ANALISIS INDUSTRI PULP DAN KERTAS DUNIA: Masukan bagi Pengelola BUMN Biro Riset LM FEUI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS INDUSTRI PULP DAN KERTAS DUNIA: Masukan bagi Pengelola BUMN Biro Riset LM FEUI"

Transkripsi

1 ANALISIS INDUSTRI PULP DAN KERTAS DUNIA: Masukan bagi Pengelola BUMN Biro Riset LM FEUI Kendati praktek pekerjaan paperless mulai berkembang, kebutuhan akan kertas masih ada. Dalam tulisan ini disajikan analisis industri pulp dan kertas dunia sebagai hasil riset yang dilakukan Lembaga Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LMFEUI). Hasil kajian ini diharapkan bermanfaat bagi para pelaku usaha pulp dan kertas, khususnya BUMN. Krisis ekonomi global akhir 2008 menyebabkan produksi kertas di Amerika Serikat dan Eropa secara umum turun 10%. Misalnya, Kanada mengalami penurunan 19%, Swedia turun 6% dan Finlandia turun 22%. Untuk kawasan Eropa, permintaan kertas khususnya di industri media dan publikasi sudah menurun, sementara peluang bagi produsen Eropa untuk melakukan ekspor keluar ke kawasan lain relatif terbatas karena biaya produksi yang lebih mahal. Jenis kertas yang permintaannya masih bertumbuh untuk kawasan Eropa hanyalah hygiene paper (seperti tissue). Pasar pulp Eropa juga turut melemah, banyak produsen melakukan penghentian produksi dan penurunan harga untuk sekedar menghabiskan persediaan yang sudah menumpuk dari jadwal produksi sebelumnya. Namun sejak semester kedua 2009, level persediaan pulp sudah relatif sehat dan pasar pun terus bergerak membaik. Secara umum untuk pasar pulp dunia terjadi peningkatan 1% pada Namun jika dilihat secara detail, produk pulp berbasis softwood (yang di dominasi produsen asal Amerika Utara) cenderung menurun, sementara yang berbasis hardwood cenderung meningkat. Kalau melihat berdasarkan wilayah, pasar Eropa, Amerika Serikat dan Jepang mengalami penurunan, sementara China justru meningkat permintaannya lebih dari 40% karena dipicu terus bertumbuhnya kapasitas manufaktur kertas di negara tersebut. 1

2 Total produksi kertas dunia didominasi oleh kawasan Asia (40%, atau sekitar 156 juta ton) walaupun sebagian besar produksi di kawasan ini terserap untuk konsumsi lokal. Amerika Selatan yang memiliki kawasan hutan lebih luas dari Asia hanya menghasilkan 5% (atau sekitar 20 juta ton) total produksi kertas dunia. Grafik 1. Persebaran Produksi Kertas Dunia (Total Sekitar 391 juta ton) Sumber: PPI dalam Skogsindustrierna, The Swedish Forest Industry Facts & Figures 2009, April 2010 Sedikitnya jumlah produksi kertas yang dihasilkan kawasan Amerika Selatan relatif wajar karena negara produsen besar seperti Brazil misalnya masih fokus mengembangkan diri sebagai pemasok bahan baku atau produk pulp. Kawasan Asia sendiri dengan keunggulan biaya operasional yang murah dan luas lahan hutan yang relatif besar memberikan kontribusi besar terhadap total produksi pulp dunia (24%, atau sekitar 46 juta ton). 2

3 Grafik 2. Persebaran Produksi Pulp Dunia (Total Sekitar 192 juta ton) Sumber: PPI dalam Skogsindustrierna, The Swedish Forest Industry Facts & Figures 2009, April 2010 Kalau melihat per negara, kapasitas produksi kertas dunia didominasi oleh Amerika Serikat dan China yang masing-masing memiliki kapasitas produksi lebih dari 75 juta ton. Di peringkat berikutnya adalah Jepang dengan kapasitas produksi sekitar 30 juta ton. Sementara negara-negara produsen besar lainnya (termasuk Indonesia) memproduksi sekitar 8 15 juta ton. Grafik 3. Produksi (Total Sekitar 391 Juta Ton) & Ekspor (Total Sekitar 115 Juta Ton) Kertas Dunia Sumber: PPI dalam Skogsindustrierna, The Swedish Forest Industry Facts & Figures 2009, April

