SMA Kota Semarang

Profil Analisis Kebutuhan Pembelajaran Fisika Berbasis Lifeskill Bagi Siswa SMA Kota Semarang Profil Analisis Kebutuhan Pembelajaran Fisika Berbasis Lifeskill Bagi Siswa SMA Kota Semarang Susilawati, Nur Khoiri Pendidikan Fisika IKIP PGRI Semarang, Jln Sidodadi Timur No. 24 Semarang susilawati.physics@gmail.com

Lebih terperinci

Rini Tri Irianingsih 47

Rini Tri Irianingsih 47 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, AND REVIEW (PQ4R) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LISTRIK

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Ke 1

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Ke 1 Lampiran 3 Mata Kuliah/Kode/SKS Waktu SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Ke 1 : Reading IC/ KP R5103 : 100 Menit A. Kompetensi Umum : Mahasiswa dapat memahami reading comprehension dengan baik B. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para profesional bisnis masa depan. Dari motto tersebut, Universitas Widyatama

BAB I PENDAHULUAN. para profesional bisnis masa depan. Dari motto tersebut, Universitas Widyatama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Widyatama memiliki sebuah motto yaitu friendly campus for future business pro atau yang bisa diartikan sebagai kampus yang bersahabat bagi para profesional

Lebih terperinci

PENERAPAN MATERI E LEARNING

PENERAPAN MATERI E LEARNING PENERAPAN MATERI E LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK (LISTENING COMPREHENSION) MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FKIP UNRI Atni Prawati English Lecturer of FKIP Riau University

Lebih terperinci

KURIKULUM OPERASIONAL

KURIKULUM OPERASIONAL KURIKULUM OPERASIONAL Jurusan : Bahasa dan Sastra Inggris Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris Jenjang Pendidikan : Strata Satu (S1) Status Akreditasi : B FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PELITA

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Bahasa Inggris sangat penting untuk dipelajari. Sebagai Bahasa Internasional, bahasa Inggris sangat bermanfaat sebagai media komunikasi untuk menyalurkan

Lebih terperinci

Key Words: Discovery, module, development, one variable equations.

Key Words: Discovery, module, development, one variable equations. VALIDITAS DAN PRAKTIKALITAS MODUL PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL BERBASIS DISCOVERY UNTUK SISWA KELAS VII SMPN 12 PADANG Ifal Defami*), Rahmi**), Ratulani Juwita**) *) Mahasiswa Program Studi Pendididkan

Lebih terperinci

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

12 Media Bina Ilmiah ISSN No 12 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 ANALISIS KEBUTUHAN BAHASA INGGRIS MAHASISWA UNIVERSITAS NUSA TENGGARA BARAT Oleh Sri Sukarni Dosen pada Universitas Nusa Tenggara Barat Abstract: English is one

Lebih terperinci

Rahmawati et al., Metode Problem Solving...

Rahmawati et al., Metode Problem Solving... Penerapan Metode Problem Solving Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pokok Bahasan Menghargai Keputusan Bersama Di SD Darul Hikmah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS MATA KULIAH: INTRODUCTION TO ENGLISH FOR CHILDREN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS MATA KULIAH: INTRODUCTION TO ENGLISH FOR CHILDREN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS MATA KULIAH: INTRODUCTION TO ENGLISH FOR CHILDREN Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris Mata Kuliah & Kode :

Lebih terperinci

JBKR ISSN : /VOLUME: 2/ Nomor 1

JBKR ISSN : /VOLUME: 2/ Nomor 1 MANAJEMEN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TUGAS (TASK BASED LANGUAGE TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MAHASISWA Ike Anita Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas

Lebih terperinci

Keterampilan Bahasa Inggris yang dibutuhkan Guru-guru SMA RSBI Kota Padang. Zul Amri FBS Universitas Negeri Padang

Keterampilan Bahasa Inggris yang dibutuhkan Guru-guru SMA RSBI Kota Padang. Zul Amri FBS Universitas Negeri Padang Keterampilan Bahasa Inggris yang dibutuhkan Guru-guru SMA RSBI Kota Padang Zul Amri FBS Universitas Negeri Padang Abstract RSBI SMA teachers are required to be able to teach their subjects using English