4 Pasar kertas berkualitas tinggi relatif sudah mengalami over kapasitas baik untuk tipe coated maupun uncoated. Kertas kualitas tinggi banyak digunakan untuk buku, kertas fotokopi, katalog hingga laporan tahunan. Banyak produsen mengandalkan pertumbuhan konsumsi dari negara berkembang terutama China. Namun perusahaan dengan basis produksi dan terutama bahan baku di Brazil dan Indonesia adalah yang paling diuntungkan. Biaya produksi di kedua negara ini relatif sangat murah sehingga produk kertas ataupun pulp yang dihasilkan masih mampu bersaing di pasar dunia walaupun biaya transportasinya lebih mahal. Uncoated Kapasitas total 46 juta ton Untuk foto kopi, buku Tabel 1. Segmentasi Produk Kertas Dunia Coated Kapasitas total 15 juta ton Untuk majalah, katalog & insert murah Kapasitas total 26 juta ton Untuk laporan tahunan, katalog mahal 44% 25% Kapasitas total 18 juta ton Untuk majalah & insert mahal 14% 17% Sumber: American Forest & Paper Association dalam Peter Berg and Per-Ove Nordström, The China factor in Fine Paper, The McKinsey Quarterly, March 2006 Salah satu produsen kertas terbesar dunia, Asia Pulp & Paper (APP) yang notabene anggota grup Sinar Mas dari Indonesia, saat ini aktif memasuki pasar China dengan membangun pabrik coated paper berkapasitas 700,000 ton di Dagang. Langkah membangun basis produksi di China juga diikuti UPM dari Finlandia dan Oji Paper dari Jepang yang bekerja sama membangun pabrik berkapasitas 500,000 ton. Teknologi yang dipakai pada pabrik-pabrik di China adalah yang terbaru untuk menyaingi produsen dari Eropa, Amerika Utara dan Korea Selatan dengan memanfaatkan biaya produksi di China yang lebih rendah. Produsen Korea Selatan selama ini memang mengandalkan China sebagai target pasar utama. Namun dengan semakin banyaknya peningkatan kapasitas produksi di China, Korea Selatan mengalihkan ekspor kertas mereka ke Amerika Utara dengan volume total sekitar 1 juta ton (3-4 persen pangsa pasar coated paper dunia). 4

5 Sementara produsen dari Amerika Serikat sangat tergantung dengan pergerakan nilai tukar US Dollar di pasar ekspor. Sampai sekarang, mereka terfokus pada pasar dalam negeri saja. Untuk dapat sukses di pasar dunia, produsen AS harusnya memiliki tingkat produktivitas yang tinggi, namun mereka sudah tertinggal dalam melakukan investasi teknologi maupun peningkatan skala produksi. Hasilnya produsen Korea Selatan yang justru bertumbuh pesat di pasar AS. Sementara produsen Eropa yang selama ini mengekspor sekitar 600,000 ton per tahun ke pasar Amerika Utara, menghadapi kendala meningkatnya biaya transportasi lintas Atlantik yang memberatkan daya saing mereka mengingat biaya produksi di Eropa sudah mahal. China memang masih berkonsentrasi meningkatkan kapasitas produksi coated paper, namun dalam waktu dekat China pasti juga akan memasuki segmen uncoated paper. China memang tidak memiliki cukup lahan hutan untuk menunjang kebutuhan bahan baku produksinya. Mereka banyak melakukan impor fiber baik dalam bentuk log, wood chips, pulp, hingga kertas bekas untuk didaur ulang. Impor tersebut didominasi pemasok asal Amerika Selatan dan Asia Tenggara yang memiliki lahan hutan luas dan biaya operasi yang rendah. Perusahaan kehutanan di Amerika Selatan dan Asia Tenggara sampai sekarang terus mengkaji investasi penambahan kapasitas produksi pulp. Namun sebagian masih takut akan terjadi kelebihan kapasitas yang berpotensi menjatuhkan harga jual di pasar dunia dan menghapuskan keunggulan biaya produksi yang sudah dimiliki selama ini. Lagi pula produsen pulp relatif memiliki fleksibilitas karena cukup mudah untuk meng-upgrade fasilitas produksi untuk menghasilkan uncoated paper dengan biaya produksi yang berpotensi lebih murah. Produsen-produsen asal Brazil telah mengambil langkah ini dan membangun fasilitas integrated mills yang mampu menghasilkan pulp dan uncoated paper untuk sasaran ekspor. Kapasitas produksi kertas sendiri saat ini semakin elastis karena mesin produksi terbaru mampu menghasilkan baik coated maupun uncoated paper. Produsen asal Eropa adalah yang paling banyak menggunakan mesin jenis ini. Saat permintaan coated paper melemah misalnya, mereka dengan mudah menukar kapasitas produksi untuk menghasilkan uncoated paper. Ketika terjadi peningkatan permintaan coated paper, mereka tinggal melakukan coating pada uncoated paper yang sudah dimiliki. Intinya teknologi produksi mereka sangat fleksibel. 5

6 Grafik 4. Produksi Kertas Dunia Berdasarkan Jenis (Total Sekitar 391 juta Ton) Sumber: PPI dalam Skogsindustrierna, The Swedish Forest Industry Facts & Figures 2009, April 2010 Hanya saja perkembangan teknologi ke depan membuat batasan pembeda karakteristik antar produk kertas semakin menipis sehingga antara coated wood free dan coated mechanical hampir tidak dapat dibedakan dan bisa digunakan/diterima di semua mesin cetak modern. Dari sisi perusahaan, kapasitas produksi kertas terbesar dunia dimiliki oleh International Paper dari Amerika Serikat (sekitar 16 juta ton). Disusul kemudian oleh Stora Enso dan UPM dari Eropa dengan kapasitas sekitar juta ton. Dan menggenapi 5 besar produsen dunia adalah Nine Dragons dan Asia Pulp & Paper (APP) yang merupakan anggota grup Sinar Mas dari Indonesia yang masingmasing memiliki kapasitas 10 juta ton. Grafik 5. Produsen Paper & Paperboard Terbesar Dunia Sumber: Pöyry dalam Skogsindustrierna, The Swedish Forest Industry Facts & Figures 2009, April

7 Brazil merupakan negara yang paling berpotensi di Amerika Latin. Kaya sumber daya alam, ditambah dengan pengelolaan ekonomi yang terus membaik dan berbagai industri yang semakin diakui kekuatannya di level dunia. Brazil memiliki deposit bauksit, biji besi, gas alam, nikel hingga minyak bumi yang berkualitas dan juga lahan dan iklim yang cocok untuk industri kehutanan dan pertanian. Kombinasi berbagai faktor mulai dari stabilitas ekonomi, keunggulan struktural, dan posisi yang superior dalam rantai pasokan industri global, membuat Brazil saat ini sudah menjelma menjadi basis pasokan dunia untuk produk pertanian (seperti kedelai dan gula), maupun produk tambang seperti aluminum dan alumina, tembaga, biji besi, nikel, besi hingga pulp dan kertas. Berkat semakin tingginya valuasi nilai perusahaan di mata investor global serta semakin rendahnya biaya modal, perusahaan Brazil sudah menjelma menjadi pemain dunia seperti CVRD (Vale), Gerdau, hingga Votorantim Pulp and Paper (VCP) yang terus aktif melakukan konsolidasi di dalam negeri dan akuisisi di luar negeri. Di industri kehutanan, VCP paling aktif melakukan konsolidasi, bersama Suzano Bahia Sul Papel e Celulose perusahaan ini mengkonsolidasi Ripasa, efeknya menciptakan raksasa kehutanan tingkat dunia. Konsolidasi ini posisi terakhir telah melahirkan sebuah perusahaan gabungan dengan karyawan 4,800 orang, Fibria, yang berdiri tahun 2009 dari merger antara Votorantin Pulp and Paper (VCP) dengan Aracruz Celulose, dimana Votorantim Group menguasai 29.3% saham Fibria. Fibria saat ini diakui sebagai produsen pulp yang terbesar di dunia dengan kapasitas produksi tahunan 5.4 juta ton pulp dan 358,000 ton kertas. Fibria menguasai 12% pangsa pasar dunia (37% pangsa pasar untuk pulp berbasis eucalyptus dan 22% untuk segmen short fiber). Mereka pun juga memproduksi kertas khusus seperti (thermal dan carbonless) untuk keperluan percetakan dan publikasi (coated, off-set hingga cut-size), dengan berbagai merek dagang seperti: Copimax dan Maxcote (cut-size), Lumimax dan Image (coated), Printmax (off-set), Easycopy, Extracopy dan Slipcopy (carbonless), Termocopy, Termolabel dan Termoscript (thermal paper). 7

8 Untuk produk pulp, Fibria dari Brazil adalah produsen terbesar di dunia dengan kapasitas produksi 5.5 juta ton. Tetapi para produsen besar kertas dunia pada umumnya juga memiliki kapasitas produksi pulp diatas 1 juta ton. Grafik 6. Produsen Pulp Terbesar Dunia Sumber: Pöyry dalam Skogsindustrierna, The Swedish Forest Industry Facts & Figures 2009, April 2010 Saham Fibria diperdagangkan di bursa saham São Paulo dan New York. Keunggulan perusahaan ini terletak pada tingkat produktivitas dan kualitas. Pengelolaan bisnis mulai dari kultivasi pohon eucalyptus hingga distribusi produk akhir dijalankan dengan praktek modern yang ramah lingkungan. Akibatnya, Fibria menjadi satu-satunya perusahaan kehutanan yang terdaftar dalam the Dow Jones Sustainability Index pada bursa saham New York, yang khusus mengelompokkan perusahaan yang dipandang paling berkomitmen dalam mengelola bisnis secara berkelanjutan. Mereka menjadi pelopor di sektor kehutanan Brazil yang memperoleh sertifikasi Carbon Footprint yang menandakan proses produksi mereka mulai dari penanaman hutan hingga distribusi produk akhir di tempat tujuan sudah terukur emisi gas buang yang dihasilkan sesuai standar yang berlaku. 8

9 Fibria memiliki aset produktif mulai dari 4 (empat) fasilitas manufaktur dan 2 (dua) afiliasi, 6 (enam) area pengelolaan hutan eucalyptus dengan luas total 585 ribu hektar, 4 (empat) terminal pelabuhan, kantor pemasaran di China, Hungaria, Swiss dan Amerika Serikat, pusat distribusi di China, Jerman, Italia dan Amerika Serikat. Pada tahun 2009, Fibria mencatat penjualan senilai 6 Milyar Real Brazil dengan volume penjualan 5.2 juta ton pulp dan 418 ribu ton kertas, serta melakukan investasi senilai 1.7 Milyar Real Brazil. Grafik 7. Produksi Pulp Dunia Berdasarkan Jenis (Total Sekitar 192 Juta Ton) Sumber: PPI dalam Skogsindustrierna, The Swedish Forest Industry Facts & Figures 2009, April 2010 Kunci sukses di masa datang dalam industri pulp & paper ialah memiliki strategi yang berbasis efisiensi biaya, produktivitas tinggi dan kepemilikan sumber bahan baku strategik. Mengambil fokus sebagai produsen untuk jenis produk yang terbatas dengan peralatan dan proses bisnis yang dirancang khusus bisa juga ditempuh. Contohnya adalah Sonoco yang memilih berkonsentrasi menghasilkan produk kemasan berbasis kertas. Sementara untuk mengambil strategi biaya rendah kepemilikan atau akses atas bahan baku murah adalah prasyarat. Bahan baku murah bisa saja berasal dari kertas bekas (daur ulang) yang saat ini sudah menjadi bahan baku pulp utama dunia. Produsen asal Swedia adalah yang paling banyak menggunakan bahan baku daur ulang. 9