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG JENIS- JENIS TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBASIS EKSPERIMEN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG JENIS- JENIS TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBASIS EKSPERIMEN PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG JENIS- JENIS TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBASIS EKSPERIMEN Anisah Rahmawati 1), Hadi Mulyono 2), Sularmi 3) PGSD

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH)

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) PENGGUNAAN GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS DESKRIPTIF BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VII 2 SMP NEGERI 1 RANAH BATAHAN OLEH R

Lebih terperinci

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Bilingual dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi Sistem Reproduksi Manusia

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Bilingual dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi Sistem Reproduksi Manusia Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Bilingual dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi Sistem Reproduksi Manusia Developing Bilingual Student Work Sheet with Contextual Approach on Human Reproductive

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS KEMAMPUAN BERBAHASA INGGRIS BEKAL UTAMA MASUK DUNIA KERJA. Oleh Amrizal

PENERAPAN IPTEKS KEMAMPUAN BERBAHASA INGGRIS BEKAL UTAMA MASUK DUNIA KERJA. Oleh Amrizal KEMAMPUAN BERBAHASA INGGRIS BEKAL UTAMA MASUK DUNIA KERJA Oleh Amrizal Abstrak Bahasa Inggris merupakan salah satu aspek penting yang dimiliki oleh mahasiswa. Selain merupakan bahasa Internasional yang

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. oleh. RiaParamita NPM

ARTIKEL PENELITIAN. oleh. RiaParamita NPM ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SDN 11 KURAO PAGANG PADANG oleh RiaParamita

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT PENULISAN KARYA ILMIAH BERBASIS LEARNING BAGI GURU-GURU SDN DI PROVINSI LAMPUNG

PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT PENULISAN KARYA ILMIAH BERBASIS LEARNING BAGI GURU-GURU SDN DI PROVINSI LAMPUNG D w i Y u l i a n t i, P e n g e m b a n g a n M o d e l D i k l a t P e n u l i s a n K a r y a... 139 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT PENULISAN KARYA ILMIAH BERBASIS LEARNING BAGI GURU-GURU SDN DI PROVINSI

Lebih terperinci

Analisis Independent Study dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris Mahasiswa Non-English Department

Analisis Independent Study dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris Mahasiswa Non-English Department Analisis Independent Study dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris Mahasiswa Non-English Department Misnadin dan Sriyono 1 Jurusan Sastra Inggris, FISIB, Universitas Trunojoyo Madura Abstract This

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL UNTUK SISWA KELAS VII

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL UNTUK SISWA KELAS VII PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL UNTUK SISWA KELAS VII MTsN UJUNG GADING KABUPATEN PASAMAN BARAT Oleh: Elmisda*, Yulia Haryono**,

Lebih terperinci

2009/2010 Course Plan. MG-204 Sistem Informasi Akuntansi Drs. Sehat Ginting, M.Si., Ak.

2009/2010 Course Plan. MG-204 Sistem Informasi Akuntansi Drs. Sehat Ginting, M.Si., Ak. 2009/2010 Course Plan MG-204 Sistem Informasi Akuntansi Drs. Sehat Ginting, M.Si., Ak. DEPARTEMEN MANAJEMEN HARAPAN BANGSA BUSINESS SCHOOL 2010 HARAPAN BANGSA BUSINESS SCHOOL SEMESTER GENAP 2009/2010 (MG-204)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENGGUNAKAN MODUL DALAM MATA KULIAH BAHASA INGGRIS DI APB PONTIANAK ARTIKEL PENELITIAN.

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENGGUNAKAN MODUL DALAM MATA KULIAH BAHASA INGGRIS DI APB PONTIANAK ARTIKEL PENELITIAN. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENGGUNAKAN MODUL DALAM MATA KULIAH BAHASA INGGRIS DI APB PONTIANAK ARTIKEL PENELITIAN Oleh EVIVANIA VINA APRILINA NIM F25112090 PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PERMAINAN SENTENCE RACE DALAM MENGAJAR MENULIS TEKS DESKRIPTIF PADA SISWA SMA DI MAKASSAR