10 Holmen misalnya, mengandalkan sistem pengumpulan kertas bekas tidak hanya di dalam negeri Swedia tapi juga di beberapa negara lain melalui afiliasi yang menjalankan binis pemulung kertas di Portugal dan Spanyol. Sumber bahan baku murah yang lain adalah virgin fiber (berbasis kayu segar) hasil hutan Amerika Selatan dan Asia Tenggara yang selama ini mendominasi bahan baku dunia. Produsen dengan sumber bahan baku murah kenyataannya mampu bersaing walaupun trend biaya transportasi terus meningkat. Kelompok perusahaan kehutanan Stora Enso misalnya, memiliki lahan dan fasilitas produksi pulp di Brazil yang mereka gunakan sebagai bahan baku untuk fasilitas produksi utama mereka di Eropa. Saat ini industri pulp & paper sudah menjadi global dengan rantai pasokan yang tidak terkunci hanya di satu wilayah. Tempat produksi kertas dapat terletak jauh dari pasar konsumen akhir. Beberapa produsen Eropa memilih melakukan ekspor produk akhir ke Amerika Utara dengan aktivitas manufaktur yang dikerjakan di Eropa mengingat teknologi dan produktivitas yang lebih tinggi. Beberapa produsen lain memilih membuat produksi kertas di Asia untuk diekspor ke negara maju termasuk Eropa. Untuk produk sawn timber, pasar dunia di dominasi oleh kawasan Amerika Utara dan Eropa baik dari segi kapasitas produksi di mana Amerika Serikat adalah yang terbesar yaitu sekitar 50 juta m 3 walaupun hanya sebagian kecil yang diekspor. 10

11 Grafik 8. Produksi (+/- 288 juta m 3 ) & Ekspor (+/- 95 juta m 3 ) Sawn Timber Terbesar Dunia Sumber: FAO dalam Skogsindustrierna, The Swedish Forest Industry Facts & Figures 2009, April 2010 Grafik 9. Produsen Sawn Timber Terbesar Dunia Sumber: Wood Markets dalam Skogsindustrierna, The Swedish Forest Industry Facts & Figures 2009, April 2010 Industri kehutanan Swedia merupakan contoh pengembangan terintegrasi berbasis cluster yang berhasil. Kalau dilihat lebih jauh, keberhasilan pengembangan industri kehutanan Swedia secara cluster disebabkan negara tersebut memiliki jaringan riset industri berkualitas dunia. Swedia sendiri merupakan eksportir sawn 11

12 timber nomor 2 (dua) dan pulp & Paper nomor 4 terbesar dunia. Kehutanan merupakan industri strategik bagi Swedia yang memberikan kontribusi sekitar 20% nilai ekspor, 1/3 nilai investasi industri dan 4% GDP (selain Swedia negara Eropa yang mengandalkan industri kehutanan adalah Finlandia). Industri kehutanan di Swedia sudah berkembang menjadi sebuah cluster yang berpusat di perusahaan kehutanan, didukung pemasok dari industri engineering, TI, kimia, logistik dan jasa, serta konsumen dari industri percetakan, packaging dan pemrosesan. Sementara universitas dan berbagai institut riset & teknologi berperan sebagai pendukung untuk seluruh anggota cluster. Grafik 10. Perbandingan Penebangan vs Pertumbuhan Hutan di Swedia Sumber: Swedish Forest Industries Federation dalam Skogsindustrierna, The Role of The Swedish Forest Industry in Sustainable Development, June 2005 Keputusan untuk mengembangkan indsutri pulp & paper berbasis kertas bekas sebagai bahan baku sudah dirintis Swedia sejak lama. Sejak 1994, Swedia menerapkan aturan untuk mengumpulkan kembali produk-produk kertas bekas seperti koran, majalah dan kemasan. Bahkan pada prakteknya, pengumpulan kembali kertas bekas untuk di daur ulang juga termasuk pula kertas untuk keperluan kantor walaupun masih bersifat sukarela karena belum ada aturan resmi untuk kertas jenis ini. Secara umum sekitar 75% kertas di Swedia telah berhasil di daur ulang. 12

13 Grafik 11. Perbandingan Konsumsi vs Koleksi serta Ekspor-Impor Kertas Bekas Swedia Sumber: Swedish Forest Industries Federation dalam Skogsindustrierna, The Swedish Forest Industry Facts & Figures 2009, April 2010 Grafik 12. Perbandingan Konsumsi vs Daur Ulang per Jenis Kertas di Swedia Sumber: Swedish Forest Industries Federation dalam Skogsindustrierna, The Swedish Forest Industry Facts & Figures 2009, April 2010 Swedia sangat serius dalam memajukan sektor kehutanan mereka. Negara yang relatif kecil ini memiliki banyak pusat penelitian kehutanan dengan reputasi dunia yang aktif menghasilkan berbagai terobosan teknologi baru. Penelitian mereka dipusatkan pada penciptaan material kemasan, bahan bakar, 13

14 penyempurnaan proses produksi serta teknologi konstruksi yang memanfaatkan kayu hasil hutan. Pemanfaatan kayu hasil hutan yang dikelola secara ramah lingkungan dan berkelanjutan dapat turut mendukung upaya pelestarian alam. Kayu (tanaman) merupakan sumber daya alam yang terbarukan. Pada saat proses produksi, penumbuhan kayu menggunakan energi yang relatif sedikit dan seluruh bagian kayu dapat dimanfaatkan termasuk sebagai sumber energi (biofuel). Sementara pemanfaatan kayu sebagai bahan bangunan misalnya, memiliki sifat penahanan panas yang lebih baik dan mampu menyimpan emisi karbon sehingga mengurangi kebutuhan energi untuk keperluan pemanas. Dan akhirnya, limbah kayu dapat digunakan sebagai bahan baku biofuel menurut hasil penelitian terbaru. Pabrik pulp & paper modern juga sudah dapat mengurangi emisi karbon secara radikal melalui kombinasi perubahan proses produksi dan penggunaan alat purifikasi. Saat ini, pabrik pulp & paper modern bahkan mengolah 95% limbahnya dalam 3 (tiga) tahapan baik secara mekanis, biologis maupun kimiawi. Teknologi saat ini juga sudah memungkinkan untuk tidak lagi memakai gas chlorine dalam produksi pulp. Demikian pula penggunaan air, teknologi terbaru bahkan memungkinkan pemakaian air dalam produksi pulp hanya sebesar 25 m 3 per ton. Padahal di masa lalu pemakaian air bisa menghabiskan 150 m 3 per ton produksi. Swedia dapat dikatakan sebagai produsen kehutanan yang paling maju dalam hal ini. Menurut hasil studi IEA, Tracking Industrial Energy Efficiency and CO2 Emissions, emisi karbon dioksida per ton produksi kertas (dan per ton ekspor pulp) Swedia adalah yang terendah di dunia. 14

15 Grafik 13. Perbandingan Emisi CO 2 Industri Kehutanan Dunia Sumber: Skogsindustrierna, The Role of The Swedish Forest Industry in Sustainable Development, June 2005 Pada teknologi kemasan (Swedia memiliki perusahaan kemasan kelas dunia yaitu Tetra Pak), penelitian terbaru telah mampu menghasilkan kemasan berbasis kertas dengan kandungan chip komputer kecil dan tinta yang bisa diaktifkan secara elektrik. Teknologi ini akan berguna untuk kemasan obat di masa datang yang mampu mendeteksi apakah penggunannya sudah sesuai dosis atau tidak. Kemasan kertas juga sudah mampu menahan temperatur sangat tinggi dan mampu menjaga umur produk makanan hingga 2 tahun. Di bidang konstruksi, teknologi terbaru sudah dapat menghasilkan rangka bangunan kayu yang bisa digunakan dengan mudah dan kuat tanpa memerlukan paku ataupun mur. Sementara di bidang energi, sudah dikembangkan bahan bakar biofuel sintetis dari proses gasifikasi spent liquor sehingga dapat menghasilkan DME yang dapat digunakan oleh mesin diesel modern. 15

ANALISIS INDUSTRI KEHUTANAN DAN IMPLIKASI BAGI BUMN KEHUTANAN Biro Riset LM FEUI

ANALISIS INDUSTRI KEHUTANAN DAN IMPLIKASI BAGI BUMN KEHUTANAN Biro Riset LM FEUI ANALISIS INDUSTRI KEHUTANAN DAN IMPLIKASI BAGI BUMN KEHUTANAN Biro Riset LM FEUI Industri Kehutanan Dunia Produk kehutanan dapat digolongkan ke dalam 3 (tiga) kelompok utama yaitu pulp, paper dan sawn

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri produk kertas yang juga termasuk dalam industri stasioneri adalah salah satu industri manufaktur yang mengolah kertas menjadi barang dari kertas seperti buku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa

Lebih terperinci

PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS

PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS Jakarta, 27 Mei 2015 Pendahuluan Tujuan Kebijakan Industri Nasional : 1 2 Meningkatkan produksi nasional. Meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

Biomas Kayu Pellet. Oleh FX Tanos

Biomas Kayu Pellet. Oleh FX Tanos Biomas Kayu Pellet Energi Pemanas Rumah Tangga (winter) Energi Dapur Masak Energi Pembangkit Tenaga Listrik Ramah Lingkungan Karbon Neutral Menurunkan Emisi Karbon Oleh FX Tanos Pendahuluan Beberapa tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini adalah industri pulp dan kertas. Ada tiga alasan utama yang melatarbelakangi