PERMAINAN SENTENCE RACE DALAM MENGAJAR MENULIS TEKS DESKRIPTIF PADA SISWA SMA DI MAKASSAR Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PERMAINAN SENTENCE RACE DALAM MENGAJAR MENULIS TEKS DESKRIPTIF PADA SISWA SMA DI MAKASSAR Nurfitriyah Halim 1, Esarsela Soemodja 2 STKIP YPUP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang dipelajari sebagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang dipelajari sebagai bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang dipelajari sebagai bahasa asing di sekolah adalah penguasaan keterampilan berbicara dengan lancar dan berterima.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata kuliah bahasa Inggris di perguruan tinggi di Indonesia umumnya

I. PENDAHULUAN. Mata kuliah bahasa Inggris di perguruan tinggi di Indonesia umumnya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata kuliah bahasa Inggris di perguruan tinggi di Indonesia umumnya dikelompokan ke dalam Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) yang wajib diikuti oleh mahasiswa.

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP ) SEKO H NO MI KO LA SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP ) GGI ILMU TIN E SERANG Media: 1 OHP 2 Kertas Kerja 3. Papan Tulis Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Program Studi Kredit Semester Semester : : : : : Bahasa

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FOTO TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF PERSUASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PANCUNG SOAL ABSTRACT

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FOTO TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF PERSUASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PANCUNG SOAL ABSTRACT PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FOTO TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF PERSUASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PANCUNG SOAL Nofita Rahayu 1, Upit Yulianti DN 2, Ricci Gemarni Tatalia 2 1 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan sebuah metode penelitian yang dilakukan di dalam

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI DALAM PENULISAN KEMAMPUAN NARATIF KELAS SEBELAS DI SMA PGRI 2 PALEMBANG

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI DALAM PENULISAN KEMAMPUAN NARATIF KELAS SEBELAS DI SMA PGRI 2 PALEMBANG PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI DALAM PENULISAN KEMAMPUAN NARATIF KELAS SEBELAS DI SMA PGRI 2 PALEMBANG Oleh: Etty Pratiwi (Dosen Universitas PGRI Palembang) Email : miss_etty20@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

Key Words: LKS, brain based learning, aljabar operation.

Key Words: LKS, brain based learning, aljabar operation. PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS BRAIN BASED LEARNING PADA MATERI OPERASI ALJABAR UNTUK KELAS VIII MTsN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK Nandila Rezki Septia*), Zulfitri Aima**), Anna Cesaria**)

Lebih terperinci

RANCANGAN KURIKULUM PRODI BAHASA INGGRIS FAKULTAS SATRA UNIVERSITAS JEMBER

RANCANGAN KURIKULUM PRODI BAHASA INGGRIS FAKULTAS SATRA UNIVERSITAS JEMBER RANCANGAN KURIKULUM PRODI BAHASA INGGRIS FAKULTAS SATRA UNIVERSITAS JEMBER Disampaikan Pada WORKSHOP KURIKULUM Jurusan Sastra Inggris - Fakultas Sastra Universitas Jember 24 OKTOBER 2015 oleh: Dr. Sukarno,

Lebih terperinci

oleh Ike Anita ABSTRAK

oleh Ike Anita ABSTRAK MANAJEMEN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TUGAS (TASK BASED LANGUAGE TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MAHASISWA (Studi Eksperimental dalam Mata Kuliah Bahasa Inggris di Jurusan

Lebih terperinci

MENGAJAR BERBICARA MENGGUNAKAN METODE WAWANCARA TIGA LANGKAH DI SEMESTER TIGA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

MENGAJAR BERBICARA MENGGUNAKAN METODE WAWANCARA TIGA LANGKAH DI SEMESTER TIGA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS MENGAJAR BERBICARA MENGGUNAKAN METODE WAWANCARA TIGA LANGKAH DI SEMESTER TIGA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS Oleh: Herlina (Dosen Universitas PGRI Palembang) Email : santosoherlinaa@gmail.com

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL UNTUK SISWA KELAS VII MTsN I MATUR KABUPATEN AGAM

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL UNTUK SISWA KELAS VII MTsN I MATUR KABUPATEN AGAM 1 PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL UNTUK SISWA KELAS VII MTsN I MATUR KABUPATEN AGAM Rizky Silvia * ), Rahmi ** ), Yulia Haryono** ) * )