I. PENDAHULUAN. ini adalah industri pulp dan kertas. Ada tiga alasan utama yang melatarbelakangi I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Salah satu subsektor agroindustri yang berkembang pesat di Indonesia pada saat ini adalah industri pulp dan kertas. Ada tiga alasan utama yang melatarbelakangi pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas saja sebab

Lebih terperinci

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut Jakarta, 12 November 2015 Asia Pulp & Paper Group (APP) menyambut baik instruksi Presiden Indonesia untuk perbaikan pengelolaan lahan gambut,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Th.XIX, 04 Januari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR US$607,63 JUTA.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI 2002

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI 2002 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI No. 15/V/1 APRIL EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan Februari mencapai US$ 4,18 milyar atau naik 4,36 persen dibanding ekspor bulan Januari sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki prospek di masa mendatang dan menjadi komoditas menarik bagi Indonesia. Produk industri kehutanan

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 pasar pelumas di Indonesia telah terbuka dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 pasar pelumas di Indonesia telah terbuka dengan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 pasar pelumas di Indonesia telah terbuka dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden RI No. 21/2001. Mulai saat itu badan usaha selain Pertamina dapat

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Nama : Budiati Nur Prastiwi NIM : 11.11.4880 Jurusan Kelas : Teknik Informatika : 11-S1TI-04 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 Abstrack Kelapa Sawit

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia. BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR Negara tujuan ekspor yang dibahas dalam bab ini hanya dibatasi pada 10 negara dengan tingkat konsumsi karet alam terbesar di dunia. Negara-negara tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. KAWASAN HUTAN/Forest Area (X Ha) APL TOTAL HUTAN TETAP PROPINSI

BAB I PENDAHULUAN. KAWASAN HUTAN/Forest Area (X Ha) APL TOTAL HUTAN TETAP PROPINSI 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Minyak dan gas bumi, batubara, emas dan tembaga serta barang tambang lainnyayang banyak ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA 4.1 Sejarah Singkat Karet Alam Tahun 1943 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke Benua Amerika. Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 33/06/12/Thn. XX, 02 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN APRIL SEBESAR US$775,84 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU OKTOBER 2009

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU OKTOBER 2009 No. 05/02/14/Th. XI, 1 Februari 2010 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU OKTOBER EKSPOR RIAU BULAN OKTOBER NAIK 8,55 PERSEN Nilai ekspor Riau bulan mencapai US$ 960,66 juta atau mengalami kenaikan sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU APRIL 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU APRIL 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU APRIL No. 27/06/14/Th. XVIII, 2 Juni EKSPOR RIAU BULAN APRIL TURUN SEBESAR 18,58 PERSEN, IMPOR TURUN SEBESAR 0,31 PERSEN Nilai ekspor Riau berdasarkan harga Free On Board

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan kertas di Indonesia sendiri saat ini sudah mencapai 7,7 juta ton

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan kertas di Indonesia sendiri saat ini sudah mencapai 7,7 juta ton BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun volume kebutuhan terhadap kertas terus mengalami peningkatan. Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU AGUSTUS 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU AGUSTUS No.048/10/14/Th. XVII, 3 Oktober EKSPOR RIAU BULAN AGUSTUS NAIK SEBESAR 5,96 PERSEN, SEMENTARA IMPOR RIAU NAIK SEBESAR 103,81 PERSEN Nilai ekspor Riau berdasarkan

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 No. 23/05/16/Th.X, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 MARET Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 155,15 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 3,29 Juta. Nilai ekspor asal Provinsi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MARET 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MARET 2016 No. 20/05/14/Th. XVII, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MARET EKSPOR RIAU BULAN MARET NAIK 0,02 PERSEN Nilai ekspor Riau berdasarkan harga Free On Board (FOB) pada bulan et mencapai US$ 1.018,39

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014 No. 26/06/36/Th. VIII, 2 Juni 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2014 NAIK 8,46 PERSEN MENJADI US$870,12JUTA Nilai ekspor Banten pada 2014 naik 8,46

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN merupakan salah satu prod uk dari industri pengolahan kayu hilir

BABI PENDAHULUAN merupakan salah satu prod uk dari industri pengolahan kayu hilir BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kayu lapis merupakan salah satu prod uk dari industri pengolahan kayu hilir yang menggunakan bahan baku kayu log. Produk ini merupakan komoditi hasil pengembangan industri

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JANUARI 2017 No. 13/03/15/Th.XI, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JANUARI 2017 Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 195,65 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 5,81 Juta. Nilai ekspor asal

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 43/08/12/Thn. XX, 01 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JUNI SEBESAR US$632,13 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 21/04/72/Th.XX, 17 April 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Maret 2017, Nilai Ekspor US$ 208,38 Juta dan Impor US$ 200,92 Juta Selama Maret 2017, total ekspor senilai US$ 208,38

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016 No. 08/02/36/Th.XI, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER TURUN 0,08 PERSEN MENJADI US$940,56 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 0,08 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014 No. 36/08/36/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2014 NAIK 2,68 PERSEN MENJADI US$904,57 JUTA Nilai ekspor Banten pada 2014 naik 2,68

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU JUNI 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU JUNI 2014 No. 38/08/14/Th. XV, 4 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU JUNI EKSPOR RIAU BULAN JUNI TURUN 6,03 PERSEN Nilai ekspor Riau berdasarkan harga Free On Board (FOB) pada bulan mencapai US$ 1,44 milyar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017 No. 38/07/36/Th.XI, 3 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI NAIK 9,95 PERSEN MENJADI US$1.001,75 JUTA Nilai ekspor Banten naik 9,95 persen dibanding ekspor April,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU SEPTEMBER 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU SEPTEMBER EKSPOR RIAU BULAN SEPTEMBER NAIK 4,32 PERSEN No. 53/11/14/Th. XVI, 3 November Nilai ekspor Riau berdasarkan harga Free On Board (FOB) pada bulan mencapai US$

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 No. 054/10/15/Th.X, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 AGUSTUS Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 160,46 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 4,57 Juta. Nilai ekspor asal

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN HUTAN TANAMAN DI INDONESIA

MEWUJUDKAN HUTAN TANAMAN DI INDONESIA NOMOR 64 EW POTENSI KEINSINYURAN MEWUJUDKAN HUTAN TANAMAN Didukung IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA Aries R. Prima Engineer Weekly Menggunakan hutan tanaman untuk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR, IMPOR, DAN NERACA PERDAGANGAN

PERKEMBANGAN EKSPOR, IMPOR, DAN NERACA PERDAGANGAN No. 06/02/15/Th. IV, 1 Februari 2010 PERKEMBANGAN EKSPOR, IMPOR, DAN NERACA PERDAGANGAN NILAI EKSPOR PROVINSI JAMBI BULAN DESEMBER 2009 TURUN 6,39 PERSEN, SEDANGKAN IMPOR NAIK 26,9 PERSEN Nilai ekspor

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2016

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Juli 2007 No. 56/10/16/Th.XVIII, 3 Oktober PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MARET 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MARET 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MARET No. 18/05/14/Th. XVIII, 2 Mei EKSPOR RIAU BULAN MARET NAIK SEBESAR 6,86 PERSEN, SEDANGKAN IMPOR TURUN SEBESAR 12,36 PERSEN Nilai ekspor Riau berdasarkan harga Free

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Thn. XX, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER SEBESAR US$723,68 JUTA Nilai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya buah tropis yang melimpah yang bisa diandalkan sebagai kekuatan daya saing nasional secara global dan sangat menjanjikan. Buah tropis adalah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur

Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur A. Perkembangan Ekspor Ekspor Jawa Timur Sebesar USD 1,73 Miliar, Turun 11,39 persen Nilai Ekspor Jawa Timur mencapai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU FEBRUARI 2013

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU FEBRUARI 2013 No. 20/05/14/Th. XIV, 1 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU FEBRUARI EKSPOR RIAU BULAN FEBRUARI TURUN 4,79 PERSEN Nilai ekspor Riau pada bulan mencapai US$ 1.462,30 juta atau mengalami penurunan sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No.15/03/12/Thn. XX, 01 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JANUARI SEBESAR US$707,83 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 31/05/72/Th.XX, 15 Mei 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama April 2017, Nilai Ekspor US$ 161,64 Juta dan Impor US$ 90,89 Juta Selama April 2017, total ekspor senilai US$ 161,64

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 No. 19/04/16/Th.X, 1 April 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 FEBRUARI Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 136,24 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 8,21 Juta. Nilai ekspor asal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Resiko adalah sesuatu yang penting untuk diketahui oleh semua orang.

BAB I PENDAHULUAN. Resiko adalah sesuatu yang penting untuk diketahui oleh semua orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Resiko adalah sesuatu yang penting untuk diketahui oleh semua orang. Dalam kehidupan sehari hari, semua kegiatan yang kita lakukan juga memiliki resiko. Resiko

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 No. 19/05/36/Th.VIII, 2 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2014 NAIK 0,99 PERSEN MENJADI US$802,39 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret 2014 naik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian menyebar ke seluruh benua dengan perantara penduduk asli. James Drummond Dole adalah orang pertama yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ), dinitrogen oksida (N 2 O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 14/03/12/Thn. XIX, 01 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JANUARI SEBESAR US$574,08 JUTA Nilai ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2015 No. 07/02/16/Th.X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2015 Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 172,12 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 16,62 Juta. Nilai ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU FEBRUARI 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU FEBRUARI No. 15/04/14/Th. XVIII, 3 April EKSPOR RIAU BULAN FEBRUARI TURUN SEBESAR 11,37 PERSEN, SEDANGKAN IMPOR NAIK SEBESAR 10,90 PERSEN Nilai ekspor Riau berdasarkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 56/11/72/Th. XV, 01 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH SEPTEMBER EKSPOR SENILAI US$ 32,12 JUTA Nilai ekspor Sulawesi Tengah pada bulan ember (angka sementara) dibanding bulan us