Lebih terperinci

VALIDASI PENGEMBANGAN MODUL FISIKA DASAR BERBASIS PROBLEM BASED INSTRUCTION UNTUK MAHASISWA STKIP PGRI SUMATERA BARAT

VALIDASI PENGEMBANGAN MODUL FISIKA DASAR BERBASIS PROBLEM BASED INSTRUCTION UNTUK MAHASISWA STKIP PGRI SUMATERA BARAT VALIDASI PENGEMBANGAN MODUL FISIKA DASAR BERBASIS PROBLEM BASED INSTRUCTION UNTUK MAHASISWA STKIP PGRI SUMATERA BARAT Iing Rika Yanti (1) Lince Meriko (2) (1) Prodi Pendidikan Fisika STKIP PGRI Sumatra

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP

PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP JURNAL PEDAGOGIA ISSN 2089-3833 Volume. 5, No. 2, Agustus 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP PENDAHULUAN Di Indonesia mata pelajaran Bahasa Inggris

Lebih terperinci

CONVERSATION. Training Course

CONVERSATION. Training Course CONVERSATION Training Course English Conversation, Toefl, Toeic, Ielts Preparation, Computer Program www.rajacourse.com Jl. Sepanjang asri i No 15 (Belakang Masjid Al Akbar Surabaya) Phone : 085730135166

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITP

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITP SATUAN ACARA PERKULIAHAN JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITP Mata kuliah : Bahasa Inggris Kode Mata Kuliah : TIS1613 SKS : 3 Waktu Pertemuan : 16 kali Pertemuan Deskripsi : Tujuan utama dari mata kuliah ini

Lebih terperinci

MODEL PENGAJARAN MENULIS ARGUMENTASI BAHASA JERMAN MELALUI TEKNIK DISKUSI

MODEL PENGAJARAN MENULIS ARGUMENTASI BAHASA JERMAN MELALUI TEKNIK DISKUSI LAPORAN PENELITIAN MODEL PENGAJARAN MENULIS ARGUMENTASI BAHASA JERMAN MELALUI TEKNIK DISKUSI Oleh: SETIAWAN Dibiayai oleh Proyek: Pengkajian dan Penelitian Ilmu Pengetahuan Terapan sesuai dengan Surat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Penyusunan skema..., Alvin Taufik, FIB UI., 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Penyusunan skema..., Alvin Taufik, FIB UI., 2009. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Talking English (TE) merupakan salah satu kelas di ILP yang tujuan utamanya adalah menciptakan situasi khas berbahasa dalam kehidupan sehari-hari dan meningkatkan kefasihan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan, subyek penelitian,

BAB III METODOLOGI. Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan, subyek penelitian, BAB III METODOLOGI Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan, subyek penelitian, alat pengumpul data, dan analisis data. A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan

Lebih terperinci

FKIP Universitas PGRI Madiun

FKIP Universitas PGRI Madiun PENGARUH AUTHENTIC MATERIAL DALAM KELAS SPEAKING Erlik Widiyani Styati 1, Vita Vendityaningtyas 2 1,2 FKIP Universitas PGRI Madiun Email: 1 wistya@gmail.com 2 venditya@gmail.com Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

METHODS OF TEACHING ENGLISH AS A FOREIGN LANGUAGE. Oleh: Ruslina Tri Astuti

METHODS OF TEACHING ENGLISH AS A FOREIGN LANGUAGE. Oleh: Ruslina Tri Astuti METHODS OF TEACHING ENGLISH AS A FOREIGN LANGUAGE Oleh: Ruslina Tri Astuti 09142020 1. Metode Pengajaran Pronunciation untuk Siswa Kelas 7 dan 8 Sekolah Menengah Pertama Ketika seorang guru mengajar bahasa

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS METODE DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK BAHASA JEPANG (CHOUKAI)

EFEKTIFITAS METODE DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK BAHASA JEPANG (CHOUKAI) EFEKTIFITAS METODE DICTOGLOSS DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK BAHASA JEPANG (CHOUKAI) Audrey Natasha Arifin Universitas Bina Nusantara, Jalan K.H. Syahdan No. 9 Jakarta 11480, (021) 534-5830/(021) 530-0244,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS HASANUDDIN Kode / No : STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Tanggal : PELAKSANAAN PERKULIAHAN Revisi : Halaman : PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