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 0 tahun terakhir terus menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Menurut Green Building Council Indonesia (2010) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Menurut Green Building Council Indonesia (2010) menyebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tak pernah berhenti melakukan pembangunan proyek konstruksi terutama bangunan gedung, walaupun sudah terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami penurunan yang signifikan. Krisis Eropa yang terjadi pada akhir tahun 2008 ini berakibat pada penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan barang dan jasa antar negara di dunia membuat setiap negara mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan memperoleh keuntungan dengan mengekspor barang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU JANUARI 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU JANUARI No. 12/03/14/Th. XVIII, 1 Maret EKSPOR DAN IMPOR RIAU BULAN JANUARI NAIK MASING-MASING SEBESAR 4,03 PERSEN DAN 5,69 PERSEN Nilai ekspor Riau berdasarkan harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MEI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MEI 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MEI No. 30/07/14/Th. XVIII, 3 Juli EKSPOR DAN IMPOR RIAU BULAN MEI NAIK, MASING-MASING SEBESAR 4,57 PERSEN DAN 20,98 PERSEN Nilai ekspor Riau berdasarkan harga Free On

Lebih terperinci

Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan Swasta, Perusahaan Patungan. BUMN-Swasta, atau Koperasi untuk mengusahakan Hutan Tanarnan

Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan Swasta, Perusahaan Patungan. BUMN-Swasta, atau Koperasi untuk mengusahakan Hutan Tanarnan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak pengusahaan hutan tanaman industri adalah hak yang diberikan oleh Pemerintah, dalam ha1 ini Menteri Kehutanan, kepada Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan Swasta,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU JULI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU JULI 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU JULI No. 41/09/14/Th. XVIII, 4 September EKSPOR DAN IMPOR RIAU BULAN JULI NAIK MASING-MASING SEBESAR 14,79 PERSEN DAN 40,97 PERSEN Nilai ekspor Riau berdasarkan harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2016 No. 15/03/36/Th.X, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2016 TURUN 6,81 PERSEN MENJADI US$683,74 JUTA Nilai ekspor Banten pada 2016 turun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang didukung oleh sektor pertanian. Salah satu sektor pertanian tersebut adalah perkebunan. Perkebunan memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya &an. hektar terdiri dari hutan permanen, yang menghasilkan pepohonan seperti teak,

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya &an. hektar terdiri dari hutan permanen, yang menghasilkan pepohonan seperti teak, 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya &an hutan tropis dan keanegaraman tumbuhan. Sekitar 60 % dari luas lahan Indonesia seluas 195 juta hektar terdiri dari hutan permanen, yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JUNI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JUNI 2016 No. 41/08/15/Th.X, 1 Agustus 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JUNI 2016 Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 176,85 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 4,44 Juta. Nilai ekspor asal Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan minyak sedangkan penyediaan minyak semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia harus mengimpor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 49/08/72/Th.XX, 15 Juli 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juni 2017, Nilai Ekspor US$ 225,91 Juta dan Impor US$ 60,15 Juta Selama Juni 2017, total ekspor senilai US$ 225,91

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 35/06/72/Th.XX, 15 Juni 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Mei 2017, Nilai Ekspor US$ 311,29 Juta dan Impor US$ 95,63 Juta Selama Mei 2017, total ekspor senilai US$ 311,29 juta,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017 No. 16/03/36/Th. XI, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2017 TURUN 3,84 PERSEN MENJADI US$904,45 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 3,84

Lebih terperinci

Rancangan Umum Pengembangan Bioenergi Berbasis Kehutanan : Sebuah Inisiasi

Rancangan Umum Pengembangan Bioenergi Berbasis Kehutanan : Sebuah Inisiasi Rancangan Umum Pengembangan Bioenergi Berbasis Kehutanan : Sebuah Inisiasi Wening Sri Wulandari Diskusi Ilmiah Badan Litbang Kehutanan Bogor, 22 April 2014 Sistematika Kondisi Energi Nasional dan Peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil dan menengah, termasuk industri furniture merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil dan menengah, termasuk industri furniture merupakan hal BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Industri kecil dan menengah, termasuk industri furniture merupakan hal yang penting bagi Indonesia. Furniture merupakan salah satu komoditi yang diproduksi dan diperdagangkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN OKTOBER 2015 No. 25/ 06 / 94 / Th. XVII, 16 November 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN OKTOBER 2015 EKSPOR Nilai ekspor Papua pada Oktober 2015 sebesar US$45,23 juta atau turun 80,88 persen dibandingkan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H14104016 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2017 No. 44/08/36/Th.XI, 1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI TURUN 23,51 PERSEN MENJADI US$766,22 JUTA Nilai ekspor Banten turun 23,51 persen dibanding ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU OKTOBER 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU OKTOBER EKSPOR RIAU BULAN OKTOBER NAIK 4,04 PERSEN No. 62/12/14/Th. XVI, 1 Desember Nilai ekspor Riau berdasarkan harga Free On Board (FOB) pada bulan ober mencapai US$

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah energi yang dimiliki Indonesia pada umumnya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan energi di sektor industri (47,9%), transportasi (40,6%), dan rumah tangga (11,4%)

Lebih terperinci