UNIVERSITAS HASANUDDIN Kode / No : STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Tanggal : PELAKSANAAN PERKULIAHAN Revisi : Halaman : PROGRAM STUDI FISIOTERAPI UNIVERSITAS HASANUDDIN Kode / No : STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Tanggal : PELAKSANAAN PERKULIAHAN Revisi : Halaman : PROGRAM STUDI FISIOTERAPI TUJUAN Menjamin pelaksanaan perkuliahan secara baik dan benar

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Berbicara (Speaking) Bahasa Inggris Siswa Kelas VIII SMPN 3 Surakarta dengan Menggunakan Gambar ABSTRAK

Peningkatan Kemampuan Berbicara (Speaking) Bahasa Inggris Siswa Kelas VIII SMPN 3 Surakarta dengan Menggunakan Gambar ABSTRAK Peningkatan Kemampuan Berbicara (Speaking) Bahasa Inggris Siswa Kelas VIII SMPN 3 Surakarta dengan Menggunakan Gambar Hetty Dwi Agustin Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMPN 3 Surakarta Jl. Kartini No.18

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN IPS DI SDN TEGALGEDE 02 JEMBER Muhtadi Irvan 8,

Lebih terperinci

SILABUS DAN SAP PERKULIAHAN

SILABUS DAN SAP PERKULIAHAN SILABUS DAN SAP PERKULIAHAN Nama Mata Kuliah : Bahasa Inggris (GD 100) Program : S1 PGSD Reguler Konsentrasi : - Semester : 2 (dua) Bobot SKS : 2 (dua) Disusun Oleh: Dra. Charlotte A. Harun, M.Pd PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMANDIRIAN MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA PADA MATA KULIAH MEKANIKA MELALUI METODE RECIPROCAL TEACHING

PENINGKATAN KEMANDIRIAN MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA PADA MATA KULIAH MEKANIKA MELALUI METODE RECIPROCAL TEACHING p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 PENINGKATAN KEMANDIRIAN MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA PADA MATA KULIAH MEKANIKA MELALUI METODE RECIPROCAL TEACHING Fajar Fitri Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII-7 SMP NEGERI 1 KREMBUNG SIDOARJO SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

Suparmi SMP Negeri 25 Pekanbaru

Suparmi SMP Negeri 25 Pekanbaru PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI KELAS VII-1 SMPN 25 PEKANBARU 0823-8848-1697 SMP Negeri 25 Pekanbaru 98

Lebih terperinci

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Desain Kurikulum dan Materi Pembelajaran

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Desain Kurikulum dan Materi Pembelajaran Penempatan School of Communication Pegawai & Business Desain Kurikulum dan Materi Pembelajaran Pengertian Kurikulum Kurikulum dapat dimaknai sebagai suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya angka Kematian Ibu yang masih tinggi (AKI) di. berbagai pihak. Terdapat beberapa penyebab yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya angka Kematian Ibu yang masih tinggi (AKI) di. berbagai pihak. Terdapat beberapa penyebab yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mencapai kehamilan yang berkualitas harus didukung dengan adanya pelayanan antenatal care yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan klien. Kehamilan di definisikan sebagai

Lebih terperinci

p-issn: Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 e-issn: PELATIHAN PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS) BAGI GURU SMA NEGERI 2 PLUS SIPIROK

p-issn: Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 e-issn: PELATIHAN PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS) BAGI GURU SMA NEGERI 2 PLUS SIPIROK p-issn:2598-1218 Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 e-issn: 2598-1226 PELATIHAN PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS) BAGI GURU SMA NEGERI 2 PLUS SIPIROK Elisa 1) ; Ainun Mardiyah 2) ; Nova Irwan 3) 1,2,3) Pendidikan

Lebih terperinci

MODEL MATERI AJAR MEMBACA CEPAT BAHASA INGGRIS BERDASARKAN SQ3R

MODEL MATERI AJAR MEMBACA CEPAT BAHASA INGGRIS BERDASARKAN SQ3R MODEL MATERI AJAR MEMBACA CEPAT BAHASA INGGRIS BERDASARKAN SQ3R (Penelitian dan Pengembangan di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Kristen Indonesia Jakarta) MASDA SURTI SIMATUPANG

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika Dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika Dan III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Waktu penelitian adalah pada

Lebih terperinci